Anda di halaman 1dari 15

Pengaruh Prospek Penerbitan Obligasi Pemerintah Daerah Kota

Bengkulu

NAMA PENULIS :

Dede Fitra Nurmansyah (C0C021059)

Dosen Pengampu: Abdullah,SE.,M.Si.,Ak.,CA

PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2023
Pengaruh Prospek Penerbitan Obligasi Pemerintah Daerah Kota Bengkulu

Dede fitra nurmansyah

PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2023
ABSTRAK
Karya tulis ini membahas pengaruh prospek penerbitan obligasi pemerintah
daerah di Kota Bengkulu. Penerbitan obligasi pemerintah daerah telah
menjadi salah satu instrumen penting dalam membiayai proyek-proyek
pembangunan infrastruktur dan layanan publik. Tujuan utama karya tulis ini
adalah untuk menganalisis prospek penerbitan obligasi pemerintah daerah
oleh Pemerintah Daerah Kota Bengkulu, dengan fokus pada aspek
keuangan, risiko, dan manfaat yang terkait.Studi ini mengadopsi pendekatan
deskriptif-analitis dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data
primer diperoleh melalui wawancara dengan pejabat pemerintah daerah dan
lembaga keuangan terkait, sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui
studi kepustakaan dan analisis laporan keuangan. Metode analisis yang
digunakan termasuk analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities,
Threats), analisis risiko, dan analisis keuangan.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerbitan obligasi pemerintah daerah oleh Pemerintah
Daerah Kota Bengkulu memiliki prospek yang menjanjikan. Kota Bengkulu
memiliki potensi sumber pendapatan yang kuat, termasuk dari sektor
pariwisata, perkebunan, dan industri. Selain itu, proyek-proyek
pembangunan yang direncanakan oleh pemerintah daerah dapat
memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat.Namun, terdapat
beberapa tantangan dan risiko yang perlu diperhatikan. Beberapa di
antaranya meliputi risiko kredit, risiko likuiditas, dan risiko pasar. Selain
itu, adanya ketidakpastian regulasi dan perubahan kebijakan juga dapat
mempengaruhi prospek penerbitan obligasi. Oleh karena itu, pemerintah
daerah perlu melakukan analisis yang komprehensif dan mengadopsi
strategi manajemen risiko yang efektif.Dalam hal manfaatnya, penerbitan
obligasi pemerintah daerah dapat memberikan akses terhadap pendanaan
jangka panjang dengan suku bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan
pinjaman bank. Dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi dapat
digunakan untuk membiayai proyek-proyek strategis dan mendukung
pertumbuhan ekonomi daerah.Secara keseluruhan, prospek penerbitan
obligasi pemerintah daerah Kota Bengkulu memiliki potensi yang
menjanjikan, namun perlu dikelola dengan hati-hati. Pemerintah daerah
perlu memperhatikan faktor-faktor risiko dan mengadopsi strategi yang
tepat dalam mengelola obligasi pemerintah daerah untuk memastikan
keberhasilan proyek dan keberlanjutan pembangunan di Kota Bengkulu.
Kata Kunci: Obligasi pemerintah daerah, Pemerintah Daerah Kota Bengkulu, Proyek
pembangunan, Keuangan daerah, Risiko keuangan.
DAFTAR ISI

Daftar Isi·····································································
BAB I Pendahuluan·························································
A. Latar Belakang······················································
B. Rumusan Masalah··················································
C. Tujuan Penulisan····················································
D. Manfaat Penulisan··················································
E. Ruang Lingkup Penelitian·········································
BAB II Tinjauan Pustaka··················································
A. Definisi Obligasi daerah···········································
B. Karakteristik Obligasi Daerah····································
C. Jenis Obligasi Daerah··············································
BAB III Metode Penulisan················································
A. Jenis Penulisan·····················································
B. Populasi Dan Sampel··············································
C. Metode Penelitian···················································
D. Teknik Analisis·····················································
E. Prosedur Pengumpulan Data······································
F. Analisis Data·························································
BAB IV Pembahasan·······················································
BAB V Kesimpulan························································
DAFTAR PUSTAKA······················································
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah mempunyai hak dan


kewajiban untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya, namun menemui
keterbatasan dalam sumber pendanaan. Sebagian besar daerah kabupaten dan kota
sangat bergantung pada danaperimbangan yang diberikan Pemerintah Pusat, baik itu
Dana Bagi Hasil, DAU dan DAK. Sumber pemasukan lainnya yakni berasal dari
Pendapatan Asli Daerah yang juga terbatas. Hal ini di karenakan ketiga sumber
pendanaan tersebut banyak terserap pada belanja rutin. Dengan kondisi keuangan
tersebut tentunya sulit bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan berbagai proyek
pembangunan karena keterbatasan anggaran. Pemerintah daerah memiliki tanggung
jawab penting dalam membiayai pembangunan infrastruktur dan penyediaan layanan
publik bagi masyarakat. Namun, seringkali terbatasnya sumber daya keuangan
menjadi hambatan dalam mencapai tujuan tersebut. Untuk mengatasi keterbatasan ini,
penerbitan obligasi pemerintah daerah telah menjadi alternatif yang semakin populer
dalam memperoleh pendanaan jangka panjang.

Pemerintah Daerah Kota Bengkulu, sebagai salah satu pemerintah daerah di


Indonesia, juga menghadapi tantangan serupa. Kota Bengkulu memiliki potensi yang
signifikan dalam sektor pariwisata, perkebunan, dan industri. Namun, untuk
mewujudkan potensi tersebut, diperlukan dukungan pendanaan yang memadai. Dalam
konteks ini, penerbitan obligasi pemerintah daerah dapat menjadi solusi yang menarik
untuk memperoleh pendanaan jangka panjang yang diperlukan untuk mendukung
proyek pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Kota Bengkulu. Adanya Undang-
Undang Nomor 33 tahun 2004 yang menggantikan Undang-Undang Nomor 25
tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah memberikan sebuah peluang kepada pemerintah daerah untuk menggali
dana (Fund Raising) dalam rangka pembangunan dan pengembangan daerah melalui
penerbitan obligasi daerah seperti yang dituangkan dalam pasal 57 Undang- Undang
tersebut yang lebih rinci mengatur obligasi daerah sebagai salah satu sumber
pembiayaan daerah. Obligasi daerah sebagai sumber dana, sudah lama dijadikan
wacana dan bahan pembicaraan, baik di forum-forum formal baik didaerah maupun
dipusat. Jika penerbitan obligasi daerah dapat direalisasikan, maka dalam struktur
APBD obligasi daerah merupakan salah satu alternatif sumber pembiayaan dan
tentunya dapat pula menjadi dukungan keuangan bagi pemerintah daerah.Secara resmi
pemerintah daerah sudah dapat mempersiapkan penerbitan dan penjualan obligasi
daerah ke masyarakat sejak ditetapkannya ketentuan itu dalam rapat Paripurna DPR
yang mengesahkan amandemen pasal 51 UU Nomor 25 tahun 1999.Walaupun
peraturan pemerintah yang mengatur tentang mekanisme penerbitan dan penjualan
obligasi daerah baru diterbitkan tahun 2006. Menyikapi peluang penerbitan obligasi
daerah tersebut, beberapa Pemerintah Propinsi di Indonesia bahkan telah melakukan
kajian persiapan untuk menerbitkan obligasi, diantaranya pemerintah Propinsi Riau,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur dan beberapa Pemerintah Propinsi
lainnya. Untuk Pemerintah Propinsi sudah seharusnya melakukan kajian yang sama
tentang kemungkinan penerbitan obligasi daerah sebagai salah satu sumber
pembiayaan pembangunan. Kajian ini menjadi sangat urgen, karena pada pasal 59
ayat 1 Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 diatur bahwa pemerintah pusat tidak
menjamin obligasi daerah, sehingga jika Pemerintah daerah ingin menggunakan
instrumen obligasi sebagai sumber pembiayaan, maka harus benar-benar
memperhatikan aspek kemampuan keuangan dan manajemen keuangan pemerintah
daerah Untuk menjawab pertanyaan apakah pemerintah daerah layak untuk
menerbitkan obligasi daerah, maka diperlukan suatu kajian yang hasilnya perlu
dipertimbangkan sebagai dasar kebijakan bagi Pemerintah daerah dalam menerbitkan
obligasi daerah. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah
1) Menganalisi kelayakan obligasi daerah sebagai sumber dana pembangunan di
daerah;
2) Mengidentifikasi peluang dan potensi pemerintah daerah dalam penerbitan
obligasi daerah;dan
3) Menganalisis strategi-strategi yang perlu ditempuh pemerintah dalam rangka
penerbitan obligasi daerah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja prospek penerbitan obligasi pemerintah daerah oleh Pemerintah Daerah
Kota Bengkulu?
2. Apa saja faktor keuangan yang perlu diperhatikan dalam penerbitan obligasi
pemerintah daerah di Kota Bengkulu?
C. Tujuan Penulisan

1. Menganalisis prospek penerbitan obligasi pemerintah daerah oleh Pemerintah


Daerah Kota Bengkulu dari segi keuangan, risiko, dan manfaat yang terkait.
2. Menjelaskan faktor-faktor keuangan yang perlu dipertimbangkan dalam penerbitan
obligasi pemerintah daerah di Kota Bengkulu.

D. Manfaat Penulis
Memberikan pengetahuan lebih kepada penulis terkait prospek penerbiatan obligasi
Memberikan pengetahuan lebih kepada penulis terkait peningkatan dana
pembangunan di Kota Bengkulu’

E. Ruang Lingkup Penelitian


Dalam pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah mempunyai hak dan
kewajiban untuk mengatur dan mengurus pemerintahnya, namun menemui
keterbatasan dalam sumber perdanaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Obligasi Daerah

Untuk memperoleh pemahaman mengenai efektivitas pembiayaan infrastruktur daerah


melalui obligasi daerah, diperlukan pemahaman tentang konsep efektivitas dan
relevansinya dalam ilmu ekonomi. Menurut Emerson dalam Handayaningrat (1994),
efektivitas dapat diartikan sebagai ukuran dalam mengevaluasi tingkat pencapaian tujuan
yang telah direncanakan sebelumnya. Hidayat (1986) juga menyatakan bahwa efektivitas
dapat dilihat dari sejauh mana target (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah tercapai;
semakin tinggi tingkat pencapaian target, semakin tinggi tingkat efektivitasnya.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat pencapaian target, semakin rendah tingkat
efektivitasnya. Dalam konteks ini, efektivitas mencakup perencanaan, usaha untuk
mencapai target yang telah direncanakan, dan evaluasi terhadap pencapaian yang telah
diraih.

Siagian (2008) mengemukakan bahwa ukuran efektivitas dalam mencapai tujuan,


termasuk tujuan penerbitan obligasi daerah, dapat dirumuskan dan disesuaikan. Pertama,
perlu adanya tujuan yang jelas dan dapat dicapai. Obligasi daerah memiliki tujuan yang
dipahami oleh masyarakat, namun harus memperhatikan faktor-faktor internal dan
eksternal yang dapat mempengaruhi jalannya proses penerbitan. Sebagai contoh, dalam
kondisi pandemi seperti sekarang, prioritas penganggaran daerah telah berubah dan lebih
fokus pada penanganan pasien COVID-19. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan
kembali urgensi pembangunan infrastruktur daerah, apakah dapat ditunda atau tetap
dilaksanakan. Kedua, diperlukan kejelasan strategi dalam mencapai tujuan. Strategi ini
harus dinyatakan dengan jelas agar tidak menyimpang dari tujuan awal. Dalam hal
penerbitan obligasi daerah, proses penerbitan harus dideklarasikan secara transparan
kepada masyarakat agar mereka dapat mengawasi penggunaan dana melalui obligasi
daerah dan memastikan bahwa pemda melakukan sesuai dengan rencana, yaitu untuk
pembangunan infrastruktur daerah. Ketiga, perlu tersedia sarana dan prasarana yang
mendukung keberhasilan penerbitan obligasi daerah itu sendiri. Pemda harus
menyediakan akses informasi APBD yang terbuka melalui laman resmi, mengadakan
forum diskusi dengan masyarakat untuk mendengar aspirasi dan keluhan terkait
penggunaan dana obligasi daerah, serta bertanggung jawab dengan menyusun laporan
sistematis.

Dalam konteks keuangan daerah, efektivitas obligasi daerah dapat diartikan sebagai
upaya pemda untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan infrastruktur di daerah
tersebut melalui pembiayaan utang, dengan pemda sebagai debitur dan masyarakat
setempat sebagai kreditur. Meskipun pemda berutang, utang tersebut tidak sama dengan
utang rumah tangga masyarakat, karena utang tersebut merupakan utang produktif yang
bonafide dan memiliki potensi penerimaan bagi daerah. Oleh karena itu, pemda perlu
mengidentifikasi proyek dan merencanakannya dalam jangka menengah hingga jangka
panjang, serta melakukan tindakan konkret dalam pembangunan dan evaluasi terhadap
upaya tersebut. Perencanaan tersebut dapat diwujudkan melalui penyusunan APBD yang
bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mewujudkan pemerataan
ekonomi. Namun, terdapat banyak pertimbangan dan perbedaan kepentingan yang
menghambat pelaksanaan penerbitan obligasi daerah, yang akan dibahas lebih lanjut
pada bagian berikutnya.
B. Karakteristik Obligasi Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah,


mengamanatkan bahwa obligasi daerah yang diterbitkan hanya jenis obligasi
pendapatan (revenue bonds).Kegiatan yang didanai melalui penerbitan obligasi daerah
harus menghasilkan penerimaan, namun tidak harus mencapai pemulihan biaya penuh
(full cost recovery). Peraturan yang sama juga mengamanatkan bahwa apabila
kegiatan belum menghasilkan dana yang cukup untuk membayar pokok, bunga, dan
denda maka pembayaran dilakukan dari APBD. Secara khusus, Obligasi Daerah
memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. merupakan pinjaman jangka panjang yang berasal dari masyarakat (lebih dari
satu tahunsesuai dengan syarat perjanjian pinjaman yang bersangkutan). Obligasi
di Indonesiaumumnya mempunyai jangka waktu sekitar 5 tahun atau lebih;
2. diterbitkan melalui penawaran umum kepada masyarakat di pasar modal dalam
negeri;
3. dikeluarkan dalam mata uang rupiah;
4. hasil penjualan digunakan untuk membiayai investasi sektor publik yang
menghasilkanpenerimaan dan memberikan manfaat bagi masyarakat; dan
5. nilai obligasi daerah pada saat jatuh tempo sama dengan nilai nominal obligasi
daerah padasaat diterbitkan.
C. Jenis Obligasi Daerah

Menurut Sunariyah(2004), jenis kontrak perjanjian (bond indenture) antara


pembeli dan penjual obligasi menentukan jenis obligasi yaitu :

1. CollateralPerusahaan penerbit obligasi apabila menjamin sejumlah aset milik


perusahaan untukmenutup pembayaran jatuh tempo obligasi.
2. DebenturePerusahaan penerbit obligasi apabila tidak menjamin dengan sejumlah
aset tertentu, akantetapi dijamin dengan tingkat kwalitas perusahaan.
3. Subordinate Debenture Perusahaan penerbit obligasi menentukan siapa yang
terlebih dahulu prioritas dibayar apabilaperusahaan bangkrut. Subordinate
debenture dibayar setelah debenture.
4. Obligasi Pendapatan (Income Bonds)Obligasi jenis ini, tidak dijamin dengan aset
tertentu, tidak mempunyai kewajiban bunga secara periodik membayar bunga
apabila mencapai laba yang cukup dan tidak ada utang lainnya, apabila periode
yang lalu tidak mampu membayar.
BAB III
METODE PENULISAN

A. JENIS PENULISAN
Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif,Menurut Narbuko
(2015, hlm. 44), “penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk
mengucapkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data dengan
menyajikan, menganalisis serta menginterpretasikannya”

B. POPULASI DAN SAMPEL


Populasi dalam penelitian ini adalah data keuangan pemerintah daerah Kota
Bengkulu.
Sample adalah bagian dari jumlah karateristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Pengambilan sample ini dilakukan jika pada penelitian terdapat jumlah
populasi yang bear dan memiliki keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian. Adapun
kriteria pengambilan sample ini haruslah benar-benar representatif, sehingga data
yang diambil dapat mewakili keseluruhan populasi yang ada.

C. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni metode kualitatif.
Menurut Sugiyono (2019:18), mengemukakan bahwa: “Metode penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci” Moleong (2014: 4) mendefinisikan bahwa: “Metodologi kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”.

D. TEKNIK ANALISIS
Menurut (Sugiyono, 2014), Analisis data adalah serangkaian proses pencarian
dan penyusunan data secara sistematis untuk memperoleh kesimpulan yang mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Data yang dianalisis biasanya didapatkan dari hasil dokumentasi, wawancara,
observasi, diskusi ilmiah, maupun teknik pengumpulan data lainnya. Dalam ilmu
statistika dijelaskan bahwa teknik analisis data adalah serangkaian proses
pengumpulan, pemodelan, dan penyusunan data secara sistematis untuk
mendukung penarikan kesimpulan yang mudah dipahami.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian


kualitatif yaitu teknik analisis yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara
mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian
generalisasi.

E. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang Paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tapa
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data dapat dilakukan melalui
setting dari berbagai sumber, dan berbagai cara. Adapun teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi.

Studi Dokumentasi
Hasil penelitian dari observasi atau wawancara akan lebih kredibel atau dapat
dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan dimasa kecil, di sekolah, di
tempat kerja, di masyarakat atau autobiografi.
Hail penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto
atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Dalam penelitian in studi dokumen
akan mendukung hasil dari wawancara dan observasi. Oleh karena itu peneliti
memakai teknik studi dokumen dalam pengumpulan data.

F. ANALISIS DATA
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki
lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Namun dalam
penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses dilapangan
bersamaan dengan pengumpulan data. Dalam kenyataannya analisis data kualitatif
berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah selesai pengumpulan
data.
Analisis data dalam penelitian merupakan salah satu langkah yang penting dan
sangat menentukan. Analisis data adalah rangkaian kegiatan untuk mengatur,
mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode atau tanda, dan
mengkatagorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau
masalah yang ingin dijawab.
Adapun tahapan analisis data selama proses dilangan bersamaan
dengan pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)


Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang
yang tidak perlu, Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya.
2. Kesimpulan/Verifikasi (Conclusion/Verification)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman
adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan yang dibuat oleh peneliti
apabila didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Kedua tahapan kegiatan analisis
in saling berhubungan satu dengan yang lainnya dan berlangsung secara kontinue
selama penelitian dilakukan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Prospektus merupakan informasi tertulis yang berhubungan dengan penawaran umum
dengan tujuan untuk mempengaruhi pihak lain agar membeli Efek. Prospektus Awal
Obligasi Daerah dan/atau Sukuk Daerah adalah dokumen tertulis yang berisi seluruh
informasi dalam Prospektus yang disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan sebagai
bagian dari pernyataan pendaftaran, kecuali informasi mengenai nilai nominal, jumlah
dan harga penawaran efek, penjaminan emisi efek, tingkat suku bunga obligasi dan/atau
imbal hasil sukuk, atau persyaratan penawaran lainnya yang belum dapat ditentukan.
Prospektus Ringkas adalah ringkasan dari isi Prospektus Awal.Penawaran Umum adalah
kegiatan penawaran Efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual Efek kepada
masyarakat sesuai dengan tata cara yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya. Obligasi Daerah adalah
obligasi daerah sesuai dengan Peraturan Pemerintah mengenai pinjaman daerah.

Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan


pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Proses penerbitan obligasi
daerah menghadapi kendala terutama terkait peraturan administrasi, institusi, dan
kualitas sumber daya manusia yang terlibat dalam pengelolaan obligasi tersebut.

Dalam mengkaji obligasi daerah, paradigma yang digunakan hampir sama dengan
obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat atau perusahaan. Perbedaannya terletak
pada penerbitnya, di mana obligasi daerah diterbitkan oleh pemerintah daerah (pemda).
Obligasi daerah merupakan pinjaman jangka menengah hingga jangka panjang, di mana
masyarakat daerah menjadi kreditur dan pemda menjadi debitur. Pemda memiliki
kewajiban untuk membayarkan pinjaman beserta imbal hasil kepada masyarakat. Penting
untuk ditekankan bahwa obligasi daerah digunakan hanya untuk membiayai investasi di
sektor publik yang menghasilkan penerimaan dan manfaat bagi masyarakat setempat.

Dasar hukum yang relevan dalam obligasi daerah antara lain Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Selain itu, terdapat
peraturan turunan lainnya seperti Peraturan Menteri Keuangan (PMK) RI
147/PMK.07/2006 tentang Tata Cara Penerbitan, Pertanggungjawaban, dan Publikasi
Informasi Obligasi Daerah, serta peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) lainnya.
BAB V
KESIMPULAN

Dengan penerbitan obligasi daerah, pemerintah daerah bertujuan untuk mendapatkan


dana pembangunan dari masyarakat. Di sisi lain, masyarakat sebagai investor akan
memperoleh keuntungan berupa pendapatan bunga dan pengembalian pokok obligasi,
serta keuntungan dari proyek pemerintah daerah yang didanai oleh dana obligasi
tersebut.

Penerbitan obligasi daerah membutuhkan asas legalitas, yang menjadi landasan


hukum untuk mengatur semua hal terkait obligasi pemda. Hal ini mencakup hak dan
kewajiban penerbit obligasi (pemda) serta hak dan kewajiban investor, sehingga dapat
mencegah terjadinya kerugian. Selain itu, perlu memperhitungkan pasar obligasi
pemda, di mana perdagangan obligasi di Indonesia sering dilakukan di bursa paralel.
Oleh karena itu, diperlukan penggerak pasar (market maker) agar obligasi daerah
menjadi instrumen keuangan yang likuid dan dapat diperdagangkan dengan mudah di
bursa.

Transparansi keuangan pemda dan sosialisasi kepada masyarakat juga merupakan hal
yang sangat penting. Hal ini bertujuan agar investor benar-benar mengetahui sejauh
mana kemampuan pemda dalam memenuhi kewajiban pembayaran bunga dan pokok
obligasi daerah yang diterbitkan. Dengan adanya transparansi dan sosialisasi yang
baik, investor dapat membuat keputusan yang lebih informan tentang investasi dalam
obligasi pemda..
Daftar Pustaka

Adi, Tri. (2019). “Membedah Obligasi Daerah”. Diambil dari


analisis.kontan.co.id/ news/membedah-obligasi-daerah pada 6 April 2020.
Prof Dr. Sugiyono. Metodelogi Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta, 2013

Anda mungkin juga menyukai