Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN METODE GRAVITASI

oleh:
FAIQ DZIHNAN
165090700111009

PROGRAM STUDI GEOFISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERISTAS BRAWIJAYA
MALANG
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Teori Dasar Fisika dalam Metode Gravitasi.

Ketika kita melakukan pengamatan pada bagian bawah permukaan bumi, maka akan dapat
diketahui bahwa bumi kita ini tidaklah homogen akan tetapi tersusun atas berbagai lapisan batuan yang
memiliki densitas yang bervariasi. Perbedaan densitas ini akan menimbulkan anomali percepatan
gravitasi yang akan dimanfaatkan dalam eksplorasi dengan menggunakan metode gravitasi.
Dasar dari survey dengan metode gravitasi ini adalah Hukum Gravitasi Newton yang
menyatakan bahwa gaya tarik F antara dua massa m1 dan m2 dengan jarak r diantara keduanya
dinyatakan dengan :
𝑀𝑚
𝐹=𝐺 (1)
𝑟2

dimana G merupakan konstanta gravitasi (G = 6,67 x 10-11 m3 kg-1 s-2 )

Pada metode gravitasi, yang diukur bukanlah gaya gravitasi F melainkan percepatan gravitasi g.
Hubungan antara F dan g dapat dijelaskan dengan Hukum Newton II yang menyatakan bahwa gaya
adalah hasil perkalian antara massa dan percepatan.

𝐹 = 𝑚𝑔 (2)

Dengan mempertimbangkan tarikan gravitasi dari Bumi yang bulat, tidak berotasi dan homogen
dengan massa M pada suatu benda dengan massa m dengan jarak antara keduanya adalah R maka dari
persamaan 1 dan 2 akan diperoleh
𝑀
𝑔=𝐺 (3)
𝑅2

dimana satuan dari g adalah m/s2 atau Gal ( 1 Gal = 1 cm/s2 ). Selain itu massa suatu benda bulat
bertindak seolah – olah massanya terkonsentrasi di pusatnya.

Pada asumsi bumi seperti ini maka gravitasi akan bernilai konstan. Akan tetapi bumi kita yang
berbentuk ellipsoidal, berotasi, memiliki permukaan yang tidak rata serta adanya persebaran massa
internal menyebabkan nilai gravitasi di permukaan bumi menjadi bervariasi.
Medan Gravitasi seringkali didefinisikan sebagai Potensian Gravitasi U :

𝐺𝑀
𝑈= (4)
𝑟

Padahal percepatan gravitasi g merupakan besaran vektor sehingga memiliki besar dan arah
sedangkan potensial gravitasi U adalah besaran scalar yang hanya memiliki besar. Penurunan pertama
dari potensial gravitasi U pada suatu arah akan menghasilkan komponen gravitasi pada arah tersebut.
Oleh karena itu pendekatan lewat potensial gravitasi akan menghasilkan fleksibilitas dalam
komputasinya. (Kearey dkk , 2002)

Sejauh ini , kita hanya mempelajari percepatan gravitasi dan potensial dari suatu titik massa.
Padahal suatu benda padat dapat dianggap tersusun atas banyak partikel kecil yang masing – masing
melakukan tarikan gravitasi pada suatu titik eksternal P. (Gambar 1). Untuk menghitung percepatan
gravitasi untuk objek pada titik P kita harus membuat penjumlahan vektor untuk setiap partikel partikel
tersebut dan setiap partikel menghasilkan vektor dengan arah yang berbeda – beda. Dengan
mengasumsikan mi sebagai massa partikel pada jaraj ri dari P maka persamaannya adalah :

𝑚1 𝑚2 𝑚3
𝑎𝐺 = 𝐺 𝑟̂1 + 𝐺 𝑟̂2 + 𝐺 𝑟̂3 + …. (5)
𝑟12 𝑟22 𝑟32

Penjumlahan vektor ini bisa cukup rumit bergantung pada bentuk dari benda solid tersebut. Salah satu
alternatif nya adalah dengan menghitung potensial gravitasi dan menurunkannya untuk mendapatkan
percepatan. Persamaan untuk potensial pada titik P adalah :

𝑚1 𝑚2 𝑚3
𝑈𝐺 = 𝐺 + 𝐺 + 𝐺 + …. (6)
𝑟1 𝑟2 𝑟3

Penjumlahan skalar ini seringkali lebih simpel daripada penjumlahan vektor

Gambar 1. Tarikan gravitasi setiap partikel dengan arah yang berbeda. (Lowrie,2007)
2. Metode gravitasi

Karena gravitasi adalah percepatan , maka pengukurannya harus melibatkan penentuan


jarak/panjang dan waktu. Alat untuk mengukur gravitasi disebut gravity meter atau gravimeter. Pada
dasarnya, gravimeter adalah pegas setimbang yang membawa sebuah massa yang konstan. Perbedaan
gaya berat yang dialami oleh massa akibat perbedaan gravitasi akan menyebabkan panjang dari pegas
menjadi berbeda – beda pula. Pada gambar 2 , sebuah pegas dengan panjang awal s diregangkan senilai
∂s disebabkan kenaikan gravitasi ∂g menambah gaya berat dari massa m. Perpanjangan dari pegas
barbanding lurus gaya ekstensi (Hukum Hooke) :
𝑚
𝑚 . 𝜕𝑔 = 𝑘. 𝜕𝑠 − −−> 𝜕𝑠 = 𝜕𝑔 (7)
𝑘

dengan k adalah konstanta elastisitas pegas

Gambar 2. Prinsip kerja stable gravimeter (kearey dkk, 2002)


3. Koreksi – koreksi metode gravitasi ( Gravity Reduction)

Besarnya gravitasi dipengaruhi oleh lima faktor yaitu lintang (latitude), elevasi, topografi medan
sekitar, pasang surut dan variasi densitas bawah permukaan. Pada survey metode gravitasi, yang kita
butuhkan adalah faktor terakhir yaitu variasi densitas bawah permukaan yang mana anomali ini jauh
lebih kecil daripada perubahan karena elevasi dan latitude akan tetapi lebih besar daripada anomali
karena pasang surut dan efek topografi. Perubahan gravitasi dari equator ke kutub sekitar 5 Gal
sedangkan efek dari elevasi bisa sampai 0.1 Gal. Padahal, sebuah anomali gravitasi sebesar 10 mGal
sudah dianggap besar pada ekplorasi minyak sedangkan pada ekspolrasi mineral 1 mGal juga sudah
dianggap nilai anomali yang besar. Oleh karena itu perlu adanya koreksi untuk menghilangkan faktor
faktor yang tidak diinginkan.

a. Koreksi Lintang.
Karena adanya rotasi bumi dan juga menggelembungnya bumi pada ekuator maka gravitasi akan
bertambah dengan bertambahnya latitude. Percepatan sentrifugal karena rotasi berada pada titik
maksimum pada ekuator dan nol di kutub. Percepatan sentrifugal ini akan mengurangi gravitasi dari
bumi. Sementara ‘kempes’nya kutub menambah besarnya gravitasi karena lebih dekat ke pusat
massa bumi. Akan tetapi efek ini dilawan dengan adanya pertambahan tarikan massa diekuator.
Koreksi latitude ∆gL didapat dengan menurunkan persamaan berikut :

∆𝑔𝐿 1 ∆𝑔𝑡
= (8)
∆𝑠 𝑅𝑒 ∆𝜑

= 0.811 sin 2𝜑 𝑚𝐺𝑎𝑙/𝑘𝑚 (8a)

Dimana ∆s = N – S jarak horizontal = Re. ∆𝜑 dan Re adalah radius bumi (6368 km). koreksi
bernilai maksimum pada lintang 450 dan bernilai nol di ekuator dan kutub. Hasil koreksi
ditambahkan ke g jika kita bergerak menuju ekuator. ( Telford dkk , 1990)
b. Koreksi Udara Bebas
Koreksi ini digunakan untuk menghilangkan pengaruh perubahan ketinggian antara stasiun satu ke
stasiun lain agar pembacaan hanya pada permukaan datum. Koreksi ini tidak mempertimbangkan
massa / material antara stasiun dengan datum. Persamaan didapat dengan menurunkan persamaan
scalar yang ekuivalen dengan persamaan gravitasi sehingga diperoleh :

∆𝑔𝐹𝐴 𝑀𝑒
= 2𝛾 = 2𝑔𝑅𝑒 (9)
∆𝑅 𝑅𝑒3

= 0.3086 mGal/m (9a)

= 0.09406 mGal/ ft (9b)

Koreksi ini ditambahkan ke pembacaan ketika posisi stasiun ada di atas datum dan dikurangkan
apabila posisi di bawah datum. ( Telford dkk , 1990)

c. Koreksi Bouguer
Koreksi ini mempertimbangan gaya tarikan oleh material diantara stasiun dan datum yang
diabaikan pada koreksi udara bebas. Apabila stasiun pengamatan terletak pada suatu dataran tinggi
yang panjang dan memiliki ketebalan serta densitas yang seragam (gambar 3) maka pembacaan
gravitasi akan bertambah karena adanya tarikan dari slab atau lapiasan batuan antara stasiun dan
datum. Persamaan koreksi bouguer adalah :
∆𝑔𝐵
= 2𝜋𝛾𝜌 (9)
∆𝑅
= 0.04192 𝜌 mGal/m (9a)
= 0.01278 𝜌 mGal/ft (9b)

Gambar 3. Stasiun di atas dataran tinggi


Hasil pembacaan akan dikurangkan apabila dilakukan diatas datum begitu juga sebaliknya.
Koreksi bouguer dan koreksi udara bebas sering dikombinasikan menjadi koreksi ketinggian
dengan persamaan:
∆𝑔𝐸 ∆𝑔𝐹𝐴 ∆𝑔𝐵
= − (10)
∆𝑅 ∆𝑅 ∆𝑅
= (0.3086 − 0.0419𝜌) mGal/m (10a)
= (0.0941 − 0.0128𝜌) mGal/ft (10b)

asumsi yang digunakan pada koreksi bouguer adalah slab memiliki densitas yang seragam dan
memiliki panjang horizontal tak terbatas ( Telford dkk , 1990)

d. Koreksi medan
Koreksi ini digunakan ketika ada ketidakaturan bentuk permukaan bumi disekitar stasiun
pengamatan. Bukit yang memiliki ketinggian diatas stasiun akan memberikan gaya tarik keatas
sedangkan lembah (kekosongan material) akan gagal dalam memberikan gaya tarik ke bawah.
Untuk menghitung besar koreksi medan maka kita memerlukan pengetahuan tentang topografi di
sekitar stasiun. Hal yang biasanya dilakukan adalah melihat peta topografi dan meletakkan kertas
transparan yang berisi lingkaran dan garis radial yang disebut terrain chart (gambar 4) . Kita
diharuskan melakukan koreksi medan apabila jarak stasiun kurang dari 200 m dari medan yang
curam. ( Telford dkk , 1990)

Gambar 4. Penggunaan terrain chat


e. Koreksi pasang surut
Koreksi ini memperhitungkan adanya perubahan gravitasi akibat pergerakan bulan dan matahari
yang besarnya sekitar 0.3 mGal. Koreksi ini bisa dilakukan dengan mengetahui posisi bulan dan
matahari. Akan tetapi, karena perubahan gravitasi nya halus dan lambat, maka kalkulasi nya
biasanya dimasukkan dalam koreksi drift. ( Telford dkk , 1990)

f. Koreksi Drift
Koreksi ini adalah koreksi instrumental yang didasarkan atas adanya perubahan gravitasi pada
pembacaan data di satu stasiun yang dilakukan selama berulang – ulang sepanjang hari. Anomali
ini bisa terjadi karena goncangan, perubahan suhu, dan melarnya pegas.

4. Interpretasi Metode Gravitasi

Pada metode gravitasi ini, interpetasi data pengamatan dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.
Interpretasi secara kuantitatif adalah dengan pemodelan yaitu pemodelan benda geologi atau struktur
bawah permukaan yang sesuai dengan hasil data yang kita dapatkan .Pemodelan sendiri dapat berupa
forward modeling atau inverse modeling.
Sebenarnya pemodelan dari anomali medan potensial (gravitasi, magnetic dll) selalu menimbulkan
keambiguan karena anomaly yang didapatkan bisa disebabkan oleh berbagai kemungkinan yang tidak
terbatas. Salah satu hal yang penting pada interpretasi gravitasi adalah mengurangi ambiguitas dengan
menggunakan semua batasan yang ada di alam dan pada bentuk dari benda penyebab anomali. (kearey
dkk, 2002)
Interpretasi kualitatif adalah dengan cara melakukan slice langsung pada kontur yang diamati
untuk menemukan anomalinya. Hasil slice ini juga bisa diolah dengan software yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Lowrie, William. 2007. Fundamental of Geophysics. Cambridge: Cambridge University Press

Kearey, Philip dkk. 2002. An Introduction to Geophysical Exploration. London : Blackwell Science Ltd

Telford W.M. dkk. 1990. Applied Geophysics. Cambridge: Cambridge University Press

Anda mungkin juga menyukai