Anda di halaman 1dari 43

Final Test

Mata Kuliah
Manajemen Pendapatan Daerah
Makalah
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

DISUSUN OLEH :

WA ODE ASRINA AZIZAH TASRIF (A042222011)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEUANGAN DAERAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
dengan rahmat- Nyalah kami akhirnya bisa menyelesaikan Makalah Mata Kuliah
Manajemen Pendapatan Daerah yang berjudul “Retribusi Izin Mendirikan Bangunan”
ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas final
test pada mata kuliah Manajemen Pendapatan Daerah yang dibimbing oleh dosen Dr.
Retno Nofrianti, SE., M.Si. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi teman-teman mahasiswa Kelas A pada umumnya.
Penulis menyadari, bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 14 Juni 2023

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Munculnya otonomi daerah menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dari


sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem
pemerintahan yang desentralisasi, yaitu dengan memberikan keleluasaan kepada
daerah dalam mewujudkan daerah otonom yang luas dan bertanggung jawab,
untuk mengatur dan mengurus kepentingan Berdasarkan undang-undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi yang seluas-luasnya bagi
pemerintah daerah merupakan peluang dan sekaligus tantangan. Peluang disini
bagi pemerintahan daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang memadai
untuk mengelola sendiri potensi tersebut, sedangkan bagi pemerintah daerah yang
mempunyai sumber daya alam yang kurang memadai justru merupakan tantangan.
Masalah yang sering muncul dalam melaksanakan otonomi daerah adalah prospek
kemampuan pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan
fungsinya sebagai penyelenggara pembangunan, penyelenggara pemerintah serta
melayani masyarakat setempat sejalan dengan dinamika kehidupan masyarakat
yang harus dilayani.

Pendapatan daerah dalam bentuk PAD sebagai salah satu sumber penerimaan
daerah sebelumnya kurang mendapat Perhatian, keadaan ini disebabkan
ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, sumber dana
pembangunan daerah sebagian besar diperoleh dari pemerintah pusat sementara
kewenangan pemerintah daerah dalam mengatur penggunaan dana tersebut relatif
terbatas. Kemandirian pemerintah kabupaten/kota dapat dilihat dari besarnya PAD
yang diperoleh pemerintah kabupaten/kota tersebut. Semakin besar PAD yang
diperoleh oleh kabupaten dan kota tersebut untuk membiayai pengeluaran dalam
melaksanakan wewenang dan tanggung jawabnya kepada masyarakat, maka akan
mengurangi ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan dari pemerintah
pusat. Dari berbagai alternatif sumber penerimaan yang mungkin dipungut oleh daerah
seperti pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Disamping itu dengan semakin meningkatnya
pelaksanaan pembangunan kegiatan penyediaan jasa pelayanan oleh Pemerintah
Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum diarahkan agar tidak
menghambat bahkan sebaliknya dapat menunjang usaha peningkatan pertumbuhan
perekonomian daerah. Dengan demikian pengenaan retribusi daerah atas penyediaan
jasa Pemerintah Daerah perlu disederhanakan berdasarkan penggolongan jasa yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah, yaitu golongan jasa umum, jasa usaha dan
perizinan tertentu (Putri, 2013). Langkah-langkah ini diharapkan akan dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemungutan retribusi daerah melalui potensi-
potensi retribusi daerah yang ada guna meningkatkan mutu serta jenis pelayanan
umum kepada masyarakat, sehingga upaya ini akan mampu meningkatkan
pendapatan daerah yang berpotensi terhadap peningkatan penerimaan Pendapatan
Asli Daerah.

Retribusi Izin Mendirikan Bangunan pemberian izin untuk mendirikan suatu


bangunan yang meliputi kegiatan peninjauan desain, pemantauan pelaksanaan
pembangunannya dan pengawasan penggunaan bangunan. Salah satu sumber
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Buton Selatan adalah Retribusi Izin
Mendirikan Bangunan. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2016 Pasal (5)
Izin Mendirikan Bangunan digolongkan ke dalam jenis retribusi perizinan tertentu.
Objek Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah pemberian izin untuk
mendirikan suatu bangunan. Tidak termasuk dalam objek retribusi IMB adalah
pemberian izin untuk bangunan milik pemerintah atau pemerintah daerah. Subjek
retribusi dan wajib retribusi IMB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh
IMB. Masalah yang terjadi dalam proses Izin Mendirikan Bangunan (IMB) saat ini
adalah waktu penyelesaian IMB yang sering melewati Standar Operasional Prosedur
(SOP), sehingga pemohon tidak mendapatkan kepastian penyelesaian IMB yang
mereka butuhkan. Keterlambatan penyelesaian IMB berdampak pada kepercayaan
masyarakat terhadap kinerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu. Ini juga bisa menjadi salah satu faktor penghambat penambahan PAD.
Berdasarkan uraian dan permasalahan yang terjadi maka permasalahan tersebut perlu
di kaji lebih lanjut sehingga Pendapatan Asli Daerah meningkat dengan
mengoptimalkan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Buton Selatan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :

1. Apa saja retribusi yang potensial di Kabupaten Buton Selatan ?


2. Strategis apakah yang akan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam
optimalisasi penerimaan retribusi tersebut?
3. Bagaimana penerapan manajemen pendapatan daerah di daerah anda yang
memungkinkan optimalisasi penerimaan pajak dan retribusi tersebut?
4. Inovasi apa yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam mengoptimalkan
pendapatan daerahnya?
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Retribusi Daerah

2.1.1. Pengertian Retribusi Daerah


Pengertian Retribusi daerah dalam pasal 1 ayat (64) Undang-Undang Nomor
28 tahun 2009 adalah pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
Kontraprestasi itu bersifat langsung yang diterima oleh pembayar retribusi.
Pengenaan retribusi dapat dipaksakan, namun pemaksaannya lebih mengena dalam
aspek ekonomis. Misalnya retribusi terhadap pembayaran PAM, apabila rakyat tidak
membayar retribusi maka akan dikenai sanksi, misalnya pemutusan saluran air hingga
wajib retribusi membayar retribusi tersebut.
Adapun perbedaan pajak dan retribusi, dalam pasal 1 ayat (10) Undang-
Undang nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dijelaskan
bahwa: Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada
Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Dari definis tersebut dapat kita tarik kesimpulan mengenai pengertian pajak yaitu ada
beberapa kriteria yang melekat pada pajak, yaitu:
1. Pajak bersifat memaksa karena dipungut oleh Pemerintah berdasarkan Undang-
undang
2. Iuran atau kontribusi wajib kepada Daerah tanpa adanya kontraprestasi
langsung
3. Digunakan untuk membiayai pengeluaran umum terkait penyelenggaraan
pemerintahan Daerah (APBD)
4. Penggunaan pajak daerah adalah untuk kemakmuran rakyat di daerah
bersangkutan

Dengan demikian, maka pajak daerah merupakan kontribusi wajib/pungutan


yang dibayarkan kepada Daerah namun tidak memperoleh manfaat langsung dari
pembayaran tersebut. Hal tersebut berbeda dengan retribusi. Dimana pembayar/wajib
retribusi dapat memperoleh kontraprestasi langsung dari retribusi yang dibayarkan.
Kontraprestasi langsung dari retribusi bisa berupa pelayanan, jasa maupun izin
tertentu. Untuk lebih jelasnya tentang perbedaan pajak dan retribusi dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Tabel 1. Perbedaan Pajak dan Retribusi

UNSUR PAJAK RETRIBUSI


Dasar Berdasarkan peraturan Berdasarkan
pemungutan perundangan undangan peraturan perundang-
undangan
Daya paksa Adanya Daya Paksa dari Dapat dipaksakan
Negara tapi bersifat ekonomis
Sifat Penyerahan Kekayaan Pemberian atas jasa
pembayaran kepada Negara atau pemberian izin
tertentu
Kontraprestasi Tanpa Imbalan langsung Imbalan langsung
hanya kepada yang
membayar Retribusi

2.2. Jenis-Jenis Retribusi

2.2.1. Retribusi Jasa Umum


Jasa dalam hubungannya dengan retribusi yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah adalah kegiatan Pemerintah Daerah berupa usaha dan pelayanan yang
menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya yang dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau Badan. Selanjutnya, berdasarkan ketentuan dalam pasal 1 ayat (66)
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
jasa umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk
tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi
atau Badan.
a) Kriteria Retribusi Jasa Umum
Dalam menetapkan suatu jenis retribusi ke dalam kelompok retribusi jasa
umum, kriteria yang dapat digunakan adalah :
1. jasa tersebut termasuk dalam kelompok urusan pemerintahan yang
diserahkan kepada daerah dalam pelaksanaan asas desantralisasi;
2. jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang
diharuskan membayar retribusi;
3. jasa tersebut, dianggap layak jika hanya disediakan kepada badan atau
orang pribadi yang membayar retribusi;
4. retribusi untuk pelayanan pemerintahan daerah itu tidak bertentangan
dengan kebijakan nasional;
5. retribusi tersebut dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta dapat
merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial; dan
6. pelayanan yang bersangkutan dapat disediakan secara baik dengan kualitas
pelayanan yang memadai.

b) Jenis-Jenis Retribusi Jasa Umum


Jenis-jenis retribusi jasa umum sebagaimana yang tercantum dalam pasal 110
ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah adalah sebagai berikut:
1. Retribusi Pelayanan Kesehatan;
2. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;
3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk Dan Akte
Catatan Sipil;
4. Retribusi Pelayanan Pemakaman Dan Pengabuan Mayat;
5. Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum;
6. Retribusi Pelayanan Pasar;
7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;
8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;
9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;
10. Retribusi Pengujian Kapal Perikanan;
11. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;
12. Retribusi Pengolahan Limbah Cair;
13. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;
14. Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan
15. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.

c) Objek dan Subjek Retribusi Jasa Umum


Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan
Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau Badan. Adapun subjek pajak dari retribusi jasa
umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan jasa/pelayanan
disediakan atau diberikan Pemerintah Daerah. Untuk keterangan lebih lanjut
mengenai objek retribusi jasa umum diuraikan sebagai berikut:
1. Objek retribusi Pelayanan kesehatan antara lain meliputi pelayanan
kesehatan di puskesmas, balai pengobatan dan rumah sakit umum daerah,
dan tempat pelayanan kesehatan lainnya yang sejenis yang dimiliki dan/atau
dikelola oleh Pemerintah Daerah, kecuali pelayanan pendaftaran.
Dikecualikan dari objek Retribusi pelayanan kesehatan adalah pelayanan
kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak
swasta.
2. Objek retribusi Pelayanan kebersihan dan persampahan meliputi
pengambilan/pengumpulan sampah dari sumbernya ke lokasi pembuangan
sementara, pengangkutan sampah dari sumbernya dan/atau lokasi
pembuangan sementara ke lokasipembuangan/pembuangan akhir sampah,
serta penyediaan lokasi pembuangan/pemusnahan akhir sampah.
Dikecualikan dari objek Retribusii pelayanan kebersihan adalah pelayanan
kebersihan jalan umum, taman, tempat ibadah, sosial, dan tempat umum
lainnya.
3. Objek retribusi Penggantian biaya cetak KTP dan akte catatan sipil adalah
pelayanan:
a. kartu tanda penduduk;
b. kartu keterangan bertempat tinggal;
c. kartu identitas kerja;
d. kartu penduduk sementara;
e. kartu identitas penduduk musiman;
f. kartu keluarga; dan
g. akta catatan sipil yang meliputi akta perkawinan, akta perceraian, akta
pengesahan dan pengakuan anak, akta ganti nama bagi warga negara
asing, dan akta kematian.
4. Objek retribusi Pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat meliputi
pelayanan penguburan/ppemakaman, termasuk penggalian dan pengurukan,
pembakaran/pengabuan mayat, dan sewa tempat pemakaman atau
penguburan/pengabuan mayat yang dimiliki atau dikelola oleh pemerintah
daerah.
5. Objek retribusi Pelayanan parkir di tepi jalan umum adalah penyedian parkir
di tepi jalan umum yang di tentukan oleh pemerintah daerah sesuai dengan
yang ditentukan ketentuan perundang-undangan.
6. Objek retribusi Pelayanan pasar adalah fasilitas pasar tradisional/sederhana
yang berupa pelataran atau los yang dikelola oleh pemerintah daerah dan
khusus disediakan untuk pedagang, tidak termasuk yang dikelola oleh
perusahaan daerah pasar yang dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak
swasta.
7. Objek retribusi Pelayanan pengujian kendaraan bermotor meliputi pelayanan
pemeriksaan kendaraan bermotor termasuk kendaraan bermotor di air,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
8. Objek retribusi Pelayanan pemeriksaan alat pemadam kebakaran adalah
pelayanan pemeriksaan dan/atau pengujian alat pemadam kebakaran, alat
penanggulangan kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa oleh Pemerintah
Daerah terhadap alat-alat pemadam kebakaran, alat penanggulangan
kebakaran, dan alat penyelamatan jiwa yang dimiliki dan/atau dipergunakan
oleh masyarakat.
9. Objek Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta adalah penyediaan peta yang
dibuat oleh Pemerintah Daerah.
10. Objek Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus adalah pelayanan
penyediaan dan/atau penyedotan kakus yang dilakukan oleh Pemerintah
Daerah. Dikecualikan dari objek Retribusi adalah pelayanan penyediaan
dan/atau penyedotan kakus yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh
BUMN, BUMD dan pihak swasta.
11. Objek Retribusi Pengolahan Limbah Cair adalah pelayanan pengolahan
limbah cair rumah tangga, perkantoran, dan industri yang disediakan,
dimiliki, dan/atau dikelola secara khusus oleh Pemerintah Daerah dalam
bentuk instalasi pengolahan limbah cair. Dikecualikan dari objek Retribusi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan pengolahan limbah
cair yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN,
BUMD, pihak swasta, dan pembuangan limbah cair secara langsung ke
sungai, drainase, dan/atau sarana pembuangan lainnya.
12. Objek Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang adalah pelayanan pengujian
alat-alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya serta pengujian barang
dalam keadaan terbungkus yang diwajibkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
13. Objek Retribusi Pelayanan Pendidikan adalah pelayanan penyelenggaraan
pendidikan dan pelatihan teknis oleh Pemerintah Daerah. Dikecualikan dari
objek Retribusi yaitu:
a. pelayanan pendidikan dasar dan menengah yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Daerah;
b. pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah;
c. pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan oleh BUMN, BUMD; dan
d. pendidikan/pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak swasta.
14. Objek Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi adalah pemanfaatan
ruang untuk menara telekomunikasi dengan memperhatikan aspek tata
ruang, keamanan, dan kepentingan umum.
15. Objek retribusi Pelayanan pengujian kapal perikanan adalah pelayanan
pengujian terhadap kapal penangkap ikan yang menjadi kewenangan
pemerintah daerah.
Untuk pengenaan tarif Retribusi Jasa Umum pada dasarnya disesuaikan pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jenis-jenis retribusi yang
berhubungan dengan kepentingan nasional.
2.2.2. Retribusi Jasa Usaha
a) Pengertian Retribusi Jasa Usaha
Jasa Usaha menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah adalah jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah
dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula
disediakan oleh sektor swasta, meliputi:
1. pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang
belum dimanfaatkan secara optimal; dan/atau
2. pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara
memadai oleh pihak swasta.
b) Kriteria Jasa Usaha
Adapun kriteria jasa pelayanan usaha yang dapat dikenai retribusi jenis ini yaitu:
1. Jasa tersebut bersifat komersial yang seyogyanya disediakan oleh swasta,
tetapi pelayanan sektor swasta dianggap belum memadai;
2. Harus terdapat harta yang dimiliki dan dikuasai oleh Pemerintah Daerah dan
belum dimanfaatkan seecara penuh oleh Pemerintah Daerah seperti tanah,
bengaunan dan alat-alat berat; dan
3. Bersifat bukan retribusi jasa umum atau retribusi perizinan tertentu.

c) Jenis-Jenis Retribusi Jasa Usaha


Jenis Retribusi Jasa Usaha menurut pasal 127 Undang-Undang Nomor 28
tahun 2009 tentang Pajak Daerahdan Retribusi Daerah adalah:
1. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;
2. Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan;
3. Retribusi Tempat Pelelangan;
4. Retribusi Terminal;
5. Retribusi Tempat Khusus Parkir;
6. Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa;
7. Retribusi Rumah Potong Hewan;
8. Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan;
9. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;
10. Retribusi Penyeberangan di Air; dan
11. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah.

d) Objek Retribusi Jasa Usaha


1. Objek Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah adalah pemakaian kekayaan
Daerah. Dikecualikan dari pengertian pemakaian kekayaan Daerah adalah
penggunaan tanah yang tidak mengubah fungsi dari tanah tersebut.
2. Objek Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan adalah penyediaan
fasilitas pasar grosir berbagai jenis barang, dan fasilitas pasar/pertokoan
yang dikontrakkan, yang disediakan/diselenggarakan oleh Pemerintah
Daerah. Dikecualikan dari objek Retribusi adalah fasilitas pasar yang
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
3. Objek Retribusi Tempat Pelelangan adalah penyediaan tempat pelelangan
yang secara khusus disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk melakukan
pelelangan ikan, ternak, hasil bumi, dan hasil hutan termasuk jasa
pelelangan serta fasilitas lainnya yang disediakan di tempat pelelangan.
Termasuk objek Retribusi adalah tempat yang dikontrak oleh Pemerintah
Daerah dari pihak lain untuk dijadikan sebagai tempat pelelangan. Adapun
untuk pengecualian dari objek Retribusi yaitu tempat pelelangan yang
disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
4. Objek Retribusi Terminal adalah pelayanan penyediaan tempat parkir untuk
kendaraan penumpang dan bis umum, tempat kegiatan usaha, dan fasilitas
lainnya di lingkungan terminal, yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola
oleh Pemerintah Daerah. Dikecualikan dari objek Retribusi yaitu terminal
yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD,
dan pihak swasta.
5. Objek Retribusi Tempat Khusus Parkir adalah pelayanan tempat khusus
parkir yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.
Dikecualikan dari objek Retribusi adalah pelayanan tempat parkir yang
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan
pihak swasta.
6. Objek Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa adalah pelayanan
tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola oleh Pemerintah Daerah. Adapun yang dikecualikan dari objek
Retribusi adalah tempat penginapan/pesanggrahan/villa yang disediakan,
dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak
swasta.
7. Objek Retribusi Rumah Potong Hewan adalah pelayanan penyediaan
fasilitas rumah pemotongan hewan ternak termasuk pelayanan pemeriksaan
kesehatan hewan sebelum dan sesudah dipotong, yang disediakan, dimiliki,
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah. Dikecualikan dari objek Retribusi
adalah pelayanan penyediaan fasilitas rumah pemotongan hewan ternak
yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh BUMN, BUMD, dan pihak
swasta.
8. Objek Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan adalah pelayanan jasa
kepelabuhanan, termasuk fasilitas lainnya di lingkungan pelabuhan yang
disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah.Dikecualikan
dari objek Retribusi adalah pelayanan jasa kepelabuhanan yang disediakan,
dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
9. Objek Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga adalah pelayanan tempat
rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau dikelola
oleh Pemerintah Daerah. Dikecualikan dari objek Retribusi adalah pelayanan
tempat rekreasi, pariwisata, dan olahraga yang disediakan, dimiliki, dan/atau
dikelola oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.
10. Objek Retribusi Penyeberangan di Air adalah pelayanan penyeberangan
orang atau barang dengan menggunakan kendaraan di air yang dimiliki
dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah. Dikecualikan dari objek Retribusi
adalah pelayanan penyeberangan yang dikelola oleh Pemerintah, BUMN,
BUMD, dan pihak swasta.
11. Objek Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah adalah penjualan hasil
produksi usaha Pemerintah Daerah. Dikecualikan dari objek Retribusi adalah
penjualan produksi oleh Pemerintah, BUMN, BUMD, dan pihak swasta.

Subjek Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau Badan yang
menggunakan/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan. Sedangkan
yang dimaksud dengan Wajib Retribusi Jasa Usaha adalah orang pribadi atau
Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi
diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi, termasuk pemungut atau
pemotong.
2.2.3. Retribusi Jasa Perizinan Tertentu
a) Retribusi Perizinan Tertentu
Retribusi Perizinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah
daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan
atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang,
prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum
dan menjaga kelestarian lingkungan.
b) Kriteria Perizinan Tertentu
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 Pasal 18 ayat 3 huruf c,
retribusi perizinan tertentu ditentukan berdasarkan kriteria berikut ini:
1. Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintah yang diserahkan
kepada daerah dalam rangka asas desentralisasi.
2. Perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan
umum.
3. Biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dan
biaya untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin tersebut
cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan.
c) Jenis-Jenis Retribusi Perizinan Tertentu
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi perizinan tertentu
didasarkan pada tujuan untuk menutup beban penyelenggaraan pemberian izin
yang bersangkutan. Beberapa jenis retribusi Izin usaha tertentu disinggung
dalam Pasal 141 UU PDRD, berikut ini yang termasuk dalam retribusi perizinan
tertentu adalah:
1. Retribusi Izin Gangguan.
2. Retribusi Tempat Penjualan Minuman Beralkohol.
3. Retribusi izin Mendirikan Bangunan.
4. Retribusi Izin usaha Perikanan.
5. Retribusi Izin Trayek.

d) Objek Retribusi Perizinan Tertentu


Yang menjadi Objek dari retribusi perizinan tertentu adalah pelayanan perizinan
tertentu oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan
untuk pengaturan dan pengawasan atas kegiatan penggunaan ruang, pemanfaatan
ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana dan sarana, atau fasilitas
tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
2.3 Siklus Manajemen Pendapatan Daerah

Tahapan siklus manajemen pendapatan daerah adalah idintifikasi sumber,


administrasi, koleksi, pencataan/akuntansi dan alokasi pendapatan.

2.3.1 Identifikasi Sumber Pendapatan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan berupa pendataan sumber-sumber


pendapatan termasuk menghitung potensi pendapatan. Identifikasi pendapatan
pemerintah meliputi:

- pendataan objek pajak, subjek pajak, dan wajib pajak;


- pendataan objek retribusi, subjek retribusi, dan wajib retribusi;
- pendataan sumber retribusi bukan pajak;
- pendataan lain-lain pendapatan yang sah;
- pendataan potensi pendapatan untuk masing-masing jenis pendapatan.

2.3.2 Administrasi Pendapatan

Administrasi pendapatan sangat penting dalam siklus manajemen pendapatan


karena pada tahap ini akan menjadi dasar untuk tahapan koleksi pendapatan. Kegiatan
yang akan dilakukan meliputi:

- penetapan wajib pajak dan retribusi;


- penentuan wajib pajak dan retribusi;
- penetapan niomor pokok wajib pajak daerah dan nomor pokok wajib
retribusi;
- penertiban surat ketetapan pajak daerah dan ketetapan retribusi.

2.3.3 Koleksi Pendapatan

Koleksi pendapatan meliputi penarikan, pemungutan, penagihan dan


pengumpulan pendapatan baik yang berasal dari wajib pajak daerah dan retribusi
daerah, dan perimbangan dari pemerintah pusat ataupun sumber lainnya. Khusus
untuk pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah dapat digunakan beberapa
system, diantaranya:

1. self assessment system : ialah system pemungutan pajak daerah yang


dhitung, dilaporkan dan dibayarkan sendiri oleh wajib pajak daerah. Dengan
system ini wajib pajak mengisi surat pemberitahuan pajak daerah (SPTPD)
dan membayarkan pajak terutangnya kekantor pelayanan pajak daerah
(KPPD)/unit kerja yang ditetapkan pemerintah daerah
2. official assessmen system : ialah system pemungutan pajak yangdinilai
pajaknya ditetapkan oleh pemerintah. Dalam hal ini ditetapkan oleh
Gubernur/Bupati/Walikota melalui penertibat surat ketetapan pajak daerah
dan surat ketetapan retribusi yang menunjukan jumlah pajak/retribusi
daerah terhutang
3. Joint collection : ialah sistrm pemungutan pajak daerah yang dipungut oleh
pemungutan pajak yangditunjuk pemerintah daerah.

2.3.4 Pencatatan (Akuntansi) Pendapatan

Setiap penerimaan pendapatan harus segera disetor ke rekening kas umum


daerah pada hari itu juga/paling lambat sehari setelah diterimanya pendapatan
tersebut. Untuk menampung seluruh sumber pendapatan perlu dibuat satu rekening
tunggal (traeasury single account), dalam hal ini rekening kas umum daerah.

Tujuan pembuatan satu pintu untuk pemasukan pendapatan adalah untuk


memudahkan pengendalian dan pengawasan pendapatan. Penerimaan pendapatan
tersebut dibukukan dalam buku akuntansi, berupa jurnal kas, buku pembantu, buku
besar penerimaan per rincian objek pendapatan. Kemudian buku catatan akuntansi
tersebut akan diringkas dan dilaporkan dalam laporan keuangan pemerintah daerah,
yaitu laporan realisasi anggaran, neraca, dan arus kas.

2.3.5 Alokasi Pendapatan

Alokasi pendapatan merupakan tahapan terakhir dari siklus manajemen


pendapatan ini, yaitu pengambilan keputusan untuk menggunakan dana yang ada
untuk membiayai pengeluaran daerah yang dilakukan. Pengeluaran daerah meliputi
pengeluaran belanja, yaitu belanja operasi dan belanja modal maupun untuk
pembiayaan pengeluaran yang meliputi pembentukan dana cadangan, penyertaan
modal daerah, pembayaran utang dan pemberian pinjaman daerah.

2.4 Mengenali sumber-sumber Pendapatan daerah

Sumber pendapatan pemerintah daerah relative terprediksi dan lebih stabil


sebab pendapatan tersebut diatur oleh undang-undang dan peraturan daerah yang
bersifat mengikat dan daoat dipaksakan. Pemerintah daerah dengan paying hukum
peraturan perundangan berhak memungut pajak daerah dan retribusi daerah.
Pemerintah dapat memaksa wajib pajak untuk membayar pajak dan memberikan
sanksi apabila tidak patuh pajak. Dengan demikian pendapatan di pemerintah daerah
relative stabil. Sumber pendapatan daerah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

2.4.1 Sumber pendapatan daerah menurut ketentuan perundangan

Meskipun pemerintah daerah relah diberi otonomi secara luas dan


desentralisasi fiscal, namun pelaksanaan otonomi tersebut harus tetap berada dalam
koridor hukum negara kesatuan republic Indonesia. Dalam hal sumber penerimaan
yang menjadi hak pemerintah daerah, undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintah daerah, dan undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah telah menetapkan sumber-sumber
penerimaan daerah, sbb:

1. Pendapatan asli daerah (PAD)

a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah
c. Bagian laba pengelolaan asset daerah yang. Dipisahkan
d. Lain-lain PAD yang sah

2. Transfer pemerintah pusat

a. Bagi hasil pajak


b. Bagi hasil sumber daya alam
c. Dana alokasi umum
d. Dana alokasi khusus
e. Dana otonomi khusus
f. Dana penyesuaian

3. Transfer pemerintah provinsi

a. Bagi hasil pajak


b. Bagi hasil sumber daya alam
c. Bagi hasil lainnya

4. Lain-lain pendapatan daerah yang sah


2.4.2 Sumber pendapatan dimasa datang yang masih potensial tersembunyi

Pemerintah juga perlu menciptakan sumber-sumber pendapatan baru, sumber


pendapatan baru ini biasa diperoleh misalnya melalui inovasi program ekonomi daerah,
program kemitraan pemerintah daerah dengan pohak swasta dan sebagainya.

A. Prinsip Dasar Manajemen Penerimaan Daerah

Pada dasar nya terdapat beberapa prinsip dasar yang perlu di perhatikan
pemerintah daerah dalam membangun system manajemen penerimaan darah, yaitu :

B. Perluasan Basis Penerimaan

Perluasan basis penerimaan yaitu memperluas sumber penerimaan. Untuk


memperluas basis penerimaan, maka pemerintah daerah dapat melakukannya dengan
cara berikut.

a. Mengidentifikasi pembayar pajak/retribusi dan menjaring wajib pajak/retribusi


baru;
b. Mengevaluasi tarif pajak/retribus;
c. Meningkatkan basis data objek pajak/retribusi;
d. Melakukan penilaian Kembali (uppraisal) atas objek pajak/retribusi.

C. Pengendalian atas Kebocoran Pendapatan

Kebocoran pendapatan biasa disebabkan karena penghindaran pajak


(taxavoidance). Penggelapan pajak (taxevasion), pungutab liar/korupsi petugas. Untuk
mengurangi kebocoran pendapatan ada beberapa Langkah yang dapat dilakukan,
diantaranya:

a. Melakukan audit, baik rutin maupun incibental;


b. Memperbaiki system akuntansi penerimaan daerah;
c. Memberikan penghargaan yang memadai bagi masyarakat yang taat pajak
dan hukum (sanksi) yang berat bagi yang tidak mematuhinya;
d. Meningkatkan disiplin dan moralitas pegawai yang terlibat dalam
pemungutan pendapatan.
2.4.3 Peningkatan Efesiensi Administrasi Pajak

Efesiensi administrasi pajak sangat berpengaruh terhadap peningkatan kinerja


penerimaan daerah. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan pemerintah daerah
untuk meningkatkan efesiensi administrasi pajak, yaitu :

a. Memperbaiki procedure administrasi pajak sehingga lebih muda dan


sederhana
b. Mengurangi biaya pemungutan pendapatan
c. Menjalin Kerjasama dengan berbagai pihak, seperti bank, kantor pos,
koperasi dan pihak ketiga lainnya untuk memberikan kemudahan dan
kenyamanan dalam membayar pajak.

2.4.4 Transparasi dan Akuntabilitas

Dengan adanya transparasi dan akuntabilitas maka pengawasan dan


pengendalian manajemen pendaptaan daerah akan semakin baik. Selain itu,
kebocoran pendapatan juga dapat lebih ditekan. Untuk melaksanakan prinsip
transparansi dan akuntabilitas ini memang membutuhkan beberapa persyaratan.
Diantaranya:

a. Adanya dukungan tekhnologi (TI) untuk membangun system informasi


manajemen pendapatan daerah
b. Adanya staf yang memiliki kompetensi dan keahlian yang memadai
c. Tidak adanya korupsi sistematik dilingkungan entitas pengelola pendapatan
daerah

2.5 Manajemen Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Peningkatan kemandirian daerah sangat erat kaitannya dengan kemampuan


daerah dalam mengelola pendapatan asli daerah (PAD). Semakin tinggi kemampuan
daerah dalam menghasilkan PAD, maka semakin besar pula diskresi daerah untuk
menggunakan PAD tersebut sesuai dengan aspirasi, kebutuhan dan prioritas
pembangunan daerah. Walaupun pelaksanaan otonomi daerah sudah dilaksanakan
sejak 1 Januari 2001, namun hingga Tahun 2009 baru sedikit pemerintah daerah yang
mengalami peningkatan kemandirian keuangan daerah secara signifikan.

Memang berdasarkan data yang dikeluarkan departemen keuangan, secara


umum penerimaan PAD pada era otonomi daerah mengalami peningkatan yang cukup
signifikan dibandingkan dengan era sebelumnya. Penting bagi pemerintah daerah
untuk menaruh perhatian yang lebih besar terhadap manajemen pendapatan asli
daerah. Manajemen PAD tidak berarti eksploitasi PAD, tetapi bagaimana pemerintah
daerah mampu mengoptimalkan penerimaan PAD sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Bahkan lebih dari itu bagaimana pemerintah daerah mampu meningkatkan potensi
PAD di masa dating.

2.6 Pengertian Potensi

Potensi adalah sebuah kemampuan dasar yang dimiliki manusia yang sangat
mungkin untuk dikembangkan, sehingga pada intinya potensi sendiri berarti suatu
kemampuan yang masih bisa dikembangkan menjadi lebih baik lagi. potensi memiliki
arti kemampuan dasar dari seseorang yang masih terpendam dan menunggu untuk
dimunculkan menjadi kekuatan yang nyata. Potensi dapat diartikan sebagai
kemampuan yang masih terpendam dan siap untuk diwujudkan dan dapat
dimanfaatkan dalam kehidupan manusia itu sendiri. Dalam hal ini potensi diartikan
sebagai kekuatan yang masih terpendam yang dapat berupa kekuatan, minat, bakat,
kecerdasan, dan lain-lain yang masih belum digunakan secara optimal, sehingga
manfaatnya masih belum begitu terasa.

Potensi sendiri ada beberapa macam dan jenisnya, salah satu jenisnya adalah
potensi berpikir. Potensi berpikir sendiri dimiliki oleh semua manusia di dunia, hal ini
membuat manusia dimungkinkan untuk mempelajari hal-hal baru dan juga
menghasilkan ide-ide dan juga pemikiran baru ataupun informasi baru. Selain itu ada
juga potensi fisik yang merupakan potensi yang dimiliki dalam sisi fisik yang biasanya
dapat melakukan gerakan yang efektif dan efisien. Orang atau organisasi yang
memiliki potensi fisik akan mudah mengetahui kebutuhan dan keinginan yang akan
dicapai.

2.7 Strategi

Strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan


kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategi meliputi pengamatan
lingkungan, perumusan strategi (perencanaan strategis atau perencanaan jangka
panjang). Implementasi strategi dan evaluasiserta pengendalian.

Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang


dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan strategis
dan keuangan perusahaan, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut
dalam rangka menyediakan customer value terbaik. Beberapa langkah yang perlu
dilakukan perusahaan dalam merumuskan strategi, yaitu :
a. Mengidentifikasi lingkungan yang akan dimasuki oleh perusahaan di masa depan
dan menentukan misi perusahaan untuk mencapai visi yang dicita-citakan dalam
lingkungan tersebut.

b. Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur kekuatan dan
kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan dalam
menjalankan misinya.

c. Merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan (key success factors) dari strategi-


strategi yang dirancang berdasarkan analisis sebelumnya.

d. Menentukan tujuan dan target terukur, mengevaluasi berbagai alternatif strategi


dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki dan kondisi eksternal yang
dihadapi.

e. Memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka pendek dan
jangka panjang.

2.8 Optimalisasi

Optimalisasi suatu tindakan/kegiatan untuk meningkatkan dan Mengoptimalkan.


Untuk itu diperlukan intensifikasi dan ekstensifikasi subyek dan obyek pendapatan.
Dalam jangka pendek kegiatan yang paling mudah dan dapat segera dilakukan adalah
dengan melakukan intensifikasi terhadap obyek atau sumber pendapatan daerah yang
sudah ada terutama melalui pemanfaatan teknologi informasi. Dengan melakukan
efektivitas dan efisiensi sumber atau obyek pendapatan daerah, maka akan
meningkatkan produktivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) tanpa harus melakukan
perluasan sumber atau obyek pendapatan baru yang memerlukan studi, proses dan
waktu yang panjang.

Dukungan teknologi informasi secara terpadu guna mengintensifkan pajak


mutlak diperlukan dari sistem pelayanan pajakyang dilaksanakan cenderung tidak
optimal, Masalah ini tercermin pada sistem dan prosedur. Perlu adanya batasan waktu
dan penentuan tata cara pelaksanaan. Berhasil tidaknya proses pelaksanaan
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang merupakan syarat terpenting berhasilnya suatu
proses implementasi. Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Komunikasi, merupakan suatu program
yang dapat dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini
menyangkut proses penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi
informasi yang disampaikan;

b. Resouces (sumber daya), dalam hal ini meliputi empat komponen yaitu terpenuhinya
lumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang diperlukan guna pengambilan keputusan
atau kewenangan yang cukup guna melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab dan
fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan;

c. Disposisi, Sikap dan komitmen daripada pelaksanaan terhadap program khususnya


dari mereka yang menjadi implemetasi program khususnya dari mereka yang menjadi
implementer program. Berdasarkan pengertian konsep dan teori

diatas, maka dapat peneliti menyimpulkan bahwa optimalisasi adalah suatu proses,
melaksanakan program yang telah direncanakan dengan terencana guna mencapai
tujuan/target sehingga dapat meningkatkan kinerja secara optimal.

2.9 Izin mendirikan Bangunan

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah pembayaran atas pemberian izin mendirikan
bangunan oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan termasuk
merubah bangunan dan membongkar bangunan.

Dasar Hukum Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Retribusi Perizinan Tertentu dimana Izin Mendirikan Bangunan (IMB) terdapat di
dalamnya.
1. Pengertian Izin Mendirikan

Bangunan(IMB)
Adalah perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten kepada orang pribadi
atau badan untuk mendirikan bangunan sesuai dengan persyaratan administrasi dan
persyaratan teknis yang berlaku.

2. Pengertian Retribusi Izin Mendirikan Bangunan

Adalah pungutan pembayaran atas mendirikan bangunan termasuk didalamya


penertiban Izin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk bangunan yang telah berdiri tetapi
belum memiliki izin dan balik nama IMB kepada Pemerintah Kabupaten baik pribadi
atau badan.
3. Objek dan Subjek Retribusi Izin Mendirikan Bangunan(IMB)

1. Objek Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Diatur dalam pasal3

1) Objek Retribusi adalah pemberi izin untuk mendirikan bangunan dan


atau yang meliputi bangunan baru dan/atau mengubah, dan/atau
merenovasi serta bangunan yang sudah berdiri tetapi yang belum
mempunyai Izin Mendirikan bangunan(IMB)

2) Pemberian izin meliputi kegiatan pengendalian penyelenggaraan yang


terdiri dari pemeriksaan/pengecekan, pengukuran lokasi, pemetaan,
pemeriksaan persyaratan/dokumen administrasi dan teknis,
penatausahaan danpengawasan.

3) Tidak termasuk objek retribusi IMB adalah pemberi izin untuk


bangunan milik pemerintah atau PemerintahDaerah\

2. Subjek Retribusi Izin Mendirikan Bangunan(IMB)


Diatur dalam pasal 4, Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dari Pemerintah Daerah.

4. Komponen Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

1. Diatur dalam pasal 6, (a) Biaya

pembinaan, penyelenggaraan bangunan gedung/bangunan untuk kegiatan


pembangunan baru, mengubah dan merenovasi meliputi biaya survey, biaya
pendataan dan biaya pengawasan; (b) Biaya administrasi dan pendaftaran
permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB); dan (c) Biaya plat Izin Mendirikan
Bangunan (IMB)

2. Masa Retribusi Izin Mendirikan Bangunan(IMB)


Diatur dalam pasal 12, Masa retribusi adalah jangka waktu penyelesaian
pembangunan atau paling lama 8 (delapan) bulan atau ditetapkan lain oleh
Bupati dan dapat diperpanjang dengan mengajukan permohonan perpanjangan
kepada Bupati.
3. Pembayaran Rertibusi Izin Mendirikan Bangunan
Diatur dalam pasal 13, Pembayaran retribusi dilakukan secara tunai setelah izin
diterbitkan. Tempat pembayaran dilakukan di kasir Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu Kabupaten Buton Selatan.
BAB III
LOKASI PENELITIAN

3.1 Lokasi
Dalam penulisan makalah ini, penulis memilih Retribusi Izin
Mendirikan Bangunan oleh Pemerintah Kabupaten Buton Selatan

3.2 Pelaku
Adapun yang menjadi pelaku dalam Penerimaan Retribusi Izin
Mendirikan Bangunan adalah :

1. Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Buton Selatan;


2. Bank Sultra;
3. Dinas DPMPTSP Kabupaten Buton Selatan.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Penerimaan Retribusi yang potensial di daerah Kabupaten


Buton Selatan

Penerimaan Retribusi Daerah Kabupaten Buton Selatan dalam


kurun waktu 2 (dua) tahun terakhir mengalami fluktuatif. Dan data retribusi
yang tersedia tahun 2021 dan 2022. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut
:

Tabel 1 Realisasi Retribusi Daerah Kabupaten Buton Selatan Tahun 2021

REALISASI
PRESENTASE
NO URAIAN RETRIBUSI TAHUN
(%)
2021
Dinas Kelautan Dan
1 167.290.000 201.55
Perikanan
2 Dinas Kesehatan 1.187.024.000 50.06
3 Rumah Sakit Umum Daerah 1.941.276.500 161.77
4 Dinas Perhubungan 4.615.000 46.15
Badan Penanaman Modal
5 Dan Pelayanan Terpadu Satu 15,107,765 50.36
Pintu
Dinas Pekerjaan Umum Dan
6 - -
Penataan Ruang
Dinas Koperasi, Ukm,
7 Perindustrian Dan 48.185.500 99.87
Perdagangan
Dinas Pariwisata Dan
8 5.190.900 103.82
Ekonomi Kreatif
Jumlah 3.368.689.665 89.90

Sumber : Bapenda Kabupaten Buton Selatan 2021


Tabel 2 Realisasi Retribusi Daerah Kabupaten Buton Selatan Tahun 2022

REALISASI
PRESENTASE
NO URAIAN RETRIBUSI TAHUN
(%)
2022

1 Dinas Kelautan Dan 84.290.000 100


Perikanan
2 Dinas Kesehatan 1.077.723.500 48.52
3 Rumah Sakit Umum Daerah 1.612.860.132 134.41
4 Dinas Perhubungan 3.691.000 33.55
Dinas Penanaman Modal
5 Dan Pelayanan Terpadu Satu 31.123.178 103.74
Pintu
Dinas Pekerjaan Umum Dan
6 - -
Penataan Ruang
Dinas Perindustrian Dan
7 89.396.500 689.26
Perdagangan
Dinas Pariwisata Dan
8 3.964.200 39.64
Ekonomi Kreatif
Jumlah 4.070.168.510 89.90

Sumber : Bapenda Kabupaten Buton Selatan 2022

Berdasarkan tabel tersebut, diperoleh realisasi retribusi daerah


Kabupaten Buton Selatan pada tahun 2021-2022 adalah sebagai berikut :

JENIS PERSEN PERSEN


NO RETRIBUSI TARGET 2021 2022 TASE TASE
DAERAH 2021 2022
Dinas
83.000.00 167.290. 84.290.0
1 Kelautan Dan 201.554 100
0 000 00
Perikanan
Dinas 75.000.00 1.187.02 1.077.72
2 50.02 48.52
Kesehatan 0 4.000 3.500
Rumah Sakit
770.000.0 1.941.27 1.612.86
3 Umum 194,02 134.41
00 6.500 0.132
Daerah

Dinas 10.000.00 4.615.00 3.691.00


4 46.15 33.55
Perhubungan 0 0 0

Badan
30.000.00 15,107,7 31.123.1
5 Penanaman 50.36 103.74
0 65 78
Modal Dan
Pelayanan
Terpadu Satu
Pintu
Dinas
Pekerjaan
6 Umum Dan - - - - -
Penataan
Ruang
Dinas
Perindustrian 48.250.00 48.185.5 89.396.5
7 99.87 689.26
Dan 0 00 00
Perdagangan
Dinas
Pariwisata 10.000.00 5.190.90 3.964.20
8 103.82 39.64
Dan Ekonomi 0 0 0
Kreatif
4.070.16 3.368.68 89.90 89.90
Jumlah
8.510 9.665

Berdasarkan tabel diatas rata-rata realisasi Retribusi Daerah


Kabupaten Buton Selatan tahun 2021-2022 dapat dilihat pada grafik di
bawah ini :

REALISASI RETRIBUSI DAERAH


KABUPATEN BUTON SELATAN TAHUN 2021-2022
2.000.000.000,00

1.000.000.000,00

0,00
Dinas Perhubungan
Rumah Sakit Umum

Badan Penanaman
Dinas Kelautan Dan

Dinas Kesehatan

Dinas Pekerjaan

Dinas Perindustrian

Dinas Pariwisata Dan


Umum Dan…

Dan Perdagangan
Modal Dan…

Ekonomi Kreatif
Perikanan

Daerah

1 2 3 4 5 6 7 8

Berdasarkan grafik diatas, terlihat bahwa penerimaan retribusi daerah


yang potensial di Kabupaten Buton Selatan secara berurutan sebagai
berikut :
1. Retribusi RSUD;
2. Retribusi Dinas Kesehatan;
3. Retribusi Dinas Kelautan dan Perikanan;
4. Retribusi Dinas Perindustrian dan Perdagangan;
5. Dinas Penanaman Modal dan PTSP;
6. Dinas Pariwisata;
7. Dinas Perhubungan;
8. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

4.2 Strategi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Buton


Selatan dalam Optimalisasi Penerimaan Retribusi Izin
Mendirikan Bangunan

Dalam membangun atau merenovasi rumah, ada banyak hal yang


harus dipikirkan mulai dari biaya yang dikeluarkan, bahan yang
diperlukan, hingga waktu pengerjaan. Sayangnya, ada satu hal penting
yang sering orang lupakan sehingga akhirnya mereka menjadi kerepotan
sendiri. Hal penting yang dimaksud adalah mengurus IMB (Izin Mendirikan
Bangunan). IMB diberikan oleh instansi pemerintah tingkat kabupaten
melalui untuk setiap rencana pembangunan rumah baru atau renovasi.
IMB memiliki potensial unruk Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Buton
Selatan, sehingga diperlukan pengelolaan retribusi izin mendirikan
bangunan unbtuk mengoptimalkan pendapatan retribusi izin mendirikan
bangunan, yaitu melakukan sosialisasi Perda No. 6 Tahun 2016 tentang
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

IMB dibutuhkan dan bermanfaat untuk:

• - Mendapatkan kepastian dan perlindungan


hukum pada bangunan yang di bangun agar ketika bangunan
tersebut berdiri, tidak akan menganggu atau merugikan
kepentingan orang lain.

• - Meningkatkan nilai jual rumah


• - Dijadikan sebagai jaminan atau agunan
• - Syarat transaksi jual beli dan sewa

Menyewa rumah Selain itu memiliki izin mendirikan bangunan (IMB)


merupakan kewajiban bagi setiap pemilik bangunan, karena untuk
menjamin kejelasan eksistensi bangunan atau legalitas bangunan.Manfaat
telah memiliki IMB diantaranya pemerintah akan membayar ganti rugi atas
bangunan yang beralih fungsi menjadi fasilitas umum atau terkena
pelebaran jalan. Dengan membayar retribusi IMB berarti telah ikut
menyumbang pendapatan asli daerah dan pembangunan di Kabupaten
Buton Selatan.

Pemerintah Kabupaten Buton Selatan akan melaksanakan pembuatan


PBG secara online melalui SIMBG sesuai dengan peraturan PP Nomor 16
Tahun 2021 tentang Bangunan Gedung. Ini dimaksudkan agar
masyarakat yang memiliki rumah dan bangunan mempunyai PBG. Salah
satu alasan mengapa orang-orang enggan mengurus IMB adalah malas
berurusan dengan birokrasi karena terkesan ribet. Namun sekarang
masyarakat tidak akan terkesan ribet lagi dengan kemudahan mengurus
PBG sebagai pengganti IMB yang terkesan ribet sudah bisa dilakukan
secara online melalui SIMBG.go.id.

Inovasi-inovasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang dilakukan


dalam mendorong pertumbuhan investasi di Kabupaten Buton Selatan,
seperti memberikan kemudahan dalam pelayanan perizinan. Kemudahan
pelayanan dengan memanfaatkan IT melalui pelayanan perizinan berbasis
Persetujuan Bangunan Gedung (PBG).
Table Optimalisasi Retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Kabupaten
Buton Selatan Tahun 2021 – 2022

PERSEN PERSEN
JENIS TASE TASE
NO RETRIBUSI TARGET 2021 2022 OPTIMA OPTIMAL
DAERAH LISASI ISASI
2021 2022
Badan
Penanaman
Modal Dan 30.000.00 15,107,7 31.123.1
1 50.36 103.74
Pelayanan 0 65 78
Terpadu Satu
Pintu

Pada table optimalisasi IMB Kabupaten Buton Selatan tertinggi pada


tahun 2022 dengan nilai persentase 103,82 %.

Kemampuan memperoleh penerimaan retribusi Izin Mendirikan Bangunan


(IMB) dikategorikan optimal apabila rasio ini mencapai 100%. Sesuai
dengan keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 690.900-327 Tahun 1996
Tentang Pedoman Penilaian Kinerja Keuangan, maka kriteria optimalisasi
kinerja keuangan dapat dilihat sebagai berikut:

Table Kriteria Optimalisasi Kinerja Keuangan

Persentase Kriteria
Kinerja
Keuangan
Diatas 100% Sangat
Efektif
90% - 100% Efektif
80% - 90% Cukup Efektif
60% - 80% Kurang
Efektif
Kurang dari 60% Tidak Efektif
Berdasarkan kriteria optimalisasai kinerja keuangan untuk retribusi IMB
dengan persentase lebih dari 100 % dianggap sangat efektif. Hanya pada
tahun 2021 nilai persentase 50,36 % dengan kriteria tidak efektif. Ini
dikarenakan masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk membuat
IMB. Apalagi masyarakat yang tinggal di dalam gang dan pinggiran
sungai, mereka menganggap tidak perlunya mengurus IMB. Masyarakat
menganggap pengurusan IMB hanya untuk memperoleh pinjaman di
perbankan. Selama mereka tidak mempunyai keinginan untuk melakukan
pinjaman, perolehan IMB dianggap tidak perlu bagi masyarakat.

4.3 Bagaimana Penerapan Manajemen Pendapatan Daerah di


Kabupaten Buton Selatan yang memungkinkan Optimalisasi
Penerimaan Retribusi Daerah Khususnya Retibusi Izin
Mendirikan Bangunan

4.3.1 Pelaksanaan Pemungutan Retribusi Izin Mendirikan Bangunan


di Kabupaten Buton Selatan

Dasar Pelaksanaan sistem pemungutan Retribusi Izin Mendirikan


Bangunan yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Buton Selatan Nomor 6
Tahun 2016 tentang Retribusi izin mendirikan bangunan, dalam Peraturan
Daerah ini disebutkan bahwa retribusi dipungut oleh Pemerintah kepada
masyarakat atas pemberian perizinannya dan Peraturan Daerah ini
berlaku di seluruh wilayah yang ada di Kabupaten Buton Selatan. Masa
Retribusi berlaku selama pemilik bangunan tidak melakukan perubahan
fisik bangunan dilapangan dan atau fungsi bangunan dan retribusi
terutang dalam masa retribusi terjadi sejak diterbitkannya SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan.

4.3.2 Sistem Pengendalian Intern Pemungutan Retribusi Izin


Mendirikan Bangunan di Kabupaten Buton Selatan
Pelaksanaan pengendalian intern berdasarkan unsur-unsur
pengendalian intern sesuai yang tercantum dalam PP RI Nomor 60 Tahun
2008, yaitu

1. Lingkungan pengendalian
Lingkungan pengendalian yang diterapkan di Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Buton Selatan sebagai
berikut :

a. Penegakan nilai integritas dan etika


Adanya visi, misi dan tujuan DPMPTSP tersebut sehingga
Kepala Dinas, Kepala Bidang, Kepala Seksi serta karyawan
berusaha menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan
bekerja sama dalam mencapai satu tujuan organisasi. Nilai etika
pegawai yang diterapkan di DPMPTSP salah satunya adalah
kedisiplinan. Yaitu pegawai diharapkan datang tepat waktu dan
pulang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
b. Pembentukan struktur organisasi sesuai dengan kebutuhan
Dalam menjalankan fungsinya tersebut DPMPTSP menyusun
pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang terstruktur
dalam struktur organisasi yang berdasarkan pada fungsi.
Struktur organisasi DPMPTSP berpedoman pada peraturan
Daerah. DPMPTSP mempunyai struktur organisasi garis dan
staf yaitu wewenang dan tugas berasal dari pimpinan dan
dibantu oleh masing-masing bagian.
c. Kepemimpinan yang kondusif
Adapun Kepala Dinas memberikan instruksi mengenai
pelaksanaan pekerjaan, selain itu figur Kepala Dinas dalam
berperilaku memberikan contoh kepada seluruh bawahannya
yaitu melalui interaksi secara intensif sehingga komunikasi antar
bawahan tetap terjaga. Kepemimpinan yang kondusif dapat
dipahami dengan memperhatikan visi dan misi Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Buton Selatan.
d. Komitmen terhadap kompetensi
Komitmen terhadap kompetensi yang dilakukan oleh Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Buton Selatan ialah mengangkat tiap pegawai pada
jabatan tertentu masih belum berdasarkan kemampuan dan
keahlian. Untuk itu diharapkan DPMPTSP Kabupaten Buton
Selatan dalam penerimaan pegawai dilakukan secara objektif
dan selektif. Karena masih dilihatnya kendala yang
berhubungan dengan sumber daya manusia.
e. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang
pembinaan sumber daya manusia Adanya pemberian pelatihan
khusus bagi pegawai di bagian bidang Teknis dan non teknis
seperti diklat-diklat di bidang Penanaman Modal dan Pelayanan
sesuai dengan perubahan regulasi dari pusata, maupun
pengembangan kinerja bagi pegawai yaitu dengan kedisiplinan
dan melihat tanggung jawab masing-masing pegawai untuk
meningkatkan kinerja. Namun pada Dinas Penanaman Modal
dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Buton Selatan
belum diberlakukan penghargaan terhadap pegawai yang
kinerjanya dinilai baik.

Lingkungan pengendalian yang diterapkan oleh Dinas Penanaman


Modal dan Pelayanan Terpadu Kabupaten Buton Selatan masih
terdapat beberapa kelemahan yang belum menunjukkan
Lingkungan Pengendalian yang memadai yaitu :

1. Masih terbatasnya sumber daya Manusia (SDM)


2. Belum diberlakukan penghargaan terhadap pegawai yang
kinerjanya dinilai baik.
2. Penilaian Resiko
Penaksiran resiko yang diterapkan di Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Buton Selatan yaitu
mengidentifikasi permasalahan berdasarkan pada tugas dan fungsi
satuan kerja Perangkat Daerah (SKPD). Untuk menganalisa resiko
yang dihadapi manajemen, DPMPTSP Kabupaten Buton Selatan belum
menggunakan metode penilaian resiko yang sesuai untuk tujuan
instansi Pemerintah. Tujuan DPMPTSP mengacu pada visi dan misi
yaitu mewujudkan iklim investasi yang kondusif bagi semua melalui
penyelenggaraan perizinan dan penanaman modal yang berkelas
dunia. Berdasarkan penjelasan diatas Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Buton Selatan belum
melaksanakan penaksiran resiko dengan baik. Padahal jika didukung
pelaksanaan tersebut bisa dilihat adanya rencana dan strategi serta
kebijakan yang ditetapkan untuk mengidentifikasi resiko tersebut.

3. Kegiatan pengendalian
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Buton Selatan telah melaksanakan kegiatan pengendalian secara efektif,
karena dalam kegiatan pengendalian dari DPMPTSP setiap kejadian-
kejadian dan transaksi-transaksi disertai otorisasi oleh pihak yang
berwenang agar tidak terjadinya penyimpangan dari retribusi daerah,
adanya pemisahan tugas yang telah disusun pada job description yang
menjadi acuan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab dan
dokumen dan catatan yang memadai. Sehingga hal ini mendukung
jalannya sistem dan prosedur pemungutan retribusi izin mendirikan
daerah yang memadai.
4. Informasi dan Komunikasi
Informasi dan komunikasi yang berkualitas dan efektif dapat
mempengaruhi kemampuan pimpian untuk membuat keputusan yang
tepat dan membantu pegawai untuk mampu memahami tugas dan
tanggung jawabnya pada akhirnya mampu memperkuat sistem
pengendalian itu sendiri. Untuk dapat menciptakan komunikasi dan
informasi yang efektif berdasarkan PP Nomor 60 Tahun 2008 dengan
kriteria yaitu mampu menyediakan dan memanfaatkan berbagai sarana
dan komunikasi dan mampu mengelola, mengembangkan dan
memperbaharui sistem informasi secara terus menerus.
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Buton Selatan telah menerapkan suatu sistem informasi yang berbasis
komputer dan teritegrasi dengan sistem-sistem lainnya. Adapun
alternative lain dalam proses komunikasi dan penyampaian informasi
dapat diakses pada web resmi DPMPTSP. Adanya web diharapkan
menunjang kinerja pegawai serta menyediakan informasi bagi
masyarakat. Namun pengelolaan situs web dari Dinas ini tidak
dilaksanakan dengan baik. Data yang termuat didalam tidak pernah
diperbaharui. Web yang seharusnya mencerminkan bagaimana kinerja
pegawai dan menjadi penunjang pelaksanaan kegiatan jika digunakan
sebagai media untuk sosialisasi program pemerintah.

Pada pemungutan retribusi izin mendirikan bangunan belum ada sistem


terkhusus yang diterapkan oleh DPMPTSP. Adapun rencana pada pihak
DPMPTSP yaitu pendaftaran Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dilakukan
secara offline yang belum memudahkan masyarakat atau pemohon untuk
pendaftaran IMB. Satu-satunya sistem yang dimiliki DPMPTSP dalam
pemungutan retribusi izin mendirikan bangunan yaitu sistem komputer
yang terbatas dalam mengolah data sampai pada penetapan SKRD.

5. Pemantauan
Bagi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Kabupaten Buton Selatan pemantauan dilakukan untuk mengoptimalkan
penerimaan daerah. Pemantauan dilaksanakan oleh petugas pengawasan
khusus pada seksi pengkajian dan verifikasi perizinan teknis dan non
teknis, seksi peninjauan perizinan teknis dan non teknis serta seksi
penetapan perizinan teknis dan non teknis, petugas tersebut di berikan
tanggung jawab dalam bentuk melakukan Waskat (Pengawasan Melekat)
dimana pegawai ditunjuk langsung untuk memantau dan mensurvei ke
pemohon- pemohon perizinan atas izin yang diajukan, dengan tujuan
untuk meningkatkan pendapatan daerah dan juga pengendalian internal
retribusi daerah agar supaya dapat mengoptimalkan pendapatan daerah.
Ada juga penegasan yang diberikan agar tidak terjadinya pelanggaran
yang dilakukan pemohon perizinan. Adanya audit eksternal yaitu BPK (
Badan Pemeriksa Keuangan) selaku pihak yang berkewajiban melakukan
pengawasan dan pemeriksaan untuk memantau perkembangan
DPMPTSP Kabupaten Buton Selatan serta memastikan pelaksanaan
aktivitas setiap bagian terutama pemungutan retribusi dilaksanakan sesuai
dengan sistem dan prosedur yang berlaku. Dalam hal ini, Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Buton
Selatan melaksanakan pemantauan dengan cukup baik.

4.4 Inovasi apa yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Buton


Selatan dalam mengoptimalkan pendapatan daerah?

INOVASI PELAYANAN PERIZINAN IMB MELALUI SIMBG DI DINAS


PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU
(DPMPTSP) KABUPATEN BUTON SELATAN

Inovasi kebijakan layanan PBG melalui inovasi SIMBG


lahir berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 16 tahun 2021
tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung, yang merupakan tindak lanjut dari
ketentuan Pasal 24 dan Pasal 185 huruf b Undang – Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, bahwa Pemerintah menghapus status
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan menggantinya dengan
Persetujuan Bangunan Gedung (PBG). Inovasi kebijakan tersebut
memberikan kemudahan proses permohonan dan juga penyederhaan
atau memangkas dokumen persyaratan. Inovasi kebijakan ini wajib segera
ditindaklanjuti oleh seluruh daerah di Indonesia, termasuk Pemerintah
Kabupaten Buton Selatan.
Inovasi Sistem Informasi Manajemen Bangunan Gedung (SIMBG)
di nilai akan mengoptimalkan pendapatan Retribusi Daerah dengan
perhitungan standar Nasional yang sudah ditentukan pada system simbg.
pelayanan IMB atau PBG tersebut terintegrasi secara OSS pada system
pelayan perizinan berusaha yang ikut membantu daerah dalam
mengoptimalkan pendapatan Retribusi yang terintegrasi secara system
online. Dan pemerintah daerah perlu mengoptimalkan penganggaran
pengawasan pada system terintegrasi secara elektronik tersebut dalam
mendukung pelaksanaan pengoptimalan pendapatan daerah pemerintah
kabupaten buton selatan.
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

1. DPMPTSP Kabupaten Buton Selatan hanya sebagai pelaksana


pemungutan retribusi izin mendirikan bangunan dan tidak
menerima dari hasil pemungutan retribusi izin mendirikan
bangunan karna pembayaran besaran retribusi langsung pada
Bank Sultra. Penetapan target sebagai syarat dalam pelaksanaan
pemungutan retribusi izin mendirikan bangunan ditentukan oleh
Pemerintah Kabupaten Buton Selatan dengan disetujui Dewan
Perwakilan Rakyat Kabupaten Buton Selatan dan Bupati Buton
Selatan, karena instansi tersebut lebih mengetahui potensi
penerimaan daerah retribusi izin mendirikan bangunan.
2. sosialisasi perda Nomor 6 Tahun 2016 tentang Izin Mendirikan
Bangunan masih minim sehingga informasi perda belum diketahui
oleh masyarakat secara maksimal
3. Sumber daya manusia untuk sosialisasi masih minim sehingga
banyak potensi Pendapatan Asli daerah yang belum dikelola
secara maksimal
4. Ketersediaan dana untuk sosialisasi perda 12 Tahun 1998 masih
belum maksimal sehingga banyak masyarakat yang belum
terjangkau oleh petugas untuk memberikan sosialisasi
5. Aparat penegak hukum belum mampu melaksanakan sangsi
hukum bagi masyarakat yang melanggar perda Nomor 12 Tahun
1998
6. Jumlah staf yang mengurus IMB pada bagian pengurusn IMB di
Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kabupatn Alor masih kurang
sehingga pelayanan kepada masyarakat membutuhkan waktu yang
cukup lama
7. Keterbatasan personil untuk mendata bangunan disetiap wilayah
kecamatan sehingga banyak rumah / bangunan yang belum
memiliki IMB tidak terdata secara baik, sehingga potensi PAD
masih belum dikelola secara maksimal
8. Kekurangan tenaga ahli dalam pengurusan IMB, sehingga
pemerinta mengalami kesulitan untuk membantu masyarakat dalam
hal gambar / sket bangunan yang sebagai salah satu syarat
pengurusan IMB
9. Fasilitas menunjang kunjungan lapangan seperti kendaraan dinas
belum mencukupi untuk menjangkau semua daerah

5.2 Rekomendasi

1. Dengan melihat dari pembahasan-pembahasan diatas dan juga


dari hasil kesimpulan yang diperoleh, maka berikut ini hal-hal yang
dapat disarankan untuk meningkatkan sistem pengendalian intern
pemungutan retribusi izin mendirikan bangunan. Kepala Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten
Buton Selatan lebih meningkatkan pengawasan terhadap para
pemungut retribusi izin mendirikan bangunan supaya dapat
meminimalisir kecurangan yang ada khususnya dari oknum-oknum
yang tidak bertanggung jawab.
2. Disarankan agar pemerintah memperbanyak media sosialisasi
perda nomor 12 Tahun 1998 sehingga masyarakat bisa mengetahui
persyaratan IMB
3. Disarankan agar pemerintah dapat menambah / memperbanyak
SDM untuk kepentingan sosialisasi agar potensi PAD kabnupaten
SBD dapat dikelola maksimal sehingga meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah SBD
4. Disarankan agar pemerintah mengalokasikan dana dalam APBD
untuk sosialisasi perda nomor 12 Tahun 1998
Disarankan pemerintah dapat membekali aparat penegak hukum
agar memberikan sanksi hukum bagi masyarakat yang melanggar
ketentuan perda nomor 12 Tahun 1998
5. Disarankan agar pemerintah dapat meningkatkan jumlah stas yang
mengurus IMB sehingga tidak terjadi keterlambatan pengurusan
6. Disarankan agar pemerintah dapat meningkatkan personil untuk
mendata bagunan disetiap wilayah yang belum memiliki IMB untuk
selanjutnya dilakukan pengurusan IMB
7. Disarankan agar pemerintah Sumba Barat Daya dapat merekruit
tenaga ahli dalam pengurusan IMB sehingga proses pengurusan
bias cepat dan kesalahan dapat diminimalisir
8. Disarankan agar pemerintah Kabupaten Alor agar dapat
mengadakan Fasilitas menunjang kunjungan lapangan seperti
kendaraan dinas yang belum mencukupi untuk menjangkau semua
daerah.
DAFTAR PUSTAKA

INTERNET

http://www.jdih.kememkeu.go.id/fullText/2007/03-PMK.07-2007Per.HTM
Mahmudi (2009).

JURNAL

Aries Syafrizal L. Syaidiman Marto. (2021).


Implementasi Kebijakan Persetujuan Bangunan Gedung (PBG)
Jurnal Admistrasi Dan Informasi.

Damanpour, F., & Schneider, M. (2006). Phases of the adoption of


innovation in organizations: Effects of
environment, organization and top managers.
British Journal of Management, 17
(3), 215–236.
https://doi.org/10.1111/j.1467-8551.2006.00498.x

https://
jurnal.fordebi.or.id/index.php/home/article/view/114/73

(sumiari dan imamy,2005) sumber dana pembangunan daerah di


Indonesia mencerminkan ketergantungan terhadap sumbangan dan
bantuan dari pemerintah pusat.

elmi (2002) ketidak seimbangan fiscal (fiscal imbalance) yang terjadi


anatara pemerintah pusat dan daerah

Widhi Novianto. (2015). Telaah Isu-Isu Strategis Desentralisasi dan


Otonomi Daerah. Jakarta :Pusat Kajian Desentralisasi Lembaga
Administrasi Negara.

Jurnal :
Agus Dwiyanto, “. P.-1. (2005). “Mengapa

Pelayanan Publik?,” dalam Agus Dwiyanto (ed.), Mewujudkan Good


Governance Melalui Pelayanan Publik. 18-19.

E-BOOK

Eko Prasojo, author. (2007). Deregulasi & debirokratisasi perizinan


di Indonesia.
Departemen Ilmu
Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas
Indonesia,

Abdul Halim, John Suprianto, A. Budi Purnomo. 1994. Peranan Dan


Pengelolaan Keuangan Daerah Dalam Usaha Peningkatan PAD, Buku I,
KKD FE UGM, Yogyakarta.

“Manajemen Keuangan Daerah” Buku Seri Membudayakan Akuntabilitas


Publik, Yogyakarta: Erlangga.

Adam Smith, Teori Pertumbuhan Ekonomi Perencanaan dan


Pembangunan. PT. Raja Grafindo Pustaka. Jakarta.

Buku
Sugiyono. (2008). Metode Penelitan Kualitatif. bandung: alfabeta.

Suharsimi, A. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


jakarta: rineka cipta.

Utomo, W. (2006). Administrasi Publik Baru Indonesia; Perubahan


Paradigma dari Administrasi Negara ke Administrasi Publik. yogyakarta:
pustaka pelajar.

Abdul Halim. 2012. Akuntansi Keuangan Daerah Edisi 4. Jakarta:


Salemba

hmed, Pervaiz K, & Shephard, Charles D. (2010). Innovation


Management. New Jersey: Pearson Education, Inc.

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Perda Nomor 6 Tahun 2016 tentan Izin mendirikan Bangunan dan


Retribusi

PP nomor 6 Tahun 2021 tentang Pelaksanaan Bangunan Gedung

pelaksanaan otonomi daerah sejak 1 Januari 2001

undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah.

undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan


antara pemerintah pusat dan daerah.
Undang-undang nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi
daerah, Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas
UU nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.
Kemudian pada tahun 2009 pemerintah pusat mengeluarkan UU nomor
28 Tahun 2009 tentang pajak dan retribusi daerah menggantikan UU
nomor 34 Tahun 2000.

peraturan pemerintah nomor 115 tahun 2000, bagian bagian daerah dari
PPh

peraturan pemerintah nomor 16 tahun 2000

keputusan Menteri keuangan nomor 553/KMK.03/2000 tentang tata cara


penyaluran dana alokasi umum dan dana alokasi khusus sebagaimana
telah diubah dengan keputusan Menteri keuangan nomor
655/KMK.02/2000 tanggal 27 Desember 2001 tentang perubahan atas
keputusan Menteri keuangan nomor 553/KMK.03/2000 tentang tatacara
penyaluran dana alokasi umum dan dana alokasi khusus.

Anda mungkin juga menyukai