Anda di halaman 1dari 4

Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, dan Hoax)

Media merupakan elemen terpenting dalam sebuah bentuk komunikasi. Dalam


perkembangannya media massa adalah sarana yang menjadi tempat penyampaian hasil kerja
aktivitas jurnalistik yang dilakukan oleh wartawan. Setiap berita dalam jurnalistik menjadi tidak
bermakna tanpa mendapat dukungan atau dipublikasikan melalui media.

Dalam sejarah, aktivitas jurnalistik merupakan kegiatan penyebaran informasi kepada


masyarakat dilakukan untuk pertama kalinya oleh Kaisar Amenhotep III di Mesir (1405-1367
SM) yang mengutus ratusan wartawan ke seluruh provinsi dalam kekuasaanya untuk membawa
surat berita yang disampaikan kepada seluruh pejabat pada jaman kerajaan Sriwijaya maupun
Majapahit ketika para pembawa berita berkeliling negeri untuk menyampaikan pesan raja atau
pengumuman sayembara. Selanjutnya, jurnalistik Eropa masuk ke Hindia Belanda setelah
Gubernur Jenderal Belanda, Jan Pieterszoon Coen pada tahun 1587-1629 memprakarsai
penerbitan berita yang dinamakan Memorie der Nouvelles yang berisi tulisan tangan dan dicetak
untuk disebarkan kepada orang-orang penting di Jakarta. Barulah satu abad kemudian, terbit
surat kabar untuk pertama kalinya di Indonesia yaitu Bataviasche Nouvelles en Politique
Raisonnementen pada 7 Agustus 1744 dalam ukuran kertas folio. Sedangkan surat kabar hasil
prakarsa putera bangsa, Medan Prijaji, baru terbit pertama kali pada tahun 1902, oleh Raden
Mas Tirtoadisuryo. Setelah masa kemerdekaan, banyak bermunculan surat kabar, seperti
Kedaulatan Rakyat, Merdeka, Waspada, Pedoman, Indonesia Raya, Suara Merdeka, dll namun
kebebasan pers dikontrol secara ketat oleh pemerintah. Pasca Orde baru, disahkan Undang-
undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers. Perizinan yang dulunya sangat ketat pun ditiadakan
bagi media pers cetak. Dalam literature komunikasi massa, terdapat tiga istilah yang selalu
digunakan yaitu komunikasi massa, media massa, dan media social.

Komunikasi massa merupakan bagian dari sejarah perkembangan peradaban manusia. Manusia
memiliki kebutuhan untuk berinteraksi satu sama lain, bertukar pesan dan menyampaikan
informasi melalui media tertentu. komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui
media massa pada sejumlah besar orang (Bittner, 1977). Jalaludin Rahmat (2000) yang jenis
komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim
melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak
dan sesaat. Selain berfungsi dalam menyampaikan pesan secara umum kepada publik,
komunikasi massa juga berfungsi dalam melakukan transmisi pengetahuan, nilai, norma maupun
budaya kepada publik yang menerima pesan.

Media dalam komunikasi massa adalah media massa yang merupakan segala bentuk media atau
sarana komunikasi untuk menyalurkan dan 200 mempublikasikan berita kepada publik atau
masyarakat. Media massa terbagi menjadi tiga jenis media, yaitu media cetak, media elektronik,
dan media online.

Terdapat beberapa karakteristik yang membedakan media massa dan media sosial, seperti
karakter aktualitas, objektivitas, dan periodik. Media massa umumnya melakukan komunikasi
satu arah, dan para penerima informasinya tidak dapat berkontribusi secara langsung. Media
massa cenderung memuat pesan dengan tingkat objektivitas yang lebih tinggi, walaupun dalam
beberapa kasus dimensi subjektifnya juga kuat. Sedangkan media social, memfasilitasi adanya
komunikasi dua arah antara pemberi pesan dan penerima pesan dalam waktu yang cepat dan tak
terbatas. Dalam media sosial setiap penggunanya memiliki hak dan kebebasan untuk
menyuarakan apapun, sekalipun pesan yang disampaikannya merupakan kritik, keluhan, opini
dan bentuk pesan lainnya yang bersifat sangat subjektif.

Bentuk Tindak Kejahatan dalam Komunikasi Massa

Beberapa tipe kejahatan yang Calhoun, Light, dan Keller (1995) menjelaskan adanya empat tipe
kejahatan yang terjadi di masyarakat, yaitu : White Collar Crime (Kejahatan Kerah Putih), Crime
Without Victim (Kejahatan Tanpa Korban), Organized Crime (Kejahatan Terorganisir),
Corporate Crime (Kejahatan Korporasi)

Pelaku bisa memasuki ranah pelanggaran pidana manakala penggunaan media dalam
berkomunikasi tidak sesuai dengan ketentuan norma serta peraturan perundangan yang berlaku.
Beberapa peraturan perundangan yang bisa menjadi rujukan dalam konteks kejahatan yang
terjadi dalam komunikasi massa adalah:
1. Undang-undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers
2. Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
3. Undang-undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
4. Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
5. Undang-undang No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Beberapa tips bagaimana cara untuk memahami peraturan perundangan terkait komunikasi
massa, dapat dilakukan dengan mengikuti petunjuk berikut:
1. Cermati dan pilih salah satu dari peraturan perundangan yang disebutkan diatas
2. Lakukan diskusi dan pendalaman dengan membahas pasal-pasal kritikal terkait kejahatan
dalam komunikasi massa yang mungkin terjadi.
3. Buatlah poin-poin penting dan kritis terkait kondisi yang terjadi saat ini.

Berangkat dari perkembangan dinamika komunikasi massa dan peraturan perundangan di atas,
maka beberapa jenis kejahatan yang paling sering terjadi pada konteks komunikasi massa adalah
cyber crime, hate speech dan hoax. Masing-masing memiliki dampak langsung dan tidak
langsung terhadap publik, seperti diraikan berikut ini:
1. Cyber Crime
Cyber crime atau kejahatan saiber merupakan bentuk kejahatan yang terjadi dan
beroperasi di dunia maya dengan menggunakan komputer, jaringan komputer dan
internet. Terdapat beberapa jenis cyber crime, yaitu (1) Unauthorized Acces, merupakan
kejahatan memasuki/menyusup ke jaringan computer yang tidak sah, tanpa izin, atau
tanpa sepengetahuan pemilik jaringan, (2) Illegal Contents, kejahatan yang dilakukan
dengan cara memasukan data atau informasi ke internet tentang suatu hal yang tidak
benar, tidak etis, dan dapat dianggap sebagai melanggar hokum, (3) Penyebaran virus,
kejahatan yang dilakukan dengan menggunakan sebuah email atau media lainnya guna
melakukan penyusupan, perusakan, dan pencurian data,(4) Cyber Espionage, Sabotage,
and Extortion, Kejahatan dengan cara memanfaatkan jaringan internet untuk melakukan
kegiatan mata-mata terhadap pihak lain.(6) Carding, kejahatan yang dilakukan untuk
mencuri nomor kartu kredit milik orang lain dalam transaksi perdaganagn internet. (6)
Hacking dan Cracker, Kejahatan menerobos system keamanan untuk pembajakan akun,
maupun penyebaran virus. (7) Cybersquatting and Typosquatting, Kejahatan yang
dilakukan dengan cara mendaftarkan domain nama perusahaan orang lain dan kemudian
berusaha menjualnya kepada perusahaan tersebut dengan harga yang lebih mahal. (8)
Cyber Teorism, kejahatan yang mengancam kepentingan orang banyak.

Hate speech atau ujaran kebencian dalam bentuk provokasi, hinaan atau hasutan yang
disampaikan oleh individu ataupun kelompok di muka umum atau di ruang publik merupakan
salah satu bentuk kejahatan dalam komunikasi massa. Biasanya sasaran hate speech mengarah
pada isu-isu sempit seperti suku bangsa, ras, agama, etnik, orientasi seksual, hingga gender.
Ujaran-ujaran yang disampaikan pun biasanya sangat bias dan tidak berdasarkan data objektif.
Kecenderungannya adalah untuk melakukan penggiringan opini ke arah yang diinginkan.
Dampak yang ditimbulkan menjadi sangat luas, karena berpotensi memecah belah rasa
persatuan, pluralisme dan kebhinekaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sedemikian
bahayanya hate speech, maka perlu dilakukan upaya untuk mengontrol dan mengendalikan
potensi hate speech yang bisa terjadi kapan saja dan melalui media apa saja. Oleh karena hate
speech merupakan tindakan kejahatan, maka hate speech ini tergolong peristiwa hukum yang
memiliki
dampak atau konsekuensi hukum bagi pelakunya.

Hoax adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat dipertangung jawabkan atau bohong atau
palsu, baik dari segi sumber maupun isi. Sifatnya lebih banyak mengadu domba kelompok-
kelompok yang menjadi sasaran dengan isi pemberitaan yang tidak benar. Dewan Pers
menyebutkan ciri-ciri hoax adalah mengakibatkan kecemasan, kebencian, dan permusuhan;
sumber berita tidak jelas. Dampak hoax sama besarnya dengan cyber crime secara umum dan
hate speech terhadap publik yang enerimanya. Oleh karenanya kejahatan ini juga merupakan
sesuatu yang perlu diwaspadai oleh seluruh elemen bangsa termasuk ASN.

Membangun Kesadaran Positif menggunakan Media Komunikasi Dengan memperhatikan


beberapa kasus yang menjerat banyak pengguna media, baik sebagai akibat dari kelalaian atau
karena ketidaksengajaan sama sekali, maka perlu diperhatikan pentingnya kesadaran mengenai
bagaimana memanfaatkan komunikasi massa secara benar dan bertanggung jawab.
Beberapa teori dampak media massa :
1. Teori Kultivasi menjelaskan dampak menyaksikan televisi pada persepsi, sikap, dan nilai-
nilai orang terhadap sebuah realitas baru
2. Teori Spiral Keheningan (Spiral of Silence) : mayoritas memiliki karakter dominan dan
menguasai opini publik, sementara minoritas cenderung menyembunyikan opininya
sebagai bentuk ketakutan akan adanya isolasi dari kelompok masyarakat yang lebih
besar.
3. Teori Pembelajaran Sosial : menyatakan bahwa terjadi pembelajaran individu terjadi
melalui pengamatan pada perilaku orang lain, baik secara langsung maupun melalui
media tertentu.
4. Agenda Setting Teori ini cenderung membingkai isu-isu dengan berbagai cara
5. Determinasi Media Teori ini menyatakan dampak teknologi tidak terjadi pada tingkat
opini atau konsep, tetapi mengubah rasio indera atau pola persepsi dengan mantap tanpa
adanya perlawanan.
6. Hegemoni Media Media massa dipandang dikuasai oleh golongan yang dominan dalam
masyarakat.

Dengan memperhatikan begitu besar pengaruh media komunikasi dalam membentuk


persepsi, opini, sikap maupun perilaku sampai dengan tindakan, maka kehati-hatian serta
kesadaran dalam menggunakan media menjadi penting. Tips dalam bermedia sosial
(disarikan dari berbagai sumber). Berikut ini beberapa tips dalam menggunakan media sosial
agar terhindar dari risiko pelanggaran hukum:
1. Memahami regulasi yang ada.
2. Menegakan etika ber-media sosial.
3. Memasang identitas asli diri dengan benar
4. Cek terlebih dahulu kebenaran informasi yang akan dibagikan (share) ke publik.
5. Lebih berhati-hati bila ingin memposting hal-hal atau data yang bersifat pribadi

Anda mungkin juga menyukai