A. LATAR BELAKANG
BAB I
PENDAHULUAN
1. FAKTA EMPIRIS
Sebelumnya kementerian Lingkungan Hidup mengeluarkan surat
perintah penutupan kegiatan operasional terhadap lima perusahaan tambang
di Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Kepada Badan Lingkungan
Hidup (BLH) Provinsi Sultra, H Rusbandriyo di Kendari, Jumat, mengatakan
kelima perusahaan tambang tersebut yakni PT.Putra Darma Arwana, PT Citra
Silika Malawa, PT Pandu Citra Mulia, PT Kasmartia Raya dan PT Tambang
Mineral Maju. Surat Menteri Kementerian Lingkungan Hidup ini telah
ditayangkan sejak November 2013 lalu dengan nomor: B-12492/Dep-
LH/II/2013, katanya, dilansir Antaranews.com, Jumat (28-2-14). Ia
mengatakan, alasan penghentian pengoperasian lima perusahaan tambang di
Kolaka Utara itu, karena dinilai banyak melakukan pelanggaran di antaranya
terlibat penyalagunaan BBM bersubsidi dan regulasi perizinan lainnya. Ada
sekitar 93 persen di Sulawesi melakukan pelanggaran dari 56 perusahaan
yang dilakukan penyelidikan oleh tim yang dibentuk pemerintah provinsi, ujar
mantan Kepala Badan Ketahanan pangan Sultra itu. Ia mengatakan, tim yang
dibentuk Pemprov Sulawesi Tenggara (Sultra) terkait investigasi sejumlah
perusahaan tambang yang melakukan kegiatan sektor pertambangan
khususnya nikel dan emas itu ditemui hampir semuanya melanggar. Hanya
saja, katanya, ada yang bentuk pelanggarannya ringan dan ada juga yang
memang pelanggaran berat yang sudah tidak bisa lagi ditolerir, ujarnya.
2. FAKTA YURIDIS
Sesuai dengan visi misinya yaitu Terwujudnya Pengelolaan dan
Perlindungan Lingkungan Hidup, Kebersihan, Pemakaman dan Kebakaran
yang Berkualitas, Bermanfaat Berdaya Guna serta Berkelanjutan . Badan
Lingkungan Hidup Kebersihan, Pemakaman dan Kebakaran kabupaten
Kolaka Utara dibentuk berdasarkan Perda Kabupaten Kolaka Utara Nomor 22
Tahun 2008 belum menyentuh substansi perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup secara utuh, sehingga diperlukan Peraturan Daerah lanjutan
yang mampu bersinergi dengan segala peraturan-peraturan lainnya yang
berkaitan dengan lingkungan hidup.
C.TUJUAN
Berdasarkan fakta empiris dan fakta yuridis yang telah dipaparkan di
atas, pembentukan Peraturan Daerah tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup perlu diarahkan untuk:
a) Mencapai kelestarian hubungan manusia dengan lingkungan hidup
sehingga dapat membangun manusia seutuhnya.
b) Mewujudkan manusia sebagai bagian lingkungan hidup dan tidak
akan dapat dipisahkan.
c) Mengendalikan pemanfaatan sumber daya secara bijaksana dan
diolah secara optimal semata demi kesejahteraan masyarakat Kolaka
Utara.
d) Melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan untuk generasi
yang akan datang.
Disamping itu juga bertujuan memberikan dasar hukum yang
kuat tentang usaha pemerintah Daerah dan lembaga swadaya
masyarakat dalam melaksanakan pelestarian alam dengan peraturan
daerah tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Dengan di dukung oleh :
a. UUD RI 1945 Pasal 28H yang menjelaskan bahwa Lingkungan hidup
yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara
Indonesia
b. Undang-Undang Nomor UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
c. UU RI No.5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam dan
ekosistemnya.
d. UU RI No.51 tahun 1993 tentang analisis mengenai dampak
lingkungan. Untuk memperkecil pencemaran, pada saat ini
pemerintah menyusun dokumen AMDAL (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan) bagi kegiatan yang diduga menimbulkan pencemaran.
AMDAL pada prinsipnya adalah cara mengidentifikasi, memprediksi
dan mengomunikasikan pengaruh dari kegiatan manusia terutama
pembangunan fisik lingkungan. Implikasi UU RI No.51 tahun 1993
tentang analisis mengenai dampak lingkungan ini adalah
diserahkannya sebagian besar kewenangan penilaian AMDAL
Kepada Daerah/Prov/Kab/Kota dan diwajibkan keikutsertaan
masyarakat di dalamnya. Penyesuaian dokumen AMDAL sebagai
berikut :
- Memperkecil pengaruh negatif
- Memaksimalkan pengaruh positif kegiatan manusia bagi
lingkungan
- Mendeteksi secara dini terjadinya pencemaran
D. METODE PENELITIAN
1. KAJIAN KONSEPTUAL
a. Kajian Filosofis
Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahkan Tuhan Yang Maha
Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan karunia dan rahmat-
Nya yang wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar dapat
tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat dan bangsa Indonesia
serta makhluk hidup lainnya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas
hidup itu sendiri. Secara ekologis makhluk hidup dan benda-benda abiotis
lainnya berada dalam hubungan saling ketergantungan dan saling keterkaitan
antara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu semua organisme dan
makhluk hidup serta benda-benda abiotis lainnya harus memperoleh martabat
yang sama. Cara pandang ini mengandung makna bahwa dalam pengelolaan
lingkungan hidup dituntut adanya penghormatan, pemenuhan, dan
perlindungan yang sama terhadap hak yang sama untuk hidup dan
berkembang yang tidak hanya berlaku bagi semua makhluk hayati tetapi juga
bagi yang non hayati. Hak semua bentuk kehidupan untuk hidup adalah
sebuah hak universal yang tidak bisa diabaikan. Manusia sebagai salah satu
spesies dalam ekosistem harus mengakui bahwa kelangsungan hidupnya dan
spesies lainnya tergantung dari kepatuhannya pada prinsip-prinsip ekologis.
Di samping cara pandang tersebut, berkemang pula cara pandang yang
menyatakan bahawa hak atas lingkungan hidup yang sehat sebagai bagian
dari hak asasi manusia. Oleh karenanya, negara memiliki kewajiban untuk
memenuhi, pelindungi dan memajukan hak warga negaranya atas lingkungan
hidup yang sehat tersebut. untuk rnewujudkan hal tersebut negara wajib:
1). rnenterjernahkan prinsip perlindungan lingkungan sebagai bagian dari
perlindungan hak asasi manusia dalarn peraturan perundang-undangan
2) rnematuhi hukurn yang sudah dibuat oleh negara itu sendiri (dalarn hal ini
berarti pemerintah wajib mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
3). memastikan bahwa kepentingan setiap warga negara untuk mendapatkan
lingkungan hidup yang sehat diperhatikan dan diperlakukan seimbang
dengan kepentingan publik, termasuk di dalamnya memastikan bahwa
setiap warga negara dijamin hak-hak mproseduralnya dan rnendapat
kornpensasi apabila haknya dilanggar.
5). rnernastikan bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
dilakukan secara transparan dan bahwa setiap warga negara dapat
berpartisipasi dalarn setiap pengarnbilan keputusan yang rnernpengaruhi
hajat hidupnya.
b. Kajian Sosiologis
Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara merupakan kesatuan
yang bulat dan utuh yang rnernberikan keyakinan kepada rakyat dan bangsa
Indonesia bahwa kebahagiaan hidup akan tercapai jika didasarkan atas
keselarasan, keserasian, dan keseirnbangan, baik dalarn hubungan rnanusia
dengan Tuhan Yang Maha Esa rnaupun rnanusia, dengan rnanusia, rnanusia
dengan alam, dan rnanusia sebagai pribadi, dalarn rangka rnencapi kemajuan
lahir dan kebahagiaan batin. Antara rnanusia, masyarakat, dan lingkungan
hidup terdapat hubungan tirnbal balik yang selalu harus dibina dan
dikernbangkan agar dapat tetap dalarn keselarasan, keserasian, dan.
keseirnbangan yang dinarnis. Oleh karenanya, pernbangunan sebagai upaya
sadar dalarn rnengolah dan rnemanfaatkan sumber daya alarn untuk
rneningkatkan kernakrnuran rakyat, baik untuk rnencapai kernakmuran lahir
maupun untuk mencapai kepuasan batin, harus dilakukan secara selaras,
serasi, dan seimbang dengan fungsi pelestarian lingkungan hidup dan
lingkungan sosial.
Lingkungan hidup kolaka Utara sebagai suatu ekosistem terdiri atas
berbagai subsistem, yang mempunyai aspek sosial, budaya, ekonomi, dan
geografi dengan corak ragam yang berbeda yang mengakibatkan daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup yang berlainan. Hal ini
membawa konsekuensi bahwa pengaturan kebijakan pengelolaan lingkungan
hidup harus mengintegrasikan kebijakan tentang pertumbuhan dan dinamika
kependudukan serta penataan ruang.
Berdasarkan Kondisi Topografi wilayahnya, kolaka utara merupakan
daerah yang memiliki wilayah perbuktikan dan pegunungan. Kondisi wilayah
yang berbukit dan pegunungan menjadikan daerah ini sangat potensial untuk
jadi tujuan wisata utamanya wisata alam pegunungan dengan perpaduan
keindahan laut dan pantai demikian juga sumber daya alamnya yang sangat
potensial dalam pembangunan ekonomi kolaka utara khususnya perkebunan
dan pertambangan.
Keadaan tersebut memerlukan pembinaan dan pengembangan
lingkungan hidup yang didasarkan pada daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup untuk meningkatkan keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan subsistem, yang berarti juga meningkatkan ketahanan
subsistem itu sendiri. Pembinaan dan pengembangan subsistem yang satu
akan mempengaruhi subsistem yang lain dan pada akhirnya akan
mempengaruhi ketahanan ekosistem secara keseluruhan. Untuk itu
diperlukan suatu kebijakan daerah pengelolaan lingkungan hidup yang harus
dilaksanakan secara taat asas dan konsekuen dan tetap berkesesuaian
dengan subsistem pemerintah daerah dengan pemerintah pusat terhadap
lingkungan hidup.
c. Kajian Yuridis
Berdasarkan hukum, lingkungan hidup Indonesia meliputi ruang tempat
negara Republik Indonesia melaksanakan kedaulatan dan hak berdaulatnya.
Dalam hal ini lingkungan hidup Indonesia tidak lain adalah wilayah, yang
menempati posisi silang antara dua benua dan dua samudera dengan iklim
tropis dan cuaca serta musim yang memberikan kondisi alam dan kedudukan
dengan peranan strategis yang tinggi nilainya sebagai tempat rakyat dan
bangsa Indonesia menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, ber bangsa,
dan bernegara dalam segala aspeknya. Dengan demikian, wawasan dalam
menyelenggarakan pengelolaan lingkungan hidup Indonesia adalah
Wawasan Nusantara. Lingkungan hidup dalam pengertian ekologi tidak
mengenal batas wilayah, baik wilayah negara maupun wilayah administrasi.
Akan tetapi, lingkungan hidup yang berkaitan dengan pengelolaan harus jelas
batas wilayah wewenang pengelolaannya. Wilayah Kolaka Utara yang
memanjang dari utara ke selatan yang berada diantara 2.00 0 lintang selatan
dan membentang dari tepi barat ke Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi
Selatan berbatasan Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara sebelah
Barat berbatasan dengan Teluk Bone, dan Timur berbatasan dengan
Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal ini berarti pemerintah
daerah kolaka utara seyogyanya harus memperjelas wilayah perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup namun tetap meperhatikan dampak
lingkungan hidup disekitarnya. Oleh karena itu, pengaturan hukum atas
pengelolaan lingkungan hidup disamping mendasarkan peraturan daerah juga
harus memperhatikan prinsip-prinsip pengaturan hukum yang berlaku secara
nasional bahkan juga harus memperhatikan prinsip-prinsip pengaturan secara
internasional. Sesuai dengan tujuan penyusunan naskah akademis ini yakni
sebagai bahan dasar dan landasan fikir untuk memberikan solusi atas
permasalahan yang timbul sebagaimana telah disampaikan dalam sub kajian
fakta empiris dan yuridis sebagaimana tersebut di atas, maka dalam
penyusunan naskah akademis ini dipergunakan prinsip yang pada umumnya
dipergunakan dalam melakukan proses kajian kebijakan dan penyusunan
peraturan perundang-undangan, yakni bahwa setiap peraturan daerah tidak
boleh bertentangan dan melampaui kewenangan dengan peraturan yang
lebih tinggi secara horizontal dan harus sejalan dengan peraturan-peraturan
daerah yang sudah ada secara vertikal yang erat kaitannya dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
BAB II
ASAS-ASAS
Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan
asas:
e. tanggung jawab Negara yaitu negara di satu sisi menjamin bahwa
pemanfaatan sumber daya alam akan memberikan manfaat yang
sebesar-besarnya bagi kesejahteraan dan mutu hidup rakyat, baik
generasi masa kini maupun generasi masa depan. Di lain sisi, negara
mencegah dilakukannya kegiatan pemanfaatan sumber daya alam
dalam wilayah yurisdiksinya yang menimbulkan kerugian terhadap
wilayah yurisdiksi negara lain, serta melindungi negara terhadap
dampak kegiatan di luar wilayah negara.
f. kelestarian dan keberkelanjutan yaitu bahwa setiap orang memikul
kewajibannya dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang, dan
terhadap sesamanya dalam satu generasi. Untuk terlaksananya
kewajiban dan tanggung jawab tersebut, maka kemampuan
lingkungan hidup, harus dilestarikan. Terlestarikannya kemampuan
lingkungan hidup menjadi tumpuan terlanjutkannya pembangunan.
g. manfaat yaitu segala usaha dan/ atau kegiatan pembangunan yang
dilaksanakan disesuaikan dengan potensi sumber daya alam dan
lingkungan hidup untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
harkat manusia selaras dengan lingkungannya.
h. keadilan yaitu setiap pengelolaan lingkungan hidup, harus
mencerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara
tanpa kecuali
i. partisipatif yaitu mendorong setiap anggota masyarakat agar berperan
aktif menyampaikan pendapat dalam proses pengambilan keputusan
di bidang lingkungan hidup baik secara langsung maupun tidak
langsung.
BABIII
MATERI MUATAN DAN KETERKAITAN DENGAN HUKUM POSITIF
15. Penyidikan
Selain Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia, Pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan instansi pemerintah yang
lingkup tugas dan tanggung jawabnya dibidang pengelolaan lingkungan
hidup, diberi wewenang sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam
Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana
lingkungan. Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil berwenang:
a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan
berkenaan dengan tindak pidana di bidang lingkungan hidup;
b. melakukan pemeriksaan terhadap orang atau badan hukum yang
diduga melakukan tindak pidana di bidang lingkungan hidup;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum
sehubungan dengan peristiwa tindak pidana di bidang lingkungan
hidup;
d. melakukan pemeriksaan atas pembukuan, catatan, dan dokumen lain
berkenaan dengan tindak pidana di bidang lingkungan hidup;
e. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat bahan
bukti, pembukuan, catatan, dan dokumen lain serta melakukan
penyitaan terhadap bahan dan barang basil pelanggaran yang dapat
dijadikan bukti dalam perkara tindak pidana di bidang lingkungan
hidup;
f. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang lingkungan hidup.
g. memasuki tempat tertentu, memotret, membuat rekaman audio visual;
dan/ atau
J. menangkap dan menahan pelaku tindak pidana lingkungan hidup.
Penyidik Pejabat Pegawai Negeri Sipil memberitahukan dimulainya
penyidikan dan hasil penyidikannya kepada Penyidik Pejabat Polisi
Negara Republik Indonesia. Dalam melakukan penangkapan dan/ atau
penahanan Penyidik Pegawai Negeri Sipil dapat meminta bantuan
kepada Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia. Penyidik
Pejabat Pegawai Negeri Sipil menyampaikan hasil penyidikan kepada
penuntut umum dengan tembusan kepada Penyidik Pejabat Polisi
Negara Republik Indonesia.
C. KETENTUAN SANKSI
1. Administrasi
Berdasarkan hasil pengawasan Menteri berwenang mengenakan sanksi
administrasi terhadap penanggung jawab usaha dan/ atau kegiatan yang
melanggar ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan di bidang lingkungan hidup.
E. Ketentuan Penutup
Peraturan Daerah yang baru mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.
KESIMPULAN
BABIV
PENUTUP
Dari apa yang disajikan dalam naskah akademik ini dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Terdapat beberapa permasalahan dalam pengelolaan lingkungan hidup,
yaitu:
a. Fakta Empirik
1). Tingginya laju degradasi fungsi lingkungan hidup
2). Rentannya kondisi geografis Kabupaten Kolaka Utara yang
berpotensi menimbulkan bencana
3). Tingginya angka ketidakadilan
4). Tingginya konflik pengelolaan lingkungan hidup dan pemanfaatan
sumber daya alam
b. Fakta Yuridis
Badan Lingkungan Hidup Kebersihan, Pemakaman dan Kebakaran
kabupaten Kolaka Utara dibentuk berdasarkan Perda Kabupaten Kolaka
Utara Nomor 22 Tahun 2008 belum menyentuh substansi perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup secara utuh.
2. Berdasarkan fakta empiris dan fakta yuridis sebagaimana yang telah
disebutkan dalam point 1, Rancangan Peraturan Daerah tentang
perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mengatur lingkup materi
muatan sebagai berikut:
a. Pengelolaan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
bpemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan
penegakan hukum.
b. Pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan
berbahaya dan beracun
c. Pengawasan
d. Wewenang pemerintah dan pemerintah daerah
e. Kelembagaan
f. Pengembangan dan sistern informasi
g. Hak, kewajiban, dan larangan
h. Peran serta masyarakat
i. Penyelesaian sengketa lingkungan hidup
j. Penyidikan
k. Ketentuan pidana
3. Dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang Perlindungan dan
Pengeloaan Lingkungan Hidup perlu ada pendelegasian kewenangan
pengaturan pada peraturan perundang-undangan yang lebih rendah.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan sebagaimana tersebut pada huruf A,
disarankan menyusun suatu Peraturan Daerah tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai perwujudan dari Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Namun untuk pelaksanaan Ramperda tersebut
masih diperlukan peraturan pelaksanaan lebih lanjut dari instansi yang
berwewenang. Penyusunan peraturan pelaksanaannya perlu ditentukan
batasan waktunya agar Ramperda setelah diundangkan dapat segera efektif
dilaksanakan.