Anda di halaman 1dari 39

BAB III

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA


KERANGKA PENDANAAN

3.1 Kinerja Keuangan Daerah

Keuangan daerah merupakan semua hak dan kewajiban daerah


dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai
dengan uang, termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban daerah.

Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana


secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti
dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada
daerah dengan mempertimbangkan alokasi anggaran pada program-
program prioritas daerah yang mengacu pada peraturan perundang-
undangan (money follow program prioritas) dengan pendekatan
pembangunan holistik, tematik, integratif dan spasial.

Dengan mendasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun


2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, bahwa ruang lingkup
keuangan daerah meliputi :

1. Hak daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi daerah


serta melakukan pinjaman;
2. Kewajiban daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan
daerah dan membayar tagihan pihak ketiga;
3. Penerimaan daerah;
4. Pengeluaran daerah;
5. Kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa
uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang
dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan
pada perusahaan daerah; serta
6. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah daerah dalam
rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan daerah dan/atau
kepentingan umum.

Secara ringkas, pengelolaan keuangan daerah diwujudkan dalam


suatu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Oleh karenanya, untuk
dapat melakukan analisis pengelolaan keuangan daerah, diperlukan
analisis pelaksanaan APBD tahun sebelumnya, yang pada dasarnya
dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang kapasitas atau
kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan
pembangunan daerah.

APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari: Pendapatan


Daerah, Belanja Daerah, dan Pembiayaan Daerah, sehingga dalam
menganalisis pengelolaan keuangan daerah, terlebih dahulu harus
memahami jenis obyek Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan
Pembiayaan Daerah sesuai dengan kewenangan. Analisis tersebut
diperlukan sebagai dasar untuk menentukan kerangka pendanaan di

III | 1
masa yang akan datang, dengan mempertimbangkan peluang dan
hambatan yang dihadapi.

Dalam melakukan analisis pengelolaan keuangan daerah, terlebih


dahulu dilakukan analisis mengenai Pendapatan Daerah yang dilakukan
dengan kerangka pemikiran sebagaimana disajikan dalam gambar 3.1.

Gambar 3.1:
Analisis Proyeksi Pendapatan Daerah
Sumber: Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010

Pendapatan Daerah merupakan hak pemerintah daerah yang diakui


sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Kriteria Pendapatan Daerah
yang dianggarkan dalam APBD harus merupakan perkiraan yang terukur
secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan.
Dengan mendasarkan pada ketentuan tersebut, Pendapatan Daerah
diperoleh dengan mengacu pada kebijakan di bidang keuangan Negara
dan mempertimbangkan kondisi perekonomian, yang dicerminkan melalui
asumsi indikator makro ekonomi, serta kemampuan Pemerintah Daerah
dalam menggali potensi Pendapatan Daerah yang diupayakan melalui
kebijakan intensifikasi dan ektensifikasi Pendapatan Daerah. Dari
formulasi tersebut diperoleh angka rata-rata pertumbuhan setiap objek
Pendapatan Daerah yang secara kumulatif mencerminkan tingkat
pertumbuhan Pendapatan Daerah.
Angka pertumbuhan Pendapatan Daerah menunjukkan
kemampuan Pemerintah Daerah dalam upaya mempertahankan dan
meningkatkan Pendapatan Daerah, sekaligus digunakan sebagai salah
satu dasar dalam merencanakan Pendapatan Daerah di masa yang akan
datang. Setelah dilakukan analisis Pendapatan Daerah, perlu dilakukan
analisis Belanja Daerah dengan kerangka pemikiran yang digambarkan
sebagai berikut.

III | 2
Gambar 3.2:
Analisis Proyeksi Belanja Daerah
Sumber: Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010

Belanja Daerah merupakan kewajiban Pemerintah Daerah yang


diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih, yang dipergunakan
dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Provinsi atau Kabupaten/Kota yang terdiri dari urusan wajib
dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-
undangan.

Analisis mengenai Belanja Daerah, didasarkan pada kondisi


perekonomian yang digambarkan melalui serangkaian asumsi indikator
makro ekonomi, juga mengacu pada Kebijakan Pemerintah, serta
mempertimbangkan kebijakan Pembiayaan Daerah, yang kemudian
diformulasikan sehingga diperoleh angka rata-rata pertumbuhan
pengeluaran wajib, dan mengikat, serta prioritas utama. Dari rata-rata
tersebut, akan diperoleh tingkat pertumbuhan pengeluaran wajib dan
mengikat serta prioritas utama, yang digunakan sebagai gambaran dasar
untuk memperhitungkan bagian dari Belanja Daerah yang harus dipenuhi
di masa yang akan datang.

Selain analisis Pendapatan dan Belanja Daerah, juga dilakukan


analisis berkaitan dengan Pembiayaan Daerah yang rumusan pemikiran
digambarkan pada gambar berikut.

III | 3
Gambar 3.3:
Analisis Proyeksi Pembiayaan Daerah
Sumber: Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010

Pembiayaan Daerah yaitu semua penerimaan yang perlu dibayar


kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada
tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya. Dalam menganalisis Pembiayaan Daerah, didasarkan pada
kondisi perekonomian dilapangan yang ditunjukkan melalui asumsi
indikator makro ekonomi, juga mengacu pada kebijakan penyelesaian
kewajiban daerah. Selain itu, juga perlu memperhatikan kebijakan
efisiensi Belanja Daerah dan peningkatan Pendapatan Daerah, sebagai
komponen pembentuk Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA). Dari
rumusan tersebut, akan diperoleh angka rata-rata pertumbuhan
kewajiban kepada pihak ketiga yang belum terselesaikan, serta kegiatan
lanjutan yang harus diselesaikan, juga dapat dilihat angka
pertumbuhannya sebagai gambaran besaran kewajiban yang harus
diselesaikan di masa yang akan datang.

3.1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD Tahun 2010-2014


A. Pendapatan Daerah

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 dijelaskan


bahwa Pendapatan Daerah sebagaimana meliputi semua penerimaan
uang melalui Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana
lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang
tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah. Pendapatan Daerah diperoleh
dari Pendapatan Asli Daerah (PAD); Dana Perimbangan; dan Lain-lain
Pendapatan Daerah Yang Sah.

Dalam melihat perkembangan Pendapatan Daerah secara


keseluruhan, terlebih dahulu dilihat asumsi indikator makro ekonomi
sebagai gambaran kondisi perekonomian dilapangan, yaitu sebagai
berikut.

III | 4
Tabel 3.1
Realisasi Indikator Makro Ekonomi Kabupaten Morowali Utara
Tahun 2011-2015 (Dalam Persen)
Kategori Lapangan Usaha 2011 2012 2013 2014 2015

Pertanian,
A
Kehutanan dan 4,03 5,15 7,08 16,46 28,71
Perikanan
B Pertambangan dan
44,26 32,33 28,28 -12,3 -55,27
Pengalihan
C
Industri Pengolahan 6,73 8,03 8,93 12,21 8,89
D Pengadaan Listrik
6,79 7,22 11,63 9,76 8,23
dan Gas
Pengadaan Air,
E Pengelolaan
6,23 7,22 6,12 7,43 8,76
Sampah, Limbah
dan Daur Ulang
F Konstruksi 6,95 8,56 9,78 49,05 913,01
Perdagangan Besar
G dan eceran;
4,31 9,48 9,32 16,43 6,91
Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
H Transportasi dan
8,04 8,81 7,08 15,02 22,05
Pergudangan
Penyediaan
I Akomodasi dan 6,57 7,26 8,24 8,54 8,84
Makan Minum
J Informasi dan
9,32 9,66 9,92 19,27 6,68
Komunikasi
K Jasa Keuangan dan
16,61 10,89 8,78 4,52 9,38
Asuransi
L
Real Estate 7,68 8,05 8,39 22,36 12,9
M, N Jasa Perusahaan 2,88 4,00 6,03 9,87 8,23
Administrasi
Pemerintahan,
O
Pertahanan dan 5,58 6,40 7,34 13,93 7,82
Jaminan Sosial
Wajib
P Jasa Pendidikan 6,36 6,60 7,84 9,75 9,38
Q Jasa Kesehatan dan
7,18 4,3 7,07 9,71 9,12
Kegiatan Sosial
R,S,T,U
Jasa Lainnya 5,34 5,24 3,79 16,52 8,23

PDRB Migas 20,49 18,66 18,59 0,46 7,76

PDRB Tanpa Migas 23,29 22,12 22,91 0,48 8,12


Sumber: BPS Kabupaten Morowali, 2016

III | 5
Selama kurun waktu tahun 2011 hingga 2013 (sebelum pemekaran
wilayah) tingkat pertumbuhan ekonomi seri 2010 mencapai rata-rata di
atas 19 persen. Namun pada tahun 2014 (setelah pemekaran) tingkat
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Morowali Utara mengalami penurunan
drastis mencapai 0,46 persen. Hal tersebut bukan disebabkan oleh
pemisahan wilayah Kabupaten Morowali Utara dengan daerah induk
(Kabupaten Morowali) tetapi disebabkan oleh adanya peraturan
pemerintah tentang ekspor barang tambang sehingga menyebabkan
turunnya angka pertumbuhan sektor pertambangan sebesar -12,3 persen
(hal yang sama juga dialami oleh daerah induk). Melemahnya kondisi
sektor pertambangan berdampak pada rendahnya pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Morowali Utara karena sektor pertambangan merupakan salah
satu sektor unggulan (kontribusi mencapai 18,54%) selain sektor
pertanian (36,64%) dan konstruksi (27,98%) di Kabupaten Morowali
Utara. Sektor pertambangan terdiri dari minyak bumi, pertambangan
nikel dan penggalian. Ekspor komoditi nikel merupakan hasil
pertambangan terbesar melalui pelabuhan kolonodale. Namun demikian,
pada tahun 2015 kondisi pertambangan kembali normal.

Secara umum, pertumbuhan ekonomi tahun 2011 hingga tahun


2013 cukup tinggi yang pada tahun 2013 yang mencapai 18, 59 persen,
sebagian besar dipengaruhi oleh perkembangan sektoral khususnya
sektor pertambangan dan sektor perdagangan, konstruksi yang
merupakan sektor-sektor produksi utama penopang perekonomian
Kabupaten Morowali Utara. Meskipun pada tahun 2014 mengalami
penurunan, namun pada tahun 2015 kondisi sektor kostruksi menjadi
penopang perekonomian di Kabupaten Morowali Utara.
Melalui pendekatan tersebut, dapat dilihat hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dengan sektor-sektor produksi utama
perekonomian di Kabupaten Morowali Utara, dimana peningkatan
pertumbuhan ekonomi menandai peningkatan output pada sektor-sektor
produksi utama, juga sebaliknya. Pergerakan output sektor-sektor
produksi utama tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi Pendapatan Daerah. Pengaruh dari pergerakan output
sektor-sektor produksi utama dalam hal ini diindikasikan melalui
pergerakan pertumbuhan ekonomi, serta pelaksanaan kebijakan
Pendapatan Daerah, selama tahun 2014-2016 tergambar dalam rencana
dan realisasi Pendapatan Daerah pada tabel berikut.

Tabel 3.2
Persentase Realisasi Terhadap Rencana Pendapatan Daerah
Kabupaten Morowali Utara Tahun 2014-2016
%
Rencana Realisasi
Tahun Realisasi
Pendapatan (Rp.) Pendapatan (Rp.)
Pendapatan
2014 503.654.581.661 517.944.558.826 102,84
2015 681.053.111.342 729.497.516.665 107,11
2016 861.002.034.509 861.002.034.509 100,00
Sumber: Dinas PPKAD Kab. Morowali Utara Tahun, 2016

Pendapatan Daerah tahun 2014 dan 2015 telah melampaui rencana


Pendapatan Daerah, yaitu sebesar Rp.517.944.558.826 dan

III | 6
Rp.729.497.516.665. Adapun Realisasi Pendapatan Daerah dari tahun
2014 hingga tahun 2015 terus meningkat nilainya baik dari rencana
maupun realisasi, hal tersebut sejalan dengan membaiknya kondisi
ekonomi yang relatif meningkat dari tahun 2014 ke 2015 dan 2016
sehingga pada tahun 2016 rencana pendapatan daerah mengalami
peningkatan menjadi sebesar Rp.861.002.034.509. Lebih rinci, berikut
adalah Pendapatan Daerah tahun 2014-2015 yang diklasifikasikan
menurut sumbernya.

III | 7
Tabel 3.3
Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Morowali Utara
Tahun 2014 – 2016 (Dalam Rupiah)
Tahun Rata-Rata
No. Uraian Tumbuh Pertumbuhan
2014 2015 Tumbuh% 2016(*unaudited) (%)
%
Pendapatan 517.944.558.826 729.497.516.665 40,84 861.002.034.509 18,03 29,44
1.1 Pendapatan Asli Daerah 26.567.949.545 22.661.705.495 (14,70) 25.000.000.000 10,32 (2,19)
1.1.1 Pajak Daerah 11.254.119.145 3.921.500.000 (65,15) 4.482.500.000 14,31 (25,42)
1.1.2 Retribusi Daerah 10.642.500.000 13.084.408.495 22,94 13.490.700.000 3,11 13,03
1.1.3 Lain-Lain PAD yang Sah 4.671.330.400 5.655.797.000 21,07 7.026.800.000 24,24 22,66
1.2 Dana Perimbangan 436.305.727.600 600.614.420.661 37,66 748.512.137.000 24,62 31,14
1.2.1 Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 40.857.975.600 48.962.361.661 19,84 34.328.611.000 (29,89) (5,03)
1.2.2 Dana Alokasi Umum 395.447.752.000 499.809.149.000 26,39 548.263.034.000 9,69 18,04
1.2.3 Dana Alokasi Khusus - 51.842.910.000 - 165.920.492.000 220,04 220
1.3 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 55.070.881.681 106.221.390.509 92,88 87.489.897.509 (17,63) 37,62
1.3.1 Pendapatan Hibah 8.750.000.000 - (100,00) - - (100,00)
Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan
1.3.2 15.588.977.681 16.744.923.509 7,42 11.544.923.509 (31,05) (11,82)
Pemda Lainnya
1.3.3 Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 27.106.904.000 78.973.167.000 191,34 75.944.974.000 (3,83) 93,75
Bantuan Keuangan dari Provinsi atau
1.3.4 3.625.000.000 10.503.300.000 189,75 - (100,00) 44,87
Pemda Lainnya
Sumber: Dinas PPKAD Kab. Morowali Utara Tahun, 2016

III | 8
Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa Pendapatan Daerah
meningkat dari tahun ketahun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar
29,44 persen per tahun, dengan pertumbuhan Pendapatan Daerah
terbesar bersumber dari Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar
37,62 persen per tahun, Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar -2,19
persen per tahun,dan Dana Perimbangan sebesar 31,14 persen per tahun.
Adapun proporsi pendapatan daerah berdasarkan jenisnya adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.4
Proporsi Realisasi Pendapatan Daerah Berdasarkan Jenisnya
Kabupaten Morowali Utara
Tahun 2014 – 2016 (Dalam %)
No. Uraian 2014 2015 2016
1 Pendapatan 100 100 100
1.1 Pendapatan Asli Daerah 5,13 3,11 2,90
1.1.1 Pajak Daerah 2,17 0,54 0,52
1.1.2 Retribusi Daerah 2,05 1,79 1,57
1.1.3 Lain-Lain PAD yang Sah 0,90 0,78 0,82
1.2 Dana Perimbangan 84,24 82,33 86,94
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil
1.2.1 7,89 6,71 3,99
Bukan Pajak
1.2.2 Dana Alokasi Umum 76,35 68,51 63,68
1.2.3 Dana Alokasi Khusus - 7,11 19,27
Lain-Lain Pendapatan
1.3 10,63 14,56 10,16
Daerah yang Sah
1.3.1 Pendapatan Hibah 1,69 - -
Dana Bagi Hasil Pajak dari
1.3.2 3,01 2,30 1,34
Provinsi dan Pemda Lainnya
Dana Penyesuaian dan
1.3.3 5,23 10,83 8,82
Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari
1.3.4 0,70 1,44 -
Provinsi atau Pemda Lainnya
Sumber: Dinas PPKAD Kab. Morowali Utara Tahun, 2016

Dalam mengetahui perkembangan Pendapatan Daerah berdasarkan


sumber-sumbernya, dijelaskan sebagai berikut:

1. Pendapatan Asli Daerah

Selama periode tahun 2014–2015 PAD mengalami penurunan


sebesar -14,70 persen. Hal tersebut disebabkan oleh menurunnya jumlah
penerimaan pajak daerah mencapai -65,15 persen pada tahun 2015.
Namun demikian, pada tahun 2016 PAD mengalami pertumbuhan sebesar
10,32 persen dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan PAD pada
tahun 2016 sejalan dengan kenaikan pendapatan daerah yang tumbuh
sebesar 18,03 persen. Pajak Daerah, selama tahun 2014 hingga tahun
2016 memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar-25,42 persen per tahun.
Adapun trend jumlah penerimaan PAD dan pajak daerah per tahun dapat
dilihat pada gambar berikut:

III | 9
Sumber: Dinas PPKAD Kab. Morowali Utara Tahun, 2016
Gambar 3.4: Penerimaan PAD dan Pajak Daerah Tahun 2014-2016

Merujuk pada Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak


dan Retribusi Daerah yang kemudian diturunkan menjadi Peraturan
Daerah tentang Ketentuan Umum Pajak Daerah, Pajak Daerah merupakan
kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Adapun jenis Pajak
Daerah yang ditentukan yaitu:
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan;
f. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan;
g. Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB);
h. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Golongan C.

Pertumbuhan Pajak Daerah memiliki kecenderungan yang sama


dengan pertumbuhan PAD secara total. Tren pertumbuhan Pajak Daerah,
terutama pajak BPHTB sangat fluktuatif. Pada tahun 2015, pajak BPHTB
mengalami penurunan drastis mencapai -98,9 persen. Penurunan drastis
tersebut disebabkan oleh awal pembentukan Kabupaten Morowali Utara
pada tahun 2014 sehingga berdampak pada tingginya penerimaan pajak
BPHTB dan pada akhirnya berimplikasi pada penurunan penerimaan
pajak daerah dan PAD secara kumulatif.

Pemberlakuan kebijakan baru baik oleh Pemerintah maupun


Pemerintah Daerah dapat memberikan stimulus pada Pajak Daerah.
Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 28Tahun 2009,memungkinkan
Pemerintah Kabupaten Morowali Utara melakukan intensifikasi dan
ektensifikasi Pajak Daerah lebih luas lagi, terlebih dengan adanya
pendaerahan Pajak Bumi dan Bangunan yang semula Pajak Pusat
menjadi Pajak Daerah. Retribusi Daerah selama tahun 2014 hingga tahun

III | 10
2016 rata-rata tumbuh sebesar 13,03 persen per tahun dengan rincian
penerimaan per tahun dapat dilihat pada gambar berikut.

Sumber: Dinas PPKAD Kab. Morowali Utara Tahun, 2016


Gambar 3.5: Penerimaan PAD dan Retribusi Daerah Tahun 2014-2016
Retribusi merupakan pungutan Daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
Badan. Jenis Retribusi yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Morowali Utara yaitu :

a. Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau


diberikan Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan
kemanfaatan umum sertadapat dinikmati oleh orang pribadi atau
Badan;
b. Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial yang
meliputi: (a) pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan
kekayaan Daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal;
dan/atau (b) pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum
disediakan secara memadai oleh pihak swasta;
c. Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan
tertentu oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan
yang dimaksudkan untuk pengaturan dan pengawasan atas
kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam,
barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Pertumbuhan Retribusi Daerah cenderung tidak sejalan dengan
pola pertumbuhan PAD. Berbeda dengan PAD, penerimaan retribusi
daerah mengalami pertumbuhan setiap tahunnya dari tahun 2014-2016
masing-masing sebesar 22,94 persen dan 3,11 persen dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 13,03 persen. PAD yang bersumber dari Retribusi
Daerah lebih banyak dipengaruhi olehfaktor intern, yaitu bagaimana
komitmen Pemerintah Daerah dalam melaksanakan aturan pemungutan
Retribusi Daerah dan juga kepatuhan masyarakat untuk membayar
Retribusi Daerah.

III | 11
Lain-lain PAD yang Sah selama tahun 2015 hingga tahun 2016
tumbuh masing-masing sebesar 21,07 persen dan 24,24 persen dengan
rata-rata pertumbuhan sebesar 22,66 persen per tahun, dengan rincian
penerimaan per tahun sebagai berikut.

Gambar 3.6: Penerimaan PAD dan Lain PAD yang Sah Tahun 2014-2016
Sumber: Dinas PPKAD Kab. Morowali Utara Tahun, 2016

Jenis Pendapatan Daerah yang diklasifikasikan dalam Lain-lain PAD


Yang Sah yang mencakup:
a. Jasa giro;
b. Pendapatan dana kapitasi JKN.
Dari gambar tersebut diatas, dapat dilihat, pertumbuhan realisasi
Lain-lain PAD yang Sah memiliki tren yang cenderung tidak sama dengan
pertumbuhan PAD.

2. Dana Perimbangan
Dana Perimbangan tahun 2014 hingga tahun 2016 tumbuh rata-
rata sebesar 31,14 persen, yang bersumber dari Dana Bagi Hasil
Pajak/Bukan, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus dengan
masing-masing rata-rata tumbuh sebesar-5,03 persen, 18,04 persen, dan
220 persen per tahun. Besarnya Dana Perimbangan yang diterima,
ditentukan oleh Pemerintah Pusat dengan pertimbangan dan kriteria
masing-masing jenis dana perimbangan. Lebih rinci pertumbuhan dana
perimbangan berdasarkan jenis per tahunnya sebagai berikut:

III | 12
Gambar 3.7: Pertumbuhan Dana Perimbangan Tahun 2015-2016 (%)
Sumber: Dinas PPKAD Kab. Morowali Utara Tahun, 2016

3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah berfluktuasi dari tahun ke


tahun. Pada tahun 2015, Lain-lain Pendapatan yang Sah cukup besar
dikarenakan tingginya dana penyesuaian dan otonomi khusus dari
Pemerintah Pusat yang tumbuh mencapai 191,34 persen. Selain itu, dana
bantuan keuangan dari provinsi atau pemda lainnya juga tubuh sebesar
189,75 persen dari tahun sebelumnya.

Gambar 3.8: Pertumbuhan Pendapatan yang Sah Tahun 2015-2016 (%)


Sumber: Dinas PPKAD Kab. Morowali Utara Tahun, 2016

III | 13
B. Belanja Daerah
Belanja Daerah merupakan semua kewajiban daerah yang diakui
sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran
yang bersangkutan. Analisis Belanja Daerah bertujuan untuk memperoleh
gambaran realisasi dari kebijakan pembelanjaan pada periode tahun
2014-2016 yang digunakan sebagai bahan untuk menentukan rencana
Belanja Daerah dimasa yang akan datang dalam rangka peningkatan
kapasitas pendanaan pembangunan daerah.
Dengan memperhatikan perkembangan kondisi perekonomian yang
digambarkan melalui realisasi indikator makro ekonomi, juga pelaksanaan
kebijakan Belanja Daerah, diperoleh nilai Belanja Daerah, seperti
ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 3.5
Persentase Realisasi Terhadap Rencana Belanja Daerah
Kabupaten Morowali Utara Tahun 2014-2016
Rencana Belanja Realisasi Belanja % Realisasi
Tahun
(Rp.) (Rp.) Belanja
2014 503.654.581.661 515.944.558.826 102,44
2015 687.053.111.342 764.016.916.121 111,20
2016 875.328.841.959 - -
Sumber: Dinas PPKAD Kab. Morowali Utara Tahun, 2016

Realisasi belanja daerah Kabupaten Morowali Utara pada tahun


2014 dan 2015 melebihi rencana. Hal tersebut disebabkan salah satunya
oleh realisasi pendapatan daerah (APBD-P) melebihi rencana pendapatan
daerah pada tahun berjalan. Secara lebih rinci, tabel berikut menyajikan
Belanja Daerah menurut berdasarkan jenisnya dari tahun 2014 hingga
tahun 2016.

III | 14
Tabel 3.6
Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Morowali Utara
Tahun 2014 – 2015 (Dalam Rupiah)
Tahun Rata-Rata
No. Uraian Tumbuh Tumbuh Pertumbuhan
2014 2015 2016
% % %
A Belanja Tidak Langsung 218.506.111.016 378.548.152.075 73,24 442.884.930.571 17,00 45,12
1 Belanja Pegawai 200.275.211.016 256.424.916.404 28,04 302.638.274.871 18,02 23,03
2 Belanja Hibah 1.475.000.000 22.216.720.000 1.406,22 1.050.000.000 (95,27) 655,47
3 Belanja Bantuan Sosial 1.140.100.000 1.340.100.000 17,54 500.000.000 (62,69) -22,57
Belanja Bagi Hasil kepada
4 Prov/Kab/Kota dan Pem 0 1.700.590.850 100,00 1.797.320.000 5,69 52,84
Desa
Belanja Bantuan
Keuangan kpd
5 14.615.800.000 94.865.824.821 549,06 134.899.335.700 42,20 295,63
Prov/Kab/Kota dan Pem
Desa
6 Belanja Tidak Terduga 1.000.000.000 2.000.000.000 100,00 2.000.000.000 0 50,00
B Belanja Langsung 297.438.447.810 385.468.764.046 29,60 432.443.911.388 12,19 20,89
1 Belanja Pegawai 16.756.881.730 27.681.534.544 65,20 36.782.311.970 32,88 49,04
2 Belanja Barang dan Jasa 105.198.539.212 123.602.924.560 17,49 139.341.758.260 12,73 15,11
3 Belanja Modal 175.483.026.868 234.184.304.942 33,45 256.319.841.158 9,45 21,45
Sumber: Dinas PPKAD Kab. Morowali Utara Tahun, 2016

III | 15
Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa Belanja Daerah meningkat
dari tahun ke tahun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 45,12 persen
per tahun, dengan pertumbuhan Belanja Daerah terbesar pada belanja
hibah dan belanja bantuan keuangan kepada pemerintahan desa atau
dalam hal ini adalah Dana Desa (DD) pada 122 desa di Kabupaten
Morowali Utara. Secara lebih rinci proporsi belanja daerah berdasarkan
jenisnya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7
Proporsi Realisasi Belanja Daerah Berdasarkan Jenisnya
Kabupaten Morowali Utara
Tahun 2014 – 2016 (Dalam %)
No. Uraian 2014 2015 2016
A Belanja Tidak Langsung 42,35 49,55 50,60
1 Belanja Pegawai 38,82 33,56 34,57
2 Belanja Hibah 0,29 2,91 0,12
3 Belanja Bantuan Sosial 0,22 0,18 0,06
Belanja Bagi Hasil kepada
4 0 0,22 0,21
Prov/Kab/Kota dan Pem Desa
Belanja Bantuan Keuangan kpd
5 2,83 12,42 15,41
Prov/Kab/Kota dan Pem Desa
6 Belanja Tidak Terduga 0,19 0,26 0,23
B Belanja Langsung 57,65 50,45 49,40
1 Belanja Pegawai 3,25 3,62 4,20
2 Belanja Barang dan Jasa 20,39 16,18 15,92
3 Belanja Modal 34,01 30,65 29,28
Sumber: Dinas PPKAD Kab. Morowali Utara Tahun, 2016
Dari rincian Belanja Daerah tersebut di atas, dapat dilihat bahwa
proporsi realisasi Belanja Tidak Langsung terhadap total belanja
mengalami peningkatan dengan proporsi tahun 2014 dan 2015 rata-rata
di bawah 50 persen, sedangkan pada tahun 2016 proporsi belanja tidak
langsung mencapai 50,60 persen. Tingginya proporsi belanja tidak
langsung tersebut disebabkan oleh meningkatnya belanja bantuan
keuangan kepada pemerintah desa (dana desa) pada 122 desa di
Kabupaten Morowali Utara. Hal tersebut sejalan dengan komitmen
pemerintah untuk membangun dari desa.

C. Pembiayaan Daerah
Pembiayaan Daerah merupakan setiap penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik
pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran
berikutnya. Secara garis besar, analisis Pembiayaan Daerah bertujuan
untuk memperoleh gambaran dari pengaruh kebijakan pembiayaan
daerah pada tahun-tahun anggaran sebelumnya terhadap surplus/defisit
belanja daerah sebagai bahan untuk menentukan kebijakan pembiayaan
dimasa yang akan datang dalam rangka penghitungan kapasitas
pendanaan pembangunan daerah. Tabel berikut menyajikan gambaran
realisasi Pembiayaan Daerah tahun 2014 hingga tahun2016.

III | 16
Tabel 3.8
Realisasi Pembiayaan Daerah Kabupaten Morowali Utara
Tahun 2014 – 2016 (Dalam Rupiah)
Tahun
No. Uraian
2014 2015 2016
Pembiayaan Netto (2.000.000.000) 34.519.399.456 14.326.807.450
Penerimaan
1 0 40.213.738.855 16.826.807.450
Pembiayaan
SILPA Tahun
1.1 Anggaran 0 40.213.738.855 16.826.807.450
sebelumnya
Pengeluaran
2 2.000.000.000 5.694.339.399 2.500.000.000
Pembiayaan
Penyertaan Modal
(Investasi)
2.1 2.000.000.000 2.000.000.000 2.500.000.000
Pemerintah
Daerah
Pembayaran
2.2 0 3.694.339.399 0
Pokok Hutang
Sumber: Dinas PPKAD Kab. Morowali Utara Tahun, 2016

3.1.2 Neraca Daerah


Analisis neraca daerah bertujuan untuk mengetahui kemampuan
keuangan Pemerintah Daerah melalui perhitungan rasio likuiditas,
solvabilitas dan rasio aktivitas serta kemampuan aset daerah untuk
penyediaan dana pembangunan daerah. Berikut digambarkan
perkembangan Neraca Daerah.

Tabel 3.9
Neraca Daerah Kabupaten Morowali Utara (Dalam Rupiah)
No. Uraian 2014
1 Aset 216.901.113.322,20
1.1 Aset Lancar 54.794.249.590,20
1.1.1 Kas 41.893.297.738,81
1.1.2 Piutang 6.049.559.392,39
1.1.3 Persediaan 6.851.392.459,00
1.2 Investasi Jangka Panjang -
1.2.1 Investasi Non Permanen -
1.2.2 Investasi Permanen -
1.3 Aset Tetap 162.106.863.732,00
1.3.1 Tanah 434.953.000,00
1.3.2 Peralatan dan Mesin 36.854.777.596,00
1.3.3 Gedung dan Bangunan 26.110.259.220,00
1.3.4 Jalan, Jaringan dan Instalasi 97.043.166.271,00
1.3.5 Aset Tetap Lainnya 170.809.705,00
1.3.6 Konstruksi dalam Pengerjaan 1.492.897.940,00
1.3.7 Akumulasi Penyusutan -
1.4 Dana Cadangan -

III | 17
No. Uraian 2014
1.5 Aset Lainnya -
1.5.1 Tagihan Piutang Penjualan Angsuran -
1.5.2 Tagihan Tuntutan Ganti Kerugian Daerah -
1.5.3 Kemitraan dengan Pihak Ketiga -
1.5.4 Aset tidak Berwujud -
1.5.5 Aset Lainnya -
2 Kewajiban 4.552.486.150
2.1 Kewajiban Jangka Pendek 4.552.486.149,81
2.1.1 Utang Perhitungan Pihak Ketiga 858.146.750,81
2.1.2 Utang Bunga -
2.1.3 Utang Pajak -
2.1.4 Utang Jangka Pendek Lainnya 3.694.339.399,00
2.2 Kewajiban Jangka Panjang -
3 Ekuitas Dana 212.348.627.172
3.1 Ekuitas Dana Lancar 50.241.763.440,39
3.1.1 SILPA 40.213.738.855,00
3.1.2 Cadangan untuk Piutang 6.049.559.392,39
3.1.3 Cadangan untuk Persediaan 6.851.392.459,00
Dana yang Harus Disediakan untuk
3.1.4 (3.694.339.399,00)
Pembayaran Utang Jangka Pendek
3.1.5 Pendapatan yang Ditangguhkan 821.412.133,00
3.2 Ekuitas Dana Investasi 162.106.863.732,00
3.2.1 Diinvestasi dalam Aset Tetap 162.106.863.732,00
3.3 Ekuitas Dana Cadangan -
Jumlah Kewajiban dan Ekuitas 216.901.113.322,20
Sumber: Dinas PPKAD Kab. Morowali Utara Tahun, 2016

Berdasarkan tabel 3.9, berikut dijabarkan beberapa rasio keuangan


tahun selama 2009 hingga 2011.

Tabel 3.10
Analisis Rasio Keuangan Daerah
Kabupaten Morowali Utara (Dalam %)
No Uraian 2014
1 Rasio Lancar (Current Ratio) % 1.203,61
2 Rasio Quick (Quick Ratio) % 1.053,11
Rasio Total Hutang Terhadap
3 2,10
Total Aset (%)
Rasio Hutang Terhadap Modal
4 2,14
(%)
Sumber: Dinas PPKAD Kab. Morowali Utara Tahun (diolah), 2016

Rasio keuangan yang dianalisis yitu Rasio Likuiditas dan Rasio


Solvabilitas (Leverage). Rasio Likuiditas merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Rasio Likuiditas yang digunakan dalamanalisis ini yaitu:

III | 18
1. Current Ratio, yang menunjukkan kemampuan untuk membayar
hutang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar. Semakin
besar nilai Current Ratio artinya semakin likuid, dengan nilai
proporsional berada pada batas 200%. Dari tabel diatas dapat
dilihat bahwa setiap Rp.100 hutang lancar dijamin oleh Aktiva
Lancar sebesar Rp.1.203,61.
2. Quick Ratio, yaitu ukuran kemampuan Pemerintah Daerah dalam
membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan
aktiva yang lebih likuid, dimana nilai yang baik berada pada batas
100 persen. Dengan melihat pada tabel diatas, hutang lancar
sebesar Rp.100 dijamin dengan Aktiva sebesar Rp.1.053,11. Hal
tersebut menunjukkan kelebihan kas dan piutang untuk membayar
kewajiban jangka pendek.
Rasio Solvabilitas digunakan untuk mengukur kemampuan dalam
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjang, yang sekaligus
menunjukkan indikasi tingkat keamanan bagi para pemberi pinjaman.
Rasio yang digunakan yaitu:
1. Rasio total hutang terhadap total aset, yang menunjukkan seberapa
besar pengaruh hutang terhadap aktiva, dimana semakin besar
nilainya diartikan semakin besar pula pengaruh hutang terhadap
pembiayaan, juga menandakan semakin besar resiko yang dihadapi
oleh kreditur. Pengaruh hutang terhadap aktiva sebesar 2,10
persen.
2. Rasio hutang terhadap modal digunakan untuk mengukur seberapa
perlunya hutang jika dibandingkan dengan kemampuan modal yang
dimiliki, dimana semakin kecil nilainya berarti semakin mandiri,
tidak tergantung pembiayaan dari kreditur. Tingkat ketergantungan
modal pada pendanaan hutang sebesar 2,14 persen.

3.2 Kebijakan Pengelolaan Keuangan Tahun 2014-2016

3.2.1 Proporsi Penggunaan Anggaran

Guna melihat upaya pemenuhan kebutuhan aparatur, dapat dilihat


rincian proporsi belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur, yaitu
sebagai berikut:

Tabel 3.11
Realisasi Belanja Kebutuhan Aparatur
Kabupaten Morowali Utara (Dalam Rupiah)
Tahun
No. Uraian
2014 2015
A Belanja Tidak Langsung 200.275.211.016 256.424.916.404
1 Belanja Gaji dan Tunjangan 160.682.919.347 236.651.461.976
Belanja Tambahan
2 36.456.502.240 5.168.800.000
Penghasilan PNS
Belanja Penerimaan Lainnya
3 Pimpinan dan anggota DPRD 526.800.000 1.560.000.552
serta KDH/WKDH
Biaya Pemungutan Pajak
4 2.608.989.429 689.507.788
Daerah

III | 19
Tahun
No. Uraian
2014 2015
Insentif Pemungutan Pajak
5 - 859.308.857
Daerah
Insentif Pemungutan
6 - 11.495.837.231
Retribusi Daerah
B Belanja Langsung 16.756.881.730 27.681.024.784
1 Honorarium PNS 5.548.305.000 9.293.258.400
2 Honorarium Non PNS 8.647.516.000 14.401.790.000
3 Uang Lembur 2.556.160.730 3.967.976.384
Honorarium Pengelola Dana
4 - 18.000.000
Bos
Belanja kursus pelatihan
5 4.900.000 -
sosialisasi dan bimtek PNS
Sumber: Dinas PPKAD Kab. Morowali Utara Tahun, 2016

Realisasi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur, dari tahun ke


tahun cenderung mengalami peningkatan, baik Belanja Tidak Langsung
maupun Belanja Langsung. Peningkatan tersebut lebih disebabkan karena
jumlah aparatur yang jumlahnya terus bertambah, juga berkenaan
dengan peningkatan keahlian aparatur yang mengakibatkan lebih besar
anggaran yang harus disediakan. Selanjutnya dijelaskan mengenai
proporsi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur pada tabel sebagai
berikut:

Tabel 3.12
Proporsi Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur
Kabupaten Morowali Utara Tahun 2014-2016
Total Pengeluaran
Belanja Kebutuhan Persentase
No. Tahun (Belanja +Pembiayaan
Aparatur (%)
Pengeluaran)
1 2014 217.032.092.746 517.944.558.826 41,90
2 2015 284.105.941.188 769.711.255.520 36,91
3 2016 339.420.586.841 877.828.841.959 38,67
Sumber: Dinas PPKAD Kab. Morowali Utara Tahun, 2016

Persentase belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur


dibandingkan dengan total pengeluaran daerah cenderung menurun dari
waktu ke waktu, tahun 2014 sebesar 41,90 persen dan menurun menjadi
36,91 persen pada tahun 2015 dan 38,67 persen tahun 2016. Dari
persentase belanja pemenuhan kebutuhan aparatur terhadap total
pengeluaran, dapat disimpulkan bahwa belanja untuk pembangunan
lebih besar proporsinya terhadap APBD dibandingkan dengan belanja
untuk pemenuhan kebutuhan aparatur. Selain itu, dari tahun ke tahun
diupayakan efisiensi belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur jika
diproporsikan terhadap APBD, meskipun jumlah aparatur terus
meningkat.
Analisis terhadap realisasi pengeluaran wajib dan mengikat
dilakukan untuk menghitung kebutuhan pendanaan belanja dan

III | 20
pengeluaran pembiayaan yang tidak dapat dihindari atau harus dibayar
dalam suatu tahun anggaran.

3.2.2 Analisis Pembiayaan

Analisis pembiayaan daerah dilakukan dengan terlebih dahulu


mencari besarnya defisit riil anggaran, sekaligus mencari penutup defisit
riil anggaran tersebut.

A. Analisis Sumber Penutup Defisit Riil

Analisis ini dilakukan untuk memberi gambaran masa lalu tentang


kebijakan anggaran untuk menutup defisit riil anggaran. Langkah awal
dalam melakukan analisis ini dilakukan dengan mencari nilai defisit riil
anggaran, yaitu mencari nilai realisasi pendapatan, setelah dikurangi
realisasi Belanja Daerah dan Pengeluaran Pembiayaan. Selanjutnya,
dilihat apakah ada Penerimaan Pembiayaan yang digunakan untuk
menutup defisit riil anggaran, sehingga diperoleh Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran. Untuk melihat perkembangan defisit rill anggaran, dijelaskan
pada tabel berikut.

Tabel 3.13
Penutup Defisit Riil Anggaran Kabupaten Morowali Utara
Tahun 2014-2016 (Dalam Rupiah)
Tahun
No. Uraian
2014 2015 2016
Pendapatan
1 517.944.558.826 729.497.516.665 861.002.034.509
Daerah
Dikurangi Realisasi
2 Belanja Daerah 515.944.558.826 764.016.916.121 875.328.841.959
Pengeluaran
3 Pembiayaan 2.000.000.000 5.694.339.399 2.500.000.000
Daerah
A Defisit Riil 0 (40.213.738.855) (16.826.807.450)
Penerimaan
B Pembiayaan 0 40.213.738.855 16.826.807.450
Daerah
Sisa Lebih
Pembiayaan 0 0 0
Anggaran
Sumber: Dinas PPKAD Kab. Morowali Utara Tahun, 2016

Pada tahun 2014 tidak terjadi defisit riil anggaran. Defisit riil
anggaran Kabupaten Morowali Utara terjadi pada tahun 2015 dan 2016
masing-masing sebesar Rp.40.213.738.855 dan Rp.16.826.807.450.
Defisit riil tersebut ditutup melalui penerimaan pembiayaan daerah yang
bersumber dari dana SiLPA.

B. Analisis Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)


Analisis SiLPA diperlukan untuk melihat dari mana sumber
perolehan SiLPA, dan seberapa besar kontribusi yang diberikan. Berikut
adalah gambaran perolehan SiLPA selama tahun 2014 hingga 2016.

III | 21
Tabel 3.14
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
Kabupaten Morowali Utara Tahun 2014-2016
2014 2015 2016
No. Uraian % thd % thd % thd
Rp Rp Rp
SiLPA SiLPA SiLPA
1 Jumlah SiLPA 0 0 40.213.738.855 100 16.826.807.450 100
Pelampauan
2 0 0 0 0 0 0
Penerimaan PAD
Pelampauan
Dana
3 Penerimaan 0 0 0 0 0 0
Dana
Perimbangan
Pelampauan
Penerimaan
4 Lain-Lain 0 0 0 0 0 0
Pendapatan
Daerah yang Sah
Belanja Daerah
5 yang Tidak 0 0 0 0 0 0
Terserap
6 Pembiayaan 0 0 0 0 0 0
Sumber: Dinas PPKAD Kab. Morowali Utara Tahun, 2016

Perolehan SiLPA selama tahun 2015dan 2016 diperoleh dari


pelampauan penerimaan Pendapatan Asli Daerah.

3.3 Kerangka Pendanaan


Analisis kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung
kapasitas riil keuangan daerah yang akan dialokasikan untuk pendanaan
program pembangunan jangka menengah daerah selama 5 (lima) tahun ke
depan.

Langkah awal yang harus dilakukan adalah mengidentifikasi


seluruh penerimaan daerah sebagaimana telah dihitung pada bagian di
atas dan ke pos-pos mana sumber penerimaan tersebut akan
dialokasikan. Kapasitas riil keuangan daerah merupakan total
penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan berbagai pos atau belanja
dan pengeluaran pembiayaanyang wajib dan mengikat serta prioritas
utama.

3.3.1 Proyeksi Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan Tahun2017-2021

A. Kebijakan Dan Proyeksi Pendapatan Tahun 2017-2021

Dengan melihat performa Pendapatan Daerah tahun 2014-2016,


pada masa yang akan datang pendapatan daerah diharapkan dapat
meningkat lebih tinggi lagi, yang diikuti dengan berbagai upaya-upaya
untuk dapat mencapainya.

III | 22
Gambar 3.9: Proyeksi Tingkat Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2017-2021
Sumber: BPS Kab. Morowali Utara (diolah), 2016

Tahun 2017-2021, dirumuskan beberapa kebijakan pendapatan


yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah, yaitu sebagai
berikut:
a. Penyesuaian dasar pengenaan pajak dan retribusi daerah;
b. Penyesuaian tarif pajak dan retribusi daerah;
c. Intensifikasi dan ekstensifikasi jenis pajak dan retribusi daerah
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku;
d. Optimalisasi laba BUMD.

Kebijakan tersebut diatas diformulasikan sedemikian rupa sehingga


diperoleh proyeksipendapatan sebagaimana tabel berikut:

III | 23
Tabel 3.15
Proyeksi Pendapatan Daerah Kabupaten Morowali Utara
Tahun 2017-2021 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 2017 2018 2019 2020 2021
1 PENDAPATAN 1.000.768.014.820 1.159.077.285.865 1.307.035.295.149 1.496.644.890.188 1.744.023.864.820
PENDAPATAN ASLI
1.1 27.763.506.048 31.044.658.011 34.957.073.532 39.640.522.749 45.267.078.653
DAERAH
1.1.1 Pajak Daerah 5.123.755.259 5.856.746.895 6.694.598.485 7.652.311.031 8.747.031.543
1.1.2 Retribusi Daerah 13.909.607.497 14.341.522.731 14.786.849.614 15.246.004.599 15.719.417.070
1.1.3 Lain-Lain PAD yang Sah 8.730.143.292 10.846.388.384 13.475.625.433 16.742.207.118 20.800.630.040
1.2 DANA PERIMBANGAN 877.594.388.053 1.031.702.954.826 1.174.760.810.112 1.358.625.975.184 1.599.238.739.862
Bagi Hasil Pajak/Bagi
1.2.1 36.007.839.013 37.769.208.617 39.616.737.874 41.554.641.392 43.587.339.945
Hasil Bukan Pajak
1.2.2 Dana Alokasi Umum 675.666.057.039 828.013.254.209 969.223.580.238 1.151.150.841.792 1.389.730.907.917
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 165.920.492.000 165.920.492.000 165.920.492.000 165.920.492.000 165.920.492.000

III | 24
LAIN-LAIN
1.3 PENDAPATAN DAERAH 95.410.120.719 96.329.673.028 97.317.411.505 98.378.392.256 99.518.046.304
YG SAH
1.3.1 Pendapatan Hibah 0 0 0 0 0
Dana Bagi Hasil Pajak
1.3.2 dari Provinsi dan Pemda 12.400.996.719 13.320.549.028 14.308.287.505 15.369.268.256 16.508.922.304
Lainnya
Dana Penyesuaian dan
1.3.3 75.944.974.000 75.944.974.000 75.944.974.000 75.944.974.000 75.944.974.000
Otonomi Khusus
Bantuan Keuangan dari
1.3.4 Provinsi atau Pemda 7.064.150.000 7.064.150.000 7.064.150.000 7.064.150.000 7.064.150.000
Lainnya
Sumber: Dinas PPKAD Kab. Morowali Utara (diolah), 2016

III | 25
B. Kebijakan Dan Proyeksi Belanja Daerah Tahun 2017-2021
Kebijakan Belanja Daerah tahun 2017-2021 secara umum
sebagai berikut:

1. Memenuhi pelaksanaan Program Unggulan yang merupakan


Program Prioritasdalam pembangunan daerah selama 5 (lima)
tahun;
2. Prinsip penganggaran menganut money follow program prioritas
atau anggaran berbasis program prioritas pembangunan daerah
Kabupaten Morowali Utara;
3. Memenuhi pelaksanaan program prioritas daerah lainnya sesuai
dengan urusan pemerintahan yang harus dilaksanakan;
4. Memenuhi pelaksanaan program yang bersifat pemenuhan
standar pelayanan minimal dan operasional;
5. Mengakomodir semaksimal mungkin program pembangunan
yang dijaring melalui Aspirasi Masyarakat dalam Musrenbang;
6. Mengedapankan program-program yang menunjang
pertumbuhan ekonomi, peningkatan penyediaan lapangan kerja
dan upaya pengentasan kemiskinan;
7. Melaksanakan program-program yang bersifat mengikat seperti
halnya dukungan pencapaian target prioritas pembangunan
nasional (NAWACITA)dan dimensi pembangunan yang terdiri dari
dimensi pembangunan manusia, dimensi pembangunan sektor
unggulan dan dimensi pemerataan dan kewilayahan, pemenuhan
ketentuan perundang-undangan (anggaran pendidikan lebih dari
20 persen termasuk tunjangan pendidik dan kesehatan 5-15
persen), pendampingan program-program pemerintah pusat,serta
pendampingan program-program lainnya;
8. Meningkatkan pelayanan masyarakat dari tingkat
Desa/Kelurahan, Kecamatan, hingga Kabupaten;
9. Melaksanakan alokasi anggaran dana desa berdasarkan
peraturan perundang-undangan;
10. Menyesuaikan gaji pegawai sesuai dengan kebijakan
Pemerintah.
11. Belanja Daerah dialokasikan dengan mendasarkan pada
prioritas kebutuhan, yang terbagi menjadi belanja yang bersifat
mengikat dan Belanja Prioritas.

Kebijakan tersebut di atas diformulasikan sedemikian rupa


sehingga diperoleh proyeksi belanja daerah sebagaimana tabel berikut:

III | 26
Tabel 3.16
Proyeksi Belanja Daerah Kabupaten Morowali Utara
Tahun 2017-2021 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 2017 2018 2019 2020 2021
2 BELANJA 1.015.094.822.270 1.173.404.093.315 1.321.362.102.599 1.510.971.697.638 1.758.350.672.270
2.1 BELANJA TIDAK LANGSUNG 573.517.088.175 667.050.898.410 724.593.129.670 787.430.479.859 856.056.624.372
2.1.1 Belanja Pegawai 332.902.102.358 366.192.312.594 402.811.543.853 443.092.698.239 487.401.968.062
2.1.2 Belanja Hibah 1.050.000.000 1.050.000.000 1.050.000.000 1.050.000.000 1.050.000.000
2.1.3 Belanja Bantuan Sosial 500.000.000 500.000.000 500.000.000 500.000.000 500.000.000
Belanja Bagi Hasil kepada
2.1.4 1.899.551.078 2.007.597.032 2.121.788.611 2.242.475.377 2.370.026.773
Prov/Kab/Kota dan Pem Desa
Belanja Bantuan Keuangan kpd
2.1.5 205.903.048.922 266.038.602.968 286.847.411.389 309.282.920.427 333.472.243.720
Prov/Kab/Kota dan Pem Desa
2.1.6 Belanja Tidak Terduga 2.000.000.000 2.000.000.000 2.000.000.000 2.000.000.000 2.000.000.000
Belanja Tambahan Penghasilan
2.1.7 29.262.385.816 29.262.385.816 29.262.385.816 29.262.385.816 29.262.385.816
Pegawai (TKD)
2.2 BELANJA LANGSUNG 441.577.734.095 506.353.194.905 596.768.972.929 723.541.217.780 902.294.047.898
2.2.1 Belanja Pegawai 37.559.206.053 43.203.958.742 51.077.305.468 62.119.479.763 77.704.556.062
2.2.2 Belanja Barang dan Jasa 142.284.851.878 162.079.747.891 189.756.270.163 228.538.258.617 283.100.433.630
2.2.3 Belanja Modal 261.733.676.164 301.069.488.272 355.935.397.298 432.883.479.399 541.489.058.206
Sumber: Dinas PPKAD Kab. Morowali Utara (diolah), 2016

III | 27
C. Kebijakan Dan Proyeksi Pembiayaan Daerah 2017-2021
Kebijakan Pembiayaan Daerah di masa yang akan datang, dari sisi
Penerimaan yaitu dengan menggunakan perkiraan penerimaan Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran Tahun sebelumnya dari sisi Pengeluaran,
difokuskan untuk Penyertaan Modal Pemerintah (PMP). Gambaran
rencana Pembiayaan Daerah tahun 2017-2021, dapat dilihat pada tabel
3.17 berikut:

III | 28
Tabel 3.17
Proyeksi Pembiayaan Daerah Kabupaten Morowali Utara
Tahun 2017-2021 (Dalam Rupiah)
Tahun
No. Uraian
2017 2018 2019 2020 2021
Pembiayaan Netto 14.326.807.450 14.326.807.450 14.326.807.450 14.326.807.450 14.326.807.450

1 Penerimaan Pembiayaan 16.826.807.450 16.826.807.450 16.826.807.450 16.826.807.450 16.826.807.450

1.1 SILPA Tahun Anggaran sebelumnya 16.826.807.450 16.826.807.450 16.826.807.450 16.826.807.450 16.826.807.450

2 Pengeluaran Pembiayaan 2.500.000.000 2.500.000.000 2.500.000.000 2.500.000.000 2.500.000.000

Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah


2.1 2.500.000.000 2.500.000.000 2.500.000.000 2.500.000.000 2.500.000.000
Daerah
2.2 Pembayaran Pokok Hutang - - - - -
Sumber: Dinas PPKAD Kab. Morowali Utara (diolah), 2016

III | 29
3.3.2 Penghitungan Kerangka Pendanaan
Kerangka Anggaran pembangunan daerah akan memberikan
gambaran anggaran pembangunan yang diperlukan untuk pelaksanaan
kegiatan dengan memperhatikan kemampuan fiskal Pemerintah Daerah
Kabupaten Morowali Utara. Anggaran pembangunan daerah tersebut
pendanaannya bersumber antara lain dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN),
dan pendanaan dari masyarakat.
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa
1 (satu) tahun anggaran terdiri atas pendapatan daerah, belanja daerah
dan pembiayaan daerah (penerimaan dan pengeluaran pembiayaan
daerah). Dimana secara umum komponen Anggaran Pendapatan dan
belanja Daerah ini dapat dikategorikan ke dalam 2 jenis: pertama,
penerimaan daerah terdiri dari pendapatan daerah yang merupakan
perkiraan terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber
pendapatan dan penerimaan pembiayaan daerah yang merupakan semua
penerimaan yang harus dibayar kembali baik pada tahun anggaran
bersangkutan maupun pada tahun anggaran berikutnya; dan kedua,
pengeluaran daerah yang terdiri dari belanja daerah yang merupakan
perkiraan beban pengeluaran daerah yang dialokasikan secara adil dan
merata agar relatif dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat
khususnya dalam memberikan pelayanan umum dan pengeluaran
pembiayaan daerah adalah pengeluaran yang akan diterima kembali pada
tahun anggaran terkait maupun pada tahun berikutnya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak


Daerah dan Retribusi Daerah mencantumkan bahwa sumber penerimaan
daerah terdiri atas 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari
kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan milik Daerah
dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan lain-Lain
Pendapatan Asli Daerah; 2) Dana Perimbangan, Dana Alokasi Umum, dan
Dana Alokasi Khusus; 3) Kelompok-lain-lain pendapatan daerah yang sah
meliputi Hibah, Dana Darurat, Dana Bagi Hasil Pajak dari Pemerintah
Kab/Kota, Dana Penyesuaian dan Dana Alternatif Khusus, dan Dana
Bantuan Keuangan. Sedangkan pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran (SiLPA), Penerimaan Pinjaman Daerah, Dana
Cadangan Daerah (DCD), dan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
dipisahkan. Selain dana dari penerimaan daerah tersebut, daerah
menerima dana yang bersumber dari Pemerintah Pusat berupa dana
dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan yang mana dana tersebut
sesuai dengan kebijakan Pemerintah Pusat yang diperuntukan bagi
kepentingan pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Morowali Utara.

Selanjutnya, untuk menentukan kapasitas riil keuangan daerah,


dihitung dengan mengisi tabel, sebagai berikut:

III | 30
Tabel 3.18
Proyeksi Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah
Kabupaten Morowali Utara Tahun 2017-2021 (Dalam Rupiah)
Proyeksi
No. Uraian
2017 2018 2019 2020 2021
1. Pendapatan 1.000.768.014.820 1.159.077.285.865 1.307.035.295.149 1.496.644.890.188 1.744.023.864.820
2. Pencairan dana cadangan
- - - - -
(sesuai Perda)
3. Sisa Lebih Riil Perhitungan
16.826.807.450 16.826.807.450 16.826.807.450 16.826.807.450 16.826.807.450
Anggaran
4 Penerimaan Piutang Daerah - - - - -
Total penerimaan 1.017.594.822.270 1.175.904.093.315 1.323.862.102.599 1.513.471.697.638 1.760.850.672.270
Dikurangi:
5 Belanja g Wajib dan Mengikat 335.402.102.358 368.692.312.594 405.311.543.853 445.592.698.239 489.901.968.062
serta Prioritas Utama

III | 31
Proyeksi
No. Uraian
2017 2018 2019 2020 2021

Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan


yang Wajib dan Mengikat serta 335.402.102.358 368.692.312.594 405.311.543.853 445.592.698.239 489.901.968.062
Prioritas Utama
Kapasitas riil kemampuan keuangan 682.192.719.911 807.211.780.721 918.550.558.746 1.067.878.999.400 1.270.948.704.207
Sumber: Dinas PPKAD Kab. Morowali Utara (diolah), 2016

III | 32
Tabel 3.19
Rencana Alokasi Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah
Kabupaten Morowali Utara Tahun 2017-2021 (Dalam Rupiah)
Proyeksi
No Uraian
2017 2018 2019 2020 2021

Kapasitas riil kemampuan


I 682.192.719.911 807.211.780.721 918.550.558.746 1.067.878.999.400 1.270.948.704.207
keuangan
Rencana alokasi pengeluaran
II 441.577.734.095 506.353.194.905 596.768.972.929 723.541.217.780 902.294.047.898
prioritas I
II.a Belanja Langsung 441.577.734.095 506.353.194.905 596.768.972.929 723.541.217.780 902.294.047.898
II.b Pembentukan dana cadangan - - - - -
Rencana alokasi pengeluaran
III 240.614.985.816 300.858.585.816 321.781.585.816 344.337.781.620 368.654.656.310
prioritas II
III.a Belanja Tidak Langsung 573.517.088.175 667.050.898.410 724.593.129.670 787.430.479.859 856.056.624.372
Dikurangi:
Belanja tidak langsung yang wajib
III.b 332.902.102.358 366.192.312.594 402.811.543.853 443.092.698.239 487.401.968.062
dan mengikat serta prioritas utama
Surplus anggaran riil atau
- - - - -
Berimbang (I-II-III)*
Sumber: Dinas PPKAD Kab. Morowali Utara (diolah), 2016

III | 33
Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh proyeksi Kapasitas Riil
Kemampuan Keuangan Daerah tahun 2017 hingga 2021 masing-masing
sebesar Rp.682.192.719.911; Rp. 807.211.780.721; Rp. 918.550.558.746;
Rp. 1.067.878.999.400. Sistem anggaran Kabupaten Morowali Utara
menganut sistem anggaran berimbang.

Berdasarkan perhitungan di atas, maka dialokasikan belanja daerah


berdasarkan prioritas pendanaan. Belanja Prioritas diklasifikasikan
dengan mempertimbangkan urgensi menjadi prioritas I, prioritas II dan
prioritas III, dimana prioritas I mendapatkan prioritas pertama sebelum
prioritas II. Prioritas III mendapatkan alokasi anggaran setelah prioritas I
dan II terpenuhi kebutuhan dananya. Program Prioritas I merupakan
program pembangunan daerah dengan tema atau program prioritas yang
menunjang pencapaian visi dan misi Kepala Daerah. Program Prioritas II
merupakan program dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah
termasuk pemenuhan pelayanan dasar kepada masyarakat sesuai dengan
SPM. Program Prioritas III merupakan prioritas yang dimaksudkan untuk
alokasi belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa, belanja bantuan
keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa,
serta belanja tidak terduga.

Pengalokasian dana pada prioritas III harus memperhatikan


pemenuhan dana pada Prioritas I dan II terlebih dahulu untuk
menunjukkan urutan prioritas yang benar. Alokasi Belanja terlebih
dahulu digunakan untuk memenuhi kebutuhan Belanja Tidak Langsung
yang bersifat mengikat dan Belanja Prioritas I, serta untuk memenuhi
Pengeluaran Pembiayaan yang bersifat Wajib. Berikut digambarkan
Proyeksi Alokasi Belanja Daerah tahun 2017-2021 berdasarkan prioritas
I, prioritas II dan prioritas III.
Penetapan persentase tiap tahun sesuai urutan prioritas (I, II, dan
III) bukan menunjukkan urutan besarnya persentase tetapi lebih untuk
keperluan pengurutan pemenuhan kebutuhan pendanaannya. Besar
persentase ditentukan sesuai analisis umum tentang kapasitas
pendanaan dari program prioritas yang direncanakan akan menunjang
prioritas dimaksud. Evaluasi atau analisis dari penyelenggaraan
pembangunan daerah dimasa lalu cukup baik untuk mendapatkan
gambaran yang diinginkan. Kerangka pendanaan selama 5 (lima) tahun
ditampilkan pada tabel berikut.

III | 34
Tabel 3.20
Proyeksi Alokasi Kapasitas Riil Keuangan Daerah Berdasarkan Prioritas Daerah Kabupaten Morowali Utara
Tahun 2017-2021 (Dalam Rupiah)

Sumber: Dinas PPKAD Kab. Morowali Utara (diolah), 2016

III | 35
Tabel 3.21
Proyeksi APBD Kabupaten Morowali Utara Tahun 2017-2021 (Dalam Rupiah)
PROYEKSI (TAHUN)
NO. URAIAN
2017 (Rp.) 2018 (Rp.) 2019 (Rp.) 2020 (Rp.) 2021 (Rp.)

1 PENDAPATAN 1,000,768,014,820 1,159,077,285,865 1,307,035,295,149 1,496,644,890,188 1,744,023,864,820


a
Pendapatan Asli Daerah 27,763,506,048 31,044,658,011 34,957,073,532 39,640,522,749 45,267,078,653

Pajak Daerah 5,123,755,259 5,856,746,895 6,694,598,485 7,652,311,031 8,747,031,543

Retribusi Daerah 13,909,607,497 14,341,522,731 14,786,849,614 15,246,004,599 15,719,417,070

Lain-Lain PAD yang Sah 8,730,143,292 10,846,388,384 13,475,625,433 16,742,207,118 20,800,630,040


b
Dana Perimbangan 877,594,388,053 1,031,702,954,826 1,174,760,810,112 1,358,625,975,184 1,599,238,739,862
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil
Bukan Pajak 36,007,839,013 37,769,208,617 39,616,737,874 41,554,641,392 43,587,339,945

Dana Alokasi Umum 675,666,057,039 828,013,254,209 969,223,580,238 1,151,150,841,792 1,389,730,907,917

Dana Alokasi Khusus 165,920,492,000 165,920,492,000 165,920,492,000 165,920,492,000 165,920,492,000


c Lain-Lain Pendapatan
Daerah Yang Sah 95,410,120,719 96,329,673,028 97,317,411,505 98,378,392,256 99,518,046,304
Pendapatan Hibah - - - - -
Dana Bagi Hasil Pajak dari 12,400,996,719 13,320,549,028 14,308,287,505 15,369,268,256 16,508,922,304

III | 36
PROYEKSI (TAHUN)
NO. URAIAN
2017 (Rp.) 2018 (Rp.) 2019 (Rp.) 2020 (Rp.) 2021 (Rp.)
Provinsi dan Pemda Lainnya
Dana Penyesuaian dan
Otonomi Khusus 75,944,974,000 75,944,974,000 75,944,974,000 75,944,974,000 75,944,974,000
Bantuan Keuangan dari
Provinsi atau Pemda
Lainnya 7,064,150,000 7,064,150,000 7,064,150,000 7,064,150,000 7,064,150,000

2 BELANJA 1,015,094,822,270 1,173,404,093,315 1,321,362,102,599 1,510,971,697,638 1,758,350,672,270


a
Belanja Tidak Langsung 573,517,088,175 667,050,898,410 724,593,129,670 787,430,479,859 856,056,624,372

Belanja Mengikat 332,902,102,358 366,192,312,594 402,811,543,853 443,092,698,239 487,401,968,062

Prioritas III 240,614,985,816 300,858,585,816 321,781,585,816 344,337,781,620 368,654,656,310


b
Belanja Langsung 441,577,734,095 506,353,194,905 596,768,972,929 723,541,217,780 902,294,047,898

Prioritas I 296,448,074,916 357,134,691,367 420,905,615,110 510,319,026,528 636,394,733,085

Prioritas II 145,129,659,179 149,218,503,538 175,863,357,819 213,222,191,252 265,899,314,813


Surplus/Defisit -14,326,807,450 -14,326,807,450 -14,326,807,450 -14,326,807,450 -14,326,807,450

3 PEMBIAYAAN 14,326,807,450 14,326,807,450 14,326,807,450 14,326,807,450 14,326,807,450

III | 37
PROYEKSI (TAHUN)
NO. URAIAN
2017 (Rp.) 2018 (Rp.) 2019 (Rp.) 2020 (Rp.) 2021 (Rp.)
Penerimaan Pembiayaan
a (Silfa) 16,826,807,450 16,826,807,450 16,826,807,450 16,826,807,450 16,826,807,450
Pengeluaran Pembiayaan
b (Penyertaan Modal) 2,500,000,000 2,500,000,000 2,500,000,000 2,500,000,000 2,500,000,000
Sisa Lebih Pembiayaan
Tahun Berkenan 0 0 0 0 0
Sumber: Dinas PPKAD Kab. Morowali Utara (diolah), 2016

III | 38
III | 39

Anda mungkin juga menyukai