Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PEMINJAMAN DAERAH

Oleh :

Siti Farisya Mahardikasari (P022201021)

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
A. PENDAHULUAN

Seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah daerah


diharapkan dapat mengoptimalkan segala potensi keuangan untuk
mendukung penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah.
Pembangunan daerah sangatlah penting berkaitan dengan kemampuan
pembiayaan daerah dan ketersediaan sarana dan prasarana yang dimiliki
oleh pemerintah daerah.
Pemerintah daerah berkewajiban untuk senantiasa menyediakan
anggaran untuk pembangunan daerah. Namun terkadang karena seringkali
terjadi keterbatasan penerimaan daerah maka perlu dicari sumber-sumber
penerimaan yang lain. Salah satu pilihan untuk mengatasi masalah keuangan
adalah dengan melakukan pinjaman daerah. Pemerintah telah mengeluarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah.
Pinjaman daerah merupakan semua transaksi yang mengakibatkan
daerah menerima dari pihak lain sejumlah uang atau manfaat bernilai uang
sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban untuk membayar kembali
Tulisan Hukum/Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi Maluku Utara 2
(Santoso,2003:148). Pinjaman ini dapat bersumber dari dal
(Santoso,2003:148). Pinjaman ini dapat bersumber dari dalam seperti
pemerintah, pemerintah daerah lain, lembaga keuangan bank dan bukan
bank, maupun masyarakat.
Pinjaman daerah dapat digunakan untuk membiayai pembangunan
prasarana yang merupakan aset daerah dan dapat menghasilkan penerimaan
bagi daerah, dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Pinjaman jangka
panjang merupakan pinjaman daerah dengan jangka waktu lebih dari satu
tahun anggaran dengan persyaratan bahwa pembayaran kembali pinjaman
berupa pokok pinjaman, bunga, dan biaya lain sebagian atau seluruhnya
harus dilunasi pada tahun anggaran berikutnya. Sedangkan pinjaman jangka
pendek digunakan untuk membiayai belanja operasional dan pemeliharaan.
Pinjaman jangka pendek merupakan pinjaman daerah dengan jangka waktu
kurang atau sama dengan satu tahun anggaran dengan persyaratan bahwa
pembayaran kembali pinjaman berupa pokok pinjaman, bunga dan biaya lain
seluruhnya harus dilunasi dalam tahun anggaran yang bersangkutan.
Pengelolaan pinjaman daerah yang baik sangat diperlukan karena
pinjaman daerah merupakan alternatif pembiayaan bagi pemerintah.
Pengelolaan pinjaman sangat dipengaruhi berbagai hal seperti fluktuasi
belanja daerah. Pada umumnya alokasi belanja daerah akan mengikuti
besarnya penerimaan daerah, sedangkan penerimaan daerah sendiri pada
era otonomi daerah saat ini masih bergantung pada dana perimbangan yang
diperoleh dari pemerintah pusat. Beberapa pemerintah daerah memiliki
keterbatasan pembiayaan dari potensi sendiri, terutama dari Pendapatan Asli
Daerah maupun sumber daya alam. Potensi pembiayaan yang berasal dari
pinjaman daerah.
Kegiatan-kegiatan yang dibiayai melalui pinjaman daerah merupakan
investasi di bidang publik berupa perbaikan dan penambahan infrastruktur
sosial ekonomi. Semakin baik infrastruktur ekonomi yang disediakan
pemerintah daerah, diharapkan akan mendorong kegiatan ekonomi
masyarakat. Di masa yang akan datang, daerahdapat memanfaatkan
pinjaman untuk pembiayaan pembangunan daerah. Dengan demikian,
pinjaman daerah dipandang sebagai salah satu pilihan pembiayaan yang
potensial bagi pemerintah daerah.
Konsep dasar pinjaman daerah dalam Peraturan Pemerintah Nomor
30 Tahun 2011 pada prinsipnya diturunkan dari Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah. Dalam Undang-Undang tersebut disebutkan bahwa
dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, untuk
memberikan alternatif sumber pembiayaan bagi pemerintah daerah untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat, maka pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman.
Namun demikian, mengingat pinjaman memiliki berbagai risiko seperti risiko
kesinambungan fiskal, risiko tingkat bunga, risiko pembiayaan kembali, risiko
kurs, dan risiko operasional, maka Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal
nasional menetapkan batas-batas dan rambu-rambu pinjaman daerah.
Selain itu, dalam Pasal 22 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara bab V mengenai Hubungan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Bank Sentral, Pemerintah Daerah, serta

Pemerintah/Lembaga Asing disebutkan bahwa selain mengalokasikan Dana

Perimbangan kepada Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat dapat

memberikan pinjaman dan/atau hibah kepada Pemerintah Daerah. Dengan

demikian, pinjaman daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari

hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

B. PERMASALAHAN

Berdasarkan uraian di atas, dalam penulisan ini akan dibahas


permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari pinjaman daerah menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah ?
2. Prinsip-prinsip apa saja yang terpenting dalam pengelolaan pinjaman
daerah ?
3. Darimana sumber pinjaman daerah menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah ?
4. Bagaimana syarat suatu daerah dapat mengajukan suatu pinjaman

daerah menurut Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang

Pinjaman Daerah ?

C. KESIMPULAN

Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 30


Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 30 Tahun 2011 Tulisan Hukum/Tim UJDIH BPK Perwakilan Provinsi
Maluku Utara 13 tersebut bahwa pinjaman daerah adalah semua transaksi
yang mengakibatkan daerah menerima sejumlah uang atau manfaat yang
bernilai uang dari pihak lain sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban
untuk membayar kembali. Pengertian ini sama dengan yang digunakan juga
dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
serta Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam
mengelola pinjaman daerah haruslah memenuhi prinsip-prinsip dasar sebagai
berikut:
1. Prinsip Ketaatan pada Peraturan Perundang-undangan;
2. Prinsip Transparansi;
3. Prinsip Akuntabilitas;
4. Prinsip Efisien dan Efektif;
5. Prinsip Kehati-hatian.
Sumber pinjaman daerah menurut Undang-undang Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 30
Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah adalah :
1. Pemerintah daerah lain;
2. Lembaga keuangan bank yang berbadan hukum Indonesia
dan mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
3. Lembaga keuangan bukan bank yang berbadan hukum
Indonesia dan mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
4. Pemerintah yang dananya berasal dari pendapatan APBN
dana atau pengadaan pinjaman pemerintah dari dalam
negeri maupun luar negeri;
5. Masyarakat.
Persyaratan pinjaman daerah berdasarkan Pasal 15 Peraturan
Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman daerah adalah:
1. Jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman
yang akan ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan
APBD tahun sebelumnya; Tulisan Hukum/Tim UJDIH BPK
Perwakilan Provinsi Maluku Utara 14
2. Memenuhi rasio kemampuan keuangan daerah untuk
mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh pemerintah
(DSCR paling sedikit 2,5);
3. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi
pinjaman;
4. Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman
yang berasal dari pemerintah;
5. Pinjaman jangka menengah dan jangka panjang dilakukan
dengan persetujuan DPRD.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Perundang-undangan

http://www.djpk.kemenkeu.go.id/?page_id=328, diunduh tanggal 12

September2018.http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2008/54TAHU

N2008PPPenj.htm, diunduh tanggal 12 September 2018

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 59,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5219).

Santoso, Rokhedi, 2003, Analisis Pinjaman Sebagai Potensi Pembiayaan

Pembangunan Daerah, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol. 8, No. 2

Desember.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286).

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438).

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587).

Anda mungkin juga menyukai