Tugas Makalah Kel 5
Tugas Makalah Kel 5
KELOMPOK 5 :
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “MAKALAH
RETRIBUSI PERIZINAN TERTENTU TENTANG PERSETUTUJUAN
BANGUNAN GEDUNG (PBG)” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Hukum Pajak dan Retribusi. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang pajak daerah bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Jambi
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pengertian Retribusi...................................................................................3
3.1 Kesimpulan..................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pemberian izin untuk membangun bangunan gedung merupakan hal yang
penting untuk memastikan bahwa pembangunan dilakukan sesuai dengan aturan
yang berlaku. Pembangunan gedung yang tidak sesuai dengan aturan dapat
membahayakan keselamatan dan kesehatan masyarakat, serta merusak lingkungan
sekitar. Oleh karena itu, retribusi ini juga berperan sebagai sumber pendapatan
daerah, yang tujuannya adalah untuk membiayai pembangunan dan memastikan
kepatuhan terhadap peraturan yang ada.
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami apa itu Retribusi Perizinan Tertentu
2. Untuk memahami apa itu Retribusi Persetujuan Bangunan Gedung
3. Untuk memahami bagaimana Mekanisme Retribusi Persetujuan Bangunan
Gedung
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Retribusi
1
Josep Riwu Kaho,Op,Cit, Hlm 171
2
Ahmad Yani, Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah Di Indnonesia
(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002).
3
Mahmudi, Manajemen Keuangan Daerah (Jakarta: Pt. Gelora Aksara Pratama, 2010).hlm. 25
4
Marihot P. Siahaan, Pajak Daerah & Retribusi Daerah (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
2005). Hlm.111
3
Retribusi ini berdasarkan atas peraturan yang berlaku, yakni dalam bentuk
peraturan daerah dan untuk menaatinya yang berkepentingan dapat dipaksa
(paksaan ekonomi) yaitu, barang siapa yang ingin menggunakan mendapat jasa
tertentu dari pemerintah, maka ia wajib membayarnya. Pembayaran inilah yang
disebut retribusi.
Sedangkan wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut
peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran
retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu. Masa retribusi
adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib
Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintahan
Daerah yang bersangkutan.
5
“Undang -Undang Nomor 28 Tahun 2009,Pasal 1 angka 64 berbunyi: Retribusi Daerah, yang
selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau Badan.
4
Hal ini dapat dipahami ketika melakukan pembayaran retribusi daerah,
maka pembayaran yang dilakukan merupakan kompensasi atas sebuah jasa atas
layanan yang diberikan oleh pemerintah daerah, atau bila seseorang ingin
menikmati jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah, ia harus membayar
retribusi yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Apabila ada
sebuah pungutan yang dinamakan retribusi namun tidak terdapat jasa layanan
yang diberikan kepada pembayar retribusi, maka pada hakikatnya pembayaran
tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai retribusi
6
Marihot P. Siahaan, Pajak Daerah & Retribusi Daerah.(Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada 2005)
hlm. 5
5
1. Dasar untuk mengenakan retribusi biasanya harus didasarkan pada total
cost dari pada pelayanan-pelayanan yang disediakan: dan
2. Dalam beberapa hal tersebut retribusi biasanya harus didasarkan pada
kesinambungan harga jasa suatu pelayanan yaitu atas dasar mencari
keuntungan
Menurut Marihot P. Siahaan, ada beberapa ciri yang melekat pada retribusi
daerah yang saat ini di pungut di Indonesia:
Sehingga dari definisi tersebut menurut Josep Riwu Kaho, ada beberapa ciri
retribusi, yaitu :
7
Adrian Sutedi, Hukum Pajak Dan Retribusi Daerah (Jakarta: PT. Sinar Grafika, 2011).
6
membayar retribusi yang menikmati balas jasa dari Negara, orang-orang yang
tidak menggunakan jasa-jasa pemerintah yang telah disediakan, tidak wajib
membayar retribusi.
Adapun tarif retribusi beberapa ciri-ciri yang melekat pada retribusi daerah
yang saat ini dipungut di Indonesia adalah sebagai berikut:
8
Iswanto Sunarn, Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia, (Makassar: PT.Sinar Grafika,
2005). Hlm 78
7
4. Retribsi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah
daerah yang dinikmati oleh orang atau badan.
5. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara ekonomis, yaitu
ika tidak membayar retribusi, tidak akan memperoleh jasa yang dapat
diselengarakan oleh pemerintah daerah.
Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan
perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi,
termasuk pemungut atau pemborong retribusi tertentu.9
9
Ida Zurida, Teknnik Penyusunan Peraturan Daerah Tentang Pajak Dan Retribusi Daerah
(Jakarta: PT. Sinar Grafika, 2014).hlm. 108
8
izin tempat penjualan minum-minuman beralkohol, retribusi izin gangguan,
retribusi izin trayek, dan retribusi izin usaha perikanan.
9
Namun, IMB telah diganti dengan persetujuan bangunan gedung (PBG).
Perubahan itu diatur melalui Peraturan Pemerintah (PP) 16/2021. PP tersebut
mengatur hal-hal yang bersifat pokok dan normatif mengenai PBG. Sementara itu,
ketentuan pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan peraturan perundang-
undangan lain, di antaranya seperti peraturan daerah (perda). Berbicara mengenai
PBG, terdapat suatu retribusi yang dikenakan atas PBG. Lantas, apa itu PBG dan
retribusi PBG? Merujuk Undang-Undang (UU) Cipta Kerja, UU HKPD dan PP
16/2021, PBG adalah perizinan yang diberikan kepada pemilik bangunan gedung
untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat
bangunan gedung sesuai dengan standar teknis bangunan Gedung
10
2. Memastikan penyelenggaraan bangunan gedung tersebut memenuhi
standar yang menjamin keselamatan, kenyamanan, kesehatan, dan
kemudahan bagi penggunanya; dan
3. Mendata keberadaan rencana bangunan gedung.
Sementara itu, retribusi berarti pungutan daerah berarti pembayaran atas jasa
atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Terdapat 3 jenis
retribusi, yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan
tertentu. Adapun retribusi PBG merupakan salah satu jenis dari retribusi perizinan
tertentu
11
Dalam upaya peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha maka
dilakukalah penyederhanaan persyaratan dasar perizinan berusaha, meliputi
persetujuan Bangunan Gedung (PBG) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF). Sebagai
salah satu bentuk penyederhanaan tersebut adalah kemudahan pelayanan yang
dibangun oleh pemerintah dengan aplikasi berbasis web, yaitu Sistem Informasi
Bangunan Gedung (SIMBG). Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa penyelenggaraan bangunan gedung di
daerah merupakan bagian dari penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang
pekerjaan umum dan penataan ruang yang merupakan kewenangan pemerintah
Kabupaten/Kota. Namun bagaimana pemerintah daerah mengimplementasikan
kebijakan baru ini yang tentu saja akan berimplikasi pada perubahan peraturan
daerah yang ada, termasuk retribusi IMB menjadi retribusi PBG. Karena untuk
menindaklanjuti kebijakan pemerintah pusat, pemerintah daerah terkendala oleh
proses politik dan masalah waktu dalam proses legislasi. Kemudian masalah
kesiapan infrastruktur jaringan teknologi informasi dalam rangka digitalisasi
perizinan yang belum merata di daerah-daerah.
12
Pemohon diwajibkan untuk menggunakan SIMBG berbasis web untuk
proses pengajuan izin terkait, yaitu melalui laman simbg.pu.go.id.
Proses pendaftarannya yaitu:
1. Membuka web simbg.pu.go.id
2. Melakukan pendaftaran dengan membuat akun baru
3. Login apabila sudah memiliki akun
4. Melengkapi data diri pemohon dan klik “Simpanâ€
5. Mengisi form terkait
6. Proses telah berhasil.
Hal Penting Dalam PBG : Ada 2 (dua) hal penting yang yang dicantumkan
dalam PBG yang berisikan informasi penting terkait status bangunan, yaitu:
13
masyarakat belum optimal terbentuk.11 Dengan adanya PBG dianggap masalah
baru dan lebih rumit ketimbang pengurusan IMB. Selain masalah teknis
perizinannya, pemerintah daerah berkewajiban menyusun peraturan daerah
tentang PBG serta retribusi PBG. Hal tersebut tentu akan memakan waktu relatif
lama. Sehingga dalam rangka percepatan tersebut Kementerian Koordinasi Bidang
Perekonomian, Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian
PUPR dan Sekretariat Kabinet memfasilitasi percepatan pelaksanaan PBG dan
percepatan penyelesaian kebijakan transisi mengenai retribusi PBG.
11
Nyoman Mas Aryani, Ayu Putu Laksmi Danyathi, and Bagus Hermanto, “Quo Vadis Protection
of The Basic Rights of Indonesian Workers: Highlighting The Omnibus Legislation and Job
Creation Law,” Pandecta Research Law Journal, 2022,
https://doi.org/10.15294/pandecta.v17i1.34948.
12
Agus Candra Agus Candra and Surya Dinata, “ANALISIS PERSETUJUAN BANGUNAN
GEDUNG (PBG) DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI SIMBG DI DINAS PUPR
KABUPATEN KUANTAN SINGINGI TAHUN 2022,” JURNAL PERANGKAT LUNAK 4, no. 3
(2022): 160–71, https://doi.org/10.32520/jupel.v4i3.2408.
13
Mendra Wijaya and Syafhendry, “Persetujuan Bangunan Gedung; Inovasi Kebijakan Atau
Involusi Kebijakan?,” PUBLIC POLICY (Jurnal Aplikasi Kebijakan Publik Dan Bisnis), 2023.
14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
15
kurangnya sosialisasi kebijakan baru sehingga asoek sosiologis dalam pengaturan
perundang-undangan khususnya peraturan daerah menjadi tidak optimal.
16
DAFTAR PUSTAKA
Aryani, Nyoman Mas, Ayu Putu Laksmi Danyathi, and Bagus Hermanto. “Quo
Vadis Protection of The Basic Rights of Indonesian Workers: Highlighting
The Omnibus Legislation and Job Creation Law.” Pandecta Research Law
Journal, 2022. https://doi.org/10.15294/pandecta.v17i1.34948.
Ida Zurida. Teknnik Penyusunan Peraturan Daerah Tentang Pajak Dan Retribusi
Daerah. Jakarta: PT. Sinar Grafika, 2014.
Marihot P. Siahaan. Pajak Daerah & Retribusi Daerah. Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada, 2005.
Sutedi, Adrian. Hukum Pajak Dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT. Sinar Grafika,
2011.
17