Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

RETRIBUSI DAERAH

DOSEN PENGAMPU

Muhammad Nordiansyah S.E. , M.A.K. , Ak.

DISUSUN OLEH

Alif Setyawati (1810313620010)

Christin Agape Tampubolon (1810313620027)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

AKUNTANSI

2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang “Retribusi Daerah”.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Retribusi Daerah” ini dapat memberikan
manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Banjarmasin, 06 Desember 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................……. 1

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………….. 1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………………. 1

1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………. 1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................. 2

2.1 Retribusi Daerah............................................................................................................... 2

2.2 Objek Retribusi Daerah..................................................................................................... 2

2.3 Cara Penghitungan Retribusi Daerah................................................................................ 6

2.4 Sistem Pemungutan Retribusi........................................................................................... 8

CONTOH KASUS...................................................................................................................... 15

BAB III PENUTUP......................................................................................................................... 17

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................... 17

3.2 Kritik dan saran................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................... 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Retribusi daerah sebagaimana halnya pajak daerah merupakan salah satu Pendapatan Asli
Daerah yang diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan memeratakan
kesejahteraan masyarakat. Menurut Ahmad Yani (2002:55) “Daerah provinsi,kabupaten/kota
diberi peluang dalam menggali potensi sumber-sumber keuangannya dengan menetapkan
jenis retribusi selain yang telah ditetapkan, sepanjang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat” Menurut Marihot P. Siahaan (2005:6), “
Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan retribusi daerah?

2. Apa saja objek retribusi daerah?

3. Bagaimana cara penghitungan retribusi daerah

4. Bagaimana sistem pemungutan retribusi?

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui pengertian retribusi daerah , mengetahui objek retribusi daerah,


mengetahui penghitungan retribusi daerah serta mengetahui sistem pemungutan retribusi
daerah.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Retribusi Daerah

Retribusi Daerah adalah pungutan sebagai pembayaran atas jasa yang disediakan oleh
pemerintah daerah.

2.2 Objek Retribusi Daerah

Objek Retribusi Daerah dapat dibagi menjadi :

1. Jasa umum;

2. Jasa usaha;dan

3. Perizinan tertentu.

Jasa yang diselenggarakan oleh badan usaha milik daerah bukan merupakan objek
retribusi.

Retribusi dibagi atas tiga golongan, yaitu:

1. Retribusi jasa umum;

2. Retribusi jasa usaha; dan

3. Retribusi perizinan tertentu.

Kriteria Retribusi Jasa Umum

Beberapa retribusi jasa umum antara lain sebagai berikut.

1. Retribusi jasa umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa usaha atau
retribusi perizinan tertentu.

2. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan


desentralisasi.
3. Jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan
membayar retribusi, di samping untuk melayani kepentingan dan kemanfaatan umum.

4. Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi.

5. Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai penyelenggaraannya.

6. Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu sumber
pendapatan daerah yang potensial.

7. Pemungutan retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan/ atau
kualitas pelayanan yang lebih baik.

Kriteria Retribusi Jasa Usaha

kriteria retribusi jasa usaha antara lain sebagai berikut.

1. Retribusi jasa usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi jasa umum atau
retribusi perizinan tertentu.

2. Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya disediakan
oleh sektor swasta, tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai
daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh pemerintah daerah.

Kriteria Retribusi Perizinan Tertentu

Kriteria retribusi perizinan tertentu adalah sebagai berikut.

1. Perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah


dalam rangka asas desentralisasi.

2. Perizinan tersebut benar benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum.

3. Biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dan biaya untuk
menanggulangi dampak negatif dari pemeberian izin tersebut cukup besar sehingga layak
dibiayai dari retribusi perizinan.
Selain tiga jenis retribusi di atas, dapat pula ditetapkan jenis retribusi lainnya yang sesuai
dengan kewenangan otonomi dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan, dan harus ditetapkan
dengan Peraturan Daerah. Hasil penerimaan jasa retribusi tertentu dari daerah kabupaten
sebagian diperuntukkan kepada desa. Bagian yang diterima desa ditetapkan lebih lanjut dengan
Peraturan Daerah Kabupaten dengan memerhatikan aspek keterlibatan desa dalam penyediaan
layanan tersebut.

Untuk memperoleh gambaran jenis-jenis retribusi apa saja yang diatur di dalamnya, dapat
dilihat pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah yang
kemudian terjadi penambahan jenis retribusi setelah diterbitkannya PP nomor 97 tahun 2012
tentang retribusi pengendalian lalu lintas dan retribusi perpanjangan izin mempekerjakan tenaga
asing, yaitu:

1. Retribusi jasa umum, adalah sebagai berikut:

1. Retribusi Pelayanan Kesehatan

2. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebrsihan

3. Retribusi penggantian biaya cetak KTP dan Akta Catatan Sipil

4. Retribusi pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat

5. Retribusi parkir di tepi jalan umum

6. Retribusi pelayanan pasar

7. Retribusi pengujian kendaraan bermotor

8. Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran

9. Retribusi penggantian biaya cetak peta

10. Retribusi pelayanan tera/ tera ulang

11. Retribusi penyedotan kaskus

12. Retribusi pengelolaan limbah cair


13. Retribusi pelayanan pendidikan

14. Retribusi pengendalian menara telekomunikasi

15. Retribusi pengendalian lalu lintas.

2. Retribusi jasa usaha, adalah sebagai berikut.

1. Retribusi pemakaian kekayaan daerah

2. Retribusi pasar grosir/pertokoan

3. Retribusi tempat pelelangan

4. Retribusi terminal

5. Retribusi tempat khusus parkir

6. Retribusi tempat penginapan/vila

7. Retribusi rumah potong hewan

8. Retribusi pelayanan kepelabuhanan

9. Retribusi tempat rekreasi dan olahraga

10. Retribusi penyeberangan di air

11. Retribusi penjualan produksi usaha daerah

3. Retribusi perizinan tertentu, adalah sebagai berikut.

1. Izin tempat penjualan minuman beralkohol

2. Retribusi izin mendirikan bangunan

3. Retribusi izin gangguan

4. Retribusi izin trayek

5. Retribusi izin usaha perikanan


6. Retribusi perpanjangan Izin Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA)

2.3 Cara Penghitungan Retribusi

Perhitungan retribusi dilakukan dengan rumus sebagai berikut.

Tingkat penggunaan jasa × Tarif retribusi

Tingkat penggunaan jasa diukur dengan:

1. Kuantitas penggunaan jasa, misalnya berapa kali/jam parkir; atau

2. Ditaksir dengan rumus, misalnya izin bangunan berdasarkan luas tanah/bangunan, jumlah
tingkat dan rencana penggunaan

Tarif retribusi diukur dengan:

1. Nilai rupiah atau persentase tertentu yang ditetapkan;atau

2. Dapat ditentukan seragam atau diadakan pembedaan sesuai prinsip dan sasaran tarif.

Peraturan Daerah Tentang Retribusi

Retribusi ditetapkan dengan peraturan daerah dan Peraturan Daerah tentang retribusi tersebut
tidak berlaku surut.

Peraturan daerah tentang retribusi sekurang-kurangnya mengatur ketentuan mengenai:

1. Nama, objek, dan subjek retribusi

2. Golongan retribusi

3. Cara mengukur tingkat penggunaan jasa yang bersangkutan

4. Prinsip yang dianut dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi

5. Struktur dan besarnya tarif retribusi

6. Wilayah pemungutan

7. Tata cara pemungutan


8. Sanksi administrasi

9. Tata cara penagihan dan

10. Tanggal mulai berlakunya.

Peraturan Daerah tentang retribusi dapat mengatur ketentuan mengenai:

1. Masa retribusi

2. Pemberian keringanan, pengurangan, dan pembebasan dalam hal-hal tertentu atas pokok
retribusi dan/atau sanksinya dan

3. Tata cara penghapusan piutang retribusi yang kadaluwarsa

Peraturan daerah untuk jenis-jenis retribusi yang tergolong dalam Retribusi Perizinan
Tertentu harus terlebih dahulu disosialisasikan dengan masyarakat sebelum ditetapkan.
Ketentuan untuk mengatur tata cara dan mekanisme pelaksanaan sosialisasi peraturan daerah
ditetapkan oleh kepala daerah.

Untuk melakukan pengawasan terhadap peraturan daerah maka peraturan daerah harus
disampaikan kepada pemerintah paling lama 15 (lima belas) hari setelah ditetapkan. Jika
peraturan daerah yang dibuat bertentangan dengan kepentingan umum dan atau peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi maka pemerintah dapat membatalkan peraturan daerah
dimaksud. Pembatalan dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sejak diterimanya peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Prinsip dan Sasaran Penentuan Tarif

Retribusi jasa umum

Ditetapkan berdasarkan kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa


yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan.

Retribusi jasa usaha

Ditentukan berdasarkan pada tujuan memperoleh keuntungan yang layak.


Retribusi perizinan tertentu

ditentukan berdasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan
pemberian izin yang bersangkutan.

2.4 Sistem Pemungutan Retribusi

Sistem pemungutan retribusi daerah adalah sistem official assessment,yaitu pemungutan daerah
berdasarkan penetapan kepala daerah dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah
(SKRD) atau dokumen lainnya yang dipersamakan. Wajib retribusi setelah menerima SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan tinggal melakukan pembayaran menggunakan Surat Setoran
Retribusi Daerah (SSRD) pada kantor pos atau bank persepsi. Jika wajib pajak retribusi tidak
atau kurang membayar akan ditagih menggunakan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD).

Kadaluwarsa Retribusi Daerah

Batas kadaluwarsa retribusi daerah adalah tiga tahun, kecuali wajib retribusi melakukan tindak
pidana retribusi daerah. Jangka waktu tiga tahun ditangguhkan jika:

1. Diterbitkaan surat teguran; atau

2. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi, baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Keberatan

1. Keberatan dapat dilakukan jika Wajib Pajak Daerah atau Wajib Retribusi Daerah kepada
Kepala Daerah terhadap suatu:

a. Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD); atau

b. Pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga

2. Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan
yang jelas.
3. Jangka pengajuan surat keberatan untuk Pajak Daerah adalah tiga bulan sejak
diterimanya Surat Ketetapan Pajak (SKP). Untuk retribusi daerah dua belan sejak
diterimanya Surat Ketetapan Retribusi Daerah.

4. Kepala daerah harus mengambil keputusan dalam jangka waktu 12 bulan untuk Pajak
Daerah dan 6 bulan untuk Retribusi Daerah. Jika dalam jangka waktu tersebut Kepala
Daerah tidak mengambil keputusan maka keberatan Wajib Pajak/Wajib retribusi dianggap
diterima.

5. Keputusan dari keberatan dapat berupa;

a. Ditolak;

b. Diterima; dan

c. Menambah

Pembetulan, Pembatalan, dan pengurangan Ketetapan

Kepala daerah karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak/Wajib Retribusi dapat
membatalkan atau mengurangkan ketetapan pajak yang tidk benar, membetulkan SKP yang salah
tulis, salah hitung, atau keliru menerapakan peraturan perundangan.

Penghapusan dan Pengurangan Sanksi Administrasi

Kepala Daerah dapat mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi pajak yang terutang
menurut perundang-undangan pajak daerah yang berlaku dalam hal sanksi tersebut dikenakan
karena kekhilafan wajib pajak atau karena bukan kesalahannya.

Pengembalian Kelebihan Pembayaran

Atas kelebihan pembayaran pajak atau retribusi, wajib pajak atau wajib retribusi dapat
mengajukan permohonan pengembalian kepada kepala daerah. Kepala daerah dalam jangka
waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran
retribusi harus memberikan keputusan.
Apabila jangka waktu yang ditetapkan telah dilampaui dan kepala daerah tidak
memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian pajak atau retribusi dianggap
dikabulkan dan surat ketetapan pajak daerah lebih bayar atau surat ketetapan retribusi daerah
lebih bayar harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.

Untuk wajib pajak atau wajib retribusi yang mempunyai utang pajak atau utang retribusi
lainnya, kelebihan pembayaran pajak atau retribusi langsung diperhitungkan untuk melunasi
terlebih dahulu utang pajak atau utang retribusi tersebut.

Pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau retribusi dilakukan dalam jangka waktu
paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya Surat ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar atau
Surrat Ketetapan Retribusi Lebih Bayar. Apabia pengembalian kelebihan bayar pajak atau
retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, kepala daerah memberikan imbalan
bunga 2 persen sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran pajak atau
retribusi.

Pembukuan

Wajib pajak yang memenuhi kriteria tertentu wajib menyelenggarakan pembukuan. Kriteria yang
berlaku saat ini adalah Wajib Pajak yang melakukan usaha, antara lain jasa dagang dengan omzet
lebih besar dari Rp 300 juta per tahun.

Pemeriksaan

Kepala daerah berwenag melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan wajib pajak dalam
pemenuhan kewajiban Pajak Daerah

Kewajiban wajib pajak jika diperiksa:

1. Memperlihatkan/meminjamkan perpajakan daerah atau retribusi;

2. Memberikan kesempatan untuk memasuki ruangan/tempat tertentu; dan

3. Memberikan keterangan yang diperlukan.

Ketentuan Khusus
Ketentuan-ketentuan khusus antara lain sebagai berikut.

1. Setiap pejabat dilarang memberitahukan kepada pihak lain segala sesuatu yang diketahui
atau diberitahukan kepadanya oleh wajib pajak dalam rangka jabatan atau pekerjaannya
untuk menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

2. Larangan tersebut di atas berlaku juga terhadap tenaga ahli yang ditunjuk oleh kepala
daerah untuk membantu dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan daerah.

3. Yang dikecualikan dari ketentuan khusus adalah:

a. Pejabat dan tenaga ahli yang bertindak sebagai saksi atau saksi ahli dalam siding
pengadilan.

b. Pejabat dan tenaga ahli yang memberikan keterangan kepada pihak lain yang
ditetapkan oleh kepala daearah.

4. Untuk kepentingan daerah, kepala daerah berwenang memberi izin tertulis kepada
pejabat dan tenaga-tenaga ahli supaya memberikan keterangan dan memperlihatkan bukti
tertulis dari atau tentang wajib pajak kepada pihak yang ditunjuknya.

5. Untuk kepentingan pemeriksaan di pengadilan dalam perkara pidana atau perdata atas
permintaan hakim sesuai dengan hukum acara pidana dan hukum acara perdata, kepala
daerah dapat memberikan izin tertulis untuk meminta kepada pejabat dan tenaga ahli
supaya memberikan bukti tertulis dan keterangan wajib pajak yang ada padanya.

6. Permintaan hakim harus menyebutkan nama tersangka atau nama tergugat, keterangan-
keterangan yang diminta serta kaitan antara perkara pidana atau perdata yang
bersangkutan dan keterangan yang diminta tersebut.

Ketentuan Pidana

Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah
dikenakan sanksi berupa kurungan maksimal enam bulan dan/ atau denda maksimal empat kali
retribusi yang terutang.
Pejabat yang karena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban merahasiakan hal-hal yang telah
diatur dalam ketentuan khusus dapat dikenakan hukuman pidana kurungan paling lama enam
bulan atau denda paling banyak Rp. 2.000.000.

Pejabat yang karena kesengajaannya tidak memenuhi kewajibannya atau seseorang yang
menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban sebagai seorang pejabat, dapat dikenakan hukuman
pidana kurungan paling lama satu tahun atau denda paling banyak Rp 5.000.000.

Penyidikan

Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan pemerintah daerah diberi wewenang khusus
sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan daerah atau
retribusi, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang berlaku.
Wewenang penyidik adalah:

1. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan


dengan tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan retribusi agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas.

2. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan
tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana
perpajakan daerah dan retribusi.

3. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan
tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan retribusi.

4. Memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan


tindak pidana di bidang perpajakan atau retribusi.

5. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan


dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut.

6. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana
di bidang perpajakan daerah dan retribusi.
7. Menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada
saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen
yang dibawa.

8. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak perpajakan daerah atau retribusi.

9. Memanggil seseorang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka


atau saksi.

10. Menghentikan penyidikan.

11. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan daerah.

Penyidik berkewajiban untuk memberitahukan saat dimulainya penyidikan dan


menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi
Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang
hukum acara pidana yang berlaku.

Contoh kasus
Retribusi Daerah Lampaui Target, Masih Banyak

Potensi yang Harus Dimaksimalkan SKPD


Selasa, 15 November 2016 16:45

TRIBUNKALTIM.CO, SANGATTA - Selain pajak, ternyata penarikan retribusi daerah sebagai


penerimaan pendapatan daerah yang dilaksanakan hingga 7 November 2016 ini juga sudah
melampaui target.

“Ditarget Rp 4.680.200.000 pada awal tahun, terealisasi sebesar Rp 4.695.759.991 atau 100,33
persen,” kata Kepala Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Yulianti, didampingi Kepala Bidang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) Musyaffa di ruang kerjanya.

Walaupun melebih target, namun menurut Yuli, sapaan akrab Yulianti, pendapatan daerah dari
penarikan retribusi yang dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait belumlah
optimal. Karena jumlah target yang direalisasikan masih bersifat global.

Jika dilihat dari masing-masing potensi penarikan retribusi, ada yang mengalami peningkatan
namun juga ada yang cenderung dibawah target.

Contohnya pada penarikan retribusi umum dapat terealisasi 100,49 persen atau Rp 3,4 milyar.
Hal itu disebabkan meningkatnya penerimaan dari retribusi pelayanan kesehatan, pelayanan
pasar, dan retribusi pengendalian menara komunikasi.

Walaupun sebenarnya khusus pengendalian menara komunikasi seharusnya masih bisa


dimaksimalkan, karena banyaknya menara yang ada. Tetapi disisi lain, retribusi seperti
pelayanan persampahan dan kebersihan, pengujian kendaraan bermotor, dan biaya penggantian
biaya cetak peta tidak mencapai target.

Bahkan, sambung Yuli, retribusi jasa usaha baru teralisasi 97,19 persen atau Rp 314 juta dari
target Rp 323 juta. Beberapa potensi penarikan retribusi jasa usaha yang belum melampaui target
namun bisa dimaksimalkan, menurut Yuli, adalah retribusi terminal dan tempat khusus parkir.

Selain itu, retribusi perizinan tertentu memang secara umum telah dianggap melampui target
yakni 100,83 persen atau Rp 962 juta dari angka awal yang dicanangkan sebesar Rp 955 juta.
Namun retribusi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dan retribusi izin trayek belum mencapai
target yang seharusnya bisa dimaksimalkan.

“Kami sangat berharap seluruh SKPD yang memiliki kewenangan mengelola dan menarik
restribusi bisa bekerja maksimal untuk turut meningkatkan PAD Kabupaten Kutai Timur,” harap
Yuli, yang merupakan mantan Kabag Keuangan Setkab Kutim ini. (advertorial/hms3).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian
izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan. objek dari retribusi daerah yaitu jasa umum, jasa usaha,
perizinan tertentu. Retribusi Daerah mempunyai Fungsi yang sangat penting terhadap
Pendapatan Asli Daerah Pemerintah.
Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan Fungsi Retribusi Daerah yaitu
masih kurangnya kesadaran wajib retribusi dalam memenuhi kewajibannya dalam membayar
Retribusi Daerah, adanya penyimpangan dari petugas penarik retribusi yaitu tidak memberikan
karcis sebagai bukti pembayaran retribusi yang dipungut, serta hambatan keadaan perekonomian
bangasa Indonesia yang tidak stabil dari tahun ke tahun.

3.2 Saran

Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan maupun referensi pengetahuan dalam mata
kuliah Perpajakan I yang membahas tentang retribusi daerah. Namun, kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan, karena melihat masih banyak hal-hal yang belum bisa dikaji
lebih mendalam pada makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Suandy, Erly. 2016. Hukum Pajak. Edisi 7. Jakarta: Penerbit Salemba Empat

https://www.scribd.com/document/336027073/MAKALAH-RETRIBUSI-DAERAH

http://www.djpk.kemenkeu.go.id/wp-content/uploads/2018/08/retribusi_daerah.pdf

Anda mungkin juga menyukai