Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya aktivitas

perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. seperti telah ditegaskan dalam

Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 perubahan dari Undang-Undang Nomor 7 tahun

1992 tentang pebankan, yang menyatakan bahwa bank adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

taraf hidup orang banyak.

Dana yang telah berhasil dihimpun oleh bank dialokasikan berbagai bentuk

pengalokasian dana, salah satunya adalah pemberian kredit. Menurut Undang-Undang

No.10 Tahun 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan kredit adalah penyediaan

uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan kesepakatan pinjam-

meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk

melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

salah satu alasan terkonsentrasinya usaha bank dalam penyaluran kredit adalah sifat

usaha bank sebagai lembaga intermediasi antara unit surplus dengan unit defisit, dan

sumber dana bank berasal masyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan

kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Sebagaimana umumnya negara

berkembang, sumber pembiayaan dunia usaha di Indonesia masih didominasi oleh

penyaluran kredit perbankan yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan

1
keuntungan, tetapi risiko yang terbesar dalam bank juga bersumber dari pemberian

kredit. Oleh karena itu pemberian kredit harus diawasi dengan manajemen risiko yang

ketat.

Dari segi makro ekonomi, perubahan suku bunga akan berpengaruh terhadap

perubahan harga barang yang dikonsumsi masyarakat. Suku bunga merupakan faktor

yang penting dalam memberikan profitabilitas bagi perbankan dan perekonomian suatu

negara. Fluktuasi suku bunga kredit juga akan mempengaruhi permintaan akan kredit

tersebut. Misalkan dengan tingginya tingkat suku bunga kredit, hal ini akan sangat

meresahkan para pengusaha, yang dengan demikian akan dapat mengurangi permintaan

kredit para pengusaha kepada pihak perbankan karena dana yang ditawarkan sangat

mahal. Dalam situasi seperti ini, pemerintah menghimbau kepada pihak perbankan untuk

menurunkan tingkat suku bunga depositonya agar tingkat suku bunga kredit tidak terlalu

besar.

Tuntutan hidup yang lebih modern dan akibat kemajuan teknologi informasi,

kebutuhan masyarakat juga berubah. Berbagai aktifitas ekonomi dilakukan untuk dapat

meningkatkan penghasilan atau pendapatan. Untuk mengimbangi kemajuan dan pola

hidup modern, berbagai cara ditempuh masyarakat. Salah satunya melalui pinjaman di

perbankan dalam bentuk kredit. Usaha yang dilakukan masyarakat untuk meningkatkan

pendapatannya dilakukan mulai dari investasi sederhana sampai dengan investasi

bermodal besar yang berdampak pada sektor moneter adalah permohonan modal usaha

dan investasi akhirnya akan semakin meningkat. Permohonan modal tersebut mengarah

pada permohonan kredit ke lembaga perbankan yang semakin meningkat.

2
Untuk diketahui, suku bunga merupakan tolak ukur dari kegiatan perekonomian dari

suatu negara yang akan berimbas pada kegiatan perputaran arus keuangan perbankan,

inflasi, investasi dan pergerakan currency.

Dan biasanya negara-negara besar (merupakan negara yang memiliki currency

terbesar dalam transaksi di bursa), aktivitas ekonomi yang terjadi di negara-negara

tersebut memiliki pengaruh yang kuat terhadap fundamental perekonomian dunia.

Kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh bank Sentral, maka akan direspon oleh

para pelaku pasar dan para penanam modal untuk memanfaatkan moment tersebut guna

meningkatkan produksi dan menanamkan investasinya.

Seiring dengan itu, akan berdampak juga pada jumlah produksi yang bertambah dan

tenaga kerja yang juga akan semakin bertambah. Akibatnya ekspor bertambah dan

jumlah pengangguran menurun, sehingga devisa yang masuk ke negara tersebut semakin

menguatkan dollar terhadap mata uang lain.

Demikian pula sebaliknya, bila saja suku bunga menurun, produksi industri akan

berkurang karena produsen akan membatasi kerugian. Apabila jumlah produksi

berkurang, maka akan melemahkan mata uang tersebut.

Sebagaimana umumnya negara berkembang, sumber utama pembiayaan

investasi di Indonesia masih di dominasi oleh penyaluran kredit perbankan. Dengan

demikian wajar apabila melambatnya penyaluran kredit perbankan di Indonesia

setelah krisis 1997 dituding sebagai salah satu penyebab lambatnya pemulihan

ekonomi Indonesia dibandingkan negara Asia lainnya yang terkena krisis misalnya

Korea Selatan dan Thailand.

Bank dalam menyalurkan kredit pada masyarakat tentunya bertujuan untuk


3
membayar bunga simpanan masyarakat yang menanamkan dananya pada bank

tersebut, disamping juga untuk mendapatkan keuntungan. Selain itu juga terkait dengan

regulasi perbankan yang menyatakan bahwa bank adalah sebagai lembaga yang

bertugas untuk menghimpun dana dari masyarakat, dan menyalurkannya kembali pada

masyarakat.

Penyaluran kredit memungkinkan masyarakat untuk melakukan investasi,

distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat semua kegiatan investasi,

distribusi, dan konsumsi selalu berkaitan dengan penggunaan uang. Kelancaran

kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan

pembangunan perekonomian masyarakat. Melalui fungsi ini bank berperan sebagai

Agent of Development.

Pada dasarnya kredit hanya satu macam saja bila dilihat dari pengertian yang

terkandung didalamnya, Akan tetapi, untuk membedakan kredit menurut faktor-

faktor dan unsur-unsur yang ada dalam pengertian kredit, maka diadakanlah

pembedaan-pembedaan kredit. Kredit yang diberikan baik oleh bank umum maupun

bank perkreditan rakyat terdiri dari berbagai jenis.

Secara umum jenis-jenis kredit adalah kredit dilihat dari segi kegunaan, atas dasar

tujuan penggunaan dananya oleh debitur, kredit dapat dibedakan menjadi kredit modal

kerja (KMK), kredit investasi, dan kredit konsumsi. Kredit dilihat dari segi sudut

jangka waktu yaitu, kredit jangka pendek (Short Term Loan), kredit jangka

menengah (Medium Term Loan), kredit jangka panjang (Long Term Loan). Kredit

dilihat dari segi sektor usaha yaitu, kredit pertanian, kredit peternakan, kredit industri,

kredit pertambangan, kredit pendidikan, kredit profesi, dan kredit perumahan serta

sektor-sektor lainnya. Kredit dilihat dari segi jaminan yaitu, kredit dengan jaminan dan
4
kredit tanpa jaminan. Kredit dilihat dari segi tujuan yaitu, kredit produktif, kredit

konsumtif, dan kredit perdagangan.

Suku bunga adalah harga yang harus dibayar bank atau peminjam lainnya

untuk memanfaatkan uang selama jangka waktu tertentu. Berdasarkan definisi tersebut,

maka dapat disimpulkan bahwa suku bunga itu merupakan balas jasa yang akan

diterima kemudian atas pengorbanan yang dilakukan atau dengan kata lain suku bunga

adalah harga dari penggunaan uang atau sebagai sewa penggunaan uang dalam jangka

waktu tertentu.

Besarnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besarnya bunga simpanan. Semakin

besar atau semakin mahal bunga simpanan, maka semakin besar pula bunga pinjaman

dan demikian pula sebaliknya. Disamping bunga simpanan, pengaruh besar kecilnya

bunga pinjaman juga dipengaruhi oleh keuntungan yang diambil, biaya operasi yang

dikeluarkan, cadangan resiko kredit macet, pajak serta pengaruh lainnya. Jadi

dapat disimpulkan bahwa kegiatan menghimpun dana (funding) dan menyalurkan

dana (lending) ini merupakan kegiatan umum perbankan.

Hampir semua ahli ekonomi menekankan arti penting pembentukan modal

(capital formation) sebagai salah satu penentu utama pertumbuhan ekonomi.

Penanaman modal merupakan salah satu bentuk investasi. Investasi dapat diartikan

sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk

membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk

menambah kemampuan memproduksi barang- barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam

perekonomian.

Dalam perekonomian suatu negara atau daerah, pembentukan modal merupakan


5
faktor yang sangat menentukan dalam mendukung laju pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan ekonomi yang termasuk didalamnya pertumbuhan ekonomi, memerlukan

dana yang cukup besar. Sebab dengan tersedianya dana atau modal (utamanya modal

dalam negeri) dalam jumlah yang cukup untuk realisasi pembangunan dapat

meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Hal penting dari pertumbuhan ekonomi adalah bersumber dari peningkatan

investasi. Investasi akan mendorong permintaan barang modal dan penyerapan tenaga

kerja baru untuk mengaktifkan peningkatan kapasitas pendapatan dan selanjutnya

akan meningkatkan permintaan, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi.

Investasi merupakan salah satu komponen penting dalam perekonomian. dipandang

penting karena komponen ini dalam kondisi tertentu dapat menentukan kemajuan

ekonomi dan suatu wilayah. Investasi sendiri merupakan upaya untuk mengakumulasi

modal dalam membiayai pembangunan. Investasi erat kaitannya dengan naik turunnya

kegiatan ekonomi. Oleh karena itu, para ahli ekonomi memberikan porsi yang besar

dalam pembahasan ekonomi makro.

Makin rendah tingkat bunga maka pengusaha pelaku bisnis akan lebih terdorong

untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil. Tingkat

bunga dalam keadaan keseimbangan akan tercapai apabila keinginan menabung

masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi.

Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga

keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil. Alasannya, seorang

pengusaha termasuk pelaku bisnis akan menambah pengeluaran investasinya apabila

keuntungan yang diharapakan dari investasi lebih besar dari pada tingkat bunga
6
yang harus dia bayar yang merupakan ongkos atas dana uang digunakan (cost of

capital). Semakin rendah tingkat bunga, maka investor akan lebih terdorong untuk

melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga semakin kecil.

Dilandasi oleh berbagai hasil penelitian sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan

untuk melihat bagaimana pengaruh tingkat suku bunga kredit perbankan secara parsial

maupun simultan pertumbuhan investasi perdagangan di Kota Baubau.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis mengemukakan permasalahan

pokok sebagai berikut :

“Seberapa besar pengaruh suku bunga kredit perbankan terhadap investasi

perdagangan di Kota Baubau”.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulisan ini bertujuan :

“ Untuk melihat pengaruh suku bunga kredit perbankan terhadap investasi

perdagangan di Kota Baubau”.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat penelitian yaitu :

Sebagai referensi pengetahuan bagi mahasiswa dan masyarakat mengenai tingkat suku

bunga perbankan.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Suku Bunga Bank

Menurut Samuelson (1990), suku bunga adalah harga yang harus dibayar

bank atau peminjam lainnya untuk memanfaatkan uang selama jangka waktu tertentu.

Suku bunga merupakan salah satu sasaran kebijaksanaan moneter yang sangat besar

pengaruhnya karena suku bunga memegang peranan penting di dalam kegiatan

perekonomian.

Suku bunga adalah harga yang harus dibayar bank atau peminjam lainnya

untuk memanfaatkan uang selama jangka waktu tertentu. Berdasarkan definisi

tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa suku bunga itu merupakan balas jasa

yang akan diterima kemudian atas pengorbanan yang dilakukan atau kata lain suku

bunga adalah harga dari penggunaan uang atau sebagai sewa penggunaan uang dalam

jangka waktu tertentu (Samuelson, 1990). Pada prinsipnya suku bunga adalah harga

atas penggunaan uang atau sebagai sewa atas penggunaan uang dalam jangka waktu

tertentu, biasanya dalam persen (Jamli, 2001).

Setiap masyarakat yang melakukan interaksi dengan bank, baik interaksi dalam

bentuk simpanan, maupun pinjaman (kredit), akan selalu terkait dan dikenakan dengan

yang namanya bunga (Kasmir, 2004). Bagi masyarakat yang menanamkan dananya

pada bank, baik itu simpanan tabungan, deposito dan giro akan diberikan suku

bunga simpanan (dalam bentuk %). Suku bunga ini merupakan rangsangan dari bank
8
agar masyarakat mau menanamkan dananya pada bank. Semakin tinggi suku bunga

simpanan , maka masyarakat akan semakin giat untuk menanamkan dananya pada

bank, dikarenakan harapan mereka untuk memperoleh keuntungan. Dan begitu

sebaliknya, semakin rendah suku bunga simpanan, maka minat masyarakat

dalam menabung akan berkurang sebab masyarakat berpandangan tingkat

keuntungan yang akan mereka peroleh dimasa yang akan datang dari bunga adalah

kecil.

Kasmir, (2008:135) mengatakan bahwa bunga bank dapat diartikan sebagai balas

jasa yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang

membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus

dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan harga yang harus dibayar oleh

nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).

Suku bunga merupakan salah satu faktor yang cukup menarik bagi pemilik dana

untuk menyimpan uangnya pada suatu bank. Tingkat suku bunga yang diberikan

hendaknya dapat bersaing dengan tingkat suku bunga yang diberikan bank lain. Tingkat

suku bunga biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase dari jumlah yang dipinjamkan

dan dengan dasar tahunan (annual basis/perannum).

Menurut Kasmir, (2008:136), dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada 2 (dua)

macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya, yaitu:

1. Bunga Simpanan

Adalah bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang

menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar

bank kepada nasabahnya. Sebagai contoh: jasa giro, bunga tabungan, dan bunga

deposito.
9
2. Bunga Pinjaman

Adalah bunga yang dibebankan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar

oleh nasabah peminjam kepada bank, sebagai contoh bunga kredit.

Suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman merupakan komponen utama faktor

biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus

dikeluarkan kepada nasabah, sedangkan bunga pinjaman merupakan pendapatan yang

diterima dari nasabah peminjan (debitur).

Ada beberapa teori suku bunga yang dikenal antara lain :

Teori Suku Bunga Klasik

Menurut kaum Klasik, suku bunga menentukan besarnya tabungan maupun

investasi yang dilakukan dalam perekonomian yang menyebabkan tabungan yang

tercipta pada penggunaan tenaga kerja penuh akan selalu sama yang dilakukan oleh

pengusaha.

Menurut pengertian kaum Klasik, bunga adalah “harga” dari penggunaan leonable

funds. Terjemahan langsung dari istilah tersebut adalah “dana yang tersedia untuk

dipinjamkan”. Dalam teori Fisher mengenai Leonable Funds Theory, bahwa tingkat

suku bunga umum ditentukan oleh interaksi kompleks dari dua faktor, yaitu :

1. Total permintaan dana oleh perusahaan-perusahaan pemerintah dan rumah tangga

atau individu-individu. Untuk melakukan berbagai macam aktivitas ekonomi

dengan dana tersebut. Permintaan ini berhubungan negatif dengan suku bunga

(kecuali dengan permintaan pemerintah yang sering tidak terpengaruh pada tingkat

suku bunga).

2. Yang mempengaruhi tingkat suku bunga adalah total penawaran dana dari
10
perusahaan-perusahaan pemerintah dan individu-individu. Penawaran berhubungan

positif dengan tingkat suku bunga, jika semua faktor ekonomi yang lain konstan.

Tingkat suku bunga dalam keseimbangan (artinya tidak adanya dorongan untuk

naik atau turun) akan tetapi apabila keinginan menabung masyarakat sama

dengan keinginan pengusaha melakukan investasi. Dengan demikian, tingkat suku

bunga menurut kaum Klasik ditentukan oleh kekuatan tabungan dan investasi yang

hubungannya dapat dinyatakan sebagai berikut :

I=f(r) S=(r) I=

S Dimana :

I = Investasi

S = Tabungan

r = Tingkat suku bunga

Teori Suku Bunga Keynes

Menurut Keynes bahwa tingkat suku bunga hanya merupakan fenomena moneter

yang mana pembentukannya terjadi dipasar uang. Dengan demikian, tabungan yang

dilakukan oleh rumah tangga bukan tergantung dari tinggi rendahnya tingkat suku

bunga terutama tergantung dari besar kecilnya pendapatan rumah tangga itu. Dalam

arti bahwa makin besar jumlah pendapatan maka makin besar uang yang bisa

ditabungkan.

Apabila jumlah pendapatan rumah tangga itu mengalami kenaikan atau

penurunan, perubahan yang cukup besar dalam tingkat suku bunga tidak akan

menimbulkan pengaruh yang berarti atas jumlah tabungan yang akan dilakukan oleh
11
rumah tangga.

Perbedaan dengan teori klasik adalah Keynes mengasumsikan bahwa

perekonomian belum mencapai tingkat full employment . Oleh karena itu, produksi

dapat ditingkatkan tanpa mengubah tingkat upah maupun tingkat harga. Dengan

menurunkan tingkat suku bunga, investasi dapat dirangsang untuk meningkatkan

produksi nasional.

Demikian halnya dengan investasi, Keynes berkeyakinan bahwa tingkat bunga

bukanlah faktor utama yang menentukan tingkat investasi, walaupun diakui bahwa

salah satu pertimbangan untuk melakukan investasi adalah tingkat bunga. Tingkat

investasi menurutnya lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lainnya selain tingkat

bunga (Rimoky, 2002).

Teori Suku Bunga Sir John Hicks

Menurut Hicks, bahwa suku bunga berada dalam keadaan keseimbangan pada

suatu perekonomian bila tingkat suku bunga itu memenuhi keseimbangan sektor

moneter dan sektor riil. Pandangan ini merupakan gabungan dari pendapat Klasik

dan Keynes, dimana kaum Klasik mengatakan bahwa bunga timbul karena uang adalah

produktif, artinya bila seseorang memiliki dana maka mereka dapat menambah alat

produksinya agar keuntungan yang diperoleh meningkat. Sedangkan menurut Keynes

bahwa uang produktif dengan spekulasi dengan kemungkinan memperoleh

keuntungan.

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suku Bunga

Agar keuntungan yang diperoleh dapat maksimal, maka pihak manajemen bank

harus pandai dalam menentukan besar kecilnya komponen suku bunga. Menurut Kasmir

12
(2008:137-140), faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku

bunga adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan Dana

Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan, yaitu seberapa besar

kebutuhan dana yang diinginkan. Apabila bank kekurangan dana, sementara

permohonan pinjaman meningkat, yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat

terpenuhi adalah dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Namun, peningkatan

suku bunga simpanan akan pula meningkatkan suku bunga pinjaman. Sebaliknya,

apabila dana yang ada dalam simpanan di bank banyak, sementara permohonan

pinjaman sedikit, maka bunga simpanan akan turun karena hal ini merupakan beban.

2. Target Laba yang diinginkan

Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini disebabkan target laba

merupakan salah satu komponen dalam menentukan besar kecilnya suku bunga

pinjaman.

3. Kualitas Jaminan

Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk bunga pinjaman. Semakin likuid jaminan

(mudah dicairkan) yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan

sebaliknya.

4. Kebijaksanaan Pemerintah

Dalam menentukan baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman bank tidak

boleh melebihi batasan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

5. Jangka Waktu

Faktor jangka waktu sangat menentukan. Semakin panjang jangka waktu pinjaman,

akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko
13
macet di masa mendatang. Demikian pula sebaliknya, jika pinjaman berjangka

pendek, bunganya relatif rendah.

6. Reputasi Perusahaan

Reputasi perusahaan juga sangat menentukan suku bunga terutama untuk bunga

pinjaman. Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat

menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya

perusahaan yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet di masa mendatang relatif

kecil.

7. Produk yang Kompetitif

Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika

dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini disebabkan produk yang

kompetitif tingkat perputaran produknya tinggi sehingga pembayarannya diharapkan

lancar.

8. Hubungan Baik

Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan faktor kepercayaan kepada seseorang atau

lembaga. Dalam praktiknya, bank menggolongkan nasabah antara nasabah utama dan

nasabah biasa. Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta loyalitas nasabah

yang bersangkutan kepada bank. Nasabah yang memiliki hubungan baik dengan bank

tentu penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.

9. Persaingan

Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana, sementara tingkat persaingan

dalam memperebutkan dana simpanan cukup ketat, maka bank harus bersaing keras

dengan bank lainnya. Untuk bunga pinjaman, harus berada di bawah bunga pesaing

agar dana yang menumpuk dapat tersalurkan, meskipun margin laba mengecil.
14
10. Jaminan Pihak Ketiga

Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada bank untuk menanggung

segala risiko yang dibebankan kepada penerima kredit. Biasanya apabila pihak yang

memberikan jaminan bonafide, baik dari segi kemampuan membayar, nama baik,

maupun loyalitasnya terhadap bank, bunga yang dibebankan pun juga berbeda. Begitu

pun sebaliknya.

.3 Pengertian Kredit Perbankan

Kata kredit berasal dari bahasa latin credere yang artinya kepercayaan. Dalam

masyarakat, pengertian kredit sering disamakan dengan pinjaman, artinya bila seseorang

mendapat kredit berarti mendapat pinjaman. Dengan demikian, kredit dapat diartikan

sebagai tiap-tiap perjanjian suatu jasa (prestasi) dan adanya balas jasa (kontra prestasi) di

masa yang akan datang.

Kredit menurut Eric L. Kohler (1964) : “Kredit adalah kemampuan untuk

melaksanakan suatu pembelian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji

pembayarannya akan dilakukan dan ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang

disepakati”. Pengertian kredit menurut Teguh Pudjo Muljono (1989) : “Kredit adalah

suatu penyertaan uang atau tagihan atau dapat juga barang yang menimbulkan tagihan

tersebut pada pihak lain. Atau juga memberi pinjaman pada orang lain dengan harapan

akan memperoleh suatu tambahan nilai dari pokok pinjaman tersebut yaitu berupa

bunga sebagai pendapatan bagi pihak yang bersangkutan”.

Dalam pemberian kredit, unsur kepercayaan tidak terbatas pada penerima kredit,

tetapi terjaganya kepercayaan akan kejujuran dan kemampuan dalam mengembalikan

15
pinjaman itu tepat pada waktunya. Dengan kata lain seseorang atau perusahaan yang

akan menentukan kredit harus mempunyai kredibilitas, atau kelayakan seseorang untuk

memperoleh kredit. Kredibilitas tersebut harus memenuhi lima syarat yang biasa dikenal

dengan istilah 5C, yaitu sebagai berikut.

1. Character, yaitu sifat atau watak pribadi debitur untuk memperoleh kredit, misalnya

kejujuran, sikap motivasi usaha, dan lain sebagainya.

2. Capital, adalah kemampuan modal yang dimiliki dalam rangka untuk memenuhi

kewajiban tepat pada waktunya, terutama dalam hal likuiditas, solvabilitas,

rentabilitas, dan soliditasnya.

3. Capacity, adalah kemampuan debitur untuk melaksanakan kegiatan usaha atau

menggunakan dana/kredit dan mengembalikannya.

4. Collateral, adalah jaminan yang harus disediakan sebagai pertanggungjawaban bila

debitur tidak dapat melunasi utangnya.

5. Condition of economic, adalah keadaan ekonomi suatu negara secara keseluruhan

yang memengaruhi kebijakan pemerintah di bidang moneter, khususnya

berhubungan dengan kredit perbankan.

Menurut Kasmir, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

menerima simpanan giro, tabungan dan deposito.  Kemudian bank juga dikenal sebagai

tempat untuk menukar uang, memindahkan uang atau menerima segala bentuk

pembayaran dan setoran seperti pembayaran listrik, telepon, air pajak, uang kuliah dan

pembayaran lainnya.  Bank merupakan lembaga keuangan menyediakan jasa, berbagai

16
jasa keuangan, bahkan dinegara maju bank merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat

setiap kali bertransaksi, selanjutnya ada beberapa pengertian bank menurut : G.M.

Verryn Stuart, Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan

kredit, baik dengan alat-alat pembayarannya sendiri atau dengan uang yang diperolehnya

dari orang lain, maupun dengan jalan mengedarkan alat-alat baru berupa uang

giral. Abdul Rachman. Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan

berbagai jenis jasa, sperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan

terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga,

membiayai usaha perusahaan-perusahaan dan lain-lain. Muhammad Muslehuddin,

mengatakan bahwa bank menurut undang-undang perbankan New York mendifinisikan

pengertian bank sebagai segala tempat transaksi valuta setempat, juga merupakan usaha

dalam bentuk trust, pemberian diskonto dan memperjualbelikan surat kuasa, draf,

rekening, dan sistem peminjaman; menerima diposito dan semua bentuk surat berharga;

memberi peminjaman; memberi pinjaman uang dengan memberikan jaminan berbentuk

harta maupun keselamatan pribadi dan memperdagangkan emas batangan, perak, uang,

dan rekening bank. Istilah “banker” dalam undang-undang Bill of Exchange Act 1882

dan Stamp Act, 1891, didefinisikan sebagai orang-orang yang hendak melakukan

perdagangan dalam dunia perbankan tanpa menimbulkan akibat apa pun terhadap para

pemeluknya. Thomas Mayer, James D. Duesenberry dan Z. Aliber. Bank adalah lembaga

keuangan yang sangat penting bagi kita, menciptakan beberapa uang dan mempunyai

berbagai aktivitas yang lainnya. Frederic S. Mishkin, mengemukakan dalam

bukunya The Economics Of Money, Banking, And Financial Markets, bahwa Bankers

are financial institution that accept money deposits and make loans. Included under the

17
term banks are firms such as comercial banks, savings and loan associations, mutual

savings banks, and credit unions.

Pengertian bank tersebut di atas adalah pengertian bank konvensional, sementara di

dunia ini di samping ada bank konvensional berdiri pula bank syariah, yaitu bank yang

dalam opersionalnya di dasarkan pada Al-qur’an dan Hadist.  Bank Syariah ini akan

dijelaskan dalam penjelasan sistem perbankan nasional.

Dari beberapa pengertian bank tersebut, bahwa bank dapat berfungsi sebagai

penerima kredit, menyalurkan kredit, melakukan pembiayaan, investasi, menerima

deposito, menciptakan uang dan jasa-jasa lainnya seperti tempat penyimpanan barang-

barang berharga.  Disamping itu terdapat beberapa fungsi bank menurut para ahli di

bidang perbankan adalah sebagai berikut :

1. Howar D. Crosse dan George H. Hempel menyebutkan tujuh pokok fungsi bank

umum : 1. “Credit creation” (penciptaan kredit), 2. Depository Function (fngsi giral),

3. Payments and collections (pembayaran dan penagihan), 4. Saving Accumulation

and investment (akumulasi tabungan dan investasi), 5. Trust services (jasa-jasa

kepercayaan), 6. Other services(jasa-jasa lain) dan 7. Devident (perolehan laba untuk

imbalan para pemegang saham).

2. Amerikan Bankers Association, menyebutkan empat fungsi ekonomi utama bank,

adalah sebagai berikut :

a.    The deposit function (fungsi penyimpanan dana);

b.    The payment function (fungsi pembayaran);

c.    The loan function ( fungsi pemberian kredit);

d.   The money function ( fungsi uang).

18
3. Oliver G. Wood, Jr., mengatakan bahwa bank umum melaksankan lima fungsi utama

dalam perekonomian, adalah sebagai berikut :

a.    Memegang dana nasabah;

b.    Menyajikan mekanisme pembayaran;

c.    Menciptakan uang dan kredit;

d.   Menyajikan pelayanan trust;

e.    Menyajikan jasa-jasa lain.

Dengan demikian bahwa bank adalah sebagai salah satu lembaga keungan yang

penting dan besar peranannya dalam kehidupan masyarakat. Dalam menjalankan

peranannya, maka bank bertindak sebagai salah satu bentuk lembaga keuangan yang

bertujuan untuk mensejahterakan mayarakat banyak, dengan cara memberikan kredit,

pembiayaan dan jasa-jasa lainnya Adapun dalam memeberikan kredit, pembiayaan dan

jasa-jasa lainnya dilakukan dengan modal sendiri, atau dengan dana-dana yang

dipercayakan oleh pihak ketiga maupun dengan jalan memperedarkan alat-alat

pembayaran baru berupa uang giral.

2.4 Pengaruh Suku Bunga Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Kenaikan suku bunga sangatlah  dikhawatirkan oleh para kreditur dan tingkat

penjualan perumahan yang semakin menurun karena membuat pajak pinjaman modal

dan kredit perumahan semakin meningkat, tanpa didukung dalam kelancaran produksi

dan bisnis yang menunjang, akan berimbas pada kredit macet.

Ada beberapa hal yang harus diwaspadai dalam menaikkan dan menurunkan suku

bunga yang semuanya harus berpihak pada kesejahteraan rakyat dalam negeri sebagai

prioritas utama.

19
Dampak ekonomi dari  sebuah perubahan suku bunganya diantaranya akan

berpengaruh pada adalah :

• GDP (Gross Domestik Product) sebagai indikator tingkat kesehatan atas pertumbuhan

ekonomi suatu negara. GDP merupakan indeks utama sistem akun nasional (Sistem of

National Accounts - SNA) yang dikarakteristik oleh hasil final dari kesatuan aktifitas

program ekonomi - penduduk, dan pengukuran biaya barang dan jasa, yang diproduksi

oleh kesatuan untuk penggunaan akhir. GDP adalah indeks utama, yang menunjukkan

kondisi ekonomi nasional. GDP adalah indikator produk manufaktur, yang berjumlah

pada biaya produksi final barang dan jasa.

Ini berarti, biaya barang dan jasa lanjutan, yang digunakan dalam produksi (seperti

barang mentah, bahan-bahan, bahan bakar, bibit, makanan ternak, layanan

pengangkutan udara, harga grosir, layanan komersil dan finansial, dan lain-lain) tidak

termasuk dalam GDP. Jika tidak, GDP akan mengandung akun berulang. Selain itu,

GDP adalah produk domestik, karena diproduksi oleh penduduk. Penduduk adalah

kesatuan ekonomi (usaha maupun rumah tangga), dengan mengabaikan indentitas

nasional dan kewarga negaraannya, yang memiliki suku bunga ekonomi dalam wilayah

ekonomi negara.

• Kredit Perumahan Rakyat

Pengadaan perumahan merupakan bagian terpenting dalam menunjang kesejahteraan

hidup manusia, pentingnya data ini terletak pada kemampuannya untuk memicu

perubahan kondisi perekonomian, memprediksi perubahan tingkat pertumbuhan.

Turunnya jumlah unit perumahan baru dapat memperlambat perekonomian dan


20
mendorong ke arah resesi. Sebaliknya, peningkatan pada jumlah unit perumahan baru

mengindikasikan tumbuhnya perekonomian.

• Tingkat Pengangguran (Unemployment Rate)

Dampak yang harus diperhatikan dalam kebijakan naik-turunnya suku bunga apakah

semakin meningkatkan peluang usaha dan peluang kerja atau malah justru

meningkatkan pengangguran dan PHK. Dan perlu diketahui, pengangguran terjadi

akibat  ketidakseimbangan antara lapangan pekerjaan dan orang yang membutuhkan

pekerjaan,sehingga hanya sedikit yang mendapatkan kesempatan untuk bekerja. 

Disisi lain, suku bunga adalah harga yang harus dibayar oleh pihak bank atau

peminjam lainnya untuk memanfaatkan uang selama jangka waktu tertentu.

Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa suku bunga itu

merupakan balas jasa yang akan diterima kemudian atas pengorbanan yang dilakukan

atau kata lain suku bunga adalah harga dari penggunaan uang atau sebagai sewa

penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu.

Pada prinsipnya suku bunga adalah harga atas penggunaan uang atau sebagai sewa atas

penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu, yang umumkan dalam  'persentase'.

Setiap masyarakat (atau investor)  yang melakukan interaksi dengan bank, baik

interaksi dalam bentuk simpanan, maupun pinjaman (kredit), akan selalu terkait dan

dikenakan dengan yang namanya bunga. Bagi masyarakat  (atau investor) yang

menanamkan dananya pada bank, baik itu simpanan tabungan, deposito dan giro akan

diberikan suku bunga simpanan (dalam bentuk %).

Suku bunga ini merupakan rangsangan dari bank agar masyarakat mau menanamkan

dananya pada bank. Semakin tinggi suku bunga simpanan, maka masyarakat akan
21
semakin giat untuk menanamkan dananya pada bank, dikarenakan harapan mereka

untuk memperoleh keuntungan.

Dan begitu sebaliknya, semakin rendah suku bunga simpanan, maka minat masyarakat

(atau investor) dalam menabung akan berkurang sebab masyarakat berpandangan

tingkat keuntungan yang akan mereka peroleh dimasa yang akan datang dari bunga

adalah sangat  kecil.

2.5 Investasi

Investasi yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal atau

pembentukan modal atau apabila digunakan istilah dalam penghitungan pendapatan

nasional dinamakan pembentukan modal dalam negeri (domestik) bruto, terjadi dari

tabungan dari sektor perusahaan yang digunakan oleh para pengusaha untuk membeli

barang-barang modal.

Ada beberapa pengertian lain dari investasi yaitu, menurut Winardi (1988),

investasi adalah pengeluaran untuk barang-barang yang tidak dikonsumsikan sekarang,

melainkan menambahkan jumlah barang-barang atau alat-alat produksi. Menurut

Boediono (1998), investasi adalah pengeluaran oleh sektor-sektor produsen (swasta)

untuk pembelian barang-barang atau jasa dengan tujuan merubah stok gudang atau

perluasan pabrik. Menurut Sukirno (1995), investasi dapat didefenisikan sebagai

pengeluaran atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli

barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi dengan tujuan untuk

mengganti dan menambah barang-barang modal yang akan digunakan untuk

memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian dimasa

depan, sedangkan fungsi dari investasi yaitu peningkatan produksi,

22
penyempurnaan struktur produksi, pemerataan pendapatan, pemanfaatan sumber daya

manusia dan sumber daya alam serta mendorong ekspor.

Keyakinan ahli-ahli ekonomi Klasik tentang perubahan-perubahan dapat dengan

mudah berlaku terhadap tingkat bunga akan menjamin terciptanya keseimbangan

antara jumlah tabungan dari sektor rumah tangga dan jumlah investasi yang dilakukan

pengusaha karena tingkat bunga menentukan besarnya tabungan maupun investasi

yang akan dilakukan dalam perekonomian. Perubahan-perubahan dalam tingkat bunga

akan terus berlangsung hingga mencapai keseimbangan antara jumlah tabungan

dengan jumlah investasi. Pada investasi, semakin tinggi tingkat bunga maka

keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil (Nopirin, 1992).

Yang digolongkan investasi meliputi pengeluaran/pembelanjaan terbagi dalam dua

golongan yaitu, (1) Investasi financial, merupakan hal pembelian atau pengalihan

milik mengenai surat-surat berharga (saham,obligasi, surat perbendaharaan negara,

surat berharga komersial) dalam dunia usaha atau peningkatan nilai surat-surat

berharga tersebut. (2) Investasi fisik/rill, merupakan hal membuat peralatan barang

modal baru atau tambahan pada barang modal, meliputi, (a) Investasi tetap (fixed

investment), dalam hal pembelian asset fisik berbagai jenis barang modal, yaitu

mesin-mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis

industri dan perusahaan serta pembelanjaan untuk membangun rumah tempat

tinggal, bangunan kantor, bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya, dan

(b) Investasi persediaan (inventory investment), yaitu pertambahan nilai stok

barang-barang yang belum terjual, bahan mentah, bahan baku, suku cadang,

bahan penolong dikonversikan dalam proses produksi pada akhir tahun


23
penghitungan pendapatan nasional, selama semakin besar jumlah yang diperlukan

untuk investasi penggantian guna mempertahankan persediaan modal yang ada

dalam perekonomian dimana persediaan ini cenderung berubah sejalan

dengan perubahan tingkat pendapatan nasional, selama semakin besar jumlah

yang diperlukan untuk investasi penggantian guna mempertahankan persediaan

modal yang ada dalam perekonomian yang pendapatan nasional dan outputnya

meningkat dan sebaliknya.

Dalam melakukan pembangunan ekonomi dibutuhkan biaya yang cukup besar

yang salah satunya diperoleh dari investasi swasta baik berupa

penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing

(PMA).

Penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebagai sumber domestik

merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi nasioanal (Jhingan, 1994).

Disatu pihak, mencerminkan permintaan efektif dan dipihak lain menciptakan

efisiensi produktif bagi produksi dimasa depan. Proses penanaman modal ini

menghasilkan kenaikan output nasional dalam berbagai cara. Penanaman

modal diperlukan untuk memenuhi permintaan penduduk yang meningkat dinegara

tersebut. Investasi dibidang barang modal tidak hanya meningkatkan produksi

tetapi kesempatan kerja. Pembentukan atau penanaman modal dalam negeri ini

pula yang akan membawa kearah kemajuan teknologi, kemajuan teknologi pada

gilirannya membawa kearah spesialisasi dan penghematan produksi skala luas,

penanaman modal membantu usaha penyediaan mesin, alat dan perlengkapan bagi

tenaga buruh yang semakin meningkat.

Penanaman modal asing (PMA) sebagai salah satu jenis penanaman modal
24
memiliki peran yang sangat besar dalam pembangunan. Modal asing dapat

memasuki suatu negara dalam bentuk modal swasta dan modal negara. Modal asing

swasta dapat mengambil bentuk investasi langsung dan investasi tidk langsung

(Jhingan, 1994).

Pengertian penanaman modal asing adalah alat pembayaran luar negeri yang

tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan

pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.

Jadi penanaman modal asing diperlukan untuk mempercepat

pembangunan ekonomi. Modal asing membantu dalam industrialisasi, dalam

membangun dan menciptakan lapangan kerja yang lebih luas. Penanaman

modal asing yang dilakukan di Indonesia tidak hanya dalam bentuk uang yang

ditanamkan tetapi juga dalam bentuk mesin-mesin juga dalam bentuk keterampilan

teknik. Setiap keputusan investasi melibatkan lima unsur pokok yang dapat yang

dapat disebut determinan investasi (Determinant Of Investment). Dalam setiap

proses pengambilan keputusan investasi, unsur-unsur tersebut akan muncul,

apakah secara eksplisit atau implisit, disadari atau tidak, diolah secara sistematis

atau tidak. Kelima unsur tersebut adalah :

1. Kondisi Investor

2. Motif Investor

3. Media Investor

4. Teknik dan modal analisis termasuk jenis informasi dan cara

pengolahannya

5. Strategi Investasi

Keyakinan ahli-ahli ekonomi Klasik tentang perubahan-perubahan dapat


25
dengan mudah berlaku terhadap tingkat bunga akan menjamin terciptanya

keseimbangan antara jumlah tabungan dari sektor rumah tangga dan jumlah

investasi yang dilakukan pengusaha karena tingkat bunga menentukan besarnya

tabungan maupun investasi yang akan dilakukan dalam perekonomian. Perubahan-

perubahan dalam tingkat bunga akan terus berlangsung hingga mencapai

keseimbangan antara jumlah tabungan dengan jumlah investasi. Pada investasi,

semakin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan investasi juga

makin kecil (Nopirin, 1992).

Keuntungan dari investasi-investasi ini baru terasa bila mana timbul

pertambahan permintaan dalam masyarakat. Bertambahnya permintaan efektif yang

juga akan menaikkan pendapatan akan memberikan keuntungan pada Public

Investment. Public Investment ini sering juga disebut sebagai investasi yang

otonom, yaitu investasi yang timbul bukan karena adanya pertambahan pendapatan.

Hal-hal yang menyebabkan public investment bersifat otonom diantaranya karena

adanya biaya yang tidak kecil sehingga pihak swasta tidak mampu memikulnya,

mempunyai produktivitas dan keuntungan yang tidak langsung. Bendungan dan

saluran irigasi tidak memberikan keuntungan yang langsung, tetapi rehabilitasi dan

penyempurnaan irigasi itu merupakan prasarana penting untuk menaikkan produksi

pertanian. Dalam analisis makro ekonomi, istilah investasi khususnya dihubungkan

dengan investasi fisik menciptakan aset baru yang akan meningkatkan kapasitas

memproduksi suatu perekonomian (Pass, 1998).

Masalah investasi adalah suatu masalah yang langsung berhubungan dengan

besarnya pengharapan akan pendapatan yang akan diperoleh dari barang dan modal

dimasa depan. Pengharapan akan pendapatan merupakan faktor yang sangat


26
penting untuk menentukan besarnya investasi. Berikut ini di bahas beberapa aliran

teori mengenai investasi.

Teori Investasi Klasik

Dalam teori Klasik, investasi yang dilakukan dimaksudkan untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam berproduksi. Dengan meningkatkan

produksi, akumulasi modal terbentuk yang nantinya akan meningkatkan investasi.

Sedangkan dalam teori Keynes, besarnya investasi yang dilakukan tidak

tergantung pada tinggi rendahnya tingkat bunga, tetapi tergantung pada besar

kecilnya pendapatan yang diterima rumah tangga. Makin tinggi pendapatan yang

diterima oleh rumah tangga, makin besar pula investasi yang dilakukan.

Teori Investasi Keynes

Menurut Keynes, investasi hanya bergantung pada dua faktor, yaitu perkiraan

tingkat keuntungan yang tinggi yang diharapkan dari sebuah investasi dan tingkat

bunga. Keynes mendasari teori tentang investasi berdasarkan konsep Marginal

Efficiency Of Capital (MEC) bahwa jumlah maupun kesepakatan untuk

melakukan investasi didasarkan atas konsep keuntungan yang akan diharapkan

dari investasi atau biasa disebut Marginal Efficiency Of Investment (MEI),

maksudnya investasi akan dilakukan apabila MEI lebih besar dari tingkat bunga.

Apabila tingkat bunga tinggi jumlah usaha yang tingkat pengembalian modalnya

melebihi tingkat tersebut adalah sedikit, maka investasi tidak terjadi

(Mannulang,1981). Secara grafik dapat digambarkan sebagai berikut:


27
i

MEI

0 Investasi

Gambar 2.1.3 Kurva Marginal Efficiency Of Investment

Selain kedua faktor di atas menurut keynes terdapat beberapa faktor penting

lainnya, seperti keadaan ekonomi pada masa kini, ramalan mengenai keadaan

dimasa yang akan datang, perubahan dan perkembangan teknologi yang terjadi

(Sukirno, 1981).

Volume investasi ditentukan oleh efisiensi marjinal investasi modal yang

bergantung pada ekspektasi pihak usahawan investor tentang imbalan jasa

(laba) yang akan diperoleh dimasa yang akan datang dimana harus melebihi bunga

harus diperhitungkan dalam penggunaan modal. Dalam suasana tertentu, investor

kurang berminat melakukan investasi walaupun tingkat bunga rendah akibatnya

ekspektasinya kurang cerah dimasa depan, sebaliknya dalam keadaan ini

bisa juga terjadi bahwa pihak investor meningkat permintaannya akan dana

modal dan bersedia membayar dengan harga (tingkat bunga) yang terjadi.

Menurut Keynes investasi bisnis hanya bergantung dua faktor : perkiraan

pengambilan investasi dan tingkat suku bunga. Perkiraan pengambilan investasi

merupakan keuntungan dari penanaman investasi pabrik dan perlengkapan baru


28
dan faktor yang kedua merupakan biaya dan perolehan dana untuk membiayai

pabrik dan perlengkapan. Jika perkiraan tingkat pengembalian investasi melebihi

tingkat suku bunga, perusahaan bisnis akan mengembangkan dan membayar pabrik

baru. Tetapi apabila tingkat suku bunga melebihi perkiraan tingkat pengembalian

investasi, maka investasi tidak akan terjadi (Pressman, 2000).

Keynes tidak setuju bahwa jumlah investasi sepenuhmya ditentukan oleh

tingkat bunga, memang tingkat bunga memegang peranan yang cukup menentukan

dalam perkembangan pengusaha melakukan investasi. Suku bunga tergantung

kuantitas sehingga investasi dapat dinaikkan melalui peningkatan efisiensi

marjinal modal atau penurunan suku bunga (Jhingan 1999).

Menurut pendapat Keynes, pada umumnya investasi dilakukan oleh para

pengusaha adalah lebih kecil dari jumlah tabungan yang dilakukan rumah tangga

pada waktu dicapai penggunaan tenaga kerja penuh (full employment), oleh

karenanya permintaan agregat dalam perekonomian adalah lebih rendah dari pada

tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Kekurangan dalam permintaan agregat ini

akan menimbulkan pengurangan penggunaan tenaga kerja dalam perekonomian

(Sukirno, 2008).

Teori Investasi Neo-Klasik

Menurut Neo-Klasik intinya berdasarkan teori produktifitas marjinal dari

faktor produksi modal, artinya modal yang akan diinvestasikan dalam proses

produksi ditentukan oleh produktifitas marjinal dibandingkan dengan tingkat

harga. Suatu barang investasi akan dijalankan apabila pendapatan investasi

lebih besar dari tingkat bunga dan investasi dalam suatu barang modal adalah

menguntungkan jika biaya sewa ditambah bunga lebih kecil dari pada hasil
29
pendapatan yang diharapkan dari investasi tersebut. Ada tiga hal yang perlu

diperhatikan dalam menentukan investasi menurut teori ini, yaitu :

1. Tingkat biaya barang modal,

2. Tingkat bunga, dan

3. Tingginya pendapatan yang akan diterima.

Teori Harrod Domard

Harrod Domard berpendapat bahwa pembentukan modal dipandang sebagai

pengeluaran yang akan menambah kesanggupan suatu perekonomian untuk

menghasilkan sekaligus juga sebagai pengeluaran yang akan menambah

permintaan efektif seluruh masyarakat.

Penanaman modal yang dilakukan masyarakat dalam suatu waktu tertentu

akan digunakan untuk dua tujuan, yaitu ; (1) Mengganti alat-alat modal yang tidak

dapat dipergunakan lagi. (2) Untuk memperbanyak jumlah alat modal masyarakat.

Akibatnya adalah apabila dibandingkan jumlah pertumbuhan produksi dengan

penanaman modal yang dilakukan akan di dapat rasio modal produksi (capital

output ratio), yaitu suatu ratio yang menunjukkan pertambahan efektif kapasitas

berproduksi sebagai akibat adanya penanaman modal baru pada suatu tahun

tertentu.

2.6 Pertumbuhan Investasi Perdagangan

Pengaruh dari suku bunga kredit terhadap investasi juga dijelaskan oleh pemikiran

ahli ekonomi klasik yang menyatakan bahwa investasi adalah fungsi dari tingkat bunga.

Makin tinggi tingkat bunga maka keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil,
30
dengan alasan seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila

keuntungan yang diharapkan lebih besar dari tingkat bunga yang harus dibayar sebagai

ongkos penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha

akan terdorong untuk melakukan investasi sebab biaya penggunaan dana juga makin

kecil (Nopirin, 2000).

Tingkat keuntungan yang diharapkan menurut teori makro Keynes disebut

dengan Marginal Efficiency Of Capital.(MEC), sedangkan perilaku investor dalam

mengambil keputusan dijelaskan dalam bentuk fungsi investasi. Fungsi investasi

menunjukkan hubungan antara tingkat yang berlaku dengan tingkat pengeluaran

investasi yang diinginkan. Keynes mengatakan, bahwa masalah investasi baik ditinjau

dari segi penentuan jumlahnya maupun kesempatan untuk mengadakan investasi itu

sendiri didasarkan konsep Marginal Efficiency Of Capital (MEC), investasi akan

dilakukan oleh investor, bila MEC yang diharapkan masih lebih besar atau tinggi dari

tingkat bunga yang berlaku. Jadi jelas pertimbangan Keynes untuk terlaksananya

investasi adalah factor efficiency marginal dari investasi itu sendiri. Efficiency

marginal dari investasi sangat tergantung pada perkiraan-perkiraan investor pada

perkembangan situasi ekonomi di masa yang akan datang.

Hubungan investasi dengan tingkat bunga dapat digambarkan suatu kurva

MEC. Kurva MEC ialah kurva yang menghubungkan titik-titik besarnya investasi pada

berbagai tingkat bunga. Kurva yang menghubungkan investasi yang diinginkan pada

berbagai tingkat bunga dimana harga investasi berubah apabila terjadi perubahan

tingkat bunga disebut kurva (MEI = Marginal Efficiency Of Investment).

Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin rendah tingkat bunga yang harus

dibayar, maka semakin banyak usaha yang dapat dilakukan pengusaha dengan
31
menguntungkan. Sebagai akibatnya semakin rendah tingkat bunga semakin banyak

investasi yang mereka lakukan.

Terdapat beberapa faktor penentu dilakukannya investasi, yaitu investasi

memberikan revenue tambahan kepada perusahaan melalui penjualan produknya

secara lebih besar, suku bunga merupakan harga atau biaya yang harus dibayar dalam

meminjam uang untuk suatu periode tertentu dan ekspetasi keuntungan. Dengan

demikian para investor melakukan investasi untuk mendapatkan keuntungan atas

investasi yang dilakukan.

2.7 Penelitian Terdahulu

Nurinayah (2004), melakukan suatu penelitian tentang pengaruh tingkat suku

bunga dan produk domestik bruto terhadap investasi Di Indonesia tahun 1983-2000.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara suku bunga

terhadap investasi.

Andi Mahyuddin (2009), membahas tentang analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi investasi Di Sulawesi Selatan periode 1997-2007. Dan hasil studi

empirisnya menunjukkan bahwa inflasi, suku bunga memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap investasi Di Sulawesi Selatan

Badriah Sappewali (2001), membahas tentang pengaruh tingkat bunga terhadap

kredit perbankan di Sulawesi Selatan. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa tingkat

bunga tidak terlalu menjadi hambatan bagi para investor selama variasi naik turunnya

berada dalam batas kewajaran. Justru yang paling mempengaruhi adalah dari segi

perbankan, cadangan wajib minimum yang kecil memungkinkan dana-dana yang ada

disalurkan untuk menghindari “idle fund”.

32
2.8 Kerangka Pikir

Masalah pertumbuhan ekonomi merupakan masalah yang dihadapi oleh semua

daerah. Peningkatan pertumbuhan ekonomi sangat dibutuhkan dan merupakan sumber

utama peningkatan standar hidup. Pembangunan adalah merupakan salah satu

upaya untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan

ekonomi dimaksudkan sebagai aktivitas perekonomian yang menghasilkan kenaikan

jumlah output atau produk barang dan jasa serta adanya perbaikan atau perubahan

yang positif terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat baik dilingkup daerah

maupun lingkup nasional.

Dalam perencanaan pembangunan untuk pertumbuhan ditingkat daerah,

ketersediaan investasi tergantung pada kecakupan sumber-sumber pembiayaan yang

ada.

Bank sebagai lembaga keuangan mempunyai fungsi atau peranan sebagai penyalur

dana kepada masyarakat dalam bentuk fasilitas kredit. Pemberian kredit oleh bank

merupakan tulang punggung kegiatan bank. Kredit yang diberikan oleh pihak bank

sangat penting terutama dalam hal investasi ke dunia usaha untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi pasca krisis ekonomi.

Dana yang dioperasikan bank secara aktif tidak lain adalah dana berasal dari

masyarakat yang dihimpun melalui giro, tabungan, dan deposito. Besar kecilnya

kredit yang disalurkan kepada debitur banyak dipengaruhi oleh dana dari pihak

ketiga.

Suku bunga yang tinggi akan menarik masyarakat untuk meyimpan kelebihan

pendapatannya untuk menabung dibank-bank dari pada menambah konsumsinya.

33
Sehingga ketergantungan akan modal asing dapat dkurangi. Namun dalam investasi

mengisyarakatkan tingkat suku bunga harus rendah dimana tingkat pengembalian

modal investasi harus lebih tinggi dari pada tingkat bunga yang berlaku agar

investasi tersebut menguntungkan.ingin meminjam uang untuk kebutuhan mereka.

Semakin tinggi suku bunga kredit semakin berkurang permintaan kredit dan

sebaliknya semakin rendah tingkat suku bunga kredit maka keinginan mendapatkan

kredit semakin besar. Dengan pemberian kredit kepada beberapa sektor

perekonomian, bank melancarkan arus barang dan jasa dari produsen kepada

konsumen.

Kerangka Pikir

SUKU BUNGA PENDAPATAN


KREDIT PERKAPITA

INVESTASI

(Y)

2.9 Hipotesis

1. Diduga bahwa suku bunga kredit perbankan berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap investasi di Kota Baubau .

2. Diduga bahwa pendapatan perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap

investasi di Kota Baubau.

34
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Baubau Perovinsi Sulawesi Tenggara

3.2 Jenis Penelitian

35
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yakni kegiatan penelitian dalam

usaha pencapaian kesimpulan atas hipotesis yang diajukan dengan melakukan analisis

data-data kuantitatif. Data kuantitaif adalah data-data yang disajikan dalam bentuk

angka-angka.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

berbagai instansi terkait. Adapun instansi yang dimaksud adalah Badan Pusat Statistik

(BPS) Kota Baubau, Kantor Dinas Perindustrian Perdagangan dan Penanaman Modal

Kota Baubau.

Data yang dipakai dalam penelitian ini meliputi :

1. Suku Bunga Kredit Kota Baubau Tahun 2009-2013

2. Pendapatan Perkapita Kota Baubau Tahun 2009-2013

3. Data Total Investasi (PMA dan PMDN) Kota Baubau Tahun 2009-2013

3.4 Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan yaitu, studi kepustakaan dengan pengumpulan

data dari berbagai literatur guna memperoleh peralatan dasar teori-teori seperti

buku-buku ekonomi, majalah serta bacaan lain yang relevan dengan masalah yang

diteliti.

3.5 Model Analisis

Model analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah model regresi berganda

(Multiple Regression). Model ini memperlihatkan hubungan dan pengaruh antara

36
variabel bebas (Suku bunga kredit X1 dan pendapatan perkapita X1) variabel terikat

(Investasi Y), bentuk persamaannya sebagai berikut :

Y = f (X1,X2)

Dengan demikian dapat dikemukakan model analisisnya sebagai berikut :

Y = β0 + β1 X 1 + β2 X 2 + µ ............................ (1)

Dimana :

Y = Investasi (Miliar Rp)

X1 = Suku Bunga Kredit (%)

X2 = Pendapatan Perkapita (Juta Rp)

β0 = Konstanta

β1 β2 = Parameter yang akan ditaksir untuk memperoleh gambaran tentang hubungan

setiap variabel bebas terhadap variabel terikat

µ = Error term

Atau secara eksplisit dapat dinyatakan dalam fungsi Cobb-Douglas, yaitu:

Y = β0 X1 β1 X2 β2 eµ ............................ (2)

Berdasarkan fungsi persamaan di atas maka dikembangkan ke dalam bentuk

regresi berganda dan linier (ordinary least square) dengan mentransferkan

persamaan (2) dalam bentuk Ln, sehingga diperoleh persamaan estimasi sebagai

berikut:

Ln Y = β0 + β1X1 + β2 Ln X2 + µ ............................ (3)

3.6 Definisi Operasional

37
Untuk mempersamakan pengertian istilah-istilah dan memudahkan dalam

pengumpulan dan analisis data, maka variabel-variabel yang didefinisikan atau diukur

dan dapat dijadikan sebagai acuan selama penelitian adalah :

1. Suku Bunga Kredit adalah harga dari penggunaan dana yang tersedia untuk

dipinjamkan dalam jangka waktu tertentu, tingkat bunga yang digunakan adalah

tingkat suku bunga kredit.

2. Pendapatan Perkapita adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) konstan

yang dibagi dengan jumlah penduduk masyarakat Kota Baubau tahun 2009-2013

3. Investasi adalah perkembangan total investasi (PMA dan PMDN) Tahun 2009-

2013 yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman

Modal Kota Baubau.

38
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Perkembangan Suku Bunga Kredit Perbankan di Kota Baubau Tahun 2009-

2013

Tingkat suku bunga kredit merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi

pengambilan kredit di Baubau. Hal ini menjadikan suku bunga menjadi acuan lembaga

pemberi kredit dalam menganalisis untuk memberikan jumlah kredit kepada

masyarakat.

Tabel 4.1
Perkembangan Suku Bunga Kredit Perbankan di Kota Baubau Tahun 2009-2013

Tahun Suku Bunga Perbankan Pertumbuhan (%)


2009 18,53 -
2010 17,56 -5,23
2011 17,51 -0,28
2012 15,92 -9,08
2013 14,34 -9,92
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Baubau, berbagai seri

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa perkembangan tingkat suku bunga

kredit mengalami penurunan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi penetapan tingkat suku bunga kredit. Salah satunya adalah tingkat

bunga perbankan dimana tingkat bunga perbankan yang ditetapkan oleh Bank

Sentral banyak dipengaruhi oleh kebijakan atau keputusan yang diambil oleh pejabat

negara yang melihat faktor-faktor perkembangan dan pertumbuhan ekonomi baik itu

secara makro maupun mikro salah satunya adalah mengatur jumlah uang beredar

dimasyarakat dengan meningkatkan tingkat suku bunga simpanan akan menarik

39
39
masyarakat untuk menabung sehingga mengurangi tingkat konsumsi masyarakat dan

menurunkan tingkat bunga kredit untuk memudahkan masyarakat dalam memperoleh

kredit usaha yang ditujukan untuk membuka lapangan kerja dan mengurangi

pengangguran.

Berdasarkan tabel 4.1 tersebut, posisi suku bunga kredit perbankan antara

tahun 2009-2013 terus menunjukkan penurunan. Tahun 2009 suku bunga kredit

perbankan sebesar 18,53 persen, sementara tahun 2010 adalah 17,56 persen atau

mengalami penurunan sebesar 5,23 persen. Selanjutnya pada tahun 2011 tingkat

suku bunga kredit 17,51 persen atau mengalami penurunan sebesar 0,28 persen

dibandingkan tahun 2010.

Begitu pula pada tahun 2012 tingkat suku bunga kredit sebesar 15,92 persen atau

menurun sebesar 9,08 persen dari tahun 2009. Kemudian tahun 2013 suku bunga

kredit menjadi 14,34 persen atau penurunan 9,92 persen dari tahun 2012.

4.2 Perkembangan Pendapatan Perkapita di Kota Baubau Tahun 2009-2013

Salah satu indikator pengukuran pertumbuhan ekonomi suatu negara adalah

dengan melihat indikator perkembangan Produk Domestik Brutonya (PDB), dimana

PDB adalah nilai total uang dari seluruh barang dan jasa yang diproduksi dalam satu

disuatu negara. Dimana perkembangan PDB dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi

di tiap daerahnya dalam hal ini perkembangan Produk Regional Bruto (PDRB).

Produk Domestik Regional Bruto merupakan total uang dari seluruh barang dan jasa

yang diproduksi dalam satu tahun di wilayah tertentu tanpa membedakan kepemilikan

faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi barang.

Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan data dasar dan

40
40
utama dalam menyusun kerangka perencanaan pembangunan daerah, disamping

sebagai sumber informasi tentang bagaimana kondisi dan perekonomian secara makro

regional. Oleh karena itu, data series PDRB pada dasarnya tidak hanya bermanfaat

bagi kepentingan teknis perencanaan pembangunan saja,tetapi juga dapat

menjadi bahan untuk menentukan kebijakan baik bagi para pelaku pembangunan

seperti pemerintah maupun segenap pelaku bisnis.

Tabel 4.2
Perkembangan Pendapatan Perkapita Kota Baubau Atas Harga Konstan
Tahun 2009-2013 (Juta Rupiah)
PDRB (Harga Jumlah Pendapatan Pertumbuhan Pedapatan
Tahun Konstan) Penduduk Perkapita Perkapita (%)
2009 7.114.360,00 712.688 6.393.849,85 -
2010 7.633.905,00 730.384 6.753.371,19 5,62
2011 8.178.880,13 748.312 7.122.524,31 5,46
2012 8.882.254,69 760.011 7.657.043,50 7,50
2013 9.785.333,89 779.023 8.299.527,57 8,39

Sumber : BPS Baubau, Baubau Dalam Angka 2013

Pendapatan perkapita sendiri adalah nilai yang diambil dari Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB) dibagi dengan jumlah penduduk pada suatu wilayah tertentu

dalam kurun waktu satu tahun. Pendapatan perkapita adalah data yang dipergunakan

untuk mengukur seberapa besar tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu daerah

tertentu serta seberapa besar perkembangan ekonomi yang timbul di wilayah tersebut.

Dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta mengukur tingkat

kesejahteraan di Kota Baubau dimana kondisi perekonomian daerah tersebut sangat

tergantung pada potensi dan sumber daya yang dimiliki, berbagai kebijakan serta

upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah khususnya pemerintah Kota Baubau.

Untuk mengetahui ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat maka perlu

41
41
dicermati seberapa besar pendapatan perkapita di Kota Baubau.

Pertumbuhan pendapatan perkapita setiap tahunnya mengalami fluktuasi dengan

tingkat pertumbuhan yang mengalami peningkatan. Dimana pada awal periode tahun

2009 jumlah pendapatan perkapita Kota Baubau sekitar Rp. 6.393.849,85 juta.

Selanjutnya tahun 2010 pendapatan perkapita mengalami peningkatan sebesar 5,62

persen menjadi Rp. 6.753.371,19 juta. Pada tahun 2011 pendapatan perkapita

meningkat lagi menjadi Rp. 7.122.524,31 juta atau 5,46 persen. Pada tahun 2012

pendapatan perkapita meningkat yakni Rp. 7.657.043,50 juta atau sebesar 7,50

persen. Pendapatan perkapita Kota Baubau mengalami peningkatan pada tahun

2013 yakni sebesar 8,39 persen menjadi Rp. 8.229.527,57 juta.

Pendapatan perkapita Kota Baubau relatif stabil, hal ini dikarenakan kondisi

pembangunan sera pertumbuhan ekonomi di Kota Baubau mengalami peningkatan

dari tahun ke tahun.

4.3 Perkembangan Investasi di Kota Baubau Tahun 2009-2013

Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan. Besarnya PMA dan PMDN

menunjukkan partisipasi swasta dalam pembangunan karena merupakan investasi

yang mereka lakukan.

Pembentukan modal atau investasi adalah mutlak diperlukan dalam usaha

mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, karena sangat dibutuhkan untuk

membiayai pembangunan dan agar produksi (output) nasional dapat ditingkatkan

maupun untuk perluasan tenaga kerja. Investasi merupakan dana yang digunakan

42
42
untuk tujuan-tujuan produktif dan diharapkan akan memberikan hasil berupa balas

jasa dan modal di masa yang akan datang.

Tabel 4.3
Perkembangan Investasi di Kota Baubau Tahun 2009-2013
Tahun PMA (Rp) PMDN (Rp) Total

2009 26.876.213.832 37.015.578.848 63.891.792.680

2010 38.286.933.850 41.330.192.155 79.617.126.005

2011 56.213.826.000 32.703.300.005 88.917.126.005

2012 56.267.701.500 54.152.500.000 110.420.201.500

2013 71.121.453.000 25.632.300.000 96.753.753.000


Sumber : Dinas Perindustrian,Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Baubau, berbagai seri (data diolah
kembali)
Dari data di atas dapat dilihat perkembangan investasi selama kurun

waktu tahun 2009-2013 menunjukkan bahwa investasi di Kota Baubau

berfluktuasi dari tahun ketahun. Pada tahun 2009 investasi sebesar Rp.

63.891.792.680, tahun 2010 investasi naik sebesar Rp. 79.617.126.005 atau

24,61 persen, tahun 2011 investasi naik sebesar Rp. 88.917.126.005 atau 11,68

persen lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2012 investasi

meningkat sebesar Rp. 110.420.201.500 atau 24,18 persen dari tahun sebelumnya,

tahun 2013 investasi menurun sejumlah Rp. 96.753.753.000 atau 12,38 persen.

Untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, maka investasi

PMA dan PMDN perlu diupayakan lebih banyak lagi. Untuk meningkatkan PMA

dan PMDN diperlukan upaya serius dalam mengambil langkah-langkah yang

dapat mendorong investor untuk berinvestasi lebih banyak lagi. Antara lain

dengan memberikan kemudahan untuk berinvestasi dan jaminan kepastian hukum.

Dengan demikian PMA dan PMDN dapat memberikan kontribusi yang lebih

43
43
besar dalam meningkatkan investasi di Kota Baubau dimasa mendatang yang

tentunya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi sehingga akhirnya

meningkatkan kesejahteraan rakyat.

4.4 Uji Statistik

Setelah memberikan gambaran umum mengenai perkembangan masing- masing

variabel yang dimaksudkan dalam penulisan ini, maka pada bagian ini akan dibahas

hasil yang diperoleh dalam pengujian dengan menggunakan SPSS16.0, kaitan

hubungan antara variabel dependent dan variabel independent serta untuk mengetahui

signifikansi antara variabel-variabel tersebut baik secara parsial maupun simultan.

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode regresi berganda,

yang menjadi variabel terikat (dependent) adalah investasi (Y) sedangkan untuk

variabel bebasnya (independent) adalah suku bunga kredit (X1) dan pendapatan

perkapita (X2). Setelah melakukan pengolahan data regresi, maka diperoleh hasil

sebagai berikut :

Tabel 4.4
Uji Statistik
Variabel Coeficient Std.Error t-Statistik Sig
Constanta -12.455 9.362 -1.330 0.225
Suku Bunga

Pendapatan

R = 0.904 R2 =0.816

Sumber : Hasil pengujian dengan menggunakan SPSS 16.0 (diolah dari


lampiran 2)

a. Uji R2

44
44
Kelayakan modal dapat diketahui dengan melihat nilai koefisien

determinasi (R2). Nilai yang ditemukan adalah 0.816 berarti 81,6 persen. Hal ini

berarti bahwa variasi seluruh variabel bebas/independent (Suku Bunga Kredit

dan Pendapatan Perkapita) dapat menjelaskan variasi-variasi terikat/dependent

(Investasi), sebesar 81,6 persen. Sisanya sebesar 18,4 persen ditentukan oleh

variabel atau faktor lainnya diluar model. Jika dilihat dari nilai koefisien

korelasi (R) model ini yaitu 0.904 berarti 90,4 persen. Hal ini dapat berarti

bahwa derajat keeratan hubungan antara variabel independent (Suku Bunga

Kredit dan Pendapatan Perkapita) dengan variabel dependent (Investasi) adalah

cukup kuat.

b. Uji-t

Uji-t digunakan untuk menguji tingkat signifikansi model secara parsial

atau menguji keberartian pengaruh variabel independent (Suku Bunga Kredit

dan Pendapatan Perkapita) terhadap variabel dependent (Investasi) . Maka

dilakukan uji-t dengan membandingkan thitung dengan ttabel, dengan df=7 dan

pada taraf nyata 0,05 (5%). Maka diperoleh ttabel 1.895 untuk t hitung suku

bunga kredit 3.086 sedangkan thitung pendapatan perkapita 4.743. Artinya t

hitung > tabel maka suku bunga lebih besar dari pendapatan perkapita.

c. Uji F

Untuk mengetahui tingkat kecenderungan variabel independent (Suku

Bunga Kredit dan Pendapatan Perkapita) terhadap variabel dependent (Investasi)


45
45
maka digunakan uji-f. Hasil pengujian secara simultan dengan df=7 untuk

penyebut dan df=2 untuk pembilang pada taraf nyata yang digunakan adalah 0,05

(5%). Sehingga Fhitung 15.568 . Ftabel 4.74 H0 diterima H1 ditolak. Hal ini

berarti bahwa secara simultan variabel-variabel independent (Suku Bunga Kredit

dan Pendapatan Perkapita) memiliki pengaruh yang berarti terhadap variabel

dependent (Investasi).

4.5 Pengaruh Suku Bunga Kredit Terhadap Investasi di Kota Baubau Tahun 2009-

2013

Hasil pengujian statistik variabel suku bunga kredit menunjukkan bahwa

pengaruh suku bunga kredit terhadap investasi adalah positif dan signifikan,

dengan tingkat signifikansinya 0.018, dengan asumsi variabel lain tetap. Pengaruh

signifikan ini menunjukkan bahwa kenyataan yang ada disampel sama dengan

kenyataan dipopulasi.

Suku bunga kredit memiliki pengaruh yang positif. Hal ini berarti tidak sesuai

dengan teori yang menyatakan suku bunga memiliki pengaruh yang negatif

terhadap investasi. Dan dari hasil penelitian sebelumnya (Nurinayah, 2004) yang

melakukan suatu penelitian tentang pengaruh suku bunga dan PDB terhadap investasi

Tahun 1983-2000. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan yang

negatif antara suku bunga terhadap investasi. Hubungan antara suku bunga kredit dan

investasi dapat dilihat pada gambar 4.5

Gambar 4.5
Perbandingan Trend Suku Bunga Kredit Terhadap Investasi di
Kota
46
46
Baubau Tahun 2009-2013

Gambar 4.5 di atas menunjukkan hubungan antara suku bunga kredit dan

investasi. Suku bunga kredit tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap investasi.

Hal ini dapat dilihat ketika suku bunga kredit pada tahun 2009 sebesar 18,53 persen

dan pada tahun 2010 menjadi 17,56 persen namun investasi tetap meningkat

walaupun tidak terlalu besar.

Ahli-ahli ekonomi klasik tentang perubahan-perubahan dapat dengan mudah

berlaku terhadap tingkat bunga akan menjamin terciptanya keseimbangan antara

jumlah tabungan dari sektor rumah tangga dan jumlah investasi yang dilakukan

pengusaha karena tingkat bunga menentukan besarnya tabungan maupun investasi

yang akan dilakukan dalam perekonomian. Pada investasi, semakin tinggi tingkat

bunga maka keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil (Nopirin, 1992).

4.6 Pengaruh Pendapatan Perkapita Terhadap Investasi di Kota Baubau Tahun

2009-2013

Pendapatan perkapita memilki pengaruh yang besar terhadap investasi. Hal ini

47
47
dapat dilihat dari hasil pengujian statistik. Dimana pendapatan perkapita memiliki

hubungan yang positif dan signifikan, dengan tingkat signifikansinya 0.002

dengan asumsi variabel lain tetap. Pengaruh yang sangat signifikan ini

menunjukkan bahwa kenyataan yang ada di sampel sama dengan kenyataan di

populasi.

Hal ini berarti sesuai dengan teori dimana pendapatan perkapita memiliki

pengaruh positif terhadap investasi. Semakin meningkatnya pendapatan

perkapita maka investasi meningkat.

PDRB mencakup gabungan dari seluruh sektor perekonomian satu daerah,

sehingga dapat dilihat peranan masing-masing sektor dalam memberikan

penghidupan kepada penduduk. Di dalam sistem perekonomian, kegiatan ekonomi

dapat dikelompokkan kedalam beberapa kegiatan seperti memproduksi barang

dan jasa, konsumsi barang dan jasa serta kegiatan investasi.

Pendapatan perkapita Kota Baubau relatif stabil, hai ini dikarenakan kondisi

pembangunan serta pertumbuhan ekonominya mengalamai peningkatan dari tahun ke

tahun sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat.

Dengan demikian besar kecilnya tingkat PDRB suatu daerah sangat menentukan

besar kecilnya tabungan yang dihimpun oleh daerah tersebut, yang kemudian dapat

berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Dimana ketika

jumlah PDRB suatu daerah akan meningkat, jumlah pendapatan perkapita daerah juga

akan meningkat.

Harrod Domard mengembangkan analisis Keynes yang menekankan perlunya

penanaman modal dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi. Setiap usaha harus


48
48
menyelamatkan proporsi tertentu dari pendapatan nasional yaitu untuk menambah

stok modal yang akan digunakan dalam investasi yang baru.

49
49
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Suku Bunga Kredit menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

investasi. Peningkatan suku bunga kredit akan memberikan dampak terjadinya

peningkatan investasi di Kota Baubau selama periode pengamatan. Hal ini

didukung oleh pandangan teoritis dari kaum Klasik bahwa suku bunga menentukan

besarnya tabungan maupun investasi yang dilakukan dalam perekonomian.

2. PDRB Perkapita menunjukkan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

investasi. PDRB perkapita akan berdampak pada peningkatan nilai investasi di

Kota Baubau selama periode pengamatan. Hal ini terutama didukung oleh

terciptamya iklim investasi yang bagus dan baik, berarti pendapatan yang

meningkat cenderung mendorong masyarakat untuk meningkatkan konsumsinya

walaupun itu dicapai melalui penggunaan kredit.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran yang dapat

dipertimbangkan :

1. Peran aktif pemerintah dan perbankan dalam memotivasi masyarakat akan

pentingnya tabungan dan mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan

investasi.

50
50
2. Pemerintah Kota Baubau diharapkan dapat meningkatkan PDRB, dimana

PDRB merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Peningkatan PDRB tersebut dapat mendorong meningkatnya pendapatan perkaptita

Kota Baubau. Hal ini dapat mendorong meningkatnya aktivitas perekonomian yang

berujung pada peningkatan pembangunan ekonomi.

3. Untuk studi berikutnya, diharapkan perlu untuk mengkaji faktor atau variabel

bebas yang lain terhadap investasi, misalnya inflasi.


DAFTAR PUSTAKA

Boediono. 1998. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2 Ekonomi Makro. PT BPFE.
Yogyakarta

Hermanta dan Ekananda. 2003. Disintermediasi Fungsi Perbankan di Indonesia Pasca


Krisis 1997 : Faktor Permintaan atau Penawaran Kredit dengan Model
Equilibrium. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Vol.8 No.1
Juni 1410-8046

Jamli. 2001. Keuangan Internasioanal. PT.BPFE. Yogyakarta

Jhingan. 1999. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT.Rajawali Pers.


Jakarta

Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan (Edisi Kelima). PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta

Manullang. M. 1993. Ekonomi Moneter. Ghalia Indonesia. Jakarta

Nopirin. 1992. Ekonomi Moneter (Edisi Ketiga). PT. BPFE. Yogyakarta

------------2000. Ekonomi Moneter II. PT. BPFE. Yogyakarta

Pass, Christopher, dkk. 1998. Kamus Lengkap Ekonomi (Edisi Kedua). Erlangga.
Jakarta

Pressman, Steven. 2000. Lima Puluh Pemikiran Ekonomi Dunia. PT. Raja Grafindo.
Jakarta

Rimoky, K Judisseno. 2002. Sistem Moneter dan Perbankan di Indonesia. PT Gramedia


Pustaka Utama. Jakarta.

Samuelson, A. 1990. Makro Ekonomi (Edisis Ketiga). Erlangga. Jakarta

Sukirno, Sadono. 1981. Ekonomi Pembangunan. Borta Gorat. Medan

--------------------------2008. Pengantar Teori Makro Ekonomi (Edisi Ketiga). PT. Raja


Grafindo Persada. Jakarta
Susilo, Y.Sri Triandaru, dan A. Toto Budi Santoso. 2006. Bank dan Lembaga
Keuangan Lain. Salemba Empat. Jakarta

Suyatno, Thomas, dkk. 1993. Dasar-Dasar Perkreditan (Edisi Keempat). PT.


Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Tarigan, Robinson. 2005. Ekonomi Regional Edisis Revisi. PT Bumi Aksara. Jakarta

Winardi. 1988. Pengantar Ilmu Ekonomi. Tarsito. Bandung

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Ed.6, PT. Raja   Grafindo   Persada,
Jakarta, 2002, hlm.23.

Kasmir, Manajemen Perbankan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,2000,


hlm.11GM.Verryn Stuart dalam Thomas Suyatno dkk, Kelembagaan
Perbankan, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1993, hlm.1.

Thomas Mayer dkk, Money, Banking and The Economy, W.W. Norton & Company,
New York, London, 1987, hal.26.

Frederic S. Mishkin, The Economics Of Money, Banking, And Financial


Markets, Fourth Sdition, Colombia University, 1995, hal. 9.

Howar D. Cross dan George H. Hempel, Management Politicies for Commercial Bank,


Prentice Hall, Inc, Englewood Cliffs, N.J. 1973, hl.3

American Bankers Association, Principle of Bank Operation, American Institute of


Banking, USA, 1971, hlm. 9-20.

Oliver G. Wood, Jr. Commercial Banking, D. Van Nostrand Company, New


York,1978, hlm.  12.

O.P. Simorangkir, kamus Perbankan, Cet. II, Jakarta : Bina Aksara, 1989, hlm. 33.
LAMPIRAN 1

DATA TIME SERIES

Suku Bunga Pendapatan


Tahun Investasi Kredit Perkapita
2009 63,891,792,680 18.53 6.39384560
2010 79,617,126,005 17.56 6.75337330
2011 88,917,126,005 17.51 7.12252431
2012 110,420,201,500 15.92 7.65704350
2013 96,753,753,000 14.34 8.29952757

Suku Bunga Ln Pendapatan


Tahun Ln Investasi Kredit Perkapita
2009 24.88 18.53 1.86
2010 25.10 17.56 1.91
2011 25.21 17.51 1.96
2012 25.43 15.92 2.04
2013 25.30 14.34 2.12

5
5
LAMPIRAN 2

HASIL PENGOLAHAN DATA MENGGUNAKAN SPSS


16.0
Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate
a
1 .904 .816 .764 .65172
a. Predictors: (Constant), Pendapatan Pekapita, Suku Bunga Kredit

ANOVA b

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 13.225 2 6.612 15.568 .003

Residual 2.973 7 .425

Total 16.198 9
a. Predictors: (Constant), Pendapatan Pekapita, Suku Bunga Kredit

b. Dependent Variable: Investasi

Coefficients t

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) -12.455 9.362 -1.330 .225

Suku Bunga Kredit .796 .258 1.199 3.086 .018

Pendapatan Pekapita 12.321 2.598 1.843 4.743 .002


a. Dependent Variable: Investasi

5
6

Anda mungkin juga menyukai