Anda di halaman 1dari 24

NOVERA KM

COST ACCOUNTING

MATERI-14
AKUNTANSI SISTEM
PERHITUNGAN BIAYA STANDAR

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


JAKARTA
AKUNTANSI BIAYA STANDAR
 Dua metode dalam akuntansi sistem perhitungan biaya
standar, yaitu:
1. Metode Tunggal (Single Plan) :
 rekening Barang Dalam Proses di debit dan dikredit dengan
angka tunggal, yaitu angka standar
 Penyimpangan antara biaya standar dengan biaya
sesungguhnya dicatat dalam rekening ‘Selisih’ pada saat
terjadinya, sehingga setiap saat manajemen dapat mengetahui
besarnya penyimpangan yang terjadi.
2. Metode Ganda (Partial Plan) :
 Rekening Barang Dalam Proses dicatat angka ganda, sebelah
debit diisi dengan biaya sesungguhnya dan sebelah kredit diisi
dengan biaya standar.
 Penyimpangan antara biaya sesungguhnya dengan biaya
standar dihitung pada akhir periode akuntansi.
 Rekening Barang Dalam Proses pada metode tunggal:
Barang Dalam Proses
Kuantitas standar x harga standar, Kuantitas standar Barang Jadi x Harga
atau Pokok Produksi standar per satuan
Jam standar x tarif upah standar, atau
atau
Kapasitas standar x tarif standar Kuantitas standar Barang Dalam Proses
x Harga Pokok Produksi standar per
satuan
 Rekening Barang Dalam Proses pada metode ganda:
Barang Dalam Proses
Kuantitas sesungguhnya x harga Kuantitas standar Barang Jadi x Harga
sesungguhnya per satuan, atau Pokok Produksi standar per satuan
Jam sesungguhnya x tarif upah atau
sesungguhnya, atau
Biaya overhead pabrik Kuantitas standar Barang Dalam Proses x
sesungguhnya Harga Pokok Produksi standar per satuan
METODE GANDA (PARTIAL
PLAN)
 Karakteristik metode ganda:
1. Rekening Barang Dalam Proses didebit dengan biaya
sesungguhnya dan dikredit dengan biaya standar. Dalam
metode ini, persediaan bahan baku dicatat pada biaya
sesungguhnya dan persediaan barang jadi dicatat pada harga
pokok standar. Harga pokok penjualan dicatat pada harga
pokok standar.
2. Selisih biaya sesungguhnya dari biaya standar dihitung pada
akhir periode akuntansi, setelah harga pokok persediaan barang
dalam proses ditentukan dan harga pokok barang jadi yang
ditransfer ke gudang dicatat dalam rekening Barang Dalam
Proses.
3. Selisih biaya sesungguhnya dari biaya standarmerupakan
jumlah total perbedaan antara biaya standar dengan biaya
sesungguhnya. Analisis terhadap selisih-selisih tersebut
memerlukan bantuan informasi yang tidak tersedia dalam
rekening-rekening buku besar.
Aliran Biaya Standar dalam metode ganda
 Contoh:
Untuk memproduksi 1 satuan produk diperlukan biaya produksi menurut standar
sbb:
Biaya bahan baku 5 kg @ Rp 1.000 Rp 5.000
Biaya Tenaga kerja 20 jam @ Rp 500Rp 10.000
Biaya overhead pabrik:
variabel 20 jam @ Rp 400 Rp 8.000
Tetap 20 jam @ Rp 300 Rp 6.000
Kapasitas produksi per bulan direncanakan 5.200 jam tenaga kerja langsung.
Transaksi yang terjadi dalam bulan Januari:
1. Jumlah bahan baku yang dibeli adalah 1.500 kg @Rp 1.100

2. Jumlah barang yang diproduksi dan selesai diproses dalam bulan Januari adalah
250 satuan dengan biaya produksi sesungguhnya sbb:
a. Biaya bahan baku 1.050 kg @ Rp 1.100 = Rp 1.155.000
b. Biaya tenaga kerja 5.100 jam @Rp 475 = Rp 2.422.500
c. Biaya overhead pabrik = Rp 3.650.000
 Berdasarkan contoh tersebut, jurnal yang dibuat untuk mencatat biaya
produksi sesungguhnya, biaya produksi standar dan selisih dalam metode
ganda adalah sbb:
1. Pencatatan biaya bahan baku (pemakaian bahan baku sesungguhnya = Rp 1.155.000)
Barang Dalam Proses- Biaya Bahan Baku 1.155.000
Persediaan Bahan Baku 1.155.000
2. Pencatatan biaya tenaga kerja langsung (BTKL sesungguhnya = Rp 2.422.500)
Barang Dalam Proses-BTK langsung 2.422.500
Gaji dan Upah 2.422.500
3. Pencatatan biaya overhead pabrik: menggunakan salah satu dari metode berikut:
Metode 1:
Biaya Overhead Pabrik sesungguhnya 3.650.000
Berbagai rekening yg dikredit 3.650.000
Pada akhir periode:
Barang Dalam Proses-BOP 3.650.000
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya 3.650.000
Metode 2:
Biaya overhead pabrik sesungguhnya 3.650.000
Berbagai rekening yang dikredit 3.650.000
Pencatatan pembebanan BOP kpd produk atas dasar tarif standar (5.100 jam x Rp 700 =
Rp 3.570.000)
Barang Dalam Proses-BOP 3.570.000
BOP yang dibebankan 3.570.000
Pada akhir periode akuntansi:
BOP yang dibebankan 3.570.000
Biaya overhead pabrik sesungguhnya 3.570.000

4. Pencatatan harga pokok barang jadi:


Harga Pokok Barang Jadi = kuantitas barang jadi x biaya standar per satuan
(250 satuan x Rp 29.000 = Rp 7.250.000)
Persediaan Barang Jadi 7.250.000
Barang Dalam Proses- BBB (250 x Rp 5.000) 1.250.000
Barang Dalam Proses -BTK (250 x Rp10.000) 2.500.000 Barang
Dalam Proses –BOP (250 x Rp 14.000) 3.500.000
5. Pencatatan Harga Pokok Barang Dalam Proses
Dihitung dengan cara: unit ekuivalensi kuantitas barang dalam proses pada akhir
periode x biaya standar per satuan.
Karena dalam contoh tidak tersedia data persediaan barang dalam proses, maka
contoh jurnal tidak menggunakan angka:
Persediaan Barang Dalam Proses xx
Barang Dalam Proses-BBB xx
Barang Dalam Proses-BTK xx
Barang Dalam Proses-BOP xx
6. Pencatatan Harga Pokok Penjualan
Dihitung dengan cara: kuantitas barang yang dijual x biaya standar per satuan:
Harga Pokok Penjualan xx
Persediaan Barang Jadi xx
7. Pencatatan selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar:
a. Selisih biaya bahan baku:
Dari contoh diatas dengan model dua selisih diketahui selisih harga = Rp
105.000R dan selisih kuantitas = Rp 200.000L, jurnal:
Selisih harga bahan baku 105.000
Barang Dalam Proses-BBB 95.000
Selisih kuantitas bahan baku 200.000
b. Selisih biaya tenaga kerja langsung:
Dari contoh sebelumnya diketahui selisih tarif upah = Rp 127.500L dan selisih
efisiensi upah = Rp 50.000R, jurnal:
Selisih efisiensi upah 50.000
Barang Dalam Proses -BTK 77.500
Selisih tarif upah 127.500

c. Selisih biaya overhead pabrik:


dari contoh sebelumnya diketahui selisih pengeluaran = Rp 50.000R, selisih
kapasitas = Rp 30.000R, selisih efisensi = Rp 70.000R, jurnal:
metode 1 :
Selisih pengeluaran 50.000
Selisih kapasitas 30.000
Selisih efisiensi 70.000
Barang Dalam Proses-BOP 150.000
Metode 2:
Selisih efisiensi 70.000
Barang dalam Proses 70.000
(BDP-BOP didebit sebesar Rp 3.570.000 dan dikredit sebesar Rp
3.500.000, selisih = Rp 70.000)

Selisih pengeluaran 50.000


Selisih kapasitas 30.000
BOP sesungguhnya 80.000
(BOP sesungguhnya didebit sebesar Rp 3.650.000 dan dikredit sebesar Rp
3.570.000, selisih = Rp 80.000)
METODE TUNGGAL (SINGLE
PLAN)
 PENCATATAN BIAYA BAHAN BAKU
Pencatatan biaya bahan baku dalam metode tunggal
dibagi menjadi tiga:
1. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan
baku dibeli.
2. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan
baku dipakai.
3. Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan

baku dibeli dan dipakai.


Pada contoh sebelumnya diketahui:
Kuantitas bahan baku standar 5kg @Rp 1.000
Jumlah bahan baku yang dibeli adalah 1.500 kg @Rp 1.100
Jumlah produk yang diproduksi dan selesai diproses adalah 250 satuan
dengan biaya bahan baku 1.050 kg.

Maka dengan metode dua selisih dapat dihitung sebagai berikut:


Selisih harga pembelian bahan baku:
= (Hstd-HS) x Kuantitas pembelian sesungguhnya
= (Rp 1.000 – Rp 1.100) x 1.500kg = Rp 150.000 R
Selisih kuantitas pemakaian bahan baku:
=(KSt-KS) x HStd
= ((5kg x 250 satuan)-1.050 kg) x Rp 1.000=Rp 200.000L
Selisih harga pemakaian bahan baku;
= (HSt-HS) x Kuantitas pemakaian sesungguhnya
= (Rp 1.000-Rp 1.100) x 1.050 = Rp 105.000 R
Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan baku
dibeli
 Rekening persediaan bahan baku didebit:
kuantitas sesungguhnya bahan baku yang dibeli x harga standar bahan
baku per satuan.
= 1.500 kg x Rp 1.000 = Rp 1.500.000
 Rekening utang dagang dikredit:
kuantitas sesungguhnya bahan baku yang dibeli x harga sesungguhnya
bahan baku per satuan.
= 1.500 kg x Rp 1.100 = Rp 1.650.000
 Selisih antara pendebitan rekening persediaan bahan baku dengan
pengkreditan rekening utang dagang dicatat dalam rekening ‘Selisih harga
pembelian bahan baku’.
 Jurnal:
Persediaan bahan baku 1.500.000
Selisih harga pembelian BB 150.000
Utang dagang 1.650.000
 Pada saat bahan baku dipakai:
 rekening Barang Dalam Proses didebit:
kuantitas standar bahan baku yang dipakai x harga standar
= (5kg x 250 satuan) x Rp 1.000 = Rp 1.250.000
 Rekening Persediaan Bahan Baku dikredit:
kuantitas bahan baku yang sesungguhnya dipakai x harga standar
= 1.050 kg x Rp 1.000 = Rp 1.050.000
 Selisih pendebitan rekening Barang Dalam Proses dengan
pengkreditan rekening Persediaan Bahan Baku dicatat dalam
rekening ‘Selisih Pemakaian Bahan Baku’.

 Jurnal:
Barang Dalam Proses-BB 1.250.000
Persediaan Bahan Baku 1.050.000
Selisih pemakaian bahan baku 200.000
Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan baku
dipakai

 Pada saat bahan baku dibeli:


 Rekening persediaan bahan baku didebit:
kuantitas bahan baku yang dibeli x harga
sesungguhnya.
= 1.500 kg x Rp 1.100 = Rp 1.650.000
 Rekening Utang dagang dikredit: dengan jumlah yang
sama.
 Tidak terdapat selisih harga.
 Jurnal:
Persediaan bahan baku 1.650.000
Utang dagang 1.650.000
 Pada saat bahan baku dipakai:
 Rekening Barang Dalam Proses didebit:
kuantitas standar bahan baku x harga standar bahan baku per satuan
= (5kg x 250 satuan) x Rp 1.000 = Rp 1.250.000
 Rekening persediaan bahan baku dikredit:
kuantitas sesungguhnya bahan baku yang dipakai x harga
sesungguhnya per satuan bahan baku
= 1.050 kg x Rp 1.100 = Rp 1.155.000
 Selisih yang timbul adalah selisih harga yang dicatat dalam
rekening ‘Selisih harga bahan baku yang dipakai’ dan selisih
kuantitas yang dicatat dalam rekening ‘Selisih pemakaian bahan
baku’.
 Jurnal:
Barang Dalam Proses 1.250.000
Selisih harga BB yang dipakai 105.000
Persediaan Bahan Baku 1.155.000
Selisih pemakaian BB 200.000
Selisih harga bahan baku dicatat pada saat bahan baku
dibeli dan dipakai

 Merupakan kombinasi metode 1 dan 2.


 Pada saat bahan baku dibeli: selisih harga yang
terjadi dicatat dalam rekening ‘Selisih harga
pembelian bahan baku’
 Pada saat bahan baku dipakai: sebagian dari selisih
harga pembelian yang melekat pada bahan baku
yang dipakai ditransfer ke rekening ‘Selisih harga
bahan baku yang dipakai’
 Rekening persediaan bahan baku didebit dan
dikredit dengan harga standar bahan baku.
 Jurnal:
 Pada saat pembelian bahan baku:
Persediaan bahan baku 1.500.000
Selisih harga pembelian BB 150.000
Utang dagang 1.650.000
 Pada saat pemakaian bahan baku:
Barang Dalam Proses-BB 1.250.000
Persediaan Bahan Baku 1.050.000
Selisih pemakaian bahan baku 200.000
 Transfer selisih harga pembelian bahan baku yang melekat pada
bahan baku yang dipakai dalam produksi:
Selisih harga BB yang dipakai 105.000
selisih harga pembelian BB 105.000
Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Langsung

 Pencatatan biaya tenaga kerja langsung dilakukan melalui tiga


tahap, yaitu:
 Pencatatan upah langsung, jurnal:
Gaji dan upah xx
Utang gaji & upah xx
 Pencatatan distribusi upah langsung, jurnal:
Barang Dalam Proses-BTKL xx
Selisih tarif upah xx
Selisih efisiensi upah xx
Gaji dan upah xx
 Pencatatan pembayaran upah langsung:
Utang gaji & upah xx
Kas xx
 Dari contoh sebelumnya diketahui:
Biaya tenaga kerja standar = 20 jam x Rp 500 x 250 satuan = Rp
2.500.000
Biaya tenaga kerja sesungguhnya = 5.100 jam x Rp 475 = Rp
2.422.500
selisih tarif upah = Rp 127.500 L
selisih efisiensi upah = Rp 50.000 R
Total selisih = Rp 127.500-50.000 = Rp 77.500 L

 Maka jurnal pencatatan biaya tenaga kerja langsung adalah sbb:


Barang dalam proses 2.500.000
Selisih efisiensi upah 50.000
gaji dan upah 2.422.500
selisih tarif upah 127.500
Pencatatan Biaya Overhead Pabrik
 Pencatatan biaya overhead pabrik dalam metode tunggal (single
plan) dipengaruhi oleh metode analisis selisih biaya overhead yang
digunakan.

 Contoh sebelumnya:
Biaya overhead pabrik per satuan:
Variabel = 20jam @Rp 400 =Rp 8.000
Tetap = 20 jam @ Rp 300 =Rp 6.000
Jumlah produk yang diproduksi = 250 satuan
Kapasitas produksi per bulan direncanakan 5.200 jam tenaga kerja
langsung. Kapasitas sesungguhnya = 5.100 jam
Biaya overhead pabrik sesungguhnya= Rp 3.650.000,
Biaya overhead pabrik dibebankan (BOP pada kapasitas standar
dengan tarif standar) = 20 jam x 250 satuan x Rp 700 =
Rp3.500.000
 Metode Dua Selisih:
Selisih terkendalikan = Rp 90.000R, Selisih volume = Rp 60.000R
 Jurnal pembebanan BOP kepada produk:
Barang Dalam Proses 3.500.000
BOP yg dibebankan 3.500.000
 Jurnal untuk mencatat BOP sesungguhnya:
BOP sesungguhnya 3.650.000
Berbagai rek.yg dikredit 3.650.000
 Jurnal untuk mencatat penutupan rek.BOP yg dibebankan:
BOP yang dibebankan 3.500.000
BOP sesungguhnya 3.500.000
 Jurnal untuk mencatat selisih BOP:
Selisih terkendalikan 90.000
Selisih volume 60.000
BOP sesungguhnya 150.000
 Metode tiga selisih
Dari contoh sebelumnya: Selisih pengeluaran = Rp 50.000R, selisih
kapasitas Rp 30.000R, selisih efisiensi Rp 70.000R.
BOP yg dibebankan (kapasitas sesungguhnya x tarif standar)=
5.100 jam x Rp 700 = 3.570.000
 Jurnal pembebanan bioya overhead pabrik kepada produk:

Barang Dalam Proses Rp 3.500.000


Selisih efisiensi 70.000
BOP yang dibebankan 3.570.000
 Jurnal untuk mencatat BOP sesungguhnya:

BOP sesungguhnya 3.650.000


Berbagai rek.yg dikredit 3.650.000
 Jurnal untuk mencatat penutupan rekening BOP yang dibebankan:

BOP yang dibebankan 3.570.000


BOP sesungguhnya 3.570.000
 Jurnal untuk mencatat selisih BOP:
Selisih pengeluaran 50.000
Selisih kapasitas 30.000
BOP sesungguhnya 80.000

 Metode empat selisih, jurnal:


Barang Dalam Proses 3.500.000
Selisih efisiensi variabel 40.000
Selisih efisiensi tetap 30.000
BOP yg dibebankan 3.570.000

 Pencatatan harga pokok barang jadi:


Persediaan barang jadi 7.250.000
Barang Dlm Proses 7.250.000
(250 unit x Rp 29.000)

Anda mungkin juga menyukai