PIUTANG NEGARA
A. PENDAHULUAN
Saat ini Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) diberi batas waktu pengurusan
piutang negara hingga tahun 2014. Bila melihat kondisi sistem pengurusan piutang negara yang
belum efektif kemungkinan akan sulit bagi DJKN untuk bisa menyelesaikan piutang negara
secara keseluruhan. Namun setidaknya perlu diupayakan secara optimal agar kasus piutang
negara bisa berkurang secara signifikan sehingga pengembalian piutang negara berjalan
maksimal dan kerugian negara pun dapat diminimalisir.
Outsanding piutang negara yang dikelola DJKN per 31 Oktober 2010 masih sekitar
Rp62,64 triliun. Dengan komposisi yakni piutang negara dari perbankan sebesar Rp20,36 triliun
atau 32 persen, serta piutang negara nonperbankan sebesar Rp42,28 triliun atau 68 persen.
Per November 2010, piutang negara yang dapat diselesaikan (PNDS) sudah mencapai
Rp553,2 miliar, dari target 2010 sebesar Rp770 miliar. Sedangkan biaya administrasi
pengurusan piutang negara yang disetorkan ke kas negara sebesar Rp46,81 miliar.1
Dalam melakukan recovery piutang negara harus memperhatikan aspek efisiensi
pengurusan. Pengurusan piutang negara, baik yang dilakukan dengan cara penagihan,
penjualan barang jaminan maupun restrukturisasi harus dibandingkan antara satu dengan
lainnya. Misalnya, apabila nilai barang jaminan dan Net Present Value (NPV) dari restrukturisasi
tidak jauh berbeda maka debt recovery melalui penjualan barang jaminan akan lebih efisien
daripada restrukturisasi karena hasinya lebih pasti dan lebih cepat mengurangi outstanding
piutang negara.
Hingga saat ini penyelesaian piutang negara mengalami kendala yang besar. Tingkat
recovery value yang diharapkan dari penagihan dan penjualan barang jaminan masih sangat
rendah. Meskipun demikian, cara-cara pengurusan seperti itu masih sangat dominan dan tidak
mengupayakan rescue program dalam menyelamatkan keuangan negara.
Kendala utama yang dihadapi DJKN dalam mengoptimalkan pengurusan piutang negara
terletak pada karakteristik piutang negara. Berdasarkan karakteristik piutang negara, BKPN
yang diserahkan oleh penyerah piutang pada awalnya memang sudah bermasalah. Ada
beberapa karakteristik piutang negara yang sedang ditangani DJKN saat ini, antara lain:
1
Sumber: Direktorat Piutang Negara dan Kekayaan Lain-lain, DJKN
relatif sangat sedikit, yaitu sekitar 10% dari outstanding piutang negara yang diserahkan.
Piutang negara dikatakan tidak potensial karena memiliki beberapa sebab sebagai berikut:
Kasus piutang negara yang diurus oleh DJKN merupakan kasus-kasus yang sulit
diselesaikan karena kondisi piutang ketika diserahkan sudah tidak bisa ditangani oleh
penyerah piutang.
Kasus yang berasal penyerah piutang bank merupakan kasus kredit yang sebelumnya
sudah diupayakan secara maksimal bahkan mungkin sudah dilakukan upaya
restrukturisasi namun tetap saja tidak bisa diselesaikan.
Kasus piutang negara dari Bank Dalam Likuidasi (BDL) merupakan kasus yang
sebelumnya sudah ditangani oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang
kemudian penanganannya dilimpahkan kepada Perusahaan Pengelola Aset (PPA).
Namun setelah beberapa kali diurus tidak selesai kemudian diserahkan kepada DJKN.
Menurut Direktur Piutang Negara dan Kekayaan Negara Lain-lain, DJKN, bahwa
sebagian besar piutang negara berasal dari tagihan atas aset eks BPPN yang jumlahnya
mencapai Rp30 triliun.2 Hingga November 2010, total aset yang sudah diselesaikan
sekitar Rp194,7 miliar, dengan outstanding penanganan meliputi 4.709 debitur, jumlah
Rp4.340.958.226.588,62, US$164.765.037,65, Euro 358.687, DM 500000, dan Yen
5.615.941.858,85. Total outstanding juga terdiri dari Obligor PKPS (PUPN) dengan jumlah
10 obligor, totalnya Rp13.086.529.430.308,40. Aset Properti dengan jumlah 395 aset,
dengan jumlah Rp405.286.605.275. Aset Inventaris dengan jumlah 58.937 aset, dengan
jumlah Rp16.247.173.622. Juga Nostro dengan jumlah Rp 478.622.000.000.3
Kasus piutang negara yang berasal dari BUMN diserahkan dengan data piutang yang
sudah lama bahkan berpuluh-puluh tahun.
Kasus piutang negara nonperbankan merupakan kasus yang tidak segera diserahkan
oleh penyerah piutang (instansi pemerintah). Kasus ini terus dibiarkan (diterlantarkan)
macet selama bertahun-tahun hingga pada akhirnya baru dilakukan penyerahan setelah
tidak bisa diselesaikan.
2
Bataviase.co.id
3
Tempointeraktif.com
Sebagian dari piutang yang diserahkan mempunyai potensi terdapat masalah hukum,
seperti pengikatan barang jaminan kurang kuat, tidak sahnya dokumen kepemilikan,
barang jaminan tidak didukung dengan dokumen yang lengkap, status barang jaminan
(tanah) yang telah habis masa berlakunya dan barang jaminan milik pihak ketiga.
3. Kondisi itikad penanggung hutang
Itikad penanggung hutang untuk melunasi hutangnya masih sangat rendah, sekitar 5% saja
yang melakukan penyelesaian hutang secara sukarela (angsuran dan pencairan barang
tidak dilakukan secara lelang);
B. PENGERTIAN
C. TAHAP RESTRUKTURISASI
Penyelesaian restrukturisasi piutang negara oleh DJKN diatur dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 128/PMK.06/2007. Menurut penulis, restrukturisasi piutang negara memiliki
beberapa model, antara lain:
1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif dimaksudkan untuk mengetahui latar belakang pengajuan permohonan
restrukturisasi, menilai itikad baik PH, menilai kemampuan usaha PH dan rencana pelunasan
hutang.
c. Analisis usaha PH
Analisis terhadap usaha merupakan suatu analisis yang penting karena untuk
mengetahui kemampuan usaha dalam menyelesaikan hutang. Analisis usaha ini pada
umumnya dilakukan terhadap beberapa hal, antara lain:
1) Kemampuan produksi, pemasaran produk, persaingan usaha, prospek usaha dan kegiatan
lain yang berhubungan dengan kegiatan usaha.
2) Aspek usaha, meliputi kondisi dan prospek sektor industri, pasar, produk atau jasa yang
dihasilkan, upaya yang telah dan akan dilakukan oleh PH untuk meningkatkan efesiensi dan
daya saing, serta identifikasi keunggulan kompetitif usaha PH.
Usaha yang memiliki prospek dan bisa dipulihkan kondisinya memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1) Adanya kemampuan perusahaan menghasilkan positive net cashflow
Perusahaan dikatakan memiliki prospek apabila output perusahaan dalam product life cycle
tidak berada dalam tahap decline tetapi pada tahap growth. Perusahaan yang menghasilkan
positive net cashflow berarti mampu menghasilkan laba operasional, dapat menutup biaya
operasional, membayar gaji karyawan dan biaya lain yang berkaitan dengan kelangsungan
usaha.
2) Menghasilkan multiplier effect
Perusahaan yang mempunyai efek multiplier harus mendapat perhatian khusus. Misalnya,
usaha yang memberi pengaruh besar terhadap sektor tenaga kerja dan perkembangan
usaha lainnya. Analisis restrukturisasi tidak hanya tertuju pada aspek keuangan saja tapi
harus memperhatikan dampak ekonomi dan sosial yang akan terjadi.
3) Prospek produk
Prospek produk perusahaan, baik barang atau jasa masih ada kemungkinan untuk tumbuh
dan mampu bersaing dengan produk sejenis di pasar. Oleh karena itu agar diperoleh produk
yang berkualitas perlu dilakukan riset dan pengembangan.
4) Peluang untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing
Di samping menghasilkan barang dan jasa, perusahaan harus bisa menjalankan efisiensi
usaha. Langkah ini dimaksudkan untuk mengantisipasi apabila target cashflow tak tercapai
maka perusahaan masih bisa menjaga stabilitas pertumbuhan usaha dengan
memanfaatkan besaran margin yang diperoleh selama melakukan efisiensi.
2. Analisis Kuantitatif
1) Analisis komparatif
Analisis komparatif atau perbandingan adalah suatu teknik analisis laporan keuangan
yang dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara horizontal dan
membandingkannya antara satu dengan yang lain, dengan menunjukkan informasi keuangan
atau data lainnya baik dalam bentuk rupiah atau unit. Teknik ini menunjukkan perubahan
kenaikan dan penurunan dalam bentuk rupiah atau unit, dan juga dalam persentase berupa
perbandingan atau rasio.
4) Analisis trend
Analisis trend (trend analysis) disebut juga analisis horizontal yaitu suatu teknik untuk
mengevaluasi serangkaian data laporan keuangan selama periode tertentu. Teknik analisis ini
biasanya digunakan untuk menganalisis laporan keuangan yang meliputi minimal 3 periode
atau lebih. Analisis trend bermanfaat untuk menilai situasi dan kondisi perusahaan yang telah
lalu serta memprediksi tren perusahaan di masa yang akan datang berdasarkan garis tren yang
terjadi.
5) Analisis rasio
Analisis rasio keuangan yang dilakukan terhadap suatu perusahaan akan membantu
dalam memberi pemahaman atas kondisi dan perkembangan kinerja perusahaan yang
dianalisis. Analisis rasio hanya akan memberi manfaat apabila diperbandingkan dengan standar
tertentu. Menurut Riyanto (1997:329), analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat dilakukan
dengan dua macam perbandingan, yaitu:
Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang
lalu (historis ratio) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan
datang dari perusahaan yang sama.
Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio semacam dari
perusahaan lain sejenis atau industri untuk waktu yang sama.
6) Analisis Dupont
Dupont sudah dikenal sebagai pengusaha sukses. Dalam bisnisnya ia memiliki cara
sendiri dalam menganalisis laporan keuangannya. Cara analisis Dupont hampir sama dengan
analisis laporan keuangan biasa namun pendekatannta lebih integratif dan menggunakan
komposisi laporan keuangan sebagai elemen analisisnya.
F. PENUTUP
Alwi, Syafaruddin, 1991, Alat-alat Analisis dalam Pembelanjaan, Penerbit Andi Offset,
Yogyakarta.
Harahap, Sofyan Syafri, 2004, Analisis Kritis atas Laporan Keuangan, Penerbit PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Keown, Arthur J. David F. Scott. John D. Martin. dan Jay W. Petty, 1999, Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan. Edisi ke-7, Penerjemah Chaerul D. Djakman, Penerbit PT
Salemba Empat, Jakarta.
Munawir, S., 1995, Analisa Laporan Keuangan, Edisi ke-4, Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Riyanto, Bambang, 1997, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi ke-4, Penerbit BPFE,
Yogyakarta.
Simamora, Henry, 2000, Akuntansi: Basis Pengambilan Keputusan Bisnis, Jilid II, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta.
Undang-undang Nomor 49 Prp. Tahun 1960 tanggal 14 Desember 1960 tentang Panitia Urusan
Piutang Negara (PUPN)
Peraturan Direktur Jenderal Kekayaan Negara Nomor PER-01/KN/2008 tanggal 22 April 2008
tentang Petunjuk Teknis Pengurusan Piutang Negara
----------
*) Pegawai Kanwil DJKN Jawa Timur
**) Ditulis pada April 2011