Anda di halaman 1dari 3

Mengembangkan Kolaborasi Bersama Pemerintah Daerah

Charles Jimmy
Senin, 12 Desember 2022 pukul 12:50:03   |   93 kali

Pada bulan Agustus yang lalu, Kepala Kanwil DJKN Sulawesi Selatan, Tenggara dan Barat
menandatangani Nota Kesepahaman dengan Bupati Sinjai (salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan). Nota
Kesepahaman ini merupakan wujud dari rencana kerja sama kedua pihak dalam pengelolaan kekayaan
Negara. Adapun pokok-pokok kerja sama meliputi pengelolaan BMD, penilaian BMD termasuk potensi
kerja sama pertukaran data properti, pengelolaan piutang daerah, penjualan BMD maupun barang milik
BUMD secara lelang, pelaksanaan lelang produk UMKM, asistensi pelaksanaan penilaian BMD dan
BMDes, serta aset BUMD dan BUMDes, sosialisasi serta dukungan dan koordinasi instansi untuk
percepatan pensertipikatan BMN.

Melihat posisi strategis DJKN di daerah, sudah selayaknya unit vertikal DJKN menjalin hubungan kerja
sama dengan Pemda dalam wilayah kerjanya. DJKN merupakan salah satu unit Kementerian Keuangan
yang memiliki kantor vertikal di daerah. Dengan kapasitas dan kapabalitas di bidang pengelolaan kekayaan
Negara, penilaian dan lelang, DJKN menyimpan knowledge yang belum dikenal luas oleh pemerintah
daerah. Padahal komponen-komponen seperti aset dan piutang merupakan bagian dari pengelolaan
keuangan daerah secara menyeluruh.

Lalu apa saja yang bisa dilakukan DJKN? Pertama adalah knowledge transfer. Contoh, DJKN berbagi ilmu
dengan pemda untuk pengelolaan BMD. Di daerah, aset umumnya tidak mendapat perhatian khusus
sehingga belum tertata dengan baik. DJKN sebagai pengelola BMN dapat memberikan sosialisasi untuk
pengelolaan BMD yang sesuai tata kelola, sehingga daerah mampu mengatur aset dan mengoptimalisasi
untuk penerimaan kas daerah. Di samping itu, piutang daerah juga bagian dari aktiva yang banyak menjadi
temuan Badan Pemeriksa Keuangan di daerah, namun pemda mengalami kesulitan untuk
menyelesaikannya. Expertise yang dimiliki DJKN dalam pengelolaan piutang seyogianya mendorong
pemda agar mampu mengelola dan menyelesaikan piutang secara prudent. Dengan terbitnya Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.06/2022 tentang Penghapusan Piutang Daerah yang Tidak Dapat
Diserahkan Pengurusannya Kepada Panitia Urusan Piutang Negara (PMK 137/2022), DJKN perlu
mengintensifkan sosialisasi PMK tersebut agar pemda dapat memiliki pemahaman lebih baik mengenai
pengelolaan piutang daerah, atau setidaknya bekerja sama dengan kanwil dalam pengurusan piutang.

Selanjutnya, DJKN bisa terlibat langsung dalam kegiatan penilaian maupun memberikan pendampingan di
lapangan atas penilaian aset BMD, BMDes, BUMD dan BUMDes. Penilaian tersebut dijalankan dalam
rangka penyusunan laporan keuangan, pemanfaatan dan pemindahtanganan. Ketentuan perundang-
undangan memungkinkan penilai DJKN melakukan penilaian atas aset-aset daerah berdasarkan
permohonan dari pemda. Hal ini bisa dilakukan dalam kondisi pemda belum memiliki tenaga penilai yang
kompeten. Namun, untuk jangka panjang, penilai DJKN dapat memberikan asistensi guna pembentukan
(pengadaan) penilai di pemda sekaligus pendampingan secara teknis mengenai metode penilaian dan
penyusunan laporan penilaian.

Lelang merupakan tusi DJKN yang paling dikenal di masyarakat dan pemda karena keberadaan Kantor
Lelang Negara (sekarang KPKNL) sudah ada sejak lama. Namun demikian, masih banyak pemda yang
belum mengoptimalkan penjualan secara lelang atas aset-aset yang sudah rusak berat. Malahan, aset
tersebut dibiarkan terbengkalai di tanah kosong atau gudang. Oleh karena itu, perlu mensosialisasikan
secara aktif lelang DJKN kepada pemda. Saat ini juga sedang digalakkan pengembangan UMKM di
daerah. Program lelang UMKM tentunya dapat menjadi salah satu media untuk menjembatani produsen
UMKM dengan konsumen, agar produk UMKM semakin meluas di masyarakat.

Kolaborasi DJKN dan pemda tentunya akan mendatangkan sejumlah manfaat bagi kedua pihak. Bagi
pemda, manfaat finansial yang bisa diperoleh adalah terkait pendapatan asli daerah (PAD) pada komponen
lain-lain PAD yang sah, yakni penerimaan dari pemanfaatan dan penjualan BMD. Berdasarkan data Badan
Pusat Statistik, pada tahun 2021 jumlah lain-lain PAD yang sah adalah sebesar Rp48,85 triliun dari 514
kabupaten/kota atau rata-rata sebesar Rp95,04 miliar per kabupaten/kota. Di dalam komponen PAD
tersebut, selain penerimaan dari pemanfaatan dan penjualan BMD, juga termasuk jasa giro, pendapatan
bunga, keuntungan selisih nilai tukar dan tuntutan ganti rugi. Artinya penerimaan dari pengelolaan aset
masih dapat dioptimalkan untuk menggenjot PAD.

Selain dampak keuangan, kerja sama dimaksud diharapkan mampu meningkatkan kompetensi pegawai
pemda dalam pengelolaan aset daerah, pengurusan piutang dan pada jangka waktu panjang, mampu
melakukan penilaian BMD secara mandiri. Dengan kemampuan tersebut, diharapkan masalah
terbengkalainya aset-aset daerah dapat ditangani, piutang daerah dapat diselesaikan dan UMKM semakin
berkembang, sehingga dapat berkontribusi pada kemajuan daerah dan kemajuan bangsa.

Di sisi DJKN, kolaborasi ini diharapkan sebagai media untuk semakin mengenalkan DJKN
ke pemda, sehingga dapat memperkuat reputasi organisasi. Dengan semakin dikenalnya
DJKN, berita negatif mengenai pengelolaan aset dan lelang dapat dicegah penyebarannya. Di
samping itu, diharapkan DJKN dapat meminta bantuan pemda dalam penyelesaian BMN
bermasalah di daerah, karena pemda memiliki posisi yang lebih kuat dengan masyarakat
setempat. Pada akhirnya, berbagi ilmu merupakan salah satu bentuk pembelajaran. Melalui
kegiatan tersebut, kompetensi pegawai DJKN dalam pengelolaan aset, pengurusan piutang,
lelang dan penilaian akan semakin meningkat.
Penulis: Charles Jimmy, Seksi Informasi, Bidang Kepatuhan Internal, Hukum, dan Informasi,
Kantor Wilayah DJKN Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Barat

Anda mungkin juga menyukai