Anda di halaman 1dari 7

ADPU4333-3

NASKAH TUGAS MATA KULIAH


UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2022/23.2 (2023.1)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Kode/Nama MK : ADPU4333/Administrasi Keuangan
Tugas 3

No. Soal
1. Untuk soal no. 1, silahkan amati gambar berikut

Sumber: https://pekalongankota.go.id/halaman/struktur-pemerintahan.html

Pertanyaan:

Siapa saja pemegang kekuasaan atas pengelolaan keuangan daerah untuk contoh kasus Pemerintah Kota
Pekalongan, dan bagaimana tugas dari setiap pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah tersebut!

1 dari 3
ADPU4333

2. Dalam Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun 2021 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dinyatakan bahwa:

Pada Tahun 2021, kebijakan keuangan Daerah difokuskan pada kebijakan yang memperhatikan kapasitas fiskal
yang utamanya memfokuskan pada Pendapatan Asli Daerah, Pendapatan Transfer dan Lain-lain Pendapatan
Daerah Yang Sah. Kebijakan Belanja Daerah juga diarahkan untuk pemenuhan kebijakan Belanja Wajib, Mengikat
dan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain itu juga difokuskan pada Belanja untuk penanggulangan
dampak pandemi covid-19 dan mendukung peran Jakarta sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia serta
mendukung kebijakan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat serta belanja untuk memenuhi ketentuan-
ketentuan lain yang sifatnya Wajib dan Mengikat. Sedangkan kebijakan pembiayaan pembangunan Daerah yang
terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan diarahkan untuk tetap menjaga stabilitas fiskal
Daerah sehingga pembangunan Daerah dapat berjalan berkesinambungan. Selain itu pembiayaan pembangunan
mengedepankan prinsip akuntubilitas, transparansi, kepatutan dan kewajaran, efisien dan efektif.

Sumber: Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun 2021 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Pertanyaan:

a. Dengan menggunakan kebijakan keuangan/teori, bagaimanakah keterkaitan antara tahap


penyusunan Kebijakan Umum APBN (KUA) dengan tahap lainnya dalam penyusunan rancangan
APBD?
b. Dengan menggunakan teori, apakah penyusunan rancangan APBD tersebut telah sesuai dengan
anggaran berbasis kinerja?

3. Silahkan anda amati data berikut mengenai perkembangan dana transfer ke daerah dan dana desa 2016-2021

Sumber: Sumber: Nota Keuangan Beserta APBN TA 2021

Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan Indeks Kemandirian Fiskal (IKF) untuk Tahun Anggaran 2018 dan
2019 yang dilakukan oleh BPK, menunjukkan bahwa: terdapat kesenjangan kemandirian fiskal antar daerah yang
sangat tinggi, dan sebagian besar Pemerintah Daerah belum mandiri.

2 dari 3
ADPU4333-3

Sumber: Laporan Hasil Reviu Atas Kemandirian Fiskal Pemerintah Daerah Tahun Anggaran 2018 dan 2019
(BPK, 2020)

Pertanyaan:
a. Berdasarkan teori dan data tersebut, berikan pandangan anda apakah makna desentralisasi
fiskal/kemandirian daerah di Indonesia telah tercapai?

b. Berikan juga pandangan anda, bagaimana seharusnya upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah untuk
meningkatkan setiap jenis pendapatan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD)? (catatan: gunakan dasar
hukum yang berlaku untuk mengetahui jenis-jenis pendapatan dalam PAD)

4. Untuk soal no. 4, silahkan pahami data berikut:

Sumber: Nota Keuangan Beserta APBN Tahun Angaran 2021

Pertanyaan:

Mengapa terdapat perbedaan alokasi Dana bagi hasil (DBH) yang diterima oleh Pemerintah Daerah? Catatan:

gunakan juga konsep perimbangan keuangan pusat dan daerah

3 dari 3
ADPU4333-3

JAWAB :

1).

1. Walikota: Sebagai kepala eksekutif daerah, Walikota Pekalongan memiliki peran penting dalam
pengelolaan keuangan daerah. Beberapa tugas Walikota terkait pengelolaan keuangan daerah antara lain:
- Merumuskan kebijakan keuangan daerah.
- Mengajukan dan mengevaluasi Rancangan APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).
- Mengawasi pelaksanaan anggaran daerah.
- Bertanggung jawab atas pertanggungjawaban keuangan daerah.

2. Sekretaris Daerah: Sekretaris Daerah (Sekda) merupakan pembantu Walikota dan memiliki peran penting
dalam administrasi pemerintahan termasuk pengelolaan keuangan daerah. Tugas Sekda dalam pengelolaan
keuangan daerah antara lain:
- Mengkoordinasikan penyusunan dan pengawasan pelaksanaan APBD.
- Menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan daerah.
- Memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan terkait keuangan daerah.

3. Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD): BPKAD bertanggung jawab langsung atas
pengelolaan keuangan daerah. Beberapa tugas BPKAD meliputi:
- Menyusun Rancangan APBD.
- Melaksanakan pengelolaan keuangan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
- Melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan anggaran daerah.
- Menyusun laporan keuangan daerah dan pertanggungjawaban keuangan daerah.

4. Inspektorat: Inspektorat memiliki peran penting dalam pengawasan intern pemerintah daerah, termasuk
pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah. Beberapa tugas Inspektorat terkait pengelolaan
keuangan daerah antara lain:
- Melakukan pemeriksaan dan audit keuangan daerah.
- Memberikan rekomendasi dan saran perbaikan terkait pengelolaan keuangan daerah.
- Mengevaluasi kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur keuangan daerah.

5. DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah): DPRD memiliki peran dalam pengawasan keuangan daerah
dan pembahasan serta persetujuan APBD. Beberapa tugas DPRD terkait pengelolaan keuangan daerah antara
lain:
- Mengesahkan APBD.
- Melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan anggaran daerah.
- Mengevaluasi laporan keuangan daerah dan pertanggungjawaban keuangan daerah.

Pemegang kekuasaan tersebut memiliki tanggung jawab dan tugas masing-masing dalam pengelolaan
keuangan daerah, dengan tujuan untuk menjaga keuangan daerah yang transparan, akuntabel, dan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4 dari 3
ADPU4333-3

2).
a. Keterkaitan antara tahap penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) dengan tahap lainnya dalam
penyusunan rancangan APBD dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan: Kebijakan Umum APBD (KUA) merupakan bagian dari tahap perencanaan dalam
penyusunan APBD. KUA menggambarkan arah kebijakan keuangan daerah yang akan diambil dalam tahun
anggaran yang akan datang. KUA memberikan panduan tentang pendapatan daerah, belanja daerah, dan
pembiayaan pembangunan yang akan menjadi dasar penyusunan rancangan APBD.

2. Tahap Penyusunan Rancangan APBD: KUA menjadi landasan bagi penyusunan rancangan APBD. Setelah
KUA disusun, tahap berikutnya adalah menyusun rancangan APBD yang merinci alokasi pendapatan dan
belanja daerah berdasarkan kebijakan yang tercantum dalam KUA. Rancangan APBD akan memperhatikan
prioritas belanja yang telah ditetapkan dalam KUA, termasuk pemenuhan belanja wajib, belanja untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat, penanggulangan dampak pandemi, dan pembiayaan pembangunan.

3. Tahap Pembahasan dan Persetujuan: Rancangan APBD yang disusun akan dibahas dan dievaluasi oleh
DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) bersama dengan pemerintah daerah. Dalam tahap ini, rancangan
APBD akan diperbaiki dan disesuaikan dengan masukan dari berbagai pihak terkait. Hasil pembahasan akan
menjadi dasar untuk penetapan APBD yang akhirnya disetujui dan disahkan oleh DPRD.

Dengan demikian, KUA menjadi panduan awal dalam penyusunan APBD dan memberikan arah kebijakan
keuangan daerah, sedangkan tahap penyusunan rancangan APBD merupakan langkah konkret dalam
mengimplementasikan kebijakan yang tercantum dalam KUA.

b. Penyusunan rancangan APBD yang sesuai dengan anggaran berbasis kinerja mencakup beberapa aspek
penting, antara lain:

1. Pengidentifikasian dan pengukuran kinerja: Dalam penyusunan rancangan APBD, perlu dilakukan
pengidentifikasian dan pengukuran kinerja terkait target dan indikator kinerja yang relevan. Hal ini
memungkinkan evaluasi dan pemantauan terhadap pencapaian tujuan pembangunan daerah.

2. Pengalokasian sumber daya berbasis kinerja: Rancangan APBD harus memperhatikan alokasi sumber daya
yang didasarkan pada hasil evaluasi kinerja. Artinya, anggaran dialokasikan berdasarkan prioritas yang telah
ditetapkan berdasarkan kinerja sebelumnya.

3. Pengawasan dan evaluasi kinerja: Rancangan APBD harus menyertakan mekanisme pengawasan dan
evaluasi kinerja yang memungkinkan dilakukannya monitoring terhadap penggunaan anggaran dan
pencapaian tujuan kinerja. Hal ini memastikan akuntabilitas dan efektivitas penggunaan anggaran.

Jadi, untuk menilai apakah penyusunan rancangan APBD telah sesuai dengan anggaran berbasis kinerja,
perlu diperhatikan apakah rancangan APBD tersebut menggambarkan pengukuran kinerja, alokasi sumber
daya berbasis kinerja, serta mekanisme pengawasan dan evaluasi kinerja yang memadai.

3).
a. Berdasarkan teori dan data yang disajikan, tidak dapat disimpulkan bahwa makna desentralisasi fiskal atau
kemandirian daerah di Indonesia telah tercapai sepenuhnya. Data menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan
kemandirian fiskal yang tinggi antara daerah-daerah, dan sebagian besar pemerintah daerah masih belum
mandiri dalam hal keuangan.

5 dari 3
ADPU4333-3

Desentralisasi fiskal atau kemandirian daerah adalah prinsip yang mengharuskan pemerintah daerah memiliki
otonomi dalam pengelolaan keuangan dan sumber daya secara mandiri. Ini termasuk kemampuan untuk
menghasilkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang cukup untuk membiayai pengeluaran daerah tanpa
tergantung sepenuhnya pada transfer dari pemerintah pusat.

Namun, data menunjukkan bahwa sebagian besar pemerintah daerah masih mengandalkan dana transfer dari
pemerintah pusat sebagai sumber pendapatan utama mereka. Hal ini mengindikasikan bahwa kemandirian
fiskal belum sepenuhnya tercapai.

b. Untuk meningkatkan setiap jenis pendapatan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pemerintah Daerah
dapat melakukan beberapa upaya berikut:

1. Peningkatan Penerimaan Pajak: Pemerintah Daerah dapat mengoptimalkan penerimaan pajak daerah,
seperti pajak kendaraan bermotor, pajak hotel, pajak restoran, dan pajak-pajak lainnya. Mereka dapat
memperketat penegakan hukum terkait pajak dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memenuhi
kewajiban pajak mereka.

2. Pengembangan Sumber Pendapatan Baru: Pemerintah Daerah dapat mengidentifikasi potensi sumber
pendapatan baru, seperti pengembangan sektor pariwisata, pengelolaan aset daerah, atau pengembangan
sektor ekonomi kreatif. Mereka dapat menjalin kemitraan dengan sektor swasta untuk memanfaatkan potensi
pendapatan yang ada.

3. Optimalisasi Pendapatan dari Aset Daerah: Pemerintah Daerah dapat mengoptimalkan pendapatan dari aset
daerah, seperti sewa tanah, bangunan, atau properti milik pemerintah daerah. Mereka dapat melakukan
inventarisasi aset daerah dan mengelolanya dengan efisien untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik.

4. Peningkatan Efisiensi dan Pengendalian Belanja Daerah: Pemerintah Daerah harus memastikan
pengeluaran daerah dilakukan dengan efisien dan efektif. Mereka dapat melakukan pengendalian belanja
yang ketat, menghindari pemborosan, dan mengoptimalkan penggunaan anggaran.

Dasar hukum yang berlaku untuk jenis-jenis pendapatan dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Undang-Undang
tersebut mengatur tentang jenis-jenis pajak dan retribusi yang dapat dikenakan oleh pemerintah daerah
sebagai sumber pendapatan mereka.

4).
Perbedaan alokasi Dana Bagi Hasil (DBH) yang diterima oleh Pemerintah Daerah dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, termasuk konsep perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah. Berikut
beberapa faktor yang dapat menyebabkan perbedaan alokasi DBH:

1. Konsep Perimbangan Keuangan: Konsep perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah dapat
mempengaruhi alokasi DBH. Pemerintah pusat mengalokasikan sebagian pendapatan nasional untuk
didistribusikan kepada pemerintah daerah melalui mekanisme perimbangan keuangan. Mekanisme
perimbangan ini dapat didasarkan pada formula atau kriteria tertentu, seperti jumlah penduduk, tingkat
kemiskinan, atau potensi pendapatan daerah. Jika formula atau kriteria tersebut berbeda antara daerah-daerah,
maka alokasi DBH yang diterima oleh setiap pemerintah daerah akan berbeda.

2. Potensi Pendapatan Daerah: Perbedaan alokasi DBH juga dapat dipengaruhi oleh potensi pendapatan
daerah masing-masing. Daerah yang memiliki potensi pendapatan yang lebih tinggi, seperti sumber daya
alam yang melimpah, sektor ekonomi yang berkembang, atau basis industri yang kuat, mungkin akan

6 dari 3
ADPU4333-3

menerima alokasi DBH yang lebih besar dibandingkan dengan daerah yang memiliki potensi pendapatan
yang lebih rendah.

3. Kriteria dan Indikator Penentuan DBH: Kriteria dan indikator yang digunakan dalam penentuan alokasi
DBH juga dapat mempengaruhi perbedaan alokasi antara daerah-daerah. Jika kriteria atau indikator tersebut
tidak merata atau tidak memperhitungkan semua faktor yang relevan, maka alokasi DBH dapat menjadi tidak
proporsional antara daerah-daerah.

4. Kebijakan Pemerintah Pusat: Kebijakan pemerintah pusat terkait alokasi dana bagi hasil juga dapat
memengaruhi perbedaan alokasi DBH antara daerah-daerah. Misalnya, pemerintah pusat dapat memberikan
prioritas tertentu kepada daerah-daerah tertentu berdasarkan pertimbangan strategis, kepentingan nasional,
atau kebijakan pemerataan pembangunan.

Penting untuk dicatat bahwa alokasi DBH bukanlah satu-satunya sumber pendapatan daerah. Pemerintah
daerah juga memiliki sumber pendapatan lainnya, seperti Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dihasilkan
melalui pajak dan retribusi, serta transfer lainnya dari pemerintah pusat. Perbedaan alokasi DBH tidak harus
menjadi indikator tunggal untuk menilai kemandirian fiskal suatu daerah.

7 dari 3

Anda mungkin juga menyukai