Abstrak
Sebuah penafsiran kuantitatif menggunakan inversi kuadrat terkecil didasarkan pada ungkapan analitik dari
Turunan Horizontal Pertama (THP) anomali gaya berat residual rata-rata berjalan digunakan untuk
menafsirkan kedalaman dan ketebalan sesar vertikal. Masalah penentuan kedalaman bertransformasi
kedalam masalah penentuan sebuah solusi persamaan nonlinier dalam bentuk f(z) = 0. Sebagai studi kasus,
inversi ini diterapkan untuk menentukan parameter-parameter sesar di segmen Kerinci. Dua lintasan survai
gaya berat telah dilakukan di segmen Kerinci sejajar dan memotong Sistem Sesar Sumatera (SSS). Pola
anomali gaya berat merefleksikan sebuah struktur sesar di sebelah baratlaut kota Sungaipenuh pada
lintasan sejajar SSS dan dua struktur sesar di sebelah barat dan timur kota Sungaipenuh pada lintasan
memotong SSS. Kedalaman pusat dan ketebalan sesar sebagai hasil inversi adalah 2,533 km dan 0,815 km ;
1,113 km dan 1,985 km; 2,318 km dan 4,195 km, secara berturut-turut, untuk sesar-sesar di sebelah barat
laut, barat dan timur kota Sungaipenuh. Kontras rapat massa diasumsikan - 0,43 g/cm3. Lapisan penutup,
batuan dasar dan lapisan yang tersesarkan direkonstruksi dengan rapat massa 2,22 g/cm3, 2,75 g/cm3 dan
2,32 g/cm3, secara berturut-turut. Hasil-hasil inversi ini bersesuain dengan model kedepan 2,5D.
Kata-kata kunci : inversi kuadrat terkecil, THP anomali gaya berat residual rata-rata berjalan, persamaan
nonlinier f(z)=0, kedalaman pusat sesar, ketebalan sesar, segmen Kerinci.
Abstract
A quantitative interpretation using a least-squares inverse based on the analytical expression from the first
horizontal derivative (FHD) of moving average residual gravity anomalies is used to find depth and
thickness of the fault. The problem of the depth determination has been transformed into the problem of
finding a solution of a non-linear equation of the form f (z)=0. As a case study, this inverse is applied to
carry out the fault parameters in the Kerinci segment. Two lines of gravity survey were carried out along and
cross the Sumatra Fault System (SFS). The gravity anomaly pattern reflected a fault structure at northwest
Sungaipenuh area in line along SFS and two-fault structure at western and eastern Sungaipenuh area in line
cross SFS. The central depth and thickness of fault as a result inverse are 2.533 km and 0.815 km; 1.113 km
and 1.985 km; 2.318 km and 4.195 km, respectively, for faults at northwestern, western and eastern
Sungaipenuh area. The density contras is assumed - 0,43 g/cm3. Surface layer, basement and the layer
faulted are reconstructed with density 2.22 g/cm3, 2.75 g/cm3 and 2.32 g/cm3, respectively. These results
inverse agree with 2.5D forward model.
Keysword : A least-squares inverse, FHD of moving average residual gravity anomalies, non-linear equation
f(z) =0, the central depth of fault, thickness of fault, the Kerinci segment.
111
112 KFI Vol. 12 No. 4 2001
d z d
∆g ( x, z ) = g ' ( x, z ) = A 2 (2) dimana H’(xi,z,s) = H(xi,z,s). Pers.(8) telah
dx z + x2 dz
bertransformasi ke dalam persamaan non-linier
dimana A = 2G∆ρt adalah koefisien amplitudo f(z) = 0, sehingga solusinya dapat dicari dengan
dan g’(x,z) disebut THP (Turunan Horizontal metoda-metoda standar untuk sistem pemecahan
Pertama) anomali gaya berat sesar vertikal. persamaan nonlinier. Karena z, s, dan R(maks)
Tinjau tiga buah titik pengamatan xi - s, xi, diketahui dan ∆ρ diasumsikan, maka nilai t dapat
dan xi + s pada pers.(2) dimana s = 1, 2, .., M dicari dari koefisien amplitudo i berdasarkan pers.
disebut panjang jendela. Rata-rata dari g’(xi - s,z) (5).
dan g’(xi + s, z) disebut THP anomali gaya berat
regional rata-rata berjalan Z(xi,z,s) pada tiap titik 2. Metoda Penelitian
xi dan dapat ditulis9) 2.1 Daerah Penelitian
[
⎛ ( x − s) 2 + z 2
⎜ i
⎝
] + [( x
−1
i + s) 2 + z 2 ] −1 ⎞
⎟
⎠
Daerah penelitian terletak di Kabupaten
Z ( x i , z , s ) = Az (3) Kerinci, Propinsi Jambi pada posisi
2
101o16’08,6’’-101o34’27,4’’ LS dan 01o52’00’0”-
Dengan mengurangkan pers. (3) terhadap pers. 02o08’17,8” BT. Lokasi dan peta geologi daerah
(2), diperoleh THP anomali gaya berat residual penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
rata-rata berjalan R(xi,z,s) pada tiap titik xi sebagai
berikut
R( x i , z , s)
⎜ i
⎝
[
⎛2 x2 + z2 ] − [( x
−1
i − s) 2 + z 2 ] − [( x
−1
i + s) 2 + z 2 ]
−1 ⎞
⎟
⎠
(4)
= Az
2
Pada x= 0, nilai R(xi,z,s) adalah maksimum,
sehingga (4) menjadi
(
R( maks) x = 0 = Az z −2 − ( s 2 + z 2 ) −1 ) (5)
Pers. (5) dapat ditulis
R(xi,z,s) = R(maks)H(xi,z,s) (6)
dimana
(a)
KFI Vol. 12 No. 4 2001 113
Titik tengah
80
60
∆g(mgal)
40
20
0
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
X(km)
z=3km
2
t = 2km
∆ρ=1 g/cm3
4
Z(km)
5
s=6u dan metoda Muller sedangkan ketebalan sesar
s=5u
s=4u
4 dicari dari pers. (5) menggunakan data R(maks)
u=0,5 s=3u
3 s=2u dari Gambar 3(b). Dalam hal ini metoda grafik
2 s=1 bertujuan untuk memperkirakan titik potong
1 sumbu z terhadap sumbu f(z)= 0, sedangkan
0 metoda Muller bertujuan untuk mendapatkan z
-1 pada ketelitian 0,001 km. Kedalaman dan
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 ketebalan sesar hasil inversi pada data sintetik
X(km)
diperlihatkan pada Tabel 1.
(b)
Tabel .1 Memperlihatkan kedalaman dan ketebalan sesar hasil inversi pada data sintetik.
X u s Rmaks
ρ Jumlah z A t
Penampang (km) (km) (u) (mgal/
(g/cm3) titik (km) (mgal) (km)
km)
Sintetik 10 0.5 1 1 17 0.228 3.014 25.658 1.923
2 15 0.848 3.124 28.503 2.136
3 13 1.709 3.076 27.363 2.051
4 11 2.647 3.073 27.338 2.049
5 9 3.546 3.070 27.302 2.046
6 7 4.345 3.072 27.344 2.049
7 5 5.027 3.074 27.373 2.051
8 3 5.594 3.078 27.414 2.055
Nilai rata-rata 3.073 27.287 2.045
Keterangan : X = panjang penampang
z 0
-10 II
2.3 Penerapan metoda pada data lapangan BS III
-20
Analisa dilakukan terhadap penampang -30
anomali gaya berat hasil pengamatan pada kedua -40
lintasan yang telah direkonstruksi dengan rapat 0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40
massa 2,67 g/cm3. Untuk memudahkan (b) X(km)
interpretasi, penampang anomali gaya berat kedua
lintasan dihaluskan (smooth). Penampang anomali
gaya berat hasil pengamatan setelah dihaluskan Gambar 4. Penampang anomali gaya berat hasil
dapat dilihat pada Gambar 4. pengamatan (a) sejajar SSS, dan (b) memotong
SSS setelah dihaluskan.
KFI Vol. 12 No. 4 2001 115
Z(mgal/km)
-2 s=1
terletak di daerah sebelah baratlaut kota s=5
Sungaipenuh (titik BS) dan posisi dua buah sesar -3 s=2u
pada lintasan memotong SSS terletak di sebelah -4 s=4u
s=3u
barat dan timur kota Sungaipenuh. Sesuai dengan -5
model, maka akan dilakukan analisa terhadap ke ____ g'(x,z)
tiga penampang sesar menggunakan inversi -6 _ _ _ Z(x,z,s)
u=0.5 km
kuadrat terkecil. -7
Untuk tujuan praktis, panjang penampang -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
sesar I, II dan III yang akan dianalisa adalah 9 X(km)
km, 8 km dan 10 km dan lebar spasi grid adalah (a)
0,5 km. THP anomali gaya berat ketiga sesar
dicari dengan metoda beda hingga dan pemisahan
THP anomali gaya berat menjadi komponen
3
residual dan regional dilakukan dengan metoda 2
rata-rata berjalan10). Pemisahan dimulai dari 1
panjang jendela s = 1u,2u,...,7u untuk sesar I, 0 s=1
s=2u
R(mgal/km)
s=1u,2u,...,4u untuk sesar II dan s = 1u,2u,..., 6u -1 s=3u
-2
untuk sesar III. Hasil pemisahan penampang THP -3 s=4
anomali gaya berat menjadi komponen residual -4 s=5u
dan regional dapat dilihat pada Gambar 5. -5 ____ g'(x,z)
-6 s=6 _ _ _ R(x,z,s)
-7
0 ____ g'(x,z) s=0.5 km
-8
_ _ _ Z(x,z,s)
-0,3 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
-0,6 s=7 X(km)
Z(mgal/km)
s=6u (b)
-0,9 s=5u
s=4u Gambar 6. THP anomali gaya berat komponen (a)
-1,2
s=3u
regional dan (b) residual dari sesar II.
-1,5 s=2u
s=1u
-1,8
u=0.5 km
-2,1
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 8
7 ____ g'(x,z)
(a) X(km) _ _ _ Z(x,z,s)
6
Z(mgal/km)
5 s=4
s=5
4 s=3u s=6
0,6 s=2u
0,3 3 s=7
s=1
0 s=1u 2
s=2u s=8u
R(mgal/km)
-0,3 s=3u 1
-0,6 s=4u u=0.5
s=5u 0
-0,9 s=6u
-1,2 s=7u -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6
-1,5 ____ g'(x,z) X(km)
-1,8 u=0.5 km _ _ _ R(x,z,s) (a)
-2,1
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5
(b) X (km)
(b) X(km)
Tabel 2. Memperlihatkan kedalaman dan ketebalan sesar hasil inversi pada data lapangan.
s Rmaks
Penampang X u ∆ρ Jumlah z A t
(u) (mgal/
(km) (km) (g/cm3) titik (km) (mgal) (km)
km)
Sesar I 8 0.5 -0.43 1 15 -0.059 - - -
2 13 -0.217 2.698 -4.847 0.845
3 11 -0.436 2.491 -4.081 0.711
4 9 -0.670 2.364 -3.797 0.662
5 7 -0.874 3.516 -9.151 1.595
6 5 -1.021 2.074 -3.131 0.546
7 3 -1.000 2.055 -3.040 0.530
Nilai rata-rata 2.533 -4.674 0.815
Sesar II 8 0.5 -0.43 1 9 -1.599 1.168 -12.060 2.102
2 7 -4.607 1.240 -14.497 2.527
3 5 -6.474 0.867 -7.488 1.305
4 3 -6.873 1.176 -10.877 1.896
Nila rata-rata 1.113 -11.230 1.958
Sesar III 10 0.5 -0.43 1 13 -0.407 2.488 -26.111 4.552
2 11 -1.472 2.334 -22.146 3.861
3 9 -2.864 2.174 -19.308 3.366
4 7 -4.246 2.914 -38.638 6.736
5 5 -5.301 1.393 -16.461 2.870
6 3 -5.904 2.061 -17.911 3.122
Nilai rata-rata 2.318 -23.429 4.084
2
ρ=2,32g/cm3
ρ=2,75g/cm3
4
z(km)
Barat Timur
Titik tengah
0
∆g(mgal)
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
-10
X(km)
sesar II
-15
-20
ρ = 2,22 g/cm3
ρ = 2,32 g/cm 3
2
ρ = 2,75 g/cm 3
4
z(km
Gambar 9. Model struktur sesar hasil inversi untuk penampang sesar II
-15 X(km)
-20
-25 sesar III
-30
-35
-40
ρ = 2,22 g/cm3
2
ρ = 2,75 g/cm3 ρ = 2,32 g/cm 3
Z(km)
Gambar 10. Model struktur sesar hasil inversi untuk penampang sesar III
sebelah timur. Kedalaman hasil inversi ini sesuai kedepan 2,5D. Gambar 11 dan Gambar 12
dengan yang diturunkan berdasarkan metoda menunjukkan struktur sesar hasil kedepan 2,5D
dekonvolusi15,16). untuk penampang sejajar dan memotong SSS.
Untuk menguji validitas metoda inversi
terhadap data lapangan, digunakan metoda
Baratlaut Tenggara
5
∆g(mgal)
0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46
__ g_amat X(km)
-5
--- g_hitung
-10 BS
-15
Z(km
Gambar 11. Model struktur sesar hasil kedepan 2,5 D untuk penampang sejajar SSS
20
Barat Timur
∆g(mgal)
0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38
x(km)
-20 BS
-40 ρ = 2,22 g/cm3
2 ρ = 2,32 g/cm 3
4
ρ = 2,83 g/cm3
6 ρ = 2,75 g/cm3
8
z(km)
Gambar 12. Model struktur sesar hasil kedepan 2,5 D untuk penampang memotong SSS
Kedua model struktur sesar pada Gambar subduksi tegak di depan Jawa menjadi menyerong
11 dan Gambar 12 memperlihatkan bahwa (oblique) di depan Sumatera18).
parameter-parameter sesar hasil inversi bersesuain 4. Kesimpulan
dengan hasil kedepan 2,5D. Hanya saja, hasil 1. Pola anomali gaya berat di segmen Kerinci
kedepan 2,5 untuk penampang memotong SSS merefleksikan satu struktur sesar pada
memperlihatkan adanya batuan dasar dengan lintasan sejajar SSS dan dua struktur sesar
rapat massa 2,83 g/cm3 menerobos di bagian pada lintasan memotong SSS.
paling timur lintasan. Batuan dasar tersebut tidak 2. Parameter-parameter sesar diturunkan dari
sampai ke permukaan karena tertutup oleh THP anomali gaya berat residual rata-rata
aluvial. Berdasarkan hasil-hasil inversi dan berjalan berdasarkan inversi kuadrat terkecil
kedepan 2,5D dapat disimpulkan bahwa dataran dimana masalah penentuan kedalaman
rendah Sungaipenuh adalah sebuah struktur bertransformasi kedalam masalah penentuan
graben. Hasil ini mendukung penelitian sebuah solusi persamaan nonlinier dalam
sebelumnya yang menyatakan bahwa struktur di bentuk f(z) = 0. Sebagai model digunakan
sepanjang SSS adalah sebuah struktur graben16,17) sesar vertikal yang didekati dengan sebuah
yang diduga terbentuk sebagai akibat pergerakan lapisan tipis horizontal setengah hingga.
aktif SSS yang disebabkan berubahnya jalur 3. Kedalaman pusat dan ketebalan sesar hasil
inversi adalah 2,533 km dan 0,815 km; 1,113
KFI Vol. 12 No. 4 2001 119
km dan 1,958 km ; 2,318 km dan 4,084 km, from gravity data, Geophysics, 66(6), p.
secara berturut-turut untuk sesar-sesar di 1774-1780, (2001).
sebelah barat laut, barat dan timur kota 9. Abdelrahman, E.M., and Sharafeldin, S.M., A
Sungaipenuh. Kontras rapat massa least-squares minimization approach to depth
diasumsikan -0,43 g/cm3. determination from numerical horizontal
4. Lapisan penutup, batuan dasar dan lapisan gravity gradients, Geophysics, 60(4), 1995,
yang tersesarkan direkonstruksi dengan rapat p.1259-1260.
massa 2,22 g/cm3, 2,75 g/cm3 dan 2,32 g/cm3 10. Abdelrahman, E. M., and El-Araby,T.M., A
secara berturut-turut. Least-squares Minimization Approach to
5. Model struktur sesar hasil inversi dan Depth Determination from Moving Average
kedepan 2,5D memperlihatkan bahwa dataran Residual Gravity Anomalies, Geophysics,
rendah daerah Sungaipenuh adalah sebuah 59(12), 1993, p.1779-1984
struktur graben. 11. Saha, J. G., Gravity Approximation and
Ucapan Terimakasih Interpretation of A two-dimensional Vertical
Ucapan terimakasih disampaikan kepada Fault, Geophysics, 42, 1977, p.1462-1467
Prof.Dr.Ir.Lilik Hendrajaya, M.Sc dari 12. Harjono, H., Penyelidikan Gaya berat Serta
Laboratorium Fisika Bumi-ITB yang telah Hubungannya Dengan Kenampakan Geologi
memberikan banyak bimbingan, bantuan dan Daerah Siulak-Gedang dan Sekitarnya,
fasilitas. Tulisan ini merupakan kaji-ulang Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi,
terhadap tesis S-2 yang penulis selesaikan di Sumatera, Tesis Sarjana, Departemen
Jurusan Fisika-ITB. Geologi, Fakultas Teknologi Industri, Institut
Teknologi Bandung, 1977.
Daftar Pustaka 13. Kadir, W.G.A., Sukmono, S., Zen, M.T.,
1. Skeels, D.C., Ambiguity in Gravity Hendrajaya, L., and Santoso, D., Gravity
Interpretation, Geophysics, 12, 1947, p.43-56. Evidences for the Thinning of the Crust
2. Kadir, W.G.A., Zen, M.T., Hendrajaya, L., Around the North Sumatera Area,
Santoso, D., dan Sukmono, S., Peta Variasi Proceedings Indonesian Petroleum
Densitas Berdasarkan Dekonvolusi Anomali Association, Twenty-Fifth Silver Anniversary
Gaya berat dan Aplikasinya pada daerah Convention, 1996.
Tarutung dan Sekitarnya, Jurnal Teknologi 14. Sukmono, S., Zen, M.T., Kadir, W.G.A.,
Mineral, 3(2), 1995. Hendajaya, L., Santoso, D., and Dubois, J.,
3. Roy, A., Ambiguity in Geophysical Fractal geometry of The Sumatra Active
Prospecting Interpretation, Geophysics, 27, Fault System and Its geodynamical
1962, p.90-99. implications, J.Geodynamics, 22(1/2), 1996,
4. Abdelrahman, E.M., Bayoumi, A.I., and El- p.1-9.
Araby, H.M., A least-squares minimization 15. Fauzi,.A., Penentuan kedalaman sesar
approach to invert gravity data, Geophysics, Kerinci dari anomali gaya berat
56(1), 1991, p.115-118. menggunakan operator dekonvolusi,
5. Gupta, O.P., A Least-Squares Approach to Prosiding Simposium Fisika Nasional XVIII,
Depth Gravity Data, Geophysics, 48(3), Serpong, 25-27 April 2000.
1983, p.357-360. 16. Fauzi,.A., dan Kadir, W.G.A., Dekonvolusi
6. Carbato, C., A least-squares procedure for Gaya berat 2-D untuk Menafsirkan
gravity interpretation, Geophysics,30(2), Kedalaman Sesar di Segmen Kerinci, KFI,
1965, p.228-223. 11(1), 2000, h.1-8.
7. Abdelrahman, E.M., Discussion on “A least- 17. Katili, J.A., and Hehuwat, F., On the
squares minimization approach to invert occurence of large transcurrent faults in
gravity data” by O.P.Gupta, Geophysics, Sumatra, Indonesia, Journal of Geosciences
55(1), 1990, p.376-378. Osaka City University, 10, 1967, p.1-17.
8. Abdelrahman, E.M., El-Araby, T.M., El- 18. Kemal, B.M., dan Fauzi, A., Geodinamika
Araby, H. M., and Abo-Ezz , E. R., A new Pulau Sumatera dan Implikasinya Terhadap
method for shape and depth determinations Potensi Bencana Alam Geologi, EKSAKTA,
2(1), 2001.