MEDAN GAYA BERAT PADA BATUAN OFIOLIT (ULTRAMAFIK) DI BEOGA, PAPUA DAN
IMPLIKASI TERHADAP GENESIS ALIH TEMPATNYA
SARI
Di daerah Beoga, Puncak Jaya, Papua, tersingkap sekelompok batuan ofiolit yang terdiri atas piroksenit, dunit,
serpentenit, dan peridotit yang tersebar memanjang dengan arah barat - timur sepanjang kurang lebih 100 km dan lebar
sekitar 50 km.
Anomali gaya berat pada kelompok batuan ini menunjukkan pola elips dengan kisaran nilai antara -25 mGal hingga 160
mGal. Pemodelan gravitasi yang ditunjang dengan analisis geologi menggambarkan bahwa batuan ofiolit sudah
mengalami fragmentasi dan tersingkap karena proses obduksi akibat tumbukan dua lempeng besar yakni Lempeng
Granitik Australia dan Lempeng Samudra Pasifik. Tataan tektonik yang demikian memberikan dampak rawan bencana
gempa bumi dan tanah longsor di daerah Mulia dan sekitarnya.
Kata kunci : medan gaya berat, ofiolit, genesis, potensi geologi
ABSTRACT
J
In Beoga, Puncak Jaya, Papua, a group of ultramafic rocks consisting of piroxenite, dunite, serpentenite and peridotite
are exposed. The distribution of these rocks are very large, lying alongside east - west direction, reaching 50 km and 100
km long. The gravity fields in this region exhibit an elliptic gravity anomaly pattern ranging from -25 to 160 mGals. The
G
gravity modelling and geological analysis suggest that ophiolite has been fragmented and exposed due to obduction,
caused by an interaction between Pacific oceanic and Australian granitic plates. This tectonic setting may cause Mulia
and its surrounding area to be susceptible to geological hazards such as earthquake and landslides.
Keywords : gravity potentials, ophiolite, genesis, geology potential
S
dituangkan dalam peta Anomali Bouguer Lembar sayap utara Pegunungan Tengah Irian dan Papua
Beoga, skala 1 : 250.000. Dari peta gaya berat New Guinea (northern flank of Central Range).
tersebut kemudian dibuat penampang atau lintasan Secara geografis kelompok batuan ofiolit di Papua
yang memotong tegak lurus arah pola umum struktur dapat dibagi menjadi beberapa bagian menurut
geologi daerah Beoga dan sekitarnya, yaitu arah lokasinya, yakni : Central Ophiolite Belt di
utara - selatan. Untuk menghindari ambiguitas Pegunungan Tengah, Ofiolit Pegunungan Cyclops,
April Ultramafics, Marum Ophiolite dan Papuan
dalam pemodelan, digunakan data sekunder dari
Ophiolite (Harris, 2003, Gambar 1). Tiga yang
para penulis terdahulu sebagai acuan tambahan,
disebut terakhir terletak di Papua New Guinea. Ofiolit
sehingga model yang dihasilkan diharapkan benar-
Beoga terdapat di Central Ophiolite Belt di
benar mencerminkan konsep geologi yang ada di Pegunungan Tengah (Central Irian Ophiolit Belt)
daerah ini. yang mempunyai panjang keseluruhan kurang lebih
500 km dan lebar sekitar 50 km (Dow drr., 1986).
Geologi Regional Papua Umur batuan ofiolit di daerah ini sampai saat ini
belum diketahui secara pasti, namun demikian
Menurut Dow drr., (1986), geologi Irian Jaya atau
diprediksi berumur Mesozoikum atau sekitar Kapur
Papua dapat dibedakan menjadi tiga lajur Akhir (Visser & Hermes, 1962, Dow drr., 1986,
berdasarkan stratigrafi, magmatik, dan tektoniknya, Harris, 2003). Tipe batuan ofiolit di Pegunungan
yakni : Tengah adalah hazburgit dan mempunyai sekuen
Twiss (1995) mengemukakan bahwa thrust stacking (Panggabean drr., 1995). Di bagian utara, lajur ofiolit
menyebabkan terjadinya alih tempat batuan ofiolit ini sebagian tertutup oleh batuan gunung api Tersier
(gambar 4). Tipe alih tempat yang cocok untuk dan endapan aluvium. Pada peta anomali Bouguer
G
daerah Papua akan digambarkan berdasarkan hasil lajur ofiolit ini ditunjukkan oleh kelompok anomali
pemodelan gaya berat. bernilai sekitar 0 hingga 160 mGal dengan landaian
sekitar 8 mGal/km.
S
130O 132O 134O 136O 138O 140O 142O 144O 146O 148O 150O 152O BT
0O
M
SAMUDRA PASIFIK
2O
SERAM BEOGA 2
1
4O
LAUT BANDA 3 4
O
6
PAPUA
U INDONESIA NEW
LAUT
8 O
ARAFURA GUINEA
B T
5
10O
S
0 300 Km
O
12
LS
136o30’ BT 138o00’ BT
3o00’ LS
3o00’ LS
Tema
Tpd
Qa
Tpd Masirei r
ffa e
Tmm
U
Tema S.Rou
D
Tema Qa
Tema
Tpd
S.Vandaleen
MULIA
Tema Mu U
D
Mu
D U
Td
Td
J
Ktew
Td
Ktmn Ktew
G
D
U
Jkk Jkk Jkk
4o00’ LS
4o00’ LS
Ktmn Ktmn
136o30’ BT 138o00’ BT
S
Qa
B T SERAM
0 300 Km
Mu Batuan ultramafik : serpentenit,
piroksenit,peridotit, dunit
Ktmn Batugamping (Pratersier)
Sesar naik
Ktew Batugamping Waripi
(Pratersier) D Sesar normal
Jkk Batupasir &batulumpur U : bagian yang naik
U
(Pratersier) D : bagian yang turun
Gambar 2. Peta geologi lembar Beoga, Papua (disederhanakan dari Panggabean, drr., 1995).
1 2 3
B
1 2
C
Arc
1 Arc
2
D
1 2
E
Beoga, Papua
Arh Arh
J
G
Gambar 3. Beberapa diagram proses alih tempat batuan ofiolit (bidang warna hitam) menurut Dewey (1976, gambar atas) dan model ofiolit
Papua (gambar bawah).
A. Alih tempat di daerah pemekaran, B. Overthrusting di daerah pemekaran, C. Tumbukan di daerah batas lempeng, D. Tumbukan di
S
pasir 2,0
hingga 160 mGal mulai dari km ke 53 hingga km ke pasir-lempungan 2,1
78. Di bagian utara batuan ofiolit tertutup oleh lanau 1,93
soil 1,92
sedimen Tersier setebal kurang lebih 4 km dengan
G
undulasi pada kurva yang mengindikasikan Batuan Beku Rapat Massa (gr/cc)
perbedaan rapat massa litologinya. Kelompok batuan riolit 2,52
yang terakhir ini dilandasi oleh kerak benua granitik obsidian 2,30
Australia (2,67 gr/cc) yang miring ke selatan. Kondisi dasit 2,58
M
25
-25 0 Masirei 140
25
75
0 120
100
100
150 125
80
60
S.V an da lee n
40
125 20
100 0
75 -20
50 G.NGOGOMBA
25
-40
0 -60
-25 -80
G.MULIA
-50 -100
-1
G. KAROBOGA -120
MULIA
00
-7 HITALIPA -75
5 U -140
BOGOBAIDA -100 MAPENDUMA
-160
B T -180
5
-12
-150
-12
5 -200
S
0 10 20 30 km
J
4o00’o 4o00’ LS
136 30’ 137o00’ S 137o30’ 138o00’ BT
Gambar 5. Peta anomali Bouguer Lembar Beoga, Papua, interval kontur 5 mGal. SU adalah arah pemodelan gaya berat.
G
mGal
160
= calc 120
S
= obs U 80
40
0
-40
S -80
-120
10 30 50 90
M
Batuan sedimen
-12.0 Tersier (2,0 gr/cc)
2,67 gr/cc
3,05 gr/cc -16.0 Batuan malihan
-20.0
Tersier (2,3 gr/cc)
-24.0 Batu gamping
Pratersier (2,3 gr/cc)
4.0
.0 Batuan malihan
2 gr/cc Pratersier (2,3 gr/cc)
2,3 gr/cc -4.0
2,8 gr/cc
k m (Kedalaman)
Gambar 6. Model 2-D bawah permukaan gaya berat dan rekaan penampang geologi arah utara - selatan daerah Beoga, Papua (tanpa skala, arah
pemodelan lihat Gambar 5). Batuan sedimen Tersier sebagian tertutup oleh endapan aluvium konglomerat, batulumpur, dan batu pasir
(Panggabean, drr., 1995).
laut (Lempeng Pasifik) yang disertai oleh komponen model matematik Telford drr. (1976, Gambar 7)
geser (slip regime) akibat bagian selatannya bentuk kurva anomali Bouguer semacam ini
(Lempeng Australia) cukup stabil untuk menahan menggambarkan suatu obduksi (sesar naik).
G
gaya tekan tersebut. Secara regional slip regime ini di Wiryosujono & Tjokrosapoetro (1978) membuat
beberapa tempat menimbulkan sesar-sesar besar hipotesis secara skematiks mengenai obduksi batuan
ofiolit dan dinamika kerak yang berlangsung kira-kira
S
30 A
perbandingan, di bawah ini ditampilkan beberapa
20 Gradien paling curam model bawah permukaan hasil penelitian gaya berat
M
10
0 pada batuan ofiolit di beberapa tempat.
D
r
=0.1 g/cm3 10 km
Pegunungan Meratus, Kalimantan
50 Pada Gambar 9 dan 10 batuan ofiolit yang terlihat
40
MmGal
30
B pada model gaya berat daerah Meratus mempunyai
20 rapat massa sekitar 2,90 gr/cc hingga 2,95 gr/cc
10
0
Gradien paling curam (Gaol drr., 2005, Setyanta & Setiadi 2006). Batuan
ofiolit ditafsirkan menumpang di atas kerak granitik,
D
r
=0.1 g/cm3 10 km muncul ke permukaan melalui suatu retakan pada
50 kerak dan membentuk struktur bunga positif (Gaol
40
MmGal
mGal
CONTINENTAL
ARC TRENCH
50
SHELF AND
VOLCANIC
MARGINAL
30
TRENCH
10
BASIN
RISE
ARC
-10
GAP
0
Kedalaman
2 2,30 gr/cc 2,30 gr/cc
(km)
4 2,95 gr/cc
2,78 gr/cc
6
8
Kontinen Australia-Papua 10
KAPUR AKHIR
Gambar 9. Model anomali gaya berat 2-D pada batuan ofiolit daerah
Meratus, Kalimantan. Batuan ofiolit ditunjukkan dengan
rapat massa 2,95 gr/cc, batuan sedimen 2,30 gr/cc dan
batuan dasar sekis mika 2,78 gr/cc (Gaol, drr., 2005).
EOSEN-OLIGOSEN
MIOSEN TENGAH-
MIOSEN AKHIR Beoga
Zona Sesar Sorong
Peg.Tengah
Samudra Gambar 10. Penampang Geologi Pegunungan Meratus
Laut Arafura Pasifik berdasarkan pemodelan gaya berat arah AB pada
peta gaya berat (Setyanta & Setiadi, 2006).
J
?
?
Lempeng samudra/ofiolit
Calc
Obs µMs-2
650
550
M
450
350
250
150
A 50
NW Jarak (km)
BSE -50
-150
0 10 30 50 70 90
PEGUNUGAN MERATUS Depth (Km)
2,0
Cek. Barito Bobaris Manjam Cek. Asem-asem
2,4 gr/cc 2,72
2,4 gr/cc -2,0
2,74 gr/cc
2,9 gr/cc
-6,0
-14,0
-18,0
-22,0
berat mempunyai rapat massa sekitar 2,8 gr/cc, dan 2,8 gr/cc, sehingga batuan diperkirakan sudah
terangkat ke permukaan membentuk pematang mengalami fragmentasi dan bercampur dengan
samudra di perairan Laut Maluku akibat tumbukan unsur-unsur dari mantel atas.
dua lempeng sejenis (Gambar 13, Sardjono, 1999).
S
terus.
komposisi litologinya, di Pulau Seram walaupun
masih dominan, tetapi batuan ofiolitnya sudah 4. Karena terletak di daerah fragmentasi batuan
mengalami percampuran dengan material-material ofiolit, daerah ini rawan gempa dan mudah terjadi
lain membentuk satuan bancuh, sedangkan di Papua tanah longsor.
ofiolitnya masih relatif murni, lengkap dengan 5. Perlu dilakukan pengambilan percontoh-
sekuen-sekuennya. percontoh batuan untuk analisis laboratorium
secara cermat, sehingga diketahui potensi
Aspek Potensi Geologi ekonominya.
Seiring dengan meningkatnya intensitas tektonik
tekan yang disertai dengan komponen geser maka UCAPAN TERIMA KASIH
konsekuensinya adalah terjadi kinematika kompresi Dengan selesainya tulisan ini, penulis mengucapkan
oblik (oblique compressional kinematics) yang terima kasih kepada rekan-rekan ahli geofisika di
menyebabkan fragmentasi kerak ofiolit. Keadaan P2D, Kepala Tim Pemetaan Gaya Berat Papua dan
yang demikian tidak menutup kemungkinan Koordinator Program P2D atas saran-sarannya.
material-material mantel atas ikut terbawa ke atas. Demikian pula kami ucapkan terima kasih kepada
Material-material upper mantle yang terangkat Kepala Pusat Survei Geologi atas izin penerbitan
sering tercemari oleh material-material bagian tulisan ini.
Kedalaman (km)
-8.0
-12.0
2,58 gr/cc
-16.0
3,1 gr/cc 2.67 gr/cc
-20.0
-28.0
Gambar 11. Model struktur kerak di sekitar perairan Laut Banda berdasarkan kurva anomali Bouguer. Batuan ofiolit dan material-
-32.0
material lain dari kerak granitik dan mantel atas membentuk batuan campur aduk (2,45 gr/cc) dan terangkat oleh sesar
anjak (Setyanta & Setiadi, 2008). -36.0
Anomali Bouguer (m G a l)
40.0
= hasil perhitungan B
= hasil pengukuran 20.0
.0
J
-20.0
A
-40.0
-60.0
-20 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180
G
J a r a k (km)
1.0
2,25 gr/cc
2,25 gr/cc + - -1.0
2,6gr/cc
-3.0
2,6gr/cc 2,7gr/cc
Kedalaman (km)
S
-5.0
-7.0
-9.0
2,68 gr/cc
-11.0
M
-13.0
KETERANGAN -15.0
Bat.sedimen Tersier/
Bancuh Andesit/diorit + - Sesar mendatar
Vulkanik Tersier
- Blok menjauh
Bat.sedimen Pra + Blok mendekat
Bat. Ultramafik Granit
Tersier
Gambar 12. Model geologi bawah permukaan daerah Muarawahau, Kalimantan, berdasarkan data gaya berat (tanpa skala). Batuan
ultramafik sebagai fragmen kerak samudra dengan rapat massa sekitar 2,7 gr/cc (Setyanta & Setiadi, 2008).
-100
Gambar 13. Model gaya berat tumbukan lempeng
Pematang
sejenis di sekitar Talaud-Mayu. Batuan Laut Maluku Talaud-Mayu
ofiolit (2,97 gr/cc) naik ke permukaan 0 1,03gr/cc
50 100 150 200 km
Kedalaman (km)
30 3,07gr/cc
Gray, D.R. and Gregory, T.T., 2003. Ophiolite obduction and the Samail ophiolite : the behaviour of the
underlying margin, In : Ophiolites in Earth History, Dilek. Y. & Robinson P.T. (eds), Geological
Society, London Special Publications. 218, 449-465.
G
Harris, R., 2003. Geodynamic patterns of ophiolites and marginal basins in the Indonesian and New Guinea
regions, In : Ophiolites in Earth History, Dilek. Y. & Robinson P.T. (Eds), Geological Society, London
Special Publications. 218 : 481-505.
Hartono, U., Sukanta, U. and Ratman, N., 1989. Pre and Post Tertiary collision magmatic activity in Irian Jaya,
S
Indonesia, Proceedings 16th Regional Cong. On Geol. Min. and Hydrocarb. Res. of Southeast
Asia, Jakarta, Indonesia; 61-71.
Moores, E.M. & Twiss, R.J., 1995. Tectonics, W.H. Freeman Inc., New York.
M
Monnier, C., Girardeau, J., Pubellier, M. & Permana. H., 2000. Oophiolte de la chaine centrale d'Irian Jaya
(Indonesie) evidences petrologiques et geochimiques pour une origine dans un basin arriere-arc.
Earth and Planetary Sciences, 331 : 691-699.
Nicolas, A., I. Reuber and K. Benn, 1988. A New Magma Chamber model based on Stuctural studies in the
Oman Ophiolith, Tectonophysics, 151 : 87-105.
Panggabean, H, Amiruddin, Kusnama, K. Sutisna, R.L. Situmorang, T.Turkandi dan B. Hermanto, 1995. Peta
Geologi Lembar Beoga, Irian Jaya, Skala 1:250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi, Bandung.
Pieters, P.E., Pigram, C.J., Trail, D.S. Dow, D.B., Ratman, N. and Sukamto, R., 1983. The Stratigraphy of
Western Irian Jaya, Indonesia, Geological Research and Development Centre Bull. 8 : 14-48.
Pigram, C.J., and Panggabean, H., (1984). Rifting of the Nortern margin of the Australian continent and the
origin of some microcontinents in estern Indonesia, Tectonophysics, 107 ; 331-353.
Pudja, I.P. dan Mudjiono, R., 1989. Mekanisme Pusat Gempa Bumi Sesar Tengah, Irian Jaya, Proceedings PIT
HAGI XIV, Jakarta; 392-399.
Rais, J., 1979. International Gravity Standardization Net 1971 (IGSN), Proc.PIT III HAGI, Yogyakarta.
Telford, W.M., Geldart, L.P., Sherrif, R.E. and Keys, D.A., 1976. Applied Geophysics, Cambridge University
Press, London, 860pp.
Visser W.A., and Hermes, J.J., 1962. Geological results of the exploration for oil in Netherlands New Guinea.
G
Verh.Kon.Ned.Geol.Mijnbuowk.Genoot.,Geol.Ser., 20 : 1- 265.
Wiryosujono, S. and Tjokrosapoetro, S., 1978. Ophiolite in eastern Indonesia. Procceding of the third regional
conference on the geology and mineral resources of S.E. Asia (ed. Prinya Nutalaya), 641-652.
Asian Institute of Technology, Bangkok.
S
M