Anda di halaman 1dari 24

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 2
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan ........................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5
E. Batasan Masalah............................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Otonomi Daerah ............................................................................ 7
B. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) ........................... 8
C. Pajak .............................................................................................. 10
1. Fungsi Pajak .......................................................................... 11
2. Macam-macam Tarif Pajak ................................................... 12
3. Klasifikasi Pajak ................................................................... 13
4. Pajak Kendaraan bermotor.................................................... 15
5. Nilai Jual Kendaraan Bermotor ........................................... 15
D. Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) dengan Penerimaan Pajak
Kendaraan Bermotor ..................................................................... 15
E. Konsep Produk Domestik Regional Bruto .................................... 16
F. Hubungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita
dengan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor ........................... 16
G. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 17
H. Hipotesis ........................................................................................ 18
I. Kerangka Analisis ......................................................................... 18

BAB III METODE PENELITIAN


A. Lokasi Penelitian......................................................................... 19
B. Objek Penelitian .......................................................................... 19
C. Identifikasi Variabel ................................................................... 19
D. Jenis dan Sumber Data ............................................................... 19
E. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 20
F. Analisis Data .............................................................................. 20
G. Sistematika Pembahasan ............................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 22

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Untuk melaksanakan otonomi daerah secara nyata dan bertanggung jawab

tolak ukur yang paling penting untuk menentukan tingkat kemampuan daerah

adalah Pendapatan Asli Daerah (Aziz,1997).

Prinsip-prinsip keterbukaan, tanggung jawab terhadap masyarakat dan

partisipasi masyarakat merupakan tanggung jawab dan kewenangan daerah

otonom. Pemberian otonomi ini memiliki dasar prinsip berdasarkan pertimbangan

dimana semua kebutuhan dan standar pelayanan bagi masyarakat daerah hanya

daerah tersebut yang lebih mengetahui. Untuk menyemangati pertumbuhan

ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, pemberian otonomi daerah merupakan

pengharapan dari pertimbangan ini.

Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat,

martabat, kualitas, serta kesejahteraan segenap lapisan masyarakat

(Sumitro,1995). Untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang berjalan secara

berkesinambungan maka pembangunan merupakan suatu rangkaian proses

pertumbuhan. Untuk meningkatkan kemampuan daerah dalam mewujudkan

peningkatan kesejahteraan bangsa dan negara secara merata dan adil, dan juga

untuk mendapatkan kehidupan yang sejajar dari daerah yang lebih maju. Untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran yang adil dan merata kepada

rakyat, alternatif yang dapat meningkatkan peran yang nyata dan kemandirian

daerah dapat berupa pemberian otonomi kepada daerah tersebut.

2
Sesuai yang diamanatkan Undang-Undang Dasar 1945, Sebagai Negara

yang berkembang dan giat melaksanakan pembangunan disegala bidang yang

bertujuan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Diperlukan dana

yang tidak sedikit dalam meningkatkan pembangunan. Untuk memenuhi

peningkatan pembangunan pemerintah memperoleh dana dari luar negeri berupa

pinjaman dan penjualan hasil alam dan produksi, serta penerimaan dari sktor

pajak dari dalam negeri.

Sektor pajak merupakan salah satu sumber penerimaan dari dalam negeri.

Sumber dana terbesar yang berasal dari mayarakat merupakan salah satunya ialah

pajak. Salah satu tulang punggung penerimaan negara ialah pajak dimana semakin

menurunnya penerimaan pemerintah dari sektor migas.

Dengan menyadari taat membayar pajak masyarakat mengetahui betapa

pentingnya pajak bagi pembagunan nasional dan masyarakat dapat sadar bahwa

mereka dapat ikut berperan dalam pembangunan nasional. Sejak tahun 1984 pajak

mulai dipungut, dan sesuai degan Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 menganut

Self Assesment System secara penuh, untuk membayar pajak masyarakat

hendaknya berperan aktif untuk berpartisipasi. Aurbech dan Husset (1992)

berpendapat dimana kebijakan pajak bertujuan untuk membangun menjaga

kondisi perekonomian pada saat kesempatan kerja penuh. Di Indonesia pajak

dikelmpokkan menjadi dua, yaitu Pajak Daerah dan Pajak Pusat. Pajak pusat dan

pajak daerah merupakan suatu sistem perpajakan di Indonesia yang pada dasarnya

merupakan beban masyarakat sehingga perlu dijaga agar kebijakan tersebut dapat

memberikan beban yang adil kepada masyarakat (Acmad Lutfi, 2006).

3
Salah satu kewajiban negara ialah dengan mewajibkan membayar pajak

sesuai Undang-Undang 1945, undang-undang menetapkan bahwa rakyat memiliki

beban seperti pajak, dan lain-lain. Pembinaan Pajak daerah saat ini dilakukan

secara terpadu dengan pajak nasional, dimana akan saling melengkapi sehingga

akan dilakukan terus menerus pembinaaan mengenai tarif pajak dan objek pajak.

Menurut Zaenal (1985) PAD yang antara lain berupa Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk meningkatkan dan

memeratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian daerah mampu

melaksanakan otonomi yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya

sendiri. Begitu pula berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, APBD bersumber

dari PAD dan Penerimaan berupa Dana Perimbangan yang bersumber dari APBN.

Semakin meningkatnya pelaksanaan tugas-tugas pemerintah, ini sesuai

pula dengan disertai meningkatnya komunikasi dan teknologi, begitu pula dengan

Pemerintah Daerah Provinsi Lampung. Dana yang dibutuhkan tidaklah sedikit

untuk mewujudkan pembangunan, dan dapat dari berbagai sumber dana atau

pendapatan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul : “Analisis Faktor - faktor yang mempengaruhi

Peningkatan Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor dan Kontribusinya

Terhadap Pajak Daerah”

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan

masalahnya:

1. Faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi pedapatan pajak kendaraan

bermotor?

2. Kendala Apa saja yang mempengaruhi pendapatan pajak kendaraan bermotor

3. Bagaimana kontribusi pajak kendaraan bermotor dalam pajak daerah ?

C. Tujuan

Tujuan penelitian ini berdasarkan latar belakang masalah dan pokok

permasalahannya ialah :

1. Untuk mengetahui Faktor- faktor apa saja yang mempengaruh pendapatan

pajak kendaraan bermotor.

2. Untuk mengetahui Kendala Apa saja yang mempengaruhi pendapatan pajak

kendaraan bermotor.

3. Untuk mengetahui persentase kontribusi pajak kendaraan bermotor pada

pajak daerah.

D. Manfaat Penilitian

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran, pemahaman dan

wawasan yang lebih luas tentang sumber-sumber penerimaan daerah yang

5
berasal dari pajak serta proses penetapannya, khususnya Pajak Kendaraan

Bermotor (PKB) dalam organisasi sektor publik.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

dan masukan kepada pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah dan Dinas

Pendapatan Provinsi Jambi mengenai pajak Kendaraan Bermotor.

E. Batasan Masalah

Penelitian ini hanya sebatas mengetahui faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi pendapatan pajak kendaraan bermotor, untuk mengetahui kendala

apa saja yang mempengaruhi pendapatan pajak kendaraan bermotor, dan

mengetahui persentase kontribusi pajak kendaraan bermotor pada pajak daerah.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Otonomi Daerah

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menjelaskan definisi otonomi

daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Asas penting dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

otonomi daerah yang perlu dipahami, antara lain:

1. Asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

2. Asas dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh

pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada

instansi vertikal di wilayah tertentu.

3. Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau

desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari

pemerintah kabupaten kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

4. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah adalah suatu

sistem pembiayaan pemerintahan dalam kerangka negara kesatuan, yang

mencakup pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan daerah serta

pemerataan antar daerah secara proporsional, demokratis, adil, dan transparan

dengan memperhatikan potensi, kondisi, serta kebutuhan daerah, sejalan

7
dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara

penyelenggaraan kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan

pengawasan keuangannya.

Otonomi daerah akan memberikan dampak positif di bidang ekonomi bagi

perekonomian daerah. Beberapa indikator ekonomi atas keberhasilan suatu daerah

dalam melaksanakan otonomi daerah adalah (Wenny, 2012):

1. Terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah (PDRB) riel, sehingga

pendapatan per kapita akan terdorong.

2. Terjadinya kecenderungan peningkatan investasi, baik investasi asing

maupun domestik.

3. Kecenderungan semakin berkembangnya prospek bisnis/usaha di daerah.

4. Adanya kecenderungan meningkatnya kreativitas pemda dan

masyarakatnya.

B. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana

operasional keuangan pemerintah daerah, dimana di satu pihak menggambarkan

perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan

proyek-proyek daerah dalam satu tahun anggaran tertentu, dan pihak lain

menggambarkan perkiraan penerimaan dan sumber-sumber penerimaan daerah

guna menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud (Halim, 2007:20).

Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha

Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Pasal 1 (b), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah adalah

8
suatu rencana keuangan tahunan daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan

daerah sesuai keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29Tahun 2002 mengenai

pedoman pengurusan.

Besarnya pendapatan dan pengeluaran dapat diukur dengan menentukan

APBD. APBD pun merupakan dokumen anggaran tahunan dimana seluruh

rencana pengeluaran dan penerimaan pemerintah daerah yang dicatat dalam

APBD selama pelaksanaan satu tahun anggaran. Demi menghasilkan APBD yang

sangat dibutuh masyarakat sesuai dengan potensi daerah masing-masing dan dapat

memenuhi tuntunan terciptanya anggaran daerah yang berorientasi pada akuntan

publik dan kepentingan. Untuk menyelenggarakan fungsi daerah otonom maka

APBD merupakan rencana kerja keuangan yang sangat penting. Menurut

Mardiasmo (2002:28), pentingnya penyusunan APBD di suatu daerah berguna

bagi peningkatan kesejahteraan daerahnya dimana hal tersebut dapat dilihan

antara lain:

1) Menentukan jumlah pungutan pajak dan retribusi daerah serta pengutan lainnya

yang dilakukan kepada masyarakat.

2) Merupakan sarana mewujudkan pelaksanaan otonomi daerah yang nyata dan

bertanggung jawab.

3) Memberikan isi dan arti kepada tanggung jawab pemerintah daerah umumnya

dan kepada daerah yang khususnya, karena APBD menggambarkan seluruh

kebijakan pemerintah daerah.

4) Merupakan sarana untuk melakukan pengawasan terhadap daerah dengan cara

yang lebih mudah dan berhasil guna.

9
5) Merupakan suatu pemberian kuasa kepada kepala daerah untuk melakukan

penyelenggaraan keuangan daerah di dalam batas- batas tertentu.

C. Pajak

Awalnya, pengaturan pajak diatur dalam pasal 23 ayat 2 UUD 1945 yang

menyatakan bahwa segala pajak untuk keperluan negara harus berdasarkan

undang-undang. Ketentuan ini mengandung konsekuensi secara mendalam

terhadap negaratatkala memerlukan pajak untuk membiayai tujuannya

sebagaimana tercantum dalamalinea keempat pembukaan UUD 1945. pajak yang

diperlukan itu harus berdasarkan undang-undang, berarti pemungutan pajak yang

tidak di dasarkan pada undang-undang tidak boleh dilakukan. Sebenarnya pasal

23 ayat 2 UUD 1945 tersiratlegalitas tidak membenarkan pemungutan pajak kalau

belum ada undang-undang yang mengaturnya.Setelah UUD 1945 diamandemen,

pasal 23 ayat 2 UUD 1945 diganti dengan pasal 23A UUD 1945 yang

menegaskan bahwa pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk

keperluan negara diatur dengan undang-undang. Ketentuan ini secara tegas

memisahkan antara pajak dengan pungutan lain yang bersifat memaksa.

Menurut Rochmat Sumitro (2000), pajak adalah peralihan kekayaan dari

pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan

surplusnya digunakan untuk Public Saving yang merupakan sumber utama untuk

membiayai Public Investment.sedangkan menurut Ilyas dan Burton (2001:5),

bahwa ada lima unsur yang melekat dalam pengertian pajak, yaitu :

1. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang.

2. Sifatnya dapat dipaksakan.

10
3. Tidak ada kontra-prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh

pembayar pajak.

4. Pemungutan pajak dilakukan oleh Negara baik oleh pemerintah pusat ataupun

daerah ( tidak boleh dipungut oleh swasta), dan

5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah (rutin

dan pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum.

1. Fungsi Pajak

Menurut IIyas dan Burton (2001 : 8), terdapat empat fungsi pajak yaitu:

1. Fungsi Budgeter yaitu fungsi untuk mengumpulkan uang pajak sebanyak

banyaknya sesuai dengan undang-undang yang berlaku pada waktunya akan

digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran Negara baik untuk

pengeluaran rutin ataupun pembangunan. Pajak berfungsi sebagai sumber dana

yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

Contoh : Dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam

negeri.

2. Fungsi Regulerend yaitu pajak sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan

tertentu yang letaknya diluar bidang keuangan. Pajak berfungsi sebagai alat

untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang social dan ekonomi.

Sebagai contoh yaitu dikenakannya pajak yang tinggi terhadap minuman keras,

sehingga konsumsi minuman keras dapat ditekan, demikian pula terhadap

barang mewah.

11
3. Fungsi Demokrasi yaitu suatu fungsi yang merupakan salah satu penjelmaan

atau wujud sistem gotong royong, termasuk kegiatan pemerintah dan

pembangunan demi kesejahteraan masyarakat.

4. Fungsi Distribusi yaitu fungsi yang lebih menekankan pada unsur pemerataaan

dan keadilan dalam masyarakat. Wajib pajak harus membayar pajak, pajak

tersebut digunakan sebagai biaya pembangunan dalam segala bidang.

Pemakaian pajak untuk biaya pembangunan tersebut, harus merata ke seluruh

pelosok tanah air agar seluruh lapisan masyarakat dapat menikmatinya

bersama.

2. Macam-macam Tarif Pajak

Tarif pajak merupakan salah satu unsur keadilan dalam pemungutan pajak

bagi wajib pajak. Ilyas dan Burton (2001 : 26) berpendapat :

a) Tarif Degresif : Tarif degresif adalah tarif pemungutan pajak yang

persentasenya semakin kecil bila jumlah yang dijadikan dasar

pengenaan pajak semakin besar.

b) Tarif Progresif : Tarif Progresif adalah tarif pajak yang persentasenya

semakin besar jika yang dijadikan dasar pengenaan pajak juga semakin

besar. Contoh Tarif progresif adalah tarif penghasilan.

c) Tarif Tetap : Tarif tetap adalah tarif pemungutan pajak yang besar

nominalnya tetap tanpa memperhatikan jumlah yang dijadikan dasar

pengenaan pajak. Contoh Tarif tetap adalah tarif bea materai.

d) Tarif Proposional : Tarif Proposional adalah tarif pemungutan yang

menggunakan persentase tetap tanpa memperhatikan jumlah yang

dijadikan dasar pengenaan pajak. Contoh tarif pajak proposional

12
adalah tarif pajak pertambahaan nilai, pajak bumi dan bangunan, dan

bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.

e) Tarif Spesifik : Tarif Spesifik adalah tarif dengan suatu jumlah tertentu

atas suatu jenis barang tertentu atau suatu satuan jenis tertentu atau

suatu satuan jenis barang tertentu.

f) Tarif Advalorem : Tarif advalorem adalah suatu tarif dengan

persentase tertentu yang dikenakan atau ditetapkan pada harga atau

nilai suatu barang.

3. Klasifikasi pajak

Menurut Soemitro (2000), pajak dapat diklasifikasikan menjadi beberapa

kelompok yaitu:

a) Pengelompokan pajak menurut golongan dapat dibedakan menjadi 2

kelompok yaitu:

1) Pajak Langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang

lain. Contoh: Pajak penghasilan. Hal ini juga diungkap oleh Eddy

Suratman (2009) dimana pajak penghasilan dikenakan terhadap

orang pribadi dan badan berkenaan dengan penghasilan yang

diterima atau diperoleh selama 1 tahun penuh.

2) Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak

Pertambahan Nilai (PPN).

13
b) Pengelompokan Pajak menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua

kelompok yaitu:

1) Pajak Objektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

obyeknya, tanpa memperhatikan diri wajib pajak. Contoh: Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.

2) Pajak Subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

Contoh: Pajak Penghasilan.

c) Pengelompokan pajak menurut lembaga pemungutan pajak dapat

dibedakan menjadi dua yaitu:

1) Pajak Daerah yaitu iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi

atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang

yang dapat dipaksakan berdasarkan perauturan perundang-

undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai

pengeluaran pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Hal ini

juga diungkap oleh Charney Alberta (1983) dimana pajak daerah

juga dikumpulan oleh kotamadya dalam rangka mendanai

pemerintah daerah.

2) Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

dipungut untuk membiayai rumah tangga Negara. Contoh: Pajak

Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan Atas

Barang Mawah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Pajak Bea

Materai.

14
4. Pajak kendaraan Bermotor

Pajak kendaraan bermotor merupakan pajak atas kepemilikan kendaraan

bermotor. Dalam hal ini kendaraan bermotor yang dimaksud ialah kendaraan

beroda dua atau lebih yang dapat digunakan di jalan darat, yang digerakkan

dengan tenaga bermotor atau tenaga yang dapat mengubah suatu sumber daya

energi terntu menjadi tenaga gerak. Kendaraan yang dimaksud bisa juga berupa

alat-alat besar yang dapat bergerak. Dengan menghitung hasil kali dari nilai jual

kendaraan bermotor dan bobot yang mencerminkan secara relative kedar

kerusakan jalan dan pencemaran lingkungan akibat kendaraan bermotor itni

merupakan dasar perhitungan pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB).

Masing-masing kendaraan bermotor dikenakan pajak sebesar 1,5% untuk

kendaraan pribadi, sedangkan kendaraan bermotor umum dikenakan pajak 1,0%

dan alat-alat berat atau alat-alat besar dikeakan pajak 0,5%.

5. Nilai jual kendaraan bermotor

Harga pasaran umum (HPU) merupakan harga rata-rata yang didapat dari

sumber terpercaya (perusahaan pemegang merek dan asosiasi penjual kendaraan

bermotor) terhadap Nilai Jual Kendaraan Bermotor berbagai tipe ( jenis jeep,

motor, mobil, mini bus, bus, pick up, truk, alat berat dll).

D. Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) denga Penerimaan Pajak

Kendaraan Bermotor

Nilai Jual Kendaraan Bermotor sangat mempengaruhi Penerimaan Pajak

Kendaraan bermotor karena pusat pegenaan dari Pajak Kendaraan Bermotor

adalah Niali Jual Kendaraan Bermotor. Sehingga akan ada hubungan yang positif

15
antara Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dengan Nilai Jual kendaraan

Bermotor, karena ketika pajak kendaraan bermotor itu naik maka Nilai Jual

Kendaraan Bermotor juga akan mengalami kenaikan.

E. Konsep Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regonal Bruto merupakan gambaran kemampuan dari

suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan pada variabel produksi di daerah

tersebut. Sedangkan menurut Arsyad(1999: 10), Produk Domestik Regional Bruto

adalah jumlah seluruh nilai tambah yang dihasilkan oleh berbagai sektor/lapangan

usaha yang melakukan kegiatan/usahanya di daerah/wilayah tertentu tanpa

memperhatikan kepemilikan atas faktor produksi. Sehingga dapat disimpulkan

yang dimaksud dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita

adalah salah satu tolak ukur untuk tingkat kesejahteraan suatu daerah dengan

menggunakan pendapatan rata-rata penduduk.

F. Hubungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita dengan

Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor

Indeks pembangunan di bidang perekonomian dapat menggunakan

Pertumbuhan PDRB per kapita, denngan kata lain apabila daya beli masyarakat

terhadap kendaraan bermotor dan jumlah kendaraan bermotor bertambah itu

berarti terdapat peningkatan PDRB perkapita atau peningkatan pendapatan

penduduk. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara Penerimaan Pajak

Kendaraan Bermotor dengan PDRB per kapita, karena apabila Penerimaan Pajak

Kendaraan Bermotor itu mengalami peningkatan begitu juga dengan PDRB per

kapita juga mengalami peningkatan.

16
G. Penelitian terdahulu

Penelitian sebelumnya yang dilakukan Trisnadewi (2007) dengan judul

Analisis Tingkat Efesiensi dan Efektivitas Penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah

dalam peningkatan PAD Kabupaten Badung tahun anggaran 2000-2004.

Permasalahan dalam penelitian ini bagaimanakah kinerja keuangan penerimaan

pajak, dan retribusi daerah dilihat dari rasio pertumbuhan, rasio efesiensi, rasio

efektivitas, dan kontribusi masing-masing sumber penerimaan pajak daerah

terhadap peningkatan PAD tahun anggaran 2000-2004. Hasilnya ialah

pertumbuhan pajak, retribusi dan PAD mengalami fluktuasi, rasio pertumbuhan

pajak dan retribusi daerah tahun 2002-2003 mengalami penurunan. Untuk

kontribusi PAD, pajak daerah memberikan kontribusi yang lebih besar dari

komponen PAD lainnya termasuk retribusi daerah. Bila dilihat dari efektivitas

penerimaan pajak dan rasio efisiensi, efektivitas diatas 100% dan efisiensi di

bawah 60% ini merupakan kinerja baik dari retribusi daraerah.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada

objeknya menggunakan pajak kendaraan bermotor dan perbedaan yang lain

terletak pada lokasi dan waktu penelitian dan variabel .

Sedangkan penelitian Radini (2011) dengan judul Analisis Efektivitas,

Efesiensi, dan Prospek Penerimaan Pajak Hiburan di Kabupaten Badung Tahun

2001-2010. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat efektivitas,

efesiensi dan prospek penerimaan pajak hiburan di Kabupaten Badung Tahun

2001-2010. Dari hasil yang didapat bahwa tingkat efektivitas, efesiensi dan

prospek penerimaan pajak hiburan di Kabupaten Badung mengalami peningkatan

dan dapat dikategorikan sangat efesien. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

17
sebelumnya adalah pada objeknya menggunakan pajak kendaraan bermotor dan

perbedaan yang lain terletak pada lokasi dan waktu penelitian.

H. Hipotesis

1. Untuk mengetahui Faktor- faktor apa saja yang mempengaruhi pedapatan

pajak kendaraan bermotor.

2. Diduga terdapat Kendala yang mempengaruhi pendapatan pajak

kendaraan bermotor.

3. Kontribusi pajak kendaraan bermotor pada pajak daerah Provinsi Jambi.

I. Kerangka Analisis

Faktor-faktor mempengaruhi
pendapatan pajak kendaraan
bermotor

Peningkatan Pendapatan
Kendala yang mempengaruhi
pendapatan pajak kendaraan Pajak Kendaraan
bermotor Bermotor Provinsi Jambi

Kontribusi pajak kendaraan


bermotor terhadap pajak
daerah

18
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Provinsi Lampung, pemerintah provinsi

berkewajiban memungut pajak Kendaraan Bermotor.

B. Objek Penelitian

Pada penelitian kali ini objeknya adalah peraturan dan tata cara Pelaksanaan

Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Lampung. Pendapatan daerah

Provinsi Lampung yang berasal dari pajak kendaraan bermotor.

C. Identifikasi Variabel

1. Nilai Jual Kendaraan Bermotor

2. Biaya Balik Nama

3. Pajak Kendaraan 5 Tahunan

4. Pajak Tahunan Kendaraan Bermotor

5. Pendapatan daerah dari pajak

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu :

1. Jenis Data Menurut Sumbernya :

Data ini berupa data sekunder, data yang dikumpulkan dari berbagai

sumber terkait.

2. Jenis data menurut sifatnya :

19
Data yang digunakan ialah data kuantitatif, mengacu pada biaya dan

pendapatan dari pembayaran pajak kendaraan bermotor.

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara :

1. Metode Literatur

Yaitu mendapatkan data dengan cara mengumpulkan,

mengindentifikasi, mengolah data tertulis dan metode kerja yang

digunakan. Data tertulis bisa juga didapatkan dari instansi-instansi

yang terkait.

F. Analisis Data

Data pajak kendaraan bermotor, berdasarkan variabel-variabel yang telah

disebutkan sebelumnya, akan dianalisis menggunakan alat bantu pengolahan

SPSS.

G. Sistematika Pembahasan

Tesis ini terbagi dalam lima bab dan pada tiap bab terbagi dalam sub bab-sub

bab dengan urutan pembahasan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, ruang lingkup,

tujuan dan manfaat penelitian, dan metodologi penelitian serta sistematika

pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini dibahas teori-teori yang melandasi pembahasan dalam tesis

yang meliputi pengertian PKB, pendapatan daerah, pajak daerah, kontribusi

pajak terhadap PDRB dan lainnya.

20
BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dijelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan

dalam penyelesaian Tesis.

BAB IV PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan melakukan pembahasan dan evaluasi terhadap

Pajak Kendaraan Bermotor dan kontribusinya berdasarkan landasan teori yang

dijelaskan dalam Bab II .

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini penulis mengambil kesimpulan berdasarkan hasil

pembahasan pada Bab IV. Dan atas dasar kesimpulan tersebut penulis mencoba

mengemukakan beberapa alternatif pemecahan masalah yang dipandang cukup

relevan dengan pembahasan yang ada.

21
DAFTAR PUSTAKA

Eriadi. 2004. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah


Sebelum dan Setelah Otonomi Daerah (Suatu tinjauan Terhadap
Perubahan Regulasi Keuangan Daerah). Tesis, Medan.

Florida, Asha. 2007. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Kinerja


Keuangan Pemerintah Dan Kota di Propinsi Sumatera Utara. Tesis,
Medan

Ghozali, I. 2006, Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS, Cetakan


Keempat. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

Harianto, D dan Adi, Priyo Hari. 2007. Hubungan antara Dana Alokasi Umum,
Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Asli daerah.
Proceeding SNA X. Makassar.

Mahmudi. 2010. Manajemen Keuangan Daerah. Erlangga. Jakarta

Maimunah, M.2006. Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap
Belanja Daerah Pada Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera. Proceeding
SNA IX. Padang

Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. ANDI. Yogyakarta

Mardiasmo. (2002). Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta:


PenerbitANDI.

Nuarisa, SA. 2013. Pengaruh PAD, DAU dan DAK Terhadap Pengalokasian
Anggaran Belanja Modal. Accounting Analysis Journal. Vol.1. Pp. 89-
95.

Nugroho, Fajar dan Abdul Rohman. 2012. Pengaruh Belanja Modal Terhadap
Kinerja Keuangan Daerah dengan Pendapatan Asli Daerah sebagai
Variabel Intervening. Diponegoro Journal of Accounting.Vol. 1. Pp. 1-
14.

Prasnanugraha, P. 2007. Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Terhadap


Kinerja Bank Umum di Indonesia. Tesis diterbitkan. Universitas
Diponegoro. Semarang

22
Putro, N S. 2009. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah,
Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Belanja Modal.
Diponegoro Journal of Accounting.

Sumitro, Rohmat. 1990. Azas dan Dasar Perpajakan. Bandung: PT Eresco.

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah


Daerah. Sekretariat Negara. Jakarta

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Sekretariat
Negara. Jakarta

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang


Pengelolaan Keuangan Daerah. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2008 tentang Pedoman


Pengelolaan Keuangan Daerah. Sekretariat Kabinet RI. Jakarta

Peraturan Gubernur Lampung Nomor 27 tahun 2012 tentang Penghitungan Dasar


Pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor Dan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor Tahun 2012. Jambi

Peraturan Gubernur Lampung Nomor 17 tahun 2012 tentang Tata Cara


Penghapusan/Pengurangan, Dan Pembatalan Ketetapa, Pengembalian
Kelebihan Pembayaran Pajak Dan Bea Balik Nama Kendaran Bermotor
Dan Sanksi Administrasi.Jambi

Peraturan Gubernur Lampung Nomor 16 tahun 2012 tentang Tata Cara


Pelaksanaan Pemungutan Pajak Daerah.Jambi

Sasana, H. 2011. Analisis Determinan Belanja Daerah Di Kabupaten/Kota


Provinsi Jawa Barat Dalam Era Otonomi dan Desentralisasi Fiskal.
Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Vol. 18. Pp. 46-58.

Setiaji, W dan Priyo Hari Adi. 2007. Peta Kemampuan Keuangan Daerah Sesudah
Otonomi Daerah : Apakah Mengalami Pergeseran ?. Proceeding SNA
X. Makassar.

Sudarsana, H S. 2O13. Pengaruh Karakteristik Pemerintah Daerah Dan Temuan


Audit BPK Terhadap Kinerja Keuangan Daerah. Diponegoro Journal of
Accounting.

23
Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.

Sularso, Havid dan Restianto, Yanuar E. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan


Terhadap Alokasi belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Media Riset Ekonomi. Purwokerto.
Vol.1. Pp.109-124.

Wenny, CD. 2012. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap
Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten dan Kota Di Propinsi
Sumatera Selatan. Forum Bisnis Dan Kewirausahaan Jurnal Ilmiah
STIE MDP. Vol.2. Pp. 39-51.
Wertianti, I G A Gede dan A.A.N.B. Dwirandra. 2013. Pengaruh pertumbuhan
ekonomi pada belanja modal dengan PAD dan DAU sebagai variabel
moderasi. E-jurnal akuntansi universitas udayana. Pp.567-584

www.id.wikipedia.org/wiki/Pajak

www.jhohandewangga.wordpress.com/2012/02/27/pengertian-dan-macam-
macam-pajak-daerah/

Yovita, F M. 2011. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah,


Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Belanja Modal.
Diponegoro Journal of Accounting.

24

Anda mungkin juga menyukai