Anda di halaman 1dari 18

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Obligasi (Bond)

Obligasi (bond) adalah surat hutang yang diterbitkan oleh Issuer untuk

memperoleh pinjaman dana dari pihak investor. Pihak peminjam menerbitkan

(menjual) obligasi kepada pihak pemilik dana dengan imbalan sejumlah uang;

jadi obligasi tersebut merupakan surat pernyataan utang dari pihak peminjam

(Bodie et. all, 2005). Sedangkan menurut Zubir (2012) Obligasi adalah surat

hutang yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan untuk mendapatkan

dana.

Obligasi memiliki karakteristik yang hampir sama dengan saham,

apabila saham menawarkan deviden maka obligasi menawarkan coupon

sebagai imbal hasil atas dana yang telah ditanamkannya. Perbedaannya

adalah, obligasi merupakan surat utang yang dananya hanya sebatas dana

pinjaman dari pemegang obligasi kepada emiten dan akan dikembalikan pada

saat jatuh tempo. Sehingga, kepemilikan dari perusahaan tidak berkurang

meskipun emiten mengeluarkan obligasi. Berbeda dengan saham yang akan

mengurangi kepemilikan dengan dana yang telah diterimanya.

Pihak penerbit obligasi yang merupakan pihak yang membutuhkan

dana, nantinya akan membayar sejumlah bunga atau disebut coupon dalam

commit to
14 user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

jangka waktu tertentu. Pada masa jatuh tempo, utang pokoknya akan

dikembalikan kepada pihak pemegang obligasi. Misalnya, ditetapkan bahwa

coupon akan diberikan setiap enam bulan sekali. Maka, pemegang obligasi

akan menerima coupon bunga setiap enam bulan sekali dari emiten hingga

jatuh tempo. Lalu saat jatuh tempo, utang pokok yang telah dipinjamkan oleh

pemegang obligasi akan dikembalikan oleh emiten. Sehingga dalam

portofolio obligasi ini memiliki tiga keuntungan, yaitu bunga atau coupon

yang diterima dalam jangka waktu tertentu, utang pokok yang diterima pada

masa jatuh tempo dan capital gain. Capital gain ini merupakan selisih antara

harga beli dan harga jual dari obligasi.

2. Obligasi Negara

Menurut Sunariyah (2004) obligasi negara atau obligasi pemerintah

adalah salah satu kenis obligasi berdasarkan pihak yang menerbitkan obligasi

disamping obligasi korporasi dan perusahaan milik negara. Obligasi negara

merupakan jenis obligasi yang pembayaran bunga dan pokoknya ditanggung

oleh negara sehingga obligasi negara ini dinilai sebagai obligasi tanpa resiko

gagal bayar. Obligasi yang diterbitkan pemerintah suatu negara juga

menjanjikan coupon sebagai imbal hasil atas dana yang telah dipinjamkan.

Pada saat jatuh tempo, pemerintah juga akan mengembalikan dana yang telah

dipinjamnya kepada pemegang obligasi. Sehingga prinsip dari obligasi negara

dan obligasi korporasi adalah sama.

Negara yang menerbitkan obligasi memiliki dana yang lebih

menguntungkan dibanding dengan dana pinjaman dari lembaga atau negara

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

lain. Dana pinjaman dari penerbitan obligasi tersebut dapat digunakan untuk

membayar defisit APBN atau membangun infrastruktur yang diperlukan

masyarakat. Selain itu, obligasi negara juga dapat digunakan sebagai alat

dalam menata ekonomi.

Menurut Tandelilin (2007) obligasi negara berdasarkan coupon

dibedakan menjadi dua, yaitu Fixed Rate Bond dan Variabel Rate Bond.

Obligasi negara dengan seri Fixed Rate menawarkan nilai coupon yang tetap

di setiap periode pembayarannya. Periode pembayarannya sendiri bisa tiga

bulan sekali atau enam bulan sekali. Sedangkan obligasi seru Variable Rate

merupakan obligasi yang menawarkan coupon yang ditentukan berdasarkan

suatu acuan misalnya Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

3. Obligasi Negara Indonesia

Obligasi negara merupakan bagian dari Surat Utang Negara (SUN)

yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko

(DJPPR) Kementrian Keuangan Republik Indonesia. Tujuan pemerintah

menerbitkan SUN DJPRR Kementrian Keuangan Republik Indonesia yang

dikutip dari booklet online adalah:

4. Membiayai defisit APBN

5. Menutup kekurangan kas jangka pendek

6. Mengelola portofolio utang Negara

Sedangkan manfaat SUN yang juga dikutip dari booklet online terbitan

DJPRR adalah:

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

a. Sebagai instrumen fiskal

Penerbitan SUN diharapkan dapat menggali potensi dana dari

pasar modal sebagai dana yang akan disalurkan untuk pembiayaan

APBN.

b. Sebagai instrumen investasi

SUN menjadi alternatif investasi obligasi yang bebas resiko

gagal bayar karena diterbitkan oleh negara. SUN juga menjadi

diserfikasi produk dalam obligasi yang memiliki potential capital gain

dalam perdagangan di pasar sekunder. Potential capital gain adalah

potensi keuntungan yang diperoleh karena harga jual lebih tinggi

daripada harga belinya.

c. Sebagai instrumen pasar keuangan

SUN dapat memperkuat stabilitas sistem keuangan dan dapat

dijadikan benchmark atau acuan bagi penentuan nilai instrument

keuangan lainnya seperti obligasi.

Dalam booklet online yang diterbitkan oleh DRPRR juga dijelaskan

bahwa SUN merupakan bagian dari Surat Berharga Negara (SBN) di mana

SBN terbagi lagi menjadi dua yaitu, SUN dan Surat Berharga Syariah Negara.

Secara umum SUN masih dibagi lagi menjadi dua, yaitu Surat

Perbendaharaan Negara yang merupakan SUN berjangka waktu sampai

dengan 12 bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto dan SUN

berjangka waktu lebih dari 12 bulan yang disebut Obligasi Negara. Obligasi

Negara merupakan obligasi tanpa resiko gagal bayar.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

Penerbitan obligasi negara merupakan salah satu bentuk usaha

pemerintah Indonesia dalam menghimpun dana yang nantinya akan digunakan

untuk membiayai pembangunan negara. Tak jarang APBN negara mengalami

defisit sehingga pemerintah perlu mencari dana lagi untuk mengurangi defisit

tersebut. Meskipun terdapat pendapatan pemerintah dari sektor pajak, namun

hal tersebut belum cukup untuk membiayai belanja negara, sehingga

pemerintah memaksimalkan pengelolaan portofolio investasi sebagai

tambahan dana. Selain itu, penerbitan obligasi juga merupakan bentuk

keseriusan pemerintah untuk mengurangi tanggungan utang luar negeri yang

makin lama makin membebani negara.

Utang luar negeri bukan merupakan masalah yang baru bagi

Indonesia. Hal tersebut merupakan masalah yang terus menerus menjadi

beban perekonomian. Dengan penerbitan obligasi negara ini, diharapkan dapat

mengurangi jumlah utang luar negeri yang ditanggung pemerintah dan dapat

memaksimalkan penghimpunan dana untuk pembangunan.

4. Yield Obligasi

Obligasi merupakan salah satu jenis investasi yang juga memiliki

resiko bagi investor. Resiko yang ada dalam obligasi tersebut akan

mempengaruhi tingkat return atau pengembalian yang diharapkan oleh

seorang investor. Dalam melakukan pembelian obligasi, hal tersebut

merupakan salah satu yang menjadi pertimbangan investor dalam melakukan

pembelian. Imbal hasil yang diperoleh pun akan berubah ubah seiring dengan

berjalannya waktu. Semakin tinggi imbal hasil yang ingin diperoleh investor,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

maka semakin tinggi juga resiko obligasinya. Menurut Bursa Efek Indonesia

pendapatan atau imbal hasil atau return yang akan diperoleh dari investasi

obligasi dinyatakan sebagai yield, yaitu hasil yang akan diperoleh investor

apabila menempatkan dananya untuk dibelikan obligasi. Yield ini

merupakan alat ukur yang digunakan investor untuk mengukur keuntungan

yang hendak diperoleh dari dana yang diinvestasikannya.

Menurut Tandelin (2007) ada beberapa ukuran yield obligasi yang

dapat digunakan investor, yaitu:

a. Nominal Yield: Nominal yield (coupon yield) adalah pendapatan kupon

yang didasarkan pada nilai nominal obligasi (Rahardjo, 2004).

b. Current Yield: Current Yield adalah pendapatan kupon yang didasarkan

pada harga pasar obligasi tersebut (Rahardjo, 2004).

c. Yield to Maturity: Tingkat return majemuk yang akan diterima investor

jika membeli obligasi pada harga pasar saat ini dan menahan obligasi

tersebut hingga jatuh tempo.

dimana,

YTM : Yield to Maturity

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

C : Coupon
F : Nilai Nominal (Face value)
P : Harga Pasar Obligasi
n : Jangka waktu (time to maturity)

d. Yield to Call

Beberapa obligasi menyantumkan klausal yang menyatakan bahwa

pada periode tertentu sesuai dengan perjanjian di awal, obligasi dapat

sebagian atau seluruhnya dibeli kembali oleh emiten dengan call price yang

sudah ditentukan. Yield to Call ini merupakan penghitungan yang akan

menyajikan berapa imbal hasil yang akan diterima oleh investor pada saat

obligasi tersebut dibeli kembali oleh emiten.

Dimana,

Po : Harga obligasi saat akan dibeli


N : Jangka waktu
Ct : Coupon obligasi
M : Harga obligasi
YTC : Yield to call

Dari berbagai jenis hitungan yield obligasi yang ada, yang paling

sering digunakan adalah Current Yield dan Yield to Maturity. Pada penelitian

ini, penghitungan yield yang digunakan adalah YTM. Pemilihan YTM

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

dikarenakan penghitungan tersebut mencerminkan return dengan tingkat

bunga manjemuk .

Risiko investasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu resiko sistematis

(systematic risk) dan resiko tidak sistematic (unsystematic risk). Resiko

sistematis adalah resiko yang tidak dapat dihindarkan karena faktor-faktor

yang berhubungan dengan indeks pasar modal, seperti tingkat suku bunga,

keadaan harga dipasar modal, kurs mata uang asing dan lain sebagainya.

Sedangkan resiko tidak sistematis merupakan resiko khusus dari setiap

perusahaan. Resiko ini disebabakan oleh faktor manajemen perusahaan dan

masalah keuangan perusahaan. Resiko sangat erat kaitannya dengan return

yang akan diperoleh. Pada obligasi, resiko dan return memiliki hubungan

yang selaras. Dimana ketika suatu obligasi memiliki resiko yang tinggi, maka

return yang ditawarkan juga akan tinggi.

5. Inflasi

Inflasi merupakan permasalahan klasik dalam perekonomian. Secara

sederhana inflasi adalah peningkatan harga secara umum dan terus menerus.

Sehingga apabila hanya ada satu atau dua barang yang mengalami kenaikan

harga, hal tersebut belum dapat dikatakan sebagai inflasi. Kecuali kenaikan

harga barang tersebut dapat mempengaruhi kenaikan harga lainnya atau

meluas.

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk perhitungan inflasi

adalah Indeks Harga Konsumen (IHK). Perhitungan IHK digunakan untuk

mengetahui perubahan atas harga dari sekelompok barang yang dikonsumsi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

masyarakat. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan inflasi atau

deflasi dari suatu barang atau jasa kebutuhan masyarakat sehari hari.

Penelitian serupa yang menggunakan IHK sebagai indikator penghitungan

inflasi juga ditemukan pada Idham (2014) dan Garini (2016).

Menurut Mishkin (2010) peningkatan pada perkiraan inflasi akan

menurunkan perkiraan imbal hasil pada obligasi yang menyebabkan

permintaan obligasi mengalami penurunan. Inflasi mengakibatkan daya beli

masyarakat menjadi turun dikarenakan masyarakat lebih mengutamakan

pengeluaran untuk konsumsi dibandingkan untuk tabungan ataupun investasi.

Turunnya daya beli masyarakat mengakibatkan permintaan akan obligasi juga

menurun, sedangkan penawarannya tetap. Turunnya permintaan akan obligasi

mengakibatkan harga obligasi menjadi turun dan yield yang dapat ditawarkan

oleh emiten juga akan turun.

6. Nilai Tukar (Kurs)

Nilai tukar atau kurs adalah perbandingan berapa banyak mata uang

domestik dibanding dengan mata uang asing misalnya dolar. Kurs merupakan

harga yang nilainya ditentukan oleh jumlah permintaan dan penawaran mata

uang domestik atau permintaan dan penawaran mata uang asing. Namun, pada

umumnya nilai tukar ditentukan oleh kebijakan yang diambil oleh masing

masing negara.

Negara yang menganut sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate)

nilai tukarnya ditetapkan pada nilai tertentu dan pemerintah akan berupaya

menjaga nilai tukar tersebut. Sitem nilai tukar lainnya adalah nilai tukar

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

mengambang (free floating exchange rate). Negara yang menganut sistem ini

akan membiarkan nilai tukar negaranya ditentukan oleh keseimbangan pasar,

yaitu mengacu pada jumlah permintaan dan penawaran.

Dalam perdagangan pasar uang yang sangat global dan memiliki

jangkauan tanpa batas, mata uang negara lain tentunya akan mempengaruhi

pasar uang dalam negeri termasuk dalam pasar obligasi. Misalnya mata uang

Amerika Serikat yaitu dolar. Mata uang tersebut dianggap mata uang

internasional terkuat dan cukup stabil sehingga sering digunakan sebagai

acuan dalam transaksi di pasar uang.

Di Indonesia nilai tukar rupiah terhadap US$ juga merupakan acuan

dalam bertransaksi. Menurut Rahadjo (2004) dengan tidak stabilnya fluktuasi

exchange rate tentunya akan mempengaruhi harga obligasi yang bisa naik

ataupun turun. Ketika nilai tukar rupiah terhadap US$ menguat, maka negara

dalam keadaan yang cukup baik. Kondisi perekonomian yang membaik

merupakan sinyal bagi pemerintah untuk menurunkan nilai yield karena resiko

yang melekat pada obligasi juga turun.

7. Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah pendapatan total dan

pengeluaran total nasional atas barang dan jasa (Mankiw, 2003). Dalam

website BPS (www.bps.go.id) dijelaskan bahwa PDB pada dasarnya

merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam

suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang

dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB menjelaskan besarnya kontribusi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

berbagai sektor terhadap pendapatan nasional, misalnya pertanian,

perdagangan, perhotelan dan lain lain.

PDB dapat mencerminkan pendapatan yang diterima masyarakat

dalam suatu periode waktu tertentu. Sehingga, pertumbuhan PDB yang cepat

menunjukkan bahwa ekonomi masyarakat sedang berkembang. Makin tinggi

nilai PDB tersebut, berarti makin berkembang juga keadaan ekonomi

masyarakat. Pendapatan masyarakat yang makin meningkat akan

mengakibatkan daya beli masyarakat juga meningkat. Sehingga masyarakat

juga akan lebih berani dalam melakukan pengeluaran.

Kenaikan PDB merupakan sinyal positif terhadap dunia investasi,

karena dengan adanya pendapatan berlebih masyarakat akan mulai untuk

menabung dan melakukan investasi. Keadaan ekonomi yang makin

berkembang dikarenakan peningkatan PDB merupakan peluang pemerintah

untuk menurunkan nilai yield dan mengurangi tanggungan pemerintah dalam

pembayaran yield.. Selain itu, semakin meningkatnya PDB dapat meluruhkan

resiko yang melekat pada obligasi sehingga nilai yield yang memiliki

hubungan positif dengan resiko juga juga ikut turun.

8. Suku Bunga Acuan (BI Rate)

Suku bunga menurut Sunariyah (2004) adalah harga dari pinjaman

yang dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Tingkat

suku bunga ini sering dijadikan investor sebagai tolak ukur dari imbal hasil

yang diinginkan serta sebagai pembanding dalam menentukan pilihan

investasi.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

Pada penelitian ini, tingkat suku bunga yang digunakan adalah BI rate.

BI rate dipilih karena perubahan pada BI rate akan langsung direspon oleh

harga dalam efek dan mempengaruhi tingkat suku bunga umum. Selain itu BI

rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance

kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan

kepada publik. (Bank Indonesia).

Teori Keyness menyebutkan bahwa salah satu motif seseorang

memegang uang adalah spekulasi. Sesuai dengan namanya, motif spekulasi

ini bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari obligasi. Dalam model

Keyness, uang tunai dianggap tidak dapat memberikan penghasilan sedangkan

obligasi dianggap memberikan penghasilan berupa sejumlah uang tentu dalam

periode tertentu. Dalam Boediono (2001) hubungan tersebut digambarkan

sebagai berikut:

P = K/r

Di mana:

P = harga pasar obligasi

K = hasil per tahun

r = tingkat bunga

Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa suku bunga (r) dan harga

obligasi (P) memiliki hubungan terbalik sehingga ketika suku bunga naik,

harga akan turun.

Dalam Mishkin (2010) semakin tinggi perkiraan suku bunga di masa

depan, maka semakin rendah perkiraan imbal hasil dari obligasi yang

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

menurunkan permintaan akan obligasi tersebut. Turunnya permintaan akan

obligasi saat suku bunga naik dan harga obligasi turun mengakibatkan dana

yang diterima oleh emiten menjadi lebih sedikit, sehingga yield yang dapat

ditawarkan oleh emiten juga menjadi lebih rendah,

B. Penelitian Terdahulu

Linda dan Abundanti (2015) melakukan penelitian mengenai yield

obligasi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui signifikansi pengaruh inflasi, tingkat suku bunga,

umur obligasi, peringkat obligasi, pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas

terhadap yield obligasi korporasi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Dengan metode regresi berganda ditemukan bahwa inflasi

dan peringkat obligasi berpengaruh negatif signifikan terhadap yield obligasi.

Sebaliknya, tingkat suku bunga dan umur obligasi berpengaruh positif

signifikan terhadap yield obligasi dan untuk variabel pertumbuhan perusahaan

dan profitabilitas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap yield obligasi

Saputra dan Prasetiono (2014) meneliti yield obligasi dengan populasi

seluruh obligasi yang listed dari tahun 2008 sampai dengan 2011. Pemilihan

sampel ditentukan menggunakan metode purposive sampling dan

menghasilkan 17 sampel yang akan diteliti. Penelitian ini menggunakan

metode Ordinary Least Square (OLS) dengan variabel dependen yield

obligasi. Sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah BI Rate, Inflasi, PDB dan Peringkat Obligasi. Dalam penelitian ini

dijelaskan bahwa BI Rate dan inflasi berpengaruh positif dan signifikan

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

terhadap yield obligasi. Sedangkan untuk variabel PDB dan peringkat obligasi

memberikan pengaruh negatif signifikan terhadap yield obligasi.

Rahman dan Sam’ani (2013) yang meneliti mengenai yield obligasi

negara pada tahun 2010-2012, menggunakan jatuh tempo obligasi, inflasi, BI

Rate, kurs dan harga minyak sebagai variabel independen. Dalam penelitian

ini yang menjadi populasi adalah obligasi pemerintah yang diperdagangkan

pada akhir bulan di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama Desember 2010 –

Januari 2012 sebanyak 761 obligasi. Dengan kriteria yang sudah ditentukan

diperoleh 435 obligasi yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian.

Hasilnya, jatuh tempo, inflasi dan BI Rate berpengaruh positif terhadap yield

obligasi dan variabel lainnya yaitu kurs dan harga minyak berpengaruh negatif

terhadap yield obligasi.

Surya dan Nasher (2011) menggunakan data panel dalam

penelitiannya mengenai yield obligasi korporasi di Indonesia dari September

2006 hingga Desember 2008. Penelitian ini menggunakan variabel

independen berupa tingkat suku bunga, exchange rate, ukuran perusahaan,

Debt to Equity Ratio (DER) dan peringkat. Hasilnya menunjukkan bahwa

tingkat suku bunga, exchange rate dan DER berpengaruh positif signifikan

terhadap yield obligasi, sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh negatif.

Budiyanti dan Lisnawati (2010) yang meneliti mengenai yield Obligasi

Pemerintah Indonesia 2014 dengan variabel independen berupa PDB, inflasi,

rasio keseimbangan fiskal terhadap PDB dan rasio neraca berjalan terhadap

PDB menjelaskan bahwa seluruh variabel berpengaruh terhadap yield obligasi

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

pemerintah. Melalui metode OLS ditemukan pengaruh yang positif dari inflasi

terhadap yield obligasi pemerintah Indonesia. Sedangkan variabel lainnya

yaitu PDB, rasio keseimbangan fiskal terhadap PDB dan rasio neraca berjalan

terhadap PDB memiliki pengaruh yang negatif terhadap yield obligasi

pemerintah Indonesia.

Rowland dan Torres (2004) melakukan penelitian menggunakan data

panel terhadap 16 negara berkembang yang mengeluarkan obligasi dari tahun

1998 hingga 2002 untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

yield spread US treasury. Hasilnya laju pertumbuhan ekonomi, rasio utang

terhadap PDB, rasio cadangan devisa terhadap PDB, rasio utang terhadap

ekspor, rasio ekspor terhadap PDB, dan rasio pembayaran utang terhadap

PDB berpengaruh terhadap spread yield obligasi.

Selanjutnya Rowland (2004) mengembangkan penelitiannya dengan

memperluas sampel penelitian hingga 29 negara berkembang dan

memperpanjang periode penelitian hingga Juli 2003. Penelitian yang

menggunakan metode OLS menunjukkan bahwa pertumbuhan PDB dan

inflasi merupakan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap spread yield

obligasi.

Nurfauziah dan Setyarini (2004) melakukan penelitian terhadap yield

obligasi korporasi dengan studi kasus pada industri perbankan dan finansial.

Variabel independen dalam penelitian tersebut adalah Variabel Likuiditas

yang diukur atas dasar Quick Ratio, Inflasi, IRATE, Durasi, Peringkat,

Buyback, Sinking Fund dan Secure. Hasilnya, variabel inflasi, likuiditas,

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 29
digilib.uns.ac.id

peringkat, singking fund, dan secure berpengaruh positif terhadap yield

obligasi, sedangkan variabel lainnya IRATE, durasi, dan buyback

.berpengaruh negatif terhadap yield obligasi.

Ades et. all (2000) melakukan penelitian terhadap 15 negara

berkembang dengan memodelkan spread sovereign negara tersebut sebagai

fungsi dari variabel-variabel ekonomi. Dengan menganalisa data bulanan ke-

15 negara sejak Januari 1996 sampai dengan Mei 2000, diperoleh beberapa

variabel yang memiliki efek signifikan terhadap spread yaitu tingkat

pertumbuhan PDB, total amortisasi eksternal sebagai rasio dari cadangan luar

negeri, rasio utang luar negeri terhadap PDB, keseimbangan fiskal, rasio

ekspor terhadap PDB, nilai tukar riil, tingkat suku bunga internasional, dan

pengalaman sebelumnya dari negara tersebut.

C. Kerangka Berpikir Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu, maka kerangka

pemikiran dapat digambarkan dalam diagram berikut:

Inflasi

Nilai Tukar
Yield Obligasi
(Kurs)
Negara Seri
Produk FR0038
Domestik Bruto

Suku Bunga
Acuan

Gambar 2.1 : Kerangka Berpikir Hipotesis

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 30
digilib.uns.ac.id

Variabel inflasi memiliki pengaruh yang negatif terhadap yield

obligasi. Hal tersebut terjadi karena saat inflasi naik, konsumsi masyarakat

akan turun termasuk penurunan untuk investasi sehingga permintaan akan

obligasi juga akan turun dibarengi dengan penurunan dari harga obligasi.

Turunnya harga obligasi ini mengakibatkan dana yang diperoleh oleh emiten

menjadi lebih sedikit dan menurunkan nilai yield yang dapat ditawarkan oleh

emiten.

Variabel nilai tukar (kurs) memiliki pengaruh yang positif terhadap

yield obligasi. Hal tersebut terjadi karena ketika nilai tukar menguat maka

perekonomian negara juga ikut menguat dan menempatkan negara dalam

posisi yang cukup aman, sehingga resiko yang melekat juga menurun dan

menurunkan return pada obligasi.

Variabel produk domestik bruto (PDB) memiliki pengaruh negatif

terhadap yield obligasi. Peningkatan PDB merupakan sinyal positif terhadap

perkembangan ekonomi negara, sehingga PDB yang terus naik dapat

menempatkan negara pada posisi yang lebih stabil lagi dan mampu

mengurangi resiko yang melekat pada obligasi. Selaras dengan yang telah

dibahas sebelumnya, resiko dan return memiliki hubungan yang searah

sehingga resiko yang rendah dapat menurunkan nilai yield.

Variabel suku bunga acuan memiliki pengaruh negatif terhadap yield

obligasi. Ketika suku bunga naik dan harga obligasi turun, mengakibatkan

permintaan akan obligasi menjadi turun. Turunnya harga obligasi ini

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 31
digilib.uns.ac.id

mengakibatkan kekayaan yang diperoleh oleh penerbit obligasi menjadi turun

sehingga yield yang dapat ditawarkan juga menjadi lebih sedikit.

D. Hipotesis

Dalam penelitian ini, hipotesis yang hendak diujikan adalah:

H1: inflasi berpengaruh negatif terhadap yield obligasi

H2: kurs berpengaruh positif terhadap yield obligasi

H3: PDB berpengaruh negatif terhadap yield obligasi

H4: suku bunga acuan berpengaruh negatif terhadap yield obligasi

commit to user

Anda mungkin juga menyukai