Dosen Pengampu :
Tumija, S.Pd, MM
Disusun Oleh:
Kelas : F2
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur kehadiran ALLAH SWT yang telah memberikan kita berbagai macam
nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik
kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua
cita-cita serta harapan yang ingin kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya saya ucapkan kepada teman-teman sekalian
yang telah membantu, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Saya menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan serta
banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal
pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, untuk itu besar harapan saya
jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah
saya dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa
yang saya susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang
ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari judul ini tentang
Utang Luar Negeri Indonesia sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
Penyusun
2
DAFAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................... 3
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................. 4
B. Rumusan Masalah........................................................ 5
C. Tujuan.......................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian....................................................... 5
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Utang Luar Negeri (ULN)............................................ 6
1. Definisi Utang Luar Negeri.................................... 6
2. Jenis –Jenis Utang Luar Negeri............................. 7
3. Teori Utang Luar Negeri........................................ 8
BAB III: PEMBAHASAN
A. ULN, Pembiayaan Pembangunan, Beban Bunga dan
Cicilan Utang............................................................. 10
B. Perkembangan Utang Luar Negeri................................ 12
C. Sumber-Sumber Pembiayaan Utang Luar Negeri......... 13
D. Upaya Mengurangi Beban ULN................................... 14
BAB IV : PENUTUP
A. KESIMPULAN............................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ULN atau Utang luar Negeri saat ini menjadi perdebatan publik, khususnya
dari Negara berkembang tak terkecuali Indonesia, yang selama ini sering muncul
adalah besarnya beban hutang yang harus ditanggung, bahkan merugikan
pembangunan atau membuat rakyat di negara-negara peminjam menderita.Padahal
tujuan utama peminjaman adalah untuk menjalankan pembangunan ekonomi dan
sosial sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan di negara-negara peminjam.
(Tambunan,2001)
Pemanfaatan utang luar negeri (ULN) atau bantuan luar negeri sebagai sumber
pembiayaan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi sudah menjadi bagian tak
terpisahkan dari pembangunan ekonomi dan sosial. Bukan hanya di negara-negara
berkembang (NB) termasuk Indonesia, melainkan juga di negara-negara yang
sekarang dikenal sebagain negara- negara maju (NM). Satu contoh yang sangat
terkenal adalah pembangunan kembali negara-negara Eropa Barat pascaperang dunia
(PD) II pada dekade 1950-an melalui bantuan dana yang sangat besar dari Amerika
Serikat (AS),yang dikenal dengan Marshall Plan. (Tambunan;2001;1)
Utang Luar Negeri merupakan konsekuensi biaya yang harus dibayar sebagai
akibat pengelolaan perekonomian yang tidak seimbang, ditambah lagi proses
pemulihan ekonomi yang tidak komprehensif dan konsisten. Pada masa krisis
ekonomi, utang luar negeri Indonesia, termasuk utang luar negeri pemerintah telah
meningkat drastis. Sehingga, pemerintah Indonesia harus menambah utang luar negeri
yang baru untuk membayar utang luar negeri yang lama yang telah jatuh tempo.
Akumulasi utang luar negeri dan bunganya tersebut akan dibayar melalui APBN RI
4
dengan cara mencicilnya pada tiap tahun anggaran. Hal ini menyebabkan
berkurangnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat pada masa mendatang, sehingga
jelas akan membebani masyarakat, khususnya para wajib pajak di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi yang telah dijelaskan diatas,maka rumusan masalah
dalam penelitian ini :
1. Apakah dana suntikan berupa ULN selama ini merugikan atau menguntungkan
bagi Indonesia ?
2. Apakah Indonesia semakin bergantung pada ULN?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui bagaiaman perkembangan ULN saat ini
2. Mengetahui apakah ULN menguntungkan atau merugikan bagi Indonesia.
3. Mengetahui apakah Indonesia semakin bergantung pada dana pinjaman dari
negara luar
4. Melengkapi Tugas Bahasa Indonesia Semester 1
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberikan bahan masukan bagi
pemerintah dan instansi-instanis terkait dalam penyelesaian masalah Utang
Luar Negeri.
2. Dari hasil penelitian ini kami berharap dapat menambahkan wawasan para
peneliti yang berhubungan dengan Utang Luar Negeri Indonesia, dan hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi untuk
melakukan penelitian sejenis lainnya.
3. Untuk menambah wawasan penulis dalam perekonomian Indonesia
khususnya masalah Utang Luar Negeri.
4. Sebagai masukan kepada masyarakat agar mengetahui kondisi perekonomian
indonesia yang berhubungan dengan utang luar negeri (ULN).
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ULN adalah seluruh pinjaman serta konsensional baik secara resmi dalam
bentuk uang tunai maupun bentuk bentuk aktiva yang lainnya secara umum
ditujukan untuk mengalihkan sejumlah sumber daya negara-negara maju ke negara
berkembang untuk kepentingan pembangunan atau mempunyai maksud sebagai
distribusi pendapatan (Todaro, 1998:163).
ULN adalah sebagai bantuan berupa program dan bantuan proyek yang
diperoleh dari negara lain. Pinjaman luar negeri atau utang luar negeri merupakan
salah satu alternatif pembiayaan yang diperlukan dalam pembangunan dan dapat
digunakan untuk meningkatkan investasi guna menunjang pertumbuhan ekonomi
(Basri, 2000:127).
Selain pinjaman luar negeri, terdapat juga penerimaan dalam bentuk hibah.
Menurut Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Keuangan dengan Ketua
BAPPENAS No.185/KMK.03/1995 dan No. KEP. 031/KET/5/1995 tanggal 5 Mei
1995 yang telah dirubah dengan SKB No. 459/KMK.03/1999 dan
No.KEP.264/KET/09/1999 tanggal 29 September 1999 tentang Tatacara
6
Perencanaan, Pelaksanaan/Penatausahaan dan Pemantauan Pinjaman/Hibah Luar
Negeri dalam Pelaksanaan APBN, pengertian pinjaman luar negeri adalah setiap
penerimaan negara baik dalam bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan
maupun dalam bentuk barang dan atau dalam bentuk jasa yang diperoleh dari
pemberi pinjaman luar negeri yang harus dibayar kembali dengan persyaratan
tertentu. Sedangkan Hibah Luar Negeri, adalah setiap penerimaan negara baik dalam
bentuk devisa dan atau devisa yang dirupiahkan maupun dalam bentuk barang dan
atau dalam bentuk jasa termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang diperoleh dari
pemberi hibah luar negeri yang tidak perlu dibayar kembali.
7
2. Pinjaman/Kredit Bilateral/Multilateral
8
bantuan luar negeri dua kesenjangan ( two-gapmodel) ini mengatakan bahwa
negara berkembang pada umumnya menghadapi kendala keterbatasan tabungan
domestik yang jauh dari mencukupi untuk menggarap segenap peluang yang
investasi yang ada,serta kelangkaan devisa yang tidak memungkinkan mengimpor
barang-barang modal dan antara yang penting bagi usaha pembangunannya. Secara
umum model ini berasumsi bahwa kekurangan dan kesenjangan ( antara persedian
dan kebutuhan) tabungan (saving gap) serta kesenjangan devisa ( foreign-exchange
gap ) itu tdak sama bobotnya, dan satu sama lain berdiri sendiri. Kekurangan
tabungan tidaklah dapat digantikan oleh cadangan devisi begitu juga sebaliknya,
kekurangan devisa tidak pula dapat dipenuhi oleh tabungan dalam negeri.
1. Kesenjangan Tabungan
Dimulai dengan suatu persamaan atau identitas atas hubungan antara
pemasukan modal ( misalnya, selisih antara ekspor-impor ) dan dengan sumber –
sumber yang dapat digunakan untuk investasi, dengan tingkat investasi, dengan
tingkat investasi domestik, yang dapat di tulis sebagai berikut :
I < F + Sy ………………………………………… ( 1)
2. Kesenjangan Devisa
Jika setiap unit investasi yang dilakukan oleh negara – negara berkembang
menyebabkan kenaikan impor sebesar m1, yakni pangsa impor marjinal (
marginal impor share ) di kebanyakan negara berkembang, pangsanya ini berkisar
dari 30 sampai 60 persen dan kecenderungan marjnal terhadap impor ( marginal
propensity to impor) akibat naiknya 1 unit PDB dengan parameter m2, maka
kesenjangan devisa itu dirumuskan sebagai berikut :
9
bersifat garis besar untuk menentukan kebutuhan serta kemampuan relatif dari
masing- masing negara berkembang dalam mengunakan pinjaman luar negerinya
secara efektif. (Michael P. Todaro, 1998 : 169).
BAB III
PEMBAHASAN
10
kewajiban tersebut tetap harus dibayar. Oleh karena itu, walaupun Indonesia saat ini
sangat membutuhkan bantuan luar negeri, manajemen utang harus sudah didesain
dengan melihat kemampuan membayar jangka panjangnya.
Pembiayaan Pembangunan
Sejak krisis ULN dunia pada awal 1980-an, masalah ULN yang dialami oleh
banyak NB tidak semakin baik, banyak NB semakin terjerumus ke dalam krisi ULN
sampai negara-negara pengutang besar terpaksa melakukan program-program
penyesuaian struktural terhadap ekonomi mereka atas desakan dari Bank Dunia dan
Dana Moneter Internasional (IMF), sebagai syarat utama untuk mendapatkan
pinjaman baru atau pengurangan terhadap pinjaman lama, (Tambunan, 2001).
Tingginya ULN dari banyak NB disebabkan terutama oleh tiga jenis defisit :
a. Defisit transaksi berjalan (TB) atau bisa disebut dengan trade gap, yaitu
ekspor (X) lebih sedikit daripada impor (M).
b. Defisit investasi atau I-S gap, yaitu dana yang dibutuhkan untuk
membiayai investasi (I) di dalam negeri lebih besar daripada tabungan
nasional atau domestik (S).
c. Defisit fiskal (fiskal gap).
Dari faktor-faktor tersebut, defisit TB sering disebut didalam literatur sebagai
penyebab utama membengkaknya ULN dari bank NB. Besarnya defisit TB melibihi
surplus neraca modal (CA) (kalau salonya memang positif) mengkibatkan defisit
neraca pembayaran (BOP) yang berarti juga cadangan defisa (CD) dengan sendirinya
akan habis jika tidak ada sumber-sumber lain (misalnya modal investasidari luar
negeri), seperti yang dialami oleh negara-negara paling miskin di benua Afrika.
Padahal devisa sangat dibutuhkan terutama untuk membiayai impor barang-barang
modal dan pembantu untuk kebutuhan kegiatan produksi di dalam negeri.
Dari uraian diatas, dapat dimngerti bahwa defisit TB yang terjadi terus menerus
membuat banyak NB harus tetap bergantung pada pinjaman luar negeri (PLN),
terutama negara-negara yang kondisi ekonominya tidak menggairahkan investor-
investor asing sehingga sulit bagi negara-negara tersebut untuk mensubstitusikan PLN
dengan investasi, misalnya dalam bentuk penanaman modal asing (PMA).
Sejak pemerintahan Orde Baru hingga saat ini tingkat ketergantungan Indonesia
pada ULN tidak pernah menyurut, bahkan mengalami akselerasi yang pesat sejak
krisis ekonomi 1997/1998 karena pada periode tersebut pemerintah Indonesia terpaksa
membuat utang baru dalam jumlah yang besar dari IMF untuk membiayai pemulihan
ekonomi. Pada masa normal selama pemerintahan Soeharto, ULN dibutuhkan
terutama untuk membiayi pembangunan, defisit investasi, defisit TB, dan beberapa
komponen dari sisi pengeluaran pemerintah di dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN).
Beban Pembayaran
Sejak masa Orde Lama, sangat jelas utang luar negeri yang dibuat akan
menyulitkan pemerintah dalam membayarnya. Dengan tingkat kemampuan ekonomi
masyarakat yang sangat miskin, akumulasi utang pemerintah Orde Lama (selama 20
tahun) mencapai US$ 2,38 miliar. Jika dibandingkan dengan utang luar negeri yang
dibuat pada masa pemerintahan Soeharto,Habibie, ataupun Abdurahman Wahid
nilaiutang tersebut memang sangat kecil. Dari ketiga rezim terakhir ini, rata-rata
pertahun utang luar negeri yang dibuat pemerintah mencapai US$5 miliar. Namun
pada masa orde lama kapasitas ekonomi sangat rendah, dan lebih dari itu alokasi
penggunaan utang luar negeri tersebut banyak pada proyek-proyek mercusuar dan
11
membiayai anggaran untuk angkatan bersenjata, sehingga tidak menggerakan
ekonomi dan tidak menghasilkan devisa maupun langsung dan tidak langsung yang
sebetulanya sangat diperlukan untuk membayar kembali utang dari negara lain dan
lembaga-lembaga internasional, dari sinilah awal mula beban pembayaran dan
warisan hutang luar negeri Indonesia yang sampai saat ini dan entah kapan akan
terselesaikan.
Kewajiban pembayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri ini sudah sangat
membebani anggaran belanja pemerintah. Sedangkan anggaran pemerintah tersebut
sumber penerimaannya sebagian besar berasal dari pajak yang ditarik dari masyarakat.
Dengan demikian, beban utang luar negeri pada akhirnya harus dibebankan pada
masyarakat luas, dalam bentuk pajak dan dan berbagai pungutan lainnya. Lebih dari
itu, pembayaran bunga dan cicilan utang tersebut berarti mengurangi dana
pembanguna yang tersedia. Akibatnya, aktifitas pembangunan terpaksa dikendurkan
untuk memenuhi kewajiban internasional tersebut. Demikian pula, fungsi alokasi dan
distibutif dari kewajiban fiskal menjadi berkurang, sebagai akibat alokasi sebagaian
besar dana untuk membayar bunga cicilan utang.
12
umum yang wajar. Hal tersebut disebabkan tabungan dalam negeri yang rendah
sehingga tidak memungkinkan dilakukannya investasi yang memadai, sehingga jalan
alternatif lainnya ialah dengan menarik dana atau pinjaman dari luar negeri. Utang
luar negeri (foreign debt) mulai berkembang di Indonesia sejak pemerintah Indonesia
menganut sistem devisa bebas. Sejak bulan agustus 1971, sistem devisa bebas mulai
diterapkan di Indonesia. Pemerintah tidak lagi membatasi modal yang akan dibawa
masuk atau keluar negeri.
Grafik 3.3
Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA) di Indonesia (US $ Juta)
180000
160000 Utang Luar Negeri
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000
0
6 88 90 92 94 96 98 00 02 04 06 08 10
1 98 19 19 19 19 19 19 20 20 20 20 20 20
Dilihat dari grafik di atas utang luar negeri dari tahun 1986 hingga 2011
senantiasa perkembangan utang luar negeri masih dapat dikatakan dalam
keadaanstabil. Namun pada tahun 1997 hingga 2011 perkembangan utang luar negeri
senantiasa fluktuaktif dan nilai utang luar negeri tertinggi terjadi pada tahun 2011
yakni $154,505,9.
Utang luar negeri (foreign debt) pada dasarnya memiliki dampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia, tetapi juga merupakan salah satu penyebab utama
keterpurukan perekonomian Indonesia. Ini disebabkan karena semakin basarnya
beban utang luar negeri Indonesia baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun pihak
swasta asing yang harus ditanggung, ( Arwiny, 2011:41).
C. Sumber – sumber Pembiayaan ULN di Indonesia
Masalah ULN sebenarnya bukan hal baru bagi Indonesia, karena Indonesia sudah
mempunyai ULN bahkan semasa penjajahan Belanda. Namun, ULN baru menjadi
masalah serius setalah terjadi transfer negatif bersih pada pertengahan dekade 80-an,
yakni utang baru yang diterima lebih kecil daripada cicilan pokok dan bunganya yang
harus dibayar setiap tahun. Ini berati ULN yang baru sama sekali tidak bisa digunakan
sesuai tujuannya selain membayar sebagian cicilan pokok dan bunganya
(Samhadi,2006b).
Menurut catatan Samhadi (2006b), total ULN Indonsia pada akhir era Soekarno
sebesar 6,3 miliar dollar AS yang terdiri dari 4 milliar dolar AS yang dibuat pada
masa pemerintahan Belanda dan 2,3 miliiar dolar AS yang dibuat oleh pemerintah
13
Soekarno, dan membengkak menjadi 54 milliar dolar AS pada akhir pemerintahan
Soeharto. Utang-utang ini didapat dari berbagai sumber dari negara maupun
kelembagaan.
Tabel 3.4
Sumber-Sumber Pembiayaan ULN Indonesia
Lembaga Pendonor Negara Pendonor
IBRD (International Bank for Pemerintah Jepang
Reconstruction and Development)
ADB (Asian Development Bank) German
Perancis
JBIC (Japan Bank for International
Coorperation)
IGGI Korea Selatan
IMF Amerika Serikat
WORLD BANK
Sumber : Bank Indonesia (2008)
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pertama, beban ULN pemerintah Indonesia semakin besar dan modal asing yang
masuk di Indonesia merugikan investor lokal. Hal ini bisa dilihat dari meningkatnya
porsi beban ULN didalam APBN dan masuknya modal asing dalam anggaran belanja
negara. Bahkan salah satu penyebab krisis ekonomi 1997/1998 yang dipici oleh
anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS adalah meningkatnya secara signifikan
biaya ULN pemerintah dan swasta dalam rupiah yang membuat banyak perusahaan
besar (konglomerat) bangkrut dan keuangan pemerintah jebol. Akhirnya pemerintah
Indonesia terpaksa memanggil IMF untuk penyelamatan.
Kedua, hingga saat ini Indonesia tetap saja masih tergantung pada ULN dan
modal asing. Jika Indonesia selama ini betul-betul diuntungkan oleh adanya ULN,
sudah lama Indonesia mandiri seperti Korea Selatan. Pada awal pembangunannya
selama dekade 50-an dan 60-an, Korea juga sangat bergantung pada ULN khususnya
dari AS, tetapi sekarang bahkan sudah masuk didalam klub negara-negara donor.
Kita harus terus meminjam dari luar negeri untuk membiayai pembayaran
kepada pihak luar negeri. Kita terus meminjam dari luar negeri untuk dapat membayar
cicilan utang luar negeri, bunga utang luar negeri dan keuntungan investasi asing yang
ditransfer ke luar negeri. Dalam situasi seperti ini, kita sebetulnya berada dalam suatu
ekonomi tutup lubang gali lubang. Bisa dilihat bahwa secara pukul rata hampir
seluruh nya kita gunakan untuk pembayaran kepada pihak-pihak asing. kita
sebetulnya sadar atau tidak sadar bekerja untuk pihak asing. Ini sungguh merupakan
sesuatu yang menyedihkan sebagai bangsa yang berdaulat dan politis merdeka.
15
DAFTAR PUSTAKA
Al Maulidi, Iqbal. “Pengaruh Utang Luar Negeri dan Penanaman Modal Asing terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia Periode 1990-2011” Jurnal Ilmiah, Juni
2013.
Anoraga Pandji, (1995), Perusahaan Multinasional Penanaman Modal Asing, Pustaka
Jaya,Jakarta.
Arief Sritua dan Sasono Adi, (1987), Modal Asing, Beban Utang Luar Negeri dan Ekonomi
Indonesia, Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta.
Majid, Khairin. “Analisis Pengaruh Utang Luar Negeri (ULN) dan Penanaman Modal Asing
terhadap pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 1986-2011”, Jurnal Ilmiah,
Maret 2013.
TambunanT. Tulus, (2008), Pembangunan Ekonomi & Utang Luar Negeri, Rajawali Pers,
Jakarta.
16