Anda di halaman 1dari 5

PRINSIP PEMBIAYAAN PEMERINTAH DAERAH

Pada dasarnya prinsip perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
merupakan subsistem keuangan negara sebagai konsekuensi pembagian tugas di antara kedua
tingkat pemerintah. Pemberian sumber keuangan negara kepada pemerintah daerah dalam rangka
melaksanakan desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah dengan memperhatikan stabilitas dan keseimbangan fiskal. Perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah merupakan satu sistem yang
menyeluruh dalam rangka pendanaan penyelenggaraan asas desentralisasi, dekonsentrasi, dan
tugas pembantuan. Pendapatan Asli Daerah (PAD) bertujuan memberikan kewenangan kepada
pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah
sebagai perwujudan desentralisasi. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah
menurut Ketentuan Umum UU No. 33 Th. 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pusat dan Pemerintah Daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil,
proporsional, demokratis, transparan, dan bertanggungjawab dalam rangka pendanaan
penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan
daerah. Dana perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah pusat
dengan pemerintah dan pemerintah daerah dan antarpemerintah daerah. Pinjaman daerah
bertujuan memperoleh sumber pembiayaaan dalam rangka penyelenggaraan urusan pemerintah
daerah. Lain-lain pendapatan bertujuan memberi peluang kepada daerah untuk memperoleh
pendapatan selain pendapatan yang disebutkan di atas. Dana perimbangan ini terdiri dari dana
bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus. Jumlah dana perimbangan ditetapkan
setiap tahun anggaran dalam APBN (UU No. 33 Th. 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pusat dan Pemerintah Daerah Pasal 10 tentang Dana Perimbangan:273).

Adapun dasar pendanaannya yang mana penyelenggaraan urusan pemerintah daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi didanai APBD. Pelimpahan kewenangan dalam rangka
pelaksanaan dekonsentrasi dan/atau penugasan dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah diikuti dengan pemberian dana. Dengan demikian
penyelenggaraan urusan pelaksanaan dekonsentrasi dan penyelenggaraan urusan pemerintah
pusat yang dilaksanakan oleh gubernur dalam rangka tugas pembantuan didanai APBN.
PINJAMAN DAERAH

Pinjaman daerah adalah semua transaksi yang mengakibatkan pemerintahan daerah menerima
sejumlah uang atau menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain sehingga pemerintah
daerah tersebut dipengaruhi kewajiban untuk membayar kembali. Pemerintah pusat yang dalam
hal ini Menteri Keuangan menetapkan batas maksimal simulasi pinjaman pemerintahan dan
pemerintahan daerah dengan memperhatikan hal-hal berikut :

 Keadaan dan perkiraan perkembangan perekonomian nasional 


 Tidak melebihi 60% dari produk daomestik bruto tahun bersangkutan. 

Penentuan batas maksimum tersebut dilakukan selambat-lambatnya bulan Agustus tahun


anggaran berikutnya, dan harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Daerah tidak
dapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, dan pelanggaran terhadap
dikenakan sanksi administrasi berupa penundaan dan atau pemotongan atas Penyaluran dana
perimbangan oleh Menteri Keuangan. 

Sumber pinjaman daerah dapat bersumber dari pemerintahan pusat, pemerintahan daerah lain,
lembaga keuangan bank dan non bank serta masyarakat. Pinjaman daerah yang bersumber dari
pemerintahan pusat dananya bisa dari dalam negeri atau dari luar negeri. Pinjaman pemerintahan
pusat yang namanya berasal dari luar negeri dapat dinyatakan dalam mata uang Rupiah atau mata
uang asing melalui perjanjian pemberian pinjaman kepada pemerintah daerah antara Menteri
Keuangan dan kepala daerah yang bersangkutan. Pinjaman daerah yang berasal dari
pemerintahan daerah lainnya, lembaga keuangan bank dan bukan bank dapat dilaksanakan
Berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan yang bersumber dari masyarakat berupa
obligasi dan daerah diterbitkan melalui pasar modal. Pinjaman daerah dapat berupa :

1. Pinjaman jangka pendek, merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu kurang atau
sama dengan 1 Tahun Anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang
meliputi kegiatan pokok, bunga dan biaya seluruhnya harus dilunasi dalam beberapa
tahun anggaran yang bersangkutan. Pinjaman jangka pendek ini harus dapat
dipergunakan untuk menutupi kekurangan arus kas dan dapat dilaksanakan tanpa minta
persetujuan DPRD 
2. Pinjaman jangka menengah, Yang merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu lebih
dari 1 Tahun Anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi
pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi dalam kurun waktu yang tidak
melebihi sisa masa jabatan kepala daerah yang bersangkutan. Pinjam jenis ini
dipergunakan untuk membiayai penyediaan Layanan Umum yang tidak menghasilkan
penerimaan dan harus mendapatkan persetujuan DPRD sebelumnya.
3. Pinjaman jangka panjang, merupakan pinjaman daerah dalam jangka waktu lebih dari 1
Tahun Anggaran dan kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok
pinjaman, bunga, dan biaya lain harus dilunasi pada tahun-tahun yang berikutnya sesuai
dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang bersangkutan. Pinjaman jenis ini
dipergunakan untuk membiayai proyek investasi yang menghasilkan penerimaan dan
harus mendapatkan persetujuan DPRD sebelumnya. 

Pemerintahan daerah yang ingin mendapatkan pinjaman harus memperhatikan beberapa


Ketentuan dan persyaratan yakni :

1. Pendapatan daerah dan atau barang milik daerah, serta pinjaman dari pihak lain tidak
boleh dipakai sebagai pinjaman
2. Pemerintahan daerah yang bersangkutan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian
pinjaman yang berasal dari pemerintahan pusat.
3. Jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidak melebihi
75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya 
4. Rasio kemampuan keuangan daerah yang mengembalikan pinjaman ditetapkan oleh
pemerintah pusat, dan obligasi daerah.Pemerintahan daerah dapat menerbitkan obligasi
daerah dalam mata uang Rupiah di pasar modal domestik yang nilai nominalnya pada
saat jatuh tempo sama dengan nilai nominalnya pada saat diterbitkan. Proyek yang
dibiayai dan obligasi daerah beserta barang milik daerah yang melekat dalam proyek
tersebut dapat dijadikan jaminan untuk obligasi daerah yang akan dikeluarkan.
Pemerintahan pusat lintas menjamin aplikasi daerah. 

Prosedur dan pengelolaan penerbitan obligasi daerah yang mana penerbitan obligasi daerah
ditetapkan dengan peraturan daerah yang ditentukan bahwa kepala daerah terlebih dahulu harus
mendapatkan persetujuan DPRD dan dari pemerintahan pusat.Persetujuan tersebut hanya
diberikan atas nilai bersih maksimal obligasi daerah yang akan diterbitkan pada saat penetapan
APBD. Nilai tersebut harus telah meliputi pembayaran sebuah kewajiban bunga dan pokok yang
timbul sebagai akibat penerbitan obligasi daerah dimaksud. Penerbitan obligasi daerah wajib
mengikuti peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal yang antara lain harus
mencantumkan nilai nominal, tanggal jatuh tempo tanggal pembayaran bunga, tingkat bunga
atau kupon, frekuensi pembayaran bunga, cara perhitungan pembayaran bunga, ketentuan
tentang hak untuk membeli kembali obligasi daerah Sebelum jatuh tempo, dan ketentuan tentang
pengalihan kepemilikan. Pengelolaan obligasi daerah diselenggarakan oleh kepala daerah yang
sekurang-kurangnya meliputi :

1. Penetapan strategi dan kebijakan pengelolaan obligasi daerah termasuk kebijakan


pengendalian risiko
2. Perencanaan dan penetapan struktur portofolio pinjaman daerah
3.  Penerbitan obligasi daerah
4.  Penjualan obligasi daerah melalui lelang
5.  Pembelian kembali obligasi daerah sebelum jatuh tempo 
6. Pelunasan pada saat jatuh tempo, dan dan
7.  Pertanggungjawaban. 

Hasil penjualan obligasi daerah dan peruntukannya. Pemerintah daerah dapat mengeluarkan
obligasi daerah untuk membiayai investasi sector publik yang menghasilkan penerimaan dan
memberikan manfaat bagi masyarakat. Penerimanaan dari investasi sektor publik yang dibiayai
melalui obligasi daerah digunakan untuk membiayai kewajiban bunga dan pokok obligasi daerah
terkait dan sisanya disetorkan ke kas daerah. Dana untuk membayar bunga dan pokok pinjaman
disediakan dalam APBD setiap tahun sampai dengan berakhirnya kewajiban tersebut. Dalam hal
pembayaran bunga dimaksud melebihi perkiraan dana yang disediakan, Kepala Daerah
melakukan pembayaran dan menyampaikan realisasi pembayaran tersebut kepada DPRD dalam
pembahasan Perubahan APBD.

Pelaporan dan Sanksi. Seluruh kewajiban pinjaman daerah yang jatuh tempo wajib
dianggarkan dalam APBD tahun anggaran yang bersangkutan dan pemberintahan daerah wajib
melaporkan posisi kumulatif pinjaman dan kewajiban pinjaman kepada pemerintah pusat setiap
semester dalam tahun anggaran berjalan. Kalua laporan tersebut tidak dibuat, pemerintahan pusat
dapat menunda penyaluran dana perimbangan yang menjadi hak pemerintah daerah yang
bersangkutan. Sedangkan kalau pemerintah daerah tidak memenuhi kewajiban membayar
pinjamannya kepada pemerintah pusat, kewajiban membayar pinjaman tersebut diperhitungkan
dengan DAU dan/atau Dana Bagi Hasil dari penerimaan negara yang menjadi hak pemerintah
daerah yang bersangkutan. Ketentuan lebih lanjut mengenai pinjaman daerah termasuk obligasi
daerah diastur dengan Pemerintah Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai