Anda di halaman 1dari 4

Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015)

8 dan 9 Juni 2015, Bandung, Indonesia

Prediksi Jangkauan Pergerakan Tanah Longsor Menggunakan Model


Gesekan Coulomb Sederhana
Firmansyah1*, S Feranie1, A Tohari2, dan F D E Latief3

Abstrak
Kajian mengenai tanah longsor telah banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Beberapa diantaranya
mengunakan metode geolistrik untuk mengidentifikasi adanya nilai resistivitas yang kontras yang
mengindikasikan adanya bidang gelincir. Namun demikian pendekatan tersebut memiliki keterbatasan dalam
hal interpretasi karena harus dikorelasikan dengan data bor. Penelitian lain terkait tanah longsor adalah
menggunakan metode geologi teknik untuk menghitung kemantapan (stabilitas) lereng yang dapat
memberikan informasi mengenai zona potensi longsor namun tidak sampai memprediksi jarak jangkauan
pergerakan tanah. Dalam makalah ini kami mengusulkan suatu model sederhana untuk memprediksi
jangkauan pergerakan tanah, dimana pendekatan yang diterapkan pada model ini adalah massa tanah
longsor dianggap sebagai satu kesatuan titik pusat massa (model diskrit) dan jangkauan longsoran dihitung
menggunakan teori gesekan Coulomb. Metode ini diterapkan pada model elevasi longsoran rotasi dengan
data elevasi yang digunakan berdasarkan data pengukuran di salah satu daerah potensi longsor di Jawa
Barat. Dengan menggunakan parameter model tinggi awal pusat massa terhadap bidang horizontal, sudut
gesek semu dan koefisien gesek, diperoleh nilai jangkauan longsor.

Kata-kata kunci: gesekan Coulomb, jangkauan longsor, longsoran rotasi, pusat massa tanah

Pendahuluan gesekan Coulomb sederhana untuk memprediksi


jangkauan pergerakan tanah pada model
Kajian mengenai pergerakan tanah/longsor
longsoran rotasi.
telah menarik banyak perhatian dari berbagai
pihak dikarenakan hal ini merupakan salah satu
Metode Penelitian
bencana alam yang sering terjadi pada beberapa
daerah di Jawa Barat, khususnya ketika curah Secara umum pemodelan dalam mempredik-
hujan sedang tinggi. Para peneliti terdahulu si jangkauan pergerakan tanah dibagi menjadi
menggunakan beberapa metode dalam mengkaji dua [7] yaitu model empirik (berda-sarkan hasil
permasalahan longsor seperi menggunakan eksperimen) dan model rasional. Dalam model
metode geolistrik resistivitas untuk melakukan rasional terdapat dua buah model diantaranya
identifikasi bidang gelincir, metode geologi teknik yaitu model kontinu (yang memper-hatikan
untuk menghitung stabilitas lereng, dan lain perilaku secara mekanika, termodina-mika, dan
sebagainya. Metode geolistrik bersifat subjektif hidrolik) dan model diskrit yang dapat berupa
karena interpretasi dan analisis nilai resistivitas Lumped Mass Model dan Slab Model. Model
bergantung pada kondisi geologi setempat yang diskrit lumped mass model telah diterap-kan
dapat dikonfirmasi dengan melakukan pemboran dalam penelitian ini untuk penyelidikan awal,
sampel tanah (coring) seperti yang dilakukan dimana model ini merupakan model sederhana
oleh Grandjean, dkk [1], Mohd, dkk [2], dan lain- yang menganggap massa longsoran konstan
lain. Namun beberapa peneliti yang tidak sepanjang lintasan [8]. Penelitian serupa juga
melakukan coring dalam melakukan interpretasi dilakukan oleh Duden [9] dengan tinjauan
data geolistrik seperti pada penelitian longsoran yang terjadi di Cililin, Batujajar.
Kusnahadi, dkk [3], Mimin, dkk [4], dan lain-lain.
Dalam melakukan karakterisasi jarak jang-
Pendekatan lain yang juga sering dilakukan
kauan longsor diperlukan beberapa informasi
adalah metode geologi teknik. Metode ini bersifat
yaitu ukuran/ volume massa yang tidak stabil
objektif karena berdasarkan sifat fisik material
yang kemungkinan besar akan bergerak, proba-
tanah longsor dengan kondisi kestabilan lereng
bilitas yang dapat memicu ketidakstabilan
in-situ. Sifat fisik tanah diperoleh dengan
lereng, dan geometri serta luasan area deposit
menguji sampel di laboratorium, seperti yang
[10]. Setelah informasi tersebut diperoleh maka
dilakukan oleh Sugianti [5] dan Adrin [6], namun
langkah selanjutnya adalah menganalisis jarak
tidak sampai memprediksi jangkauan tanah
jangkauan pergerakan tanah.
longsor.
Pergerakan tanah dapat ditentukan menggu-
Berdasarkan pemaparan tersebut, dalam
nakan sebuah pendekatan geometri sederhana
makalah ini kami mengusulkan suatu model
dengan menghitung energi potensial awal yang

ISBN xxx-x-xxxx-xxxx-x 1
Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015)
8 dan 9 Juni 2015, Bandung, Indonesia

dibawa oleh suatu massa tanah. Namun dalam ketika massa tanah mulai bergerak dan terdapat
hal ini, kebergantungan volume tidak diperhi- energi yang hilang akibat gesekan yang ditun-
tungkan. Pendekatan ini dikenal sebagai model jukkan pada persamaan dibawah ini:
gesekan Coulomb sederhana (Gambar 1).

Gambar 1. Model gesekan Coulomb sederhana


(sebuah blok yang bergerak pada bidang
miring).
Perubahan kecepatan untuk setiap posisi
Berdasarkan gambar di atas, koefisien gesek
dapat diturunkan berdasarkan hukum kekekalan
dapat diturunkan berdasarkan hubungan kese-
energi, dengan memisalkan pusat massa tanah
timbangan gaya (yaitu ketika benda tepat akan
yang telah bergerak pada posisi x seperti pada
bergerak) sebagai berikut:
Gambar 2 sehingga diperoleh hubungan berikut:

dan diperoleh kecepatan di setiap posisi yaitu:

(dimana m = massa, g = percepatan gravitasi, 


= sudut gesek semu, N = gaya normal, dan  =
koefisien gesek)
Dengan menganggap bahwa massa tanah Untuk memperoleh jarak jangkauan maksi-
longsor bergerak yang hanya dipengaruhi gaya mum, substitusi v(xmax) = 0 pada Persamaan (3),
gravitasi dan gaya gesek saja, maka hukum
gesekan Coulomb dapat diterapkan untuk meng-
gambarkan pergerakannya seperti yang sudah
dijelaskan oleh Jaboyedoff dan Labiouse [11]
dengan ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 2.

Untuk kondisi dimana h(xmax) = 0 maka Per-


samaan (5) dapat disederhanakan menjadi,

Persamaan (6) merupakan persamaan umum


untuk memprediksi jarak jangkauan longsor ber-
dasarkan model diskrit dengan pendekatan
pusat massa.
Gambar 2. Ilustrasi pergerakan pusat massa
tanah (berasal dari Jaboyedoff et al., [12]). Hasil dan diskusi
Dalam gambar tersebut, HG = tinggi awal pusat Seperti yang telah disebutkan di atas, sebe-
massa tanah, x = jarak pusat massa tanah sete- lum dapat memprediksi jangkauan pergerakan
lah berpindah, h(x) tinggi pusat massa pada tanah diperlukan informasi geometri lereng dan
jarak x, LG = jarak pusat massa setelah terde- bidang gelincir serta ukuran massa tanah/
posit sepenuhnya/ jangkauan maksimum. volume tanah tidak stabil yang diperkirakan akan
Berdasarkan hukum kekekalan energi, pada bergerak seperti yang ditunjukkan pada Gambar
posisi awal massa tanah membawa energi 3. Penentuan massa tanah/ volume yang tidak
potensial sebesar EP = mgHG, yang kemudian stabil dijelaskan secara terpisah dalam artikel
akan ditransformasikan menjadi energi kinetik yang lain [13].

ISBN xxx-x-xxxx-xxxx-x 2
Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015)
8 dan 9 Juni 2015, Bandung, Indonesia

Gambar 4. Perhitungan prediksi jarak jangkauan


(a) pada lokasi yang telah diperbesar berdasarkan
region of interest (ROI)

Tabel 1. Nilai parameter yang digunakan dalam


perhitungan jarak jangkauan.

Parameter-
Nilai Satuan
parameter

H 6 M
(b)  10 
Gambar 3 (a) Model geometri lereng (elevasi) (b)  0,176
Massa/volume tanah yang tidak stabil (warna x 14,7 m
hijau) yang diprediksi akan longsor/ bergerak
h(x) 2,2 m
pada bidang gelincir berbentuk melengkung
(longsoran rotasi) dimana warna merah v(x) 4,86 m.s-1
merupakan zona aman/ cukup stabil. L 34,43 m
Model geometri lereng pada gambar tersebut
menggunakan data elevasi yang telah diperoleh
pada penelitian sebelumnya pada salah satu Ketika pusat massa telah bergerak hingga pada
daerah potensi longsor, sehingga koordinat posisi x = 14,7 meter, diperkirakan memiliki
untuk setiap sumbu x maupun y memiliki satuan kecepatan sebesar 4,86 m.s-1. Nilai kecepatan ini
meter. Geometri bidang gelincir berbentuk me- relatif lebih lambat dibandingkan dengan
lengkung sehingga dapat dikatakan jenis long- kecepatan longsoran rotasi pada umumnya yaitu
soran rotasi berdasarkan klasifikasi tipe longsor- sekitar 10 m.s-1. Hasil tersebut bisa diperoleh
an yang diusulkan oleh Varnes [14]. Setelah dengan mempertimbangkan adanya pengaruh
mengetahui ukuran atau volume massa tanah perbedaan ketinggian yang tidak signifikan atau
yang tidak stabil, langkah selanjutnya adalah relatif lebih kecil (< 10 m), pengaruh penentuan
menentukan posisi pusat massa. Dalam hal ini, posisi pusat massa yang kurang tepat (dalam hal
kami memperkirakan posisi pusat massa berada ini diestimasi secara manual), serta penentuan
ditengah-tengah (secara manual) seperti yang besarnya sudut gesek yang menghasilkan nilai
ditunjukkan pada Gambar 4. Kemudian menarik koefisien gesek yang berbeda.
garis menuju daerah yang horizontal sehingga
diperoleh garis miring seperti pada model Kesimpulan
gesekan Coulomb sebelumnya, sehingga
parameter-parameter lainnya dapat diperoleh Metode ini dapat digunakan untuk mempre-
seperti sudut gesek semu dan posisi serta diksi jarak jangkauan pergerakan tanah pada
ketinggian berdasarkan koordinat pada gambar model longsoran rotasi. Dengan menggunakan
tersebut. Adapun parameter-parameter yang parameter model yang H (tinggi awal pusat
digunakan untuk perhitungan prediksi jarak massa terhadap bidang horizontal) = 6 meter, 
jangkauan telah terangkum pada Tabel 1. (sudut gesek semu) = 10,  (koefisien gesek) =
tan () = 0,176, diperoleh L (jangkauan longsor)
Berdasarkan hasil perhitungan dengan meng-
= 37,43 meter.
gunakan persamaan-persamaan sebelumnya
diperoleh bahwa bahwa pusat massa tanah
Saran penelitian selanjutnya
tersebut diperkirakan dapat mencapai jangkauan
maksimum sekitar 34,43 m relatif terhadap posisi
Keakuratan nilai prediksi jangkauan bergan-
awal pusat massa tanah.
tung pada penentuan posisi pusat massa mate-
rial longsor dan penentuan besar sudut gesek

ISBN xxx-x-xxxx-xxxx-x 3
Prosiding Simposium Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015)
8 dan 9 Juni 2015, Bandung, Indonesia

semu. Dengan demikian, disarankan untuk [10] G.B. Crosta, S. Imposimato, dan D.G.
menggunakan perhitungan yang lebih akurat, Roddeman, “Numerical modelling of large
misalnya menggunakan metode digital image landslides stability and runout”, Natural
analysis (DIA) untuk memperoleh nilai yang hazards and Earth System Sciences, 3,
sesuai. Selain itu, metode ini belum dapat 523-538 (2003).
digunakan untuk menganalisis distribusi material [11] M. Jaboyedoff dan V. Labiouse, “Technical
longsoran yang terdeposit. Diharapkan untuk Note: Preliminary estimation of rockfall
penelitian selanjutnya dapat menganalisis distri- runout zones”, Natural Hazards and Earth
busi material longsoran khususnya bagian depan System Sciences, 11, 819-828 (2011).
dari massa tanah yang bergerak. [12] M. Jaboyedoff, P. Horton, A. Loye, dan A.
Pedrazzini, “Runout-empirical approaches”,
Ucapan terima kasih Workshop Barcelona 2008 Mountain Risks,
01 September 2008.
Penulis mengucapkan terima kasih atas [13] Firmansyah, S. Feranie, A. Tohari, dan
dukungan finansial yang didanai oleh program F.D.E. Latief, “Prediction of landslide run-
penelitian Desentralisasi DIKTI-ITB 2015 out distance based on slope stability
analysis and center of mass approach”,
Referensi Padjajaran Earth Dialogues: International
[1] G. Grandjean, “From geophysical Symposium on Geophysical Issues, Studies
parameters to soils characteristics”. FP7- On The Mechanisms of The Earth Surface
DIGISOIL Project Deliverable 2.1. (2009) Formation, 8-10 June 2015, Jatinangor,
[2] M. Hazreek, Rosli, Fauziah, Devapriya Indonesia.
Chitral Wijeyesekera, Mohamad Faizal. [14] Varnes D.J. (1954): Landslide types and
“Integral Analysis of Geoelectrical processes, in E.B. Eckel (ed). Landslides
(Resistivity) And Geotechnical (SPT) Data and Engineering Paractice, Highway 28, pp
In Slope Stability Assesment”, Academic 20-47.
Journal of Science 1 (2), 305-316 (2012).
[3] M.Iryanti, T.R. Ramalis, N.D. Ardi,
“Identifikasi Bawah Permukaan di Wilayah Firmansyah1*
Desa Kayuambon, Lembang, Kabupaten Departemen Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika
Bandung Barat”, Prosiding Simposium dan Ilmu Pengetahuan Alam
Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains Universitas Pendidikan Indonesia
firmansyah72@student.upi.edu
2011 (SNIPS 2011), 22-23 Juni, Bandung,
Indonesia, pp.
Selly Feranie
[4] K. Susanto, A. Zaenudin, “Karakterisasi
Departemen Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika
Zona Sliding di Perbukitan Ranggawulung dan Ilmu Pengetahuan Alam
Subang dengan Metode Geolistrik Tahanan Universitas Pendidikan Indonesia
Jenis”, Bekala Fisika, 13 (2), D19-D24 feranie@upi.edu
(2010).
[5] K. Sugianti, “Pengaruh Muka Airtanah Adrin Tohari
Terhadap Kestabilan Lereng pada Ruas Pusat Penelitian Geoteknologi (P2G)
Jalan Raya Cadas Pangeran, Sumedang”, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
Riset Geologi dan Pertambangan, 22 (2), adrin@geotek.lipi.go.id
105-113 (2012).
[6] A. Tohari, “Variations of Pore-Water Fourier Dzar Eljabbar Latief
Pressure Responses In A Volcanic Soil Fisika Bumi dan Sistem Kompleks
Institut Teknologi Bandung
Slope To Rainfall Infiltration”, Riset Geologi fourier@fi.itb.ac.id
dan Pertambangan, 23 (2), 97-111 (2013).
[7] Safeland, “Recommendations for runout
*Corresponding author
models for use in landslide hazard and risk
mapping, Deliverable 1.9, October (2010).

[8] F.V.D. Blasio, “Introduction to The Physics


of Landslides”, Springer, London-New York
(2011).
[9] D. Saepuzaman, “Pemodelan Proses
Longsoran Cililin Menggunakan Lumped
Mass Model”, Tesis Magister, Institut
Teknologi Bandung, Indonesia, 2014.

ISBN xxx-x-xxxx-xxxx-x 4

Anda mungkin juga menyukai