Anda di halaman 1dari 23

USULAN PENELITIAN

PENGARUH TINGKAT PERPUTARAN KAS, TINGKAT EFISIENSI DAN


PROFESIONALITAS BADAN PENGAWAS TERHADAP RENTABILITAS
EKONOMIS PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DI KOTA
DENPASAR PERIODE 2011-2013

Usulan Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat


untuk menyusun skripsi S1 Jurusan Akuntansi

Diajukan oleh :
I Wayan Wahyudi
NIM: 1015351030

PROGRAM EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014

A. Judul:

Pengaruh Tingkat Perputaran Kas, Efektivitas Pengelolaan

Hutang, Tingkat Efisiensi dan Tingkat Kredit Yang Disalurkan Terhadap


Rentabilitas Ekonomis Pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kota
Denpasar Periode 2011-2013

B. Latar Belakang Masalah


Pertumbuhan ekonomi nasional saat ini mendorong semangat setiap daerah untuk
lebih dapat meningkatkan ekonomi dan mengembangkan usaha di perdesaan,
khususnya dalam membantu penyediaan dana untuk masing-masing usaha yang ada
di perdesaan. Wilayah pedesaan menyimpan banyak potensi yang dapat menunjang
pertumbuhan dan kelancaran pembangunan nasional. Garis-garis Besar Haluan
Negara (GBHN) menyebutkan bahwa tujuan pembangunan nasional adalah untuk
mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945. Seiring dengan hal tersebut maka upaya pembangunan
diprioritaskan pada masyarakat perdesaan karena penduduk Indonesia lebih banyak
yang tinggal di dacrah pedesaan. Namun, dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan
yang diharapkan karena banyak hambatan yang dihadapi, salah satunya adalah
kurangnya modal bagi masyarakat desa untuk berusaha.
Mengantisipasi hambatan tersebut dan untuk memanfaatkan potensi yang ada
pada masyarakal pedesaan, maka Pemerinlah Provinsi Bali melalui Surat Keputusan
Gurbemur Bali Nomor 972 Tahun I984 mengembangkan Lembaga Perkreditan Desa
(LPD) di Provinsi Bali dengan harapan LPD mampu mengatasi hambatan pemodalan

untuk mempercepat laju pembangunan di perdesaan. LPD adalah suatu badan usaha
keuangan milik desa yang melaksanakan kegiatan di lingkungan desa dan untuk
krama desa. Kegiatan LPD diatur melalui Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2
Tahun 1988 yang sekarang diubah menjadi Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8
Tahun 2002 tentang Lembaga Perkreditan Desa.
Pendirian LPD merupakan salah satu kebijakan strategis yang dapat menjangkau
kelompok masyarakat pedesaan. LPD bertujuan membantu masyarakat desa dalam
pemupukan modal untuk dikembangkan guna meningkatkan usaha ekonomi rakyat.
Untuk mencapai hal tersebut LPD menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki
kelebihan dana dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan
dana. LPD dalam operasinya memiliki tujuan, baik tujuan jangka pendek maupun
tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek LPD adalah memperoleh laba yang
maksimal sedangkan tujuan jangka panjang adalah mempertahankan kelangsungan
usaha.
Efisiensi suatu LPD dapat dinilai dari rentabilitasnya yaitu kemampuan untuk
menghasilkan laba dari modal yang dimiliki, semakin tinggi laba yang diperoleh
dengan modal kecil maka LPD dikatakan semakin efisien. Besar kecilnya laba
diperoleh suatu LPD akan tergantung pada kemampuan pengurus LPD di dalam
mengelola assets dan liabilities yang ada. Pengelolaan assets dan liabilities oleh
pengurus LPD dapat dilihat dalam kemampuan mengatur dan mengelola tingkat
perputaran kas, efektivitas pengelolaan hutang, struktur finansial dan tingkat kredit

yang disalurkan kepada masyarakat sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap


rentabilitas LPD.
Secara teoritis praktek perputaran kas merupakan perbandingan antara jumlah
penjualan dengan kas rata-rata (Bambang Riyanto, 2001:95). Penjualan yang
dimaksud pada Lembaga Perbankan adalah total pendapatan. Besar kecilnya kas dan
tinggi rendahnya tingkat perputaran kas akan mencerminkan efisiensi penggunaan kas
dalam perusahaan. Semakin besar jumlah uang kas berarti semakin banyak dana yang
tertanam pada kas dalam keadaan menganggur, dan ini akan mempengaruhi
rentabilitas LPD. Semakin tinggi tingkat perputaran kas, berarti semakin tinggi
efisiensi penggunaan kasnya, sehingga diharapkan akan berpengaruh positif terhadap
rentabilitas LPD, tetapi perputaran kas yang berlebihan tingginya dapat berarti bahwa
jumlah kas yang tersedia adalah terlalu kecil, dan nantinya dapat mengganggu
kelancaran operasional LPD.
Kemampuan lembaga keuangan untuk menghasilkan laba juga tergantung pada
kemampuan manajemen yang bersangkutan dalam mengelola hutang yang ada.
Efektivitas hutang manajemen akan nampak pada perhitungan spread management
yakni selisih antara return on total assets dengan cost of debt. Semakin tinggi nilai
spread management menunjukkan semakin efektif pengelolaan hutang. Hal ini
dikarenakan penghasilan lembaga keuangan atas total asetnya akan melebihi biaya
bunga yang harus dibayarkan kepada penabung, sehingga semakin efektif manajemen
lembaga keuangan mengelola hutangnya, maka rentabilitas juga akan meningkat.

Struktur keuangan atau struktur finansial merupakan perimbangan antara total


hutang dengan modal sendiri. Untuk mengukur seberapa besar LPD di Kota Denpasar
menggunakan modal sendiri atau hutang maka dipergunakan debt to equity ratio.
Penggunaan masing-masing sumber dana tersebut mempunyai pengaruh yang
berbeda terhadap rentabilitas yang akan diperoleh dari LPD tersebut. Apabila LPD
lebih mengutamakan hutang sebagai sumber dana, maka akan dapat menurunkan
rentabilitas perusahaan karena risiko finansialnya semakin besar yang dapat dilihat
dari besarnya jumlah bunga yang harus dibayarkan, sedangkan apabila perusahaan
menggunakan modal sendiri sebagai sumber dana maka akan mempengaruhi laba
tahun bersangkutan karena tidak menimbulkan biaya bunga seperti halnya dengan
menggunakan hutang.
Pendapatan yang diperoleh LPD dapat ditingkatkan dengan memaksimalkan
pemberian kredit atau pinjaman kepada masyarakat, tingkat kredit yang disalurkan
oleh LPD kepada masyarakat dapat dilihat dari perhitungan loan to deposit ratio.
Loan to deposit ratio merupakan perbandingan antara kredit yang diberikan dan dana
yang diterima oleh LPD (Sudirman, 2000:193), juga berpengaruh positif terhadap
rentabilitas. Dimana loan to deposit ratio yang tinggi menunjukkan pemberian
penyaluran kredit tersebut akan semakin besar sehingga akan meningkatkan
rentabilitas LPD.
LPD di Kota Denpasar memiliki peranan yang sangat penting dalam menunjang
pernbangunan Desa Adat di Kota Denpasar. Kontribusi LPD dalam rnenunjang

pembangunan Desa Adat di Kota Denpasar tergantung dari kemampuan LPD itu
sendiri dalam mengelola usahanya. Kemampuan pengurus dalam mengelola usaha
LPD dapat dilihat dari kemampuan dalam mengelola perputaran kas, efektivitas
pengelolaan hutang, struktur finansial dan tingkat kredit yang disalurkan yang
nantinya berpengaruh terhadap rentabilitas LPD.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam
penelitian ini adalah
1) Apakah tingkat perputaran kas berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomis pada
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kota Denpasar periode 2011-2013 ?
2) Apakah tingkat efisiensi berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomis pada
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kota Denpasar periode 2011-2013 ?
3) Apakah profesionalitas badan pengawas berpengaruh terhadap rentabilitas
ekonomis pada LPD di Kota Denpasar periode 2011-20013?
D. Tujuan penelitian
Berdasarkan pokok permasalah diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian
ini adalah:
1) Untuk mengetahui pengaruh tingkat perputaran kas terhadap rentabilitas
ekonomis pada Lembaga Perkreditan Desa di Kota Depasar periode 2011-2013.
2) Untuk mengetahui pengaruh tingkat efisiensi terhadap rentabilitas ekonomis pada
Lembaga Perkreditan Desa di Kota Denpasar periode 2011-2013.

3) Untuk

mengetahui

pengaruh

profesionalitas

badan

pengawas

terhadap

rentabilitas ekonomis pada Lembaga Perkreditan Desa di Kota Denpasar periode


2011-2013.
E. Kegunaan penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kegunaan sebagai berikut :
1) Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengaplikasikan
teori-teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan kenyataan yang ada di
perusahaan serta penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan serta
wawasan yang luas tentang Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kota Denpasar.
2) Kegunaan praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil
keputusan khususnya bagi pengurus LPD di Kota Denpasar.
F. Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis
F.1 Kajian Pustaka
F.1.1 Pengertian Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
Berdasarkan Peraturan Daerah Tingkat I Provinsi Bali No.3 Tahun 2007 pada
bagian umum dikemukakan pengertian tentang Lembaga Perkreditan Desa adalah
merupakan salah satu unsur kelembagaan Desa Pakraman yang menjalankan fungsi
keuangan Desa Pekraman untuk mengelola potensi keuangan Desa Pakraman.
Lembaga Perkreditan Desa (LPD) adalah suatu nama bagi usaha simpan pinjam milik
masyarakat desa pakraman yang berada di Provinsi Bali dan merupakan sarana
perekonomian rakyat di pedesaan. LPD merupakan salah satu asset dan sumber
pendapatan desa adat sehingga memerlukan pengelolaan yang baik oleh pengurus

LPD untuk menjangkau seluruh kegiatan masyarakat desa terutama dalam


menjalankan usahanya (Darsana, 2010). LPD di Bali mulai berkembang sejak tahun
1985 berdasarkan surat Keputusan Gubernur Kepala Tingkat I Bali No. 972 Tahun
1984 tanggal 1 November 1984.
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002, bahwa
Lembaga Perkreditan Desa merupakan lembaga keuangan milik Desa Pakraman yang
telah berkembang, memberikan manfaat sosial, ekonomi dan budaya kepada
anggotanya, sehingga perlu dibina, ditingkatkan kinerjanya, dan dilestarikan
keberadaannya. LPD sebagai salah satu wadah kekayaan Desa, menjalankan
fungsinya dalam bentuk usaha-usaha kearah peningkatan taraf hidup Krama Desa dan
dalam kegiatannya banyak menunjang pembangunan Desa
F.1.2 Tujuan Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
Tujuan LPD berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Tingkat I Bali Nomor 8
Tahun 2002 adalah
1) mendorong pembangunan ekonomi masyarakat Desa melalui kegiatan
menghimpun tabungan dan deposito dari Krama Desa;
2) memberantas ijon, gadai gelap dan lain-lain yang dapat dipersamakan dengan itu;
3) menciptakan pemerataan kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja
bagi Krama Desa;
4) meningkatkan daya beli dan melancarkan lalulintas pembayaran dan peredaran
uang di Desa.
F.1.3 Kedudukan LPD dalam Sistem Perbankan

Keputusan peralihan undang-undang perbankan No. 7 Pasal 58 tahun 1992


menyatakan bahwa Bank Desa, Bank Pasar, Bank Pegawai, Lumbung Putih Negari
(LPN), Lembaga Perkreditan Desa (LPD), Bank Kredit Desa (BKD), Bank Kredit
Kecamatan (BKK), Kredit Usaha Rakyat Kecil (KURK), Lembaga Perkreditan
Kecamatan (LPK), Bank Karya Produk Desa (BKPD), dan Lembaga-lembaga lain
yang dipersamakan dengan itu diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) setelah memenuhi persyaratan secara tata cara yang ditetapkan dalam
peraturan pemerintah. Pasal 21 dari Undang-Undang tersebut menyatakan bentuk dari
suatu BPR dapat berupa salah satu dari:
1) Perusahaan Daerah
2) Koperasi
3) Perseroan Terbatas
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa LPD tidak menjadi
bagian dari sitem perbankan karena LPD tidak mengajukan diri sebagai BPR.
Peraturan Daerah Tingkat I Bali Nomor 8 Tahun 2002 juga telah menyatakan
secara operasional LPD melakukan fungsi intermediasi keuangan layaknya
sebuah BPR.
F.1.4 Kedudukan Desa Adat dalam Perkembangan LPD
Menurut Dewi dan Suartana (2009:189) desa adat merupakan salah satu
lembaga organisasi social yang bersifat tradisional. Desa adat memiliki beberapa hak
otonomi. Salah satu diantaranya adalah otonomi dalam social ekonomi yang
merupakan kekuasaan untuk mengatur hubungan antar kelompok masyarakat serta
pengelolaan kekayaan desa adat. Kedudukan desa adat didalam perkembangan dan
keberadaan LPD sangat strategis dalam pertimbangan sebagai berikut:
1) Desa adat merupakan lembaga tradisional yang telah mengakar dan dihormati
oleh masyarakatnya terutama adatnya.
2) Desa adat memiliki peraturan-peraturan yang telah disepakati dan dipatuhi,
baik secara tertulis maupun belum.
3) Desa adat merupakan suatu lembaga tradisional yang bersifat kelompok yang
didasarkan pada geografis adat yang sudah tentu interaksi social yang terjadi
sehari-hari menyebabkan bertambahnya rasa kesatuan dan kerjasama alamiah
sebagai terwujudnya gotong royong yang terjalin erat.
4) Desa adat mempunyai kewajiban dan beban tanggung jawab yang cukup besar
bila dibandingkan dengan hak yang dimiliki dan bantuan yang diperoleh dari
pihak pemerintah daerah pusat.
F.1.3 Pengertian Rentabilitas Ekonomi
Menurut Sofyan Safri (2009:304) Rasio rentabilitas atau disebut juga
profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui

semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal,
jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Menurut Kasmir (2012:196) Rasio
profitabilitas yang dikenal juga dengan nama rasio rentabilitas merupakan rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga
memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan yang ditunjukan
oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Berdasarkan
pengertian tersebut maka rasio rentabilitas atau yang disebut juga dengan rasio
profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mendapatkan
laba.
Penggunaan

rasio

rentabilitas

dapat

dilakukan

dengan

menggunakan

perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan, terutama


laporan keuangan neraca dari laporan laba rugi (Kasmir, 2012:196). Beberapa rasio
rentabilitas (Sofyan Syafri, 2009:304):
1) Margin laba (Profit Margin) = Pendapatan bersih . (1)
Penjualan
Angka ini menunjukan berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari
setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.
2) Aset turn over (Retrun on asset) = Penjualan bersih ... (2)
Total aktiva
Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva yang diukur dari volume penjualan.
Semakin besar rasio ini semakin baik, hal ini berarti bahwa aktiva dapat cepat
berputar dan meraih laba.
3) Return on Investment (Return on equity) =

Laba bersih
. (3)
Rata-rata modal (equity)

Rasio ini menunjukan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari modal
pemilik, semakin besar hasilnya semakin bagus.
4) Laba per lembar saham = Laba bagian saham bersangkutan (4)
Jumlah saham
Rasio ini menunjukan berapa besar kemmapuan per lembar saham menghasilkan
laba.
F.1.4 Tujuan dan Manfaat Rasio Rentabilitas
Tujuan penggunaan rasio rentabilitas atau yang disebut juga dengan profitabilitas bagi
perusahaan maupun pihak luar perusahaan, yaitu (Kasmir, 2012):
1) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode tertentu;
2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang;
3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu;
4) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri;
5) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri;
6) Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal sendiri.
Manfaat yang diperoleh dari penggunaan rasio rentabilitas adalah untuk:
1) Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode;
2) Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang;
3) Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu;
4) Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri;
5) Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri.
F.1.5 Tingkat Perputaran Kas
Perputaran kas merupakan periode berputarnya kas dimulai dari saat di mana ka
situ diinvestasikan dalam modal kerja sampai kembali menjadi kas. Kas memiliki
tingkat likuiditas paling tinggi dalam modal kerja, semakin besar jumlah kas yang

10

dimiliki perusahaan maka semakin rendah perputarannya.Perputaran kas juga


menunjukan efesiensi penggunaan kas sehingga untuk mengetahui efisiensi
penggunaan kas dapat diketahui melalui tingkat perputaran kasnya.
Perbandingan sales dengan jumlah kas rata-rata menggambarkan tingkat
perputaran kas (cash turnover). Total penjualan dalam menghitung tingkat perputaran
kas ini disamakan dengan total pendapatan. Rumu perhitungan tingkat perputaran kas
(Riyanto, 2008:95) adalah sebagai berikut:
Tingkat Perputaran Kas = Total Pendapatan .. (5)
Rata-rata Kas
F.1.6 Tingkat Efisiensi
F.1.7 Profesionalitas Badan Pengawas
Berdasarkan Peraturan Gubernur Bali No. 6 Th.2008 tentang Pengurus dan
Pengawasan Internal LPD menyebutkan pengawas internal yang selanjutnya disebut
pengawas adalah badan pengawas yang dibentuk oleh desa, bertugas melakukan
pengawasan terhadap pengelolaan Lembaga Perkreditan Desa.
Menurut keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor 491 Tahun 1998
mengenai pembentukan dan kedudukan badan pengawas adalah sebagai berikut:
1) Ditiap-tiap LPD dibentuk badan pengawas
2) Badan pengawas terdiri dari seorang ketua dan sebanyak-banyaknya dua
orang anggota
3) Bendesa adat karena jabatannya secara ex office sebagai ketua badan
pengawas
4) Ketua dan anggota badan pengawas tidak dibenarkan merangkap sebagai
badan pengurus LPD.
Tugas Badan Pengawas Internal LPD adalah :
1) mengawas pengelolaan LPD;
2) memberikan petunjuk kepada pengurus;

11

3) memberikan saran, pertimbangan dan ikut menyelesaikan permasalahan;


4) mensosialisasikan keberadaan LPD;
5) mengevaluasi kinerja Pengurus secara berkala;
6) menyusun dan menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada peruman
desa. (Peraturan Gubernur tentang Pengurus dan Pengawas Internal LPD
No.16 Tahun 2008)
Berdasarkan keenam tugas badan pengawas tersebut maka, badan pengawas
dituntut untuk memiliki sikap profesionalitas. Profesionalitas adalah sutu sebutan
terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat
pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugastugasnya.

F.2 Hipotesis Penelitian


F.2.1 Pengaruh Tingkat Perputaran Kas terhadap Rentabilitas Ekonomis
Menurut Albertus dan Amelia (2012) dalam penelitan sebelumnya dengan judul
Pengaruh Perputaran Kas dan Perputaran Piutang Terhadap Rentabilitas Ekonomi
Pada KPRI di Lingkungan BKN mengatakan perputaran kas memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap rentabilitas ekonomi. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Yuli dkk (2014) yang menujukan hasil bahwa tingkat
perputaran kas berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomis.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah sebagai beikut:
H1: Tingkat perputaran kas berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomis.
F.2.2 Pengaruh Tingkat Efisiensi terhadap Rentabilitas Ekonomis
F.2.3 Pengaruh Profesionalitas Badan Pengawas Terhadap rentabilitas
Ekonomis

12

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2007 tentang perubahan
atas Peraturan daerah
G. Metode Penelitian
G.1 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian bersifat
asosiatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variable atau lebih
(Rahayu dkk, 2004:17). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini ditunjukan dengan
Gambar 1.1

Tingkat Perputaran Kas


(X1)
Rentabilitas Ekonomis
(Y)

Tingkat Efisiensi (X2)

Profesionalitas Badan
Pengawas
(X3)penelitian Pengaruh Tingkat Perputaran Kas, Tingkat
Gambar
G.1: Desain
Efisiensi dan Profesionalitas Badan Pengawas Terhadap
Rentabilitas Ekonomis pada LPD di Kota Denpasar Periode 20112013.

G.2 Lokasi atau Ruang Lingkup Wilayah Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan mengambil wilayah pengujian pada LPD di Kota
Denpasar sebab peranan LPD di Kota Denpasar dianggap semakin penting yang
terlihat dari bertambah banyaknya jumlah LPD di Kota Denpasar dan memiliki
jumlah penduduk yang cukup banyak yang sekaligus merupakan sasaran operasional

13

LPD. Selain itu, Kota Denpasar merupakan daerah dengan tingkat perekonomian
yang paling maju apabila dibandingkan dengan daerah lainnya, sehingga LPD di Kota
Denpasar dinilai sebagai obyek penelitian yang paling ideal.
G.3 Obyek Penelitian
Obyek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah tingkat perputaran
kas, tingkat efisiensi dan profesionalitas badan pengawas terhadap rentabilitas
ekonomis pada LPD di Kota Denpasar tahun 2011-2013.
G.4 Identifikasi Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:59).Pada penelitian ini terdapat 3 variabel
bebas dan 1 variabel terikat.
1) Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007:59). Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah Rentabilitas Ekonomi (Y).
2) Variabel bebas (independen) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono,
2007:59). Variabel independen dalam penelitian ini adalah Tingkat
Perputaran Kas (X1), Tingkat Efisiensi (X2) dan Profesionalitas Badan
Pengawas (X3).

14

G.5 Definisi Operasional Variabel


Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Rentabilitas Ekonomi (Y) yaitu kemampuan untuk menghasilkan
laba dari modal yang dimiliki.
2) Tingkat Perputaran Kas (X1) merupakan perbandingan antara
jumlah penjualan dengan jumlah kas rata-rata yang di maksud dengan
penjualan pada LPD adalah total pendapatan, dengan rumus Total
Pendapatan : Kas Rata- Rata
3) Tingkat Efisiensi (X2) sering disebut juga rasio BOPO yang
digunakan

untuk

mengukur

kemampuan

manajemen

dalam

mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional


dengan rumus Biaya operasional : Pendapatan operasional X 100%,
dan
4) Profesionalitas Badan Pengawas merupakan kualitas yang dimiliki
badan pengawas dalam menjalankan tugasnya. Variabel ini diteliti
dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini
membahas tentang pelatihan dan pendidikan badan pengawas yang
dikutiip dari..

G.6 Jenis dan Sumber Data

15

G.6.1 Jenis Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
(1) Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema dan gambar
(Sugiyono, 2007:14). Data kualitatif dalam penelitian ini adalah struktur
organisasi LPD, sejarah berdirinya LPD serta gambaran umum mengenai LPD.
(2) Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berupa angka atau data kualitatif yang
diangkakan (Sugiyono, 2007:13). Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah
laporan keuangan LPD yang tercatat di LPLPD dan jumlah LPD yang terdapat
di Kota Denpasar dan jawaban yang diberikan oleh responden dalam kuesioner
mengenai pelatihan dan pendidikan badan pengawas.
G.6.2 Sumber Data
Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1)

Data Primer adalah data yang langsung memberikan data kepada


pengumpul data (Sugiyono, 2007:129). Data primer dalam penelitian ini adalah
jawaban-jawaban yang diberikan oleh responden atas pertanyaan dalam
kuesioner yang berhubungan dengan penelitian ini.

2)

Data Sekunder adalah data yang tidak diperoleh dari sumbernya


langsung, tetapi diperoleh dari sumber-sumber lain baik individu maupun
dokumen. Data sekunder biasanya diperoleh dalam bentuk sudah jadi, sudah
dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain (Sugiyono, 2007:193). Data sekunder
dalam penelitian ini adalah gambaran umum LPD, sejarah berdirinya LPD,

16

struktur organisasi, jumlah LPD dan laporan spesikulasi keuangan LPD yang
terdapat di LPLPD Kota Denpasar.

G.7 Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel


Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:72). Populasi dalam penelitian
ini adalah Lembaga Perkreditan Desa yang ada di Kota Denpasar. Berdasarkan data
dari LPLPD tercatat 35 LPD yang berada di Kota Denpasar.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2007:73). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih
dengan metode purposive sampling, yaitu metode penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu, dimana anggota sampel akan dipilih sedemikian rupa sehingga
sampel yang terbentuk dapat mewakili sifat-sifat populasi (Sugiyono, 2007:78).
Kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah
1) LPD di Kota Denpasar yang terdaftar di Pengawas Lembaga Perkreditan Desa
Kota/Kabupaten (PLPDK) Kota Denpasar periode 2010-2013
2) Data laporan keuangan tahunannnya tersedia di PLPDK Kota Denpasar untuk
periode 2010-2013

17

3) LPD menerbitkan laporan keuangan dengan menggunakan tahun buku yang


berakhir tanggal 31 Desember periode 2010-2013
G.8 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1) Wawancara
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab
langsung baik dengan pimpinan dan karyawan LPLPD DI Kota Denpasar
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini.
2) Studi Dokumentasi
Metode ini dilakukan dengan cara melihat dan mempelajari dokumen-dokumen
serta mencatat data tertulis yang ada hubungannya dengan objek penelitian.
Metode dokumentasi dalam penelitian ini meliputi pengumpulan data yang
berupa laporan keuangan LPD di Kota Denpasar tahun 2011-2013.
3) Metode Kuesioner
Metode ini merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberi
pertanyaan atau pernyataan secara tertulis kepada responden untuk dijawab
(Sugiyono, 2007:135). Data yang diperoleh melalui kuesioner ini adalah data
tentang pelatihan dan pendidikan badan pengawas.
G.9 Teknik Analisis
G.9.1 Uji Instrumen
1) Uji Validitas
Uji validitas merupakan alat untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Kuesioner akan dikatakan valid apabila pertanyaan dalam kuesioner

18

dapat mengungkapkan sesuatu yang bisa diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali,
2007:52)
2) Uji Reliabelitas
Uji realiabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Kuesioner dikatakan reliable
apabila jawaban seseorang pada kuesioner konsisten (Ghozali, 2007:47)

G.9.2 Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik ini digunakan untuk mengetahui apakah model regresi lulus
dari uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1) Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2007:110) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi nnormal.
Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal.
Metode yang digunakan adalah Kolmogrov-Smirnov.
2) Autokorelasi
Uji Autokorelasi dilakukan untuk mendeteksi adanya korelasi antara data pada
masa sebelumnya (t-1) dengan data sesudahnya (t1). Model uji yang baik adalah
terbebas autokorelasi. Deteksi autokorelasi digunakan uji Run Test. Deteksi
autokorelasi dilihat dari nilai Asymp. Sig yang dihasilkan. Jika nilai Asymp. Sig lebih
besar dari alpha ( = 0,05) maka model uji terbebas dari autokorelasi (Gozhali,
2007:104).
3) Uji Multikoleniaritas
Menurut Ghozali (2007:91) uji multikoleniaritas mempunyai tujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

19

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen. Pengujian ini dapat dilakukan dengan cara melakukan regresi
antara variabel bebas untuk melihat nilai tolerance atau variance inflaction factor
(VIP).
1) Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan kepengamatan lainnya. Jika
variance dan residual satu pengamatan kepengamatan yang lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang
baik adalah yang homokedastisitas yaitu jika variance dari satu pengamatan ke
pengamatan lainnya tetap. Pengujian dilakukan dengan uji glejser, yaitu dengan
meregres nilai absolute residual terhadap variabel bebas (Imam Ghozali, 2007:125).
Jika variabel bebas signifikan secara statistik mempengaruhi variabel terikat
(absolute residual) maka ada indikasi terjadi Heteroskedastisitas setelah model
regresi bebas dari pelanggaran.

G.9.3 Analisis Regresi Linier Berganda


Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui atau
memperoleh gambaran mengenai pengaruh tingkat perputaran kas, efektivitas
pengelolaan hutang, tingkat efisiensi dan tingkat kredit yang disalurkan terhadap
rentabilitas ekonomis. Menurut Nata Wirawan (2002:293) persamaan regresi
linier berganda memiliki rumus sebagai berikut:

20

Keterangan:
Y

= Rentabilitas Ekonomis

= Bilangan konstanta

X1
X2
X3
X4
e
1,2,3, 4

= Tingkat Perputaran Kas


= Efektivitas Pengelolaan Hutang
= Tingkat Efisiensi
= Tingkat Kredit yang disalurkan
= residual error
= koefisien regresi

G.9.4 Pengujian Terhadap Koefisien regresi secara simultan (F-test)


Pengujian ini bertujuan untuk melihat signifikan tidaknya pengaruh variabel
bebas secara simultan (bersama) terhadap variabel terikat. Langkah-langkah
pengujiannya adalah sebagai berikut.
(1) Merumuskan hipotesis
H0 : 1 = 2 = 3 = 0;
artinya variabel bebas secara bersama-sama
H1 : 1 2 3 0;

tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.


artinya variabel bebas secara bersama-sama

berpengaruh terhadap variabel terikat.


(2) Menentukan tingkat keyakinan 95% dan = 5%.
(3) Menentukan kesimpulan dengan membandingkan nilai tingkat signifikansi F
yang diperoleh dari hasil regresi program SPSS dengan = 5%.
Apabila tingkat signifikansi F = 0,05, maka H0 ditolak.
Apabila tingkat signifikansi F = 0,05, maka H0 diterima.
G.9.5 Pengujian Terhadap Koefisien regresi secara parsial (t-test)
Pengujian ini dilakukan dengan uji t untuk mengetahui pengaruh masingmasing variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun langkah-langkahnya sebagai
berikut:
(1) Merumuskan hipotesis
H0 : 1 = 0; artinya tidak ada pengaruh Xi terhadap Y, dengan i adalah variabel
bebas (X1, X2, dan X3).

21

H1 : 1 0; artinya ada pengaruh Xi terhadap Y, dengan i adalah variabel


bebas (X1, X2, dan X3).
(2) Menentukan besarnya taraf nyata ( : 2) = 2,5% dengan menggunakan uji dua
sisi.
(3) Menentukan kesimpulan dengan melihat hasil regresi yang dilakukan dengan
program SPSS yaitu membandingkan tingkat signifikansi masing-masing
variabel bebas dengan /2 = 0,025.
Apabila tingkat signifikansi t = 0,025, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Apabila tingkat signifikansi t = 0,025, maka H0 diterima dan H1 ditolak.

22

Anda mungkin juga menyukai