Anda di halaman 1dari 3

Obligasi Daerah sebagai Trickle Down Effect

Infrastruktur yang merupakan salah satu hal yang penting dalam operasional kegiatan
masyarakat ataupun perusahaan, dan Indonesia memiliki target infrastruktu yang semakin
baik guna meningkatkan sumber daya manusia, karena dengan majunya infrastruktur dan
pemerataan infrastruktur dapat meningkatkan roda perekonomian maupun peningkatan
sumber daya manusianya. Namun pembangunan infrastruktur tentu saja memakan dana yang
cukup besar, dengan adanya kebutuhan dan yang cukup besar ini, sangat dibutuhkan efisiensi
dalam penggunaan dana pemerintah dan juga mencari sumber pembiayaan yang efisie. Maka
ini merupakan tanggung jawab bersama, baik dalam tingkat pusat maupun tingkat daerah.
Karena yang membedakan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah adalah cakupan
wilayahnya namun untuk masalah ini harus dilakukan secara bersama. Pengaturan mengenai
hal tersebut terdapat pada Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah Pusat dan Daerah.
Definisi obligasi sendiri mengacu pada definisi pada pasar modal, maka obligasi
merupakan sertifikat atau surat hutang yang memiliki jangka waktu yang panjang dan dapat
diperjual belikan yang berisikan perjanjian dari pihak penerbit guna membayar imbalan yang
berupa bungan pada periode tertentu dan juga melunasi pokok utang pada waktu yang telah
ditentukan kepada pihak pembeli. Lebih mudahnya adalah ketika pihak pembeli obligasi
menginvestasikan uangnya kepada penjual obligasi maka obligasi disini dapat dikatakan
penjembatan antara kedua belah pihak yang sama sama memilki kebutuhan, dengan kata lain
jika pihak pembeli adalah pihak yang memiliki kelebihan dana dan akan menginvestasikan
uangnya dengan harapan akan mendapatkan imbalan, dan pihak penjual obligasi adalah pihak
yang memerlukan uang, dengan demikian dia akan mendapatkan uang yang dapat digunakan
berinvestasi yang lain tanpa harus menunggu uang hasil operasional.
Yang dimaksud obligasi disini adalah hutang, namun hutang yang dimaksud guna
pembangunan, bukan untuk konsumsi belaka. Sudah diketahi juga jika pembangunan
infrastruktur tinggi maka jumlah pengangguran, kemiskinan bisa berkurang dan tentu saja
meningkatkan perekonomian. Obligasi daerah ini juga dapat disebut dengan trickle down
effect. Trickle down effect merupakan sebuah teori ekonomi yang memiliki manfaat dari
kegiatan ekonomi yang besar akan berimbas kepada kegiatan ekonomi yang lebih kecil.
Dengan kata lain keuntungan yang diperoleh oleh kelompok masyarakat kaya, akan menetes
pada kelompok masyarakat miskin lewat perluasan lapangan pekerjaan.
Salah satu alternatif atau pilihan dalam pembangunan infrastruktur daerah yang terkait
dengan pemerintah daerah adalah dengan menerbitkan obligasi daerah guna menjadi sumber
pembiayaan infrastruktur wilayah. Pemilihan obligasi daerah sebagai sumber pembiayaan
infrastruktur daerah adalah karena kecilnya anggaran pembangunan daerah yang dapat
membuat pelayanan daerah kepada masyarakat dapat terabaikan. Karena jika hanya
mengandalkan APBD yang ada saja akan lebih lambat sedangkan jika ditambah dengan
adanya obligasi daerah maka kecepatan pembangunan akan cepat selesai dan manfaatnya
cepat terasa, seperti layaknya sepeda motor jika hanya mengandalkan APBD maka dapat
menempuh hingga kecepatan 40km/jam, namun jika ditambah dengan menggunakan obligasi
daerah maka kecepatan sepeda motor dapat bertambah menjadi 80km/jam.
Sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, yaitu UndangUndang 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011
tentang Pinjaman Daerah, dimungkinkan untuk menerbitkan Obligasi Daerah untuk
pembiayaan sarana dan prasrana (infrastruktur). Keweanangan dalam menerbitkan obligasi
daerah ini perlu dilakukan secara hati hati karena sesuai dengan definisi obligasi yaitu surat
hutang, dan pembeli obligasi mengharapkan mendapatkan imbalan sesuai dengan perjanjian
pada obligasi tersebut. Maka obligasi daerah wajib mengembalikan kepada masyarakat
beserta bunganya yang telah ditetapkan dalam obligasi tersebut. Maka sangat perlu dilakukan
pembahasan yang mendalam dalam penerbitan obligasi daerah ini agar mengurangi
kemungkinan buruk atau resiko maupun potensi dari penerbitan obligasi daerah ini.
Namun jika dilihat dari segiketerbatasan, pemerintah daerah lebih memiliki batasan
sedangkan pemerintah pusat memiliki kewenangan yang cukup luas karena cakupannya yang
luas, mudahnya adalah jika pemerintah pusat dapat melakukan peminjaman hingga luar
negeri sehing problematika kegagalan pembayaran dapat dicegah ataupun diminimalisir.
Maka dalam hal ini pemerintah daerah yang memiliki wewenang dalam penerbitan obligasi
daerah harus secara serius memikirkan matang matang tentang obligasi daerah ini. Dan untuk
pekerjaan atau pun proyek yang sedang berlangsung, harus dapat mengatur perputaran
uangnya agar menjadi jaminan bahwa pemerintah daerah sanggup melunasi obligasi tersebut
kepada masyarakat.
Dan untuk menarik perhatian investor dalam menginvestasikan uangnya dalam
obligasi maka pemerintah harus terlebih dahulu diperingkatkan pada agen atau lembaga
pemeringkat obligasi, sebelum ditawarkan kepada masyarakat. Maka diharapkan dengan
adanya pemeringkatan ini dapat memberi dan menjadi petunjuk bagi investor tentang kualitas
investasi obligasi yang akan dibeli.
Maka obligasi dalam pembangunan daerah dalam kacamata masyarakat terdapat dua
keuntungan yaitu mendapatkan keuntungan dengan adanya imbalan yang mereka dapat dari
sebuah obligasi dearah tersebut dan juga sumbangsih berkontribusi atas berjalannya proyek
infrastruktur daearh tersebut yang akan dirasakan dan dengan percepatan pembangunan
infrastruktur yang diketahui juga dengan maju dan baiknya infrastruktur akan meningkatkan
sumber daya manusia pada daerah dan juga dapat meningkatkan perekonomian.
Yang bahwasanya perlu adanya pemerataan kesejateraan baik ditingkat pusat maupun
didaerah, namun faktanya banyak beberapa daerah belum mendapatkan kesenjangan yang
sama karena kurangnya atau minimnya infrastruktur yang ada. Maka perlu adanya solusi
dalam memudahan dalam mengakses fasilitas, jaminan sosial, pemberdayaan produktivitas,
dan pekerjaan layak, harus diperhatikan guna mengikis kesenjangan. Sistem perekonomian
yang dipakai haruslah berlandaskan prinsip gotong royong. Hal ini menjadi salah satu solusi
terbaik dari pengentasan permasalahan ketimpangan. Yang dimaksud dalam pemerataan
kesejahteraan atau pemecahan permasalahan ketimpangan disini bukan berarti berada pada
satu tingkat yang sama namun solusi bagaimana agar disparatis itu mengecil.
Dapat disimpulkan jika obligasi daerah dapat membawa dampak yang positif terhadap
suatu pembangunan suatu daerah yaitu seperti semakin terpenuhinya penunjang infrastruktur
guna pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, akses menjadi lebih mudah dicapai dan juga
peningkatan pelayanan. Jadi pemanfaatan obligasi hanya digunakan sebagai kepentingan
yang dapat menghasilkan penerimaan misalnya pembangunan infrastruktur ini.

Anda mungkin juga menyukai