BIRU
2021 - 2025
Mencapai Kemandirian
LAPS SJK 2021 - 2025
CETAK BIRU
LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA
SEKTOR JASA KEUANGAN
(LAPS SJK)
2021 - 2025
SAMBUTAN
4 Sebagai representasi dari PUJK Anggota, Badan Pengawas memiliki akuntabilitas dalam
melakukan fungsi pengawasan dan pemberian saran dan nasehat terhadap jalannya
kepengurusan.
Tanggung jawab LAPS SJK sebagai bagian dari fungsi perlindungan konsumen dapat
5 dilaksanakan secara baik dan bertanggung jawab.
Berdasarkan pemaparan Pengurus tersebut, Badan Pengawas melihat bahwa aset neto
lembaga dari tahun ke tahun diestimasikan mengalami kenaikan, seiring dengan kenaikan
biaya-biaya dari Penyelesaian Sengketa, Sumber Daya Manusia serta Administrasi & Umum.
Estimasi ini tidak terjadi di era 2002 - 2020, ketika LAPS sejenis yang dimiliki oleh masing
masing Sektor Jasa Keuangan beroperasi, karena pola pengelolaan lembaga menggunakan
metode neraca berimbang. Pendekatan dengan menggunakan metode neraca berimbang ini
mengandung unsur ketidakpastian yang sangat tinggi, sulit diukur kinerjanya dan
akuntabilitasnya rendah.
Dengan menyusun Blue Print Pengembangan LAPS SJK untuk waktu 5 tahun, kenaikan biaya
operasional lembaga di tahun depan yang disebabkan oleh kenaikan Biaya Penyelesaian
Sengketa, Biaya Sumber Daya Manusia dan Biaya Administrasi & Umum tidak akan
mempengaruhi besaran iuran tahun anggota, paling tidak dalam kurun waktu yang lebih lama.
Badan Pengawas yakin dan optimis dengan pengelolaan yang rasional dan modern ini, LAPS
SJK akan menjadi lembaga yang kredibel, profesional dan menjadi pilihan dari konsumen dan
PUJK baik untuk penyelesaian sengketa kecil (small/retail claims) dan sengketa komersial. Blue
Print ini setidak-tidaknya dapat menjadi dasar evaluasi dan penyusunan RKAT di masa yang
akan datang.
Akhir kata, Badan Pengawas mengucapkan terima kasih atas usaha Pengurus dalam menyusun
Blue Print ini. Semoga semua yang telah direncanakan mendapatkan bimbingan dan
kemudahan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Badan Pengawas
HSM Widodo
Ketua
Penyelesaian sengketa bisnis yang diselesaikan melalui proses litigasi di pengadilan seringkali
melelahkan, time consuming, dan biaya yang tidak sedikit. Para pelaku bisnis akan berupaya
agar sengketa yang terjadi cepat terselesaikan karena dengan semakin berlarutnya masalah
maka kerugian yang ditimbulkan pun akan semakin besar. Penyelesaian sengketa melalui
Pengadilan juga berpotensi mengeruhkan keadaan karena hasil putusannya akan
memenangkan satu pihak dan mengalahkan pihak yang lainnya (win-lose solution). Oleh karena
itu, penyelesaian sengketa di luar pengadilan atau dikenal juga dengan istilah Alternative
Dispute Resolution (ADR) kini semakin sering digunakan sebagai alternatif dalam menemukan
solusi dari permasalahan yang ada. Hal ini disebabkan antara lain oleh lebih singkatnya waktu
yang diperlukan dibandingkan dengan penyelesaian melalui pengadilan. Proses penyelesaian
sengketa di luar pengadilan dianggap lebih efektif dan efisien, bersifat rahasia dan dapat
menghasilkan kesepakatan yang “win-win solution” karena didasarkan pada kesepakatan di
antara para pihak sehingga dapat menghasilkan suatu keputusan bersama yang dapat diterima
oleh kedua belah pihak.
Untuk menangani konflik antara konsumen dan Pelaku Usaha Jasa Keuangan (PUJK),
kehadiran Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Sektor Jasa Keuangan yang kredibel,
dapat dipercaya serta memahami proses bisnis dari sektor jasa keuangan, sangat diperlukan.
Pembentukan LAPS SJK secara khusus diatur dalam Peraturan OJK No. 61/POJK.07/2020
tentang Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa Sektor Jasa Keuangan. Sebagai lembaga
alternatif penyelesaian sengketa, LAPS SJK merupakan badan peradilan swasta yang antara
lain dapat memeriksa dan memutus suatu sengketa yang terjadi antara nasabah/konsumen
dengan pihak PUJK. Sebagai lembaga quasi peradilan, LAPS SJK harus memiliki kerangka
dasar berpikir sebagai sebuah peradilan, namun dalam bentuk yang less formal, less expensive
dan less time-consuming. Walaupun begitu, proses beracara, pengambilan putusan dan
pelaksanaan putusannya tetap dilaksanakan secara prosedural yang ketat dan baik. Sumber
daya manusianya pun harus terdiri dari orang-orang yang berpengalaman baik dari segi hukum
perdata dan sektor jasa keuangan, serta memiliki skill dan wisdom (kebijaksanaan) yang tinggi
dan beretika, agar lembaga ini dipercaya dan menjadi pilihan utama para pihak yang
bersengketa.
Sebagai lembaga yang baru beroperasi pada awal Januari 2021, namun memiliki fungsi dan
tujuan yang sangat penting dalam perspektif perlindungan konsumen, LAPS SJK harus dapat
menyusun Blue Print (Cetak Biru) yang dapat dijadikan landasan bagi seluruh stakeholders. Blue
Print dalam definisi Wikipedia adalah adalah kerangka kerja terperinci (arsitektur) sebagai
landasan dalam pembuatan kebijakan yang meliputi penetapan tujuan dan sasaran,
penyusunan strategi, pelaksanaan program dan fokus kegiatan serta langkah-langkah atau
implementasi yang harus dilaksanakan oleh setiap unit di lingkungan kerja.
Sehubungan dengan pertimbangan tersebut di atas, maka pengurus LAPS SJK telah menyusun
Blue Print ini yang bertujuan untuk dapat membuat kerangka dan langkah strategis menuju ke
suatu lembaga alternatif penyelesaian sengketa yang adil, murah, cepat dan menjadi pilihan
utama nasabah dan pelaku usaha sektor jasa keuangan. Selain hal tersebut, Blue Print ini
merupakan akuntabilitas dan responsibilitas Pengurus dalam mengemban amanat key
stakeholders untuk membentuk, mengelola dan menjaga eksistensi lembaga yang dikelola
dengan good governance, sistematis dan memiliki arah yang jelas ke depan. Pengurus berharap
bahwa LAPS SJK dapat ikut berkontribusi terhadap implementasi market conduct yang baik,
dimana pihak industri Sektor Jasa Keuangan wajib melaksanakan kebenaran formal yang
sempurna, sementara di sisi lain, nasabah Sektor Jasa Keuangan dapat memiliki edukasi yang
baik terhadap kebenaran formal yang harus diikuti namun dapat memberikan input atas
kebenaran materiil yang dialaminya.
Kebenaran formal yang dimiliki industri Sektor Jasa Keuangan adalah implementasi dari
Standard Operating Procedures (SOP) yang senantiasa di-review dan direvisi berdasarkan
masukan regulasi atau pengalaman nasabah yang disebut dengan kebenaran materiil.
Kebenaran formal dan kebenaran materiil ini yang dikelola oleh LAPS SJK dalam menjembatani
dan merangkai kepentingan bersama antara nasabah dan PUJK. Dengan adanya kondisi
tersebut, maka lingkungan sistem keuangan menjadi lebih stabil, tenang dan sehat. Dalam
kaitannya dengan itu semua, Blue Print LAPS SJK akan dapat berfungsi sebagai landasan
dalam pembuatan kebijakan yang meliputi penetapan tujuan dan sasaran, penyusunan strategi,
pelaksanaan program dan fokus kegiatan lembaga.
PENGURUS
LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA SEKTOR JASA KEUANGAN
(LAPS SJK)
PENGARAH
Himawan E. Subiantoro Ketua
Tri Legono Yanuarachmadi Direktur Layanan Sengketa
Listianto E. Lunarko Direktur Operasional & Keuangan
TIM PERUMUS
Andi Sutardi Kepala Divisi Hukum, Kepatuhan & Hubungan Kelembagaan
Revan Mairjal Kepala Bagian Akuntansi & Keuangan
Damar Sugeng Utomo Kepala Bagian Penyelesaian Sengketa
Raymas Putro Kepala Bagian Hubungan Kelembagaan
Eriesko Kusuma Kepala Bagian Sumber Daya Manusia
SAMBUTAN.............................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR................................................................................................................... 3
TIM PENYUSUN........................................................................................................................ 6
DAFTAR ISI............................................................................................................................... 7
BAB I - PENDAHULUAN.......................................................................................................... 8
1.1 LATAR BELAKANG................................................................................................ 8
BAB II - PROFIL LEMBAGA.......................................................................................................12
2.1 DASAR HUKUM..................................................................................................... 12
2.2 SEJARAH PEMBENTUKAN LAPS SJK................................................................... 13
BAB III - STRATEGI DAN KEBIJAKAN LAPS SJK.......................................................................16
3.1 ARAH KEBIJAKAN MAKRO LAPS SJK................................................................... 16
3.1.1 LINGKUP DOMESTIK....................................................................................16
3.1.2 LINGKUP INTERNASIONAL..........................................................................18
3.1.3 VISI, MISI & CORE VALUES..............................................................................21
3.2 KEBIJAKAN MIKRO LAPS SJK..............................................................................22
3.2.1 MANAJEMEN RISIKO...................................................................................22
3.2.2 TATA KELOLA.............................................................................................27
3.3 STRATEGI PENGEMBANGAN LAPS SJK................................................................28
3.3.1 STRATEGI PENDANAAN..............................................................................28
3.3.1.1 IURAN ANGGOTA............................................................................28
3.3.1.2 PENERIMAAN KASUS KOMERSIAL..................................................31
3.3.2 STRATEGI PENYELESAIAN SENGKETA.......................................................32
3.3.2.1 SENGKETA RETAIL/SMALL CLAIMS................................................32
3.3.2.2 SENGKETA KOMERSIAL.................................................................34
3.3.2.3 PENGEMBANGAN KOMPETENSI MEDIATOR / MAJELIS ARBITER
LAPS SJK......................................................................................35
3.3.3 STRATEGI LAINNYA...................................................................................36
3.3.3.1 STRATEGI PENYEMPURNAAN ONLINE DISPUTE RESOLUTION
SYSTEM........................................................................................36
3.3.3.2 STRATEGI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA..................37
3.3.3.3 BRANDING STRATEGY MELALUI MARKETING COMMUNICATION
Keenam LAPS tersebut melayani permohonan sengketa sesuai dengan jenis permasalahan
masing-masing sektor Sengketa pasar modal hanya dapat diselesaikan melalui BAPMI,
sengketa perbankan hanya dapat diselesaikan melalui LAPSPI, sengketa perasuransian hanya
dapat diselesaikan di BMAI, begitu juga untuk sektor yang lain. Hal in menunjukkan adanya
keterbatasan bagi LAPS dalam menerima permohonan penyelesaian sengketa. Di sisi lain
Konsumen dihadapkan kepada 6 (enam) LAPS yang berbeda-beda, baik dari segi jenis
sengketa yang dapat ditangani maupun prosedur penyelesaian sengketa yang berbeda-beda.
Selain itu seiring dengan perkembangan produk industri jasa keuangan, saat ini terdapat 1
(satu) produk yang melibatkan antar sektor, misalnya produk unit link. Produk tersebut di satu
sisi terkait dengan sektor perasuransian, dan di sisi lain berkaitan dengan sektor pasar modal
dan/atau perbankan. Terhadap produk yang demikian memerlukan LAPS yang mampu secara
sekaligus menangani penyelesaian sengketa antar sektor.
Sumber pendanaan utama LAPS berasal dari iuran anggotanya yaitu lembaga jasa keuangan
Setiap lembaga jasa keuangan wajib menjadi anggota LAPS sesuai dengan sektornya masing-
masing. Namun ketika terjadi sengketa atas produk yang melibatkan antar sektor jasa
keuangan, sengketa tersebut dapat diselesaikan oleh LAPS apabila lembaga Jasa keuangan
menjadi anggota LAPS yang bersangkutan. Dengan demikian lembaga jasa keuangan harus
menjadi anggota lebih dari 1 (satu). Tentu saja hal tersebut tidak efisien bagi lembaga jasa
keuangan.
Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa menjadi forum penyelesaian sengketa secara
sederhana, cepat dan berbiaya terjangkau. Hal demikian akan menjaga kepercayaan
masyarakat sehingga Sektor Jasa Keuangan akan tumbuh secara berkesinambungan.
Sesuai dengan kebijakan OJK yang telah menetapkan Roadmap Penguatan Mekanisme
Penyelesaian Sengketa Melalui Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa
Keuangan 2018 - 2022 (Roadmap LAPS 2018 - 2022) Roadmap tersebut disusun oleh seluruh
asosiasi dan Self Regulatory Organization (SRO) di Sektor Jasa Keuangan bersama-sama
dengan OJK.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai Lembaga yang memiliki otoritas dalam pengawasan
Lembaga jasa keuangan perlindungan konsumen yaitu mengeluarkan peraturan terkait
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang perlindungan
konsumen sektor jasa keuangan guna melindungi konsumen pada Sektor Jasa Keuangan.
Sesuai yang tertuang pada pasal 39 PJOK Nomor 1/PJOK.07/2013. Sebagai langkah pasti
dalam perlindungan konsumen OJK mengeluarkan POJK Nomor 61/POJK.07/2020 tentang
Lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa di Sektor Jasa Keuangan guna memberikan
fasilitas kepada konsumen dalam menyelesaikan sengketa yang terjadi dengan Lembaga
Keuangan dengan cepat, murah dan efisien.
LAPS SJK yang didirikan pada tanggal 22 September 2020 oleh seluruh Direksi Pelaku Usaha
Jasa Keuangan (PUJK) dan SRO di Sektor Pasar Modal serta semua Ketua Umum Asosiasi
Sektor Jasa Keuangan. Pendirian Lembaga tersebut telah mendapatkan persetujuan dari
Kementerian Hukum dan HAM melalui akta Notaris No. 14 tanggal 24 November 2020.
Layanan yang disediakan LAPS SJK meliputi proses Mediasi, Arbitrase dan Pendapat
Mengikat. Untuk proses sengketa small claims melalui layanan Mediasi, LAPS SJK tidak
mengenakan biaya penanganan sengketa (Pro Bono).
LAPS SJK tidak mengenakan biaya penanganan sengketa (Pro Bono). Biaya penyelesaian
sengketa ini menjadi beban Lembaga yang didapat terutama dari iuran Anggota. Sedangkan
Arbitrase merupakan mekanisme penyelesaian sengketa yang melahirkan putusan arbitrase
(arbitration award). Putusan Arbitrase ini bersifat final dan mengikat, serta setara dengan
putusan hakim di peradilan umum. Dari jenis layanan ini, yang merupakan layanan bersifat
komersial, LAPS SJK memiliki potensi sumber pendapatan tambahan untuk operasional
lembaga.
Sebagai lembaga quasi peradilan, LAPS SJK tentunya juga menghadapi risiko hukum dan
reputasi. Sengketa yang ditangani tidak jarang memiliki isu hukum yang kompleks. Dari segi
fungsi lembaga, LAPS SJK dituntut untuk memberikan solusi penyelesaian sengketa yang
adil, efektif, dan efisien. Pemenuhan fungsi ini, termasuk dengan adanya peraturan acara
Lembaga yang lengkap dan kredibel, dapat memitigasi risiko hukum dan meningkatkan
reputasi Lembaga.
Upaya mewujudkan tata kelola LAPS SJK dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun yang
paling utama adalah tentang struktur & infrastruktur tata kelola lembaga yang memadai.
Penyediaan struktur yang memadai dinilai dari SDM berkualitas yang mengelola LAPS SJK,
sedangkan yang termasuk bagian dari infrastruktur tata kelola LAPS SJK salah satunya ialah
kebijakan dan prosedur yang dibuat.
Untuk dapat menyediakan struktur dan infrastruktur yang memadai tersebut, LAPS SJK
membutuhkan suatu rencana kerja induk strategis (master plan) yang siap untuk
dilaksanakan. Rencana kerja demikian berfungsi sebagai landasan dalam pelaksanaan seluruh
kegiatan LAPS SJK yang meliputi berbagai pembuatan kebijakan dan pelaksanaan program-
program dari setiap unit kerja LAPS SJK.
Rencana kerja induk strategis atau yang dikenal dengan istilah Blue Print atau Cetak Biru ini
secara harfiah merupakan sebuah tulisan yang berisi tentang langkah-langkah matang dan
strategis dalam keberlangsungan sesuatu. Blue Print LAPS SJK periode 2021 sampai dengan
2025 ini merupakan acuan bagi Lembaga yang pada pokoknya berisikan antara lain mengenai
profil Lembaga, dasar hukum, sejarah pembentukan, serta fungsi dan tujuan Lembaga di
sektor jasa keuangan. Selain itu diuraikan strategi dan kebijakan Lembaga terutama
mengenai arah kebijakan makro, baik lingkup domestik maupun internasional, metode
penyusunan strategi, serta Visi, Misi & Core Values.
Selanjutnya diuraikan pula kebijakan manajemen risiko, yang terdiri dari risiko operasional,
hukum, dan reputasi serta tata kelola Lembaga berdasarkan prinsip Good Corporate
Governance (GCG). Pengurus juga telah menerapkan tolok ukur kinerja Lembaga melalui
pendekatan baru yang oleh Pengurus disebut dengan parameter Effectivity Ratio, yaitu rasio
yang didapat dari Biaya Program dibandingkan dengan Biaya Non-Program. Sebagai strategi
pengembangan Lembaga di bidang keuangan dan operasional akan diuraikan strategi
pendanaan terutama mengenai iuran anggota dan penerimaan komersial. Sedangkan untuk
strategi di bidang penyelesaian sengketa akan dijelaskan mengenai sengketa retail/small
claims, sengketa komersial, Mediator/Majelis Arbitrase sebagai ujung tombak penyelesaian
sengketa, serta Peraturan dan Prosedur yang berlaku di LAPS SJK.
Melalui rencana strategis dan aksi-aksi yang telah disusun secara matang, diharapkan Blue
Print LAPS SJK ini menjadi langkah besar dalam mewujudkan LAPS SJK sebagai lembaga
alternatif penyelesaian sengketa yang profesional, adil, terpercaya, dan pilihan utama
nasabah dan PUJK dalam menyelesaikan sengketa. LAPS SJK bercita-cita bahwa melalui
Blueprint ini, perjalanan mewujudkan visi misi lembaga dapat berjalan dengan lebih baik,
terstruktur, terukur, dan tepat sasaran. Selain itu, harapan yang juga tidak kalah utama adalah
dukungan dari stakeholders LAPS SJK (otoritas dan industri sektor jasa keuangan) atas
berbagai rencana dan program yang telah disusun demi kemajuan LAPS SJK.
Demikian juga FIDREC, yang pada awalnya merupakan gabungan dari penanganan sengketa
Consumer Mediation Unit (CMU) of the Association of Banks in Singapore dan sengketa dari
asuransi yang dikelola oleh Insurance Dispute Resolution Organisation (IDRO). Pada tahun
2003, kemudian FIDREC menangani juga sengketa pasar modal.
Indonesia mencontoh model yang sama, berawal dari setiap sektor keuangan memiliki LAPS
sendiri, mulai 22 September 2020, 1 LAPS baru didirikan menggantikan operasional 6 LAPS
yang saat ini ada dengan nama Lembaga Alternatif Penvelesaian Sengketa Sektor Jasa
Keuangan atau disingkat LAPS SJK. Mengingat globalisasi dan digitalisasi yang meniadakan
hambatan geografis maka LAPS SJK diharapkan juga dapat berperan untuk menangani
sengketa lintas negara. Untuk itu, Pengurus telah mengajukan nama internasional yang telah
disetujui oleh Pengawas/Pendiri pada tanggal 9 November 2020 yaitu The Indonesia Finansial
Services Alternative Disputes Resolution Center. Untuk memudahkan pengucapan nama
internasional LAPS SJK ini disebut |FeRDiC (aiferdik). Pengucapan "ferdik" mirip dengan
pengucapan "verdict" yang artinya putusan.
LAPS SJK ini akan menjadi satu satunya lembaga alternatif penyelesaian sengketa untuk
Sektor Jasa Keuangan di Indonesia, yang akan menangani sengketa kecil (small claims) dan
sekaligus sengketa komersial (commercial disputes).
Gambar 2.1
Sejarah Pembentukan LAPS SJK
2 FILOSOFI LOGO
Sebagai bagian dari kegiatan "branding", LAPS SJK sudah menetapkan logo untuk
memberikan impresi kepada pihak ketiga atas eksistensi LAPS SJK. Logo merupakan
lambang dan pembeda visual lembaga dengan lembaga atau organisasi lain. Logo LAPS
SJK terdiri dari model vertikal dan model horizontal sesuai dengan penggunaan, Logo
lembaga juga memiliki filosofi tertentu yang disesuaikan dengan Visi dan Misi yang telah
dicanangkan. Dibawah ini, model logo dan filosofi yang mendasari sebagai berikut:
INDUSTRI KEUANGAN
INDUSTRI BERBASIS KEPERCAYAAN
Hal ini terbukti dari adanya data pengaduan yang masuk ke LAPS SJK melalui Aplikasi Portal
Perlindungan Konsumen (APPK) selama 2 (dua) tahun sebagai berikut:
2021
2022
Grafik 3.1
Pengaduan Melalui Aplikasi Portal Perlindungan Konsumen (APPK)
Grafik di atas merupakan tabel pengaduan dari konsumen yang dikategorikan sebagai
pengaduan atau sengketa pro bono karena dari sisi nilai sengketa berada di treshlold
ketentuan POJK.
Posisi bulan Oktober 2022 telah melampaui jumlah pengaduan selama tahun 2021, sehingga
dapat dipastikan pada akhir Desember 2022 jumlah pengaduan yang akan ditangani LAPS
SJK akan jauh lebih banyak. Konsumen pro bono adalah konsumen yang dianggap tidak
memiliki akses kepada bantuan hukum dan sangat terpengaruh dengan kondisi asymmetric
information. Posisi konsumen kategori ini lemah dihadapkan dengan PUJK. Sebagai bagian
dari rezim perlindungan konsumen, LAPS SJK memiliki peran strategis dalam membantu
konsumen ini dalam menyelesaikan sengketanya dengan PUJK. Proses dan mekanisme kerja
di LAPS SJK harus dapat menjamin semuanya dikelola dengan cepat, tepat dan efisien.
Semakin banyaknya jumlah pengaduan yang dikelola setiap tahunnya akan memberikan
tekanan kepada jumlah headcounts Lembaga terhadap produktivitas dan efektivitas internal
resource. Kondisi ini akan memberikan beban tambahan setiap tahunnya kepada PUJK
anggota.
Untuk itu, arah kebijakan makro LAPS SJK dalam lingkup domestik adalah:
Mampu memfasilitasi berapapun jumlah pengaduan yang masuk dengan mengambil
1
pendekatan pemilahan clean (potential) compliants dengan garbage complaints. Clean
(potential) complaints difasilitasi melalui expedited process, sedangkan garbage
complaints dikembalikan kepada konsumen berdasarkan kategori tertentu yang secara
periodik dilakukan review.
Sebagai satu satunya lembaga ekstra judisial untuk sektor jasa keuangan, LAPS SJK akan
menjadi convenience forum apabila lembaga mampu menjalankan fungsi adminitrasi yang
handal, memiliki mediator berpengalaman (skill full) dan majelis arbiter yang terdiri dari
mantan hakim akademisi/pakar hukum, dan praktisi senior dari lembaga keuangan. Komposisi
majelis arbiter yang demikian yang diyakini dapat memberikan keadilan yang substantif.
Merujuk statistik kasus yang difasilitasi SIAC, dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun, tampak
pertumbuhan jumlah kasus yang ditangani SIAC stabil menaik. Indonesia menyumbang 130
kasus di antara kasus dari negara di luar Singapore. Perkembangan ini tentunya memberikan
dampak positif tidak hanya bagi ekonomi Singapore tetapi juga perkembangan ilmu hukum
klinis dan profesi hukum non litigatif negara tersebut. Dengan perkembangan yang sustain
tersebut, pada awal tahun 2021, SIAC membuka cabangnya di New York. Sebagai ilustrasi,
tabel di bawah ini menggambarkan perkembangan kasus yang ditangani SIAC selama 10 tahun
(2009 – 2019).
Grafik 3.2
Total Number of New Cases Handle by SIAC (2009 - 2019)
Berbeda dengan fungsi yang diemban SIAC yang hanya menangani kasus komersial, LAPS SJK
memiliki kewajiban untuk menangani kasus pro bono (kasus yang nilai sengketanya berada di
bawah treshold nilai sengketa yang diatur OJK). Pengaduan pro bono ini jumlahnya sangat
banyak dan biaya penyelesaiannya merupakan beban dari penyedia usaha jasa keuangan
(PUJK). Pertumbuhan pengaduan pro bono ini dipastikan akan terus semakin bertambah
banyak setiap tahun. Oleh karena itu, konsep pengelolaan LAPS SJK tentunya harus
profesional dan modern, dalam arti bahwa pengaduan pro bono dikelola seefisien mungkin,
tidak membebani PUJK, dapat terus bertumbuh berdasarkan aset netonya, dan dapat
menghasilkan surplus dari pengelolaan kasus komersial yang berfungsi sebagai “buffer”.
Dari jumlah permohonan kasus komersial, di awal tahun beroperasi jumlah kasus komersial
yang masuk berjumlah 66 kasus. Sebagai langkah awal, tentunya ini menunjukan indikasi
adanya optimisme bagi LAPS SJK dapat menjadi tuan rumah penyelesaian sengketa bagi para
pihak yang berdomisili di Indonesia. Beberapa persyaratan tentunya harus dipersiapkan agar
LAPS SJK dapat menjadi convenience forum dimana kualifikasi majelis arbiter menjadi etalase
utama, kemudian prosedur yang memenuhi due process, serta kepastian putusan yang
mendapatkan dukungan dari Mahkamah Agung.
Dalam konteks berpikir secara internasional, maka Indonesia tidak akan kehilangan devisa,
mediation & arbitration fee dinikmati oleh profesi mediator/arbiter serta ilmu hukum ekonomi
dan bisnis berkembang. Mediation & arbitration fee ini tentunya dapat menyangga
kelangsungan kesejahteraan warga senior yang memiliki keahlian di bidang tersebut.
Di bawah ini, tabel pengajuan kasus yang masuk ke LAPS SJK tahun 2021 – Oktober 2022
Grafik 3.3
Pengajuan Kasus Komersial di LAPS SJK Tahun 2021 - Oktober 2022
VISI 2
Mampu menyediakan mediator dan
arbiter yang handal dan profesional
dalam mencari solusi terbaik dari
sengketa yang difasilitasi.
Gambar 3.1
Visi dan Misi LAPS SJK
Untuk dapat mencapai Visi dan Misi tersebut, setiap SDM LAPS SJK wajib mengetahui,
mengimplementasikan dan menginternalisasikan Nilai Dasar Lembaga (Core Values) secara
sungguh-sungguh, konsisten dan konsekuen sehingga melahirkan perilaku keseharian dan
membentuk budaya kerja LAPS SJK yang selaras dengan Nilai Dasar Lembaga (Core Values)
tersebut.
Nilai-nilai (Core Values) LAPS SJK
terdiri dari 5 kata, yaitu Fast, Integrity,
F FAST
Reputable, Service Excellence, Trust
atau disingkat “FIRST” yang merupakan I INTEGRITY
nilai utama atau yang nomor satu.
Sesuai Visi LAPS SJK ingin menjadi R REPUTABLE
pilihan utama bagi Konsumen dan
PUJK, maka kata FIRST menjadi tepat
secara etimologi karena menunjukkan
S SERVICE EXCELLENCE
impian, cita-cita yang ingin dicapai
untuk menjadi nomor satu atau pilihan T TRUST
pertama yang tercermin dalam gambar
Gambar 3.2
berikut: Core Values LAPS SJK
Kecukupan kebijakan dan prosedur Manajemen Risiko serta penetapan limit Risiko
Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian Risiko,
serta sistem informasi Manajemen Risiko;
Sistem pengendalian intern yang menyeluruh
Guna mendukung jalannya penerapan Manajemen Risiko yang baik, LAPS SJK telah membuat
Sistem Pengendalian Internal sebagai berikut:
Fungsi
Manajemen Badan Pengawas
Risiko Pengurus
Sistem
Pengendalian Fungsi
Internal Internal
Audit
LAPS SJK Approval
Fungsi
Pengawasan Checker/Reviewer
Melekat
Maker
Gambar 3.3
Sistem Pengendalian LAPS SJK
Gambar 3.5
Identifikasi Jenis Risiko LAPS SJK
Kategori : Kategori :
Unlikely Almost nil
Rare Slight
Moderate Moderate
Likely Definite
Almost Certain
Tingkat Impact
Kategori :
Minor
Moderate
Severe
Major
Catastrophic
Gambar 3.6
Pengukuran Risiko LAPS SJK
1 Unlikely 0 < x ≤ 5%
4 MITIGASI RISIKO
Proses Mitigasi Risiko LAPS SJK adalah sebagai berikut:
Almost Certain
Risiko III Risiko I
Likelihood
Likely
Moderate
Rare Risiko IV Risiko II
Unlikely
Minor Moderate Severe Major Catastrophic
Impact
Risiko II yaitu resiko yang berbahaya dan jarang terjadi dilakukan penanganan risiko
dengan cara membagi (share) yang artinya membagi risiko yang dihadapi kepada
pihak lain.
Risiko III yaitu resiko yang terjadi secara rutin dilakukan penanganan risiko dengan
cara mengurangi (reduce) yang artinya mengurangi kemungkinan dan dampak
risiko misalnya dengan memperbaiki prosedur, membuat kebijakan baru,
mengganti atau membeli alat dan lainya.
Risiko IV yaitu resiko yang tidak berbahaya dilakukan penanganan risiko dengan
cara menerima (accept) yang artinya menerima tingkat risiko yang terjadi dan
masih dalam batas toleransi risiko dan mempertahankan atau mengelola agar tidak
berkembang ke tingkat yang tinggi.
Setelah dapat melakukan pemetaan terhadap jenis risiko dan penilaian risiko maka
mitigasi risiko dilakukan dengan mendasarkan pada kedua faktor tersebut di atas.
Mitigasi risiko dilakukan dengan melakukan fokus terhadap risiko yang paling berat
sementara risiko minor itu dapat kita terima karena didalam setiap kegiatan tidak
mungkin terhindar dari risiko. Contohnya:
Mitigasi Risiko Investasi adalah menerima (accept), dikarenakan sumber
pendanaan LAPS SJK mayoritas berasal dari iuran PUJK anggota, maka
instrumen investasi harus secure dan breakable, sehingga investasi yang
diperbolehkan hanya dalam bentuk "Deposito" di Bank Buku 3 (tiga) dan 4 (empat).
Mitigasi Risiko Pembatalan Putusan Arbitrase adalah mengurangi (reduce), karena
dimungkinkan dapat terjadi adanya risiko ini, maka untuk mengurangi
kemungkinan dan dampak risiko langkah yang dilakukan LAPS SJK adalah me-
review peraturan dan acara Arbitrase.
3 Risk Controls
Rapat
Pengurus
Per-Bulan
4 Measurement &
Communication Gambar 3.8
Report Manajemen Risiko LAPS SJK
Gambar 3.7
Monitoring Risiko LAPS SJK
2 2kuorum ½ (satu per dua) dari jumlah anggota Pengawas. Hasil rapat
Rapat Pengawas yang dilakukan setiap 3 (tiga) bulan dengan ketentuan
T
AKUNTABILITAS dituangkan dalam berita acara rapat yang ditandatangani oleh Ketua
(ACCOUNTABILITY) 3 Badan Pengawas bersama anggota Badan Pengawas yang ditunjuk oleh
Ketua. Statistik kuorum Rapat Badan Pengawas selama 7x rapat adalah
di atas 80% bahkansering 100%.
Dalam prespektif PUJK anggota biaya penyelesaian sengketa yang setiap tahunnya naik akan
berdampak sebagai berikut:
Gambar 3.10
Presepsi PUJK Tentang Kenaikan Iuran Anggota
Sehingga strategi penetapan iuran yang menjadi beban PUJK anggota harus bersifat fix cost,
antara lain dengan menjadikan biaya penyelesaian sengketa yang bersifat variabel cost
menjadi fix cost. Berdasarkan statistik pengaduan yang masuk melalui (OJK dan LAPS Legacy)
tahun 2016 - 2019 rata-rata berjumlah 1000 pengaduan, sehingga ditetapkan menjadi 300
yang harus dibiayai dari iuran PUJK anggota. Apabila terjadi kenaikan pengaduan maka selisih
lebih pengaduan tersebut harus dapat difasilitasi oleh Pengurus. Proses penyelesaian
sengketa di LAPS SJK didukung oleh Biaya Penyelesaian Sengketa sebesar
Rp1.854.250.000,00 dan Biaya Sumber Daya Manusia sebesar Rp5.049.448.000,00 dan Biaya
Adminsitrasi Umum sebesar Rp1.691.250.000,00 dan Biaya Rapat Umum Anggota sebesar
Rp250.000.000,00 yang seluruhnya berjumlah Rp8.840.848.000,00 yang dibagi secara
proporsional berdasarkan:
Skema Iuran Tahunan Formula Iuran LAPS SJK adalah sebagai berikut:
NO. SEKTOR IURAN TAHUNAN
Skema 1 Skema 2 1. PERBANKAN 3.633.300.000
Pro-rata Proporsional 2. PASAR MODAL 1.584.806.036
Per Anggota terhadap
(PUJK) aset 3. ASURANSI 2.069.364.187
PEMBIAYAAN,
4. PEGADAIAN & MODAL 1.424.543.303
Skema 3 VENTURA
Skema 3.1
Kombinasi Pembedaan 7. DANA PENSIUN 76.303.851
peluang biaya
kejadian penanganan 8. PENJAMINAN 32.101.241
sengketa dan sengketa dan 9. FINTECH 20.224.739
proporsi aset biaya lain
TOTAL 8.840.848.000
Terpilih
Skema 3.3
menghindari
suara
absolut
Gambar 3.11
Skema Iuran Tahunan LAPS SJK
Dalam rangka memberikan pelayanan penyelesaian sengketa yang efektif dan efisien, LAPS
SJK juga membutuhkan Biaya Pendirian (Set Up Cost) guna menyediakan sarana dan prasarana
yang memadai. Sarana dan prasarana ini merupakan faktor penunjang tercapainya kualitas
penyelesaian sengketa di LAPS SJK. Biaya Pendirian (Set Up Cost) disusun dengan
mempertimbangkan jumlah kasus yang akan ditangani sehingga diestimasikan LAPS SJK
memerlukan:
Ruangan dengan luas +/- 300 M2 yang terbagi untuk ruang kerja 22 (dua puluh dua) orang
1 termasuk 3 (tiga) Pengurus, ruang penerimaan tamu, 2 (dua) ruang sidang Mediasi dan 1
(satu) ruang sidang Arbitrase dan 6 Booth Online Dispute Resolution (ODR) ;
3
3 Biaya Pendirian sebesar Rp1.691.250.000,00 yang dibagi secara proporsional
berdasarkan:
4 Skema Iuran Pendirian Formula Iuran Pendirian LAPS SJK adalah
sebagai berikut:
Skema 1 Skema 2 NO. SEKTOR IURAN PENDIRIAN
Pro-rata Proporsional
Per Anggota terhadap 1. PERBANKAN 670.794.593
(PUJK) besaran
aset industri 2. PASAR MODAL 280.637.071
3. ASURANSI 497.800.494
PEMBIAYAAN,
Skema 3.1 Skema 3.2 4. PEGADAIAN & 231.701.247
Rata-rata Kombinasi MODAL VENTURA
terboboti peluang
kejadian dan 7. DANA PENSIUN 6.527.121
proporsi aset
8. PENJAMINAN 2.996.757
9. FINTECH 2.462.064
TOTAL 1.691.250.000
Terpilih
Skema 3.1
Rata-rata
terboboti
Gambar 3.12
Skema Iuran Pendirian LAPS SJK
6.629.844.000
2025
4.972.383.000
2024
3.689.200.539
2023
1.275.591.520
2022
FEE RP 382.677.456 (LAPS SJK) RP 1.292.819.580 (LAPS SJK) RP 2.259.821.421 (LAPS SJK) RP 2.930.807.880 (LAPS SJK)
RP 892.914.064 (M/A) RP 3.016.579.020 (M/A) RP 5.272.916.649 (M/A) RP 6.838.551.720 (M/A)
Gambar 3.13
Proyeksi Kasus Komersial
Penyelenggaraan Konfirmasi
Mediasi yang mudah PUJK
dan nyaman
Penunjukan
Mediator
Gambar 3.15
Tahapan Proses Penyelesaian Sengketa LAPS SJK
Pengadaan dan pemeliharaan sarana yang modern dan handal untuk menunjang
2 penyelenggaraan Mediasi/ Arbitrase yang efisien dari segi waktu, antara lain e-filling,
2
2 e-registration dan Online Dispute Resolution (ODR);
Jumlah headcounts yang disediakan secara khusus untuk menangani Sengketa Retail &
3
Small Claims;
4 Program pendidikan dan pelatihan SDM LAPS SJK yang berkesinambungan untuk
meningkatkan kompetensi yang memadai.
Gambar 3.16
Strategi Sengketa Komersial LAPS SJK
Strategi-strategi tersebut di atas dijabarkan oleh LAPS SJK ke dalam:
1 Pemilihan lokasi kantor LAPS SJK yang berada di salah satu lingkungan bisnis dan
komersial terbaik di Jakarta dan mudah diakses oleh transportasi publik (accessable);
Gambar 3.17
Kantor LAPS SJK
3 Penyediaan ruangan dan fasilitas yang memadai untuk keperluan Mediasi dan
Arbitrase;
Program pendidikan dan pelatihan kompetensi dan service excellent para pegawai
6
LAPS SJK yang berkesinambungan sehingga mampu memberikan layanan terbaiknya
dengan tetap memperhatikan due process of law;
Memberikan kepastian hukum bahwa hasil Mediasi dan Arbitrase LAPS SJK pasti
7
dilaksanakan oleh Para Pihak, terutama PUJK selaku anggota LAPS SJK.
Gambar 3.18
Pengembangan Kompetensi dan Keahlian Mediator & Arbiter LAPS SJK
Upaya yang dilakukan oleh LAPS SJK dalam mendorong pengembangan tersebut adalah
sebagai berikut:
Mengadakan forum-forum diskusi yang membahas proses penyelesaian sengketa di
1
antara Mediator dan/atau Arbiter terdaftar LAPS SJK;
Mengadakan forum-forum diskusi yang membahas mengenai pemahaman terhadap
2
produk PUJK dan aturan hukum yang mendasari produk tersebut.
3.3.3 STRATEGI LAINNYA
3.3.3.1 STRATEGI PENYEMPURNAAN ONLINE DISPUTE RESOLUTION SYSTEM
Sejalan dengan perkembangan kebutuhan Konsumen dan PUJK terhadap access to justice,
LAPS SJK perlu menjawab tantangan dan rintangan dalam pelaksanaan Mediasi dan/atau
sidang Arbitrase yaitu memudahkan Konsumen dan PUJK, serta mewujudkan proses
beracara di LAPS SJK yang cepat, sederhana, dan berbiaya ringan. LAPS SJK melihat bahwa
pelaksanaan pertemuan Mediasi dan/atau sidang Arbitrase berbasis teknologi merupakan
jalan keluar untuk menjawab tantangan dan rintangan pada era digital saat ini, dengan tetap
memperhatikan due process of law dalam pelaksanaannya.
Dengan mempertimbangkan bahwa Mediasi dan Arbitrase merupakan upaya penyelesaian
sengketa yang tertutup, maka proses pelaksanaan pertemuan Mediasi dan/atau sidang
Arbitrase berbasis teknologi dapat dikategorikan sebagai upaya yang paling tepat. Dalam hal
jangkauan secara wilayah penyebaran Konsumen, ditambah dengan pertimbangan literasi
masyarakat terhadap teknologi dan upaya LAPS SJK untuk menjangkau Konsumen dan
PUJK secara lintas batas negara, LAPS SJK masih perlu menerapkan strategi untuk
mempermudah pengaduan, pelaksanaan pertemuan Mediasi dan/atau sidang Arbitrase, dan
monitoring berbasis teknologi.
Dalam pelaksanaan pemberian layanan penyelesaian sengketa melalaui ODR yang dilakukan
LAPS SJK tentu terdapat beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan untuk tercapainya
procedural justice dan interactional justice, di antaranya adalah:
1 2 3
Adanya rasa tidak aman dan tidak nyaman Tidak dilakukannya tatap muka dalam Minimnya literasi digital dari Konsumen
dari para pihak yang menyelesaikan upaya penyelesaian sengketa, sehingga maupun PUJK baik karena kurang
sengketanya secara ODR terkait dengan tidak dapat tersampaikan maksud dari memahami platform ODR yang digunakan,
data dirinya maupun percakapannya secara
ODR yang memiliki kemungkinan untuk
5
para pihak secara luwes melalui gaya
bicara, intonasi, gerak tubuh dan emosi
6 77
maupun dikarenakan tidak dapat
terhubung atau mengakses jaringan
disebarluaskan kepada pihak yang tidak dari para pihak; sehingga mempengaruhi kelancaran
diperbolehkan untuk mengetahui data proses penyelesaian sengketa melalui
tersebut; ODR.
Gambar 3.19
Kekurangan ODR
Terhadap hal tersebut, strategi penyempurnaan ODR untuk mengatasi tantangan dan
rintangan penyelesaian sengketa di era digital yang dilakukan LAPS SJK adalah sebagai
berikut:
Seperangkat Peraturan & Acara Mediasi LAPS SJK yang memastikan bahwa
1 persyaratan-persyaratan formalitas/prosedural bila pertemuan Mediasi atau Sidang
Arbitrase dilaksanakan secara ODR sudah terakomodir tanpa mengurangi due process
of law;
Menyiapkan sistem untuk memudahkan administrasi pengaduan dan/atau perkara
2
2 secara e-filing yang dapat digunakan LAPS SJK pada tiap tahap pemberian layanan
penyelesaian sengketa, dimulai dari verifikasi dan klarifikasi, pemberian layanan
penyelesaian sengketa, dan pasca pemberian layanan penyelesaian sengketa dengan
memperhatikan keamanan data;
Pengembangan sistem yang dapat secara otomatis mengidentifikasi Konsumen
3 dan/atau PUJK yang hadir dalam pertemuan Mediasi dan/atau sidang Arbitrase;
Pada tingkat nasional, mengadakan kerjasama dan koordinasi dengan OJK regional bila
7 diperlukan dalam pelaksanaan pertemuan Mediasi dan/atau sidang Arbitrase;
Pemberian pelatihan dan pemahaman dasar kepada pegawai LAPS SJK terhadap
8
2 pentingnya menjaga keamanan data, baik data pribadi, data Konsumen maupun data
PUJK.
1 RECRUITMENT
Proses rekrutmen yang baik seharusnya dapat berbasis pada visi dan misi Lembaga
serta dapat dijadikan modal awal yang dapat secara fleksibel dioptimalkan sejak
rekrutmen hingga pengembangannya. Hal ini dilakukan untuk dapat mengisi tuntutan
Lembaga sesuai dengan perubahan yang berjalan dalam rangka merespon dinamika
lingkungan dan mencapai tujuan dimasa depan. Dalam hal ini sebagai Lembaga dituntut
untuk memiliki strategi rekrutmen yang efektif, di mana mampu menghadirkan SDM
terbaik dan mampu menarik perhatian dari orang–orang yang memiliki kemampuan dan
keterampilan terbaik untuk memenuhi posisi pekerjaan yang dibutuhkan. Terdapat 4
(empat) startegi rekrutmen Lembaga yang efektif agar tepat sasaran, diantaranya
adalah sebagai berikut:
Meningkatkan kualitas
1 proses seleksi
Pegawai
Pengalaman seleksi kandidat merupakan aspek penting dalam mendapatkan
kandidat terbaik, karenanya Lembaga akan terus mengevaluasi proses dan
kualitas dari proses seleksi yang telah berjalan saat ini, di mana memastikan
proses seleksi yang dijalankan dapat memberikan informasi yang tepat
mengenai peran dan skill yang dibutuhkan Lembaga.
2 Mengembangkan
Brand Lembaga
Bekerjasama dengan
3 Perguruan Tinggi
Selain membuka kesempatan kerja secara luas, Lembaga juga bekerja sama
dengan beberapa Perguruan Tinggi untuk mendapatkan kandidat terbaik.
Kesempatan ini juga digunakan untuk mencari sumber daya dalam kegiatan
magang dan menjalin kerja sama lainnya, seperti menghadiri job fair dan
menjadi narasumber.
Memanfaatkan
4 Kekuatan Media Sosial
Salah satu strategi rekrutmen yang efektif untuk menarik kandidat terbaik
adalah dengan membangun “institutional branding”. Institutional branding
menjadi aktivitas yang penting untuk mendapatkan SDM terbaik dan
merupakan keputusan strategis yang sangat mendasar.
Gambar 3.20
Stretegi Rekrutmen LAPS SJK
2 CAPACITY BUILDING
2
Kapasitas dan kualitas SDM merupakan faktor yang sangat mempengaruhi bertumbuh
tidaknya suatu Lembaga. Oleh karena itu pengembangan kapasitas SDM menjadi hal
yang mutlak dilakukan. Terdapat 4 (empat) sasaran utama dalam melakukan capacity
building yaitu meningkatkan pengetahuan (knowledge), meningkatkan keterampilan
(skills), meningkatkan sikap (attitude) dan perilaku (behaviour). Lembaga mengharapkan
dengan kegiatan ini mampu membangun komunikasi, motivasi diri, kreativitas,
keterampilan memecahkan masalah dan pengambilan keputusan secara cepat dan
tepat, serta kemampuan dalam kepemimpinan. “Jumat Ilmiah” salah satunya kegiatan
yang diberikan kepada Pegawai, di mana kegiatan dalam bentu sharing section dan
diskusi bersama asosiasi atau SRO (Self-Regulatory Organizations) dengan mengangkat
tema terkini. Tidak hanya itu, Lembaga dalam hal ini akan memberikan pelatihan kepada
Pegawai terhadap bidang yang dikerjakan untuk meningkatan produktivitas dan kinerja
di tempat kerja secara lebih efisien dan efektif.
3 PERFORMANCE MANAGEMENT
Setiap organisasi pasti memiliki tujuan dan targetnya masing-masing yang digerakan
oleh para Pegawai di Lembaga tersebut. Agar mencapai tujuan secara maksimal, maka
Lembaga membutuhkan manajemen kinerja. Proses ini dilakukan Lembaga, dalam
membantu menyelaraskan Pegawai dengan sumber daya lainnya agar dapat
memastikan pencapaian Lembaga tepat sasaran dan dilakukan secara konsisten agar
efektif dan efisien sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Penerapan manajemen
kinerja diharapkan dapat (1) meningkatkan karir Pegawai (2) mengidentifikasi dan
menyelesaikan hambatan kinerja Pegawai (3) membangun sistem komunikasi yang
transparan dan konstruktif antara atasan dengan Pegawai dan (4) dasar keputusan
administrasi seperti kenaikan gaji, pemberian insentif dan tunjangan berdasarkan
kinerja Pegawai. Dalam menerapkan manajemen kinerja, Lembaga melakukan 4 (empat)
tahap siklus manajemen kinerja yang berkelanjutan.
PERENCANAAN PELAKSANAAN
Penetapan "Goal Setting" Melakukan proses
Metode S.M.A.R.T monitoring, coaching dan
Perencanaan Pengembangan counselling
Pegawai Pemberian umpan balik dan
motivasi kerja pada Pegawai
PENILAIAN TINDAKLANJUT
Feedback 360" View Penghargaan untuk Pegawai
Menilai hasil kerja berdasarkan berprestasi
"Goal Setting" Pembinaan kepada Pegawai
Menilai proses kerja yang kurang berprestasi
berdasarkan "Core Values" Promosi, Talent,
Penilaian dilakukan 1x dalam Remunerasi, Pengembangan
setahun
Gambar 3.21
Siklus Manajemen Kinerja Berkelanjutan LAPS SJK
Gambar 3.22
Branding Strategy LAPS SJK
1 MARKETING COMMUNICATION
Lembaga-lembaga publik seperti LAPS SJK memiliki beragam cara dan metode untuk
mengkomunikasikan program dan citra lembaganya kepada publik dan masyarakat luas.
Saat ini banyak program dari komunikasi pemasaran yang dapat disusun sendiri ataupun
dengan bantuan pihak ketiga yang diarahkan kepada masyarakat. Beberapa produk
telah bisa dilihat oleh publik dan masyarakat luas dalam bentuk iklan, advertorial,
features, dan kegiatan komunikasi langsung.
Rancangan aktivitas tersebut bertujuan mempengaruhi perubahan persepsi dan sikap
individu sehingga menimbulkan brand awareness dimata kelompok, atau masyarakat.
Untuk memaksimal strategi dalam komunikasi pemasaran, akan dilakukan beberapa
program yaitu:
1 2 3 4
Publikasi &
Publikasi Publikasi Sosialisasi
tentang Publikasi hasil
pemberitaan informasi data survei
melalui layanan LAPS layanan LAPS
SJK, dan kepuasan
website SJK melalui pelayanan di
LAPS SJK media massa produk-produk di
Sektor Jasa LAPS SJK
Keuangan
Gambar 3.23
Strategi Komunikasi Pemasaran LAPS SJK
2 INSTITUTIONAL CAMPAIGN
2
Sebagai salah satu kegiatan komunikasi, Institutional Campaign sering digunakan untuk
mencapai tujuan tertentu dari program komunikasi dari suatu lembaga. Program yang
dilakukan tentu berkaitan dengan penyusunan suatu kebijakan. LAPS SJK menyadari
peran penting dari Institutional campaign adalah dalam membangun hubungan dengan
para pemangku kepentingan agar rencana kerja yang dilakukan berhasil.
Selain itu, institutional campaign adalah upaya untuk membangun dan menjaga
hubungan dengan berbagai lembaga penentu kebijakan, maupun lembaga terkait
lainnya yang dapat mempengaruhi kinerja LAPS SJK pada level lokal, nasional maupun
internasional, maka diperlukan bentuk kerjasama yang nyata dan berkesinambungan
dengan pihak−pihak tersebut.
Strategi Institutional Campaign yang digunakan yang dilakukan LAPS SJK ditujukan
terhadap tiga pemangku kepentingan yaitu pemerintah, kelompok kepentingan dan
media. Pendekatan terhadap pemerintah dilakukan dengan cara direct lobbying seperti
kontak langsung dan grassroot lobbying dengan melakukan petisi. Pendekatan terhadap
kelompok kepentingan dengan cara engagement strategies dan opinion leaders.
Sedangkan kerjasama dengan media dilakukan dengan cara press release maupun
media briefing dan kerjasama kegiatan. Untuk memaksimal strategi dalam Institutional
Campaign, akan dilakukan beberapa program yaitu:
Kerjasama dengan Hukum online untuk kegiatan webinar/seminar dan rubrik
hukum.
Melakukan Penandatanganan Kerjasama dengan 50 (lima puluh) Fakultas Hukum
Perguruan Tinggi di Indonesia dengan pokok−pokok kerjasama meliputi:
i Pemberian tempat internship bagi mahasiswa Fakultas Hukum;
Pemberian Kuliah umum tentang LAPS SJK dan layanan Mediasi dan
ii
Arbitrase;
2025
TAHAP
EVALUASI EKSISTENSI
2024
TAHAP
PEMANTAPAN DAN PERLUASAN
FUNGSI KELEMBAGAAN
2023
TAHAP
PENETRASI PASAR
2022
TAHAP
PENGUATAN
KELEMBAGAAN
2021
TAHAP
KONSOLIDASI INTERNAL
Gambar 4.1
Road Map LAPS SJK Tahun 2021 - 2025
7,364 M
7,162 M
6,898 M
6,840 M
5,234 M
Menjadi lembaga yang memiliki kredibilitas dimata para pemangku kepentingan (stakeholders)
merupakan tujuan utama yang perlu direalisasikan oleh masing-masing lembaga yang
bersangkutan. Suatu lembaga dengan tata kelola yang buruk dan gagal menyesuaikan diri
dengan berbagai kondisi serta perubahan yang ada, akan menghadapi berbagai masalah dan
tidak akan bertahan lama. Oleh karenanya, sangat penting bagi setiap lembaga untuk
menyusun konsep-konsep serta program kerja yang matang untuk diwujudkan demi
keberlangsungan lembaga tersebut.
Konsep-konsep serta program kerja yang matang ini dapat disusun dalam bentuk Cetak Biru
(Blue Print) lembaga yang mana di dalamnya berisi berbagai kerangka strategis dan aksi-aksi
suatu lembaga dalam menjalankan visi, misi, serta core values-nya. LAPS SJK, sebagai
sebuah lembaga yang belum lama terbentuk, perlu untuk menunjukkan profilnya secara jelas
kepada stakeholders sebagai pihak-pihak yang akan menerima manfaat atas keberadaan
LAPS SJK, dan untuk itu penyusunan Blue Print Pengembangan LAPS SJK 2021 - 2025 akan
menjadi pedoman nyata dalam menjalankan konsep-konsep serta program kerja LAPS SJK,
dan juga merupakan perwujudan akuntabilitas kinerja LAPS SJK sebagai lembaga
penyelesaian sengketa sektor jasa keuangan yang independen.
Namun demikian, perlu dipahami bersama bahwa dalam perjalanannya dapat saja ditemui
perubahan-perubahan kondisi yang akan mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan
program-program kerja LAPS SJK sebagaimana telah tertuang di dalam Blue Print ini.
Perubahan kondisi tersebut tentu menuntut LAPS SJK untuk cepat tanggap menyiapkan
langkah-langkah guna menghadapi perubahan. Oleh karenanya, diperlukan pula sinergi yang
kuat antara LAPS SJK dan para pemangku kepentingan untuk menentukan langkah-langkah
yang tepat guna menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan dan tantangan yang ada.
Blue Print Pengembangan LAPS SJK 2021 - 2025 disusun bukan tanpa kekurangan, sehingga
kritik dan saran yang konstruktif senantiasa diperlukan demi penyempurnaan ke arah yang
lebih baik. Semoga Blue Print ini benar-benar dapat menjadi arahan dalam pelaksanaan
pengembangan LAPS SJK dan hasilnya dapat dinikmati oleh para pihak yang membutuhkan.