33 - 43 33
Budi Setyanta
Pusat Survei Geologi
Jl. Diponegoro 57, Bandung 40122
Abstrak
Interpretasi anomali gayaberat memberikan hasil yang tidak unik yaitu untuk satu penampang anomali gayaberat dapat
memberikan hasil yang bermacam-macam (sifat ambiguity). Seorang interpreter dapat mengurangi ambiguitas model
bawah permukaan gayaberat secara sederhana dengan berbagai cara sesuai dengan ketersediaan data pendukung yang
lain. Cara-cara tersebut diantaranya adalah dengan data bor atau data seismik, selain itu dapat juga dilakukan dengan
menggabungkan data gayaberat dengan data geomagnet pada lintasan yang sama. Selain itu dapat juga dilakukan
dengan membuat penampang koreksi rapatmassa batuan sehingga didapatkan nilai rapatmassa yang sesuai. Cara-cara
tersebut terbukti dapat mengurangi ambiguitas dalam pemodelan bawah permukaan gayaberat bahkan untuk pekerjaan
eksplorasi sekalipun. Namun demikian pemahaman tentang geologi dan tektonik daerah yang diteliti mutlak harus
diketahui oleh interpreter.
Kata kunci : Model gayaberat, ambiguitas, data pendukung lain, pemodelan
Abstract
SM
Interpretation of gravity anomalie are not unique results, a cross-section gravity anomaly can give (ambiguity properties.
The interpreter are able to reduce subsurface model ambiguity in some simple various ways according to the availability
of other supporting data, include drilling data or seismic data. Moreover, it can also be done by combining the gravity
data with the geomagnetic data in the same transection. These methods are proven to reduce ambiguity in modeling
JG
subsurface gravity even for exploration work. However, understanding the geology and tectonic scenario knowledges
absolutely must be owned by the interpreters.
Keywords: gravity model, ambiguity, other supporting data, modelling.
r
Pengukuran sifat-sifat fisik bumi (batuan) dapat
dilakukan di darat, laut dan udara. Pengukuran
tersebut berupa pengukuran perbedaan medan az
potensial dan pengukuran fenomena sifat fisika
batuan bersinambungan yang lainnya.
P
Penyelidikan gayaberat mendasarkan diri atas variasi dm
rapat massa batuan secara lateral. Distribusi massa
bumi yang tidak merata secara lateral
mengakibatkan perbedaan nilai gayaberat di setiap
titik pada permukaan bumi. Perbedaan ini relatip Gambar 1 : Sketsa Teori percepatan gayaberat di titik O terhadap
kecil, sehingga diperlukan alat ukur yang cukup peka Pengaruh partikel-parikel dalam benda P (Nettleton,
untuk menghitung perbedaan tersebut. Produk yang 1976)
dihasilkan pada penyelidikan ini umumnya adalah
peta gayaberat yang merupakan refleksi dari sebaran Untuk komponen vertikal yang membentuk sudut ?
perbedaan medan gayaberat yang disebabkan tidak terhadap OP adalah :
meratanya rapat massa batuan. Perbedaan tersebut
az = γ dm cos θ ……......………….......…...(5)
akan menimbulkan penyimpangan dari kondisi
normal di sekelilingnya yang lazim disebut anomali. r2
SM
Teori metoda gayaberat berdasarkan hukum Newton Percepatan gaya berat untuk seluruh massa m
yaitu tentang gaya tarik menarik antara massa m1 didapat dengan mengintegralkan harga az yaitu :
dengan m2 dengan jarak sebesar r, adala :
a = γ ( dm cos θ (Nettleton, 1976) ...........(6)
F = γ m1.m2 .....................................(1)
JG
r2
r2
Apabila m1 adalah massa bumi, maka az disebut
Di mana F adalah besarnya gaya dalam dyne, m1
percepatan gravitasi, umumnya diberi notasi g yang
dan m2 adalah massa dalam gram dan r adalah jarak
besarnya
antara m1 dan m2 dalam centimeter. Harga γ
disebut sebagai konstatnte gaya berat yang besarnya
6,67 x 10-8 dyne cm2/gr2.
g = γ M ….............................………. (7)
Percepatan yang dialami oleh massa m2 adalah :
R2
a =F .................................................(2) dimana R adalah jari-jari bumi dan M adalah
m2 massanya, satuan gravitasi adalah cm/detik2.
Berdasarkan persamaan di atas menunjukkan bahwa International Gravity Standardization Network 1971
medan gaya berat berbanding lurus dengan rapat (Rais, 1979).
massa, sehingga sangat penting mengetahui nilai
rapat massa pada batuan di sekitar titik pengukuran. Anomali gayaberat Bouguer
Dengan demikian pemilihan rapat massa secara
seksama sangat diperlukan dalam pembuatan model Anomali gayaberat Bouguer atau Anomali Bouguer
bawah permukaan. adalah selisih antara harga gayaberat yang diamati,
setelah dikoreksi dengan beberapa koreksi dengan
harga gayaberat normal (gayaberat teoritis berdasarkan
Medan gaya berat bumi
posisi lintangnya). Koreksi yang perlu di lakukan
Pada kenyataannya bentuk bumi tidak berbentuk bola meliputi : Koreksi pasang surut (tide correction),
sempurna, hal ini disebabkan oleh rotasi pada koreksi medan (terrain correction), koreksi Bouguer
sumbunya. Dengan anggapan bahwa unsur (Bouguer correction), koreksi udara bebas (free air
pembentuk massa bumi homogen dan permukaan correction) dan koreksi drif. Olehh para ahli koreksi-
bumi rata, maka permukaan bumi itu dapat koreksi tersebut sudah dibuat masing-masing
diibaratkan seperti bidang khayal yang merupakan formulasinya. Perhitungan beberapa koreksi tersebut
bidang ekuipotensial berbentuk bola dan dinamakan menghasilkan formula Anomali Bouguer Lengkap
spheroid. Tetapi para ahli geodesi memakai bidang
BA = gobs – gnormal + gfa –gb + TC
ekuipotensial baru sebagai bidang acuan perhitungan,
yaitu geoid yang didefinisikan sebagai bidang Apabila tidak tersedia peta topografi dengan skala
permukaan laut rata-rata yang meliputi seluruh lautan yang diinginkan dan koreksi medan tidak dilakukan,
dan permukaan air laut yang melebar ke daratan. maka anomali yang didapatkan disebut anomali
Bouguer sederhana yang dapat dirumuskan sebagai
Rumusan medan gravitasi normal pada bidang
berikut :
SM
datum telah dirumuskan oleh The International
Assosiation of Geodesy (IAG. 1967, dalam Rais, B.A. = gobs – gn + gfa – gb
1979) yang dikenal sebagai Formula 1967 yang
berbentuk : di mana :
B.A. = anomali Bouguer sederhana
JG
Data bor
Data bor merupakan salah satu data akurat sehingga
pada titik perpotongan dengan jalur pemodelan, data
bor tersebut dapat dipakai sebagai pengendali dalam
hal ketebalan sedimen atau jenis batuannya.
Berdasarkan data tersebut dapat ditentukan rapat
massa rata-rata batuan yang ada pada tiap poligon
yang akan kita masukkan dalam model.
Gambar 2 : Beberapa kemungkinan model bodi bawah permukaan dari
satu kurva Anomali gaya berat (Nettleton, 1976) Dalam kasus ini dapat diambil contoh misalnya
model gayaberat bawah permukaan daerah Teluk
Hal ini terjadi karena sifat integralisasi dari gravitasi Bone (Siagian & Widijono, 2009). Dalam makalah
itu sendiri dan dapat dibuktikan bahwa berbagai tersebut telah menggunakan data bor BBA -1X
anomali bisa dihasilkan dari jumlah distribusi sebagai patokan untuk mengetahui ketebalan batuan
densitas yang tak terhingga. Nilai gravitasi yang sedimen klastik dan batuan gunungapi klastik di
tergambar merupakan nilai gravitasi akibat distribusi sepanjang lintasan pemodelan yang memotong tegak
massa pada suatu area seperti pada Gambar 2. lurus Cekungan Bone diperoleh model geologi bawah
SM
permukaan yang dapat dikaitkan dengan eksplorasi
minyak bumi (Gambar 3).
Mengurangi ambiguitas dalam penafsiran model
bawah permukaan gaya berat Data seismik
Mengurangi ambiguias dalam pemodelan ternyata
JG
Gambar 3 : Model Bawah Permukaan Gaya berat arah Barat-Timur daerah Teluk Bone, Sulawesi (Siagian & Widijono, 2009)
Mengurangi Ambiguitas dalam Pemodelan Bawah Permukaan Gaya Berat untuk Geologiawan 37
2 3
3 4
4 5
6
5 7
8
Oc 0 10 20km 9
SM
ea Vertical Exaggeration = 6.1 x
nic Crust 10
0 50 100 150 200
Distance from trech (km)
mGal
75
JG
50
25
0
0 100 200 km
-25
-50 Observed
-75 Calculated
C Nias Sumatra
A B B 1.03 A
0 A A 2.53
1.03 B
B
A C C 2.55
2.45 C
B 2.41
2.41 2.65
2.60 C
2.50
10 2.90
2.69
DEPTH (KM)
2.75
3.40
Vertical Exaggeration = 5 : 1
40
0 100 200
Distance from trech (km)
Gambar 4 : Model struktur bawah permukaan gayaberat kerak di sekitar P. Nias yang dikontrol oleh penampang seismik
reflesi multichannel (Kieckhefer, et al.,1981)
38 J.G.S.M. Vol. 16 No. 1 Februari 2015 hal. 33 - 43
a 0 LAUT BANDA
KEPULAUAN KAI
KEP. ARU (PAPARAN ARAFURA)
TWT km sec
2 PALUNG
ARU
3
4
5
6
7
8 mGal
= anomali dihitung 140
= anomali diamati 100
60
A B 20
-20
b -60
-100
-140
-180
-220
0 50 100 150 200 250 300 350
Distance km Depth km
1,04
1,04
2,20 1,04 -0
2,20 -4
-8
2,67
2,67 2,67 -12
2,67 2,67
-16
-20
-24
SM
2,90 -28
-32
PALUNG
KEP. ARU -36
ARU
LAUT BANDA KEPULAUAN KAI (PAPARAN ARAFURA)
Depth km
JG
-0
-4
-8
-12
-16
-20
-24
-28
-32
KETERANGAN
Rapat masa
Air laut 2,67 Batuan (gr/cc)
Batuan Sedimen Tersier
Batuan Kerak Granitan Patahan turun
Sumber kegempaan
Batuan Mantel Atas
Gambar 5 : Interpretasi Penampang Seismik refleksi (Kartaadipura, et al., 1982, Gambar a) sebagai pengendali pemodelan penampang
bawah permukaan gayaberat (Gambar b) arah barat-timur daerah Kepulauan Kai-Aru dan sekitarnya (Setyanta, 2011).
Mengurangi Ambiguitas dalam Pemodelan Bawah Permukaan Gaya Berat untuk Geologiawan 39
Pada Gambar 6 diperlihatkan bahwa ada dua memperoleh rapat massa batuan yang tepat yaitu
alternatif model geologi bawah permukaan daerah 2,3 gr/cc untuk mereduksi data gayaberat maupun
Meratus, Kalimantan yang masing-masing pembuatan model bawah permukaan daerah Blok
mempunyai implikasi geodinamika berbeda (Setyanta Kalosi, Mamuju, Sulawesi (Gambar 7). Dengan cara
& Setyadi, 2006). Dalam hal ini data magnet yang sama Untung, dkk. (1992) mendapatkan
diperlukan untuk memilih satu diantara dua alternatif rapatmassa lapisan batugamping yang tepat untuk
keterdapatan batuan ultramafik yang merupakan mereduksi data dan pemodelan di daerah Babo Blok,
batuan kerak samudera mempunyai kemagnetan Papua Barat sebesar 2,4 gr/cc (Gambar 8). Hal ini
tinggi, sehingga nilainya lebih tinggi daripada batuan dilakukan karena penyelidikan seismik refleksi
di sekitarnya. Adanya data magnet ini dapat mustahil dilakukan di daerah Blok Babo.
menghilangkan ambiguitas penafsiran arah
Teknik gradien digunakan untuk menentukan jenis
penunjaman sehingga tataan tektoniknya dapat
sesar berdasarkan sudut kemiringan kurva anomali
dijelaskan.
di atas slab (Telford, drr, 1976), sedangkan analisis
spektral digunakan untuk menentukan ketebalan
Koreksi Rapat massa, teknik gradien dan analisis
sedimen secara tepat. Setyanta & Widijono (2009)
spektral
menggunakan teknik gradien untuk menentukan
Jika tidak tersedia data bor. data seismik dan data jenis sesar di daerah Beoga, Papua. Penampakan
geomagnet, mengurangi ambiguitas dapat juga sesar naik dicirikan oleh gradien paling curam pada
dilakukan secara matematis, contohnya dengan kurva anomali. Bukti pada peta geologi menunjukkan
menentukan nilai rapatmassa yang lebih tepat tersingkapnya batuan ofiolit (Gambar 9). Contoh
(mendekati nilai rapatmassa batuan yang penggunaan analisa spektral telah dilakukan di
sebenarnya). Cara ini dapat dilakukan dengan daerah Muarawahau, Kalimantan (Setyanta, dkk.,
membuat penampang koreksi rapatmassa 2008) dimana dalam estimasi ketebalan sedimen
SM
berdasarkan metoda Netlleton (1976). Metoda ini berdasarkan moving average jendela 7 untuk lapisan
dilakukan dengan syarat data topografi atau pertama 0,514 km dan laposan kedua 4, 266 km
ketinggian sepanjang lintasan harus tersedia. (Gambar 10).
Dengan metoda ini Sobari & Setyanta (1995)
JG
Calc
a Calc
Obs µMs
-2
650
b Obs µMs
-2
650
550
550 450
450 350
350 NW 250
NW 250 150
150 50
50 Jarak (km) SE -50
SE -50 -150
Jarak (km) -150 0 10 30 50 70 90
0 10 30 50 70 90 PEGUNGANMERATUS
PEGUNGANMERATUS Cek. Barito Bobaris Manjam Cek. Asem-asem 2,0
2,0
Cek. Barito Bobaris Manjam Cek. Asem-asem 2,4 gr/cc, 2,4 gr/cc -2,0
2,4 gr/cc 2,72 2,4 gr/cc -2,0
2,9 gr/cc 2 ,7 4 g r/c c
Kedalaman (km)
-6,0
MA NJA -3.00
0,15 S.I. OFIOLIT
-4.00
O FIOLI
T B OBAR IS
-5.00
-6.00
-7.00
MODEL GEOMAGNET -8.00
-9.00
Gambar 6 : Dua alternatif (a dan b) model bawah permukaan gaya berat dan magnet daerah Meratus. Model a lebih cocok
karena arah slab sesuai dengan model geomagnet (Setyanta & Setiadi, 2006)
40 J.G.S.M. Vol. 16 No. 1 Februari 2015 hal. 33 - 43
A
50
B
1,5
B
1,7
mGal
0 1,9
2,0 T
2,1
2,2
B Tasiu
-50
2,35
2,3
2,67
2,7
Sobbang
T
2,8
Bulu Matimangan
-100 Buntubang
2000
meter
C 1000
TOPOGRAFI
Kalumpang
Tasiu Sobbang
3o00
0
J A R A K (KM)
Gambar 7: Penampang Rapat massa dalam menentukan background density Daerah Mamuju, Sulawesi dengan Metoda Nettleton untuk mengurangi
ambiguitas penentuan rapat massa batuan (Sobari & Setyanta, 1995)
A : Peta Anomali Bouguer Lembar Mamuju
B : Penampang nilai rapat massa batuan rata-rata (yang berwarna biru nilai rapat massa yang dapat mewakili daerah tersebut).
C : Penampang topografi (ketinggian dalam meter)
SM
1000
JG
1,8
90
1,9
2,0
2,1
2,2 80
2,3
2,4
750
2,5
2,6
70
2,67
2,74
OP
TO
60
500
000
ED -3
ERV
OBS
-100
E AIR
40
FRE
30
250
20
960
980
1100
1120
1140
1160
1000
1020
1040
1060
1080
Gambar 8 : Penampang koreksi rapat massa daerah Blok Babo, Papua Barat, mendapatkan nilai rapat massa sebesar 2,4 karena kurvanya
paling smooth (Untung, dkk, 1992).
Mengurangi Ambiguitas dalam Pemodelan Bawah Permukaan Gaya Berat untuk Geologiawan 41
SM
JG
Gambar 9. Gradien horizontal kurva Anomali gayaberat di atas slab, A Gambar 10. Model bawah permukaan gayaberat dan geologi arah AB,
sesar geser, B sesar naik dan C sesar normal, (Telford, drr, daerah Muarawahau, Kalimantan (tanpa skala) berdasarkan
1976, kiri).Model 2-D bawah permukaan gayaberat dan estimasi ketebalan sedimen, moving average pada jendela 7
rekaan penampang geologi arah utara-selatan daerah (Setyanta & Setiadi, 2008)
Beoga, Papua (Setyanta & Widijono,2009, kanan)
42 J.G.S.M. Vol. 16 No. 1 Februari 2015 hal. 33 - 43
mGal
-120
0 - 80
A’ - 40
50
Donggala A
A 0
20 60 100 140 180 220 260
0
L
25
PALU
50
1oS Jarak (km)
1,03 1,03 -0
+ + 2,4 -5
+ + + + + + + + + + + + ++ +
2,4
Kedalaman (km)
75
H + + + +
+ + + + ++ + + ++ + + + -15
+ + + + + 2,68 + + + + + + + + +
KETERANGAN
75 Kontur anomali gayaberat (mGal) U
+ + + + + + + + -25
+ + ++ + + + + + + +
Laut : Anomali Free Air
Darat : Anomali Bouguer
0
25
A 2So
3,1
o o o o o
- 45
118 T 119 T 120 T 121 T 122 T
Gambar 11. Peta Anomali gayaberat daerah sekitar Palu dan alternatif model geologi bawah permukaan arah AA’ dengan batuan alas
granitan (Widijono & Setyanta 1998)
0oS
-85
A’ A’ -65
mGal
0
-35
-25
50
Donggala A
A
-0
0
1oS
. . . . . . .1,03
............ -0
........2,4.1,03
.. .................. . + + +
++ + +
+ + + ++ +
+ + +
-5
+ + + ++ ++ + + ++ + + +
Kedalaman (km)
+ ++ + + + + +
+ + ++ + + + ++ + + + + ++ + +++ +++ + ++++ +
+ +
+ + + +
75
+ + + ++ + + + ++ +
+ + + +
H + + + ++ +
+
+
+ -15
+ ++ + +2,68 + + +++ + + 2,68 + ++ +
+ +
+ ++ + +
+ + + + + + + + +
+ + + + ++ +
KETERANGAN + + +
75 Kontur anomali gayaberat (mGal) U + + +
+ +
2,54
+ +
+ + +++ ++ + - 25
Laut : Anomali Free Air
+ + + + + +
+ + ++
SM
+ + + + + +
+ + ++ +
Darat : Anomali Bouguer
++ ++ + ++
0
+ + +
25
+ ++ +
A’ Arah Pemodelan + + ++ +
- 35
50
+
+ + + +
A 2oS +
+ + +
3,10 - 45
118o T 119o T 120o T 121o T 122 o T
KETERANGAN
Air laut + +
++ +
Fragmentasi .. .. . Sedimen
kerak granitik
Mantel Atas + + Kerak Granitik 2,4 Rapatmassa batuan (gr/cc)
JG
Gambar 12 : Peta Anomali gayaberat daerah sekitar Palu dan alternatif model geologi bawah permukaan arah AA’ dialasi oleh
fragmentasi kerak granitan pada zona sesar regional Palu-Koro (Widijono & Setyanta 1998)
Namun demikian hal yang paling penting adalah Selain hal-hal yang telah diuraikan di atas, seorang
seorang interpreter harus mengerti keadaan geologi pembuat model harus bisa memilih metoda atau
dan memahami tataan tektonik daerah lintasan cara yang cocok dalam mengurangi ambiguitas hasil
pemodelan karena pembuatan model geologi bawah pemodelan karena tiap-tiap daerah karakteristiknya
permukaan berdasarkan data gayaberat harus sesuai berbeda, sehingga memerlukan metoda yang cocok.
dengan tataan tektonik yang ada. Sebagai gambaran Dengan kata lain seorang geologiawan juga harus
misalnya di daerah patahan Palu-Koro,berdasarkan mengerti filosofi tentang ilmu gayaberat.
perhitungan matematis dalam satu lintasan yang
dibuat oleh Widijono & Setyanta (2000), Kesimpulan
berdasarkan kajian geologi dan tektonik maka model
yang sesuai adalah model kedua, dimana daerah Berdasarkan uraian di atas, sebagai penutup dapat
tersebut dialasi oleh dua macam kerak granitik yang ditarik beberapa kesimpulan yaitu
berbeda rapatmassanya (Gambar 11 dan 12). 1. Ambiguitas dapat dikurangi menjadi seminimal
Interpretasi tersebut didasarkan atas kondisi geologi mungkin dengan menggunakan data sekunder
bahwa daerah tersebut merupakan zona patahan berupa data bor, data seismik, data geomagnet
regional, sehingga batuan dasar granitan mengalami atau dengan cara matematis misalnya dengan
fragmentasi yang menyebabkan nilai rapat massa koreksi rapatmassa, teknik gradien dan analisis
lebih rendah daripada batuan granitan secara umum. spektral.
Mengurangi Ambiguitas dalam Pemodelan Bawah Permukaan Gaya Berat untuk Geologiawan 43
Acuan
Kieckhefer, R.M., Moore, G.F. and Sugiarta, W., 1981, Crustal Structure of the Sunda Fore Arc Region West of
Central Sumatra from gravity data. Journal of Geophysical Research, v. 86, no. B8; 7003-7012.
Nettleton, L.L., 1976, Gravity snd Magnetic in oil prospecting, New York, McGraw-Hill Books Co., Inc., 464 p.
Rais, J, 1978, International Gravity Standardization Net 1971 (IGSN 71), Proceeding, PIT HAGI 9-10 Oktober
1978, Yogyakarta : 80-89.
SM
Setyanta, B.dan Setyadi, I., 2006, Kompleks batuan ultramafik Meratus sebagai bagian dari ofiolit kerak
samudera ditinjau dari aspek geomagnetik dan gaya berat, Jurnal Sumber Daya Geologi, vol XVI, no 6 ;
335-348.
----------, Setyadi, I. dan Simamora, W.H., 2008, Model geologi bawah permukaan daerah Muarawahau hasil
JG
analisis anomali gayaberat berdasrkan estimasi kedalaman dengan metoda analisis spektral, Jurnal
Sumber Daya Geologi, v. 18, no. 6 : 379-389.
---------- dan Widijono, B.S., 2009, Medan gayaberat pada batuan ofiolit (ultramafik) di Beoga, Papua dan
implikasi terhadap proses alih tempatnya, Jurnal Sumber Daya Geologi, vol. XIX, no. 3 : 177-189.
----------, 2011, Medan gayaberat dan model geodinamika di sekitar Kepulauan Kai dan Kepulauan Aru, Maluku,
Jurnal Sumber Daya Geologi, v. 20, no. 6 : 305-316.
Siagian, H.P. and B.S. Widijono, 2009, The possibility of hydrocarbon trap and its potential in the North Bone
Basin, based on geological and geophysical data, Jurnal Sumber Daya Geologi, v. 19, no. 1; 63-76.
Sobari, I & Setyanta, B, 1995, Koreksi densitas dalam penafsiran anomaly Bouguer Lembar Mamuju, Sulawesi
Selatan, Proceedings Seminar hasil penelitian/pemetaan geologi dan geofisika, PPPG 22-23 Mei 1995
: 360-372.
Telford, W.M., Geldart, L.P., Sherrif, R.E. and Keys, D.A., 1976, Applied Geophysics, Cambridge University
Press, London, 860p.
Untung, M., 1977, Pembakuan untuk Penyelidikan gaya berat di Indonesia. Berita Direktorat
Geologi/Geosurvey Newsletter, v.IV, : 14-17.
---------, Sardjono, I. Budiman, J. Nasution dan E. Mirnanda, 1992, Babo Block, gravity and magnetic
interpretation report, GRDC-Mobil Exploration Bomberai Inc. 51, tidak dipublikasikan.
Widijono, B.S. dan Setyanta, B., 2000, Model kerak dan implikasi geodinamika Lajur Sesar Palu Koro, sajian
analisis data gayaberat, kegempaan dan kinematika, Seri Geofisika, no 1, Maret 2000, hal 21-33, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.