Anda di halaman 1dari 24

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebelum Perang Dunia Pertama dan selama periode Depreasi Besar, ada beberapa
aspek umum yang perlu kita ketahui dan pahami tentang masalah makroekonomi
negara-negara berkembang. Salah satunya yaitu masalah tingginya ketergantungan
mereka pada arus masuk modal dari luar negeri guna membiayai investasi domestik.
Negara-negara berkembang di masa itu termasuk Amerika serikat selama hampir
sepanjang abad ke-19 menerima arus masuk modal secara besar-besaran dari kawasan
lain yang lebih kaya.
Pasca Perang Dunia II, pemberian utang luar negeri di wilayah utara, bank-bank
swasta serta lembaga-lembaga keuangan internasional memberikan pinjaman kepada
negara-negara dunia ketiga yang ingin mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Adanya peluang tersebut, banyak negara berkembang secara terus menerus berhutang
sehingga pada akhir tahun 1996 jumlahnya sudah mencapai $2,1 triliun. Hutang ini
menjadi inti krisis pinjam-meminjam dana internasional yang memusingkan seluruh
pembuat kebijakan ekonomi di seluruh dunia selama dua dekade terakhir abad 20.
Salah satu negara dunia ketiga, Indonesia juga memiliki utang luar negeri yang
diawali sejak era orde lama hingga saat ini. Awalnya uang tersebut digunakan sebagai
pembiayaan tambahan atas defisit anggaran demi memacu pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi dalam negeri. Pembangunan ekonomi merupakan proses yang
mutlak dilakukan oleh suatu bangsa untuk dapat meningkatkan kesejahteraan seluruh
rakyat. Sedangkan pertumbuhan ekonomi suatu negara harus dikukung oleh
ketersediaan sumber daya ekonomi, baik sumber alam, sumber daya manusia dan
sumber daya modal yang produktif. Dengan kata lain tanpa adanya daya dukung yang
cukup kuat dari sumber daya ekonomi, maka pembangunan ekonomi mustahil
dilaksanakan dengan baik dan memuaskan.
Di Indonesia tingkat kesejahteraan rakyat yang relatif masih rendah,
mempertinggi tingkat pertumbuhan ekonomi memang sangat mutlak untuk mengejar
ketertinggalan dari negara-negara industri maju. Hal tersebut dikarenakan masih
lemahnya kemampuan berpartisipasi swasta domiestik dalam pembangunan ekonomi
nasional. Segala upaya dan strategi pembangunan difokuskan oleh pemerintah untuk
mempertahankan atau bahkan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang relatif
tinggi dari tahun ke tahun. Sehingga, sering kali hal tersebut dilakukan melebihi
kemampuan dan daya dukung di dalam negeri. Akibatnya, pemerintah harus
mendatangkan sumber daya ekonomi dari luar negeri untuk dapat memberikan
dukungan yang cukup bagi pelaksanaan program pembangunan ekonomi nasional.
Sumber daya modal merupakan sumber daya ekonomi yang paling sering
didatangkan oleh pemerintah untuk mendukung pembangunan nasional. Hal ini karena
adanya keterbatasan sumber daya modal dalam negeri. Datangnya modal dari luar
negeri tersebut dapat digunakan untuk mendukung program pembangunan nasional
pemerintah, sehingga target pertumbuhan ekonomi nasional dan pendapatan perkapita
masyarakat meningkat. Tetapi disisi lain, diterimanya modal asing tersebut dapat
menimbulkan berbagai masalah dalam jangka panjang, baik ekonomi maupun politik,
bahkan menjadi beban yang seolah-olah tak terlepaskan yang justru menyebabkan
berkurangnya tingkat kesejahteraan masyarakat.

1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di latar belakang diatas, maka secara umum rumusan masalah
di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan utang luar negeri ?
b. Bagaimana sejarah utang luar negeri secara umum ?
c. Bagaimana sejarah utang Pemerintah Indonesia?
d. Apa yang menjadi penyebab utang luar negeri Indonesia?
e. Apa kebaikan dan keburukan utang luar negeri bagi negara Indonesia?
f. Bagaimana dampak utang luar negeri?
g. Bagaiman dampak utang luar negeri bagi Indonesia?
h. Apakah solusi utang negeri?

C. PEMBAHASAN
a. Definisi Utang Luar Negeri
Pengertian utang negara berdasarkan undang-undang nomor 1 tahun 2014
merupakan jumlah uang yang wajib dibayar pemerintah pusat dan kewajiban
pemerintah pusat yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, perjanjian atau berdasarkan sebab lain yang sah. Pemberian
pinjaman luar negeri atau yang biasa disebut dengan utang tersebut bisa dalam
bentuk devisa yang dirupiahkan, rupiah maupun barang atau jasa. Utang seringkali
menjadi permasalahan yang pelik dalam lingkup nasional karena telah tertanam
dalam benak mayoritas masyarakat sinyal buruk terhadap utang yang merupakan
salah satu bagian penting dalam menetapkan kebijakan fiskal (APBN).
Pinjaman ini dapat berbentuk Pinjaman Program I dan atau Pinjaman Proyek 2
yang terdiri atas pinjaman lunak, fasilitas kredit ekspor, pinjaman komersial dan
pinjaman campuran.
1. Pinjaman Lunak
adalah pinjaman yang masuk dalam kategori Official Development Assistance
(ODA) Loan3 atau Concessional Loan4, yang berasal dari suatu negara ataupun
lembaga multilateral yang ditujukkan untuk pembangunan ekonomi atau
peningkatan kesejahteraan sosial bagi negara penerima dan memiliki komponen
hibah (grant element) sekurang-kurangnya 35%. Contohnya adalah pinjaman dari
Perancis untuk membiayai berbagai program penanganan perubahan iklim atau
baru-baru ini tawaran pinjaman keuangan dari Jerman untuk proyek-proyek di
bidang transportasi, infrastruktur serta pengembangan geothermal.
2. Fasilitas Kredit Ekspor
adalah pinjaman komersial yang diberikan lembaga keuangan atau lembaga non
keuangan di Negara pengekspor yang dijamin oleh lembaga penjamin kredit
ekspor. Sebagai contoh, fasilitas ini diberikan untuk UKM pada sektor furniture,
pangan dan perikanan.
3. Pinjaman Komersial
adalah pinjaman luar negeri pemerintah yang diperoleh dengan persyaratan yang
berlaku di pasar dan tanpa adanya penjaminan dari lembaga penjamin kredit
ekspor.
4. Pinjaman Campuran
adalah kombinasi antara dua unsur atau lebih yang terdiri dari hibah, pinjaman
lunak, fasilitas kredit ekspor dan pinjaman komersial.

2
b. Sejarah utang luar negeri secara umum
Sebelum Perang Dunia Pertama dan selama periode Depreasi Besar, ada
beberapa aspek umum yang perlu kita ketahui dan pahami tentang masalah
makroekonomi negara-negara berkembang. Salah satunya yaitu masalah tingginya
ketergantungan mereka pada arus masuk modal dari luar negeri guna membiayai
investasi domestik. Negara-negara berkembang di masa itu termasuk Amerika serikat
selama hampir sepanjang abad ke-19 menerima arus masuk modal secara besar-
besaran dari kawasan lain yang lebih kaya.
Pasca Perang Dunia II, pemberian utang luar negeri di wilayah utara, bank-
bank swasta serta lembaga-lembaga keuangan internasional memberikan pinjaman
kepada negara-negara dunia ketiga yang ingin mewujudkan kesejahteraan bagi
rakyatnya. Adanya peluang tersebut, banyak negara berkembang secara terus
menerus berhutang sehingga pada akhir tahun 1996 jumlahnya sudah mencapai $2,1
triliun. Hutang ini menjadi inti krisis pinjam-meminjam dana internasional yang
memusingkan seluruh pembuat kebijakan ekonomi di seluruh dunia selama dua
dekade terakhir abad 20.
Sejarah pemberian pinjaman kepada Negara berkembang tidak bebas dari kisah
krisis keuangan dan kisah kredit macet (default) atau kegagalan pemenuhan kontrak
seperti berikut:
1. Pada awal abad 19, sejumlah negara di benua Amerika menyatakan tidak
sanggup membayar pinjamannya dari kreditor di Eropa yang digunakan untuk
membangun sejumlah kanal dan terusan.
2. Sepanjang abad 19, Negara-negara Amerika Latin mengalami kesulitan
pembayaran kembali pinjaman mereka, terutama Argentina yang kemudian
memicu terjadinya krisis keuangan di tahun 1890 (krisis baring).
3. Di tahun 1917 pemerintah komunis yang baru berkuasa di Rusia mengemplang
begitu saja utang-utang luar negeri yang dibuat penguasa Rusia sebelumnya.
Kaum komunis kemudian menutup perekonomian Soviet dan memaksakan
pembangunan ekonomi berdasarkan perencanaan terpusat.
4. Selama depresi besar 1930-an, perekonomian dunia lumpuh dan Negara
berkembang dibenturkan pada tembok prakteksionisme pasar ekspor Negara
maju. Hampir setiap Negara berkembang tidak mampu membayar kembali
utangnya : arus permodalan swasta ke negara berkembang mengering selama
empat dasawarsa (40 tahun). Bahkan sejumlah negara industri termasuk Jerman
jatuh ke tangan Nazi karena tidak mampu membayar hutangnya.

Krisis pinjaman negara berkembang biasanya dibarengi oleh krisis neraca


pembayaran (kalau kursnya baku) dan krisis perbankan. Krisis neraca pembayaran
ini terjadi karena cadangan valuta asing negara yang bersangkutan merupakan satu-
satunya sumber keuangan yang tersedia untuk membayar kembali hutang-hutang luar
negeri jangka pendeknya. Dengan menarik sebagian cadangannnya (arus masuk
modal), hal itu sama artinya pemerintah terpaksa menekan permintaan agregat
dengan mengurangi surplus neraca transaksi berjalan demi membayar sebagian
hutang luar negerinya. Hilangnya sebagian cadangan ini akan menyulitkan
pemerintah mempertahankan kebakuan kurs lebih lama lagi. Dalam waktu
bersamaan, bank-bank bisa terjebak dalam kesulitan ketika para deposan dalam dan
luar negeri yang khawatir akan terjadinya depresiasi mata uang domestik dan
kemacetan pembayaran, menarik uang mereka secara mendadak dan besar-besaran
lalu memindahkannya ke dalam bentuk aset asing di sebuah bank di luar negeri.
mudah goyah lalu bangkrut.

3
Masing-masing ketiga elemen tersebut saling memperkuat ke arah yang buruk,
sehingga sekali terjadi krisis keuangan yang melilit negara berkembang biasanya
sulit diatasi secara cepat. Dampaknya juga begitu luas terhadap seluruh
perekonomian sehingga krisis keuangan ini juga mudah meningkat menjadi krisis
ekonomi secara keseluruhan. Hal ini yang paling dahulu terkena dampak negatifnya
adalah neraca modal di pasar valuta asing atau dalam sistem perbankan yang
tergantung pada situasi Negara yang bersangkutan.
Krisis kemacetan pembayaran seperti ini jarang terjadi selama tiga dasawarsa
pertama sejak usainya Perang Dunia Kedua. Jumlah hutang Negara berkembang
memang masih kecil dan penyedia pinjaman saat itu umumnya adalah pemerintah
negara maju atau organisasi-organisasi internasional seperti IMF dan Bank Dunia.
Ketika arus modal swasta kian bergerak bebas sejak awal 1970-an, krisis kemacetan
pembayaran mulai sering terjadi sehingga mendorong banyak kalangan meragukan
stabilitas pasar modal dunia.
Jika negara berkembang mengalami defisit neraca transaksi berjalan maka
yang harus dilakukan adalah penjualan aset atau diistilahkan penarikan pinjaman.
Berikut beberapa bentuk arus masuk modal:
1. Penerbitan obligasi
2. Kredit Bank
3. Bantuan resmi
4. Investasi luar negeri langsung
5. Investasi portofolio dalam kepemilikan perusahaan.
Kelima bentuk biaya di atas bisa diklarifikasikan kembali menjadi dua kategori,
yaitu:1. Instrumen hutang
2. Instrumen modal
Perbedaan antara kedua macam instrumen ini perlu diperhatikan dalam
menganalisis seberapa jauh kemungkinan Negara berkembang mampu membayar
kembali pinjamannya mengingat begitu banyak peluang terjadinya berbagai
gangguan ekonomi yang tak terduga seperti resesi dan perubahan terms of trade.
Berikut tentang 9 Negara dengan Utang Paling Sedikit di Dunia
(Liputan6.com, Jakarta) yaitu:
9. Kosovo : Presentase utang terhadap PDB: 10,6 persen
Berlokasi di sebelah tenggara Eropa, Kosovo menjadi salah satu dari
sedikit negara Eropa yang memiliki utang paling rendah di dunia. PDB
Kosovo pada 2016 sebesar US$ 18,44 miliar. Utang negara terhadap
PDB dihitung sebesar 10,6 persen.
8. Libya : Presentase utang terhadap PDB: 10 persen
Negara ini terletak di bagian utara Afrika. Lebih dari 90 persen penduduk
tinggal di sepanjang jalur mediterania. Ekonomi negara ini sangat
bergantung dari ekspor gas.
7. Estonia : Presentase utang terhadap PDB: 9,7 persen
Republik Estonia terbagi menjadi 15 county (Maakonnad). Dokumen
pertama yang menuliskan pembagian administratif dan politik Estonia
berasal dari Babad Henry dari Livonia, yang ditulis pada abad ke-13,
sezaman dengan Perang Salib Utara. 
6. Kiribati : Presentase utang terhadap PDB: 8,6 persen
Kopra dan ikan kini merupakan hasil produksi dan ekspor yang dominan.
Ekonomi Kiribati telah naik-turun dengan besar dalam beberapa tahun
terakhir. Perkembangan ekonomi dihalangi kurangnya pekerja

4
berkeahlian tinggi, infrastruktur yang lemah, dan letaknya yang jauh dari
pasar dunia.
5. Gibraltar : Presentase utang terhadap PDB: 7,5 persen
Pariwisata merupakan industri besar di Gibraltar. Gibraltar merupakan
pelabuhan yang terkenal bagi kapal-kapal pesiar dan menarik
wisatawan dari resor-resor di Spanyol. Batu Gibraltar adalah tempat
wisata paling terkenal, terutama di kalangan wisatawan dan penduduk
Brtania di pesisir selatan Spanyol. Gibraltar juga merupakan destinasi
belanja ternama, dan semua barang dan jasanya bebas pajak
pertambahan nilai. Banyak jaringan pertokoan kelas atas besar
Britania mempunyai cabang atau waralaba di Gibraltar, seperti Marks
& Spencer dan Mothercare.
4. Tajikistan : Presentase utang terhadap PDB: 6,5 persen
Republik Tajikistan adalah sebuah negara sempalan Uni Soviet di
Asia Tengah yang berbatasan dengan Afghanistan di selatan, Republik
Rakyat Tiongkok di timur, Kirgizstan di utara dan Uzbekistan di barat.
Kondisi geografisnya merupakan dataran tinggi yang tidak berbatasan
dengan laut.
Tajikistan menderita perang saudara yang berlangsung mulai dari
1992 sampai 1997. Sejak akhir perang, stabilitas politik yang baru
didirikan dan bantuan asing telah memungkinkan perekonomian
negara berkembang. Perdagangan komoditas seperti kapas, aluminium
dan uranium telah memberikan kontribusi besar untuk negara ini
supaya terus membaik. Namun, pertempuran pecah kembali di akhir
Juli 2012 dengan hasil yang kurang jelas.
3. Kaledonia Baru : Presentase utang terhadap PDB: 6,5 persen
Negara ini memang tidak banyak diketahui oleh orang. Meski
demikian, Kaledonia Baru mengontrol 11 persen dari produksi
nikel dunia. Ekonomi negara ini juga sangat bergantung dari
impor karena tanah di sini tidak bisa mendukung pertanian.
2. Wallis dan Futuna : Presentase utang terhadap PDB: 5,6 persen
Jika Anda belum pernah mendengar tentang Wallis dan
Futuna, Anda tidaklah sendirian. Negara yang berbentuk
rangkaian pulau di Samudra Pasifik Selatan ini hanya memiliki
luas lahan 142 mil persegi. Angka tersebut membuatnya 1,5
kali lebih besar dari Washington, DC. Jumlah penduduk Wallis
dan Futuna mencapai 16.000 warga. PDB negara ini
diperkirakan mencapai US$ 60 juta dengan utang publik
berada di level 5,6 persen. Perekonomian di sini sebagian besar
terbatas pada pertanian tradisional.
1. Timor Leste : Presentase utang terhadap PDB: 0 persen
Negara ini mencakup 14.874 kilometer persegi tanah, dan memiliki
populasi di bawah 1,3 juta warga. PDB-nya dihitung pada US$ 2,5
miliar pada tahun 2016 dengan tingkat utang publik yang sebesar 0
persen.
Perekonomian negara ini sangat bergantung pada minyak. Sayang,
turunnya harga minyak dalam beberapa tahun terakhir telah
menimbulkan kekhawatiran serius mengenai masa depan negara
tersebut.

5
Berikut tentang 9 Negara dengan Utang Terbesar di Dunia (Liputan6.com,
Jakarta) yaitu:
1. Siprus
Di posisi kesembilan, negara dengan utang terbesar adalah Negara Siprus.
Mungkin tak banyak yang tahu jika ada negara bernama Siprus. Siprus merupakan
negara kepulauan yang terletak di Laut Tengah. Siprus dijuluki sebagai “daratan
cinta” karena dipercayai sebagai tempat lahirnya Dewa Cinta, Aphrodite. Rasio
utang negara Siprus terhadap PDB sebesar 108,7%.
2. Bhutan
Negara yang dipimpin oleh salah satu raja tertampan di dunia ini memiliki rasio
utang terhadap PDB sebesar 110, 7%.
3. Tanjung
Di peringkat ketujuh, kita akan menemui Tanjung Verde. Sama halnya dengan
Siprus, mungkin nama Tanjung Verde sebagai negara belum banyak dikenal.
Negara yang terletak di Samudera Atlantik ini mempunyai rasio utang terhadap
PDB sebesar 123%.
4. Jamaika
Tahukah kamu siapa itu Bob Marley? Ya, dia adalah penyanyi internasional yang
mengusung musik reggae. Negara asal Bob Marley, Jamaika, menempati
peringkat keenam negara dengan utang terbesar di dunia. Rasio utang Negara
Jamaika sebesar 128,4%.
5. Portugal
Posisi lima ditempati oleh negara kelahiran pesepak bola dunia, Cristiano
Ronaldo. Ya, tepat sekali, Negara Portugal. Portugal memiliki rasio utang sebesar
130,4% sehingga menduduki posisi kelima.
6. Italia
menjadi salah satu negara yang melahirkan banyak legenda pesepak bola. Sebut
saja Alessandro Del Piero, Andrea Pirlo, Francesco Totti, Gianluigi Buffon, dan
masih banyak lagi. Namun, hal tersebut tak menjadikan Italia lepas dari jeratan
utang. Italia menempati posisi keempat negara dengan utang terbesar di dunia.
Rasio utang terhadap PDB yang dimiliki Italia sebesar 132,7%.
7. Lebanon
adalah salah satu negara di Timur Tengah. Negara yang terkenal dengan
kulinernya, Chicken Tajine, menduduki posisi tiga besar sebagai negara dengan
utang terbesar. Rasio utang Negara Lebanon sebesar 139%.
8. Yunani
adalah salah satu negara yang terkenal dengan mitologinya. Dewa Zeus, Dewa
Poseidon, dan Dewa Hades, ketiga dewa itu pasti sudah sering kamu dengar.
Negeri para dewa tersebut berada di posisi runner up negara dengan utang
terbesar. Rasio utang yang dimiliki oleh Negara Yunani terhadap PDB adalah
sebesar 176,9%.
9. Jepang
Jepang menjadi jawara sebagai negara dengan utang terbesar. Pasti banyak yang
kaget jika Jepang di posisi pertama karena Negara Jepang merupakan salah satu
negara maju. Negara yang dijuluki sebagai Negeri Sakura tersebut memiliki rasio
utang terhadap PDB sebesar 250%.

6
Berdasarkan data-data yang terurai di atas, bagaimana dengan urutan posisi utang
luar negeri terhadap Negara Indonesia, berikut daftar negara-negara dengan utang
luar negerinya :
UTANG LUAR NEGERI - DAFTAR NEGARA

Dunia Eropa - Amerika - Asia - Afrika - Australia - G20


Paling
Negara Terakhir Sebelum Ini Tertinggi
Rendah
Albania 7833.40 2017-09 7855 7977 1269 Eur - Juta Kuartalan
Aljazair 3962.00 2017-06 3773 5859 3021 Usd - Juta Kuartalan
Angola 43368.50 2016-12 36279 43368 7595 Usd - Juta Tahunan
Argentina 216350.88 2017-09 204818 216351 87524 Usd - Juta Kuartalan
Armenia 9902.79 2017-09 10044 10044 1156 Usd - Juta Kuartalan
Australia 1898196.00 2017-09 1900341 1941405 147312 Aud - Juta Kuartalan
Austria 569242.00 2017-09 581518 633042 129499 Eur - Juta Kuartalan
Bangladesh 25.96 2016-12 23.9 25.96 16.17 Usd - Miliar Tahunan
Belarus 39557.00 2017-09 38975 40802 1698 Usd - Juta Kuartalan
Belgia 1127114.00 2017-09 1162794 1264535 923263 Eur - Juta Kuartalan
Belize 1199.20 2016-12 1177 1199 168 Usd - Juta Tahunan
Bolivia -122.11 2017-09 235 7616 -1423 Bob - Juta Bulanan
Bosnia Dan
8341965.19 2017-09 8386847 8870661 2386007 BAM-THO Kuartalan
Herzegovina
Botswana 17059.60 2016-03 17981 17981 1772 Bwp - Juta Tahunan
Brazil 671782.54 2017-12 683699 714292 64260 Usd - Juta Kuartalan
Bulgaria 32388.60 2017-11 32522 39411 9401 Eur - Juta Bulanan
Kanada 631.90 2017-12 616 632 14.82 Cad - Miliar Tahunan
Chad 804.85 2016-12 743 1009 741 Fcfa - Miliar Kuartalan
Chili 178858.64 2017-12 175755 178859 2408 Usd - Juta Bulanan
Tiongkok 14207.00 2016-12 14162 14207 158 USD-HML Tahunan
Kolumbia 123843.42 2017-10 124218 124770 -3131 Cop - Miliar Bulanan
Kosta Rika 26227.50 2017-09 26232 26437 5763 Usd - Juta Kuartalan
Kroasia 46536.04 2017-10 46467 63856 10106 Eur - Juta Bulanan
Siprus 107297.99 2017-09 108844 119576 52152 Eur - Juta Kuartalan
Republik
173895.60 2017-09 170962 173896 8568 Eur - Juta Kuartalan
Cheko
Denmark 2648.00 2017-07 2866 176785 2267 Dkk - Juta Bulanan
Mesir 80831.90 2017-09 79033 80832 26132 Usd - Juta Kuartalan
Estonia 19087.40 2017-09 18943 19831 883 Eur - Juta Kuartalan
Kawasan Euro 13700905.11 2017-09 13888578 14242704 5501622 Eur - Juta Kuartalan
Finlandia 432565.00 2017-09 430893 507063 203416 Eur - Juta Kuartalan
Prancis 4873471.00 2017-09 4876463 4931229 3536444 Eur - Juta Kuartalan
Georgia 16712.72 2017-09 16417 16713 4175 Usd - Juta Kuartalan
Jerman 4628099.00 2017-09 4676221 4831883 1929687 Eur - Juta Kuartalan
Yunani 415919.49 2017-09 429079 445000 142217 Eur - Juta Kuartalan

7
Paling
Negara Terakhir Sebelum Ini Tertinggi
Rendah
Guyana 1209959.00 2017-09 1200737 1392008 953525 Usd Ribu Kuartalan
Honduras 8455.10 2017-11 8409 8455 2704 Usd - Juta Bulanan
Hong Kong 11818112.00 2017-09 11670549 11818112 2707907 Hkd - Juta Kuartalan
Hongaria 106651.69 2017-09 109435 142674 22027 Eur - Juta Kuartalan
Islandia 2251.63 2017-09 2568 13834732 281 Isk - Miliar Kuartalan
India 495700.00 2017-09 485800 495700 96392 Usd - Juta Kuartalan
Indonesia 352246.73 2017-12 316968 352247 132629 Usd - Juta Tahunan
Irlandia 2033331.00 2017-09 2034086 2226855 521792 Eur - Juta Kuartalan
Israel 94508.60 2017-09 92657 117188 18963 Usd - Juta Kuartalan
Italia 2116930.00 2017-09 2114116 2145272 524899 Eur - Juta Kuartalan
Jepang 408292.00 2017-09 390590 408292 141743 Jpy - Milyar Kuartalan
Yordania 10299.00 2016-12 9390 10299 3640 Jod - Juta Tahunan
Kazakhstan 168928.00 2017-09 167890 168928 4765 Usd - Juta Kuartalan
Kenya 2349.28 2017-12 2357 2357 362 Kes - Miliar Bulanan
Kosovo 2173.50 2017-06 2108 2174 521 Eur - Juta Kuartalan
Kirgistan 8067.00 2017-09 7940 8081 2318 Kgs - Juta Kuartalan
Latvia 37552.00 2017-09 37424 37810 826 Eur - Juta Kuartalan
Lebanon 30431.80 2017-11 28992 30432 315 Usd - Juta Bulanan
Lesotho 10843.98 2017-09 10450 11862 1443 Juta - Lsl Kuartalan
Lithuania 33611.00 2017-09 33132 33611 7274 Eur - Juta Kuartalan
Luksemburg 3537486.24 2017-09 3650595 3791980 678053 Eur Seribu Kuartalan
Makedonia 7710.22 2017-09 7787 7787 2080 Eur - Juta Kuartalan
Malaysia 883368.20 2017-12 873846 908704 9063 Myr - Juta Kuartalan
Maladewa 846.10 2016-12 697 957 697 Usd - Juta Tahunan
Malta 89576.10 2017-09 87544 96842 1590 Eur - Juta Kuartalan
Mauritania 3889.80 2016-12 3832 3890 1248 Juta - Usd Tahunan
Mauritius 45015.00 2017-09 46231 56004 6185 Mur - Juta Kuartalan
Meksiko 447687.80 2017-09 439366 447688 0.7 Mxn - Miliar Kuartalan
Moldova 6742.97 2017-09 6558 6874 1678 Usd - Juta Kuartalan
Maroko 476476.78 2017-09 480635 486842 151986 Mad Juta Kuartalan
Belanda 3888307.70 2017-09 3916584 3916584 1818325 Eur - Juta Kuartalan
Selandia Baru 270567.00 2017-09 263282 270567 67673 Nzd - Juta Kuartalan
Nigeria 15352.13 2017-09 15050 15352 3628 Usd - Juta Kuartalan
Norwegia 5289054.00 2017-09 5307950 5388325 0 Nok - Juta Kuartalan
Pakistan 88891.00 2017-12 85052 88891 33172 Usd - Juta Kuartalan
Paraguay 5578579.00 2017-11 5535177 5579692 1221099 Usd Ribu Bulanan
Peru 76889.00 2017-12 80200 80200 9121 Usd - Juta Kuartalan
Filipina 76621.97 2016-12 77474 79949 20893 Usd - Juta Tahunan
Polandia 369450.00 2017-09 363658 390685 59532 Usd - Juta Kuartalan
Portugal 407482.01 2017-12 406678 421132 56392 Eur - Juta Kuartalan
Rumania 93953.90 2017-12 94393 102680 13079 Eur - Juta Bulanan

8
Paling
Negara Terakhir Sebelum Ini Tertinggi
Rendah
Rusia 529.10 2017-12 538 733 151 Usd - Miliar Kuartalan
Rwanda 1851.54 2015-12 1670 1852 480 Usd - Juta Tahunan
Serbia 26032.60 2017-09 25435 26582 8962 Eur - Juta Kuartalan
Seychelles 5477.00 2017-10 5538 6529 1865 Scr - Juta Bulanan
Singapura 0.00 2017-06 0 131 0 Sgd - Juta Kuartalan
Slovakia 81.63 2017-09 78.79 81.63 35.63 Eur - Miliar Kuartalan
Slovenia 43468.00 2017-12 43329 44570 1059 Eur - Juta Kuartalan
Afrika Selatan 163311.00 2017-09 158533 163311 33262 Usd - Juta Kuartalan
Korea Selatan 418823.50 2017-12 409127 452718 80766 Usd - Juta Kuartalan
Spanyol 1912296000.00 2017-09 1924551000 1924551000 601897024 Eur Seribu Kuartalan
Sri-Lanka 50202.34 2017-09 49147 50202 37098 Usd - Juta Kuartalan
Swaziland 5575.10 2017-09 5380 5575 2543 Szl - Juta Kuartalan
Swedia 123675.00 2018-01 125527 426313 0 Sek - Juta Bulanan
Swiss 1755869.00 2017-09 1712708 1755869 13293 Chf - Juta Kuartalan
Taiwan 181938.00 2017-12 176058 191703 31705 Usd - Juta Kuartalan
Tajikistan 2274.10 2016-12 2194 2274 866 Usd - Juta Tahunan
Tanzania 19180.20 2017-12 19150 19240 2470 Usd - Juta Bulanan
Thailand 148338.37 2017-09 140510 148338 58985 Usd - Juta Kuartalan
Turki 437996.00 2017-09 432352 437996 43911 Usd - Juta Kuartalan
Ukraina 117350.00 2017-09 114836 142520 23811 Usd - Juta Kuartalan
Inggris Raya 6218711.00 2017-09 6138780 6428718 565439 Gbp - Juta Kuartalan
Amerika
-7768745.00 2017-09 -7934901 -1232107 -8217356 Usd - Juta Kuartalan
Serikat
Uruguay 39111.84 2017-09 38662 39112 7726 Usd - Juta Kuartalan
Venezuela 28.00 2017-11 83 2189 0 Usd - Juta Bulanan
Vietnam 91207.60 2016-12 77798 91208 10345 Usd - Juta Tahunan
Zambia 9208.80 2016-12 8082 9209 910 Usd - Juta Tahunan

Utang Luar Negeri - Daftar Negara - Nilai saat ini, nilai sebelumnya, prakiraan, statistik
dan grafik.

c. Sejarah utang Pemerintah Indonesia terhadap utang luar negeri

9
Pemerintah kolonial Hindi Belanda sudah memulai kebiasaan berutang bagi
pemerintah Indonesia. Seluruh utang yang belum dilunasi pun turut diwariskan,
sesuai dengan salah satu hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB). Penyerahan
kedaulatan kepada Republik Indonesia pada waktu itu disertai dengan pengalihan
tanggung jawab segala utang Pemerintah kolonial. Di lihat dari utang piutang,
Republik Indonesia bukanlah negara baru melainkan perlanjutan dari pemerintah
sebelumnya.
Tradisi pengalihan utang kepada pemerintah berikutnya bertahan sampai saat
ini, terlepas dari perpindahan kekuasaan itu berlangsung dengan cara apa pun. Era
pemerintah Soekarno mewariskan utang luar negeri (ULN) sekitar 2,1 miliar kepada
pemerintah Soeharto. Secara spektakuler pemerintah Soeharto membebani Habibie
dengan warisan utang sebesar USD 60 miliar. Bahkan pemerintah Habibie
mewariskan utang yang lebih besar hanya dalam kurun waktu dua tahun ULN
bertambah menjadi sebesar 75 miliar dolar.
Tentu tidak adil jika melihat angka utang yang fantastis di era Habibie karena
akumulasi utang akibat lanjutan dari kebijakan Soeharto. Bisa dikatan bahwa
pemerintah Habibie harus menghadapi krisis moneter dan ekonomi yang berasal dari
era Soeharto.
Berdasarkan rentetan masalah ekonomi yang diwariskan secara turun temurun
hingga saat ini, Sri Mulyani Indrawati menjelaskan mengapa Indonesia Harus Utang
Ribuan Triliun kepada pihak luar negeri? (Menteri Keuangan RI Sri Mulyani: Kamis,
27 Juli 2017 - 18:49 WIB. Jakarta Foto/SINDOnews). Menteri Keuangan ini
membeberkan Total utang pemerintah pusat hingga Juni 2017 tercatat Rp3.706,52
triliun. Jumlah itu naik Rp34,19 triliun dari posisi akhir bulan Mei 2017 sebesar
Rp3.672,33 triliun.
Dia mengungkapkan, Indonesia merupakan suatu negara dengan penduduk 257
juta jiwa yang mayoritas usia muda. Akibatnya, investasi di sektor sumber daya
manusia (SDM) merupakan suatu keharusan dan bukan suatu yang bisa ditunda.
Apalagi, indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia masih kalah dibanding
negara lain. Saat ini, IPM Indonesia di bawah 70, sementara negara lain sudah di atas
73. Tak hanya itu, 10,7% masyarakat Indonesia masih hidup di bawah garis
kemiskinan dan membutuhkan intervensi pemerintah untuk memutus siklus
kemiskinantersebut. "Kita enggak bisa nunggu orang nunggu tua dulu, baru punya
duit terus disekolahkan tapi orangnya sudah usia 25 tahun baru belajar baca atau
melakukan proses belajar mengajar. Jadi dari mulai bayi di perut, investasi harus
sudah dilakukan," katanya dalam cara Forum Merdeka Barat (FMB) 9 di Jakarta,
Kamis(27/7/2017).
Selain itu, Indonesia saat ini masih tertinggal di bidang infrastruktur. Bahkan,
jika dibanding negara-negara yang infratrukturnya minim, Indonesia masih berada di
bawahnya. Infrastruktur Indonesia dibanding negara-negara anggota G20 pun masih
di level bawah. Menurutnya, infrastruktur Indonesia yang minim bermula dari krisis
moneter 1997-1998. Kala itu, Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
termakan untuk menyelamatkan sektor keuangan, sehingga infrastruktur tidak pernah
menjadi prioritas. Akibatnya, saat ini stok infrastruktur terhadap Growth Domestic
Product (GDP) Indonesia hanya 30%. "Itu menggambarkan GDP kita tumbuh terus,
tapi we never build infrastructure. Oleh karena, urgensi infrastruktur sangat nyata
jadi infrastruktur bukan karena hobi dan kemewahan, tapi karena keharusan," imbuh
dia. Selanjutnya, sambung mantan Menko bidang Perekonomian ini, pasar keuangan
di Indonesia masih sangat terbatas. Bahkan dia menilai, perkembangan pasar
keuangan di Tanah Air masih sangat cetek. Hal ini terlihat dari kapitalisasi market

10
terhadap GDP, rasio utang pemerintah (government bond), rasio utang swasta
(corporate bond), dan interbank landing to GDP masih di bawah rata-rata. 
"Maknanya, sektor keuangan di Indonesia belum cukup dalam dan berkembang.
Sehingga perlu untuk memperdalam," tuturnya. Untuk menjawab tantangan tersebut,
kata mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini, maka pemerintah harus mencari
sumber pembiayaan dimana salah satunya adalah utang. "Jadi bukan kita melakukan
utang karena senang, tapi tactical investment untuk apa yang dibutuhkan republik.
Investasi manusia, investasi infrastruktur untuk mobilitas masyarakat, efisiensi dan
menghilangkan biaya ekonomi yang besar, dan memperdalam sektor keuangan,"
tandas Sri Mulyani. Sebagaimana dijelaskan di atas, total utang pemerintah pusat
hingga Juni 2017 tercatat Rp3.706,52 triliun. Jumlah itu naik Rp34,19 triliun dari
posisi akhir bulan Mei 2017 yang sebesar Rp3.672,33 triliun.
Sedangka Lily Rusna Fajriah, Kamis, 27 Juli 2017 - 18:49 WIB
mengungkapkan posisi utang pemerintah pusat hingga akhir semester pertama 2017
tersebut, terdiri dari utang dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN) sebesar
Rp2.979,5 triliun atau 80,4% dari total utang dan pinjaman sebesar Rp727,02 triliun
atau 19,6% dari total utang. Sementara itu, penambahan utang (neto) selama bulan
Juni 2017 sebesar Rp34,19 triliun tadi, berasal dari penerbitan SBN (neto) sebesar
Rp35,77 triliun dan pelunasan pinjaman (neto) sebesar Rp1,59 triliun. Sedangkan
pembayaran kewajiban utang di bulan Juni 2017 mencapai sebesar Rp26,89 triliun.
Jumlah itu terdiri dari pembayaran pokok utang yang jatuh tempo sebesar Rp18,91
triliun dan pembayaran bunga utang sebesar Rp7,98 triliun. Selanjutnya, jumlah
utang pemerintah pusat yang jatuh tempo paling besar berada di tahun 2019
mendatang, yaitu sebesar Rp326 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari utang dalam
bentuk SBN Rp247 triliun dan utang dalam bentuk pinjaman sebesar Rp79 triliun

d. Penyebab utang luar negeri Indonesia


Utang luar negeri bukanlah suatu hal yang asing lagi bagi Indonesia selaku negara
yang masih tahap berkembang. Sejarah telah membuktikan setiap masa pemerintahan
Presiden Ir. Soekarno hingga saat ini, Indonesia masih belum lepas dari riwayat
utang luar negeri. Ada dua alasan mengapa Indonesia harus melakukan utang luar
negeri, yaitu:
1. Utang luar negeri memang dibutuhkan Indonesia sebagai tambahan modal negara
untuk membangun prasarana fisik. Sebagaimana telah diketahui bahwa
infrastruktur merupakan investasi yang mahal dalam sebuah pembangunan,
terlebih pebangunan yang dalam tingkat negara.
2. Utang luar negeri dapat digunakan sebagai penyeimbang neraca pembayaran
negara. Tentunnya dalam hal ini pemerintah berusaha melakukan penyeimbangan
pada neraca pembayaran negara Indonesia sendiri.
Terlepas dari dua alasan tersebut, sebenarnya ada beberapa alasan lainnya yang
menjadi penyebab utang luar negeri yang dilakukan Indonesia, antara lain:
1. Defisit Transakasi Belanja
Transaksi belanja merupakan perbandingan antara jumlah pembayaran yang
diterima dari luar negeri dengan jumlah pembayaran yang dikeluarkan ke luar
negeri. Dalam hal ini defisit yang semakin meningkat akan menjadi penyebab
semakin meningkatnya utang luar negeri. Solusi untuk bisa menutupi defisit
tersebut ialah dengan melakukan utang luar negeri.

2. Meningkatnya kebutuhan investasi

11
Investasi merupakan penanaman modal yang dilakukan oleh suatu negara dimana
biasanya memiliki jangka waktu dengan harapan mendapatkan keuntungan pada
masa yang akan datang. Kasus yang terjadi di Indonesia setiap tahunnya hampir
serupa, yaitu kekurangan dana untuk melakukan investasi tersebut. Padahal
hampir setiap tahun kebutuhan investasi semakin meningkat. Semakin
meningkatnya kebutuhan investasi sedangkan modal investasinya tidak dimiliki,
maka akan memicu untuk melakukan utang luar negeri.
3. Meningkatnya Inflasi
Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum, yang
mana laju inflasi mempengaruhi tingkat suku bunga nominal. Kasus yang terjadi
di Indonesia ialah trand inflasi yang meningkat sehingga memaksa bank Indonesia
memangkas suku bunga. Sehingga dengan rendahnya suku bunga, maka niat
orang maupun negara lain untuk melakukan investasi di Indonesia semakin rendah
pula. Dengan keadaan tersebut, maka pemerintah mengambil tindakan untuk
memenuhi belanja negaranya melalui utang luar negeri.
Beberapa tahapan untuk melakukan utang luar negeri, yaitu melalui:
Perencanaan Utang Luar Negeri
Kebijakan Presiden dalam perencanaan pinjaman luar negeri menetapkan Rencana
Kebutuhan Pinjaman Luar Negeri (RKPLN) selam 5 tahun dengan berpedoman
pada Renacana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) serta berdasarkan usulan
Menteri Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala
BAPPENAS.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala BAPPENAS kemudian
menyusun Daftar Rencana Pinjaman dan atau Hibah Luar Negeri Jangka
Menengah DRPHLN-JM diperoleh berdasarkan usulan kegiatan yang diajukan
oleh Kementerian Negara/Lembaga, Pemerintah Daerah dan BUMN. Usulan
kegiatan dari Kementerian Negara/Lembaga berupa kegiatan dalam rangka
pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya dengan memperhatikan criteria-kriteria
sebagai berikut:
a. Criteria umum dimana kegiatan sesuai arahan dan sasaran RPJM, dilakukan
dalam rangka pencapai sasaran program yang menjadi prioritas pembengunan
nasional harus mempertimbangkan kemampuan pelaksanaan secara teknis dan
pembiayaan lebih efisien melalui pinjaman luar negeri dan hasil kegiatan dapat
dioperasikan oleh sumber daya dalam negeri serta diperluas untuk kegiatan
lain.
b. kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran tugas pokok dan fungsi Kementrian
Negara/Lembaga. Kementerian Negara/Lembaga juga dapat menginisiasi
kegiatan untuk Pemerintah Daerah untuk mengusulkan kegiatan yang sebagian
atau seluruh pinjamannya akan diteruskan, yang selanjutnya akan diusulkan
oleh Pemerintah Daerah tersebut. usulan kegiatan dari Pemerintah Daerah
harus memperhatikan criteria umum dan criteria khusus yang mencakup:
1. kegiatan investasi untuk prasarana dan atau sarana yang menghasilkan
penerimaan bagi APBD yang diperoleh dari pungutan atas prasaran atau
sarana tersebut.
2. kegiatan merupakan urusan Pemerintah Daerah
3. kegiatan dalam rangka pencapaian sasaran program yang merupakan
prioritas RPJD dan sejalan dengan program RPJM
4. kegiatan memberikan manfaat langsung bagi pelayanan masyarakat
setempat.

12
5. Pemda secara fiskal mampu memenuhi kewajiban pembayaran kembali
pinjaman. Sedangkan usulan kegiatan dari BUMN juga harus
memperhatikan kriteria umum dan kriteria khusus, yaitu kegiatan investasi
ini dimaksudkan untuk memperluas dan meningkatkan pelayanan serta
penerimaan BUMN, dan BUMN diproyeksikan mempunyai kemampuan
keuangan untuk memenuhi kewajiban pembayaran kembali pinjaman
tersebut.
c. Usulan-usulan yang diajukan kemudian dilampiri dengan kerangka acuan
kerja, dokumen studi kelayakan keaiatan dan surat persetujuan dari DPRD
(khusus untuk Pemerintah Daerah). Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional kemudian menilai usulan-usulan kegiatan tersebut yang meliputi
penilaian atministrasi, penilaian teknis dan penilaian pendanaan. Penilaian
teknis meliputi kesesuaian usulan kegiatan dengan sarana program RPJM,
kelayakan teknis, kelayakan ekonomi, kelayakan keuangan dan kemampuan
pelaksanaan instansi pelaksana. Sementara itu, penilaian pendanaan diperoleh
melalui sinkronisasi pendanaan. DRPHLN-JM ini kemudian diserahkan kepada
Menteri Keuangan dan Menteri pada Kementerian Negara/Lembaga/Kepala
Daerah/Direksi BUMN yang mengusulkan dan calon Pembeli Pinjaman Luar
Negeri (PPLN) serta diinformasikan kepada masyarakat.
d. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas kemudian
melaksanakan prtemuan berkala dengan calon PPLN yang juga melibatkan
Menkeu, Menlu dan instansi terkait lainnya untuk memperoleh kesepakatan
mengenai kegiatan dalam DRPHLN-JM serta diinformsikan kepada
masyarakat.
e. Berdasarkan kesepakatan, Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas berkoordinasi dengan instansi pengusul dan atau
pelaksanaan kegiatan untuk menyusun rencana kegiatan yang rinci dalam
rangka meningkatkan kesiapan rencana pelaksanaan kegiatan. Kegiatan yang
telah memenuhi kesiapan dicantumkan dalam Daftar Rencana Prioritas
Pinjaman dan atau Hibah Luar Negeri (DRPPHLN), kemudian diserahkan
kepada Menkeu, Menteri pada Kementrian Negara/Pimpinan Lembaga/Kepala
Daerah/ Direksi BUMN dan calon PPLN. Berdasarkan kegiatan dalam
DRPPHLN, Kementrian Negara/Lembaga/Pemerintah Daerah/BUMN
melakukan penyempurnaan atas persiapan pelaksanaan kegiatan, sementara
Pemda/BUMN melakukan penyempurnaan atas persiapan pelaksanaan
kegiatan, sementara Pemda/BUMN harus melakukan koordinasi dengan
Menkeu guna menyusun rancangan Naskah Perjanjian Penerusan Pinjaman
Luar Negeri. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas
lalu melakukan koordinasi dengan calon PPLN demi mendapatkan komitmen
pendanaan. Setelah didapatkan, daftar kegiatan disampaikan kepada Menkeu
dan calon PPLN. Menkeu kemudian melakukan perundingan mewakili
Pemerintah dengan melibatkan unsure-unsur Kementerian Keuangan,
Kementerian Perencanaan, Kementerian Luar Negeri dan istansi lainnya
didampingi ahli hukum bersama dengan calon PPLN. Hasil perundingan ini
kemudian dituangkan ke dalam Naskah Perjanjian Pinjaman Luar Negeri
(NPPLN) yang sekurang-kurangnya memuat jumlah, peruntukkan dan
persyaratan pinjaman. NPPLN ini berlaku sejak ditandatangani kecuali
ditentukan lain oleh naskah tersebut yang kemudian disampaikan oleh Depkeu
kepada BPK dan instansi terkait.

13
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas kemudian
menyusun RK-PHLN yang meliputi rincian jenis kegiatan, lokasi, rencana
alokasi anggaran dan satuan kerja pelaksana kegiatan. Jadwal 5 NPPLN ini
dapat diubah diawali dengan pengajuan usulan oleh Menteri pada Kementerian
Negara/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Direksi BUMN yang meliputi
perubahan rencana kegiatan, relokasi dana, perpanjangan masa berlaku
perjanjian dan atau pembatalan sebagian kegiatan dan atau dana kepada
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas untuk dinilai
lalu direkomendasikan perubahannya kepada Menkeu, pelaksanaan, kebutuhan
dana pendamping serta mekanisme pengadaan barang dan jasa.

Pelaksanaan Utang Luar Negeri


Penarikan pinjaman luar negeri dilakukan melalui mekanisme APBN, dengan tata
cara :
a. Pembukaan L/C, Pembayaran langsung (Direct Payment) merupakan penarikan
dana yan dilakukan oleh KPPN yang ditunjuk atas permintaan Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dengan cara mengajukan aplikasi
penarikan dana kepada Pemberi Perjanjian Pinjaman Luar Negeri untuk
membayar langsung kepada rekanan/ pihak yang dituju.
b. Reksus (Special Account) dan Pergantian Pembiayaan Pendahuluan
(Reimbursment). Rekening khusus (Reksus) adalah rekening yang dibuka oleh
Menkeu pada Bank Indonesia atau Bank untuk menampung sementara dana
pinjaman dan atau hibah luar negeri tertentu, dan setelah digunakan diisi
kembali dengan mengajukan pergantian (replenishment) kepada Pemberi
Pinjaman Luar Negeri. Pergantian Pembiayaan Pendahuluan (reimburshment),
yaitu pembayaran yang dilakukan oleh Pemberi Pinjaman Luar Negeri untuk
mengganti yang dana pembiayaan kegiatannya dilakukan terlebih dahulu
melalui Rekening Bendahara Umum Negara dan atau Rekening Kas Negara
atau Rekening Penerima Penerusan Pinjaman.
c. Penarikan Pinjaman Luar Negeri dengan pembukaan L/C yang didahului
dengan pengajuan Surat Permintaan Penerbitan Surat Kuasa Penarikan Dana
(SPP-SKPD) L/C sebesar nilai Kontrak Pengadaan Barang dan Jasa oleh
Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran (PA/KPA) kepada PPN.
d. KPPN kemudian menerbitkan SKPD L/C dan mengirimkannya kepada BI atau
Bank dengan tembusan kepada Dirjen Bea dan Cukai serta PA/KPA. PA/KPA
lalu memberitahukan rekanan/importir untuk mengajukan pembukaan L/C
kepada BI atau Bank dengan melampirkan KPBJ dan daftar barang yang akan
diimpor serta doumen pendukung lainnya yang diatur oleh BI atau Bank. BI
atau Bank kemudian membuka L/C kepada Bank koresponden dan tembusan
dokumen pembukaan L/C disampaikan kepada KPPN dan Dirjen Pengelola
Utang. Berdasarkan L/C yang telah dibuka, BI atau Bank meminta Pemberi
Pinjaman Luar Negeri untuk menerbitkan surat pernyataan kesediaan
melakukan pembayaran. Atas L/C yang telah dicairkan. Direktorat Pengelolaan
Pinjaman/Hibah Luar Negeri, BI atau Bank akan menerima Notice of
Disbursment (NOD) dari Pemberi Pinjaman Luar Negeri.
e. BI kemudian menerbitkan Nota Disposisi dan membukukan ekuivalen Rupiah
ke dalam Rekening Kas Negara serta menyampaikan tembusannya kepada
KPPN. KPPN kemudian menerbitkan dan membukukan Surat Perintah
Pembukuan/Pengesahan (SP3) serta menyampaikan kepada PA/KPA sebagai
dasar pembukuan SAI.

14
SP3 adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku kuasa BUMN
yang fungsinya dipersamakan sebagaimana SPM/SP2D, kepada Bank Indonesia
dan Satker untuk dibukukan/disahkan sebagai penerimaan dan penarikan
pinjaman luar negeri dengan pembayaran langsung dilakukan sebagai berikut :
PA/KPA dengan menyampaikan Surat Permintaan Penerbitan Aplikasi Penarikan
Dana Pembayaran Langsung (SPP-APDPL) kepada KPPN. Kemudian KPPN
menerbitkan APD-PL/withdrawal application dan menyampaikannya kepada
pemberi pinjaman luar negeri lalu melakukan pembayaran langsung oleh Pemberi
Pinjaman Luar Negeri kepada rekanan.
Untuk setiap transaksi yang telah dilakukan, Direktorat Pinjaman dan Hibah
Luar Negeri, KPPN dan BI menerima Notice of Disbursement (NOD) dari
pemberi pinjaman luar negeri. Atas NOD ini, KPPN menerbitkan SP3 dan
menyampaikan kepada BI untuk dibukukan serta kepada PA/KPA sebagai dasar
pembukuan SAI. Sedangkan penarikan pinjaman luar negeri dengan reksus
dilakukan oleh Dirjen Perbendaharaan pada BI atau Bank. Kemudian atas
permintaan PA/KPA, Dirjen Perbendaharaan mengjukan permintaan pengisian
initial deposit kepada Pemberi Pinjaman Luar Negeri untuk kebutuhan
pembiayaan selama periode tertentu atau senilai pinjaman yang ditentukan dalam
NPPLN, kemudian PA/KPA mengajukan SPM, SPP, SKM, Reksus L/C dengan
dilampiri dokumen pendukungkepada KPPN yang menjadi dasar bagi KPPN
untuk menerbitkan SP2D atau SKM Reksus L/C.
Dokumen yang diterbitkan tersebut disampaikan kepada BI atau Bank dan
menjadi dasar untuk melakukan pembebanan dana Reksus. PA/KPA kemudian
memberitahukan rekanan/importir untuk membuka L/C di BI atau Bank dengan
melmpirkan KPBJ dan daftar barang yang akan diimpor serta dokumen
pendukung lainnya. BI atau Bank kemudian membuka L/C disampaikan kepada
KPPN serta Dirjen Pengelolaan Utang. BI atau Bank kemudian membebani reksus
agar melakukan pembayaran kepada Bank koresponden untuk diteruskan kepada
pemasok. Atas pembebanan ini, BI menerbitkan Nota Disposisi sebagai realisasi
L/C dan membukukan ekuivalen Rupiah ke dalam Rekening Kas Negara KKPN
penerbit SKM Reksus L/C dengan menerbitkan Nota Debet/Kredit sebagai
realisasi penarikan pinjaman luar negeri serta disampaikan kepada KPPN.
KPPN kemudian menerbitkan dan membukukan SP3 pada tahun anggaran
berjalan sebagai realisasi APBN dan menyampaikan kepada PA/KPA serta Dirjen
Pengelolah Utang. Apabila pengeluaran dalam APBN atas realisasi penarikan
pinjaman dan atau hibah luar negeri melalui tata-cara P/L dan L/C terdapat sisa
dana dalam reksus setelah closing account, maka sisa dana itu akan kembali
kepada Pemberi Pinjaman Luar Negeri. Sementara penarikan pinjaman luar negeri
dengan mekanisme reimbursement untuk dana rekening BUN dan atau rekening
kas Negara atau rekening Penerima Penerusan Pinjaman (PPP) dilakukan sebagai
berikut : PA/KPA mengajukan bukti-bukti pengeluaran pembiayaan pendahuluan
dan Rincian Penggunaan Uang kepada KPPN. Atas dasar bukti-bukti tersebut dan
dokumen pendukung lain yang diminta oleh Pemberi Pinjaman Luar Negeri,
KPPN mengajukan APD Kepada Pemberi Pinjaman Luar Negeri. Lalu emberi
Pinjaman Luar menerbitkan NOD atau dokumen lain yang dipersamakan dan
diberikan kepada Dirjen Pengelolaan Utang, KPPN dan BI. Berdasarkan NOD,
KPPN menerbitkan SP3 dan mengirimkan kepada PA/KPA sebagia bahan
pembukuan SAI.

15
Penatausahaan Utang Luar Negeri
Sebagai wakil Pemerintah, Menteri Keuangan berkewajiban melakukan
penatausahaan pinjaman luar negeri dalam bentuk kegiatan administrasi
pengelolaan pinjaman. Pinjaman luar negeri ini dituangkan dalam dokumen
satuan anggaran dan selanjutnya dituangkan ke dalam dokumen pelaksanaan
anggaran. Sesuai dengan PSAP 9 paragraf 21 pengakuan pinjaman luar negeri
dibedakan berdasarkan cara-cara penarikannya sebagai berikut:
a. dengan pembukaan L/C, pinjaman diakui saat pemberi pinjaman melakukan
disbursement kepada bank koresponden untuk membayar L/C tersebut dan
realisasi disbursement itu diberitahukan oleh pemberi pinjaman kepada
peminjam dengan NOD.
b. dengan pembayaran langsung yang diakui saat pemberi pinjaman melakukan
disbursement kepada rekanan dan diberitahukan oleh pemberi pinjaman kepada
peminjam NOD.
c. dengan pembukuan reksus, pinjaman diakui saat pemberi pinjaman melakukan
disbursement ke rekening BUN dan atau rekening Kas Negara atau rekening
Penerima Penerusan Pinjaman untuk mengganti pengeluaran yang telah
dilakukan. Utang tersebut dicatat pada nilai nominal berdasarkan nilai tukar
(kurs tengah BI) pada tanggal neraca dan disajikan sebesar nilai tercatat. Selain
itu, perlu jugs diungkapkan rincian dari masing-masing utang, jatuh tempo,
suku bunga, amortisasi diskonto/premium, dan selisih kurs utang dalam valuta
asing yang terjadi antar kurs transaksi dan kurs tanggal neraca.

Pelaporan, Monitoring dan Evaluasi Utang Luar Negeri.


Pinjaman luar negeri yang telah digunakan untuk membiayai kegiatan
tertentu harus selalu dilaporkan oleh Menteri pada Kementerian Negara/Pimpinan
Lembaga/Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan. Laporan tersebut berwujud
laporan pelaksanaan kegiatan yang mencakup perkembangan realisasi
penyerapan dana, perkembangan pencapaian pelaksanaan fisik, perkembangan
proses pengadaan barang dan jasa, permasalahan/kendala yang dihadapi dan tidak
lanjut yang diperlukan dengan mengacu pada RPK-PHLN. Bukan hanya
melaporkan kegiatan Menteri kepada Kementerian Negara/Pimpinan
Lembaga/Kepala Daerah/Direksi BUMN juga berkewajiban melaksanakan
evaluasi tahap akhir dan atas pencapaian sasaran kegiatan yang ditetapkan dan
evaluasi atas dampak pelaksanaan kegiatan. Baik laporan pelaksanaan kegiatan
maupun hasil evaluasi disampaikan kepada Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas untuk diolah.
Laporan pelaksanaan kegiatan tersebut akan dievaluasi dan disajikan
sebagai laoran kinerja pelaksanaan pinjaman yang sekaligus juga berisi langkah-
langkah tidak lanjut jika timbul permasalahan selama pelaksanaan kegiatan.
Sedangkan hasil evaluasi diolah oleh Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Bappenas untuk disusun dalam laporan evaluasi pelaksanaan
kegiatan yang akan digunakan sebagai bahan perencanaan tahap selanjutnya.
Selain melalui pelaporan, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Bappenas juga mengadakan rapat berkala pada setiap akhir triwulan dan
kunjungan lapangan sebagai bentuk pemantauan. Sementara itu, Menteri
Keuangan akan melakukan koordinasi dengan Gubernur. 10 Nilai tercatat adalah
nilai buku utang yang dihitung dari nilai nominal setelah dikurangi atau ditambah
diskonto atau premi yang belum diamortisasi. BI juga meneluarkan laporan
realisasi penyerapan pinjaman secara triwulanan.

16
e. Kebaikan dan keburukan utang luar negeri bagi negara Indonesia
Utang luar negeri yang dilakukan Indonesia mempunyai kebaikan dan keburukan.
Kebaikan utang luar negeri bagi Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Sebagai salah satu sumber pembiayaan pembanguna nasional.
2. Sebagai alat stabilitas ekonomi nasional.
3. Sebagai alat memperbaiki neraca pebayaran yang defisit.
4. Sebagai alat pemerataan pendapatan nasional.
5. Sebagai alat untuk meningkatkan aktifitas perekonomian dalam negeri
(diverifikasi ekonomi)untuk meningkatkan ekspor.
6. Sebagai alat untuk meningkatkan hubungan Internasional.

Keburukan utang luar negeri bagi Indonesia adalah sebagai berikut:


1. Adanya ketergantungan terhadap luar negeri, sehingga perekonomian nasional
sering dikendalikan oleh pihak yang memberikan pinjaman.
2. Devaluasi yang dilakukan oleh negara lain akan menurunkan nilai mata uang
rupiah.
3. Harus taat mengikuti peraturan internasional sekalipun peraturan itu merugikan
industri dalam negeri.
4. Menerima liberalitas pasar (globalisasi) sekalipun belum siap untuk bersaing
dengan negara lain.
5. Pinjaman Indonesia dalam waktu yang lama walaupun bunganya rendah tetapi
sudah mewariskan sengamngat berhutang dan beban utang kepada penerus di
masa yang akan datang.

f. Dampak utang luar negeri


Dalam upaya mencapai kemakmuran dan melaksanakan pembangunan dalam
suatu negara diperlukan beberapa usaha yaitu usaha untuk meningkatkan pendapatan
perkapita dengan meperhitungkan penduduk. Namun dalam upaya meningkatkan
pendapatan perkapita negara berkembang yang selalu berhadapan dengan persoalan
kebutuhan akan pembiayaan. Maka alternatif lain yang dilakukan pemerintah untuk
menutupi kekurangan pembiayaan yaitu dengan mencari bantuan sumber dana dan
hal ini tidak terlepas dari pinjaman utang luar negeri.
Utang luar negeri tersebut tentunya mempunyai dampak. Dampak disini tidak
selalu negatif, tetapi juga ada dampak positifnya sehingga memberikan manfaat atau
peranan tersendiri bagi suatu negara yang sifatnya menguntungkan.

Adapun dampak positif secara umum dari utang luar negeri yang dilakukan oleh
negara, antara lain:
1. Pembangunan infrastruktur bagi negara berkembang
2. Menutupi kekurangan anggaran
3. Menjalin hubungan bilateral
4. Bentuk pengakuan negara lain

Adapun dampak negatif secara umum dari utang luar negeri yang dilakukan oleh
negara, antara lain:
1. Menghambat pertubuhan dengan semakin terkursnya tabungan negara dan
buruknya pendapatan yang diperoleh negara sendiri.
2. Memperlebar kesenjangan standar hidup masyarakat antara orang kaya
dengan orang miskin di negara berkembang.

17
3. Resiko nilai tukar, dimana resiko nilai mata uang yang juga berubah-ubah
setiap waktu berpotensi untuk memberikan tambahan beban pembayaran
terhadaputang luar negeri yang dilakukan.
4. Memperlebar kesenjangan tabungan dan devisa yang ada.
5. Resiko operasional, dimana pengelolaan utang luar negeri memiliki resiko
kegagalan jika pengelolaan operasional sehari-hari tidak dilakukan dengan
baik. Entah dari sisi sumber daya manusia maupun dari sumber daya
kelembagaannhya, seperti sistem informasi manajemen, kelengkapan
prosedur operasi baku (SOP) dan lain-lain.
g. Dampak utang luar negeri bagi Indonesia
Di Indonesia utang luar negeri juga mempunyai beberapa dampak, antara lain:
Dampak positif dalam jangka pendek, utang luar negeri sangat membantu pemerintah
Indonesia dalam upaya menutup defisit anggaran pendatan dan belanja negara yang
diakibatkan oleh pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang
cukup besar. Dengan adanya utang luar negeri laju pertumbuhan ekonomi dapat
dipacu sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kalau dirinci lebih mendalam dampak positif utang luar negeri bagi Negara
Indonesia :
1. Pembangunan Infrastruktur Bagi Negara Berkembang
Kebanyakan masyarakat memang memandang negatif utang luar negeri, meski
sebenarnya pandangan tersebut memang beralasan karena terlalu banyaknya
hutang yang ditanggung oleh Negara, yaitu Indonesia, kepada Negara lain di luar
negeri. Namun terlepas dari itu semua, utang luar negeri juga memberikan
manfaat bagi Indonesia untuk melakukan pembangunan infrastruktur Negara,
seperti pembangunan jalan (meliputi jalan tol, jalan laying maupun perbaikan
jalan di desa-desa) dan pembangunan kota serta desa.
2. Menutupi Kekurangan Anggaran
Utang luar negeri juga memberikan manfaat untuk menutupi kekurangan
anggaran yang disebabkan oleh neraca pembayaran Negara yang tidak seimbang
antara pemasukan dan pengeluaran. Yang mana, kasus di Indonesia hampir setiap
tahunnya mengalami pembengkakan pengeluaran belanja Negara daripada
pemasukan yang diterima oleh Negara sendiri. Termasuk dalam hal memenuhi
anggaran untuk modal investasi yang dilakukan oleh Negara.  
3. Utang Luar Negeri Sama Halnya Dengan Modal Pembangunan  
Utang luar negeri yang dilakukan dapat dipakai sebagai modal unruk melakukan
pembangunan Negara. Termasuk Indonesia sendiri yang sampai saat ini masih
terus berusaha untuk melakukan pemerataan pembangunan, baik di kota dan di
desa yang masih berlangsung timpang atau tidak seimbang.
4. Menjalin Hubungan Bilateral  
Utang luar negeri yang dilakukan akan mempererat hubungan bilateral antara
Indonesia (sebagai pihak peminjam) dengan Negara lain (sebagai pihak pemberi
pinjaman). Hal ini akan sangat berdampak baik, mengingat di zaman modern
seperti sekarang ini, hampir setiap Negara saling bergantung satu sama lainnya
untuk memajukan kesejahteraan rakyatnya masing-masing.
5. Bentuk Pengakuan Negara Lain
Utang luar negeri yang dilakukan, dalam artian mendapatkan pinjaman luar negeri
dari Negara lain bukanlah hal yang mudah. Pihak Negara peminjam harus mampu
meyakinkan pihak Negara pemberi pinjaman bahwa kita sebagai Negara
peminjam, dalam hal ini Indonesia, mempunyai sumber daya yang mampu untuk
dikembangkan dan mengembalikan pinjaman yang sudah barang tentu disertai

18
dengan suku bunganya. Sedemikian sehingga apabila kesepakatan tercapai, maka
akan mengindikasikan bahwa Negara pemberi pinjaman mengakui Indonesia
sebagai Negara berkembang yang akan terus tumbuh dari waktu ke waktu.
Dampak negatif dalam jangka panjang utang luar negeri dapat menimbulkan
berbagai macam persoalan ekonomi negara Indonesia. Salah satunya dapat
menyebabkan nilai rupiah jatuh (inflasi). Utang luar negeri dapat memberatkan posisi
APBN RI, karena utang luar negeri tersebut harus dibayarkan beserta dengan
bunganya. Adapun dampak negatif lain dari utang luar negeri yang dilakukan oleh
Negara Indonesia, antara lain:
1. Bantuan utang luar negeri justru akan memperlambat pertumbuhan yang erat
kaitannya dengan adanya substitusi terhadap investasi dan tabungan luar negeri,
serta membesarnya defisit neraca pembayaran Negara. Apalagi jika mengingat
bahwa Indonesia masih termasuk Negara berkembang yang memang
memerlukan banyak modal.
2. Memperlebar kesenjangan standar hidup masyarakat antara orang yang kaya
dengan orang yang miskin di Negara dunia ketiga (Negara berkembang), seperti
Indonesia. Yang mana, orang yang kaya semakin kaya dan gelamor, sedangkan
orang yang miskin semakin miskin dan terpuruk kualitas ekonomi hidupnya.
3. Menghambat pertumbuhan dengan semakin terkurasnya tabungan Negara dan
buruknya pendapatan yang diperoleh Negara sendiri.
4. Memperlebar kesenjangan tabungan dan devisa Negara yang ada, serta
menciptakan kesenjangan lainnya, seperti kesenjangan antara kota dan desa yang
biasanya tampak dengan berbedanya laju pembangunan atau kesenjangan antara
sector modern dan tradisional.
5. Menciptakan kaum birokrat yang korup, mematikan inisiatif, dan menciptakan
mental pengemis bagi Negara penerimanya. Sebagaimana telah terbukti di
Indonesia sendiri, di mana banyak sekali pihak-pihak atau individu yang
melakukan korupsi. Bahkan tidak di kalangan pemerintah saja, namun sudah
menjalar ke kalangan masyarakat umum dan juga banyaknya pengemis di
kalangan masyarakat bawah.
6. Resiko kesinambungan fiskal, di mana utang yang besar biasanya berpotensi
untuk membahayakan kesinambungan anggaran pemerintah dalam mengelola
Negara.
7. Resiko nilai tukar, di mana resiko nilai mata uang yang juga berubah-ubah setiap
waktu berpotensi untuk memberikan tambahan beban pembayaran terhadap
utang luar negeri yang dilakukan. Apalagi bila nilai tukar rupiah sedang
menurun.
8. Resiko perubahan tingkat bunga, di mana tingkat bunga yang semakin tinggi
akan semakin memberatkan Negara peminjam. Sedemikian sehingga biaya
pembayaran hutang akan semakin tinggi.
9. Resiko pembiayaan kembali (refinancing), di mana volume utang Negara yang
sudah jatuh tempo harus dilunasi. Sedemikiam sehingga volume yang cukup
besar dapat mengakibatkan timbulnya resiko berupa lebih tingginya biaya dari
peminjaman baru yang akan dilakukan.
10. Resiko operasional, di mana pengelolaan utang luar negeri memiliki resiko
kegagalan jika operasional pengelolaannya sehari-hari tidak dilakukan dengan
baik. Entah dari sisi sumber daya manusianya maupun dari sisi sumber daya
kelembagaannya, seperti system informasi manajemen, kelengkapan prosedur
operasi baku (SOP), dan lain-lain.

19
h. Solusi utang negeri
Utang luar negeri memang dibutuhkan akan tetapi harus dibatasi, di indonesia utang
sudah seperti kebutuhan. Oleh sebab itu, hal-hal yang harus dilakukan untuk
mengatasi masalah utang tersebut, antara lain :
1. Mengurangi atau bahkan membatasi impor barang-barang atau bahan pangan dari
negara lain dengan cara memaksimalkan hasil sumber daya negara sendiri.
2. Mengurangi pemakaian dana belanja negara untuk anggaran-anggaran yang belum
tentu penting. Seperti proyek pemerintah yang molor dan tidak efektif, padahal
telah mengeluarkan dana yang tidak sedikit nominalnya.
3. Mengurangi subsidi atau bahkan menghilangkan subsidi yang kurang penting bagi
kepentingan masyarakat banyak. Sebagai contoh yaitu subsidi BBM kecuali untuk
angkutan umum karena kebanyakan yang memakai BBM adalah kalangan
menengah ke atas yang memiliki kendaraan pribadi.
4. Meningkatkan pendapatan negara dari penerimaan pajak, memaksimalkan
penerimaan sumber daya alam.

D.PENUTUP
Kesimpulan:
Utang luar negeri bukanlah suatu hal yang asing lagi bagi Indonesia selaku
negara yang masih dalam tahp berkembang. Dalam upaya mencapai kemakmuran
dan melaksanakan pembanguna utang luara negeri memang dibutuhkan.
Dalam perkembangannya jumlah utang luar negeri Indonesia dari tahun ke
tahun cenderung mengalami peningkatan. Hal ini tentu saja cenderung menimbulkan
berbagai konsekuensi bagi bangasa Indonesia, baik dalam periode jangka panjang
maupun jangka pendek. Dalam periode jangka pendek, utang luar negeri harus diakui
telah memberikan kintribusi yang cukup berarti bagi pembiayaan pembangunan
nasional. Namun dalam jangka panjang utang luar negeri juga dapat menyebabkan
nilai tukar rupiah menurun atau jatuh dan juga dapat memberatkan posisi APBN RI,
karena utang luar negeri harus dibayarkan beserta dengan bunganya.
Utang luar negeri dapat membantu pebiayaan pembanguna ekonomi di
Indonesia untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya. Tetapi,
penggunaan utang luar negeri yang tidak dilakukan dengan bijaksana dan tanpa
prinsip kehati-hatian, dalam jangka panjang utang luar negeri justru akan
menjerumuskan negara ke dalam krisis utang luar negeri yang berkepanjangan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Kamus Besar Bahasa Indonesia;pusat bahasa departemen pendidikan nasional, balai


pustaka, jakarta ; 2007

Paul R. Krugman Maurice Obstfeld, Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan, Jilid 2
: Edisi ke Lima

1
http://sulsel.pojoksatu.id/read/2016/12/18/pemerintah-kembali-tambah-utang-luar-
negeri/

http://guruppkn.com/penyebab-utang-luar-negeri

http://berkuag.blogspot.com/2013/11/dampak-dan-pengaruh-hutang-luar-negeri.html

https://shareshareilmu.wordpress.com/2012/09/18/pengertian-fungs-tujuan-dan-jenis-
jenis-utang-negara/

https://malkmakassar.wordpress.com/2008/12/16/sejarah-singkat-utang-pemerintah
indonesia/

http://guruppkn.com/penyebab-utang-luar-negeri-bagi-negara-indonesia/

http://syahnova.blogspot.co.id/2014/05/dampak-hutang-luar-negeri-di-indonesia/

https://edoedi.wordpress.com/2014/04/26kebaikan-dan-keburukan-utang-luar-negeri-di
indonesia.html

21
Masalah Utang Luar Negeri Negara Indonesia
(International Debt Problems)

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


Analisis Ekonomi Internasional

KELAS B

Dosen Pengampu:
Bapak NASIKH

Oleh :

Ika Nur Khomariyah


170431872511/MEKO 104039

PENDIDIKAN EKONOMI PASCASARJANA


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2018

22
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini untuk
memenuhi tugas dalam mata kuliah Analisis Ekonomi Internasional dengan judul
“masalah utang luar negeri negara Indonesia”.

Saya memilih judul tersebut bermaksud agar para pembaca dapat memahami
dan mengetahui tentang Masalah Utang Luar Negeri secara umum maupun secara
khusus yang di alami oleh Negara kita tercinta ini yaitu Negara Indonesia.

Saya menyadari sepenuh hati bahwa dalam penulisan makalah ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu saya mohon maaf serta mengharap
kritik dan saran yang bersifat membangun kesempurnaan makalah ini.

Demikian makalh ini saya buat dan semoga bermanfaat.

Malang, 28 Februari 2018


Penyusun,

Ika Nur Khomariyah

23
Issu terkini :
Pemerintah kembali menambah utang luar negeri POJOKSULSEL.com,
Jakarta – Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) mengkritik rencana
pemerintah yang akan kembali menambah utang luar negeri untuk menutupi kas
negara yang jebol. Fitra mengkritik kenerja pemerintah yang tidak mengelola
penerimaan negara dengan baik, sehingga APBN menjadi rapuh. Ditambah,
pemerintah memaksa terus menerus untuk menggelontorkan dana untuk
pembangunan proyek infrastruktur yang ambisius. Hal tersebut membuka kran utang
sedangkan asal uang belum jelasa dari mana untuk membangun infrastruktur.
Ada kebijakan-kebijakan yang mengarah untuk membuka kran karena
sempitnya ruang fiskal kita, “ beber sekjen Fitra Yenny Sucipto dalam jumpa pers
bertema “Evaluasi Kinerja Anggaran 2016 dan Ekonomi Kedepan “ di kedai Tjikini,
Jakarta (Minggu, 18/12). Dia melanjutkan, beberapa alokasi anggaran mengarah
pada pembangunan infrastruktur dengan tidak dibarengi kinerja realisasi angggaran
yang baik dari kementrian dan lembaga.
“pada saat pemerintah mimpi membangun rencana-rencana kerja, proyek-
proyek infrastruktur, justru menkeu tidak melakukan optimalisasi penerimaan
negara,” kritik Yenny.
Sementara, kebijakan tax amnesty tidak cukup memberi kontribusi besar bagi
pemasukan negara. Yenny khawatir kebijakan pemerintah yang tidak memperdulikan
sisi penerimaan negara akann berakhir dengan cara berhutang. “ tidak ada jalan lain
selain utang. Harusnya kita cari solusi agar kita tiap tahun tidak gali lubang tutup
lubang,” jelasnya.
Lebih jauh, dia memaparkan bahwa penerimaan negara bukan pajak dan
penerimaan sumber daya alam baru sebesar 33,1 persen. Di tambah lagi terdapat 60
persen perusahaan asing di Indonesia yang tidak membayar royalti. Selain berhutang
kepada lembaga keuangan dunia atau negara lain yang dikhawatirkan nantinya
pemerintah akan mengarahkan BUMN untuk ikut berhutang. Dia menyebut, empat
BUMN perbankan telah menjual asetnya.

24

Anda mungkin juga menyukai