Disusun oleh :
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
2018
i
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena
berkah dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga pada
kekurangannya. Adapun maksud dari penulisan tugas ini adalah untuk memenuhi
syarat dalam tugas mata kuliah Seminar Perpajakan pada Universitas Pamulang.
Judul yang penulis pilih pada tugas kelompok ini adalah “Pengaruh Penerimaan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
APBD )”
kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan bantuan sehingga
tugas kelompok ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih dan rasa hormat
1. Kedua orangtua kami yang selalu memberikan kasih sayang, do’a dan dorongan
4. Semua sahabat seperjuangan SAKM005 yang tidak bisa disebutkan satu persatu
ii
5. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
2.4.3 Cara Peyusunan, Pelaksanaan, Pengawasan dan Pertanggung Jawaban APBD
………………………………………………………………………………………………………………….14
2.4.4 Dampak APBN dan APBD Terhadap Perekonomian ................................... 15
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................. 17
3.1 Gambaran Umum Kabupaten “X” (Kabupaten Bekasi) ...................................... 17
3.2 Analisis Kasus...................................................................................................... 18
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................... 25
4.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 25
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 26
v
BAB I
PENDAHULUAN
kebijakan kebijakan di bidang pajak. Oleh karena itu, pajak merupakan suatu
penerimaan dari negara disamping dari penerimaan sumber migas dan non migas.
sesuai dengan tujuan pembangunan nasional. Maka, pajak harus dikelola dengan
baik agar keuangan negara dapat berjalan dengan lancar dan baik. (Waluyo,
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Bumi dan
proporsi tertentu.
menjadi pajak daerah, antara lain: Pertama, berdasarkan teori, PBB-P2 lebih
(immobile), dan terdapat hubungan erat antara pembayar pajak dan yang
1
menikmati hasil pajak tersebut (the benefit tax-link principle). Kedua, pengalihan
praktek di banyak negara, PBB-P2 atau Property Tax termasuk dalam jenis local
tax. Berdasarkan Pasal 180 angka 5 UU 28/2009, masa transisi pengalihan PBB-
P2 menjadi pajak daerah adalah sejak tanggal 1 Januari 2010 sampai dengan 31
Bagi negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang
bermanfaat bagi masyarakat, sebab dengan pendapatan yang dihasilkan dari pajak,
masyarakat. Jadi jika diperhatikan sebenarnya pajak itu berasal dari masyarakat
2
c. Hasil perusahaan milik daerah
a. Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak dan sumber daya alam
BPHTB, PPh pasal 25 dan 29 Wajib Pajak Orang Pribadi, serta PPh pasal 21,
maka akan semakin besar dana bagi hasil pajak yang diberikan atau di dadapat
daerah, khususnya bagi daerah yang memiliki SDA rendah, berlomba-lomba dan
kekuasaan mereka untuk mendapatkan penerimaan dana bagi hasil pajak yang
besar.
3
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Terhadap Anggaran
1. Bagaimana Pengaruh Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea
1.3.Tujuan Penelitian
Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
UU Nomor 6 tahun 1983 yakni ketentuan umum dan tata cara perpajakan
dinyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang
oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasar kan undang-
(yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi)
kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran
rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah Pajak Negara yang dikenakan
1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan
5
PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak
terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi/tanah dan atau bangunan.
Keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besarnya pajak.
1. Bumi : Permukaan bumi (tanah dan perairan) dan tubuh bumi yang ada
2. Bangunan : Konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada
tanah dan atau perairan. Contoh : rumah tempat tinggal, bangunan tempat
dermaga, taman mewah, fasilitas lain yang memberi manfaat, jalan tol, kolam
itu.
6
3. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah
penggembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah negara yang belum
balik.
Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata:
Dasar pengenaan PBB adalah “Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)”. NJOP
a. harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar;
b. perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya berdekatan
7
c. nilai perolehan baru;
NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak
= 0,2% x (NJOP-NJOPTKP)
= 0,1% x (NJOP-NJOPTKP)
(SPPT), Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak (STP) dari KPP
8
Pratama, KP PBB atau disampaikan lewat Pemerintah Daerah harus melunasinya
tepat waktu pada tempat pembayaran yang telah ditunjuk dalam SPPT yaitu Bank
Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah pajak yang
dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan. Perolehan Hak atas
Tanah dan atau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang
mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi
atau badan. Hak atas tanah adalah hak atas tanah termasuk hak pengelolaan,
Objek BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan.
Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan (disengaja) atau
hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan. Contoh peristiwa
Yang menjadi objek pajak BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan
atau bangunan, perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, meliputi :
9
1. jual beli.
2. tukar-menukar.
3. hibah.
4. hibah waris.
5. waris.
13. hadiah.
Objek Pajak yang Tidak Dikenakan BPHTB adalah objek pajak yang
diperoleh :
dengan syarat tidak menjalankan usaha atau menjalankan kegiatan lain diluar
10
d) orang pribadi atau badan karena konversi hak dan perbuatan hukum lain
Subjek BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak
atas tanah dan atau bangunan. Subjek BPHTB yang dikenakan kewajiban
Pajak.
1. pengenaan BPHTB karena waris dan Hibah Wasiat BPHTB yang terutang atas
perolehan hak karena waris dan hibah wasiat adalah sebesar 50% dari BPHTB
0% (nol persen) dan BPHTB yang seharusnya terutang terutang dalam hal
50% (lima puluh persen) dari BPHTB yang seharusnya terutang dalam hal
11
2.3.5 Tarif BPHTB
Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP) dikurangi Nilai Perolehan Objek Pajak
matematis adalah;
menghitung dan membayar sendiri pajak yang terutang dengan tidak mendasarkan
pada adanya surat ketetapan pajak.Pajak yang terutang dibayarkan ke kas Negara
melalui Kantor Pos dan atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank Badan
Usaha Milik Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh Menteri
tahun dengan peraturan daerah. APBD terdiri dari anggaran pendapatan, anggaran
daerah dalam waktu satu tahun yang telah disyahkan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD).
12
2.4.1 Fungsi APBD
sebagai berikut:
a. Fungsi otorisasi
b. Fungsi Perencanaan
bersangkutan.
c. Fungsi Pengawasan
d. Fungsi Alokasi
daerah.
e. Fungsi Distribusi
13
2.4.2 Tujuan APBD
APBD
perlu) dan Panitia Anggaran DPRD yang anggotanya terdiri atas tiap-tiap fraksi di
(RAPBD).
2. Pelaksanaan APBD
pada:
14
c. Surat Perintah Pembayaran (SPP)
4. Pertanggungjawaban APBD
triwulan kepada DPRD, dan setelah tahun anggaran berakhir pemerintah daerah
pemerataan pendapatan.
15
Kebijakan pengaturan tarif pajak ekspor dilakukan untuk melindungi
internasional.
16
BAB III
PEMBAHASAN
Kabupaten Bekasi mempunyai letak yang strategis karena dilalui oleh jalur
regional yang menjadi perlintasan antara ibu kota propinsi dan ibu kota. Secara
geografis Kabupaten Bekasi terletak antara 60 10’ 53” – 60 30’ 6” Lintang Selatan
dan 1060 48’ 28” – 1070 27’ 29” Bujur Timur. Posisi tersebut menempatkan
Kabupaten Bekasi berada di sebelah barat wilayah Propinsi Jawa Barat yang
terdiri dari 182 desa dan 5 kelurahan. Jumlah desa/kelurahan di setiap kecamatan
BPS Kabupaten Bekasi Tahun 2011 sebanyak 2.630.401 jiwa. Jumlah penduduk
terbanyak ada di Kecamatan Tambun Selatan sebanyak 417.008 jiwa dan jumlah
penduduk yang paling rendah ada di kecamatan Tambelang sebanyak 35.376 jiwa.
Tambun Selatan dengan angka kepadatan 9.675 jiwa/km2, sedangkan yang paling
17
Jumlah pendapatan daerah di Kabupaten Bekasi di peroleh dari PAD, dana
yang cukup signifikan setiap tahunnya. Tahun 2011 realisasi pendapatan daerah
yang ada dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Penerimaan PAD
yang semakin meningkat. Sektor pendapatan asli daerah paling besar berasal dari
sektor pajak, terutama pajak PBB dan BPHTB. Berikut tabel data pendapatan
Tabel 1
Tahun 2011-2014
18
Rata-rata Pencapaian 113,22%
Bekasi semakin meningkat tiap tahun, pada tahun 2011 target sebesar Rp
evaluasi target dan tercapainya realisasi penerimaan pada tahaun 2014 dengan
sebelumnya.
Kabupaten Bekasi
Tabel 2
Tahun 2011-2014
19
2013 313.000.000.000 375.823.486.999 120,07%
Bekasi semakin meningkat tiap tahun, pada tahun 2011 target sebesar Rp
tahun, dikarenakan adanya transaksi yang terjadi tiap tahun, seperti peralihan ha
katas tanah.
Bekasi
Tabel 3
Tahun 2011-2014
20
2012 658.958.975.341 737.922.123.127 111,98&
Bekasi semakin meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2011 target sebesar Rp
tingkat pencapaian sebesar 113,33%. Dan untuk tahun 2014 target sebesar Rp
APBD dari tahun ke tahun, dikarenakan adanya realisasi penerimaan pajak daerah
Tabel 4
Tahun 2011-2014
21
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Pencapaian
Kabupaten Bekasi pada tahun 2011 dan 2012 tidak berkontribusi, hal ini
tahun 2011 dan 2012 PBB masih dikelola oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Mulai tahun 2013 PBB sudah dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi,
sehingga tahun 2013 dan 2014 realisasi penerimaan PBB berkontribusi terhadap
APBD Kabupaten Bekasi yaitu sebesar 18,31% dan 16,69%. Pada tahun 2011 dan
Bekasi, tetapi PBB tetap berpengaruh terhadap APBD Kabupaten Bekasi, karena
realisasi penerimaan PBB tahun 2013 dan 2014 dapat meningkatkan APBD
Tabel 5
22
Kontribusi BPHTB Terhadap APBD Kabupaten Bekasi
Tahun 2011-2014
Bekasi mengalami fluktuasi, dimana kontribusi pada tahun 2011 sebesar 46,37%,
penurunan 32,55%, dan pada tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 34,82%.
Fluktuasi kontriubusi ini berdasarkan pada transaksi yang terjadi pada tahun
23
Kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah
Kabupaten Bekasi
Tabel 6
Tahun 2011-2014
Kabupateb Bekasi mengalami penurunan, pada tahun 2011 sebesar 77,91%, tahun
2012 sebesar 66,85%, tahun 2013 sebesar 50,86%, dan tahun 2014 mengalami
tahun 2011-2013 dan mengalami kenaikan pada tahun 2014, kontribusi PBB dan
PBB dan BPHTB berpengaruh terhadap APBD Kabupaten Bekasi, karena PBB
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
tingkat pencapaian dan kontribusi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan Bea
disimpulkan :
walaupun realisasi penerimaan PBB melebihi 100% dari target, tetapi yang
rata kontribusinya sebesar 38,51% sisanya dari pajak daerah lainnya, walapun
realisasi penerimaan BPHTB melebihi 100% dari target, tetapi yang diberikan
25
Daftar Pustaka
26