Anda di halaman 1dari 6

POSITRON, Vol. I, No. 1 (2011), Hal.

25-30 ISSN : 2301-4970

Pendugaan Struktur Patahan Dengan Metode Gayaberat


Ibrahim Sota*)
*)Prodi Fisika FMIPA UNLAM

Abstrak

Telah dilakukan penelitian tentang pendugaan struktur patahan mengguankan metode gayaberat.
Kontras densitas tersebut berasosiasi dengan ketebalan sedimen dan keberadaan struktur patahan atau
lipatan. Untuk mengetahui lokasi patahan dan lipatan maka anomali residual terlebih dahulu dipisahkan
dari anomali total (anomali Bouguer) dengan metode perata-rataan bergerak. Kontur anomali residual
memperlihatkan keberadaan lipatan dan patahan secara kualitatif sedangkan interpretasi kuantitatif
dengan pemodelan kedepan 2D memperlihatkan secara jelas lokasi patahan. Dari hasil penelitian
diperoleh bahwa lokasi patahan/sesar naik berada di bagian timurlaut yang berorientasi baratlaut-
tenggara sedangkan patahan/sesar normal tersebar secara lokal yang juga berorientasi baratlaut-
tenggara.

Kata Kunci: Patahan, gayaberat

1. Pendahuluan dkk., 2007). Posisi ini menjadikan Sumatera


Patahan atau sesar adalah bergesernya batuan Selatan sangat menarik untuk diteliti.
yang patah dari posisi semula. Keberadaan
patahan di satu sisi bisa bernilai ekonomis yang Untuk mengetahui zona patahan/sesar di
tinggi karena dapat berasosiasi dengan Sumatera Selatan maka perlu dilakukan
perangkap hidrokarbon atau menjadi jalur penelitian yang berkisinambungan. Salah satu
keluarnya magma ke permukaan yang penelitian yang perlu dilakukan untuk
membawa mineral-mineral bernilai ekonomis menentukan zona patahan di wilayah Sumatera
tinggi. Namun, di sisi lain bisa mendatangkan Selatan adalah penelitian geofisika. Hal ini
kerugian yang diakibatkan oleh bergesernya dikarenakan metode geofisika mampu
patahan sehingga menyulut terjadinya gempa memperkirakan kondisi bawah permukaan
tektonik yang tidak jarang menelan korban jiwa, dengan melakukan pengukuran di permukaan.
materi dan tanah longsor. Olehnya itu,
pendugaan keberadaan struktur patahan dan Diantara sekian banyak metode geofisika yang
zona jalur patahan di suatu daerah atau wilayah cocok untuk keperluan tersebut dengan alasan
sangat penting. sensitivitas respon, murah secara ekonomi,
maupun teknis lapangan adalah metode
Tumbukan antara lempeng Mikro Sunda dimana gayaberat (kontras densitas). Metode gayaberat
pulau Sumatera berada pada pinggiran lempeng sangat tepat digunakan untuk pendugaan lokasi
tersebut dengan lempeng Samudera Hindia, patahan karena metode ini mampu mendeteksi
mengakibatkan terjadinya penunjaman secara perbedaan kontras densitas tubuh batuan.
miring (oblique). Penunjaman ini menghasilkan Perbedaan kontras densitas batuan yang
rangkaian patahan/sesar geser mendatar (strike signifikan mengindikasikan bahwa zona
slip fault) berarah baratlaut – tenggara yang tersebut adalah zona patahan/sesar.
sejajar dengan pulau Sumatera (Hamilton,
1989). Penunjaman ini juga menghasilkan
pengangkatan Bukit Barisan akibat pergeseran 2. Gaya dan Percepatan Gayaberat
patahan/sesar di sepanjang bukit Barisan Penelitian tentang gayaberat didasari oleh
(Simandjuntak, T.O, 2004). hukum newton tentang gayaberat yang
dipublikasikan oleh Newton pada tahun 1687
Sumatera Selatan dengan ibu kota Palembang dalam bukunya yang berjudul Philosophiae
sebagai bagian dari pulau Sumatera juga tidak Naturalis Principia Mathematica yang
luput dari pengaruh tumbukan lempeng Mikro menyatakan bahwa dua massa yang terpisah
Sunda dengan lempeng Samudera Hindia. Letak oleh suatu besaran jarak, akan saling tarik
Sumatera Selatan yang sekarang berada di menarik antara dua massa tersebut yang
bagian timur pulau Sumatera menjadi hal yang sebanding dengan hasil kali kedua massanya
menarik untuk dikaji. Hal ini disebabkan karena dan berbanding terbalik dengan kuadrat
wilayah tersebut, saat ini berada pada posisi di jaraknya. Dalam koordinat kartesian gaya antar
belangkang busur dari jalur tektonik aktif di partikel bermassa m yang terletak pada titik
bagian barat pulau Sumatera (Hadipandoyo, P(x’,y’,z’) dan partikel bermassa mo pada titik

25
POSITRON, Vol. I, No. 1 (2011), Hal. 25-30 ISSN : 2301-4970

Q(x,y,z) seperti pada Gambar 1 dinyatakan 4. Perhitungan Efek Gayaberat Benda Dua
dengan persamaan : Dimensi
 mm Efek gayaberat benda dua dimensi adalah dasar
F( r )  G 2 o rˆ (1) pemodelan benda berbentuk vertikal pita. Yang
r dimaksud benda 2-dimensi adalah benda 3-
keterangan : dimensi yang mempunyai penampang yang
F = gaya pada m , mo sama di mana saja sepanjang tak berhingga pada
G = konstanta gayaberat (6,67 x 10 -11 salah satu koordinat. Pada gambar 3, ABCDEF
Nm2/g2) adalah titik sudut sebuah poligon dan P adalah
r = Jarak antara m dan mo = [ (x-x’)2+(y- titik amat tempat efek gayaberat poligon ini
y’)2+(z-z’)2]1/2 akan ditentukan. P dianggap sebagai titik pusat
sistem koordinat XZ, dan poligon berada pada
bidang XZ. Sumbu Z adalah positif ke bawah dan
 adalah posisitif dari arah sumbu X positif ke
m r Q(x,y,z) sumbu Z positif. Hubbert (1949) menunjukkan
P(x’,y’,z’) bahwa komponen vertikal efek gayaberat benda
mo dua dimensi pada titik P adalah :
Gambar 1. Gayaberat antara dua titik massa m g  2G  zd (5)
dan mo
P Q
Percepatan gayaberat dari massa m pada titik Q a
yang berjarak r adalah : X
θ ф
 m B Z
g ( r )  G 2 rˆ (2) R
r

r adalah unit vektor massa yang mengarah dari A C
m ke mo.
g adalah percepatan gayaberat yang diderita
massa mo oleh massa m. F D
Bila massa m adalah massa bumi Me dan mo
adalah benda di permukaan bumi maka
percepatan gayaberat yang dialami benda mo Z E
Gambar 3. Elemen geometri yang dilibatkan
adalah: dalam perhitungan efek gayaberat
 Me poligon bersisi n (Talwani, 1959)
g ( r )  G 2 rˆ (3)
Re
Integral garis ini dilakukan pada seluruh sisi
Nilai percepatan gayaberat g di permukaan
poligon. Secara umum persamaan ini adalah
bumi adalah 980 cm/s2. Sebagai penghormatan
(Telford, 1990)
kepada Galileo, maka satuan percepatan
gayaberat adalah Galileo (Gal) yang setara
dengan 1 cm/s2. zi  ai sin i cos i

3. Potensial Gayaberat
i  i 1  tan i 
  (6)
Medan gayaberat bersifat konservatif bila usaha
ln cos i  tan  i  tan i  
untuk menggerakan suatu partikel dalam medan
 cos i 1  tan  i 1  tan i  
tersebut tidak tergantung pada lintasan yang
dilalui, tetapi hanya bergantung pada titik awal
dan titik akhir. Gayaberat merupakan vektor
yang arahnya sepanjang garis yang
menghubungkan pusat kedua massa. Gaya ini 5. Metodologi
menimbulkan medan konservatif yang dapat Pemetaan anomali residual digunakan dalam
dinyatakan sebagai gradient dari potensial memodelkan penampang peta anomali untuk
skalar U(x,y,z) : mengetahui penyebaran rapat massa batuan
yang menggambarkan konfigurasi struktur
F ( x, y, z ) bawah permukaan. Untuk memperkuat analisis
U ( x, y, z )     g ( x, y , z ) dan interpretasi, penelitian ini mengambil
m referensi data-data geologi dan penelitian
(4) terkait atau penelitian di sekitar lokasi
penelitian.

26
POSITRON, Vol. I, No. 1 (2011), Hal. 25-30 ISSN : 2301-4970

Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada 3) Penentuan Rapat Massa


penelitian ini adalah: Pada penelitian ini rapat masa
1. Koreksi pasang-surut, drift, Bouguer diestimasi dengan menggunakan
dan udara bebas. metoda Netleton. Estimasi rapat massa
2. Memisahkan anomali regional dan terbaik pada metoda ini didapat dari
residual menggunakan perata-rataan korelasi silang terkecil (mendekati nol)
bergerak. antara perubahan elevasi terhadap
3. Memodelkan bawah permukaan 2D anomali gayaberat. Persamaan yang
dengan geometri poligon bersisi N. digunakan adalah sebagai berikut:
4. Interpretasi berdasarkan model N
forward 2D.   ( g ) h
i 1
i i
k  N
(9)
5.1. Pengolahan Data 2
Konsep anomali gayaberat menekankan pada  ( h )
i 1
i
aspek perbedaan gayaberat terukur dengan nilai
gayaberat acuan untuk model teoritis bumi Penampang yang digunakan untuk
(spheroid). Perbedaan tersebut merefleksikan mendapatkan nilai rapat massa ini
variasi rapat massa yang terdapat pada suatu dipilih pada stasiun dengan daerah
daerah dengan sekitarnya baik horisontal atau topografi kasar.
vertikal. Besar kecilnya kedalaman, arah
anomali rapat massa didapatkan dengan 4) Menghitung Anomali Bouger Lengkap
menghitung, merekonstruksi dan interpretasi Nilai anomali Bouger lengkap dihitung
model gayaberat terukur. dengan persamaan sebagai berikut:
Harga gayaberat terukur merupakan total gaya
percepatan yang diderita oleh suatu titik akibat AnomaliBougerLengkap  g obs  g 
berbagai sumber. Beberapa sumber yang
FAC  BC  TC (mGal )
mempengaruhi pengukuran adalah:
 Posisi bumi dalam pergerakan tata 10)
surya (tide effect)
 Perbedaan lintang dipermukaan bumi 5.2. Pemisahan Anomali Regional dan
 Perbedaan ketinggian permukaan bumi Residual
(elevasi)
Pada dasarnya anomali gayaberat yang terukur
 Efek topografi
di permukaan merupakan gabungan
 Perubahan rapat massa disuatu tempat
(superposisi) dari berbagai macam sumber dan
Untuk menghindari efek gayaberat dari
kedalaman anomali yang ada di bawah
komponen yang tidak dikehendaki, maka
permukaan dimana salah satunya merupakan
dilakukan koreksi dan reduksi.
target even untuk dipisahkan, baik yang berada
Tahapan pengolahan data sebagai berikut:
di zona yang dangkal (residual) atau zona yang
1) Menghitung nilai gobservasi merupakan
dalam (regional). Pemisahan anomali regional
harga gayaberat pengukuran yang telah
dengan anomali residual dilakukan dengan
dikoreksi dengan koreksi pasang surut
metoda perata-rataan bergerak (Moving
dan koreksi drift (apungan) alat. Nilai
Average) yang menghasilkan keluaran berupa
koreksi ini didefinisikan sebagai
anomali regional. Anomali residual diperoleh
berikut:
dari selisih anomali Bouguer dengan anomali
g O b s  g sta t  g tid e  regional. Pemisahan anomali menggunakan
(7) perata-rataan bergerak bersifat menapis
g d rift ( m G a l ) anomali gelombang frekuensi tinggi (low pass
2) Menghitung nilai glintang filter). Semakin lebar jendela yang digunakan
Berdasarkan Geodetik Referensi Sistem maka nilai anomali residualnya akan mendekati
(GRS67) nilai gayaberat teori yang nilai anomali Bouguer.
merupakan fungsi lintang adalah:
g  978031.8
 1  0.0053054sin 2   
 2
 (8)
 0.0000059sin 2 
(mGal )

27
POSITRON, Vol. I, No. 1 (2011), Hal. 25-30 ISSN : 2301-4970

6. Hasil Dan Interpretasi


6.1. Anomali Bouguer U
Peta ini memperlihatkan pola kontur
berorientasi baratlaut-tenggara dengan nilai
anomali bouguer antara 37 hingga 59 mGal.
Orientasi kontur pada peta ini berasosiasi
dengan arah utama struktur sesar yaitu arah
baratlaut-tenggara. Nilai anomali rendah
berasosiasi dengan nilai kontras rapat massa
batuan yang kecil sedangkan nilai anomali tinggi
berasosiasi dengan nilai

Gambar 5. Peta anomali residual


Keterangan: Sesar naik
Sesar turun

sebagian tersebar secara lokalan di bagian


tengah dan tenggara. Anomali tinggi terletak di
bagian tengah yang berorientasi Baratlaut –
Tenggara dan searah dengan struktur utama di
lokasi penelitian yang membatasi anomali tinggi
dan rendah di bagian timurlaut. Fluktuasi nilai
Gambar 4. Peta anomali Bouguer anomali positif ke negatif terjadi di bagian
tengah kearah baratdaya dan hanya di beberapa
kontras rapat massa batuan yang tinggi. tempat yang perubahannya sangat signifikan.
Perubahan nilai anomali rendah ke tinggi yang Secara umum perubahan nilai anomali yang
sangat signifikan terlihat di bagian timurlaut signifikan dikontrol oleh struktur sesar
yang ditandai oleh garis kontur yang rapat. sedangkan perubahan nilai anomali yang relatif
Perubahan ini disebabkan oleh perubahan nilai kecil dikontrol oleh struktur lipatan yang terjadi
kontras rapat massa batuan yang terjadi akibat pada batuan sedimen.
sesar disepanjang bidang batas yang
berorientasi baratlaut-tenggara. Di bagian 6.2.2 Interpretasi Kuantitatif Anomali
baratdaya perubahan nilai anomali dari tinggi ke Residual dan Model Geologi 2D
rendah relatif kecil yang ditandai oleh garis Lintasan AB
kontur yang renggang.
Interpretasi kuantitatif anomali residual
6.2. Anomali Residual dilakukan melalui pemodelan ke depan 2D
6.2.1 Interpretasi Kualitatif Anomali menggunakan Grav2D pada lintasan
Residual pengamatan untuk mengetahui model geologi
Peta ini memperlihatkan pola kontur dan kontras densitas bawah permukaan pada
berorientasi Baratlaut – Tenggara dengan nilai lokasi penelitian.
anomali residual antara -2.5 hingga +3.0 mGal.
Anomali rendah terletak di bagian Timurlaut  Anomali Residual Lintasan AB
dan Profil penampang ini berorientasi
Baratdaya–Timurlaut. Gambar 5
memperlihatkan perubahan nilai anomali
positif dan negatif namun didomisai oleh
nilai positif. Perubahan nilai anomali dari
positif ke negatif yang signifikan sepanjang
penampang disebabkan oleh adanya
struktur sesar. Pada sesar turun atau sesar
normal perubahan nilai anomali positif ke
negatif relatif lebih kecil dibandingkan

28
POSITRON, Vol. I, No. 1 (2011), Hal. 25-30 ISSN : 2301-4970

dengan perubahan nilai anomali positif ke puluhan meter yang menutupi


negatif yang terjadi pada sesar naik seperti permukaan sepanjang penampang.
yang terlihat di ujung timurlaut penampang
lintasan AB. Selain itu, kedalaman batuan  Struktur Geologi
dasar juga sangat mempengaruhi nilai Struktur geologi yang ada pada
anomali di lokasi tersebut. Semakin dangkal penampang adalah patahan/sesar
batuan dasar di lokasi tersebut maka nilai turun, sesar naik dan lipatan. Struktur
anomalinya cendrung positif, sebaliknya jika ini disebabkan granit sebagai batuan
kedalaman batuan dasar di lokasi tersebut dasar menerobos batuan sedimen di
dalam maka nilai anomalinya cendrung atasnya sehingga menyebabkan
negatif. Kedalaman batuan granit sebagai terjadinya patahan dan lipatan. Sesar
batuan dasar pada penampang ini berkisar yang ada di bagian baratdaya
100 m hingga 325 m dengan nilai kontras penampang adalah sesar turun, di
densitas Δρ = 0.26 g/cm3. Batuan sedimen bagian timurlaut sesar turun dan sesar
yang terekam pada penampang ini dengan naik. Patahan/sesar naik searah dengan
nilai kontras densitas berkisar -0.45 g/cm3 sesar utama Sumatera yaitu arah
hingga 0.25 g/cm3. Sedangkan nilai kontras baratlaut-tenggara di bagian timurlaut
densitas lapisan lapuk yang menutupinya lokasi penelitian, yang membatasi
berkisar -0.60 g/cm3. anomali tinggi dan rendah. Keberadaan
patahan/sesar turun yang bersifat local
 Penampang Geologi Lintasan AB merupakan dampak sekunder dari
 Batuan Granit dengan kontras densitas sesar utama. Lipatan terjadi di bagian
0.26 g/cm3 (Gambar 6). Batuan ini baratdaya dan tengah penampang pada
tersingkap pada kedalaman top sekitar batuan sedimen.
100 – 300 m dan tersebar sepanjang
penampang yang merupakan batuan
dasar.
 Batupasir gampingan disisipi
batuserpih dan konglomerat dengan
kontras densitas 0.25 g/cm3 menempati
bagian tengah penampang dan
berdasarkan penampang memiliki
ketebalan sekitar 60 –100m.
 Batupasir serpihan disisipi lanau
dengan densitas 0.10 g/cm3.
Berdasarkan penampang memiliki
ketebalan sekitar 60 – 80 m dan
tersebar sepanjang penampang.
 Batulanau serpihan disisipi batupasir
dengan kontras desitas -0.35 g/cm3.
Batuan ini berdasarkan penampang Gambar 6. Penampang Geologi Lintasan AB
memiliki ketebalan sekitar 60 – 150 m
dan tersebar dengan baik di bagian
baratdaya dan timurlaut sedangkan di
bagian tengah penampang menghilang 7. Kesimpulan Dan Saran
karena mengalami erosi. 7.1. Kesimpulan
 Perselingan batulempung dengan
serpih dan batulanau bersisipan 1. Patahan yang terdeteksi adalah patahan
batupasir yang mempunyai kontras naik dan patahan turun. Patahan naik
densitas -0.45 g/cm3. Batuan ini berada di bagian timurlaut sedangkan
berdasarkan penampang memiliki patahan turun tersebar secara lokal.
ketebalan 150 m dan menempati bagian Orientasi kedua patahan tersebut adalah
timurlaut. baratlaut-tenggara,
 Endapan Rawa dengan densitas -0.60 2. Batuan dasar adalah batuan granit yang
g/cm3 merupakan hasil pelapukan, menerobos batuan sedimen di atasnya
sedimentasi sungai, pantai, dan delta sehingga menyebabkan terjadinya patahan
yang masih aktif hingga sekarang. dan lipatan.
Sedimen ini memiliki ketebalan hingga

29
POSITRON, Vol. I, No. 1 (2011), Hal. 25-30 ISSN : 2301-4970

7.2. Saran
Untuk mendapatkan hasil yang lebih
akurat dan menyeluruh, perlu dilakukan
pengukuran metode geofisika selain metode
gayaberat.

Daftar Pustaka

Hadipandoyo, S., 2007., Kuantifikasi


Sumberdaya Hidrokarbon Indonesia., Pusat
Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Minyak dan Gas Bumi., Lemigas., Jakarta.
Hamilton, W., 1989, Convergent Plate Tectonics
Viewed from the Indonesian Region,
Geology Indonesia, Vol.12 No.1, Jakarta, pp.
35-88.
Kadir, Wawan G.A., 1996., Dekonvolusi
Gayaberat Bouguer dan Derivatif Vertikal
Orde Dua dengan Menggunakan Persamaan
Dasar Potensial, Studi Kasus: P. Sumatera.,
Disertasi Fakultas Pasca Sarjana., ITB.
Talwani, M., Worzel, J. L. and Ladisman, M.,
1959., Rapid Gravity Computation for Two
Dimensional Bodies with Application to The
Medicino Submarine Fractures Zone.,
Journal of Geophysics Research., Vol. 64
No.1
Telford, W. M., Geldart, L. P. and Sheriff, R. E.,
1990., Applied Geophysics Second Edition.,
Cambridge University Press, New York,
United State America.

Simandjuntak, T.O., 2004., Tektonika., Pusat


Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.

Sota, I., 2011, Penentuan Arah Sedimentasi


Berdasarkan Interpretasi Kualitatif Anomali
residual, Prosiding Semirata BKS-PTN B,
FMIPA UNLAM, Banjarmasin.
Sunaryo, 2009, Prospek Energi Vulkano-
Geothermal Arjuno-Wilerang Berdasarkan
Kontras Densitas, Kontras Suseptibilitas dan
Data Geokimia, Jurnal Geofisika HAGI
Jakarta, Edisi 2009 No.1, hal 19-28.

30

Anda mungkin juga menyukai