Anda di halaman 1dari 8

Pinjaman Daerah

1. Pengertian Pinjaman Daerah

Pengertian pinjaman daerah menurut Undang-Undang No. 33 tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah adalah: Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang mengkibatkan

daerah menerima sejumlah uang atau manfaat yang bernilai uang

dari pihak lain sehingga daerah tersebut dibebani kewajiban untuk

membayar kembali.

2. Jenis Pinjaman Daerah

Jenis pinjaman daerah menurut Undang-Undang No. 33 tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah adalah:

a. Pinjaman jangka pendek merupakan pinjaman daerah dalam

jangka waktu kurang atau sama dengan satu tahun anggaran dan

kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok

pinjaman, bunga dan biaya lain seluruhnya harus dilunasi dalam

tahun anggaran yang bersangkutan.

b. Pinjaman jangka menengah, merupakan pinjaman daerah dalam

jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban

pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman,

bunga dan biaya lain harus dilunasi dalam kurun waktu yang

tidak melebihi sisa masa jabatan Kepala Daerah yang


bersangkutan.

c. Pinjaman jangka panjang, merupakan pinjaman daerah dalam

jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban

pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman,

bunga dan biaya lain harus dilunasi pada tahun-tahun anggaran

berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman yang

bersangkutan.

3. Sumber Pinjaman Daerah

Sumber pinjaman daerah menurut Undang-Undang No. 33 tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah adalah:

a. Pemerintah Daerah lain.

b. Lembaga keuangan bank yang berbadan hukum Indonesia dan

mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah Negara Republik

Indonesia.

c. Lembaga keuangan bukan bank yang berbadan hukum Indonesia dan

mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah Negara Republik

Indonesia.

d. Pemerintah yang dananya berasal dari pendapatan APBN dan atau

pengadaan pinjaman pemerintah dari dalam negeri maupun luar

negeri.

e. Masyarakat.
4. Kegunaan Pinjaman Daerah

Kegunaan pinjaman daerah menurut Undang-Undang No. 33 tahun 2004

tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah adalah:

a. Pinjaman jangka pendek hanya digunakan untuk menutup kekurangan

arus kas pada tahun anggaran yang bersangkutan.

b. Pinjaman jangka menengah dipergunakan untuk membiayai

penyediaan layanan umum yang tidak menghasilkan penerimaan.

c. Pinjaman jangka panjang dipergunakan untuk membiayai proyek

investasi yang menghasilkan penerimaan.

5. Persyaratan dalam Melakukan Pinjaman Daerah

Persyaratan pinjaman daerah menurut Peraturan Pemerintah No. 54 tahun

2005 tentang Pinjaman Daerah adalah:

a. Pinjaman Jangka Pendek

1). Kegiatan yang akan dibiayai dari pinjaman jangka pendek telah

dianggarkan dalam APBD tahun yang bersangkutan.

2). Kegiatan yang akan dibiayai dari pinjaman jangka pendek merupakan

kegiatan yang bersifat mendesak dan tidak dapat ditunda.

3). Persyaratan lainnya yang dipersyaratkan oleh calon pemberi pinjaman.

b. Pinjaman Jangka Menengah atau Jangka Panjang

1). Jumlah sisa pinjaman daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan

ditarik tidak melebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD

tahun sebelumnya.
2). Rasio proyeksi kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan

pinjaman paling sedikit 2,5.

3). Tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang

berasal dari pemerintah.

4). Mendapat persetujuan DPRD.

6. Pembayaran Kembali Pinjaman Daerah

Pembayaran kembali pinjaman daerah menurut Peraturan Pemerintah No.

54 tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah adalah:

a. Kewajiban pembayaran kembali pinjaman daerah yang jatuh tempo

wajib dianggarkan dalam APBD dan direalisasikan atau dibayarkan

pada tahun anggaran yang bersangkutan.

b. Pembayaran kembali pinjaman daerah dari pemerintah, dilakukan

dilakukan dalam mata uang sesuai yang ditetapkan dalam perjanjian

pinjaman antara Menteri Keuangan dan Kepala daerah.

7. Pelaporan dan Sanksi Pinjaman Daerah

Pelaporan dan sanksi pinjaman daerah menurut Peraturan Pemerintah No.

54 tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah adalah:

a. Semua penerimaan dan kewajiban dalam rangka pinjaman daerah


dicantumkan dalam APBD dan dibukukan sesuai dengan Standar

Akuntansi Pemerintahan.

b. Keterangan yang memuat semua pinjaman jangka menengah dan

jangka panjang wajib dituangkan dalam lampiran dari dokumen

APBD.

c. Setiap perjanjian pinjaman yang dilakukan oleh daerah merupakan

dokumen publik dan diumumkan dalam lembaran daerah.

d. Pemerintah daerah wajib melaporkan posisi kumulatif pinjaman dan

kewajiban pinjaman kepada Menteri Keuangan dan Menteri Dalam

Negeri setiap semester dalam tahun anggaran berjalan.

e. Apabila daerah tidak dapat menyampaikan laporan posisi kumulatif

dan kewajiban pinjaman maka Menteri Keuangan dapat menunda

penyaluran dana perimbangan.

f. Dalam hal daerah tidak memenuhi kewajiban membayar pinjamannya

kepada pemerintah, kewajiban membayar pinjaman tersebut

diperhitungkan dengan Dana Alokasi Umum dan atau Dana Bagi

Hasil dari penerimaan negara yang menjadi hak dari daerah tersebut.

g. Dalam hal daerah melakukan pinjaman langsung dari sumber luar

negeri, Menteri Keuangan akan melakukan pemotongan Dana Alokasi

Umum dan atau Dana Bagi Hasil dari penerimaan negara yang menjadi hak daerah tersebut.

ANALISIS PINJAMAN DAERAH SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF


PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Sleman

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Dwiyono

NIM : 032114144

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

Daftar Pustaka

Bastian, Indra. 2005. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta:

Erlangga

Budiyuwono, Nugroho. 1997. Pengantar Statistik Ekonomi dan Perusahaan, Jilid

1. Yogyakarta: UPP AMP YKPN


Dimyati, Nurlaela., Fancholik Joko P., Ahmad Yani dan Bambang Aryanto. 2002.

Pinjaman Daerah Sebagai Salah Satu Alternatif Pembiayaan

Pembangunan Daerah. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik.

Vol. 03. No. 02, Agustus. Hal 28-39

Halim, Abdul. 2004. Manajemen Keuangan Daerah. Edisi Revisi. Yogyakarta:

UPP AMP YKPN

Mahsun, Mohamad., Firma Sulistiyowati dan Heribertus Andre Purwanugraha.

2006. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE

Yogyakarta

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi

Nordiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2005, tentang

“Pinjaman Daerah”

Santoso, Rokhedi. 2003. Analisis Pinjaman Sebagai Potensi Pembiayaan

Pembangunan Daerah. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol. 8. No. 2

Desember Hal. 147-158


Supardiyono, Gabriel Anto Listianto, Edi Kustanto, Gien Agustinawansari. 2007.

Panduan Penulisan dan Ujian Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata

Dharma

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004, tentang

“Perimbangan Keuangan antara Pemerinah Pusat dan Pemerintah Daerah”

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004, tentang

“Pemerintahan Daerah”

Anda mungkin juga menyukai