Anda di halaman 1dari 10

NAMA : CIK KARTIKA CANDRA HAFAZHA

NIM : 190501051
KELAS : ES’ III-B

MANAJEMEN KEUANGAN
OBLIGASI DAN VALUASINYA

A. PENGERTIAN OBLIGASI
Obligasi merupakan surat utang jangka panjang yang dapat dipindah tangankan yang
berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode
tertentu dan melunasi pokok hutang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli
obligasi tersebut (Bursa Efek Indonesia, www.idx.co.id).

Obligasi adalah jenis efek berupa surat pengakuan uang atas pinjaman uang dari
masyarakat dalam bentuk tertentu, untuk jangka waktu sekurang-kurangnya 3 tahun dengan
menjanjikan imbalan bunga yang jumlah serta pembayarannya telah ditentukan terlebih
dahulu oleh emitmen (Kepres RI No. 775/KMK/001/1982).
Berikut beberapa pengertian obligasi dari beberapa sumber buku:
1. Menurut Berk (2007:212), obligasi adalah surat berharga yang dijual oleh pemerintah
atau perusahaan untuk mendapat uang dari investor dengan kompensasi berupa bunga
yang akan dibayar sesuai perjanjian awal.
2. Menurut Tandelilin (2010:40), obligasi adalah sekuritas yang memuat janji untuk
memberikan pembayaran tetap menurut jadwal yang telah ditentukan. Obligasi itu sendiri
merupakan sertifikat atau surat berharga yang berisi kontrak antara investor sebagai
pemberi dana dengan penerbitnya sebagai peminjam dana. Penerbit obligasi mempunyai
kewajiban kepada pemberi dana untuk membayar bunga secara reguler sesuai jadwal
yang telah dijadikan serta melunasi kembali pokok pinjaman pada saat jatuh tempo.
3. Menurut Fahmi (2013:42), obligasi merupakan suart berharga yang dijual kepada publik,
dimana disana dicantumkan berbagai ketentuan yang menjelaskan berbagai hal seperti
nominal, tingkat suku bunga, jangka waktu, nama penerbit dan beberapa ketentuan
lainnya yang terjelaskan dalam undang-undang yang disahkan oleh lembaga terkait.1

B. JENIS-JENIS OBLIGASI
1. Berdasarkan penerbitnya, obligasi dibagi menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut
(Fahmi, 2013:45):
a. Treasury Bond (TB), adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah, seperti
departemen keuangan atau bank sentral suatu negara. Adapun resikonya adalah
kecil karena ditanggung langsung oleh negara.
b. Corporate Bond (CB), adalah obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan. Obligasi
jenis ini mengundang berbagai macam permasalahan seperti resiko yang harus
ditanggung oleh pihak pemegang obligasi jika ternyata perusahaan tersebut
mengalami risk default (resiko gagal bayar) dengan sebab-sebab tertentu. Dan jika
tingkat resiko kegagalan membayar semakin tinggi maka semakin tinggi tingkat
suku bunga yang harus dibayar oleh penerbit.

1
https://www.kajianpustaka.com/2017/10/pengertian-jenis-dan-karakteristik-obligasi.html diakses pada 27/11/20
pukul 09:44
c. Municipal Bond (MB), adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah negara
bagian, dan biasanya pemegang obligasi ini dibebaskan dari pajak. Adapun
resikonya adalah sama-sama memiliki resiko namun lebih rendah dari resiko
pemegang obligasi perusahaan.
d. Foreign Bond (FB), adalah obligasi yang diterbitkan oleh negara asing dan salah
satu resikonya adalah resiko dalam bentuk foreign currency (mata uang asing).
Resiko lain adalah jika terjadi pada resiko gagal bayar.
2. Berdasarkan sistem pembayaran bunga, obligasi dibagi menjadi empat jenis, yaitu
sebagai berikut (Bursa Efek Indoneisa, www.idx.co.id) :
a. Zero Coupon Bonds, adalah obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga
secara periodik. Namun bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh
tempo.
b. Coupon Bonds, obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik sesuai
dengan ketentuan penerbitnya.
c. Fixed Coupon Bonds, adalah obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah
ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara
periodik.
d. Floating Coupon Bonds, adalah obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah
ditentukan sebelum jangka waktu tertentu, berdasarkan suatu acuan (benchmark)
tertentu seperti Average Time Deposit (ATD), yaitu rata-rata tertimbang tingkat
suku bunga deposito dari bank pemerintah dan bank swasta.
3. Berdasarkan jenis dan karakteristiknya, obligasi dibagi menjadi tujuh jenis, yaitu sebagai
berikut (Sartono, 2001:71) :
a. Callable Bond, adalah obligasi tidak dapat ditarik kembali sebelum jatuh tempo.
b. Convertible Bond, adalah obligasi yang dapat memberikan hak kepada pemiliknya
untuk mengubah menjadi saham.
c. Non Convertible Bond, adalah obligasi yang tidak dapat diubah menjadi saham.
d. Eurobond, adalah obligasi dalam mata uang asing dan diterbitkan di luar negeri.
e. Yankee Bond, adalah obligasi yang diterbitkan dengan mata uang setempat dimana
obligasi itu ditawarkan.
f. Zero Coupon Bond, adalah obligasi yang tidak membayar bunga dan dijual dengan
diskon.
g. Floating Rate Bond, adalah obligasi yang menawarkan coupon rate berubah-ubah.2
4. Berdasarkan Imbal Hasil
a. Obligasi Konvensional, adalah surat berharga yang diterbitkan oleh pihak tertentu
untuk mendapatkan pinjaman sebagai tambahan modal, dengan perjanjian
memberikan bunga kepada pihak investor dalam jangka waktu tertentu. Di dalam
jenis obligais ini, juga terdapat bunga atau kupon sebagai salah satu persyaratan
perjanjian utang.
b. Obligasi syariah, obligasi syariah dikenal juga dengan nama sukuk, yang
emmberikan imbal hasil beruba uang sewa yang perhitungannya berdasarkan
prinsip syariah islam yang tidak mengandung unsur riba. Imbal hasil ini juga

2
https://www.kajianpustaka.com/2017/10/pengertian-jenis-dan-karakteristik-obligasi.html diakses pada 27/11/20
pukul 10:20
dibayarkan secara berkala salam periode tertentu, dan kemudian si pemunjam akan
melunasi pokok utang di tanggal jatuh tempo.3

C. KARAKTERISTIK UTAMA OBLIGASI


1. Nilai Nominal (Face Value), adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima
oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.
2. Kupon (The Interest Rate), adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara
berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan). Kupon
obligasi dinyatakan dalam annual presentase.
3. Jatuh Tempo (Maturity), adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan
pembayaran kembali pokok atau nilai nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh
tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi
yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk diprediksi,
sehingga memiliki resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki
periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum, semakin panjang jatuh tempo
suatu obligasi, semakin tinggi kupo atau bunganya.
4. Penerbit/Emiten (Isuuer), mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan faktor
sangat penting dalam melakukan investasi obligasi ritel. Mengukur resiko atau
kemungkinan dari penerbit obligasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon atau
pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk) dapat dilihat dari peringkat (rating)
obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat seperti PERFINDO atau Kasnic
Indonesia.4

D. VALUASI OBLIGASI
Valuasi Obligasi (Bond Valuation) adalah sebuah penilaian obligasi merupakan teknik
untuk menentukan nilai wajar teoritis dari obligasi tertentu. Penilaian obligasi termasuk
menghitung nilai sekarang dari pembayaran bunga obligasi di masa depan, juga dikenal
sebagai arus kasnya. Dan nilai obligasi pada saat jatuh tempo, juga dikenal sebagai nilai
nominal atau niali par. Karena nilai nominal obligasi dan pembayaran bunga ditetapkan,
investor menggunakan penilaian obligasi untuk menentukan tingkat pengembalian yang
diperlukan agar investasi obligasi bernilai.5

Harga suatu obligasi adalah Present Value dari smeua aliran kas yang dihasilkan dari
obligasi tersebut (baik kupon maupun nilai par) yang di diskon pada tingkat return yang
diminta. Untuk mengetahui nilai dari sebuah obligasi pada saat titik waktu tertentu, investor
perlu mengatahui jumlah periode yang masih tersisa hingga jatuh tempo, nolai nominal,
kupon dan tingkat bunga pasar untuk obligasi dengan karakteristik yang serupa.

Tingkat bunga yang diminta pasar atas suatu obligasi disebut Yield to Maturity (YTM).
Untuk singkatnya, tingkat bunga ini terkadang cukup disebut sebagai imbal hasil (yield)
obligasi saja.

3
https://diskartes.com/2019/10/beberapa-jenis-obligasi/ diakses pada 27/11/20 pukul 10:43
4
https://www.kajianpustaka.com/2017/10/pengertian-jenis-dan-karakteristik-obligasi.html diakses pada 27/11/20
pukul 10:44
5
https://blog.pluang.com/cerdascuan/apa-itu-bond-valuation/ diakses pada 27/11/20 pukul 10:49
1. Jenis metode perhitungan Yield tingkat keuntungan obligasi
Terdapat beberapa metode dalam perhitungan yield, antara lain yaitu seperti:
a. Nominal Yield Obligasi
Nominal Yield Obligasi atau lebih dikenal dengan sebutan tingkat kupon (coupon
rate) adalah penghasilan bunga kupon tahunan yang dibayarkan pada pemegang
obligasi. Kupon diterima terus-menerus sampai jatuh tempo. Pada akhir jatuh tempo
akan diterima jumlah investasi sebesar nilai nominalnya.
Penghasilan BungaTahunan
Nominal Yield =
Nilai Nominal
Contohnya:
Jika seorang investor membeli sebuah obligasi dengan nilai nominal Rp1 juta dan
mempunyai tingkat kupon 10%. Hitung Nominal Yield Obligasi tersebut.
Penghasilan bunga atau kupon per tahun dari obligasi ini adalah:
10 % x 1.000 .000
Nominal Yield = = 0,1 (10%)
1.000 .000

b. Current Yield Obligasi


Current Yield Obligasi adalah penghasilan bunga kupon tahunan dibagi dengan
harga pasar obligasi. Apabila modal yang diinvestasikan sebesar nilai nominal,
maka current yield akan sama dengan nominal yield.
Penghasilan BungaTahunan
Nominal Yield =
Harga Pasar Obligasi
Contohnya:
Sebuah obligasi mempunyai nilai nominal Rp100 juta dengan tigkat kupon 10%
dibayar dua kali setahun. Seorang investor membelinya pada harga 90,00 (artinya
90% dari nilai nominal). Hitung berapa current yield obligasi tersebut.
10 % x 100.000 .000
Nominal Yield = = 11,11%
90 % x 100.000 .000

c. Yield to Call (YTC) dan Yield to Put (YTP) Obligasi


Yield to Call adalah tingkat imbal hasil atau pengambilan yang akan dicapai pada
obligasi yang dapat di tebus (callable bond) bila obligasi itu ditebus oleh penerbit
pada tanggal tebusnya. Sedangkan Yield to Put adalah tingkat imbal hasil yang akan
diterima oleh investor jika mereka memegang obligasi sampai tanggal permintaan
pelunasan.

d. Yield to Maturity (YTM) Obligasi


Yield to Maturity (YTM) adalah suku bunga atau tingkat keuntungan yang
dinikmati imvestor pada obligasi jika obligasi tersebut disimpan hingga tanggal
jatuh tempo. YTM tidak lain adalah ‘r’ atau suku bunga yang digunakan untuk
mendiskonto semua chasflow yang diterima pemilik di masa mendatang dari sebuah
obligasi sampai dengan jatuh temponya.6
n
Ct N
NO = ∑ t
+
t =1 (1+ r) (1+r )n

6
https://ardra.biz/topik/valuasi-obligasi/ diakses pada 27/11/20 pukul 12:07
E. PERUBAHAN NILAI OBLIGASI DARI WAKTU KE WAKTU
Faktor yang dapat mempengaruhi perubahan harga obligasi menurut Fabozzi (2000:569)
adalah tingkat likuiditas obligasi, waktu jatuh tempo, dan kupon. Faktor yang sangat penting
dalam penentuan harga obligasi adalah kupon. Faktor-faktor yang ada yaitu seperti faktor
likuiditas, waktu jatuh tempo, dan kupon. Faktor jatuh tempo dan kupon merupakan
karakteristik utama dari obligasi dan faktor likuiditas merupakan faktor yang secara langsung
dapat mempengaruhi perubahan harga obligasi.

Likuiditas (liquidity) atau disebut juga dengan marketability dari suatu obligasi
menunjukkan harga obligasi (Hartono, 2016:220). Likuiditas adalah suatu ukuran seberapa
sering suatu obligasi diperdagangkan. Pengaruh likuiditas obligasi terhadap perubahan harga
obligasi yaitu positif, hal ini disebabkan karena ketika likuiditas dari suatu obligasi
mengalami kenaikan maka akan menyebabkan kenaikan pada perubahan harga obligasi. Dari
beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh
positif terhadap perubahan harga obligasi.

Faktor kedua yang mempengaruhi perubahan harga obligasi adalah waktu jatuh tempo.
Waktu jatuh tempo (maturity) obliggasi menunjukkan lama waktu sampai penerbit obligasi
mengembalikan nilai nominal obligasi dan berakhirnya obligasi. Ketika suatu obligasi telah
mendekati waktu jatuh tempo nilainya akan menurun karena semakin sedikit sisa
pembayaran bunga di atas pasaran tersebut. Hal ini terjadi karena semakin lama jangka waktu
jatuh tempo obligasi, resiko obligasi akan semakin meningkat.

Bila terjadi keniakan tingkat bunga maka harga obligasi yang mempunyai jatuh tempo
lebih panjang akan mengalami penurunan harga yang lebih besar dibandingkan dengan
obligasi yang mempunyai waktu lebih pendek.

Faktor ketiga yang mempengaruhi harga obligasi adalah kupon. Kuponn adalah bunga
yang dibayarkan secara periodik oleh penerbit obligasi kepada pemegangnya. Suku bunga
kupon pada obligasi menunjukkan besarnya presentase bunga terhadap nilai nominal obligasi
yang akan dibayarkan setiap tahun. Kupon obligasi secara umum dibayarkan setiap tiga
bulan baik kupon yang tetap maupun yang mengambang.

Bila terjadi penurunan tingkat bunga pasar aka harga obligasi yang mempunyai kupon
lebih rendah akan mengalami kenaikan harga yang lebih besar dibandingkan dengan obligasi
yang mempunyai kupon lebih tinggi.7

F. IMBAL HASIL OBLIGASI


Yield atau imbal hasil merupakan tingkat pengembalian investasi sebagai presentase dari
jumlah investasi awal. Dalam obligasi, yield mengukur tingkat pengembalian berdasarkan
tingkat suku bunga (kupon), bukan selisih kenaikan harga (capital gain). Cara yang paling
sederhana untuk menghitung yield adalah dengan rumus nilai kupon dibagi dengan harga
7
https://ojs.unud.ac.id/index.php/Manajemen/article/view/29962/18944 diakses pada 27/11/20 pukul 12:25
obligasinya. Karenanya, ketika membeli obligasi pada masa penawaran atau pasar perdana,
kita menerima yield obligasi ini setara dengan kupon yang ditawarkannya.

Di pasar sekunder, begitu harga obligasi itu berubah, yield-nya juga akan berubah. Yield
ini berbanding terbalik dengan harga obligasi, sehingga bila yield turun semakin rendah
menandakan harga yang semakin tinggi di pasar karena mengindikasikan banyaknya
permintaan.

Yield obligasi sangat bergantung pada harga obligasi di pasar. Sementara itu, ada banyak
faktor yang mempengaruhi harga, mulai dari suku bunga acuan, nilai tukar rupiah, dan yield
atau imbal hasil acuan (benchmark) obligasi pemerintah bertenor 10 tahun.

Secara teori, bila suku bunga acuan turun, harga Obligasi Negara Ritel (ORI) di pasar
sekunder bisa naik, hal demikian karena ORI memiliki kupon yang bersifat tetap, tidak turun
saat acuan turun, dan bisa menguntungkan bagi investor. Kemudian bila nilai tukar rupiah
terhadap mata uang global atau dolar menguat, obligasi bisa diuntungkan. Sebab nilai ORI
yang dalam rupiah juga ikut naik menurut kacamata global.

Jadi, bila yield (imbal hasil) obligasi pemerintah bertenor 10 tahun turun, pasar obligasi
bisa diuntungkan. Yield ini berbanding terbalik dengan harga obligasi. Sehingga bila yield
turun semakin rendah menandakan harga semakin tinggi di pasar karena mengindikasikan
banyaknya permintaan.8

G. OBLIGASI DENGAN KUPON SETENGAH TAHUNAN


Tidak semua obligasi dibayar secara tahunan, meskipun pada dasarnya banyak obligasi
yang dibayarkan secara tahunan. Tidak menutup kemungkinan juga banyak obligasi yang
dibayar tiap setengah tahunan. Untuk obligasi setengah tahunan kita perlu mengubah model
valuasi yaitu sebagai berikut:
1. Membagi dolar pembayaran tahunan menjadi 2 untuk mendapatkan jumlah dolar bunga
yang dibayarkan tiap setangah tahunan (6 bulan).
2. Mengalikan jumlah tahunan sampai jatuh tempo, N, dengan 2 untuk menentukan jumlah
periode setengah tahunan (6 bulan).
3. Membagi tingkat bunga nominal dengan 2 untuk menentukan tingkat bunga berikutnya
(6 bulan).9

H. MENILAI TINGKAT RESIKO OBLIGASI


1. Resiko tingkat bunga investasi obligasi
Ada 2 resiko umum dalam investasi obligasi yaitu, resiko tingkat bunga (interest
rate risk) atau resiko harga tingkat bunga (interest rate price risk) dan resiko tingkat
reinvestasi (reinvestment rate risk).

Resiko tingkat bunga adalah resiko terjadinya penurunan harga obligasi yang
diakibatkan oleh kenaikan tingkat bunga. Tingkat suku bunga akan terus berfluktuasi

8
https://www.bareksa.com/berita/id/text/2019/10/14/apa-itu-yield-obligasi/23362/news diakses pada 27/11/20
pukul 12:39
9
https://www.coursehero.com/file/42161035/MKI-MATERI-OBLIGASIdocx/ diakses pada 27/11/20 pukul 12:47
dari waktu ke waktu, dan kenaikan tingkat bunga akan mengarah pada penurunan nilai
obligasi beredar. Berikut contoh perhitungan investasi obligasi dan resiko nya:
Sebagai ilustrasi, kita akan melihat obligasi milik sebuah perusahaan yang
diasumsikan memiliki kupon tahunan 10%. Dan asumsikan anda telah membeli salah
satu obligasi ini pada nilai nominalnya Rp 1.000.000. tak berapa lama setelah anda
membeli, tingkat bunga yang berlaku naik dari 10% menjadi 15%. Kenaikan tingkat
bunga dari 10% menjadi 15% secara tiba-tiba merupakan suatu peristiwa yang tidak
biasa. Dan hal ini akan terjadi hanya jika terungkap sesuatu yang buruk pada perusahaan
atau perekonomian. Yang lebih sering terjadi adalah kenaikan tingkat bunga yang lebih
kecil. Namun cukup signifikan yang merugikan pemegang obligasi.

Seperti dalam grafik diatas, kenaikan tingkat bunga ini akan menyebabkan harga
obligasi turun dari Rp 1.000.000 menjadi Rp 707.630. sehingga akan mengalami
kerugian sebesar Rp 292.370 atas obligasi tersebut. Sehingga makin lama obligasi
tersebut dilunasi maka akan makin lama pula pemegang obligasi yang memiliki kupon
lebih tinggi.

Pada kenyataannya, baik waktu jatuh tempo maupun tingkat kupon suatu obligasi
mempengaruhi resiko tingkat bunga. Kupon yang rendah berarti sebagian besar
pengembalian obligasi akan berasal dari pelunasan pokok pinjaman. Sementara itu pada
obligasi dengan kupon yang tinggi dengan waktu jatuh tempo sama, arus kas, akan lebih
banyak masuk selama tahun-tahun awal akibat pembayaran kupon yang relatif besar.

Suatu pengukuran yang disebut durasi, yang menghitung rata-rata jumlah tahun
PV arus kas obligasi. Pengukuran tersebut telah dikembangkan untuk menggabungkan
waktu jatuh tempo dan kupon. Kupon obligasi nol, yang tidak memiliki pembayaran
bunga dan seluruh pembayarannya dilakukan saat jatuh tempo. Memiliki durasi yang
sama dengan waktu jatuh temponya. Semua kupon obligasi memiliki durasi yang lebih
singkat daripada jatuh tempo. Maka makin tinggi tingkat kupon, makin tinggi tingkat
durasinya. Obligasi dengan durasi yang lebih panjang akan menghadapi resiko tingkat
bunga yang lebih tinggi.

2. Resiko tingkat reinvestasi obligasi


Resiko tingkat re-investasi obligasi adalah resiko terjadinya penurunan
pendapatan akibat turunnya tingkat bunga. Penurunan tingkat bunga akan menyebabkan
terjadinya penurunan pendapatan dan portofolio obligasi. Penurunan tingkat bunga
tersebut juga akan merugikan pemegang obligasi.

Resiko tingkat reinvestasi ini akan tinggi pada obligasi yang dapat ditebus. Resiko
ini juga tinggi pada obligasi jangka pendek karena makin pendek waktu jatuh tempo
investasi obligasi. Makin sedikit jumlah tahun sebelum obligasi lama dengan kupon
yang relatif tinggi digantikan dengan emiten baru dengan kupon rendah. Jadi seseorang
yang memiliki obligasi jangka pendek akan sangat dirugikan oleh penurunan tingkat
bunga. Namun pemegang obligasi jangka panjang yang tidak ditebus akan terus
menikmati tingkat bunga lama yang tinggi.

3. Perbandingan risiko tingkat bunga dan tingkat reinvestasi obligasi


Resiko tingkat bunga investasi oblogasi berhubungan dengan nilai portofolio
obligasi. Sedangkan resiko tingkat reinvestasi obligasi berhubungan dengan pendapatan
yang dihasilkan oleh portofolio. Bila kita memiliki investasi obligasi jangka panjang,
maka akan menghadapi resiko tingkat bunga yang signifikan. Karena portofolio akan
turun jika tingkat bunga meningkat. Tapi kita tidak akan banyak menghadapi resiko
tingkat reinvestasi karena pendapatan akan tetap stabil. Di lain pihak, jika obligasi
jangka pendek, maka tidak akan banyak menghadapi resiko harga tingkat bunga. Tapi
akan menghadapi resiko tingkat reinvestasi yang signifikan.

Cara meminimalkan resiko tingkat bunga dan resiko reinvestasi obligasi yaitu
dengan cara membeli obligasi pemerintah kupon nol. Dengan waktu jatuh tempo yang
sama dengan cakrawala investasi investor. Asumsikan cakrawala investasi adalah 10
tahun. Jika kita membeli obligasi dengan kupon nol 10 tahun. Maka akan menerima
jaminan pembayaran dalam 10 tahun yang sama dengan nilai obligasi. Sehingga tidak
akan menghadapi resiko harga tingkat bunga. Terlebih lagi karena tidak ada kupon yang
akan diinvestasikan kembali.10

I. RESIKO GAGAL BAYAR


Default risk adalah resiko gagal bayar atau wanprestasi dimana penerbit obligasi gagal
memenuhi kewajibannya membayar nilai pokok investasi dan kupon (bunga) obligasi
tersebut. Resiko gagal bayar biasanya dialami oleh obligasi yang diterbitkan oleh korporasi.
Ketika bisnis sebuah perusahaan mengalami kejatuhan, buka tidak mungkin perusahaan
tersebut gagal untuk mengembalikan uang investor. Kasus ini pernah dialami oleh sejumlah
korporasi di indonesia.

Kendati demikian, bukan berarti obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah di suatu
negara bebas dari resiko gagal bayar. Di indonesia, pembayaran nilai pokok investasi dan
kupon dari obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah dijamin oleh sejumlah undang-
undang.11

10
https://manajemenkeuangan.net/cara-menilai-tingkat-risiko-investasi-obligasi/ diakses pada 27/11/20 pukul
15:44
11
https://bigalpha.id/news/mengenal-aneka-risiko-investasi-obligasi / diakses pada 27/11/20 pukul 16:31
Meski obligasi menawarkan berbagai kelebihan, belum tentu pemegang obligasi selalu
mendapatkan keuntungan. Obligasi sendiri merupakan bentuk investasi yang mengandung
resiko. Resiko yang terbesar adalah jika perusahaan sebagai penerbit obligasi tidak mampu
membayar kupon obligasi dan tidak dapat membayar hutang pokoknya. Dalam dunia
finansial, ketidakmampuan perusahaan dalam membayar obligasi disebut dengan istilah
gagal bayar atau default.

Gagal bayar tentu kejadian yang sangat tidak diinginkan baik oleh penerbit maupun
pemegang obligasi. Namun demikian, hal ini kadang tidak bisa dihindari. Di indonesia
sendiri, kasus perusahaan yang gagal bayar bukanlah hal yang baru.

Hal ini sudah banyak terjadi. Misalnya, pada tahun 2018, beberapa perusahaan besar
gagal bayar seperti PT Tiga Pilar Sejahtera Food, PT Express Transindo Utama Tbk, dan
perusahaan yang menerbitkan suarat utang jangka panjang menengah (medium term note)
yaitu PT Sunprima Nusantara. Ketiga perusahaan tersebut memiliki obligasi bermasalah
senilai triliunan rupiah.

Penyebab sebuah perusahaan gagal bayar pun beragam. Bebrapa kemungkinan yang
mungkin terjadi antara lain penjualan yang sedang ambruk atau bisnis tidak berjalan lancar.
Ini terjadi pada PT Tiga Pilar Sejahtera Food yang memproduksi beras. Hal ini bukan
dikarenakan oleh produk beras yang tidak laku, tetapi karena bisnis perusahaan sedang
lertekan sehingga tidak ada pemasukan pada induk usahanya. Padahal bisnis beras adalah
kontributor utama dalam keuangan perusahaan. Goncangan pada sektor utama langsung
berdampak pada keuangan perusahaan.

Kegagalan bisnis bukan satu-satunya penyebab gagal bayar. Ada pula faktor lain seperti
kenaikan suku bunga bank. Meski pada penerbitan obligasi suku bunga tergolong fleksibel
dan dapat disesuaikan dengan kemampuan perusahaan, lembaga pembiayaan dan properti
terkena dampak terburuk jika tingkat suku bunga bank naik.

Selain kedua hal tadi, gagal bayar juga bisa disebabkan oleh pergantian pemegang saham
di perusahaan yang berpengaruh ke sisi permodalan. Mislanya pemegang saham yang tidak
memiliki kapasitas pendanaan kuat tentu akan berdampak buruk pada kinerja keuangan
perusahaan.

Saat terjadi gagal bayar, tentu investor sebagai pihak pemegang obligasi menanggung
resiko terbesar meski kondisi perusahaan penerbit obligasi sendiri sedang terpuruk. Namun
bukan berarti investor tidak bisa menghindari resiko gagal bayar ini. Sebelummemutuskan
untuk membeli obligasi perusahaan, investor harus mencari tahu kondisi keuangan
perusahaan tersebut dan melihat berbagai ulasan pengamat bisnis. Sebelum perusahaan
mengalami gagal bayar, lembaga pemeringkat yang mengamati kinerja perusahaan. Jika
perusahaan berpotensi gagal bayar, lembaga pemeringkat akan memberikan sinyal baik itu
dengan menurunkan prospek atau outlook perusahaan maupun menurunkan rating
perusahaan terkait.
Agar gagal bayar dapat dihindari, maka baik pihak penerbit atau pemegang obligasi harus
mengambil tindakan untuk mengantisipasi hal tersebut. Yaitu dengan cara terus melihat
laporan lembaga pemeringkat secara rutin, sehingga jika terjadi penurunan rating dapat
segera dilakukan pencegahan agar kedua pihak tidak mengalami kerugian terlalu besar.12
J. PASAR OBLIGASI
Pasar obligasi merupakan penghubung bagi emiten-emiten yang membutuhkan dana
jangka panjang dengan investor yang ingin menempatkan dana mereka pada efek-efek yang
mengahsilkan bunga jangka panjang. Ada dua jenis pasar obligasi yaitu:

1. Pasar Primer, merupakan tempat diperdagangkan obligasi saat mulai diterbitkan. Salah
satu persyaratan ketentuan Pasar Modal, obligasi harus dicatatkan di bursa efek untuk
dapat ditawarkan kepada masyarakat, dalam hal ini lazimnya adalah bursa efek Surabaya
(BES) sekarang Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Pasar Sekunder, merupakan tempat diperdagangkannya obligasi setelah diterbitkan dan
tercatat di BES, perdagangan obligasi akan dilakukan di Pasar Sekunder. Pada saat ini,
perdagangan obligasi akan dilakukan secara Over the Counter (OTC). Artinya, tidak ada
tempat perdagangan secara fisik. Pemegang obligasi serta pihak yang ingin membelinya
akan berinteraksi dengan bantuan perangkat elektronik seperti email, online tranding,
atau telepon.13

12
https://www.simulasikredit.com/apa-yang-terjadi-jika-obligasi-gagal-bayar/ diakses pada 27/11/20 16:54
13
http://jenisreksadana.blogspot.com/2017/04/beda-pasar-obligasi-dan-pasar-saham.html diakses pada 27/11/20
pukul 17:05

Anda mungkin juga menyukai