TEORI DASAR
antara dua buah benda adalah sebanding dengan massa kedua benda
tersebut dan berbanding terbalik dengan jarak kuadrat antara pusat massa
Gambar 6. Gaya tarik menarik merarik antara dua benda m1 dan m2.
( ) (1)
dengan:
dimana satuan g adalah m/det 2 dalam SI, atau Gal (Galileo), yaitu 1
M, adalah:
(2)
sebanding dengan nilai jari-jari bumi (R), sehingga persamaan (2) menjadi:
(0)
2. Percepatan gravitasi
oleh hukum Newton II yang menyatakan bahwa sebuah gaya adalah hasil
N e w t o n , y a i t u : ( 4 )
F = mg
g=G (5)
2
yang begitu kecil, maka satuan yang sering digunakan adalah miliGal
(mGal).
kedudukan bumi dalam tata surya, variasi rapat massa batuan di bawah
permukaan bumi, perbedaan elevasi tempat pengukuran, dan hal lain yang
suatu massa dari suatu titik ke titik tertentu. Suatu benda dengan massa
yang dilakukan dalam suatu medan gravitasi tidak tergantung pada lintasan
yang ditempuhnya tetapi hanya tergantung pada posisi awal dan akhir
(7)
u( ) (Vu) - (8)
(9)
u( ) _
u z
(0)
2 2 2 2
dimana (x,y,z) adalah densitas dan r = x + y + z .
5
Z ) ~( Z (0)
Z
B. Model Bumi
Pada kasus ini, bidang ekuipotensial akan berimpit dengan mean sea level.
Pada model ini bentuk bola telah berubah menjadi ellips disebabkan
8
sentrifugal akibat rotasi. Deformasi ini lebih dikenal dengan flattening.
flattening. Selain itu, akan terdapat selisih jarak bidang ekuipotensial pada
4. Ellipsoid
Pada model ini bentuk bumi sudah berupa ellips dan juga dipengaruhi
oleh sentrifugal akibat rotasi sama seperti model sebelumnya. Hanya saja
bentuk geometris berupa elipsoidal dan memiliki potensial gaya berat total
ellipsoid. Namun, bentuk ini masih belum merupakan bentuk bumi yang
9
sebenarnya karena densitas bumi masih dianggap homogen dan belum
5. Geoid
Bentuk muka bumi yang sebenarnya jauh dari keteraturan dan sulit
bumi berupa sebuah bentuk yang memiliki nilai potensial gravitasi yang
yang cukup jauh dari daratan (Lowrie, 2011). Permukaan inilah yang
daratan dan kurang lebih berimpit dengan mean sea level (msl) di lautan
pada model pertama bentuk geoid akan mengikuti bentuk muka laut, maka
Local
Geoid
Gravity
Mass Ellipsoidal
Excess
Besar nilai gravitasi bergantung kepada lima faktor, yaitu lintang, elevasi
topografi daerah sekitar pengukuran, pasang surut bumi, dan variasi densitas
menekankan pada perubahan besar nilai gravitasi oleh karena variasi densitas
gravimeter tidak hanya berasal dari nilai gravitasi yang disebabkan oleh
variasi densitas di bawah permukaan, tetapi juga dari keempat faktor lainnya.
faktor lain yang mempengaruhi besar nilai gravitasi sehingga didapatkan nilai
air laut. Besarnya distorsi air laut akibat efek pasang surut ini terukur
gravitasi akibat efek pasang surut ini bisa mencapai 0,2 mGal.
data gayaberat yang diperoleh perlu dilakukan koreksi yang dalam hal ini
dimana:
= sudut lintang
8 = sudut deklinasi
t = moon hour angle
Repeated value at
base station
Drift
Time (h)
D (t - t0) (13)
~
dimana:
Koreksi lintang pada data gravitasi diperlukan sebagai akibat dari rotasi
bumi. Hasil dari rotasi bumi tersebut akan menyebabkan perbedaan nilai
g = 9,83 m/s2
Increase Radius
Earth Rotation
g = 9,78 m/s2
Excess mass
Gambar 15. Perbedaan nilai gayaberat di kutub dan khatulistiwa (Sarkowi, 2011).
dikoreksikan terhadap koreksi pasang surut, koreksi tinggi alat dan koreksi
topografi.
gravitasi normal yang terletak pada bidang datum (pada ketinggian z=0)
Heigh
Land surface
Datum surface
sea level
Gambar 16. Koreksi udara bebas terhadap data gayaberat (Zhou, dkk., 1990).
g=G (16)
(0)
18
Jika pertambahan jari-jari dinyatakan dalam bentuk ketinggian di
19
atas muka laut h, maka:
(18)
20
~
21
dimana g adalah besar nilai gravitasi absolut dan r adalah jari-jari bumi.
Dengan memasukkan nilai g dan r ke dalam persamaan (18), maka
besar koreksi udara bebas adalah:
~ (19)
geoid. Koreksi akan dijumlah jika titik pengukuran berada di atas geoid.
dimana:
maka:
B 49 mGal
bebas. Pada koreksi Bouguer, jika titik pengukuran berada di atas bidang
geoid, maka koreksi akan dikurang. Hal ini dikarenakan kandungan massa
di atas bidang geoid membuat nilai g titik pengukuran lebih besar dari nilai
geoid koreksi harus dikurang. Dan juga sebaliknya, jika titik pengukuran
BOUGUER CORRECTION
Land surface
Datum surface
sea level
berada pada suatu bidang datar yang sangat luas. Sedangkan seringkali
lembah dan gunung. Maka jika hanya dilakukan koreksi bouguer saja
Exces mass
Gambar 18. Stasiun yang berada dekat dengan gunung (Reynolds, 1997).
Gambar 19. Stasiun yang berada dekat dengan lembah (Reynolds, 1997).
Mass deficiency
akan ada gaya ke bawah yang hilang sehingga pegas pada gravimeter
(Gambar 19).
bawah ini.
gayaberat adalah total dari koreksi medan (It) sektor-sektor dalam satu
adalah anomali yang disebabkan oleh variasi densitas secara lateral pada
batuan di kerak bumi yang telah berada pada bidang referensi yaitu bidang
0 ~ ~ (23)
B o~ ~ B (24)
dimana:
= koreksi apungan
= koreksi lintang
= koreksi udara bebas
B = koreksi Bouguer
26
Nilai anomali Bouguer di atas sering disebut sebagai Complete Bouguer
Anomaly (SBA). Sementara nilai lain yang biasa digunakan untuk survei
daerah laut adalah Free Air Anomaly (FAA). FAA adalah nilai anomali
menjadi sasaran utama adalah rapat masa (kontras densitas), maka perlu
faktor lain yang ikut mempengaruhi rapat massa batuan, diantaranya adalah
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan rapat massa
rata-rata, yaitu:
3. Metode Parasnis
27
Analisis batuan daerah survei merupakan penentuan rapat massa rata-rata
1. Metode nettleton
topografi
Gayaberat
obsevasi
Anomali Bouguer
Terbaik
Gambar 21. Estimasi rapat massa dengan metode Nettleton (Telford, dkk., 1990).
Anomali Bouguer titik amat pada suatu lintasan diplot dengan berbagai
2. Metode parasnis
o - B (25)
dimana :
B = koreksi Bouguer
o ~ B (26)
atau
o ( ) (27)
Dari persamaan (27) bila ruas kiri dinyatakan sebagai variabel y dan
ruas kanan sebagai variabel x, dan kedua variabel diplot sebaran datanya
pada koordinat kartesian, maka dapat dicari suatu persamaan garis linier
29
dengan metode kuadrat terkecil (least square). Persamaan regresi yang
dihasilkan adalah:
(28)
Dimana nilai a adalah nilai rapat masa batuan rata-rata.
E. Analisis Spektrum
dari domain waktu ke dalam domain frekuensi) untuk mengubah suatu sinyal
Hasil dari transformasi ini akan berupa spektrum amplitude dan spektrum
bilangan gelombang (k) dan amplitudo (A) yang dapat digunakan untuk
menghitung lebar jendela filter yang selanjutnya dijadikan sebagai input data
(U) ji 1 1( _ ) (30)
~~
diinginkan adalah:
( ~) ji ( ) ~ (0)
~ ( ) ( ~) jie I I(z ~ )
~
dimana:
~ = anomali gayaberat
k = bilangan gelombang
e ~(z z ) (32)
dimana:
A = amplitudo
C = konstanta
31
Selanjutnya dengan melogaritmakan hasil Transformasi Fourier
(z z )i i (33)
(34)
(0)
Analisis Spektrum
Zona Regional
Zona Residual
Zona Noise
32
Maka didapatkan estimasi lebar jendelanya yaitu:
(36)
F. Moving Average
disebabkan oleh perbedaan densitas batuan pada daerah dangkal dan daerah
yang lebih dalam di bawah permukaan. Efek yang berasal dari batuan pada
daerah dangkal disebut anomali residual, sementara efek yang berasal dari
batuan pada daerah yang lebih dalam disebut anomali regional. Proses ini
regional yang terdapat pada anomali Bouguer. Selain itu, hasil pemisahan
pemisahan yang jika dianalisis dari spektrumnya akan menyerupai low pass
filter sehingga output dari proses ini adalah frekuensi rendah dari anomali
(39)
S ~~ _
dimana:
= grid spasi
persegi dengan titik pusat adalah titik yang akan dihitung harga (Gambar
[ ( ~ ) ( ~ ) ( ~ ~ ) ( f i ) ] (40)
Gambar 24. Sketsa moving average 2-D jendela 5 5 (Robinson, 1988).
berbanding langsung dengan low cut dari panjang gelombang atau high cut
perhitungan data yang secara teoritis akan teramati di permukaan bumi jika
Dalam pemodelan dicari suatu model yang cocok atau fit dengan data
1. Metode Talwani
~ z (41)
seperti di atas. Untuk benda poligon sederhana seperti pada Gambar 25,
1t 1 (43
t 1t
)
sehingga diperoleh:
o ,( ) ( o 1 (t 1t 1
o1 (t 1 t )-
1
(44
dimana,
(45)
- z ot - z (__________)
1)t (z1 t z z1- z z1
(
(46)
1
~ { (1 (47)
z1
)}
dan data yang diperoleh biasanya merupakan profil yang tegak lurus
mempunyai ujung. Oleh karena itu, untuk lebih mendekati keadaan alam
dengan panjang berhingga. Medan gravitasi pada titik yang berada di luar
adalah:
( ) VU( ) (48)
U( ) ( ~) I I (49)
48
Gambar 26. Medan gravitasi pada titik P yang berada di luar suatu massa
( )
strike benda dan pengamatan dilakukan sepanjang profil pada bidang x-z.
Gambar 27. Geometri benda 2,5D dengan sumbu z positif ke bawah (Cady, 1980).
1
Berdasarkan persamaan (48) dan (49), maka diperoleh persamaan:
~ (50)
~ (0)
z ~ z (52)
Persamaan (50), (51), dan (52) merupakan turunan parsial pertama dari
integral volume. Dengan mengasumsikan densitas homogen, persamaan
(50) menjadi:
z z ( z) z (53)
Fz dipilih untuk integrasi yang lebih detail karena total medan gravitasi
yang terukur memiliki arah yang vertikal yang disebut efek gravitasi.
tanda positif pada bidang x-z. y1 positif pada arah +y dan y2 positif pada
arah y.
y1 adalah:
z z [ ( z) ( ) ( )] z (54)
dengan z dan z
Persamaan (54) pada bidang z adalah:
z [_ ( ) ( ) ( )] dx (55)
dengan:
t ~~ ~~
(56)
i i
~ (1 - 1 - 1 ) (57
)
dengan:
1 [ ( z)]
dan (58
)
1 [ ( z)]
pada N sisi poligon. Percepatan gravitasi g=Fz dari benda di bawah titik
sumbu z.
Gambar 28. Hubungan x-z pada satu sisi cross section berbentuk poligon
(Cady, 1980).
V (63)
4
H. Analisis Derivative
4 o ~ z (60)
U z
Perhitungan FHD dihitung dengan
menggunakan persamaan:
D ( ) ( ) (61)
lintasan (meter).
VU (62)
)
Berdasarkan persamaan di atas, tampak bahwa untuk suatu penampang
1D, anomali Second Vertical Derivative (SVD) (
) dapat dihitung dari
turunan satu kali terhadap data First Horizontal Derivative (FHD)
( (
)). Sedangkan kriteria untuk menentukan jenis struktur patahan
adalah sebagai berikut:
2.1 Untuk sedimentary basin atau patahan turun berlaku:
( ) ~ |( ) | (67)
( ) |( ) | (68)
v ( ) ()(- -) (69)
6
dimana F adalah filter Second Vertical Derivative (SVD) sesuai persamaan
(65) dan adalah anomali gayaberat sebagai data input. Berikut Gambar