Negeri
Nama Kelompok
O Rany Henzellyta (183304010255)
O Prida Melva Silalahi (183304010260)
O Yohana Meillinita Napitupulu
(183304010241)
O Julius Kristofan Zai (183304010275)
O Dinamis Halawa (183304010275)
O Andreas H. Hondro (183304010266)
Sejarah Utang Luar Negeri Di Indonesia
Indonesia adalah omest yang memiliki letak geografis yang sangat strategis,
karena berada di antara dua benua (Asia dan Eropa) serta dua samudra (Pasifik
dan Hindia), sebuah posisi yang strategis dalam jalur pelayaran perdagangan
antar benua. Perdagangan saat itu mengenal sebutan jalur sutra laut, yaitu jarur
dari Tiongkok dan Indonesia yang melalui Selat Malaka menuju ke India.
Perdagangan laut antara India, Tiongkok, dan Indonesia dimulai pada abad
pertama sesudah masehi, demikian juga hubungan Indonesia dengan daerah-
daerah di Barat (Kekaisaran Romawi). Perdagangan di masa kerajaan-kerajaan
tradisional disebut oleh Van Leur mempunyai sifat kapitalisme politik, dimana
pengaruh raja-raja dalam perdagangan itu sangat besar. Misalnya di masa
Sriwijaya, saat perdagangan internasional dari Asia Timur ke Asia Barat dan
Eropa, mencapai zaman keemasannya. Raja-raja dan para bangsawan
mendapatkan kekayaannya dari berbagai upeti dan pajak. omesti proteksi
terhadap jenis produk tertentu, karena mereka justru diuntungkan oleh
banyaknya kapal yang lewat di daerah mereka.
Dalam masa penjajahan Belanda selama 350 tahun Belanda melakukan berbagai perubahan
kebijakan dalam hal ekonomi, salah satunya dengan dibentuknya Vereenigde Oost-Indische
Compagnie (VOC). Belanda memberikan wewenang untuk mengatur Hindia Belanda dengan
tujuan menghindari persaingan antar omest pedagang Belanda, sekaligus untuk menyaingi
perusahaan imperialis lain seperti EIC milik Inggris.
Untuk mempermudah aksinya di Hindia Belanda, VOC diberi hak Octrooi, yang antara lain
meliputi :
a. Hak mencetak uang
b. Hak mengangkat dan memberhentikan pegawai
c. Hak menyatakan perang dan damai
d. Hak untuk membuat angkatan bersenjata sendiri
e. Hak untuk membuat perjanjian dengan raja-raja
Hak-hak itu seakan melegalkan keberadaan VOC sebagai “penguasa” Hindia Belanda. Namun
walau demikian, tidak berarti bahwa seluruh ekonomi Nusantara telah dikuasai VOC.
Kenyataannya, sejak tahun 1620, VOC hanya menguasai komoditi-komoditi ekspor sesuai
permintaan pasar di Eropa, yaitu rempah-rempah.
Namun pada tahun 1795, VOC dibubarkan karena dianggap gagal dalam mengeksplorasi
kekayaan Hindia Belanda. Kegagalan itu omest pada defisitnya kas VOC, yang antara lain
disebabkan oleh :
Peperangan yang terus-menerus dilakukan oleh VOC dan memakan biaya besar
b.Penggunaan tentara sewaan membutuhkan biaya besar
c.Korupsi yang dilakukan pegawai VOC sendiri
d.Pembagian dividen kepada para pemegang saham, walaupun kas omesti
2. Masa Orde Lama
Sebagai sebuah omest yang terpuruk di bawah himpitan utang luar negeri sebesar 78
milyar dollar AS, dengan beban angsuran pokok dan bunga utang (dalam dan luar
negeri) mencapai sepertiga APBN, Indonesia tentu patut dicatat sebagai sebuah omest
Dunia Ketiga yang terperosok ke dalam kolonialisme utang. Sehubungan dengan itu,
catatan perjalanan utang luar negeri Indonesia sebagaimana berikut menarik untuk
dicermati.
Masalah utang luar negeri bukanlah masalah baru bagi Indonesia. Walaupun masalah
ini baru terasa menjadi masalah serius sejak terjadinya transfer omestic bersih (net
omestic transfer) pada tahun anggaran 1984/1985, masalah utang luar negeri sudah
hadir di Indonesia sejak tahun-tahun pertama setelah kemerdekaan. Sebagaimana
diketahui, kemerdekaan Indonesia baru diakui oleh masyarakat internasional ada
Desember 1949. Walau pun demikian, berbagai persiapan untuk memperoleh utang
luar negeri telah berlangsung sejak 1947. Bahkan, pada tingkat wacana, perbincangan
mengenai arti penting utang luar negeri bagi peningkatan kesejahteraan rakyat telah
berlangsung sejak November 1945.
Dampak Utang Luar Negeri Terhadap Perekonomian Indonesia
Pertumbuhan ekonomi suatu omest adalah salah satu tolak ukur keberhasilan suatu omest
yang dapat dilihat secara nyata. Tingkat produktivitas suatu omest juga dapat dilihat dari
pertumbuhan ekonomi omest tersebut. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu omest akan
menentukan seberapa besar peran pemerintah dalam proses pertumbuhan di omest tersebut
dengan disertai adanya kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah.Pemerintah yang ada pada
suatu omest yang sedang berkembang seringkali mendatangkan sumber daya ekonomi berupa
modal yang umumnya berasal dari omest-negara maju untuk membantu pembangunan
nasional. Hal ini terjadi karena adanya keterbatasan sumber daya modal dalam negeri. Sumber
daya modal ini terdapat berbagai wujud yang beragam, seperti penanaman modal asing,
berbagai bentuk investasi portofolio, dan pinjaman luar negeri.
Pinjaman luar negeri atau utang luar negeri merupakan sebagian dari total utang suatu
omest yang berasal dari kreditor di luar omest tersebut. Penerima utang luar negeri ini dapat
dilakukan oleh pemerintah, perusahaan, bahkan perorangan. Pinjaman luar negeri pada satu sisi
dapat menjadi pendukung program pembangunan nasional yang dilakukan oleh pemerintah,
sehingga target pertumbuhan ekonomi nasional dan pendapatan perkapita masyarakat dapat
meningkat. Namun pada sisi lain, melakukan pinjaman atau utang luar negeri dapat
menimbulkan masalah dalam jangka panjang yang akan menjadi beban seakan tak dapat
dilepaskan, sehingga menyebabkan berkurangnya kesejahteraan masyarakat.
Dampak Utang Luar Negeri
a. Dampak positif
Dalam jangka pendek, utang luar negeri sangat membantu pemerintah Indonesia dalam
upaya menutup omesti anggaran pendapatan dan belanja omest, yang diakibatkan oleh
pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang cukup besar. Dengan
adanya utang luar negeri membantu pembangunan omest Indonesia, dengan
menggunakan tambahan dana dari omest lain. Laju pertumbuhan ekonomi dapat dipacu
sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.
b. Dampak Negatif
Dalam jangka panjang utang luar negeri dapat menimbulkan berbagai macam persoalan
ekonomi omest Indonesia, salah satunya dapat menyebabkan nilai tukar rupiah
jatuh(Inflasi). Utang luar negeri dapat memberatkan posisi APBN RI, karena utang luar
negeri tersebut harus dibayarkan beserta dengan bunganya. Negara akan dicap sebagai
omest miskin dan tukang utang, karena tidak mampu untuk mengatasi perekonomian
omest sendiri, (hingga membutuhkan campur tangan dari pihak lain).
Selain itu, hutang luar negeri ome memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Membantu dan mempermudah omest untuk melakukan kegiatan ekonomi.
2. Sebagai penurunan biaya bunga APBN
3. Sebagai sumber investasi swasta
4. Sebagai pembiayaan Foreign Direct Investment (FDI) dan kedalaman pasar modal
5. Berguna untuk menunjang pembangunan nasional yang dimiliki oleh suatu omest
Solusi Utang Luar Negeri Indonesia
Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi hutang luar
negeri: