Anda di halaman 1dari 8

Economics Development Analysis Journal 7 (3) (2018)

Economics Development Analysis Journal


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj

Strategi Penerbitan Obligasi Daerah Sebagai Alternatif Sumber Penerimaan Daerah


di Provinsi Jawa Tengah

Ardita Dewi Yulianti

Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Peraturan Menteri Keuangan No. 111/PMK.07 mengatur tentang tata cara penerbitan obligasi
Diterima April 2017 daerah tetapi belum ada daerah yang menerbitkan termasuk Provinsi Jawa Tengah. Dilihat dari
Disetujui Juni 2017 tingkat solvabilitas dan likuiditas, Provinsi Jawa Tengah sudah memenuhi syarat penerbitan obligasi
Dipublikasikan Agustus daerah karena nilai dari DSCR telah memenuhi batas minimum yaitu sebesar 2,54 tetapi dari sisi
2017 sumber daya manusia dirasa masih belum mampu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
________________ menganalisis relatif kemandirian keuangan Provinsi Jawa Tengah dibandingkan Provinsi lain serta
Keywords: mengidentifikasi potensi dan peluang Provinsi Jawa tengah dalam penerbitan obligasi daerah serta
AHP, Region Bonds, menganalisis strategi penerbitan obligasi Daerah di Provinsi Jawa Tengah. Sampel dalam penelitian
Published Strategy ini terdiri dari 8 keyperson. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif
__________________ untuk mengetahui relatif kemandirian keuangan daerah, potensi dan peluang penerbitan obligasinya
dan Analisis Hierarki Proses (AHP) untuk menentukan strategi yang digunakan dalam prioritas
penerbitan obligasi daerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan mendasar yang
dihadapi adalah masih terbatasnya sumber daya manusia yang terampil. Prioritas utama adalah
sumber daya manusia, yang kedua adalah kemandirian keuangan daerah, dan yang terakhir adalah
kemampuan keuangan daerah.

Abstract
________________________________________________________________
Minister of Finance Regulation No. 111/PMK.07 set the procedures for published bonds, however the factis
none of regions have successfully published it. Seen from the level of solvency and liquidity,CentralJavaProvince
had already qualified for issuance of municipals bonds has reached 2.54 DSCR value but in terms of human
resources it still not able. The suggestion of this study is government and related sides are expected to applythe
policy based on the result of this study. Then, the government and related sides have to focus on thepublication
priority of region bond through training in reporting financial accounting of region government accordingto
standard accounting of central government’s financial report. There were eight key persons as sample in this
study. The methods used in this study were descriptive analysis used to know the relative region financial
independent, potential and opportunity in publishing bond and hierarchy process analysis (AHP) used to
determine strategy in publication priority of region bond. The finding of this study shows that thebasicproblem
is the limited skilled of human resource. The main priorities in publishing region bond in CentralJavaProvince
are criteria region financial independent, criteria of region financial capability, and criteria human resource.

© 2018 Universitas Negeri Semarang


 Alamat korespondensi: ISSN 2252-6965
Ruang Jurnal Gedung L FE UNNES, Sekaran Gunungpati
Semarang, 50229, Indonesia
E-mail: edaj@mail.unnes.ac.id

268
Ardita Dewi Yulianti / Economics Development Analysis Journal 7 (3) (2018)

PENDAHULUAN ditarik tidak boleh melebihi 75% dari jumlah


penerimaan umum APBD tahun sebelumnya.
Obligasi daerah merupakan surat utang
Syarat lainnya adalah memenuhi rasio
yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah yang
kemampuan keuangan daerah untuk
ditawarkan kepada publik melalui penawaran
mengembalikan pinjaman (Debt Service
umum di pasar modal. Di Indonesia, wacana
Coverage Ratio) yang ditetapkan oleh
mengenai diterbitkannya obligasi daerah sudah
Pemerintah Pusat yaitu tidak boleh melebihi 2,5
terdengar dari tahun 2000 bahkan undang-
dengan memperhatikan perkembangan
undang untuk mengaturnya juga sudah dibuat
perekonomian nasional dan kapasitas fiskal
tetapi sampai dengan tahun ini belum ada satu
daerah.
daerah yang menerbitkan obligasi daerah. Pro
Daerah juga harus memenuhi peraturan
dan kontra terhadap rencana kebijakdan adaya
perundang-undangan mengenai pinjaman
obligasi daerah tetap terjadi meskipun banyak
daerah. Hal lain yang harus dipenuhi Pemerintah
keuntungan yang akan didapatkan jika
Daerah dalam penerbitan obligasi daerah adalah
menerapkan obligasi di Indonesia. Obligasi
kemandirian keuangan daerah itu sendiri.
sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kemandirian keuangan daerah menunjukkan
Pemerintah Daerah dengan tetap berada
kemampuan Pemerintah Daerah dalam
dibawah pengawasan Pemerintah Pusat. Hal ini
membiayai kegiatan pemerintahan,
memicu ketidakpercayaan terhadap daerah
pembangunan dan pelayanan kepada
untuk melakukan obligasi daerah karena daerah
masyarakat yang telah membayar pajak dan
dianggap belum mampu untuk menerbitkan
retribusi sebagai sumber yang diperlukan daerah
obligasi daerah.
(Halim, 2007:232). Tujuan dari penelitian ini
Daerah juga dianggap belum mampu
adalah untuk menganalisis relatif kemandirian
untuk penyusunan laporan keuangan seperti di
keuangan Provinsi Jawa Tengah dibandingkan
Pemerintah Pusat. Dalam penerbtan obligasi
Provinsi lain serta mengidentifikasi potensi dan
daerah juga dirasa rumit dan panjang yang
peluang Provinsi Jawa Tengah dalam penerbitan
dituangkan dalam Peraturan Menteri Keuangan
obligasi daerah serta menganalisis strategi
No. 111/PMK.07 Tahun 2012 Tentang Tata
penerbitan obligasi daerah di Provinsi Jawa
Cara Penerbitan dan Pertanggungjawaban
Tengah.
Obligasi Daerah. Prosedur penerbitan obligasi
daerah dimulai dari penentuan kegiatan,
METODE PENELITIAN
melaksanakan kegiatan persiapan, mengajukan
persetujuan DPRD, mengajukan usulan Jenis penelitian yang digunakan dalam
penerbitan kepada menteri keuangan, penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif
pembuatan perda dan penawaran umum di pasar dengan menggunakan metode analisis deskriptif
modal serta pengelolaan obligasi daerah. Dalam dan Analisis Hierarki Proses (AHP). Metode
prosedur penerbitan obligasi daerah memang analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui
melibatkan Pemerintah Pusat dan daerah serta permasalaha pada penerbitan obligasi daerah
harus memenuhi beberapa persyaratan dalam melalui kemandirian keuangan Provinsi Jawa
aturan pasar modal. Hal inilah yang memberikan Tengah serta potensi dan peluang Provinsi Jawa
kesan bahwa penerbitan obligasi daerah rumit Tengah dalam penerbitan obligasi daerah.
dan panjang. Sedangkan, Analisis Hierarki Proses (AHP)
Menurut Undang-Undang Nomor 33 untuk mengetahui strategi yang harus dilakukan
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan dalam rangka penerbitan obligasi daerah sebagai
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah alternatif sumber penerimaan daerah di Provinsi
Daerah, syarat penerbitan obligasi daerah juga Jawa Tengah.
harus memenuhi jumlah sisa pinjaman daerah Sumber data yang digunakan dalam
ditambah dengan jumlah pinjaman yang akan penelitian ini berasal dari: (1) Data Primer

269
Ardita Dewi Yulianti / Economics Development Analysis Journal 7 (3) (2018)

diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner Pengendalian Jumlah Kumulatif Defisit APBN
AHP, (2) Data Sekunder diperoleh dari dokumen dan APBD serta Jumlah Kumulatif Pinjaman
publikasi atau laporan penelitian dari dinas atau Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
instansi maupun sumber data lainnya yang menyebutkan bahwa jumlah kumulatif pokok
menunjang. pinjaman daerah yang wajib dibayar tidak
Data primer diperoleh dari narasumber melebihi dari jumlah Penerimaan Umum
yang merupakan unsur pemerintah berjumlah 8 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah tahun
orang dengan melakukan wawancara. Selain itu, sebelumnya. Selain itu, berdasarkan proyeksi
data primer juga diperoleh dari keyperson untuk penerimaan dan pengeluaran daerah tahunan,
perumusan kebijakan dalam Analisis Hierarki dalam jangka waktu pinjaman Debt Service
Proses (AHP) yang diperoleh juga dari unsur Couverage Ratio (DSCR) paling sedikit adalah 2,5.
pemerintah BPKAD Provinsi Jawa Tengah dan Pengukuran tingkat solvabilitas dilakukan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah untuk melihat indikator yang menunjukkan
Provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan kemampuan Pemerintah Daerah dalam
angket atau kuesioner AHP. Keyperson tersebut melakukan pinjaman tambahan. Nilai batas
ditentukan berdasarkan kriteria kepakaran dan maksimum pinjaman ditentukan tidak boleh
keterlibatannya dalam upaya penerbitan obligasi melebihi 75% dari Penerimaan Umum APBD.
daerah. Dalam penelitian ini batas maksimum pinjaman
didasarkan pada APBD Provinsi Jawa Tengah
HASIL DAN PEMB AHASAN tahun 2010-2014 yang secara rinci dapat dilihat
pada tabel berikut:
Kemandirian Keuangan Provinsi Jawa
Tengah dibandingkan dengan Provinsi lain yang
Tabel 2. Batas Maksimum Pinjaman
ada di Pulau Jawa, kemandirian keuangan
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2010-
daerah dapat dilihat dari besarnya PAD
2014
dibandingkan dengan total pendapatan.
Tahun PU APBD Batas BMPK
Kemandirian keuangan daerah Provinsi Jawa
Maksi
Tengah dibandingkan dengan Provinsi lain yang
mum
ada di Pulau Jawa seperti pada tabel berikut ini:
2010 7.543.415 0,75 5.657.561,
Tabel 1. Kemandirian Keuangan Daerah 25
(%) 2011 8.850.468 0,75 6.637.851
Tahun DKI Jawa Jawa Jawa 2012 9.740.385 0,75 7.305.288,
Jakarta Barat Tengah Timur 75
2010 56 75 72 74 2013 10.546.576 0,75 7.909.932
2011 62 77 74 77 2014 11.019.280 0,75 8.264.460
2012 62 59 57 62 Sumber: Data Pengolahan Hasil Penelitian
2013 68 64 62 64 (2017)
2014 71 67 65 70
Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Pengukuran tingkat likuiditas
Keuangan, 2016. menunjukkan tingkat kemampuan Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Tengah untuk membayar
Potensi dan Peluang Provinsi Jawa hutangnya yang telah jatuh tempo. Pengukuran
Tengah dalam Penerbitan Obligasi Daerah, tingkat likuiditas dapat menggunakan Debt
ketentuan yang harus dipenuhi oleh suatu daerah Service Couverage Ratio (DSCR). Nilai dari Debt
untuk dapat melakukan pinjaman berdasarkan Service Couverage Ratio (DSCR) digunakan untuk
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 mengetahui kemampuan suatu daerah dalam
Tentang Pinjaman Daerah dan Peraturan membayar cicilan pokok dan bunga atas
Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003 Tentang pinjaman yang telah dilakukan termasuk atas
270
Ardita Dewi Yulianti / Economics Development Analysis Journal 7 (3) (2018)

penerbitan obligasi daerah. Nilai minimum hanya sebesar 1,4 tetapi pada tahun 2011
DSCR berdasarkan Peraturan Pemerinah mengalami peningkatan sebesar 1,5. Pada tahun
Nomor 30 Tahun 2011 sebesar 2,5 dengan 2012 nilai dari Debt Service Couverage Ratio
memperhatikan perkembangan perekonomian (DSCR) meningkat menjadi 2 dan tahun 2013
nasional dan kapasitas fiskal daerah. nilai Debt Service Couverage Ratio (DSCR) kembali
Asumsi yang digunakan untuk meningkat menjadi 2,2. Sehingga dari tahun
menghitung nilai DSCR Pemerintah Provinsi 2010 sampai dengan tahun 2013 Provinsi Jawa
Jawa Tengah adalah nilai nominal adalah nilai Tengah belum bisa menerbitkan obligasi daerah
batas maksimum Pemerintah Daerah dapat karena belum memenuhi standar minimum.
melakukan pinjaman seperti yang tertera pada Sementara itu, hasil penghitungan Debt
tabel 4.3 di atas dan untuk jangka waktu tempo Service Couverage Ratio (DSCR) Pemerintah
yang ditetapkan adalah selama 25 tahun serta Daerah Provinsi Jawa Tengah sudah memenuhi
tingkat suku bunga sebesar 11,5 % melihat dari syarat penerbitan dari tingkat likuiditasnya
pergerakan yield Surat Utang Negara tahun 2015. karena nilai dari Debt Service Couverage Ratio
Selain itu, tidak terjadi perubahan peraturan (DSCR) minimum yang telah disyaratkan oleh
perundang-undangan khususnya yang berkaitan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011
dengan keuangan daerah serta penerbitan Tentang Pinjaman Daerah yaitu sebesar 2,5
obligasi harus melalui pasar modal. dapat terpenuhi. Pada tahun 2014, nilai DSCR
Penghitungan Debt Service Couverage Ratio Provinsi Jawa Tengah sebesar 2,54.
(DSCR) Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Asumsi yang digunakan untuk
secara rinci sebagai berikut. menghitung Debt Service Couverage Ratio (DSCR)
atas penerbitan obligasi daerah ini yaitu nilai
Tabel 3. Penghitungan DSCR Provinsi nominal obligasi daerah didasarkan nilai batas
Jawa Tengah Tahun 2010-2014 maksimum pinjaman, suku bunga pada tahun
(dalam jutaan rupiah untuk penghitungan 2010 sebesar 10,79%, 2011 sebesar 10,94%, 2012
obligasi daerah) sebesar 11,48%, 2013 sebesar 11,91%, 2014
Tahun Nominal Suku Jatuh DSCR sebesar 12,42% melihat pergerakan yield SUN
Obligasi Bunga Tempo dan jangka waktu jatuh tempo obligasi daerah
2010 5.657.561, 10,79% 25 1,44766 selama 25 tahun.
25 tahun 623
Strategi Penerbitan Obligasi Daerah di
2011 6.637.851 10,94% 25 1,55925
tahun 395
Provinsi Jawa Tengah, program penerbitan
2012 7.305.288, 11,48% 25 1,99515 obligasi daerah di Provinsi Jawa engah terkait
75 tahun 851 dengan beberapa aspek utama antara lain: aspek
2013 7.909.932 11,91% 25 2,17101 kemandirian keuangan daerah, aspek
tahun 128 kemampuan keuangan daerah, dan aspek sumber
2014 8.264.460 12,42% 25 2,54150 daya manusia.
tahun 945 Berdasarkan pendapat gabungan para
Sumber :Data Pengolahan Hasil Penelitian keyperson menunjukkan bahwa aspek sumber
(2017) daya manusia (nilai bobot 0,427) merupakan
kriteria paling penting yang perlu diperhatikan
Berdasarkan hasil penghitungan Debt
dalam upaya penerbitan obligasi daerah. Aspek
service Couverage Ratio (DSCR) di atas, dari tahun berikutnya yang perlu diperhatikan adalah aspek
2010 sampai 2013 Provinsi Jawa Tengah tidak kemandirian keuangan daerah (nilai bobot
layak untuk menerbitkan obligasi daerah karena 0,383). Aspek kemampuan keuangan daerah
nilai dari Debt Service Couverage Ratio (DSCR) (nilai bobot 0,191). Nilai inconsistency ratio
tidak memenuhi nilai minimum yang telah 0,01< 0,1 (batas maksimum) yang berarti bahwa
ditetapkan yaitu sebesar 2,5. Pada tahun 2010 hasil analisis tersebut dapat diterima.
nilai dari Debt Service Couverage Ratio (DSCR)

271
Ardita Dewi Yulianti / Economics Development Analysis Journal 7 (3) (2018)

Tabel 3. Kriteria Penerbitan Obligasi Berdasarkan hasil pengolahan penelitian


Daerah di atas dapat diketahui bahwa pelatihan
No Program Nilai Keterangan pelaporan keuangan yang menganut standar
Bobot akuntasi keuangan pusat merupakan alternatif
1. Kemandirian 0,383 Inconsistency yang paling menjadi prioritas dalam penerbitan
Keuangan Ratio = 0,01 obligasi daerah dari aspek sumber daya manusia
Daerah dengan persentase prioritas sebesar 67,8%.
2. Kemampuan 0,191 Selanjutnya yang menjadi prioritas kedua adalah
Keuangan pemilihan sumber daya manusia yang kompeten
Daerah dibidang obligasi daerah dengan persentase
3. Sumber Daya 0,427 prioritas sebsar 17,8%. Prioritas yang terakhir
Manusia adalah membentuk badan atau lembaga sendiri
Sumber: Data Primer, diolah (2017) yang mengurusi tentang obligasi daerah dengan
persentase prioritas sebsar 14,2%. Nilai dari
Terpilihnya aspek sumber daya manusia inconsistency ratio 0,05 < 0,1 (batas maksimum)
sebagai prioritas utama yang harus diperhatikan yang berarti hasil dari analisis tersebut dapat
dalam upaya penerbitan obligasi daerah diterima.
mencerminkan bahwa tingkat kemampuan Aspek Kemandirian Keuangan Daerah,
sumber daya manusia pada instansi aspek kedua dalam strategi penerbitan obligasi
pemerintahan yang mengerti masalah obligasi daerah senagai alternatif sumber penerimaan
daerah sangat erat kaitannya dengan program daerah di Provinsi Jawa Tengah adalah aspek
penerbitan obligasi daerah sebagai alternatif kemandirian keuangan daerah.
sumber peerimaan daerah di Provinsi Jawa
Tengah. Tabel 5. Kriteria Kemampuan Keuangan
Aspek Sumber Daya Manusia, krieria Daerah
Kriteria Aspek Nilai Keterangan
pertama yang menjadi prioritas dalam penerbitan
Kemandirian Keuda Bobot
obligasi daerah sebagai alternatif sumber
Menggali potensi 0,121 Inconsistency
penerimaan daerah di Provinsi Jawa Tengah
daerah yang bisa Ratio = 0,05
adalah kriteria sumber daya manusia. dijadikan sumber
PAD
Tabel 4. Kriteria Sumber Daya Manusia Meminimalkan dana 0,607
Kriteria Sumber Nilai Keterangan perimbangan agar
Daya Manusia Bobot Pemerintah Daerah
Pemilihan sumber 0,178 Inconsistency tidak terlalu
daya manusia yang Ratio = 0,05 bergantung kepada
kompeten di bidang Pemerintah Pusat
obligasi daerah Efektivitas dan 0,271
Pelatihan pelaporan 0,678 efisiensi PAD
keuangan yang Sumber: Data Primer, diolah (2017)
menganut standar
akuntani pelaporan
Berdasarkan hasil pengolahan data
keuangan pusat
Membentuk badan 0,142 penelitian di atas, dapat diketahui bahwa
atau lembaga yang meminimalkan dana perimbangan agar
mengurusi tentang Pemerintah Daerah tidak terlalu bergantung
obligasi daerah kepada Pemerintah Pusat merupakan alternatif
Sumber: Data Primer, diolah (2017) yang paling menjadi prioritas dalam penerbitan

272
Ardita Dewi Yulianti / Economics Development Analysis Journal 7 (3) (2018)

obligasi daerah dari aspek kemandirian daerah dengan persentase prioritas sebesar
keuangan daerah dengan persentase prioritas 47,6%. Selanjutnya yang menjadi prioritas kedua
sebesar 60,7%. Selanjutnya yang menjadi untuk penerbitan obligasi daerah di Provinsi
prioritas kedua untuk menerbitkan obligasi Jawa Tengah adalah efektivitas dan efisiensi
daerah adalah efektivias dan efisiensi belanja daerah dengan persentase prioritas
Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan sebesar 43,8%. Prioritas terakhir adalah
persentase prioritas sebesar 27,1%. Prioritas yang optimalisasi pajak daerah dan retribusi daerah
terakhir adalah menggali potensi daerah yang dengan perentase prioritas sebesar 0,086%. Nilai
bisa dijadikan sumber Pendapatan Asli Daerah inconsistency ratio 0,01 < 0,1 (batas maksimum)
(PAD) dengan persentase prioritas sebesar yang berarti hasil analisis tersebut dapat
12,1%. Nilai inconsistency ratio 0.05 < 0,1 (batas diterima. Implikasi penting dari hal tersebut
maksimum) yang berarti hasil dari analisis adalah perlu adanya profesionalitas dari
tersebut dapat diterima. Dari hasil tersebut perusahaa-perusahaan daerah yang sudah ada.
didapat urutan alternatif strategi yang perlu Banyak perusahaan daerah di Provinsi Jawa
dilakukan agar penerbitan obligasi daerah sebaai Tengah yang tidak memiliki profesionalitas
alternatif sumber penerimaan daerah di Provinsi sebagai perusahaan daerah
Jawa Tengah dari aspek kemandirian keuangan .
daerah. SIMPULAN
Aspek Kemampuan Keuangan Daerah, aspek
Kemandirian keuangan daerah Provinsi
terakhir yang perlu dipertimbangkan dalam
Jawa Tengah dibanding Provinsi yang ada di
penerbitan obligasi daerah sebagai alternatif
Pulau Jawa lainnya cenderung stabil bahkan dari
sumber penerimaan daerah di Provinsi Jawa
tahun 2010 hingga 2014 mengalami peningkatan.
Tengah adalah aspek kemampuan keuangan
Hal ini sangat baik karena daerah yang ingin
daerah.
menerbitkan obligasi daerah harus memiliki
kemandirian keuangan daerah. Provinsi Jawa
Tabel 6. Kriteria Kemampuan Keuangan Daerah
Tengah mempunyai potensi dan peluang dalam
No. Kriteria Nilai Keterangan
penerbitan obligasi daerah karena pada tahun
Kemampuan Bobot
2014 telah memenuhi syarat penerbitan obligasi
Keuda
daerah dari sisi tingkat solvabilitas dan likuiditas
1. Efektivitas dan 0,438 Inconsistency
sebesar 2,54 yang berarti telah memenuhi standar
efisiensi belanja Ratio = 0,01
minimum Debt Service Couverage Ratio
daerah
(DSCR) yaitu sebsar 2,5. Meskipun Provinsi
2. Optimalisasi 0.086
Jawa Tengah telah memenuhi syarat tingkat
pajak daerah
solvabilitas dan likuiditas karena dapat
dan retrbusi
memenuhi persyaratan penerbitan obligasi
daerah
daerah, namun sampai saat ini Provinsi Jawa
3. Profesionalitas 0.476
Tengah belum mempunyai keberanian untuk
perusahaan
menerbitkan obligasi daerah. Provinsi Jawa
daerah yang
Tengah diras belum mempunyai kesiapan dalam
sudah ada
sumber daya manusia jika obligasi daerah benar-
Sumber: Data Primer, diolah (2017)
benar diterapkan. Padahal Provinsi Jawa Tengah
memiliki banyak proyek-proyek besar yang akan
Berdasarkan hasil pengolahan data
sangat menguntungkan jika dibiatai dengan
penelitian di atas dapat diketahui bahwa
obligasi daerah karena akan mendatangkan
profesionalitas perusahaan daerah yang sudah
manfaat bagi daerah.
ada merupakan alternatif yang menjadi prioritas
Strategi penerbitan obligasi daerah melalui
dalam penerbitan obligasi daerah di Provinsi
AHP yang dilakukan terhadap 8 keyperson yang
Jawa Tengah dari aspek kemampuan keuangan
273
Ardita Dewi Yulianti / Economics Development Analysis Journal 7 (3) (2018)

terdiri dari unsur pemerintahan menunjukkan DAFTAR PUSTAKA


bahwa aspek kemandirian keuangan daerah
Anggiasari, Ni Made. 2016. Sikap dan Pengambilan
(0,491) merupakan aspek yang paling penting Keputusan Pembelian Sayuran Organik Oleh
yang perlu diperhatikan dalam strategi Konsumen di Kota Bandar Lampung. Skripsi.
penerbitan obligasi daerah sebagai alternatif Bandar Lampung. Universitas Lampung.
sumber penerimaan daerah di Provinsi Jawa B.N. Marbun. 2003. Kamus Manajemen. Jakarta:
Tengah. Aspek berikutnya adalah aspek Pustaka Sinar Harapan.
kemampuan keuangan daerah (0,276) dan aspek Cahyadin, Malik dan Dora Indriana. 2005.
“Kemungkinan Penerbitan Obligasi Daerah:
sumber daya manusia (0,233). Sedangkan
Studi Kasus Pemerintah Daerah di Provinsi
kriteria dan alternatif secara keseluruhan
Jawa Timur”. Dalam Simposium Riset
(overall) yang menjadi prioritas penerbitan
Ekonomi II. Surabaya: Ikatan Sarjana
obligasi daerah dilakukan dengan melakukan Ekonomi Indonesia.
pelatihan pelaporan keuangan yang menganut Dirjen Perimbangan Keauangan. 2010-2014. Data
standar akuntansi keuangan pelaporan Keuangan Daerah Tahun 2010-2014. Dirjen
Pemerintah Pusat, meminimalkan dana Perimbangan Keuangan. Jakarta: Kementrian
perimbangan agar Pemerintah Daerah tidak Keuangan.
terlalu bergantung kepada Pemerintah Pusat, Badan Pusat Statistik. 2010-2014. Jawa Tengah Dalam
Angka 2010-2014. Badan Pusat Statistik
serta meningkatkan profesionalitas perusahaan
Provinsi Jawa Tengah. Semarang: Badan
daerah yang sudah ada.
Pusat Statistik..
Kemandirian keuangan Provinsi Jawa Hadi, Sasana. 2009. Peran Desentralisasi Fiskal
Tengah sudah baik dan stabil hanya perlu Terhadap Kinerja Ekonomi di
dipertahankan dan ditingkatkan agar Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Tengah.
kemandirian keuangan Provinsi Jawa Tengah Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.10 (1)
dapat terus stabil, Potensi dan peluang Juni.
penerbitan obligasi daerah Provinsi Jawa Tengah Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Daerah.
dari sisi tingkat likuiditas dan solvabilitas sudah Buku Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit Salemba
Penerbit Yogyakarta.
terpenuhi tetapi untuk sumber daya manusia
Halim, Abdul. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah.
yang dimiliki masih belum siap sehingga perlu
Jakarta: Salemba Empat
banyak dilakukan upaya peningkatan Halim, Abdul. 2009. Problem Desentralisasi dan
kemampuan sumber daya manusianya, Perimbangan Keuanagan Pemerintah Pusat-
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah Daerah: Peluang dan Tantangan dalam
disarankan untuk lebih banyak mengadakan Pengelolaan Sumber Daya Daerah.
pelatihan pelaporan keuangan karena tidak Yogyakarta. Sekolah Pascasarjana UGM.
semua instansi pemerintahan sudah menganut Halim, Abdul.2014. Manajemen Keuangan Sektor
standar akuntansi keuangan pusat. Hal ini Publik. Jakarta. Salemba Empat.
Hardjana, M. Agus. 2001. Training SDM Yang
dilakukan agar pelaporan keuangan Pemerintah
Efektif. Yogyakarta: Kanisius.
Daerah menganut standar akuntansi keuangan
Mahardika, I Gusti Ngurah Suryaadi dan Luh Gede
Pemerintah Pusat. Daerah juga sebaiknya mulai
Sri Artini. 2012. Analisis Kemandirian
meminimalkan dana perimbangan agar tidak Keuangan Daerah di Era Otonomi Pada
terlalu bergantung kepada Pemerintah Pusat. Pemerintah Kabupaten Tabanan. Denpasar.
Selain itu, profesionalitas perusahaan daerah Universitas Udayana.
juga harus diperbaiki agar memenuhi Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian
kewajibannya karena pada intinya pembentukan Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
perusahaan daerah diharapkan mampu Mulyadi. S. 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia
dalam Perspektif Pembangunan. Jakarta: Raja
memeberikan sumbangan bagi daerah atau turut
Grafindo.
berkontribusi untuk pembangunan daerah agar
Muzakki, Iko Taufik. 2012. Analisis Perbandingan
pembangunan di daerah dapat terus berjalan.
Kinerja Perusahaan yang Menerbitkan
Obligasi Daerah dengan Perusahaan yang
274
Ardita Dewi Yulianti / Economics Development Analysis Journal 7 (3) (2018)

Menerbitkan Obligasi Konvensional. Skripsi. Simanjuntak, Payaman J. 2001. Pengantar Ekonomi


Yogyakarta. Universitas Islam Negeri Sunan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Lembaga
Kalijaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Okta, Dewi dan David Kaluge. 2011. “Analisis Indonesia.
Peluang Penerbitan Obligasi Daerah Sebagai Sucihatiningsih, DWP. 2013. Metode Analisis
Alternatif Pembiayaan Daerah”. Journal of Efisiensi Produksi dan Pengambilan
Indonesian Applied Economics. Vol.5, No.2, Keputusan Bidang Ekonomi Pertanian.
October, 2011, Hal. 157-171. Semarang: Unnes Press.
Pambudi, Hasan. 1981. Dasar dan Teknik Penerbitan Sugiyono, 2014. Memahami Penelitian Kualitatif.
Buku. Jakarta. Sinar Harapan Tersedia. Bandung. Alfabeta
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Suryani, Irma. 2009. Analisis Strategi Peningkatan
Nomor 111/PMK.07 Tahun 2012 Tentang Pendapatan Retribusi Pasar di Kabupaten
Tata Cara Penerbitan dan Pekalongan. Skripsi. Semarang. Universitas
Pertanggungjawaban Obligasi Daerah, 2016. Diponegoro.
Jakarta. S. Purnomo, Budi. 2006. “Obligasi Daerah Sebagai
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30 Alternatif Pembiayaan Pembangunan Daerah
Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, 2016. di Indonesia”. Dalam Jurnal Prosiding
Jakarta. Kopertis Wilayah IV. Vol.2, No.1, April, 2006.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33
Pengendalian Jumlah Kumulatif APBN dan Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
APBD serta Jumlah Kumulatif Pinjaman Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Daerah, 2016. Jakarta.
2016. Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23
Prasetya, Devi. 2008. Analisis Perbedaan Kinerja Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah,
Perusahaan Sebelum dan Setelah Penerbitan 2016. Jakarta.
Obligasi Syariah di Indonesia Periode Widjajani dan Dede Siti Rohmah. 2013. “Model
Penelitian 2003-2007. Skripsi. Depok. Perilaku Strategis Pengusaha Industri Kecil
Universitas Indonesia. Dalam Membangun Keuanggulan Kompetitif
Rangkuti, Freddy. 2008. Analisis SWOT Teknik (Studi Kasus Pengusaha Batik Tasikmalaya)”.
Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT. Media Riset Bsnis dan Manajemen, Vol. 13,
Gramedia Pustaka Utama. No.1, April 2013 pp. 62-75.
Richard L. Daft. 2010. Era Baru Manajemen. Edisi 9:
Salemba Empat.
1

275

Anda mungkin juga menyukai