Anda di halaman 1dari 14

PENYUSUNAN RENCANAN PEMBANGUNAN

JANGKA MENENGAH DAERAH

KELOMPOK 2 
1. ADAM MUHARAM
2. DAMERO KRISTIAN HUTAGALUNG
3. DWI WULANDARI
4. FILA DESTIA DINANTI
5. NOVALINE AMABEL A SIJABAT
6. PATRICIA INTAN KARONESIA BR TARIGAN
PERIODE WAKTU RPJMD
• Penyusunan dokumen RPJMD harus sudah dapat diselesaikan dan ditetapkan selambat-lambatnya 3
bulan setelah presiden atau kepala daerah baru dilantik Dalam praktiknya di lapangan penyusunan dan
penetapan RPJMD selama 3 bulan ini jelas terlalu singkat waktunya sehingga sulit direalisasikan lebih-
lebih lagi bila rpjmd tersebut akan ditetapkan dalam bentuk peraturan daerah atau Perda yang ternyata
juga cukup memakan waktu dalam pembahasan di DPRD setempat karena itu dalam peraturan
pemerintah nomor 39 tahun 2006 masa penyusunan rpjmd tersebut diperpanjang menjadi maksimal 6
bulan sesudah kepala daerah resmi dilantik.

• Sesuai dengan prinsip demokrasi dan otonomi daerah, pemilihan kepala daerah dilakukan melalui sistem
pemilihan langsung oleh rakyat yang waktunya berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lain
sesuai dengan waktu berakhirnya Jabatan kepala daerah sebelumnya. Oleh karena periode waktu rpjmd
ditetapkan maksimum enam bulan sejak kepala daerah mulai dilantik maka otomatis periode waktu
berlakunya rpjmd tentunya juga akan berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah lainnya sesuai
dengan berakhirnya masa jabatan kepala daerah bersangkutan. Hal ini terjadi sebagai konsekuensi logis
dari pelaksanaan otonomi daerah dan PILKADA di Indonesia yang secara resmi berlaku mulai tanggal 1
Januari 2001 yang lalu.
POLA PENULISAN RPJMD
1. Penyusunan RPJMD PolaBappenas
Padapenyusunan RPJMD pola Bappenas, penyusunan RPJMD
tersebut mengacu pada RPJM nasional yang sudah ada. Pada
RPJM nasional periode 2004-2009 terdiri atas 34 Bab yang 2. Penyusunan RPJMD PolaDepdagri
dikelompokkan dalam 5 bagian.
a) Padapenyusunan RPJMD pola SE
Bagian I
menjelaskansecaraumumtentangpermasalahanpokokdanpemban
MendagriTahun 2005, daftarisi
gunannasional. RPJMD tersebuthanyaterdiridari 8
Bagian II babsaja yang didalamnyaterdiriatas:
menguraikan rencana pembangunan yang bersifat menyeluruh b) Pendahuluan
(makro) dalam rangka menciptakan Indonesia yang aman dan c) GambaranUmumKondisi Daerah
damai. d) VisidanMisi
Bagian III e) Strategi Pembangunan Daerah
berisikan rencana pembangunan untuk menciptakan Indonesia f) ArahKebijakanKeuangan Daerah
yang adil dan demokratis.
g) ArahKebijakanUmum
Bagian IV
h) Program Pembangunan Daerah
memuat rencana untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
i) Penutup
Sedangkan
Bagian V
memberikan kerangka ekonomi makro yang merupakans asaran
umum pembangunan secara keseluruhan, berikut dengan
sumber pembiayaannya.
KONDISI UMUM DAERAH
Sebagaimana lazimnya dalam penyusunan sebuah rencana, hal yang mula-
mula harus dilakukan adalah analisis tentang kondisi umum daerah yang
memperlihatkan kondisi daerah pada waktu menulis rencana (existing
condition) vang akan dijadikan landasan utama penulisan rencana.
Memperhatikan dokumen RPJMD yang telah selesai baik pada tingkat
näsional maupun tingkat daerah, terdapat duacara yang lazim digunakan
dalam melakukan analisis terhadap kondisi umum daerah tersebut. Pertama,
dengan menekankan pembahasan terhadap potensi daerah setempat,
tendensi perkembangan pembangunan serta permasalahan dan kendala yang
dihadapi oleh daerah bersangkutan dalam melaksanakan kegiatan
pembangunan. Kedua, dengan menggunikan teknik analisis SWOT yang
menekankan pembahasannya kepada empat unsur pokok kondisi umum
daerah yaitu: kekuatan (Strength) kelemahan (Weuknesses), peluang
(Opportunities), dan ancaman (Threat).
KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN SUMBER PEMBIAYAAN
Aspek-aspek yang dibahas dalam kerangka ekonomi Analisis sumber pembiayaan pembangunan
makro ini pada dasarnya adalah merupakan sasaran dilakukan dengan melihat pada besarnya
pokok pembangunan daerah bersangkutan secara kemampuan keuangan daerah bersangkutan.
menyeluruh. Paling kurang ada lima aspek utama Dalam hal ini, kemampuan keuangan daerah
yang perlu dibahas dan kerangka ekonomi makro ini terutama terdiri dari dua unsur utama yaitu:
yaitu: (a) perkiraan pertumbuhan ekonomi daerah, (b) Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana
pemerataan pembangunan, (c) kesejahteraan Perimbangan yang diperoleh dari pemerintah
masyarakat yang diukur dengan pendapatan per pusat. PAD terdiri dari penerimaan dari pajak dan
kapita atau Indeks Pembangunan Manusia(IPM), (d) retribusi daerah serta laba bersih dari BUMD.
tingkat pengangguran, dan (e) tingkat kemiskinan. Sedangkan Dana Perimbangan terdiri dari Dana
Kelima aspek ini merupakan sasaran pokok yang Bagi Hasil Pajak dan Sumber Daya Alam (DBH),
harus dicapai pemerintah daerah dalam periode lima Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi
tahun mendatang. Khusus (DAK). Kenyataan sampai saat ini
menunjukkan bahwa sekitar 60-70% dari
penerimaan keuangan daerah berasal dari dana
perimbangan tersebut. Kondisi ini
memperlihatkan betapa tergantungnya daerah
terhadap sumber pembiayaan dari pemerintah
pusat.
VISI DAN MISI KEPALA DAERAH
Sebagaimana juga telah diungkapkan pada teknis penyusunan RPJPD terdahulu, bahwa
dalam melakukan penetapan visi dan misi pembangunan jangka menengah perlu
diusahakan agar tidak menjadi hal-hal yang muluk-muluk yang tidak logis dan
merupakan angan-angan yang kurang realistis. Untuk keperluan ini, penetapan visi
tersebut harus memperhatikan tiga kriteria utama, yaitu: Pertama, sesuai dengan kondisi
umum daerah serta prediksi jangka panjang yang telah dilakukan sebelumnya; Kedua,
visi tersebut sebaiknya bersifat konkret dan terukur serta jelas batas waktu
pencapaiannya sehingga jabarannya pada RKPD (Rencana Tahunan) menjadi lebih
mudah dan evaluasi pelaksanaannya di kemudian hari dapat dilakukan secara lebih
konkret menggunakan ukuran dan indikator kinerja yang jelas; Ketiga, singkat dan
padat agar mudah diingat oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga mendorong
timbulnya pemahaman yang lebih baik dan rasa ikut bertanggung jawab untuk
melaksanakannya.
STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH
• Perumusan strategi pembangunan daerah merupakan bagian yang sangat penting dalam
penyusunan sebuah dokumen perencanaan pembangunan daerah, termasuk RPJMD dan
Renstra SKPD. Sedangkan strategi pembangunan daerah itu sendiri secara umum adalah
merupakan cara atau jalan terbaik untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan
daerah sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan semula dalam rencana
tersebut.
• Perumusan strategi pembangunan daerah perlu dilakukan secara konkret dan
operasional sehingga penjabarannya untuk menjadi kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan akan menjadi lebih mudah. Untuk menjamin tingkat operasionalisasi dari
strategi pembangunan daerah tersebut, perumusannya harus pula memperhatikan
kondisi sumber daya yang dimiliki daerah bersangkutan, baik dari segi kemampuan
keuangan maupun kualitas aparatur yang dimiliki daerah bersangkutan. Di samping itu,
kondisi sosial budaya serta hal-hal bersifat sensitif dan tabu dalam masyarakat setempat
perlu pula dihindari dalam perumusan strategi pembangunan daerah tersebut guna
mencegah munculnya antipati dan gejolak sosial dalam pelaksanaan strategi
pembangunan tersebut.
ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
Pelaksanaan rencana pembangunan daerah akan menjadi sangat sulit
dilakukan bilamana tidak didukung oleh kondisi keuangan daerah yang
cukup memadai dan pola pembiayaan yang baik. Karena itu, dalam
penyusunan RPJMD, perlu pula direncanakan secara baik, arah
kebijakan keuangan daerah bersangkutan. Sedangkan arah kebijakan
tersebut tentunya akan sangat ditentukan oleh kondisi keuangan daerah
yang ada sekarang, pola pembiayaan yang terarah serta kemauan keras
dari daerah bersangkutan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan
dana serta mencari sumber-sumber penerimaan baru yang tidak
bertentangan dengan ketentuan perundangan yang berlaku. arah
kebijakan keuangan daerah yang baik tentunya adalah sejalan dengan
visi dan misi serta arah kebijakan pembangunan daerah dan tidak
bertentangan dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
ARAH KEBIJAKAN UMUM DAERAH
Arah kebijakan umum daerah pada dasarnya berisikan sasaran,
fokus, dan kebijakan pembangunan yang akan ditempuh
pemerintah daerah untuk dapat merealisasikan masing-masing
agenda dan penyakit asma bangunan daerah yang telah ditetapkan
berdasarkan visi dan misi kepala daerah bersangkutan. Arah
kebijakan umum ini kemudian dijadikan sebagai tuntunan utama
bagi pemerintah daerah untuk mengambil kebijakan dan penetapan
program dan kegiatan pembangunan dalam rangka mendorong
proses pembangunan daerah secara keseluruhan. Untuk dapat
menjamin implementasi suatu rencana pembangunan daerah,
tentunya perumusan arah kebijakan umum ini harus didasarkan
pada kondisi umum daerah dan sosial budaya setempat.
PEMBANGUNAN BERDIMENSI WILAYAH
Dalam menyusun kebijakan pembangunan berdimensi wilayah ini
landasan utamanya adalah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
yang telah ditetapkan dengan peraturan daerah setempat. tujuan dan
sasaran utama dalam hal ini adalah untuk dapat mewujudkan
keterpaduan program dan kegiatan pembangunan antar wilayah serta
terlaksananya penetapan lokasi kegiatan pembangunan dan
penggunaan lahan secara efisien. Dengan cara demikian, dia kan
pertumbuhan ekonomi daerah akan dioptimalkan dan efisien dengan
tetap mengupayakan terwujudnya pemerataan pembangunan antar
daerah. Di samping itu, melalui kebijakan pembangunan berdimensi
wilayah ini, kualitas lingkungan hidup di daerah akan dapat pula dijaga
melalui kegiatan penataan ruang dan penentuan lokasi kegiatan
pembangunan daerah yang terarah dengan baik.
PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN DAERAH
formulasi program pembangunan daerah meliputi tiga unsur utama
yaitu: (a) arah kebijakan, (b) deskripsi dan spesifikasi dari tujuan
program pembangunan, dan (c) sasaran dan target yang akan dicapai
dari pelaksanaan program tersebut. Perumusan program pembangunan
tersebut dilakukan untuk semua bidang pembangunan yang terkait
langsung maupun tidak langsung dengan visi dan misi yang telah
ditetapkan dalam rencana. Sedangkan uraian lebih lanjut mencakup
kegiatan pada masing-masing program ditampilkan pada lampiran
bersangkutan dalam bentuk Matrik Program dan Kegiatan.
Selanjutnya, untuk mewujudkan perumusan program dan kegiatan
secara terukur, maka matrik program dan kegiatan dilengkapi pula
dengan indikator dan target kinerja yang harus dicapai melalui
pelaksanaan program tersebut.
INDIKATOR KINERJA
Penetapan indikator dan terget kinerja dalam penyusunan
RPJMD dapat dilakukan dalam dua bentuk. Pertama indikator
kinerja yang bersifat makio (menyeluruh) dapat ditetapkan
sebagai indikator kinerja pembangunan daerah yang dalam
pola Permendagri 54, tahun 2010 diletakkan pada bab 9.
Kedua indikator kinerja program dan kegiatan yang bersifat
mikro dapat ditempatkan sebagai salah satu unsur pada matrik
program dan kegiatan pembangunan daerah pada Bab 8.
Kedua jenis indikator kinerja ini diperlukan dan sebenarnya
saling berkaitan satu sama lainnya.
MATRIK PROGRAM DAN KEGIATAN
Pada penyusunan RPJMD baik pola Depdagri maupun pola Bappenas, untuk lebih mengkonkretkan
penyusunan program dan kegiatan, maka pada lampiran dokumen perencanaan tersebut diharuskan pula
untuk menyusun Matrik Program dan Kegiatan untuk periode 5 tahun. Namun demikian, penyusunan
matrik ini ternyata menimbulkan pandangan pro dan kontra di kalangan para perencana pembangunan
daerah sehingga dalam penyusunan RPJM dengan pola Bappenas sebagaimana terlihat dalam RPJM
Nasional 2005- 2009 ternyata matrik ini tidak digunakan sama sekali. Akan tetapi, dalam RPJM Nasional
2010-2014 matrik program dan kegiatan kembali digunakan, bahkan lebih diperkuat lagi dengan
memasukkan unsur Pagu Dana Indikatif.

Aspek pertama yang diperdebatkan adalah menyangkut dengan perlu tidaknya dilampirkan Matrik
Program dan Kegiatan tersebut dalam RPJM daerah. Pertimbangan yang menjadi keberatan adalah karena
sering kali program dan kegiatan yang nantinya akan dilaksanakan sangat ditentukan oleh dukungan
pembiayaannya yang benar-benar tersedia dalam dokumen Prioritas dan Plafond Anggaran Sementara
(PPAS) yang juga menjadi kewenangan DPRD. Dengan demikian, bila matrik tersebut dilampirkan dalam
RPJM maka sifatnya akan mengikat karena dokumen ini ditandatangani oleh Kepala Daerah atau DPRD.
Sedangkan nantinya setelah dilakukan pembahasan dokumen PPAS dengan DPRD, besar kemungkinan
daftar program dan kegiatan tersebut juga akan banyak berubah sehingga melemahkan wibawa kepala
daerah yang menandatangani RPJM tersebut. Mungkin karena alasan inilah maka RPJM Nasional 2004-
2009 yang disusun oleh Bappenas tidak melampirkan matriks tersebut dalam dokumen perencanaan.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai