DISUSUN OLEH :
RITA RAHMAYANTI
POLITEKNIK BOMBANA
TAHUN AJARAN
2023/2024
KATA PENGANTAR
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Akuntansi Belanja Dan Beban Pemerintah Daerah. Adapun isi dari makalah yaitu menjelaskan
tentang “ Akuntansi Belanja Dan Beban Pemerintah Daerah” Penyusun berterima kasih kepada
Ibu Ikbal,S.E.,M.Ak. selaku dosen mata kuliah “Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah”
yang telah memberikan arahan serta bimbingan, dan juga kepada semua pihak yang telah
membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini. Seperti pepatah
mengatakan “Tak ada gading yang tak retak”. Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan saya sendiri. Oleh karena itu,
saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang positif dan membangun dari semua pihak agar
makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan datang.
Rita Rahmayanti
DAFTAR ISI
Kesimpulan .......................................................................................................
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Akuntansi belanja dan beban pemerintah daerah adalah proses pencatatan, pengukuran, dan
pelaporan transaksi pengeluaran dana publik yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Tujuan dari
akuntansi belanja dan beban pemerintah daerah adalah untuk meningkatkan transparansi
keuangan, pengendalian pengeluaran, akuntabilitas, mematuhi peraturan, dan pengambilan
keputusan yang tepat dalam pengelolaan keuangan daerah.
Pemerintah daerah memiliki tanggung jawab untuk mengelola dana publik dengan baik dan
bertanggung jawab atas penggunaannya. Oleh karena itu, akuntansi belanja dan beban
pemerintah daerah memainkan peran penting dalam menjaga kepercayaan publik terhadap
pengelolaan keuangan daerah dan memastikan bahwa setiap pengeluaran dana publik telah
direkam dan dilaporkan dengan benar dan akurat.
Dalam melakukan akuntansi belanja dan beban pemerintah daerah, terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan, seperti klasifikasi belanja dan beban, pengakuan, pengukuran, dan
pengungkapan. Selain itu, juga terdapat prosedur akuntansi belanja dan beban yang harus diikuti
oleh pemerintah daerah, baik PPKD maupun SKPD.
Dalam era digitalisasi dan tuntutan efisiensi dan akurasi dalam pengelolaan keuangan daerah,
akuntansi belanja dan beban pemerintah daerah semakin penting untuk dipahami dan diterapkan
dengan baik oleh para pengambil keputusan di tingkat pemerintah daerah. Dengan demikian,
pengelolaan keuangan daerah dapat dilakukan dengan lebih baik dan efektif untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dan mencapai tujuan pembangunan daerah secara keseluruhan.
BAB II
PEMBAHASAN
Belanja dan beban adalah dua konsep yang berbeda dalam akuntansi. Belanja merupakan
pengeluaran uang untuk memperoleh barang atau jasa yang akan digunakan dalam kegiatan
pemerintah. Sementara itu, beban merupakan pengeluaran uang untuk membiayai kegiatan
pemerintah yang tidak menghasilkan keuntungan langsung. Contoh beban adalah gaji dan
tunjangan pegawai, biaya listrik, dan biaya administrasi.
2. Klasifikasi Belanja
Belanja barang: belanja untuk memperoleh barang-barang fisik seperti peralatan, bahan
baku, dan perlengkapan.
Belanja modal: belanja untuk memperoleh aset tetap seperti tanah, bangunan, dan
kendaraan.
Belanja jasa: belanja untuk memperoleh jasa dari pihak ketiga seperti jasa konsultansi,
perawatan gedung, dan jasa pengiriman.
Belanja subsidi: belanja untuk memberikan subsidi kepada masyarakat atau perusahaan
tertentu.
Belanja transfer: belanja untuk memberikan dana kepada pemerintah daerah atau lembaga
lain untuk melaksanakan program tertentu.
3. Klasifikasi Beban
Beban pegawai: beban untuk membayar gaji dan tunjangan pegawai pemerintah.
Beban umum: beban untuk membayar biaya-biaya umum seperti listrik, air, telepon, dan
bahan habis pakai.
Beban pemeliharaan: beban untuk memelihara dan memperbaiki aset pemerintah seperti
gedung, jalan, dan jembatan.
Beban bunga: beban untuk membayar bunga atas pinjaman yang diperoleh oleh pemerintah.
Beban amortisasi: beban untuk mengalokasikan biaya aset tetap pemerintah ke dalam
periode-periode masa manfaatnya.
4. Pengakuan Belanja dan Beban
Belanja dan beban diakui pada saat terjadi atau saat barang atau jasa diterima. Pengakuan
belanja dilakukan pada saat pemerintah melakukan pembayaran atau kewajiban untuk membayar
barang atau jasa. Pengakuan beban dilakukan pada saat biaya terjadi, meskipun pembayaran
belum dilakukan.
5. Pengukuran Belanja dan Beban
Belanja dan beban diukur dengan menggunakan metode akrual. Metode akrual mengukur
belanja dan beban berdasarkan periode waktu tertentu, tidak hanya berdasarkan saat pembayaran
atau saat terima barang/jasa. Pengukuran belanja dan beban juga harus memenuhi prinsip biaya
historis dan konsistensi.
Pemerintah wajib melakukan pengungkapan atas belanja dan beban dalam laporan keuangan.
Pengungkapan harus meliputi informasi tentang jenis belanja dan beban yang dilakukan,
jumlahnya, dan periode waktu di mana belanja dan beban tersebut terjadi.
Pengungkapan belanja dan beban adalah suatu kewajiban bagi pemerintah daerah untuk
mempublikasikan informasi mengenai pengeluaran dana publik kepada masyarakat.
Pengungkapan belanja dan beban ini dilakukan untuk meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah.
Beberapa informasi yang harus diungkapkan oleh pemerintah daerah terkait dengan belanja
dan beban antara lain:
Rincian Belanja
Pemerintah daerah harus mengungkapkan rincian belanja yang telah dilakukan, termasuk
jenis belanja, jumlah belanja, dan sumber pendanaan yang digunakan.
Rencana Anggaran
Pemerintah daerah harus mengungkapkan rencana anggaran yang akan dilakukan pada
periode berikutnya, termasuk prioritas kegiatan, estimasi biaya, dan sumber pendanaan yang
akan digunakan.
Laporan Keuangan
Pemerintah daerah harus menyusun dan mempublikasikan laporan keuangan yang
mencakup informasi mengenai belanja dan beban selama periode tertentu. Laporan
keuangan ini harus mencakup informasi mengenai pengeluaran dana publik, sumber
pendanaan, dan saldo anggaran.
Informasi Lainnya
Pemerintah daerah juga harus menyediakan informasi lainnya terkait dengan pengelolaan
keuangan daerah, seperti informasi mengenai rencana pembangunan, program-program
sosial, dan proyek-proyek infrastruktur yang dibiayai oleh dana publik.
Pengungkapan belanja dan beban dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti situs web
resmi pemerintah daerah, media sosial, atau media cetak. Dengan pengungkapan belanja dan
beban yang transparan dan akurat, masyarakat dapat mengawasi dan memantau pengelolaan
keuangan daerah dengan lebih baik. Hal ini akan meningkatkan akuntabilitas dan efektivitas
dalam pengelolaan keuangan daerah.
7. Prosedur Akuntansi Belanja dan Beban PPKD
Prosedur akuntansi belanja dan beban pada Pusat Pengembangan Komunitas (PPKD)
meliputi:
PPKD harus membuat rencana anggaran belanja yang mencakup semua kegiatan yang akan
dilakukan. RAB harus disusun berdasarkan program kerja dan anggaran yang telah disetujui oleh
pihak yang berwenang.
Pemesanan Barang/Jasa
Setelah RAB disusun, PPKD harus melakukan pemesanan barang/jasa kepada pihak yang
berwenang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Penerimaan Barang/Jasa
PPKD harus melakukan pemeriksaan dan persetujuan atas faktur atau dokumen pendukung
lainnya sebelum melakukan pembayaran.
Pembayaran
Setelah faktur atau dokumen pendukung lainnya disetujui, PPKD harus melakukan
pembayaran kepada pihak yang berwenang.
Pencatatan Transaksi
Setiap transaksi harus dicatat dengan benar dan akurat pada buku kas dan buku besar PPKD.
Rekonsiliasi Bank
Setiap bulan, PPKD harus melakukan rekonsiliasi bank untuk mencocokkan antara saldo buku
kas dengan saldo bank yang sebenarnya.
Setelah semua transaksi dicatat dan direkonsiliasi, PPKD harus menyusun laporan keuangan
yang mencakup neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas.
PPKD harus melakukan pengauditan laporan keuangan setiap tahunnya oleh pihak yang
berwenang.
Pelaporan Keuangan
PPKD harus melaporkan laporan keuangannya kepada pihak yang berwenang dan masyarakat
dalam jangka waktu yang telah ditetapkan oleh peraturan yang berlaku.
Prosedur akuntansi belanja dan beban SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) meliputi
beberapa tahapan, yaitu:
Persiapan Anggaran SKPD harus membuat anggaran untuk setiap kegiatan yang akan
dilaksanakan. Anggaran tersebut harus sesuai dengan kebutuhan dan prioritas daerah serta
sumber pendanaan yang tersedia.
Permintaan Belanja Setiap kegiatan yang membutuhkan pengeluaran dana harus diajukan
permintaan belanja oleh SKPD kepada kepala daerah. Permintaan belanja harus disertai
dengan rincian kebutuhan, estimasi biaya, dan sumber pendanaan yang akan digunakan.
Persetujuan Belanja Setelah menerima permintaan belanja, kepala daerah akan menyetujui
dan menandatangani dokumen persetujuan belanja. Dokumen ini mencakup rincian
kebutuhan, estimasi biaya, sumber pendanaan, dan persetujuan kepala daerah.
Pelaksanaan Kegiatan Setelah mendapatkan persetujuan belanja, SKPD dapat melaksanakan
kegiatan sesuai dengan rencana dan anggaran yang telah disetujui. SKPD harus melakukan
pencatatan dan pelaporan setiap pengeluaran yang terjadi sesuai dengan aturan dan prosedur
yang berlaku.
Penerimaan Barang atau Jasa Setelah kegiatan selesai dilaksanakan, SKPD harus melakukan
pemeriksaan dan verifikasi terhadap barang atau jasa yang diterima. SKPD juga harus
melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap penerimaan barang atau jasa yang telah
dilakukan.
Pencatatan dan Pelaporan Belanja Setiap transaksi pengeluaran dana publik yang telah
dilakukan harus dicatat dan dilaporkan dengan benar dan akurat. SKPD harus memastikan
bahwa pencatatan dan pelaporan belanja dilakukan secara sistematis dan transparan.
Pemeriksaan dan Verifikasi SKPD harus melakukan pemeriksaan dan verifikasi terhadap
setiap transaksi pengeluaran dana publik yang dilakukan. Pemeriksaan dan verifikasi ini
harus dilakukan secara berkala untuk memastikan bahwa setiap pengeluaran dana publik
telah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan aturan dan prosedur yang berlaku.
Penutupan Buku Setelah semua transaksi pengeluaran dana publik selesai dicatat dan
dilaporkan, SKPD harus menutup buku untuk periode tertentu. Penutupan buku ini
dilakukan untuk menyelesaikan proses akuntansi belanja dan beban pada periode tersebut.
Dengan mengikuti prosedur akuntansi belanja dan beban SKPD yang benar, pemerintah
daerah dapat memastikan bahwa setiap pengeluaran dana publik telah direkam dan
dilaporkan dengan benar dan akurat. Hal ini akan meningkatkan transparansi keuangan,
pengendalian pengeluaran, dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dalam akuntansi belanja dan beban pemerintah daerah, terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu efektivitas, efisiensi, dan
akuntabilitas. Beberapa hal tersebut meliputi definisi belanja dan beban, klasifikasi belanja dan
beban, pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan belanja dan beban, serta prosedur akuntansi
yang berbeda antara PPKD dan SKPD.
Pemerintah daerah juga harus memperhatikan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum,
seperti prinsip keberlanjutan, konsistensi, dan materialitas. Selain itu, pemerintah daerah juga
harus mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait dengan pengelolaan
keuangan daerah.
Dalam pengelolaan keuangan daerah, transparansi dan akuntabilitas sangat penting untuk
menjaga kepercayaan masyarakat dan menghindari terjadinya praktik-praktik korupsi. Oleh
karena itu, pengungkapan belanja dan beban yang transparan dan akurat harus menjadi prioritas
bagi pemerintah daerah.
Dalam kesimpulannya, akuntansi belanja dan beban pemerintah daerah sangatlah penting
dalam mengelola keuangan daerah. Dengan mengikuti prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum, mengikuti peraturan perundang-undangan, serta melakukan pengungkapan belanja dan
beban yang transparan dan akurat, diharapkan pengelolaan keuangan daerah dapat berjalan
efektif, efisien, dan akuntabel.
DAFTAR PUSTAKA