Anda di halaman 1dari 26

Makalah :

LEMBAGA KEUANGAN INTERNASIONAL

(Makalah di susun guna memenuhi tugasMata Kuliah Ekonomi Moneter)

Di susun oleh
YULYANA HUKO
10 202 63

JURUSAN EKONOMI ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
IAIN SULTAN AMAI GORONTALO
2012
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang atas limpahan rahmat, karunia
dan taufik-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang Lembaga
Keuangan Internasional ini dapat dirampungkan.
Dalam penyusunan makalah ini, walaupun masih jauh dari kesempurnaan
tetapi saya sangat berharap semoga makalah ini mendatangkan manfaat bagi para
pembaca. Saya juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak terdapat kesalahan baik dari segi penulisan maupun dari segi konteksnya.
Oleh karena itu saya sangat berlapang hati untuk menerima masukan berupa
kritik dan saran yang mungkin bisa membantu penulis dalam penyusunan makalah
selanjutnya sehingga menjadi lebih baik.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Gorontalo, 19 Desember 2012


Penulis,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Pengertian Lembaga Keuangan.................................................................3
2.2 Jenis-jenis Lembaga Keuangan Internasional...........................................3
2.2.1 Bank Dunia....................................................................................3
2.2.2 International Monetary Fund (IMF)...............................................4
2.2.3 Islamic Development Bank (IDB).................................................5
2.2.4 Asian Development Bank (ADB) .................................................7
2.3 Fungsi dan Tujuan Lembaga keuangan Internasional ..............................8
2.4 Peran Lembaga Keuangan Internasional Terhadap Perekonomian
Indonesia ...................................................................................................9
2.4.1 Peran World Bank dalam Perekonomian Indonesia  ....................9
2.4.2 Peran IMF terhadap Perekonomian Indonesia ............................14
2.4.3 Peran IDB terhadap Perekonomian Indonesia ............................19
2.4.4 Peran ADB untuk Indonesia .......................................................20
BAB III PENUTUP...............................................................................................22
3.1 Simpulan .................................................................................................22
3.2 Saran........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak lembaga keuangan internasional yang menangani masalah
keuangan atau perekonomian suatu negara, salah satu negara yang memanfaatkan
fungsi dari lembaga keuangan internasional salah satu nya adalah Indonesia , bagi
Indonesia peranan IMF (International Monetary Fund), ADB (Asian Development
Bank), IDB (International Development Bank) dan CGI (Consultative Groups on
Indonesia) secara langsung akan mempengaruhi operasional perbankan dalam
negeri, namun dampaknya sangat besar terhadap kondisi perekonomian suatu
negara

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud lembaga keuangan internasional?
2. Sebutkan jenis lembaga keuangan internasional?
3. Apakah tujuan dan fungsi lembaga keuangan internasional?
4. Bagaimana peran lembaga keuangan Internasional terhadap perekonomian
Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan karya tulis ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ekonomi Moneter yang membahas tentang Lembaga Keuangan
Internasional.
Tujuan karya tulis adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian lembaga keuangan internasional.
2. Memberikan informasi kepada mahasiswa dan masyarakat tentang bentuk
bentuk lembaga keuangan internasional
3. Mendeskripsikan manfaat dari lembaga keuangan internasional.

1
2

4. Memberikan informasi tentang peran lembaga keuangan internasional


terhadap perekonomian internasional

1.4 Batasan Masalah


1. Penelitian ini hanya dilakukan di Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo
2. Penghitungan banjir rencana ini hanya dengan menganalisis curah hujan.

1.5 Manfaat Penelitian


Dengan melakukan analisis curah hujan untuk pendugaan debit puncak
dengan metode rasional dikawasan rawan banjir, diharapkan akan memberikan
manfaat berupa:
.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lembaga Keuangan


Menurut Kasmir (2001:329), lembaga keuangan internasional didirikan
untuk menangani masalah-masalah keuangan yang bersifat internasional, baik
berupa bantuan pinjaman atau bantuan lainnya.
Lembaga Keuangan Internasional adalah lembaga keuangan yang telah
ditetapkan oleh lebih dari satu negara, dan merupakan subyek hukum
internasional

2.2 Jenis Lembaga Keuangan Internasional (dalam dhessy:2012)


2.2.1 Bank Dunia
Bank Dunia Merupakan sebuah lembaga keuangan internasional yang
menyediakan pinjaman kepada negara berkembang untuk program pemberian
modal. Tujuan resmi Bank Dunia adalah pengurangan kemiskinan. Menurut
Articles Of Agreement Bank Dunia seluruh keputusan harus diarahkan oleh
sebuah komitmen untuk mempromosikan investasi luar negri, perdagangan
internasional, dan memfasilitasi investasi modal. Bank Dunia berbeda dengan
group bank dunia (world Bank Group) dimana bank dunia hanya terdiri dari dua
lembaga yaitu Bank internasional untuk rekonstruksi dan pembangunan,
sedangkan asosiasi pembangunan nasional. Sementara Group Bank Dunia
mencakup dua lembaga tersebut ditambah lagi 3 (dalam diah:2012),yaitu:
1) IBRD (International Bank for Reconstruction & Development), memberi
pinjaman dan bantuan pembangunan bagi negara berpenghasilan
menengah.
2) IDA (International Development Association) memberi kredit lunak dan
mitra pembangunan untuk negara miskin.
3) IFC (International Finance Corporatation) memberi bantuan pembiayaan
investasi bagi negara berkembang.

3
4

4) MIGA (Multilateral Invesment Guarantee Agency) memberi pinjaman,


pengembangan skill dan sumber daya perlindungan kepada investor atas
risiko politik.
5) ICSID (International Centre for the Settlement of Investrment Dispute)
memberi bantuan arbitrasi dan penyelesaian atas permasalahan investor
dengan negara, dimana lembaga ini berinvestasi.
Bank dunia memberi pinjaman dengan tarif preporsional kepada negara –
negara anggota yang sedang dalam kesusahan. Sebagai balasannya pihak bank
juga meminta bahwa langkah – langkah ekonomi perlu ditempuh agar misalnya
tindak korupsi dapat dibatasi atau demokrasi dikembangkan. Bank Dunia
didirikan pada 27 Desember 1945 setelah ratifikasi internasional mengenai
perjanjian yang dicapai pada koferensi yang berlangsung pada 1 Juli – 22 Juli
1944 dikota Bretton Wods. Markas Bank Dunia berada di Washington DC
Amerika Serika. Secara teknis dan struktural Bank Dunia termasuk salah satu dari
badan PBB, namun secara operasional sangat berbeda dari badan – badan PBB
lainnya.(dalam dhessy:2012)
2.2.2 International Monetary Fund (IMF) (dalam dhessy :2012)
Dana Moneter Internasional (IMF) adalah organisasi internasional yang
bertanggung jawab didalam mengatur sistem finansial global dan menyediakan
pinjaman kepada negara anggotanya untuk membantu masalah – masalah
keseimbangan neraca keuangan masing – masing negara. Salah satu misinya
adalah membantu negara – negara yang mengalami kesulitan ekonomi yang
serius, dan sebagai imbalannya negara tersebut diwajibkan melakukan kebijakan –
kebijakan tertentu, misalnya privatisasi Badan Usaha Milik Negara. Dari negara –
negara anggota PBB yang tidak menjadi anggota IMF dalah Korea Utara, Kuba,
Liechtenstein, Andorra, Monako, Tuvalu, dan Nauru.
IMF dijuluki organisasi internasional paling berkuasa di abad 20, yang
sangat besar pengaruhnya bagi kesejahteraan sebagian besar penduduk bumi. Ada
pula yang mengolok – ngolok IMF sebagai singkatan dari “Institute Of Mistery
and Famine” (Lembaga Kesengsaraan dan Kelaparan). Sebagaimana halnya Bank
Dunia, lembaga ini dibentuk sebagai hasil kesepakatan Bretton Wods setelah
5

perang dunia II. Menurut pencetusnya, Keynes dan Dexter White tujuannya
adalah menciptakan lembaga demokratis yang menggantikan kekuasaan para
bankir san pemilik modal internasional yang bertanggung jawab terhadap resesi
ekonomi pada dekade 1930an, akan tetapi peran itu sekarang berbalik 180 derajat
setelah IMF dan Bank Dunia menerapkan model ekonomi neo-liberal yang
menguntungkan para pemberi pinjaman, bankir swasta dan investor internasional.
Tujuan IMF
Dalam status pendirian IMF disebut enam tujuan yang ingin dicapai oleh
IMF, yaitu :
1) Untuk memajukan kerjasama moneter internasional dengan jalan
mendirikan lembaga
2) Untuk memperluas perdagangan dan investasi dunia
3) Untuk memajukan stabilitas kurs valuta asing
4) Untuk mengurangi dan membatasi praktek – praktek pembatasan terhadap
pembayaran internasional
5) Untuk menyediakan dana yang dapat dipinjamkan dalam bentuk pinjaman
jangka pendek atau jangka menengah yang dibutuhkan guna
mempertahankan kurs valuta asing yang stabil selama neraca pembayaran
mengalami defisit yang sifatnya semnetara sampai dapat diatasi dengan
jalan menyesuaikan tingginya kurs devisa.
6) Untuk memperpendek dan memperkecil besarnya defisit atau surplus
neraca pembayaran
2.2.3 Islamic Development Bank (IDB) (dalam dyah:2012)
Islamic Development Bank (IDB) adalah lembaga keuangan
internasional yang didirikan pada tanggal 20 Oktober 1975 (15 syawal 1395 H)
oleh negara – negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam (OKI).
Kantor pusatnya terletak di Jeddah Arab Saudi, sedangkan untuk kantor
regionalnya telah dibuka di Rabat Maroko (1994), Kuala Lumpur Malaysia
(1994), Almaty Kazajhstan (1997), dan Dakar Senegal (2008). IDB juga memiliki
perwakilan di 12 negara yaitu Afghanistan, Azerbaijan, Bangladesh, Guinea
6

Conakry, Indonesia, Iran, Nigeria, Pakistan, Sierra Leone, Sudan, Uzbekistan dan
Yaman.
1) Fungsi IDB
Fungsi IDB adalah memberikan pinjaman untuk proyek – proyek
produktif dalam pembangunan ekonomi dan sosial. Selain itu, IDB juga
mendirikan dan mengoperasikan dana khusus untuk tujuan tertentu seperti dana
bantuan untuk masyarakat muslim dinegara – negara non-anggota IDB dan
berwenang untuk menerima dana dan memobilisasi dana tersebut berdasarkan
sumber daya keuangan syariah yang kompatibel. Hal ini juga dituntut dengan
tanggung jawab untuk membantu dalam promosi perdagangan luar negri terutama
dalam barang – barang modal diantara negara anggota yakni memberikan bantuan
teknis kepada negara – negara anggota dan memperluas fasilitas pelatihan untuk
personil yang terlibat dalam kegiatan pembangunan di negara- negara muslim
untuk menyesuaikan diri dengan syariah.
2) Tujuan IDB
Untuk mendorong pembangunan ekonomi dan kemajuan sosial negara –
negara anggota dan masyarakat muslim baik secara perorangan maupun bersama
– sama sesuai dengan prinsip – prinsip syariah yaitu hukum islam.
3) Visi dan Misi IDB
Demi mencapai tujuaannya IDB memiliki visi untuk menjadi leader
dalam mendorong pembangunan sosial ekonomi di negara – negara anggota dan
masyarakat muslim dinegara – negara non anggota sesuai dengan prinsip syariah.
Disamping itu, IDB juga memiliki misi untuk mengurangi kemiskinan,
mendukung pembangunan manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi
islam, perbankan dan keuangan dan meningkatkan kerja sama antara negara –
negara anggota melalui mitra pembangunan IDB.
4) Keanggotaan dan Prinsip Operasional IDB
1.  Negara anggota
Saat ini keanggotaan IDB terdiri dari 56 negara, syarat dan kondisi dasar
untuk keanggotaan adalah bahwa negara calon anggota harus menjadi anggota
Organisasi Konferensi Islam (OKI), membayar kontribusi kepada modal bank dan
7

bersedia menerima syarat – syarat dan kondisi sebagaimana dapat diputuskan oleh
Dewan Gubernur IDB. Setiap negara anggota dewan diwakili oleh seorang
gubernur dan gubernur alternatif, setiap anggota memiliki 500 suara dasar
ditambah 1 suara untuk setiap saham berlangganan. Secara umum keputusan
diambil oleh Dewan Gubernur berdasarkan mayoritas hak suara yang terwakili
dalam pertemuan. Dewan Gubernur bertemu sekali setiap tahun untuk meninjau
kegiatan Bank untuk tahun sebelumnya dan untuk memutuskan kebijakan masa
depan.
2. Prinsip operasional
a. IDB menjadi khalifah (pelopor) pembangunan berdasarkan
landasan islam
b. IDB proaktif
c. IDB selalu menjaga hubungan dan berusaha meningkatkan
kerjasama
d. IDB menjadikan kebutuhan dan aspirasi masyarakat sebagai
target sebelum menyusunnya menjadi program
e. IDB berkonsultan dengan intens kepada setiap stakeholders dalam
setiap program yang diajukan
3. Fokus Kerjasama
a.  Pembangunan manusia
b. Pembangunan pertanian dan ketahanan pangan
c. Pembangunan infrastruktur
d. Kejasama perdagangan antar negara anggota
e. Pembangunan sektor swasta
f. Kajian dan pengembangan dibidang ekonomi, perbankan dan
keuangan islam
2.2.4 Asian Development Bank (ADB) (dalam dhessy:2012)
Asian Development Bank (ADB) Adalah sebuah Bank Internasional
yang berkantor dipusat filipina yang membantu pertumbuhan sosial dan
pertumbuhan ekonomi di Asia dengan cara memberikan pinjaman kepada negara
8

– negara miskin. ADB juga didirikan pada tanggal 19 Desember 1966 di Manila,
piagam pendiriannya ditandatangani oleh perwakilan dari 31 negara.
1) Tujuan ADB
a.     Memberikan pinjaman dan melakukan investasi modal untuk
mempercepat pembangunan ekonomi dan sosial negara berkembang
b.     Memberikan bantuan teknis dalam rangka persiapan dan
pelaksanaan proyek pembangunan
c.      Mempromosikan investasi untuk sektor publik dan swasta untuk
tujuan pembangunan
d.     Membuat tanggapan terhadap permintaan tenaga teknik dari negara
anggota dalam rangka koordinasi perencanaan dan penyusunan
kebijakan.

2.3 Fungsi dan Tujuan Lembaga keuangan Internasional (dalam bayu:2009)


1) Fungsi Lembaga Keuangan Internasional

Lembaga keuangan ini menyediakan jasa sebagai perantara antara


pemilik modal dan pasar utang yang bertanggung jawab dalam penyaluran dana
dari investor kepada perusahaan yang membutuhkan dana tersebut. Kehadiran
lembaga keuangan inilah yang memfasilitasi arus peredaran uang dalam
perekonomian, dimana uang dari individu investor dikumpulkan dalam bentuk
tabungan sehingga resiko dari para investor beralih pada lembaga keuangan yang
kemudian menyalurkan dana tersebut dalam bentuk pinjaman utang kepada yang
membutuhkan.
2) Tujuan Lembaga Keuangan Internasional
a.    Membantu negara – negara asia khususnya dalam mengkoordinasikan
kebijakan dan rencana pembangunannya dengan tujuan antara lain :
menyehatkan perekonomian dan meningkatkan ekspansi perdagangan
luar negri.
b.    Memanfaatkan sumber daya yang sedia dengan prioritas untuk
membangun negara – negara asia khususnya yang masih terbelakang.
9

c.    Memberikan bantuan teknis untuk menyiapkan, membiayai dan


melaksanakan berbagao program / proyek pembangunan termasuk
memformulasikannya usulan proyek
d.    Melaksanakan berbagai kegiatan jasa sesuai tujuan Asian
Development Bank
Pada awalnya pendirian ADB hanya beranggotakan 31 negara dan saat
ini berkembang menjadi 59 negara yang terdiri dari 43 negara kawasan Asia dan
16 negara diluar Asia. Kantor pusat ADB berkedudukan di Manila Philipina
memiliki 22 kantor cabang / perwakilan di beberapa negara Asia dan USA.

2.4 Peran Lembaga Keuangan Internasional Terhadap Perekonomian


Indonesia
2.4.1 Peran World Bank dalam Perekonomian Indonesia (dalam zulfahmi :2009)
 Bank Dunia adalah sebuah lembaga keuangan global yang secara
struktural berada di bawah PBB dan diistilahkan sebagai "specialized agency".
Bank Dunia dibentuk tahun 1944 sebagai hasil dari Konferensi Bretton Woods
yang berlangsung di AS. Konferensi itu diikuti oleh delegasi dari 44 negara,
namun yang paling berperan dalam negosiasi pembentukan Bank Dunia adalah
AS dan Inggris. Tujuan awal dari dibentuknya Bank Dunia adalah untuk mengatur
keuangan dunia pasca PD II dan membantu negara-negara korban perang untuk
membangun kembali perekonomiannya.
Sejak tahun 1960-an, pemberian pinjaman difokuskan kepada negara-
negara non-Eropa untuk membiayai proyek-proyek yang bisa menghasilkan uang,
supaya negara yang bersangkutan bisa membayar kembali hutangnya, misalnya
proyek pembangunan pelabuhan, jalan tol, atau pembangkit listrik. Era 1968-
1980, pinjaman Bank Dunia banyak dikucurkan kepada negara-negara Dunia
Ketiga, dengan tujuan ideal untuk mengentaskan kemiskinan di negara-negara
tersebut. Pada era itu, pinjaman negara-negara Dunia Ketiga kepada Bank Dunia
meningkat 20% setiap tahunnya.
10

1) Kinerja Bank Dunia di Indonesia
Bank Dunia telah aktif di Indonesia sejak 1967. Sejak saat itu hingga saat
ini, Bank Dunia telah membiayai lebih dari 280 proyek dan program
pembangunan senilai 26,2 milyar dollar atau setara dengan Rp243,725 triliun
(dengan kurs Rp9.302 per USD). Menurut Managing Director The World Bank
Group, Ngozi Okonjo (30/1/2008), pinjaman tersebut telah digunakan pemerintah
Indonesia untuk mendukung pengembangan energi, industri, dan pertanian.
Sementara yang sektor yang paling mendominasi selama 20 tahun pertama yakni
infrastruktur yang pemberiannya kepada masyarakat miskin. Total hutang
Indonesia kepada Bank Dunia adalah 243,7 Trilyun rupiah dan total hutang
pemerintah Indonesia kepada berbagai pihak mencapai 1600 Trilyun rupiah.
(dalam Anggoro :2008) menulis, ada beberapa tugas Bank Dunia di
Indonesia. Pertama, memimpin Forum CGI. Aggota CGI (Consultative Group
meeting on Indonesia) adalah 33 negara dan lembaga-lembaga donor yang
dikoordinasikan oleh Bank Dunia. CGI "membantu" pembangunan di Indonesia
dengan cara memberikan pinjaman uang serta bantuan teknik untuk menciptakan
aturan-aturan pasar dan aktivitas ekonomi liberal. Dalam hal ini, Bank Dunia
bertugas menciptakan pasar yang kuat bagi kepentingan negara-
negara dan lembaga donor.
            Tugas kedua Bank Dunia adalah menyediakan hutang dalam jumlah besar,
bekerjasama dengan Jepang dan ADB (Asian Development Bank). Tugas Bank
Dunia yang lain adalah mendorong pemerintah Indonesia untuk melakukan
privatisasi dan kebijakan yang memihak pada perusahaan-perusahaan besar.
Dana hutang yang diberikan kepada Indonesia, antara lain dalam bentuk
hutang proyek dan hutang dana segar.
a.Hutang Proyek
            Hutang proyek adalah hutang dalam bentuk fasilitas berbelanja
barang dan jasa secara kredit. Namun sayangnya, hutang ini justru
menjadi alat bagi Bank Dunia untuk memasarkan barang dan jasa dari
negara - negara pemegang saham utama, seperti Amerika,Inggris,Jepang
dan lainnya kepada Indonesia. 
11

b. Hutang Dana Segar
            Hutang dana segar bisa dicairkan bila Indonesia menerima
Program Penyesuaian Struktural (SAP). SAP mensyaratkan pemerintah
untuk melakukan perubahan kebijakan yang bentuknya, antara lain:
1.Swastanisasi (Privatisasi) BUMN dan lembaga - lembaga pendidikan
2. Deregulasi dan pembukaan peluang bagi investor asing untuk
memasuki semua sektor
3.Pengurangan subsidi kebutuhan-kebutuhan pokok, seperti: beras,
listrik, pupuk dan rokok.
4. Menaikkan tariff telepon dan pos
5. Menaikkan harga bahan bakar (BBM)
         Besarnya jumlah hutang (yang terus bertambah) membuat
pemerintah juga harus terus mengalokasikan dana APBN untuk
membayar hutng dan bunganya. Sebagai illustrasi, dapat kita lihat data
APBN 2004 dimana pemerintah mengalokasikan Rp 114.8 trilyun (28%
dari total anggaran) untuk belanja daerah, Rp 113.3 trilyun untuk
pembayaran utang dalam dan luar negeri (27% dari total anggaran), dan
subsidi hanya Rp 23.3 trilyun (5% dari total anggaran). Dari ketiga
komponen anggaran belanja tersebut, anggaran belanja daerah dan
subsidi masing-masing mengalami penurunan sebesar Rp 2 trilyun dan
Rp 2.1 trilyun.
 Sedangkan alokasi untuk pembayaran utang mengalami kenaikan
sebesar Rp 14.1 trilyun.
Komposisi dalam anggaran belanja negara tersebut mencerminkan
besarnya beban utang tidak saja menguras sumber-sumber pendapatan negara,
tetapi juga mengorbankan kepentingan rakyat berupa pemotongan subsidi dan
belanja daerah. Karena itu, meski Bank Dunia memiliki semboyan "working for a
world free of poverty", namun meski telah lebih dari 60 tahun beroperasi di
Indonesia, angka kemiskinan masih tetap tinggi. Data dari Badan Pusat Statistik
tahun 2009, ada 31,5 juta penduduk miskin di Indonesia.
12

(dalam Anggoro:2008), peneliti dari Institute of Global Justice, menulis,


kerugian yang diderita Indonesia karena menerima pinjaman dari Bank Dunia
adalah sebagai berikut:
1. Kerugian dalam bidang ekonomi
- Indonesia kehilangan hasil dari pengilangan minyak dan penambangan
mineral (karena diberikan untuk membayar hutang dan karena proses
pengilangan dan penambangan itu dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
transnational partner Bank Dunia)
- Jebakan hutang yang semakin membesar, karena mayoritas hutang
diberikan dengan konsesi pembebasan pajak bagi perusahaan-perusahaan
AS dan negara donor lainnya.
- Hutang yang diberikan akhirnya kembali dinikmati negara donor karena
Indonesia harus membayar "biaya konsultasi" kepada para pakar asing,
yang sebenarnya bisa dilakukan oleh para ahli Indonesia sendiri.
- Hutang juga dipakai untuk membiayai penelitian-penelitian yang tidak
bermanfaat bagi Indonesia melalui kerjasama-kerjasama dengan lembaga
penelitian dan universitas-universitas.
- Bahkan, sebagian hutang dipakai untuk membangun infrastuktur demi
kepentingan perusahaan-perusahaan asing, seperti membangun fasilitas
pengeboran di ladang minyak Caltex atau Exxon Mobil. Pembangunan
infrastruktur itu dilakukan bukan di bawah kontrol pemerintah Indonesia,
tetapi langsung dilakukan oleh Caltex dan Exxon.
2. Kerugian dalam bidang politik
- Keterikatan pada hutang membuat pemerintah menjadi sangat
bergantung kepada Bank Dunia dan mempengaruhi keputusan-keputusan
politik yang dibuat pemerintah. Pemerintah harus berkali-kali membuat
reformasi hukum yang sesuai dengan kepentingan Bank Dunia.
            Hal ini juga diungkapkan ekonom ( dalam Rizal Ramli :2009),
"Lembaga-lembaga keuangan internasional, seperti Bank Dunia, IMF,
ADB, dan sebagainya dalam memberikan pinjaman, biasanya memesan
dan menuntut UU ataupun peraturan pemerintah negara yang menerima
13

pinjaman, tidak hanya dalam bidang ekonomi, tetapi juga di bidang


sosial. Misalnya, pinjaman sebesar 300 juta dolar AS dari ADB yang
ditukar dengan UU Privatisasi BUMN, sejalan dengan kebijakan
Neoliberal. UU Migas ditukar dengan pinjaman 400 juta dolar AS dari
Bank Dunia."
Cara kerja Bank Dunia (dan lembaga-lembaga donor lainnya) dalam
menyeret Indonesia (dan negara-negara berkembang lain) ke dalam jebakan
hutang, diceritakan secara detil oleh John Perkins dalam bukunya, "Economic Hit
Men". Perkins adalah mantan konsultan keuangan yang bekerja pada perusahaan
bernama Chas T. Main, yaitu perusahaan konsultan teknik. Perusahaan ini
memberikan konsultasi pembangunan proyek-proyek insfrastruktur di negara-
negara berkembang yang dananya berasal dari
hutang kepada Bank Dunia, IMF, dll.
            Mengenai pekerjaannya itu, (dalam Perkins 2004: 13-16) menulis, "...saya
mempunyai dua tujuan penting. Pertama, saya harus membenarkan (justify) kredit
dari dunia internasional yang sangat besar jumlahnya, yang akan disalurkan
melalui Main dan perusahaan-perusahaan Amerika lainnya (seperti Bechtel,
Halliburton, Stone & Webster) melalui proyek-proyek engineering dan konstruksi
raksasa.
Kedua, saya harus bekerja untuk membangkrutkan negara-negara yang
menerima pinjaman raksasa tersebut (tentunya setelah mereka membayar Main
dan kontraktor Amerika lainnya), sehingga mereka untuk selamanya akan
dicengkeram oleh para kreditornya, dan dengan demikian negara-negara penerima
utang itu akan menjadi target yang mudah ketika kita memerlukan yang kita
kehendaki seperti pangkalan-pangkalan militer, suaranya di PBB, atau akses pada
minyak dan sumber daya alam lainnya.
Dalam wawancaranya dengan Democracy Now! Perkins mengatakan,
"Pekerjaan utama saya adalah membuat kesepakatan (deal-making) dalam
pemberian hutang kepada negara-negara lain, hutang yang sangat besar, jauh lebih
besar daripada kemampuan mereka untuk membayarnya. Salah satu syarat dari
hutang itu adalah-contohnya, hutang 1 milyar dolar untuk negara seperti Indonesia
14

atau Ecuador-negara ini harus memberikan 90% dari hutang itu kepada
perusahaan AS untuk membangun infrastruktur, misalnya perusahaan Halliburton
atau Bechtel. Ini adalah perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan ini kemudian
akan membangun jaringan listrik, pelabuhan, atau jalan tol, dan ini hanya akan
melayani segelintir keluarga kaya di negara-negara itu.
Orang-orang miskin di sana akan terjemak dalam hutang yang luar biasa
yang tidak mungkin bias mereka bayar."
Untuk kasus Ekuador, Perkins menulis, negara itu kini harus memberikan
lebih dari 50% pendapatannya untuk membayar hutang. Hal itu tentu tak mungkin
dilakukan Ekuador. Sebagai kompensasinya, AS meminta Ekuador agar
memberikan ladang-ladang minyaknya kepada perusahaan-perusahaan minyak AS
yang kini beroperasi di kawasan Amazon yang kaya minyak.
            Tak heran bila kemudian ekonom Joseph Stiglitz pada tahun 2002
mengkritik keras Bank Dunia dan menyebutnya "institusi yang tidak bekerja
untuk orang miskin, lingkungan, atau bahkan stabilitas ekonomi". Dengan
demikian, menurut Stiglitz, Bank Dunia pada prakteknya menyalahi tujuan
didirikannya bank tersebut, sebagaimana disebutkan di awal tulisan ini, yaitu
untuk membantu mengentaskan kemiskinan dan menjaga kestabilan ekonomi.
Melihat kinerja seperti ini, menurut (dalam Anggoro :2008), Bank Dunia
sesungguhnya telah melanggar Piagam PBB yang menyebutkan, "to employ
international machinery for the promotion of the economic and social
advancement of all peoples". Dengan kata lain, Bank Dunia sebagai salah satu
organ PBB mendapatkan mandat untuk membantu meningkatkan kesejahteraan
bangsa-bangsa. Bank Dunia malah memfokuskan operasinya pada penguatan
pasar dan keuangan melalui ekspansi ekonomi perusahaan multinasional, dan
membiarkan Indonesia selalu berada dalam jeratan hutang tak berkesudahan
2.4.2 Peran IMF terhadap Perekonomian Indonesia (dalam Matthew:2009)
Setelah krisis ekonomi 1997 peran IMF dalam menentukan kebijakan
ekonomi di Indonesia sangat kuat. Kekuatan pengaruh kebijakan IMF tersebut
berhasil menjatuhkan rezim Suharto, Habibie dan Abdurrahman Wahid. Bahkan
pemerintahan Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono, nyaris menyerahkan
15

bulat-bulat kedaulatan kebijakan ekonomi pemerintah kepada IMF. Namun tidak


banyak yang mengetahui bahwa IMF dan Bank Dunia sebagai lembaga-lembaga
keuangan internasional (berbasis di Washington dan didominasi oleh AS dan
negara-negara barat lainnya) telah melakukan kontrol yang ketat terhadap
kebijakan ekonomi negara Indonesia sejak 1966.
Ketika perekonomian Indonesia menghadapi krisis sepanjang dekade 50-
an dan tahun-tahun pertama 60-an, AS dan Bank Dunia melobi pemerintahan
Soekarno untuk menerima tawaran pinjaman besar kepada Indonesia. Syarat
pinjaman tersebut adalah pemerintah Indonesia menjalankan langkah-langkah
penghematan sangat ketat dan men-denasionalisasi-kan sektor ekonomi yang
semula dimiliki pihak asing. Tawaran Bank Dunia itu ditolak oleh Presiden
Soekarno dalam sebuah rapat akbar di Jakarta dengan seruan: "Go to hell with
your aid!".
Tidak lama kemudian kedudukan Soekarno sebagai presiden digantikan
oleh Soeharto. Bersamaan dengan itu pula pada Oktober 1966, pemerintahan
Soeharto menjalankan program stabilisasi yang dirumuskan dengan bantuan IMF
dan menghapus semua langkah-langkah nasionalisasi pemerintahan Soekarno.
Program tersebut adalah menghapuskan semua diskriminasi terhadap investasi
asing dan semua perlakuan istimewa pada sektor publik. Termasuk menghapuskan
sistem kontrol mata uang asing yang diberlakukan oleh rezim Sukarno. Kemudian
IMF juga membatasi belanja pemerintah agar tidak melebihi 10% dari pendapatan
nasional. Lalu diikuti dengan lahirnya Undang-undang Investasi Asing pada 1967.
Undang-undang ini memberikan masa bebas pajak lima-tahun bagi para investor
asing dan keringanan pajak selama lima tahun berikutnya.
Kontrol terhadap kebijakan ekonomi rezim Soeharto dijalankan oleh IMF
dan Bank Dunia melalui Inter Governmental Group on Indonesia (IGGI) yang
kemudian berganti nama menjadi CGI (Kelompok Negara dan Lembaga Kreditor
untuk Indonesia). Badan ini lahir sebagai hasil diskusi diantara para kreditor
Indonesia pada 1966. Pada 1967, badan tersebut beranggotakan Amerika Serikat
Serikat, Jepang, Jerman Barat, Inggris, Belanda, Italia, Perancis, Kanada, dan
Australia, serta IMF dan Bank Dunia.
16

Tiap tahun Bank Dunia menyiapkan sebuah laporan tentang kinerja


mutakhir Indonesia yang didiskusikan dalam rapat IGGI, yang juga dihadiri oleh
perwakilan pemerintah Indonesia. Beberapa bulan setelah pembahasan tersebut,
IGGI mengadakan rapat kedua untuk memperkirakan seberapa besar bantuan
(pinjaman) yang akan diberikan kepada Indonesia. Antara 1967 dan 1997, IMF
dan Bank Dunia telah membuat perekonomian Indonesia sedemikian terbuka
untuk didikte oleh pemodal Barat (khususnya dari Amerika Serikat Serikat)
melalui dorongan untuk menjalankan deregulasi dan swastanisasi.
Pada pertengahan 1997 Indonesia mengalami krisis yang parah dan
puluhan juta orang terdepak ke bawah garis kemiskinan. Namun IMF dan Bank
Dunia tetap memaksa pemerintah Indonesia untuk memangkas pengeluaran
pemerintah untuk sektor sosial (subsidi), melakukan deregulasi ekonomi dan
menjalankan privatisasi perusahaan milik negara. Di samping itu pemerintah
didesak pula untuk melegitimasi upah rendah. Seluruh tekanan itu justru
meluaskan kemiskinan. Seorang birokrat senior IMF mengaku bahwa seluruh
kebijakan tersebut dilakukan untuk melayani kepentingan investor asing, yang
tidak lain adalah perusahaan-perusahaan besar di negara pemegang saham utama
lembaga ini.
Pelayanan ini diberikan dengan cara membukakan peluang bagi investor
asing untuk memasuki semua sektor dan pengurangan subsidi kebutuhan-
kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan, pangan dan perumahan. Termasuk
menghilangkan subsidi pada listrik, tarif telepon dan bahan bakar minyak. Padahal
menurut Bank Dunia, setengah dari seluruh rakyat Indonesia berpeluang 50:50
untuk jatuh miskin tahun itu. Sepertiga dari seluruh rakyat Indonesia tidak
mempunyai akses untuk memperoleh air bersih atau layanan kesehatan atau tidak
menamatkan sekolah dasar. Namun lembaga pemberi utang ini tetap saja
memperburuk situasi ini dengan mengharuskaan pemerintah memotong belanja
publik dan mengurangi tingkat pertumbuhan lapangan kerja dengan alasan untuk
menjadikan perekonomian lebih efisien.
Yang tak kalah menarik yang perlu dikritik dari peran IMF adalah ketika
lembaga ini bahkan ingin ikut campur sampai masalah-masalah detail praktek
17

kebijakan ekonomi bahkan merambah pada kebijakan politik dari negara-negara


yang dibantunya. Untuk kasus negara kita, mulai dari cengkeh dan tarif nol persen
untuk beras, sampai skandal Bank Bali, audit Pertamina, mengurus RUU anti
korupsi, konflik pasca penentuan pendapat di Timtim, kasus Atambua, mengejar
20 debitor terbesar, revisi APBN, mempersoalkan pergantian menko dan kepala
BPPN, pasal-pasal amandemen UU BI dan yang lainnya, semuanya IMF ingin
campur tangan.
Selanjutnya apa yang kita peroleh dengan menerapkan resep-resep
ekonomi IMF tersebut? Pertama, penerapan rezim kurs mengambang bebas.
Pengalaman Indonesia menunjukkan bahwa penguatan kurs selama era penerapan
rezim kurs mengambang bebas yang terjadi selama era 1997-sekarang adalah
karena faktor-faktor politik yang tak bisa diprediksi dan non manageable. Sangat
riskan mewujudkan pemulihan ekonomi kalau faktor penting seperti kurs rupiah
yang stabil dan kuat terwujud oleh faktor-faktor yang non manageable dan
unpredictable tersebut. Ini akan menyulitkan para pembuat kebijakan dalam
memprediksi dampak kebijakan-kebijakan fiskal dan moneternya terhadap kurs
rupiah dan selanjutnya pada variabel-variabel ekonomi lainnya seperti inflasi,
pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, ekspor-import dan lain-lain.
Di sisi lain regime exchange rate yang kita anut tersebut memang sangat kondusif
untuk berkembangnya spekulasi perusak stabilitas dan munculnya bermacam
gangguan terhadap pasar uang (dalam Salvatore :1996). Salvatore mengatakan,
regime nilai tukar yang cenderung mengambang bebas ini membuat perilaku para
pedagang valas terpacu untuk berspekulasi untuk mendapatkan keuntungan. Jika
mereka tahu bahwa suatu mata uang akan mengalami depresiasi, maka mereka
segera menjual mata uang tersebut karena mengharapkan depresiasi itu
berlangsung terus, tanpa menghiraukan dampak jangka panjangnya. Bila
penjualan secara besar-besaran ini terus terjadi, maka depresiasi yang masih
dalam tahap rencana itu pun memang benar-benar akan berlangsung terus.
Dampak buruknya bagi negara yang mata uangnya terdepresiasi dengan cara
demikian, akan merangsang timbulnya keyakinan akan terjadinya inflasi dan akan
mendorong kenaikan tingkat harga serta upah, sehingga pada akhirnya juga
18

memacu depresiasi lebih lanjut. Negara yang bersangkutan akan terjebak dalam
”lingkaran setan” depresiasi dan inflasi.
Kedua, kebijakan moneter ketat, kebijakan ini telah banyak dikritik pedas
para pengamat dan pelaku bisnis. Yang jelas kebijakan ini telah mematikan sektor
riil karena sulitnya tersedia dana investasi dengan suku bunga rendah yang
berdampak lanjut meningkatkan jumlah pengangguran. Disamping kebijakan
tersebut juga membebani APBN. Sedangkan misi kebijakan moneter ketat untuk
menekan inflasi dan capital outflow masih harus diklarifikasikan kontribusinya
untuk Indonesia karena; pertama, inflasi di negara kita bukan hanya masalah
moneter, tetapi juga bisa karena faktor distorsi di sektor riil, misalnya karena
praktek-praktek monopoli atau oligopoli, ganjalan distribusi, KKN (transaction
cost) yang tinggi yang dikenal dengan istilah supply side inflation atau inflasi
yang terjadi karena rupiah yang tetap terpuruk dibandingkan dolar sehingga input
produksi industri Indonesia yang pada umumnya dari luar negeri dan harus dibeli
dengan dolar, menjadi naik nilainya ketika dirupiahkan, akibatnya barang-jasa
yang input produksinya impor tersebut juga akan naik (import inflation).
Kedua kebijakan suku bunga tinggi untuk menekan capital outflow juga
masih dipertanyakan. Karena informasi yang dapat kita tangkap dari kalangan
dunia usaha, masuknya modal asing ke dalam negeri lebih besar karena masalah
country risk khususnya stabilitas sosial politik dan keamanan dan law
enforcement.
Ketiga, kebijakan penerapan fiskal ketat dan liberalisasi perdagangan dan
sistem finansial yang termanifestasikan dalam kebijakan-kebijakan seperti
pencabutan subsidi, penggenjotan pajak, privatisasi dan penjualan aset-aset
perusahaan domestik secara murah dan jor - joran. Yang didapat dari kebijakan
seperti ini adalah rakyat semakin sengsara karena subsidi mereka dihapuskan dan
daya beli turun, tetapi penghematan uang negara tetap tidak terwujud karena
korupsi tetap merajalela. Di sisi lain dengan penjualan aset domestik yang jor -
joran ke pihak asing hanya berdampak pihak asing akan semakin menentukan
formulasi kebijaksanaan ekonomi dan sosial Indonesia dan penguasaan devisa pun
akan berada di tangan mereka dengan intensitas yang lebih besar.
19

Dan mungkin yang terakhir adalah membuat Indonesia berhutang sampai


jumlah yang fantansis, yaitu Rp. 1.800 Trilyun. Hal ini membuat rakyat bahkan
yang masih balita, menanggung sekitar Rp. 90 juta per orang. Paket – paket
kebijakan yang disarankan IMF yang diharapkan dapat menyelesaikan masalah
krisis yang terjadi 1997 tidak tercapai. Malah hanya membuat pemerintah pusing
untuk membayar tagihan hutang setiap periode jatuh temponya
2.4.3 Peran IDB terhadap Perekonomian Indonesia
(dalam Kompas:2004) - Presiden Islamic Development Bank (IDB)
Ahmad Mohamed Ali menyatakan akan semakin mempererat kerja sama dan
memberikan dukungan kepada Indonesia dalam meningkatkan pembangunan
ekonominya, khususnya di sektor finansial berbasis syariah, setelah Indonesia
keluar dari Dana Moneter Internasional. IDB sebagai international financing
institution seperti halnya Asean Development Bank atau World Bank  sebagai
bank pembangunan yang berfungsi untuk mendorong dan membiayai proyek
pembangunan negara-negara. Perbedaan IDB dan ADB terletak pada landasan dan
falsafahnya. IDB  menganut islamic finance, sedangkan ADB conventional
finance.
Peran IDB di Indonesia secara umum dapat digolongkan menjadi dua,
yakni:
         Diarahkan untuk proyek pembangunan seperti infrastruktur,
universitas dan lain sebagainya.
         Ditujukan untuk mendorong perkembangan islamic finance di
Indonesia. IDB akan mendukung Indonesia dalam mengembangkan
sistem finansial syariah, yang merupakan sistem yang sangat adil dengan
akuntabilitas yang sangat tinggi dan transparan.IDB akan memberikan
dukungan finansial untuk pembangunan proyek-proyek guna
meningkatkan pembangunan ekonomi dan sosial bagi masyarakat
Indonesia.Sudah banyak universitas yang dibangun melalui pembiayaan
IDB salah satunya IAIN. Dari sektor pendidikan tersebut IDB secara
tidak langsung mendorong sumberdaya manusia syariah. Kegiatannya
20

juga melingkupi training, pemberian beasisiwa bagi warga yang tertarik


dengan ekonomi syariah.
Salah satu hambatan secara umum perkembangan keuangan syariah
adalah sdm disamping kemampuan bank syariah itu sendiri untuk melakukan
pebetrasi pasar. Faktor SDM bisa dimaklumi karena keuangan syariah masih
relatif baru sehingga kehadirannya pada kurikulum pendidikan masih terbatas.
(dalam novie:2011)
2.4.4 Peran ADB untuk Indonesia ( dalam klndepkeu 20010)
Sampai dengan tanggal 31Maret 2000, jumlah komitmen pinjaman ADB
kepada Indonesia  mencapai US$17.152.405.000,00, dengan perincian Pinjaman
Biasa (Ordinary Loan) sebesar US$16.219.871.000,00 dan Pinjaman Lunak
(Asian Development Fund) sebesar US$932. 534.000,00. Dari jumlah komitmen
tersebut, total pinjaman yang sudah ditarik adalah sebesar US$10.
819.529.000,00, dengan perincian Pinjaman Biasa sebesar US$10.096.959.000,00
dan Pinjaman Lunak sebesar US$722.570.000,00.
Dalam perkembangannya,bantuan ADB yang diterima dirasakan
mengandung persyaratan yang semakin berat.Bantuan ADB dengan persyaratan
lunak telah berubah menjadisemakin berat suku bunganya karena saat ini
pinjaman biasa dalam OCR dikenakan front end fee yang pada saat sebelum krisis
hal ini tidak ada.Dengan adanya front end fee,jumlah pinjaman yang diterima
tidak sebesar total pinjaman yang disepakati.
Perubahan ini terutama disebabkan oleh perkembangan pasar kredit
internasional dan terbatasnya dana murah ADB yang tersedia. Bantuan ADB
hanya diprioritaskan kepada negara-negara anggota baru ADB untuk wilayah Asia
yang digolongkan sebagai negara peminjam (borrowing members) yang benar-
benar sangat membutuhkan dana tersebut untuk memulihkan kembali
perekonomian di negaranya.
Sementara itu, seiring dengan keadaan ekonomi Indonesia yang dianggap
semakin baik telah menimbulkan perubahan sikap negara atau badan pemberi
bantuan termasuk ADB terhadap Indonesia. Indonesia dianggap tidak layak lagi
untuk memperoleh bantuan ADB dengan persyaratan lunak. Hal inilah yang
21

mendorong Pemerintah Indonesia untuk menempuh kebijaksanaan dan strategi


penerimaan bantuan ADB dengan sangat hati-hati.
Bantuan ADB berperan sebagai salah satu alternative sumber
pembiayaan pembangunan di samping sumber lainnya berupa tabungan
pemerintah,tabungan masyarakat dan investasi modal asing, serta sumber didalam
negeri lainnya. Sejalan dengan itu, bantuan ADB tersebut digunakan sebagai
pelengkap dari keseluruhan pembiayaan pembangunan nasional yang
pemanfaatannya sebagian besar untuk membiayai pembangunan proyekproyek
prasarana, sarana dan proyek lain yang produktif dan sesuai dengan pentahapan
pembangunan dalam Pembangunan Lima Tahun (PELITA) baik yang bersifat
proyek fisik maupun nonfisik
Pelaksanaan Bantuan ADB di Indonesia
Pelaksanaan bantuan yang bersumber dari ADB diarahkan pada
penciptaan pelayanan umum dan sarana penunjang termasuk modernisasi bidang
komunikasi dan serta peningkatan pendidikan dan jasa angkutan. Pinjaman
tersebut juga diarahkan pada pengembangan dan perluasan usaha industri yang
telah ada yakni sektor perkebunan, pertanian,perhubungan, dan industri untuk
pemeliharaan prasarana dan sarana seperti pabrik semen danbesi baja.
Selain itu bantuan juga diarahkan pada pengembangan berbagai industri
yang menunjang pertanian seperti pabrik pupuk dan peralatan pertanian,
pengembangan industri dasar dan pembentukan industri baru guna menunjang
sektor pertanian, peternakan,perkebunan, pertambangan, per dagangan, dan
perluasan pemanfaatan sumber-sumber daya alam lainnya.
Bantuan ADB juga disalurkan melalui perbankan untuk membangun
perumahan, pengembangan dan pembinaan usaha-usaha kecil dan menengah yang
bersifat padat karya
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari pembahasan yang sudah dijelaskan dari bab pendahuluan sampai
dengan isinya dapat diambil kesimpulan bahwa lembaga keuangan internasional
yang ada berfungsi untuk membantu masalah – masalah keuangan yang terjadi
pada beberapa Negara. Meskipun lembaga keuangan internasional ada beberapa
macam jenis, akan tetapi jika dilihat dari tujuan dan fungsinya tiap-tiap lembaga
keuangan tersebut berbeda satu sama lain.
Lembaga keuangan internasional terdiri dari IMF, World Bank, IDB dan
ADB. Keempat lembaga keuangan ini memiliki tugas dan tujuan membantu
masalah finansial tiap-tiap Negara didunia. Akan tetapi, masing-masing keempat
lembaga ini berbeda cara dalam menangani financial tiap-tiap Negara. Contohnya
IMF membantu menstabilkan masalah financial Negara dengan cara memberikan
pinjaman kepada Negara-negara yang miskin.

3.2 Saran
Semoga lembaga keuangan internasional selalu membantu Indonesia
meningkatkan sektor perekonomiannya sehingga Indonesia yang merupakan
negara berkembang berubah seperti menjadi negara maju lainnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

http://diahayuastriniwebblog.blogspot.com/2012/04/lembaga-keuangan-
internasional-dan.html

http://dhesy-dhessy.blogspot.com/2012/07/lembaga-keuangan-internasional.html

http://filsufgaul.wordpress.com/2012/06/13/lembaga-keuangan-dunia-indonesia-
menuju-globalisasi/

http://julfahmi25.blogspot.com/2012/09/peranan-world-bank-terhadap.html

http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=10&jd=IMF+dan+Bank+Dunia
%3A+alat+neo-
liberal+untuk+melestarikan+penderitaan+rakyat&dn=20061127124714

http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=2559&coid=4&caid=32&gid=4

http://setiawatiita.blogspot.com/2012/06/islamic-development-bank-idb.html

http://www.klndepkeu.tripod.com/biro/bagian/bag3/3subag3/doc/2001/11/adb.pdf

http://maximusblue.blogspot.com/2009/11/review-dampak-bantuan-imf-
terhadap_30.html

http://novieanggraeni.wordpress.com/2011/09/13/peran-pemerintah-mendorong-
investasi-syariah/.
Kasmir (2009).Bank dan lembaga Keuangan Lainnya,edisi
Revisi.Jakarta:Rajawali Pers.

Thomas Suyatno(2007).Kelembagaan Perbankan,edisi ketiga.Jakarta:Gramedia


Pustaka Umum
.

23

Anda mungkin juga menyukai