This study analyzes how the effect of factors of Fiscal Capacity namely own-source revenues
(PAD), shared revenues (DBH), General Allocation Fund (DAU), Other Legal Local
Revenues (LP), personnel Expenditure, Poverty and Debt Restructuring to Local Government
debt repayment performance. Debt Restructuring policies implemented in 2008.
The Technique of analysis with multiple regression analysis using the Partial Least Square
(PLS) panel data from 2003 until 2013. The selection of data aimed to compare the condition
of the loan five years before and five years after the debt restructuring policy. Data panel
composed of 45 Local Government that have debt restructuring.
The results of this study show that simultaneously the Fiscal Capacity and Debt Restructuring
significantly have effect the Local Government Debt Repayments performance. Partially,
fiscal capacity factors indicate that PAD, DBH, Other Legal Local Revenues, personnel
expenditures have a significant effect on the Local Government debt repayment performance.
While DAU and Poverty have not affect the Local Government debt repayment performance.
From this results determinant Value R2 = 0.469 indicates that the relationship between
dependent and independent variables in this study only explained 46.9% of the models, while
the remaining 53.1% is the contribution of other variables that are not explained in this study.
tunggakan pokok
Berdasarkan LKPP BA 999.04 Tahun 2014 Audited, dari 47 Pemerintah Daerah yang
mengajukan restrukturisasi, seluruhnya telah disetujui pengajuan restrukturisasinya.
Sedangkan 62 Pemerintah Daerah belum mengajukan. Progress restrukturisasi Pemerintah
Daerah dapat ditunjukkan sebagai berikut:
Tabel 1
Progres Restrukturisasi Pemda dan BUMD
No.
URAIAN
JUMLAH
PEMDA
1.
Disetujui
47
46
1
2.
Komite Berakhir
3.
Komite Berakhir
4.
5.
6.
47
7.
Diselesaikan
Belum Mengajukan
62
Grafik 2
Perkembangan Transfer ke Daerah, Tahun 2008-2013
(dalam Triliun rupiah)
2008
2009
2010
2011
2012
2013
untuk memilih salah satu alternatif berupa : penangguhan atau pembatalan sebagian
pinjaman, maksimal hingga sepertiga dari jumlah pinjaman; penurunan suku bunga atas
seluruh pinjaman; atau perpanjangan periode pembayaran sampai dengan 25 tahun.
2. Brady Plan yaitu menghapuskan sebagian pinjaman tapi sisa pinjaman yang tidak
terhapuskan dijamin oleh IMF atau Bank Dunia, asal negara yang dijamin pinjamannya
bersedia melaksanakan program-program yang disarankan oleh IMF, mempromosikan
pasar bebas, menarik investasi asing, dan mengembalikan modal dan dana asing.
3. Debt for equity swap yaitu penjualan surat-surat promise yang merupakan dokumen
pinjaman dari negara peminjam kepada siapa saja yang berminat, dengan potongan harga
lebih dari 50 persen dalam pasar uang sekunder.
4. Debt for nature swap yaitu pihak kreditur memberi keringanan pinjaman asalkan pihak
debitur mau melakukan pelestarian lingkungan secara serius.
5. Debt repudiation yaitu penghapusan pinjaman secara sepihak oleh debitur. Kebijakan ini
sangat merugikan pihak kreditur maupun debitur dalam jangka pendek maupun jangka
panjang, sebab catatan pinjaman tetap ada dan akan menimbulkan krisis keuangan yang
lebih kompleks.
Dengan adanya kebijakan restrukturisasi ini diharapkan akan memberikan rangsangan
kepada Pemerintah Daerah agar memiliki kemampuan untuk membayar (ability to pay) dan
kemauan untuk membayar (willingness to pay) atas pinjaman jangka panjangnya.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/PMK.05/2008, pengertian
restrukturisasi pinjaman Pemerintah Daerah adalah pengaturan kembali persyaratan terhadap
kewajiban pinjaman Pemerintah Daerah. Ruang lingkup restrukturisasi adalah pinjaman yang
yang dananya bersumber dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi,
dan Rekening Pembangunan Daerah. Restrukturisasi pinjaman jangka panjang Pemerintah
Daerah dilakukan dengan cara penjadwalan kembali tunggakan pokok disertai dengan
penghapusan atas seluruh tunggakan non pokok atau kombinasi antara penghapusan sebagian
tunggakan non pokok dan debt swap. Untuk tunggakan sampai dengan 5 milyar dilakukan
dengan penjadwalan kembali pokok dan penghapusan non pokok, sedangkan untuk
tunggakan diatas 5 milyar dilakukan dengan penjadwalan kembali tunggakan pokok dan
kombinasi antara penghapusan tunggakan non pokok dan debt swap.
Kapasitas Fiskal Daerah
Dalam Vazquez (1997) Kapasitas fiskal daerah dapat didefinisikan sebagai kemampuan
potensial dari Pemerintah Daerah untuk meningkatkan pendapatan dari sumber-sumber
mereka sendiri dalam rangka untuk membayar kebutuhan pelayanan standar barang dan jasa
masyarakat. Ukuran kapasitas fiskal harus menjadi faktor penting dalam menentukan alokasi
7
dana transfer dari pemerintah dalam rangka untuk menyamakan jumlah sumber daya yang
tersedia untuk masing-masing daerah. Jumlah pendapatan yang dikumpulkan pada
kenyataannya bukan merupakan ukuran yang baik dari kapasitas fiskal.
Menurut Nagowski (2007) menyatakan bahwa kapasitas fiskal adalah pengukur
kemampuan suatu daerah untuk membayar pelayanan publik yang dibutuhkan. Kapasitas
fiskal tergantung dari kapasitas pendapatan dan kebutuhan pengeluaran suatu daerah. Setiap
Pemerintah Daerah tentu memiliki karakteristik yang berbeda sehingga memaksa untuk
memberikan beragam pelayanan publik, misalnya : suatu daerah memiliki sejumlah besar
anak-anak perkapita harus menghabiskan lebih banyak untuk layanan pendidikan, sementara
daerah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi harus menghabiskan lebih banyak pada
berbagai layanan manusia. Daerah dengan kapasitas pendapatan yang tinggi atau kebutuhan
belanja rendah cenderung memiliki kapasitas fiskal tinggi, sementara negara-negara dengan
kapasitas pendapatan rendah atau kebutuhan belanja tinggi cenderung memiliki kapasitas
fiskal rendah.
Menurut Baskaran dan Bigsten (2013) yang meneliti hubungan kapasitas fiskal dan
kualitas pemerintah menyatakan konsep kapasitas fiskal mengacu pada kemampuan ekstraktif
negara, yaitu, bagaimana jumlah dan jenis sumber daya negara secara teoritis bisa diekstrak
dan sejauhmana ekstraksi ini berlangsung secara "efisien". Variabel sumber daya yang diukur
adalah penerimaan pajak, pajak terhadap PDB, bagi hasil pajak penghasilan pada total
penerimaan pajak, atau upaya pajak pemerintah. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
kapasitas fiskal berhubungan positif dan signifikan dengan indikator korupsi dan demokrasi.
Kapasitas fiskal mengarah untuk menurunkan korupsi dan pemerintahan menjadi lebih
demokrasi. Selain itu kapasitas fiskal meningkatkan kualitas pemerintah karena warga
menuntut administrasi lebih akuntabel ketika mereka harus menanggung beban fiskal yang
lebih besar.
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 54/PMK.07/2014 yang dimaksud Kapasitas
Fiskal adalah gambaran kemampuan keuangan masing-masing daerah yang dicerminkan
melalui penerimaan umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (tidak termasuk dana
alokasi khusus, dana darurat, dana pinjaman lama, dan penerimaan lain yang penggunaannya
dibatasi untuk membiayai pengeluaran tertentu) untuk membiayai tugas pemerintahan setelah
dikurangi belanja pegawai dan dikaitkan dengan jumlah penduduk miskin.
Penelitian Schneider (2002) di Austria menemukan bahwa pemerataan fiskal daerah
berupa transfer pusat adalah dalam rangka menyamakan perbedaan kapasitas fiskal daerah.
Pemerataan ini merupakan efek kompensasi, karena pendapatan tambahan dari Pajak
8
pemerintah daerah sendiri yang (setidaknya sebagian) dikompensasi oleh kerugian dari
transfer pemerataan. Artinya pemerintah daerah akan mendapatkan bagian dari pendapatan
pajak yang dikumpulkan di daerah itu untuk pemerintah pusat berupa dana transfer dari
pemerintah pusat sebagai bentuk pemerataan yang juga diberikan kepada daerah yang lain.
Pinjaman Daerah
Menurut Oplotnik dan Brezovnik (2004) Pemerintah Daerah hanya dapat meminjam
atas persetujuan dari kementerian Keuangan sebelumnya untuk menerbitkan surat berharga
dan mengambil pinjaman. Pemerintah Daerah mungkin tidak meminjam ke luar negeri,
kecuali sesuai dengan hukum. Pemerintah Daerah
panjang untuk investasi dengan persetujuan dewan. Pemerintah Daerah mungkin meminjam
jika tingkat totalnya hutang yang ada dan baru tidak melebihi 10 persen dari pendapatan yang
dihasilkan oleh Pemerintah Daerah
pembayaran pokok dan bunga di setiap tahun tidak dapat melebihi 5 persen dari pendapatan
yang dihasilkan. Pinjaman yang berlaku didasarkan pada basis pajak yang seimbang. Hal ini
mengarah pada asumsi Moody Median sebagai berikut:
diperbolehkan untuk modal proyek tetapi dilarang untuk tujuan arus kas saat ini. Dalam
pemanfaatan pinjaman daerah diperlukan perbedaan yang jelas antara anggaran berjalan
maupun transaksi modal Pemerintah Daerah. Dalam situasi ini penerimaan anggaran modal
meliputi (seperti pendapatan dari properti kota, berbagai hibah yang diterima untuk
kebutuhan modal dan dana pinjaman) yang dihabiskan untuk investasi lokal, sedangkan
anggaran saat ini termasuk pendapatan saat ini digunakan pada dasarnya untuk menutupi
operasi pengeluaran. Surplus dalam anggaran saat ini juga dapat digunakan untuk mendukung
modal kebutuhan yang biasanya untuk membayar pinjaman proyek-proyek investasi. Dengan
Sistem ini dapat meningkatkan transparansi pengelolaan keuangan daerah. Itu membuat lebih
mudah untuk menilai apakah pendapatan saat ini memadai untuk menutupi biaya operasi,
atau apakah pada tingkat surplus operasi. Informasi ini dapat mendukung program
pembangunan modal yang layak dan membantu dalam menilai kelayakan pinjaman.
Caluseru (2003) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Pinjaman Pemerintah Daerah
merupakan alat yang paling inovatif untuk peningkatan pendapatan dari investasi publik
9
daerah di Rumania. Pemerintah Daerah mulai menyadari bahwa sumber-sumber dana yang
tersedia dari anggaran pusat akan menjadi terbatas sehingga Pemerintah Daerah perlu
mengumpulkan dana tambahan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan mereka.
Melalui The New Law on Local Public Finances tahun 1998, Pemerintah Daerah dapat
menggunakan dua instrumen pinjaman: pinjaman dari bank komersial dan obligasi. Dalam
pembuatan kontrak pinjaman eksternal, Pemerintah Daerah harus mendapatkan persetujuan
dari Komisi mandat untuk mengotorisasi dan menyetujui pinjaman (Komisi dibentuk dari
perwakilan administrasi Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat dan Bank Nasional Rumania).
Prosedur ini dilakukan jika nilai pinjaman melebihi batas maksimum pinjaman daerah.
Jumlah maksimum ini diperbarui secara berkala. Kementerian Keuangan dapat menjamin
kontrak pinjaman eksternal yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
Bajo (2004) dalam penelitiannya di Kroasia menyatakan bahwa Pemerintah Daerah
masih mengandalkan pinjaman bentuk-bentuk klasik untuk keamanan sumber daya dalam
pembiayaan proyek-proyek modal dan ada sedikit insentif dengan menerbitkan obligasi
Pemerintah Daerah. Faktor utama untuk bisa meminjam masih berdasarkan kapasitas fiskal
dan kemampuan untuk menjamin pembayaran pinjaman termasuk pembayaran kembali
pokok pinjaman dari pendapatan di masa mendatang. Pemerintah Daerah yang memiliki
kapasitas fiskal rendah, disediakan pinjaman lunak melalui Bank Rekonstruksi dan
Pembangunan Kroasia (HIBOR) dengan tingkat bunga rendah untuk membiayai proyek
modal. Sedangkan untuk Pemerintah Daerah yang memiliki kapasitas fiskal tinggi dapat
menerbitkan obligasi, memberikan pinjaman, meminjam dari pasar dengan bunga komersial.
Mahmudi (2010) menyatakan Pinjaman daerah pada tingkat tertentu dapat memberikan
manfaat yaitu : memperbaiki struktur neraca, memperbaiki struktur fiskal, menjaga
kesinambungan fiskal, membiayai investasi yang membutuhkan dana besar untuk akselerasi
pembangunan, membangun sarana dan prasarana publik yang menghasilkan penerimaan
untuk
pembayaran
kembali
pinjaman,
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi,
dan
mengoptimalkan kas daerah. Namun demikian menurut Mahmudi terdapat juga risiko
pinjaman yang harus menjadi perhatian Pemerintah Daerah, antara lain:
1) Risiko pasar (Market Risk), yaitu risiko akibat perubahan kondisi pasar seperti perubahan
tingkat bunga pasar, nilai tukar, dan harga-harga komoditas yang berdampak pada biaya
pinjaman pemerintah
2) Risiko Perpanjangan pinjaman (Rollover Risk), yaitu risiko perpanjangan jangka waktu
pinjaman dengan tambahan beban bunga.
10
3) Risiko Likuiditas (Liquidity Risk), yaitu risiko dimana keadaan aset likuid yang tidak
mampu mencukupi untuk memenuhi kewajiban atau kesulitan organisasi untuk
memperoleh tambahan kas melalui pinjaman jangka pendek.
4) Risiko Kredit (Credit Risk), yaitu risiko tidak terbayarnya pinjaman.
5) Risiko Perjanjian (Settlement Risk), yaitu risiko yang harus ditanggung pemerintah
karena gagal memenuhi ketentuan dalam perjanjian pinjaman.
6) Risiko Operasional (Operational Risk), yaitu risiko akibat kegagalan operasi yang
disebabkan karena sumberdaya manusia, pengendalian internal maupun bencana alam.
7) Risiko Pendanaan (Funding Risk), yaitu risiko kesulitan akses pasar untuk memperoleh
pinjaman ketika pemerintah memerlukan dana untuk pinjaman lain.
Humes IV dalam Muluk (2008) mengungkapkan bahwa pada prinsipnya sumber
keuangan daerah ada tiga, yaitu Locally raised revenue (Pendapatan Asli Daerah),
Transferred or assigned income (transfer Pemerintah Pusat), dan loans (Pinjaman). Pinjaman
digunakan sebagai alternatif untuk membiayai investasi modal daerah seperti pembangunan
jalan, jembatan, dam, gedung serba guna, fasilitas air, dan lain sebagainya. Di negara
berkembang, karena sulitnya Pemerintah Daerah mendapat akses pasar maka Pemerintah
Pusat membentuk lembaga kredit pusat yang menyediakan pinjaman kepada Pemerintah
Daerah guna memperoleh modal pembangunannya.
Penelitian Hernandez-Trillo dalam Velazquez (2007) di Meksiko telah mencatat
vertikalitas hubungan pemerintahan menyebabkan asimetri informasi. Di satu sisi,
Pemerintah Daerah bisa meminjam menggunakan transfer bagi hasil mereka sebagai jaminan
dan dalam hal bawaan bank bisa mengklaim kepada Menteri Keuangan untuk membayar
menggunakan jumlah transfer ditugaskan kepada Pemerintah Daerah. Moral hazard muncul
dari insentif Negara harus menyatakan kebangkrutan mengetahui bahwa Pemerintah Pusat
akan membantu mereka dalam rangka untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Namun
pada kenyataannya negara tidak bertanggung jawab dalam urusan keuangan daerah, sistem
bagi hasil dan transfer pusat sebagai insentif menjadi gagal dalam pembayaran pinjaman.
Bank-bank pada gilirannya menghadapi masalah kerugian. sedangkan Pemerintah Daerah
akan tahu kekuatan keuangan sebenarnya, bank tidak bisa mengidentifikasi kualitas kredit
yang sebenarnya dari suatu daerah. Oleh karena itu, bank dan regulator akan mengevaluasi
daerah yang selama ini dianggap sebagai peminjam tanpa risiko. Kerangka kerja baru ini
hampir mengeliminasi transfer Pemerintah Pusat yang diskresioner dan kreditur sekarang
perlu untuk mengadopsi batas kehati-hatian dan mendapatkan penilaian risiko pinjaman
daerah. Penilaian risiko atau peringkat kredit berfungsi sebagai ukuran risiko.
11
Marks dan Raman (2007) menyatakan bahwa pengawasan negara dalam praktek
anggaran dan pinjaman pemerintah daerah memiliki tujuan menghambat kesulitan anggaran
dan keuangan dan membatasi penggunaan pembiayaan pinjaman hanya untuk tujuan yang
sah. Dalam penelitiannya ditemukan bukti empiris bahwa pengawasan negara adalah
memang sistematis terkait dengan pinjaman yang lebih rendah biaya. Pengawasan pemerintah
pusat yang obyektif dapat memberikan manfaat yang signifikan untuk Pemerintah Daerah
dalam pengelolaan keuangannya.
Kinerja Pembayaran Pinjaman Daerah
Kinerja dapat digambaran sebagai suatu kegiatan atau program dalam mewujudkan
sasaran dan tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategi
suatu organisasi (Bastian,2001:329), sedangkan penilaian kinerja merupakan proses mencatat
dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi melalui hasilhasil yang ditampilkan berupa produk, jasa ataupun proses (Larry D. Stout dalam Bastian,
2001:329). Artinya bahwa setiap kegiatan organisasi merupakan suatu proses yang tercatat
dalam misi dan sejalan dengan tujuan organisasi, dimana kegiatan tersebut dikatakan sukses
apabila hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Penilaian kinerja merupakan suatu alat
untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas (James B. Whittaker
dalam Bastian, 2001:121).
Formula Kinerja Pembayaran Pinjaman Daerah
Penelitian Terdahulu
Taufikkurrohman (2009) meneliti tentang pengaruh pendapatan perkapita, surplus
anggaran belanja modal PAD, DAU, pertumbuhan ekonomi dan faktor politik terhadap
pinjaman daerah pada kabupaten/kota di Prop Jawa Timur dengan menggunakan analisis
regresi berganda menemukan bukti positif bahwa pendapatan perkapita, surplus anggaran
belanja modal, PAD, DAU, pertumbuhan ekonomi berpengaruh dalam melakukan pinjaman
daerah.
Mulyono (2007) meneliti tentang pengaruh pendapatan per kapita, jumlah penduduk,
pertumbuhan ekonomi, PAD, transfer Pemerintah Pusat (DAU), belanja modal, dan
surplus/defisit anggaran non keuangan terhadap pinjaman daerah pada kabupaten/kota di
Proponsi Jawa Timur. Dengan regresi data panel menggunakan sampel 21 kabupaten/kota
yang memiliki pinjaman, diperoleh bukti positif bahwa pendapatan per kapita, jumlah
penduduk, pertumbuhan ekonomi, PAD, transfer Pemerintah Pusat (DAU), belanja modal,
dan surplus/defisit anggaran non keuangan berpengaruh terhadap pinjaman daerah.
12
Hita, et al. (2009) menganalisis pengaruh belanja modal, tingkat rasio pinjaman,
kapasitas keuangan, pendapatan usaha daerah terhadap perubahan pinjaman daerah pada kota
Navarra di Spanyol diperoleh bukti positif bahwa belanja modal, tingkat rasio pinjaman,
kapasitas keuangan, pendapatan usaha daerah mempengaruhi perubahan pinjaman daerah. Di
Navarra pendapatan dari pembangunan perkotaan yang dibiayai dari pinjaman mengalami
peningkatan, menggantikan sumber-sumber lain seperti perpajakan biasa dan hibah.
Penelitian Aribawa (2005) untuk mengetahui kapasitas daerah dalam pengembalian
pinjaman yang secara deskriptif menjelaskan kontribusi PAD, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi
Umum, dan belanja daerah dengan menggunakan analisi keuangan (DSCR) menunjukkan
pemerintah kota semarang memiliki kemampuan untuk melakukan pinjaman. Sebelumnya
Pemerintah kota semarang telah memperoleh Pinjaman dari Bank dunia untuk program
peningkatan pelayanan prasarana perkotaan meliputi 6 sektor: jalan kota, air bersih, drainase,
sanitasi, persampahan, perbaikan kampung dan pasar. Program pembangunan ini bernilai
positif terhadap pertumbuhan penerimaan daerah.
Pascual (2004) meneliti pengaruh faktor sosial ekonomi (pendapatan, hibah), politik
(siklus pemilihan umum) dan anggaran (investasi, penerimaan bruto, obligasi) terhadap
memotivasi pinjaman Pemerintah Daerah di spanyol dengan data panel yang meliputi 100
Pemerintah Daerah yang memiliki populasi lebih dari 50.000 penduduk periode tahun 19921999 menemukan hubungan positif faktor sosio-ekonomi dan anggaran terhadap motivasi
pinjaman daerah
Lewis (2003), menunjukkan bahwa faktor faktor kapasitas fiskal yang berasal dari
operasional surplus berpengaruh terhadap kinerja pembayaran pinjaman Pemerintah Daerah.
Penelitian ini diperkuat dengan penelitian dari Vazquez (1997) dan Nagowski (2007) dimana
Kapasitas fiskal dapat untuk meningkatkan pendapatan dari sumber-sumber mereka sendiri
dalam rangka untuk membayar kebutuhan pelayanan standar barang dan jasa.
Pengembangan penelitian sehubungan dengan restrukturisasi pinjaman Pemerintah
Daerah selama ini masih sangat terbatas. Penelitian Alvaro Manoel, et. al. dalam Canuto dan
Liu (2013) menjelaskan Restrukturisasi Pinjaman Daerah di Brazil dilaksanakan dalam 3
tahap: tahap pertama difokuskan pada perubahan ketentuan pembayaran utang, tahap kedua
menstabilkan situasi ekonomi makro dan membuat Pemerintah Daerah lebih efisien
(mengurangi peran negara menuju pasar terbuka), tahap ketiga konsolidasi penyesuaian fiskal
dengan diberlakukannya Peraturan Tanggung jawab Fiskal (Fiscal Responsibility Law/FRL)
pada tahun 2000. Restrukturisasi di Brazil terbukti mampu menjaga stabilitas ekonomi makro
dan mengurangi tingkat utang Pemerintah Daerah.
13
Rangarajan dan Prasad dalam Canuto dan Liu (2013) meneliti Restrukturisasi pinjaman
Pemerintah Daerah di India menemukan bahwa restrukturisasi utang yang berupa
penghapusan, pengurangan pembayaran bunga jatuh tempo, mengubah persyaratan
pembayaran, mengurangi tingkat suku bunga dan konsolidasi pinjaman harus disertai
reformasi kelembagaan dan target fiskal untuk meningkatkan upaya pendapatan,
mengendalikan pengeluaran, dan reorientasi pengeluaran terhadap pertumbuhan. Hasilnya
menunjukkan pertumbuhan pinjaman terhadap PDRB lebih lambat pada periode pascarestrukturisasi dibandingkan periode pra-restrukturisasi.
Revilla dalam Canuto dan Liu (2013) meneliti Restrukturisasi pinjaman Pemerintah
Daerah di Mexico menemukan bahwa restrukturisasi yang dilakukan dengan menurunkan
suku bunga pinjaman menjadi bunga tetap 10,5 % dan memperpanjang jangka waktu dari
rata-rata 6,6 tahun menjadi 15 s.d. 20 tahun mampu mempengaruhi keuangan Pemerintah
Daerah dalam pembayaran.
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Secara teori, kapasitas fiskal daerah dapat meningkatkan kinerja pembayaran pinjaman
pemerintah daerah. Dari penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa faktor-faktor
kapasitas fiskal terdiri dari : PAD, DBH, DAU, LP, BP, Kemiskinan berpengaruh terhadap
pinjaman daerah. Restrukturisasi pinjaman pemerintah daerah di Indonesia diharapkan
memiliki pengaruh terhadap nilai tunggakan yang semakin menurun. Pengukuran tingkat
keberhasilan
restrukturisasi
menggunakan
indikator
perbandingan
tahun
sebelum
restrukturisasi dan tahun setelah restrukturisasi. Penelitian ini ingin mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi tunggakan pinjaman pemerintah daerah.
Berdasarkan atas tujuan penelitian, kajian teoritis, dan kerangka pemikiran, maka
Hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut :
a. Diduga terdapat pengaruh Kapasitas Fiskal terhadap kinerja pembayaran pinjaman
pemerintah daerah.
b. Diduga terdapat pengaruh Restrukturisasi Pinjaman terhadap kinerja pembayaran
pinjaman pemerintah daerah.
METODE PENELITIAN
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data diperoleh dari
Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Bagian Anggaran Penerusan Pinjaman yang dibuat oleh
Direktorat Sistem Manajemen Investasi untuk variabel restrukturisasi pinjaman dan kinerja
pembayaran pinjaman daerah. Untuk kapasitas fiskal daerah diperoleh dari Direktorat
14
15
H0 : Tidak ada pengaruh pendapatan asli daerah, dana bagi hasil, dana alokasi umum, lainlain penerimaan yang sah, belanja pegawai daerah, kemiskinan, dan kebijakan
restrukturisasi pinjaman secara simultan terhadap kinerja pembayaran pinjaman
Pemerintah Daerah
H1 : Ada pengaruh pendapatan asli daerah, dana bagi hasil, dana alokasi umum, lain-lain
penerimaan yang sah, belanja pegawai daerah, kemiskinan, dan kebijakan
restrukturisasi pinjaman secara simultan terhadap kinerja pembayaran pinjaman
Pemerintah Daerah
Kriteria pengujian menyatakan jika probabilitas hitung level of significance () maka H0
ditolak, sehingga terdapat pengaruh signifikan secara simultan pendapatan asli daerah, dana
bagi hasil, dana alokasi umum, lain-lain pendapatan daerah yang sah, belanja pegawai daerah,
kemiskinan, dan kebijakan restrukturisasi pinjaman terhadap kinerja pembayaran pinjaman
Pemerintah Daerah .
Hasil analisis pengujian hipotesis secara simultan menghasilkan nilai Fhitung = 59.961
dengan probabilitas 0.000. Hasil pengujian tersebut menunjukkan probabilitas hitung < level
of significance (=5%), sehinga H0 ditolak. Hal ini dapat dinyatakan bahwa terdapat
pengaruh signifikan secara simultan (bersama-sama) variabel pendapatan asli daerah, dana
bagi hasil, dana alokasi umum, lain-lain pendapatan daerah yang sah, belanja pegawai daerah,
kemiskinan, dan kebijakan restrukturisasi pinjaman terhadap kinerja pembayaran pinjaman
Pemerintah Daerah. Dengan demikian hipotesis secara simultan yang menyatakan pengaruh
pendapatan asli daerah, dana bagi hasil, dana alokasi umum, lain-lain pendapatan daerah
yang sah, belanja pegawai daerah, kemiskinan, dan kebijakan restrukturisasi pinjaman
terhadap kinerja pembayaran pinjaman Pemerintah Daerah dinyatakan terpenuhi.
FIXED - FIXED
Dependent Variable: KINERJA?
Method: Pooled Least Squares
Date: 12/16/15 Time: 08:35
Sample: 2009 2013
Included observations: 5
Cross-sections included: 47
Total pool (balanced) observations: 235
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
RESCH?
14465.25
-0.019776
3874.427
0.003470
3.733520
-5.699658
0.0003
0.0000
16
PAD?
DBH?
DAU?
LP?
BP?
Fixed Effects (Period)
2009--C
2010--C
2011--C
2012--C
2013--C
0.008860
0.003515
0.005616
0.000933
-18.26919
0.002697
0.004208
0.005003
0.002958
45.22732
3.285025
0.835443
1.122644
0.315491
-0.403941
0.0012
0.4046
0.2631
0.7528
0.6867
873.7580
-1.379487
875.5840
-697.0356
-1050.927
Effects Specification
0.983928
0.978872
3941.814
2.77E+09
-2246.467
194.5956
0.000000
14383.44
27118.58
19.60397
20.44311
19.94227
2.269222
KESIMPULAN
1. Penelitian ini membangun model pengaruh variabel kapasitas fiskal yaitu PAD, Belanja
Pegawai, DBH, DAU, LP, dan kemiskinan terhadap Kinerja pembayaran pinjaman
pemerintah daerah. Pengujian hipotesis dan pembahasan membuktikan bahwa kapasitas
fiskal berpengaruh terhadap kinerja pembayaran pinjaman pemerintah daerah. Artinya
semakin tinggi kapasitas fiskal daerah maka semakin baik kemampuan daerah untuk
membayar pengadaan pinjaman yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan barang
publik daerah.
2. Penelitian ini juga secara teoritis menunjukkan bahwa Restrukturisasi Pinjaman
berpengaruh terhadap Kinerja Pembayaran Pinjaman Pemerintah Daerah. Adanya
restrukturisasi memberikan keringanan kepada pemerintah daerah yang berupa
penghapusan pinjaman non pokok dan ini disambut oleh pemerintah daerah dengan
segera melunasi sisa pinjaman yang masih ada.
LIMITASI
17
18
beban di sisi pinjaman dan pemerintah daerah dapat melakukan realokasi dana yang
berasal dari penghapusan untuk peningkatan belanja modal di daerah.
REFERENSI
Cohen, S. (2008), Identifying The Moderator Factors of Financial Performance In Greek
Municipalities. Financial Accountability & Management, 24: 265294
Jones, S. and Walker, R. G. (2007), Explanators of Local Government Distress. Abacus,
43: 396418
Mehiriz, K. and Marceau, R. (2014), The Flypaper and Asymmetric Effects of
Intergovernmental Grants to Quebec Municipalities. Public Budgeting & Finance,
34: 85102. doi: 10.1111/pbaf.12026
Alisjahbana, A.S., Soemitro, S., dan Rahmayandi, Arief.2002.Local Government Borrowing.
Report submitted to the IRIS. The University of Maryland.
Alm, James, Indrawati, Sri Mulyani.2003.Decentralization and Local Government
Borrowing in Indonesia. www.books.google.com. November 2014.
Aribawa, Benedictus D. 2005. Kapasitas Pengembalian Pinjaman Daerah dalam
Pembiayaan Pembangunan Perkotaan. Tesis. Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro Semarang.
Baskaran, Thushyanthan, Bigsten, Arne. 2013. Fiscal Capacity and the Quality of
Government in Sub-Saharan Africa. Jurnal of World Development Vol.45, pp.92-107.
Bastida, Francisco, et al. 2014. Explaining Interest Rates in Local Government Borrowing.
International Public Management Journal 17:1, 45-73. Routledge Publishing.
Bajo, Anto. 2004. Local Government Unit Borrowing in Croatia: Opportunities and
Constrains. Occasional Paper No.20.pp.203-219, Institute of Public Finance.
Bin, Yan, Quan, Li. 2012. Construction Problem of Local Government in China. Physics
Procedia Vol. 24, 1773-1780.
Capeci, John. 1994. Local fiscal policies, default risk, and municipal borrowing cost. Journal
of Public Economics Vol. 53, 73-89. Elsevier.
Comrie, John. 2014. Debt is not a dirty word : role and use of debt in local government.
IPWEA & ACELG, Australia.
Canuto, Otaviano, Liu, Lili. 2013. Until Debt Do Us Part : Subnational Debt, Insolvency, and
Markets. The World Bank.
Caluseru, Gabriela et.al. 2003. Local Government Borrowing: Regulation and Practice
Country Report - Rumania. Institutal Pentra Politici Publice, Bucarest, Rumania.
19
Chowdhury, Abdur R. 1988. Expenditure and receipts in state and local government finances:
Comment. Journal of Public Choice Vol. 59, 277-285. Kluwer Academic Publisher.
Cruces, Juan, Trebesch, Christoph. 2010. Sovereign Defaults : The Price of Haircuts.
Working Paper, IMF.
Das, Udair S., Michael G. Papaioannou, and Cristoph Trebesh. 2012. Sovereign Debt
Restructuring 1950-2010: Literatur Survey, Data, And Stilized Fact. Working Paper,
IMF.
Dahlby, B., Wilson, L.S. 1994. Fiscal Capacity, Tax Effort, and Optimal Equalization Grants.
The Canadian Journal of Economics / Revue canadienne d'Economique, Vol. 27, No.
3, pp. 657-672. Blackwell Publishing.
Dahlby, B., Wilson, L.S. 1994. Fiscal Capacity, Tax Effort, and Optimal Equalization Grants.
The Canadian Journal of Economics / Revue canadienne d'Economique, Vol. 27, No.
3, pp. 657-672. Blackwell Publishing.
Devas, Nick, Delay, Simon. 2006. Lcal Democracy and the Challenges of Decentralising the
State: An International Perspective. Local Government Studies Vol. 32. No.5,677-695,
Routledge Publishing.
Elmi, Bachrul. 2002. Keuangan Pemerintah Daerah Otonom. Penerbit Universitas Indonesia
(UI-Press), Jakarta.
Elmi, Bachrul, Ika, Shahrir. 2002. Hutang Sebagai Salah Satu Sumber Pembiayaan
Pembangunan Daerah Otonom. Kajian Ekonomi Keuangan, Vol.6, No.1.
Engen, Eric M., R.G.Hubbard. 2005. Federal Government Debt and Interest Rates. NBER
Macroeconomics Anual Vol.19, MIT Press.
Gibbon, I.G.1928. Borrowing by Local Government. Public Administration Vol 6, 00333298(p), Blackwell Publishing.
Ghorashi, Mehrdaad.2000. Optimal Sequence of Inter-Generational Borrowing and Lending
Leading to Escape from the Poverty Trap through an Invisible Hand. Computational
Economics 15: 251-572, Kluwer Academic Publishers.
Gujarati, Damodar N. .2006. Dasar dasar Ekonometrika. Erlangga, Jakarta.
Hita, Fermn Cabass, Roberto Ezcurra Orayen, and Pedro Pascual Arzoz. 2009. Municipal
indebtedness in Navarra: the impact of borrowing limits and urban development.
Department
of
Economics
Public
University
of
Navarra,
Spain.
Http://www.google.com. Desember 2014.
Hildreth, W. Bartley, Miller, Gerald J. 2002. Debt and the Local Economy: Problems in
Benchmarking Local Government Debt Affordability. Public Budgeting & Finance
Vol 22, 0275-1100(p), Blackwell Publishing.
20
Ihori, Toshihiro, Itaya, Jun-Ichi. 2004. Fiscal Reconstruction and Local Government
Financing. International Tax and Public Finance Vol. 11, 55-67, Kluwer Academic
Publishers.
Iqrom, Pahrizal. 2013. Reformasi Birokrasi di Nusantara. Universitas Brawijaya Press (UB
Press), Malang.
Jordan, Meagan M. 2003. Punctuations and Agendas: A New Look at Local Government
Budget Expenditure. Journal of Policy Analysis and Management Vol. 11 No.3, 345360, Wiley Periodicals, Inc.
Kementerian Keuangan.2014. Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
tahun 2014.
Kementerian Keuangan.2008. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/PMK.05/2008
Tentang Penyelesaian Pinjaman Negara yang Bersumber dari Penerusan Pinjaman
Luar Negeri, Rekening Dana Investasi, dan Rekening Pembangunan Daerah pada
Pemerintah Daerah.
Kementerian Keuangan.2014. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 54/PMK.07/2014 Tentang
Peta Kapasitas Fiskal Daerah.
Killpatrick, Wylie. 1937. Federal Regulation of Local Debt. National Civic Review Vol. 26.
Blackwell Publishing.
Lewis, Blane D. 2003. Local Borrowing and repayment in Indonesia : Does fiscal capacity
matter. Jurnal of World Development Vol.31, No.6, 1047-1063.
Latan, Hengky. Ghozali, Imam. 2012. Partial Least Squares Konsep, Teknik dan Aplikasi
menggunakan Program SmartPLS 2.0 M3. Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang.
Mankiw, N. Gregory. 2007. Makroekonomi. Edisi keenam, Erlangga, Jakarta.
Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Erlangga, Jakarta.
Mangkoesoebroto, Guritno. 2000. Ekonomi Publik. Edisi ketiga, BPFE-UGM, Yogyakarta.
Marchesi, Silvia. 2003. Adoption of an IMF programme and debt rescheduling. An empirical
analysis. Journal of Development Economics Vol. 70, 403 423.
Mark, Barry R., Raman, Krishnamurthy K. 1987. State Supervision of Local Borrowing and
Budgeting Practices and Municipal Net Interest Cost: an Empirical Evaluation.
International Journal of Public Administration Vol. 9 issue 4, 435-446.
Mulyono, Imam. 2007. Aspek-aspek Kuantitatif yang Memperngaruhi Kebijakan Pinjaman
Daerah (Studi Kasus Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Timur). TEMA Vol. 8 No.2.
Muluk, M.R. Khairul. 2008. Knowledge Management: Kunci Sukses Inovasi Pemerintah
Daerah. Edisi Pertama, Bayumedia & LPDFIA-Unibraw, Malang.
21
23
LAMPIRAN
COMMON
Dependent Variable: KINERJA?
Method: Pooled Least Squares
Date: 12/15/15 Time: 19:17
Sample: 2009 2013
Included observations: 5
Cross-sections included: 47
Total pool (balanced) observations: 235
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
RESCH?
PAD?
DBH?
DAU?
LP?
BP?
0.021866
-0.025089
-0.015009
-0.035100
0.044969
48.12692
0.007767
0.005337
0.012477
0.023851
0.012040
25.20188
2.815406
-4.701361
-1.202987
-1.471653
3.734970
1.909656
0.0053
0.0000
0.2302
0.1425
0.0002
0.0574
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.280902
0.265201
23246.15
1.24E+11
-2693.077
0.195064
14383.44
27118.58
22.97087
23.05920
23.00648
FIXED
Dependent Variable: KINERJA?
Method: Pooled Least Squares
Date: 12/15/15 Time: 19:18
Sample: 2009 2013
Included observations: 5
Cross-sections included: 47
Total pool (balanced) observations: 235
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
RESCH?
PAD?
DBH?
DAU?
LP?
BP?
Fixed Effects (Cross)
_ACEHSEL--C
_ACEHTGR--C
_LANGSA--C
_LANGKAT--C
_KARO--C
_TJBALAI--C
_MEDAN--C
_PMTSTR--C
_PADANG--C
_PDGPJ--C
16231.44
-0.019236
0.008605
-0.000279
0.005896
0.000203
-13.44022
3743.914
0.003459
0.002679
0.003430
0.004983
0.002829
44.42366
4.335420
-5.561592
3.211807
-0.081316
1.183116
0.071768
-0.302546
0.0000
0.0000
0.0016
0.9353
0.2383
0.9429
0.7626
946.0462
-8623.568
-10874.04
-14169.89
-14170.36
-8890.031
116942.7
-7122.343
-6438.978
-14585.96
24
_PDGPRM--C
_BKTTGI--C
_SOLOK--C
_BENGKALIS--C
_INHUL--C
_BANGKA--C
_KERINCI--C
_JAMBI--C
_RIAU--C
_LBLINGGAU--C
_PLB--C
_BKLUSEL--C
_RJLEBONG--C
_BENGKULU--C
_LAMPUT--C
_CIAMIS--C
_KARAWANG--C
_PURWAKARTA--C
_CIREBON--C
_BLITAR--C
_SINGKAW--C
_BJMASIN--C
_MINAHASA--C
_SANGIHE--C
_BITUNG--C
_MANADO--C
_TOLI2--C
_PALU--C
_GOWA--C
_JENEPONTO--C
_MAMUJU--C
_MAROS--C
_PANGKEP--C
_PINRANG--C
_MAKASAR--C
_KOLAKA--C
_MALUKU--C
-7960.589
-15442.09
-6688.543
-33431.51
-13360.76
-15846.48
-14296.42
-6251.547
13880.49
-13495.59
67987.98
-9043.875
-8128.328
-9729.593
-6815.461
-13245.47
-7906.250
-12498.14
-11908.43
-15327.82
2274.333
44317.45
-8569.460
-13099.21
-7329.902
24365.27
-13648.85
921.5977
-10224.83
-14228.07
-14742.08
-6806.485
-10815.50
-12000.21
103560.7
-14881.07
57401.14
Effects Specification
0.983440
0.978709
3956.984
2.85E+09
-2249.981
207.8576
0.000000
RANDOM
Dependent Variable: KINERJA?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 12/15/15 Time: 19:21
Sample: 2009 2013
Included observations: 5
Cross-sections included: 47
Total pool (balanced) observations: 235
Swamy and Arora estimator of component variances
25
14383.44
27118.58
19.59984
20.38008
19.91440
2.296947
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
RESCH?
PAD?
DBH?
DAU?
LP?
BP?
Random Effects (Cross)
_ACEHSEL--C
_ACEHTGR--C
_LANGSA--C
_LANGKAT--C
_KARO--C
_TJBALAI--C
_MEDAN--C
_PMTSTR--C
_PADANG--C
_PDGPJ--C
_PDGPRM--C
_BKTTGI--C
_SOLOK--C
_BENGKALIS--C
_INHUL--C
_BANGKA--C
_KERINCI--C
_JAMBI--C
_RIAU--C
_LBLINGGAU--C
_PLB--C
_BKLUSEL--C
_RJLEBONG--C
_BENGKULU--C
_LAMPUT--C
_CIAMIS--C
_KARAWANG--C
_PURWAKARTA--C
_CIREBON--C
_BLITAR--C
_SINGKAW--C
_BJMASIN--C
_MINAHASA--C
_SANGIHE--C
_BITUNG--C
_MANADO--C
_TOLI2--C
_PALU--C
_GOWA--C
_JENEPONTO--C
_MAMUJU--C
_MAROS--C
_PANGKEP--C
_PINRANG--C
_MAKASAR--C
_KOLAKA--C
_MALUKU--C
9579.135
-0.015825
0.007881
0.001118
0.005573
0.000433
65.91821
3934.363
0.003191
0.002483
0.003384
0.004972
0.002811
25.49929
2.434736
-4.959732
3.173443
0.330343
1.120846
0.153959
2.585100
0.0157
0.0000
0.0017
0.7414
0.2635
0.8778
0.0104
4276.247
-4880.451
-6446.268
-17229.59
-11331.76
-4696.685
102340.2
-3312.853
-5390.277
-8979.958
-5582.606
-9863.286
-869.6791
-28952.41
-9940.716
-11222.87
-9747.987
-4753.263
-25183.77
-9528.180
55135.81
-5654.548
-5387.306
-8885.832
-13580.61
-20719.28
-23870.80
-13868.61
-9175.330
-9952.418
7393.112
47139.84
-4622.881
-8224.460
-2537.248
27725.68
-10195.83
4079.700
-9252.919
-13012.38
-10850.35
-4414.340
-9354.031
-8407.957
101403.1
-13485.89
33871.88
Effects Specification
S.D.
Cross-section random
21849.79
26
Rho
0.9682
Idiosyncratic random
3956.984
0.0318
Weighted Statistics
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.141239
0.118640
4195.494
6.249777
0.000004
1161.114
4468.958
4.01E+09
1.680004
Unweighted Statistics
R-squared
Sum squared resid
0.002137
1.72E+11
14383.44
0.039264
Statistic
Cross-section F
Cross-section Chi-square
d.f.
Prob.
167.212429
885.312161
(46,182)
46
0.0000
0.0000
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
RESCH?
PAD?
DBH?
DAU?
LP?
BP?
-3709.799
0.019371
-0.022445
-0.005746
-0.038522
0.042426
48.15378
4011.130
0.008224
0.006056
0.016002
0.024143
0.012354
25.20986
-0.924876
2.355428
-3.706293
-0.359093
-1.595528
3.434312
1.910117
0.3560
0.0193
0.0003
0.7199
0.1120
0.0007
0.0574
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.283590
0.264737
23253.50
1.23E+11
-2692.637
15.04225
0.000000
27
14383.44
27118.58
22.97563
23.07868
23.01718
0.194329
Chi-Sq.
Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
34.314028
0.0000
Var(Diff.)
Prob.
-0.015825
0.000002
0.007881
0.000001
0.001118
0.000000
0.005573
0.000000
0.000433
0.000000
65.918213 1323.248387
0.0106
0.4713
0.0127
0.3369
0.4655
0.0291
Test Summary
Cross-section random
Fixed
-0.019236
0.008605
-0.000279
0.005896
0.000203
-13.440217
Random
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
RESCH?
PAD?
DBH?
DAU?
LP?
BP?
16231.44
-0.019236
0.008605
-0.000279
0.005896
0.000203
-13.44022
3743.914
0.003459
0.002679
0.003430
0.004983
0.002829
44.42366
4.335420
-5.561592
3.211807
-0.081316
1.183116
0.071768
-0.302546
0.0000
0.0000
0.0016
0.9353
0.2383
0.9429
0.7626
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
F-statistic
Prob(F-statistic)
0.983440
0.978709
3956.984
2.85E+09
-2249.981
207.8576
0.000000
FIXED - FIXED
Dependent Variable: KINERJA?
Method: Pooled Least Squares
Date: 12/16/15 Time: 08:35
Sample: 2009 2013
Included observations: 5
Cross-sections included: 47
28
14383.44
27118.58
19.59984
20.38008
19.91440
2.296947
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
RESCH?
PAD?
DBH?
DAU?
LP?
BP?
Fixed Effects (Cross)
_ACEHSEL--C
_ACEHTGR--C
_LANGSA--C
_LANGKAT--C
_KARO--C
_TJBALAI--C
_MEDAN--C
_PMTSTR--C
_PADANG--C
_PDGPJ--C
_PDGPRM--C
_BKTTGI--C
_SOLOK--C
_BENGKALIS--C
_INHUL--C
_BANGKA--C
_KERINCI--C
_JAMBI--C
_RIAU--C
_LBLINGGAU--C
_PLB--C
_BKLUSEL--C
_RJLEBONG--C
_BENGKULU--C
_LAMPUT--C
_CIAMIS--C
_KARAWANG--C
_PURWAKARTA--C
_CIREBON--C
_BLITAR--C
_SINGKAW--C
_BJMASIN--C
_MINAHASA--C
_SANGIHE--C
_BITUNG--C
_MANADO--C
_TOLI2--C
_PALU--C
_GOWA--C
_JENEPONTO--C
_MAMUJU--C
_MAROS--C
_PANGKEP--C
_PINRANG--C
_MAKASAR--C
_KOLAKA--C
_MALUKU--C
Fixed Effects (Period)
2009--C
2010--C
14465.25
-0.019776
0.008860
0.003515
0.005616
0.000933
-18.26919
3874.427
0.003470
0.002697
0.004208
0.005003
0.002958
45.22732
3.733520
-5.699658
3.285025
0.835443
1.122644
0.315491
-0.403941
0.0003
0.0000
0.0012
0.4046
0.2631
0.7528
0.6867
1062.196
-8320.292
-10301.29
-15316.23
-14353.18
-8213.306
115294.8
-6929.270
-7886.011
-14600.40
-8200.555
-14908.87
-6209.400
-32880.90
-13375.52
-15744.76
-14184.46
-6374.605
16562.68
-12841.97
66924.04
-8628.367
-7731.198
-9514.729
-6879.872
-15306.28
-8788.340
-12855.34
-11933.29
-14703.26
2666.654
43940.28
-8634.247
-12753.96
-6934.365
23960.20
-13356.49
837.3010
-10440.80
-13846.17
-14802.51
-6599.720
-10677.58
-12027.26
102175.3
-14882.44
58513.88
873.7580
-1.379487
29
2011--C
2012--C
2013--C
875.5840
-697.0356
-1050.927
Effects Specification
0.983928
0.978872
3941.814
2.77E+09
-2246.467
194.5956
0.000000
14383.44
27118.58
19.60397
20.44311
19.94227
2.269222
DESKRIPTIF STATISTIK
KINERJA?
14383.44
5561.704
151036.3
0.000000
27118.58
2.802773
10.35055
RESCH?
139271.6
41693.46
2725624.
6234.749
342186.7
5.327106
34.57467
PAD?
184867.8
38831.12
3067168.
9796.000
520263.1
4.560141
23.05606
DBH?
472584.1
420044.9
1303908.
0.000000
230616.7
1.235202
4.794639
DAU?
36526.17
15126.29
658840.1
0.000000
70367.47
5.142538
36.99630
LP?
478428.0
390174.6
1912222.
119667.0
284122.5
1.668541
6.193459
BP?
69.97217
35.00000
558.3000
3.200000
95.15864
2.888860
11.90058
Jarque-Bera
Probability
836.7241
0.000000
10873.37
0.000000
4753.122
0.000000
91.29378
0.000000
12352.49
0.000000
208.8983
0.000000
1102.565
0.000000
Sum
Sum Sq. Dev.
3380108.
1.72E+11
32728834
2.74E+13
43443929
6.33E+13
1.11E+08
1.24E+13
8583650.
1.16E+12
1.12E+08
1.89E+13
16443.46
2118909.
Observations
Cross sections
235
47
235
47
235
47
235
47
235
47
235
47
235
47
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
30