Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah


Vol.1 No.2 November 2016 : 438-445

ANALISIS PENENTUAN LOKASI: STUDI KASUS INDUSTRI RUMAH TANGGA


(HOME INDUSTRY) DI WILAYAH KOTA BANDA ACEH
Cut Triyuna Octiananda1*, Nazamuddin2
1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Syiah Kuala, Banda Aceh, Email :
Cuttriyunaoctiananda@gmail.com
2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Syiah Kuala, Banda Aceh, Email :
nazamuddin@unsyiah.ac.id

ABSTRACT
This research aims to find out what factors determine the location and the feasibility of home
industry in Banda Aceh city. The data used is primary data which obtained from the results of
the interview using questionaires that already distributed to 93 people respondents and
secondary data was obtained from two goverment agencies. This study used a purposive
sampling method. The data is then analyzed by qualitative descriptive way. The results obtained
from the analysis of the determination of the location, the running of home industry was
determined by the importance of location, raw materials and facilities. It is therefore a major
factor in detemining the location of the home industry are private land and adequate
infrastructure and in terms of feasibility, the higher the profit obtained then the industry deserves
to remain its operation.
Keywords : Household industry, Location, Facilities.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang menentukan lokasi dan kelayakan
industri rumah tangga (home industry) di Kota Banda Aceh. Data yang digunakan berupa data
primer yang diperoleh dari hasil wawancara menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada 93
orang responden dan data sekunder yang didapatkan dari 2 instansi pemerintah. Penelitian ini
menggunakan metode purposive sampling. Data kemudian dianalisis dengan cara deskriptif
kualitatif. Hasil yang didapatkan dari analisa penentuan lokasi, berjalannya suatu usaha industri
rumah tangga dikarenakan pentingnya faktor lokasi, bahan baku dan fasilitas. Oleh karena itu
faktor utama dalam menentukan lokasi industri rumah tangga adalah lahan pribadi dan
infrastruktur yang memadai dan dari segi kelayakan, semakin tinggi keuntungan yang diperoleh
maka industri layak untuk tetap beroperasi.
Kata kunci : Industri rumah tangga, Lokasi, Fasilitas.

PENDAHULUAN
Industri kecil yang berkembang dapat menampung cukup banyak tenaga kerja sehingga
dapat mengatasi masalah banyaknya pengangguran di Indonesia. Jumlah usaha dan tenaga kerja
menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) pada industri kecil di Indonesia
pada tahun 2014 & 2015, diperlihatkan pada Tabel 1.1.Terlihat bahwa pada tahun 2014 terdapat
153.311 unit jumlah usaha dan 1.279.661 orang tenaga kerja dan mengalami peningkatan pada
tahun 2015 menjadi 160.085 unit usaha dan 1.288.199 orang tenaga kerja. Apabila peningkatan
terjadi pada setiap tahunnya, maka terdapat potensi besar yang mengurangi pengangguran dan
pengaruh yang besar pada perekonomian di Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2015).
Usaha industri merupakan suatu unit usaha yang dilakukan dalam kegiatan ekonomi yang
bertujuan menghasilkan barang jasa yang terletak pada suatu lokasi tertentu dan mempunyai
catatan administrasi sendiri mengenai struktur usahanya dan memiliki tanggung jawab atas usaha
indutri tersebut (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut Undang-undang No.3 Tahun 2014
tentang perindustrian adalah seluruh bentuk dari kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku,

438
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016 : 438-445

atau memanfaatkan sumber daya industri, sehingga dapat menghasilkan barang yang memiliki
nilai tambah atau manfaat yang lebih tinggi, termasuk juga jasa industri.
Industri kecil terdiri atas empat bagian yaitu industri tradisional meliputi penggaraman,
anyaman rotan, sapu ijuk atau lidi, pembuatan kopiah, dan lain-lain, industri makanan dan
minuman meliputi sirup, bubuk kopi, tempe, tahu, dan lain-lain, industri jasa meliputi reprarasi
sepeda, tambal ban, percetakan, reparasi jam, dan lain-lain, industri bangunan atau bahan
bangunan meliputi batu bata, batako, dan perabot. Pada Tabel 1.2 dapat dilihat jumlah industri
menurut jenis industri di Kota Banda Aceh pada tahun 2014.

Tabel 1. Jumlah Industri di Kota Banda Aceh tahun 2014


No Kecamatan Industri Industri Industri Industri Jumlah
Tradisional Makanan dan Jasa Bangunan
Minuman
1 Meuraxa 26 19 43 7 95
2 Jaya Baru 20 17 35 12 84
3 Banda Raya 14 34 57 12 117
4 Baiturrahman 149 40 182 14 385
5 Lueng Bata 14 19 78 12 123
6 Kuta Alam 123 49 171 9 352
7 Kuta Raja 23 12 49 6 90
8 Syiah Kuala 42 17 86 8 153
9 Ulee Kareng 71 35 51 30 187
Jumlah 482 242 752 110 1.586
Sumber: Banda Aceh dalam angka 2015, Badan Pusat Statistika (BPS)

Pada Tabel 1, Kecamatan Baiturrahman memiliki jumlah industri terbanyak


dibandingkan kecamatan lain dengan jumlah 385 industri pada tahun 2014 yang terdiri dari
industri tradisional dengan jumlah 149 industri, industri makanan dan minuman berjumlah 40
industri, industri jasa berjumlah 182 industri dan industri bangunan berjumlah 14 industri,
sedangkan Kecamatan Jaya Baru memiliki jumlah industri terendah dengan jumlah 84 industri
yang terdiri dari industri tradisional dengan jumlah 20 industri, industri makanan dan minuman
berjumlah 17 industri, industri jasa berjumlah 35, dan industri bangunan berjumlah 12 industri.
Iswara A.W dkk (2007), menyatakan faktor-faktor yang menjadi acuan dalam
menentukan lokasi industri adalah ketersedian bahan baku yang akan menentukan biaya
transportasi. Semakin dekat dengan bahan baku maka semakin sedikit biaya yang dikeluarkan
untuk biaya transportasi, bukan hanya bahan baku menjadi faktor penentu lokasi tetapi
ketersediaan modal menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi industri.

TINJAUAN PUSTAKA
Sumaatmadja (1988) menyatakan bahwa lokasi dalam suatu ruang dapat dibedakan
menjadi dua jenis lokasi, yaitu :
Lokasi absolut adalah suatu tempat atau wilayah yang berlokasinya berkaitan dengan letak
astronomis yaitu dengan menggunakan garis lintang dan garis bujur, dan dapat diketahui secara
pasti dengan menggunakan peta, dan lokasi relatif adalah suatu tempat atau wilayah yang
berkaitan dengan karakteristik tempat atau suatu wilayah, di mana karakteristik tempat yang
bersangkutan sudah dapat di abstraksikan lebih jauh. Lokasi relatif memberikan gambaran
tentang keterbelakangan, perkembangan dan kemajuan wilayah yang bersangkutan dibandingkan
dengan wilayah lainnya..
Adisasmita (2008) menyatakan industri merupakan kegiatan atau usaha dengan
mengunakan olahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki
nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Industri kecil memiliki beberapa ciri-ciri yaitu

439
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016 : 438-445

memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari keluarga, dan pemilik atau
pengolah industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya.
Penelitian yang dilakukan Aguilar (2009), terdapat enam faktor lokasi yaitu: kebijakan,
hukum dan jasa, sumber daya manusia, sumber daya produksi, kompetisi industri, kedekatan
pasar dan aksesibilitas, energi dan biaya-biaya lainnya, dan pembangunan infrastruktur
merupakan daya tarik utama para investor industri kayu.
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka landasan pemikiran dalam
penelitian ini adalah jenis industri, bahan baku, tenaga kerja dan fasilitas mempengaruh dalam
melakukan penentuan lokasi

Gambar 1. Kerangka pemikiran

METODE PENELITIAN

Ruang lingkup dalam penelitian ini berfokus kepada industri rumah tangga yang terdapat
di kecamatan Baiturahman, Kuta Alam dan Ulee Kareng yang berada di kota Banda Aceh. Jenis
dan sumber data yang digunakan dengan data primer yang diperoleh dari kuesioner hasil
observasi dan data sekunder yang diperoleh dari hasil Badan Pusat Statisk dan Dinas
Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UKM kota Banda Aceh. Penelitian ini mengunakan
teknik pengumpulan data primer yaitu kuesioner dan wawancara.
Definisi operasional variabel
Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Lokasi industri yang dipilih pemilik industri untuk melakukan industri.
2. Ketersediaan bahan baku yang digunakan oleh industri.
3. Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakaan dalam industri.
4. Jenis industri yang dipilih oleh pemilik industri.
5. Fasilitas yang dapat mempermudah dan memperlancar dalam industri.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden
Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di tiga kecamatan di kota
Banda Aceh, yaitu kecamatan Baiturrahman, Kuta Alam, Ulee Kreng. Jumlah responden yang
tersedia sebanyak 93 responden. Karakteristik utama responden dapat dilihat mulai dari tingkat
pendidikan, pendapatan, usia, jumlah tanggungan.

440
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016 : 438-445

Tabel 2 Responden menurut Tingkat Pendidikan


Persentase
Jenjang Pendidikan Frekuensi
(%)
SD/Sederajat 1 1,1
SMP/Sederajat 6 6,5
SMA/Sederajat 51 54,8
DIII 9 9,7
S1 24 25,8
S2 2 2,2
Jumlah 93 100,0
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (diolah)

Berdasarkan Tabel 2, sebagian besar responden memiliki tingkat SMA/sederajat


mencapai 54 persen dan tingkat S1 26 persen. Dengan demikian, sebagian besar pendidikan
pemilik industri ialah tingkat SMA/sederajat.

Tabel 3. Responden menurut Modal Awal


Persentase
Modal Awal Frekuensi
(%)
0-20.000.000 61 66,1
21.000.000-40.000.000 13 14,1
41.000.000-60.000.000 8 8,6
61.000.000-80.000.000 4 4,3
81.000.000-100.000.000 3 3,3
≥ 100.000.000 4 4,4
Jumlah 93 100,0
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (diolah)

Berdasarkan data yang diperoleh modal usaha yang terendah berjumlah tiga responden
yaitu pada modal usaha diantara 81 juta rupiah sampai 100 juta rupiah. Sedangkan yang paling
tinggi berjumlah 74 responden. Hal ini menunjukkan bahwa modal usaha responden yang paling
banyak terdapat pada modal usaha antara nol sampai 40 juta rupiah.

Tabel 4. Responden menurut Jumlah Tanggungan


Persentase
Jumlah Tanggungan Frekuensi
(%)
0 35 37,6
1-6 58 62,4
Jumlah 93 100,0
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (diolah)

Tabel 4, menjelaskan bahwa sebagian besar responden sudah menikah dan memiliki
tanggungan mencapai 62 persen, sehingga hanya 37 persen yang belum memiliki tanggungan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar pemilik industri sudah memiliki
tanggungan keluarga.

441
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016 : 438-445

Tabel 5. Responden menurut Umur


Umur (Tahun) Frekuensi Persentase
(%)
16-25 26 28,1
26-35 36 38,8
36-45 12 13,1
46-55 12 13,1
56-65 4 4,4
≥ 66 3 3,3
Jumlah 93
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (diolah)

Tabel 5, menunjukkan bahwa pemilik industri rumah tangga sebagian besar berumur 16
sampai 35 tahun yaitu mencapai 70 persen. faktor umur terhadap didirikannya industri rumah
tangga dikarenakan pemilik siap mencari pengalaman baru dengan membangun usaha sendiri,
susahnya mencari lapangan pekerjaan, mengembangkan usaha yang telah dibangun oleh
orangtua atau usaha turun menurun dan mengembangkan keahlian yang ada. Dengan demikian
dapat disimpulkan industri rumah tangga didominasi pemilik yang berumur 16 sampai 35 tahun.

PENENTUAN LOKASI
Penentuan lokasi sangat penting dalam mendirikan industri dikarenakan bila para pemilik
industri tidak memilih lokasi yang baik maka usaha tersebut tidak dapat berjalan dengan baik.

Tabel 6. Penentuan Lokasi menurut Jenis Industri


Alasan Jenis Industri
Persentase
memilih Makanan Tradisional Jasa Bangunan
Jumlah (%)
lokasi F % F % F % F %
Tidak
5 5,3 2 2,2 3 3,2 0 0 10 10,7
memilih
Lahan
9 9,6 9 9,6 20 21,6 5 5,2 43 46,2
pribadi
Bahan baku
mudah 0 0 0 0 1 1,1 0 0 1 1,1
dijangkau
Dekat
dengan pusat 1 1,1 2 2,2 3 3,2 1 1,1 7 7,5
pasar
Infrastruktur
yang 6 6,5 1 1,1 15 16,1 2 2,2 24 25,9
memadai
Strategis 4 4,4 0 0 3 3,2 1 1,1 8 8,6
Jumlah 25 26,9 14 15,1 45 48,4 9 9,6 93 100,0
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (diolah)

Berdasarkan Tabel 6, menunjukkan bahwa dalam penentuan lokasi industri menurut


jenis industrinya ialah lahan pribadi memiliki jumlah tertinggi sebanyak 46 persen, serta jumlah
tertinggi selanjutnya ialah infrastruktur yang memadai dengan jumlah 25 persen, dan frekuensi
terendah ialah bahan baku yang mudah dijangkau hanya satu responden. Jenis industri tertinggi
ialah industri jasa dengan jumlah 48 persen dan industri terendah ialah industri bangunan.
Dengan demikian, dapat dilihat bahwa 21 persen industri jasa memilih lokasi industri rumah
tangga di lahan pribadi.

442
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016 : 438-445

Tabel 7. Penentuan Lokasi menurut Pengeluaran Air


Pengeluaran air (Rupiah)
Alasan 201.000
0,1 – 101.000 – Persentase
memilih 0 – ≥ 301.000 Jumla
100.000 200.000 (%)
lokasi 300.000 h
F % F % F % F % F %
Tidak
0 0 8 8,6 2 2,2 0 0 0 0 10 10,7
memilih
Lahan
4 4,3 29 31.1 7 7,5 3 3,2 0 0 43 46,2
pribadi
Bahan
baku
0 0 0 0 1 1,1 0 0 0 0 1 1,1
mudah
dijangkau
Dekat
dengan 4 4,3 2 2,2 1 1,1 0 0 0 0 7 7,5
pusat pasar
Infrastrukt
ur yang 5 5,3 16 17,2 1 1,1 1 1,1 1 1,1 24 25,9
memadai
Strategis 5 5,3 2 2,2 0 0 1 1,1 0 0 8 8,6
Jumlah 18 19,2 57 61,3 12 13,0 5 5,4 1 1,1 93 100,0
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (diolah)

Pada Tabel 7, dapat dilihat dalam penentuan lokasi industri rumah tangga menurut
pengeluaran air bahwa jumlah tertinggi ialah dengan alasan memilih lokasi yaitu lahan pribadi
dengan jumlah 46 persen, tertinggi selanjutnya ialah infrastruktur yang memadai dengan jumlah
26 persen, dan terendah ialah bahan baku yang mudah dijangkau dengan jumlah satu responden.
Pengeluaran air tertinggi ialah berkisaran 0,1 sampai 100.000 rupiah dengan jumlah 61 persen
dan pengeluaran air terendah berkisaran di atas 301.000 rupiah dengan jumlah satu responden.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa 38 persen pengeluaran air di Kota Banda Aceh sebesar
≤ 200.000 ribu rupiah memilih lokasi industri rumah tangga di lahan pribadi.

Tabel 8. Penentuan Lokasi menurut Pengeluaran Listrik


Pengeluaran Listrik (Rupiah)
Persentase
Alasan 0,1 – 250.001 – 450.001 – ≥
0 Jumlah (%)
memilih lokasi 250.000 450.000 650.000 650.001
F % F % F % F % F %
Tidak memilih 0 0 5 5,3 3 3,2 2 2,2 0 0 10 10,7
Lahan pribadi 1 1,1 15 16.1 15 16,1 7 7,5 5 5,3 43 46,2
Bahan baku
yang mudah 0 0 0 0 0 0 1 1,1 0 0 1 1,1
dijangkau
Dekat dengan
0 0 3 3,2 2 2,2 1 1,1 1 1,1 7 7,5
pusat pasar
Infrastruktur
1 1,1 16 17,2 5 5,3 0 0 2 2,2 24 25,9
yang memadai
Strategis 2 2,2 2 2,2 1 1,1 1 1,1 2 2,2 8 8,6
Jumlah 4 4,4 41 44,0 26 27,9 12 13,0 10 10,8 93 100,0
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (diolah)

Pada Tabel 8, menunjukkan bahwa penentuan lokasi industri rumah tangga menurut
pengeluaran listrik ialah dengan alasan memilih lokasi yaitu lahan pribadi dengan jumlah 46
persen, tertinggi selanjutnya infrastruktur yang memadai dengan jumlah 26 persen dan terendah
ialah bahan baku yang memadai dengan jumalah satu responden. Pengeluaran listrik tertinggi
443
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016 : 438-445

ialah 0,1 sampai 250.000 rupiah dengan jumlah 44 persen dan tidak mengunakan listrik ada
empat responden. Dengan demikian, dapat disimpulkan 32 persen pengeluaran listrik industri
rumah tangga di Kota Aceh sebesar ≤ 450.000 ribu rupiah memilih lokasi industri rumah tangga
di lahan pribadi.

Tabel 9. Penentuan Lokasi menurut Mengunakan Lahan Parkir


Lahan parkir
Alasan memilih Persentase
Ya Tidak
lokasi Jumlah (%)
F % F %
Tidak memilih 3 3,2 7 7,5 10 10,7
Lahan pribadi 32 34,4 11 11,9 43 46,2
Bahan baku
yang mudah 1 1,1 0 0 1 1,1
dijangkau
Dekat dengan
5 5,3 2 2,2 7 7,5
pusat pasar
Infrastruktur
22 23,7 2 2,2 24 24,9
yang memadai
Strategi 7 7,5 1 1,1 8 8,6
Jumlah 70 75,1 23 24,9 93 100,0
Sumber: Hasil Penelitian, 2016 (diolah)

Pada Tabel 9, penentuan lokasi industri rumah tangga menurut mengunakan lahan parkir
menunjukkan alasan pemilik industri rumah tangga memilih lokasi ialah lahan pribadi dengan
jumlah 46 persen, selanjutnya infrastruktur yang memadai dengan jumlah 25 persen dan yang
terendah bahan baku yang mudah dijangkau dengan jumlah satu responden. Terdapat 75 persen
atau yang menggunakan lahan parkir dan 25 persen yang tidak mengunakan lahar parkir di
industri rumah tangganya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hampir keseluruhan industri
rumah tangga yang mengunakan lahan parkir memilih lokasi industri rumah tangga di lahan
pribadi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, maka dapat disimpulkan bahwa pemilik usaha
di industri di Kota Banda Aceh sebagian besar berumur 26 sampai 35 tahun, didominasi oleh
kaum laki-laki, sudah menikah dan memiliki jenjang pendidikan yaitu SMA/sederajat. Faktor
utama dalam penentuan lokasi industri rumah tangga ialah lahan milik pribadi dan infrastruktur
yang memadai. Lima variabel yang diteliti ternyata variabel lokasi, bahan baku dan fasilitas
memiliki peran yang tinggi dalam pemilihan lokasi industri.

Saran
Saran yang dapat penulis berikan setelah melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah diharapkan memberikan dukungan dana terhadap usaha industri rumah
tangga agar pemilik industri tersebut dapat mengembangkan usaha industri dengan baik.
2. Pemilik industri diharapkan agar memperhatikan faktor-faktor yang menjadi penentu
lokasi industri, sehingga dapat memenuhi permintaan pasar dengan lebih baik dan
pengembangan industri secara maksimal dan membuat tempat pembuangan limbah agar
tidak menimbulkan ketegangan antar pemilik industri dan masyarakat sekitar.
3. Peneliti selanjutnya diharapkan adanya penelitian lanjutan mengkaji tentang penentu
faktor lokasi dengan variabel dan sampel lebih banyak dan instrumen yang lebih baik.

444
Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM)
Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah
Vol.1 No.2 November 2016 : 438-445

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R. (2008). Pengembangan Wilayah. yogyakarta: Graha Ilmu.


Aguilar, F. X. (2009). Spatial Econometric Analysis of Location Drivers in a Renewable
Resource-Based Industry: The U.S South Lumber Industry. Journal Forest Policy and
Economics 11, 184-193.
Badan Pusat Statistik. (2014). " Industri " Banda Aceh Dalam Angka 2014. In Penjelasan Teknik
Industri (p. 221). Banda Aceh.
-------------------------- (2014). Perusahaan Industri Pengolahan. www.bps.go.id. Diakses kamis
03 maret 2016 pukul 20:00.
Iswara A.W, H., Evania, V., & S. Wicaksana, I. W. (2007). Pemilihan Lokasi Usaha dengan
Pendekatan Metode Tree Decision. Mata Kuliah Kewirausahaan Teknik Informatika -
Universitas Widyatama.
Republik Indonesia. (2014). Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2014 Tentang
Perindustrian.
Sumaatmadja, N. (1988). Studi Geografi : Suatu Pendekatan dan Analisa Keruangan. Bandung:
Alumni.

445

Anda mungkin juga menyukai