Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH KEPEMIMPINAN KEPAMONGPRAJAAN

PERAN DAN KEDUDUKAN


KEPAMONGPRAJAAN SAAT INI

Dosen Pengampu :

Drs. James Robert Pualilin, M.Si

Disusun Oleh:

Nama : Muhammad Ilham Husni Zarkasi

NPP : 32.0385

Kelas : F-2

PROGRAM STUDI KEUANGAN PUBLIK


FAKULTAS MANAJEMEN PEMERINTAHAN
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
JATINANGOR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Pamong praja terdiri dari dua suku kata,”pamong‟ dan “praja.‟Dalam Kamus Bahasa
Indonesia (1996:720), pamong berarti pengasuh, pendidik, pengurus. Sedangkan praja
berarti negeri, kota. Jadi secara leksikografis (perkamusan), pamong praja adalah pengurus
negeri atau pengurus pemerintahan negara (Sulfianto D, 2018).

Secara etimologis (asal usul kata), Sallata (1983:3) berpendapat bahwa istilah pamong
praja berasal dari bahasa Jawa. Pamong berarti orang yang mengemong‟ (membina atau
membimbing). Sedangkan praja berarti negara, rakyat, kawula, kediaman, kedudukan,
negeri, atau daerah. Jadi, pamong praja berarti pembina dan pembimbing rakyat di suatu
negara/daerah (Sulfianto D, 2018).

Secara terminologis (peristilahan), terdapat arti pamong praja menurut beberapa ahli,
yaitu:

1) pamong praja adalah gubernur, residen, bupati, patih, walikota, wedana, dan asisten
wedana, yang ditugaskan sebagai wakil pemerintah pusat di suatu daerah pemerintahan,
sebagaimana dimuat dalam penjelasan UU No.6/1959 tentang Penyerahan Tugas-Tugas
Pemerintah Pusat Dalam Bidang Pemerintahan Umum, Perbantuan Pegawai Negeri Dan
Penyerahan Keuangannya Kepada Pemerintah Daerah (Djenal Hoesen
Koesoemahatmadja, 1978: 2).

2) pamong praja adalah pejabat pemerintah pusat yang ada di daerah yang melaksanakan
urusan pemerintahan umum. Dalam arti sempit, pejabat tersebut adalah kepala wilayah,
sedangkan dalam arti luas termasuk dengan stafnya (Bayu Suryaningrat, 1980: 7);

3) pamong praja adalah badan pemerintah yang terdiri dari camat, wedana, patih, bupati,
residen, dan gubernur (Mulia, dalam Sallata, 1983: 3);

4) pamong praja adalah perangkat atau pejabat pemerintah yang ada di daerah yang tugasnya
melaksanakan urusan pemerintahan umum/ pemerintahan pusat (Soleh dan Trisantono,
2001: 20)

Adapun pengertian “Peran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI )


adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam
masyarakat. Sedangkan pegertian “kedudukan” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), arti kata kedudukan adalah tempat kediaman. Arti lainnya dari kedudukan adalah
tempat pegawai (pengurus perkumpulan dan sebagainya) tinggal untuk melakukan
pekerjaan atau jabatannya.

di sisi lain dalam memahami pengertian pamongpraja bisa dibagi atas pengertian
pamongpraja dalam arti luas dan pamongpraja pada arti sempit. Pengertian pamongpraja
pada arti luas meliputi segenap pegawai dalam lingkungan Departemen dalam Negeri (saat
ini Kementerian dalam Negeri) yang ada dan bekerja di wilayah yang melaksanakan
urusan pemerintahan pusat atau pemerintahan umum . Sedangkan pengertian pamongpraja
dalam arti sempit meliputi mereka yang memegang pimpinan dan menjadi kepala dari
suatu wilayah administratif. dari kedua pengertian tadi pamongprajaan dapat diartikan
sebagai perangkat atau pejabat pemerintahan yang terdapat di daerah yang tugasnya
melaksanakan urusan pemerintahan umum atau pusat.

Ada pun Dalam pelakasanaan tugas keseharian sebagai seorang pamong praja,
setiap pamong praja wajib memegang teguh nilai nilai Hasta Budhi Bhakti serta 12 nilai
kepamongprajaan yaitu :

1. Vooruit zien/visioner (memandang sejauh mungkin ke depan).


2. Conducting (membangun kinerja bersama melalui perilaku actor yang berbeda-beda).
3. Coordinating (membangun kinerja masing-masing melalui kesepakatan bersama yang
berbeda
4. Peace Making (membangun kerukunan dan kebersamaan)
5. Residue-caring (mengelola sampah, sisa, yang beda, yang salah, dan yang terbuang
6. Turbulence-serving (mengelola ledakan yang dianggap mendadak atau di luar
kemampuan/force majeure)
7. Fries Ermessen (keberanian bertindak untuk kemudian mempertanggungjawabkannya
8. Generalist and Specialist Function (knowing less and less about more and more, and more
and more about less and less
9. Responsibility (menjawab dengan jelas dan jujur, men(t)anggung risiko secara pribadi
menurut etika otonom).
10. Magnanimous-thinking (berpemikiran besar dan kuat menerobos zaman membuat sejarah
11. Omnipresence (terasa hadir dimana-mana)
12. Distinguished statesmanship (kenegarawan-utamaan, selama memangku masa jabatan
public, berdiri di atas semua kepentingan, tidak memihak, impartial).
BAB II
Analisis
Saat ini pada konsep yang mengalami pergeseran makna seiring dengan
perubahan rezim pemerintahan daerah. Sebagai konsekuensi perubahan dimaksud, secara
historis basis rekrutmen mengalami penyempitan dan perluasan sejak era pra-
kemerdekaan hingga pasca-kemerdekaan. Kebutuhan terhadap kepemimpinan
pemerintahan yang kuat sekaligus simpul pengikat perbedaan dari pusat hingga level
bawah memungkinkan berjalannya pemerintahan secara stabil. Kepamongprajaan adalah
sistem nilai dasar pemerintahan. Adalah tenaga penyelenggara pemerintahan dalam negeri
yang telah dibekali dengan kepamongprajaan, sehingga tenaga yang bersangkutan
dianggap memiliki kompetensi kepamongprajaan untuk menjalankan pemerintahan dalam
negeri melalui organisasi pemerintahan dengan harapan kinerja pemerintahan yang
dijalankannya dapat dipertanggungjawabkan kepada warga masyarakat sebagai
konstituen, terjanji, dan costumer.
Saat ini Dalam keseharian diketahui bahwa yang menyandang sebutan "pamongpraja"
ialah satuan polisi pamongpraja, dan yang menggunakan nama "praja" hanyalah
mahasiswa atau peserta didik IPDN. oleh karena itu, digunakan jawaban konseptual seperti
yang dijelaskan Ndraha dalam pendekatan ilmu pemerintahan dalam pengembangan
program doktor," pamongpraja adalah penyelenggara pemerintahan dalam negeri yang
telah dibekali dengan sistem niali dasar pemerintahan (sistem nilai kepamongprajaan)
melalui penyelenggaraan sistem pendidikan tinggi kepamongprajaan, sehingga
penyelenggara yang bersangkutan dianggap memiliki kompetensi kepamongprajaan untuk
menjalankan pemerintahan melalui organisasi pemerintahan dengan memegang teguh
kode etik profesional kepamongprajaan, dan dengan demikian pemerintahan yang
dijalankannya dapat dipertanggungjawabkan kepada para pelanggan".
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa kepamongprajaan adalah sistem nilai dasar
pemerintahan (sistem nilai kepamongprajaan) yang terdiri atas 12 poin penting maka
penyelenggara sistem pendidikan tinggi kepamongprajaan tidak lain adalah IPDN.
Kepamongprajaan meliputi 10 poin penting kompetensi yang penggunanya melalui
organisasi pemerintahan yang on the track dengan kode etik profesional kepamongprajaan
dan kinerjanya dipertanggungjawabkan kepada masyarakat yang memiliki peran sebagai
pelanggan, secara otomatis pamongpraja memiliki esensi peran costumer service.
Kompetensi diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan, keterampilan, sikap mental,
dan kemampuan pelaku untuk bisa menyediakan atau menghasilkan produk berupa jasa
dan layanan yang dibutuhkan dan diharapkan oleh pelanggan yang bersangkutan, sehingga
pelanggan mendapatkan rnanfaat sebesar-besarnya, dan siap memikul tanggung jawab
manakala pelanggan merasa tidak puas. Terdapat 10 kompetensi kepamongprajaan
menurut Ndraha (2011: 4).
1. Adalah pengamong pemerintahan
2. Adalah profesional pemerintahan.
3. Adalah kader pemerintahan sipil.
4. Adalah korps.
5. Adalah garis depan pemerintahan.
6. Adalah dinas dan jabatan karier.
7. Adalah pemangku pemerintahan umum'
8. Adalah lembaga dekonsentrasi.
9. Adalah metarantai permanen antarsiklus politik.
10. Adalah kekuatan pengikat pusat dengan daerah
Terdapat beberapa kaitan dalam peta dasar kepamongprajaan yang mana berawal dari
ilmu pengetahuan pemerintahan pada kualitas pemerintahan yang merata terbagi atas tiga
rnazhab,yaitu beshturrutetenschap bestuurswetenschappen yang akrab dengan ilmu
administrasi publik, kybernologi bagian ilmu sosial yang akrab dengan interaksi antartiga
subkultur masyarakat dan kajian pemerintahan bagian ilmu politik yang akrab dengan
ranah publik, negara, mayarakat dan hubungan keduanya. Menurut Ndraha (2011:8), ilmu
pengetahuan pemerintahan yang dijadikan bahan pembelajaran pada IPDN adalah ilmu
pengetahuan pemerintahan dengan mazhab kybernologi. Dalam skema di bawah, ilmu
pengetahuan ini dikaitkan dengan nilai dasar pemerintahan yang mana dikemas dalam
bentuk konsep yang konstruktif sehingga dapat diukur dan diamati secara objektif menurut
ilmu pengetahuan
Saat ini kalau kita merujuk pada peraturan perundang-undangan yang ada dan juga
sejarah perkembangan pamongpraja dalam penyelenggara pemerintahan daerah di
Indonesia, maka yang masuk kategori korps pamongpraja adalah mereka yang dididik
secara khusus untuk melayani masyarakat serta konsisten menjaga keutuhan bangsa dan
negara, dengan bidang keahliannya sebagai generalis yang mengkoordinasikan cabang-
cabang pemerintahan lainnya.
Jabatan-jabatan dan sebutan pamongpraja ditujukanpada antara lain para lurah,
camat,polisi pamongpraja, asisten sekda, serta sekretaris daerah, ditambah dengan SKPG
(Satuan Kerja Perangkat Gubernur) sebagai tindak lanjut dari PP Nomor 19 Tahun 2010
(Sadu Wasistiono dan Ismail Nurdin: 2010).
Kalau pamongpraja diartikan secara etimologis sebagai aparat atau pejabat
pemerintahan yang bertugas "mengemong" dan menjadi abdi negara, abdi masyarakat,
maka pamongpraja adalah semua apatat yang melakukan aktivitas melayani, mengayomi,
mendampingi serta memberdayakan masyarakat, dengan demikian koorps pamongpraja
sangat me luas, termasuk di dalamnya aparat kepolisian Negara Republik Indonesia dan
Tentara Nasional Indonesia serta semua aparat pemerintahan lainnya yang melaksanakan
urusan pemerintahan selain di lingkungan Kementerian Dalam Negeri. adalah mencakup
pejabat pusat yang ada di pusat, pejabat pusat yang ada di daerah maupun pejabat daerah
yang ada di daerah.
Kini sosialisasi kepamongprajaan dengan konsep pemerintahan terfokus pada
lingkungan IPDN sangat penting antara pemerintah daerah setempat yang dapat
menggetarkan semangat ketika IPDN dapat memposisikan dirinya sebagai pemeran utama
implementasi grand design pemerintahan daerah 2005-2025 melalui grand design IPDN
2005-2025,
Merujuk pada Perpres No. I Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa terdapat perguruan
tinggi kedinasan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi kepamongprajaan, ini
mengisyaratkan bahwa setidaknya dua hal, yang pertama bahwa ada institusi yang
dibentuk oleh negara untuk menyiapkan pamongpraja yang akan menjadi aparat
pemerintahan, dan yang kedua karena ada institusi pendidikan tinggi kepamongprajaan
yang akan menghasilkan lulusan yang akan ditugaskan sebagai pelayanan masyarakat atau
tugas-tugas kepamongprajaan yang dilaksanakan oleh para pamongpraja. adalah mereka
yang menyelenggarakan pelayanan pemerintah an padaorganisasi pemerintahan lini
kewilayahan yang dididik secara khusus yang memiliki kualifikasi kepemimpinan dan
kemampuan manajerial untuk melayani masyarakat serta konsisten menjaga keutuhan
bangsa dan negara, dengan bidang keahliannya sebagai generalis yang mengkoordinasikan
cabang-cabang pemerintahan lainnya.
Ndraha (2010) mencoba mengelaborasi dan merumuskan esensi kepamongprajaan,
bicara tentang kepamongprzia n, maka esensinya antaralain: (l) entitas (nama suatu
entitas), (2)kualitas (perilaku yang terlihat dalam ruang pemerintahan), (3) nilai atau norma
(kekatan yang mengikat), fungsi kbhinekaan dan ketunggalikaan), (4) lembaga atau
unitkerja, (5) struktur kepamongprajaan, (6) profesi pemerintahan, (7) pendidikan
kepamongprajaan. sejalan dengan pandangan Taliziduhu Ndraha di atas dan
memperhatikan sejarah dan perkembangan pamongpraja atau kepamongprajaan di
Indonesia, rnaka penulis merumuskan setidaknya kepamongprajaan yang akan datang
dapat dipandang sebagai berikut.
1. Profesi, yakni merupakan pekerjaan yang memerlukan kompetensi tertentu, yakni qualifed
leadership dan manajerial administratif, sehingga diperlukan pendidikan khusus
pamongpraja.
2. Struktur dalam pemerintahan daerah, yakni level pemerintahan pada lini kewilayahan,
seperti lurah/kades, camat, bupati/walikota dan gubernur (termasuk satuan kerja perangkat
gubernur sebagai wakil pemerintah pusat) yang melaksanakan fungsi pemerintahan umum
dalam hal pembin aan wilay ah, koordinasi pemerintahan, pengawasan pemerintahan dan
residual pemerintahan.
3. Institusi pendidikan, yakni pendidikan yang khusus menyelenggarakan proses belajar
mengajar yang output-nya dipersiapkan untuk menjadi pamongpraja.
4. Perangkat nilai, yakni suatu rangkaian unit nilai-nilai yang menjadi energi yang
menguatkan semangat pengabdian aparatsebagai abdi negara dan abdi masyarakat
sebagaimana dalam "Hasta Budhi Bhakti" sebagai pedoman atau guidance penyelensgara
pemerintahan yang bersumber dari leluhur karena tumbuh dari tradisi pemerintahan yang
pernah eksis.
5. Instrumen keutuhan berbangsa, yakni keberadaan pamongpraja tidak saja menjadi mesin
birokrasi dalam pelayanan pemerintahan, tapi menjadi perekat Negara kesatuan Republik
Indonesia.
BAB III
Kesimpulan dan Saran

3.1 Kesimpulan
Setelah melakukan Analisis terhadap Kepamongprajaan saat ini kesimpulan yang saya
adalah pada masa saat ini masyarakat melihat pamong praja hanya terbatas pada satuan
polisi pamong praja saja dan praja IPDN saja, padahal kalau kita melihat lebih jauh maka
secara pengertian leksikografis, etimologis, dan terminologis tentang pamong praja
tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pamong praja adalah aparatur
pemerintah sebagai perangkat pemerintahan pusat yang berada dalam struktur
pemerintahan daerah yang berfungsi menyelenggarakan urusan pemerintahan umum dan
urusan pemerintahan lainnya berdasarkan asas dekonsentrasi. Yang dimaksud dengan
aparatur pemerintah dalam pengertian pamong praja tersebut adalah aparatur pemerintah
yang berstatus pegawai negeri atau bukan. Jumlahnya seorang atau beberapa orang
(berikut stafnya) dalam setiap tingkatan pemerintahan di daerah. Mereka berasal dari pusat
atau dari daerah yang diposisikan dalam susunan organisasi pemerintah daerah sebagai
Kepala Wilayah atau Kepala Daerah yang ditetapkan oleh peraturan perundang- undangan
sebagai wakil pemerintah pusat, dan kadang-kadang beserta stafnya. Mereka berfungsi
menyelenggarakan urusan pemerintahan pusat berupa urusan pemerintahan umum dan
urusan lain berdasarkan asas dekonsentrasi yang tidak ditugaskan kepada aparatur
pemerintah di luar organisasi pemerintah daerah (instansi-instansi vertikal).

3.2 Saran
Saran penulis untuk saat ini adalah lebih menekankan dan mengedukasi masyarakat
tentang pengertian pamong praja agar masyarakat lebih memahami tentang pamong praja.
Serta menekankan kembali kepada pamong praja untuk meningkatkan kembali penerapan
dari 12 nilai nilai kepamongprajaan dan Hasta Budhi Bhakti baik bertugas. Serta terakhir
diharapkan bagi setiap pembaca tulisan ini semakin memahami dan mengerti akan apa itu
kepamongprajaan dan kedudukannya di masyarakat saat ini.
BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

Sulfianto, D 2018, ‘Pamong Praja’, Jurnal Academia Praja, Vol. 1, no. 1, hh. 1-8

Labolo, M & Toana, AA 2016, Kepamongprajaan di Indonesia, Penerbit Ghalia Indonesia,


Bogor.

Permen_No_62_Tahun_2015.(n.d.)

Anda mungkin juga menyukai