Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH REVIEW JURNAL

Aspek perdagangan internasional dan masalah hubungan internasional dalam pembangunan ekonomi
nasional. Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Pembangunan

Kelompok 7 :

Raihan Azim (6120122035)

Putri Hafsah Maulina (6120122033)

Hidayatur Rohmah I.H (6120122041)

Ai Lis Nurhayati (6120122042)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

STIE DHARMA NEGARA

BANDUNG

2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, Tuhan seluruh alam. Tiadau capan yang patut dipersembahkan,
selain ucapan syukur yang selalu menghampiri setiap aktivitas kehidupan. Shalawat serta salam selalu tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah memberikan suri tauladan yang baik serta telahmemberikan
kita petunjuk sehingga kita senantiasa berada di jalan Allah SWT.
Makalah ini disusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester mata kuliah Ekonomi Pembangunan dengan
judul “ Aspek perdagangan internasional dan masalah hubungan internasional dalam pembangunan ekonomi
nasional”, sehingga dapat memberikan informasi atau pengetahuan bagi pembaca akan topik yang menjadi
pembahasan dalam makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami telah berusaha dengan segenap kemampuan yang semaksimal
mungkin, sebagai pemula tentunya banyak kekurangan dan kesalahan, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi
kita semua.

Bandung, 11 Mei 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
Perdagangan internasional merupakan tempat untuk melakukan pertukaran barang dan jasa.Perdagangan
internasional berkembang kedalam ukuran yang besar karena kerjasama yang dilakukan oleh berbagai negara dan
adanya keinginan untuk mempromosikan suatu barang dan jasa secara bebas.
Perdagangan internasional merupakan suatu hal yang penting bagi suatu negara.Dengan melakukan
perdagangan internasional dengan negara lain akan memberikan keuntungan dan membuat pertumbuhan ekonomi
negara tersebut secara langsung berupa pengaruh terhadap alokasi sumber daya maupun secara tidak langsung
seperti banyaknya investor yang masuk kenegara tersebut.semua bentuk hambatan atau gangguan pada perdagangan
internasional harus dihindari atau akan menggangu jalannya aktivitas perdagangan tersebut.
Pada tahun 1995 terbentuk organisasi peradangan dunia atau WTO (World Trade Center). WTO berperan
besar dalam mempromosikan perdagangan bebas didunia ini. Tujuan utama dibentuknya WTO ini untuk mendorong
dan mengembangkan liberalisasi perdagangan dan menyediakan sistem perdagangan dunia yang aman. Disamping
itu, WTO juga berperan besar dalam menjalankan aturan yang telah ditetapkan dalam setiap perjanjian perdagangan
dunia seperti GATT (General Agreement on Traffic and Trade).
Salah satu perjanjian dalam WTO menyatakan bahwa semua negara didalam bebas itu sama. Ini menjadikan
negara-negara berkembang bersaing dengan negara-negara maju dan membuat negara miskin untuk
mempertahankan ekonomi mereka dan ikut bersaing di perdagangan Internasional.
Dalam konteks perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan hal yang penting yang meliputi
ekspor,impor dan dana aliran negara menjadi hal yang berpengaruh besar bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Bagi Indonesia strategi ekspor dan impor telah dipilih sejak tahun 1980-an.
BAB II

REVIEW JURNAL

Review Jurnal 1
Pereview : Putri Hafsah Maulina
Judul
: PENGARUH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TERHADAPINVESTASI DI
KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

Tahun : 2015

Vol : Volume 15 No. 02

Penulis : Ferdy Posumah


Tujuan
: bertujuan untuk menganalis bagaimana pengaruh pembangunan infrastruktur sector
pertanian, sectorkesehatan dan sector pendidikanterhadap investasidi kabupaten
minahasa tenggaratahun 2011-2013

Metode
Model analisis yang digunakan adalah model analisis regresi berganda dengan datas
ekunder yang diperoleh dari instansi-instansi terkait..

Hasil : Hasil penelitian ini menunjukan bahwapembangunan infrastruktur sector kesehatan


dan sector pendidikan tidak berpengaruh terhadapinvestasi. Sedangkan pembangunan
infrastruktur sector pertanian berpengaruh terhadap investasi

Dalam meningkatkan perkembangan sosial dan kegiatan ekonomi wilayah,


prasarana(infrastruktur) umum merupakan hal yang penting.Pembangunan tidak dapat berjalan
denganlancar jikaprasarana tidak baik.Setiap aspek kehidupan sosial maupun ekonomi
mempunyaiprasarana sendiri, yang merupakan satuan terbesar dan alat utama dalam berbagai
kegiatan.Oleh karena itu, dalam mengsukseskan pembangunan setiap lembaga sosial dan
sektorkehidupan ekonomi harus memperhatikan infrastrukturnya. Berdasarkan pengalaman yang
adapembangunan sering terjadi tidak efisien dan efektif karena tidak sesuai dengan aspirasi daerah,tidak
sesuai dengan potensi daerah dan permasalahan daerah, serta penyimpangan bersifat teknismaupun
nonteknis yang tentu saja menimbulkan berbagai dampak sosial yang tidak sedikit.Proses pertumbuhan
ekonomi wilayah dapat dipahami sebagai analogi dari prosespertumbuhan ekonomi nasional
(McCann, 2001).
Perbedaan pokoknya terletak pada kenyataanbahwa pergerakan faktor produksi antar wilayah
jauh lebih mudah terjadi dibandingkan denganpergerakan faktor produksi antar negara. Akibat
langsung dari fakta ini adalah perananperdagangan antar wilayah menjadi penting dalam analisis
pertumbuhanekonomi wilayah yangsudah tentu dengan dukungan infrastruktur yang
memadai.Menyadari pentingnya infrastruktur dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, parapakar
infrastruktur sepakat bahwa dalam mendorong pembangunan infrastruktur, pemerintahsebagai
pemain utama dalam sektor infrastruktur selayaknya menjaga kesinambungan investasipembangunan
infrastruktur dan memprioritaskan infrastruktur dalam rencana pembangunannasional, sehingga
infrastruktur dapat dibenahi baik secara kuantitas maupun kualitas.

Pembangunan infrastruktur juga sepatutnya melibatkan pihak swasta dan masyarakat


demitercapainya pembangunan berkesinambungan.Untuk itu perlu pendekatan lebih terpadu
dalampembangunan infrastruktur mulai dari perencanaan sampai pelayanannya kepada
masyarakat,guna menjamin sinergi antar sektor, daerah maupun wilayah.Isu pembiayaan infrastruktur
oleh pemerintah merupakan perbincangan yang sangatmenarik dikalangan para pakar. Diakui oleh
para pakar bahwa pemerintah memang menghadapitantangan seriusdalam pembiayaan infrastruktur,
dimana keterbatasan dana menyebabkan tidakmemungkinkan pemerintah mengandalkan metode
pembiayaan konvensional untuk memenuhikebutuhan infrastruktur yang terus meningkat. Bahkan
untuk infrastruktur dimana kelayakanfinansial tidak mungkin dicapai seperti di daerah terpencil dan
pedesaan, dana pemerintah masihbelum mencukupi mengingat biaya investasi yang cukup besar.
(Hermanto Dardak;http/www.ekorakyat.org).Salah satu kebijakan pengembangan infrastruktur yang
saat ini paling disoroti adalahmasalah kebijakan investasi, yaitu aspek-aspek yang berkaitan dengan
: infrastruktur apa yangsebaiknya segera dikembangkan oleh suatu daerah? Apa kriteria investasi
yang dijadikansebagai dasar? Siapa yang melakukan investasi?dan bagaimana pola investasi
dilakukan?Kesemua pertanyaan tersebut menjadi penting di era otonomi daerah saat ini.

Pada era otonomi daerah sekarang ini, ada dua paradigma baru yang dikembangkanberkait
dengan kebijakan investasi infrastruktur tersebut.Pertama bahwa kebijakan investasisepenuhnya
adalah tanggung jawab dari Pemerintah Daerah.Kedua adalah kebijakan investasiini juga melibatkan
secara intens berbagai stakeholder termasu lembaga Legislatif Daerah(Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah/DPRD).Bagi daerah yang memiliki sumber dana memadai, permasalahan justru timbul
padabagaimana mengalokasikan dana dengan baik dan tepat agar sepenuhnya bermanfaat
bagikesejahteraan masyarakat. Sebaliknya, bagi daerah dengan sumber dana
terbatas,permasalahannya menjadi lebih rumit. Selain harus mengoptimalkan sumber daya yang
adadalam kebijakan investasi, juga harus merumuskan kebijakan investasi yang
mampumenstimulir atau merangsang pihak ketiga untuk dapat dan mau terlibat dalam
kegiataninvestasi infrastruktur ini.Apapun kondisi daerahnya, maka persoalan kebijakan investasi
pengembanganinfrastruktur saat ini menjadi persoalan yang krusial.

Hal ini di samping karena kebutuhan akanpengembangan infrastruktur terasa semakin


besar,juga di masa depan banyak tantangan yangharus dihadapi dalam merumuskan kebijakan
investasi bagi perkembangan teknologi, maupunperkembangan politik yang semakin dinamis. Dalam
kerangka itulah workshop kebijakaninvestasi bagi infrastruktur ini diadakan,agar para pengambil
keputusan di daerah, baik anggotalegislatif maupun eksekutif daerah memiliki kapasitas yang lebih
mumpuni, sehingga mampubersama-sama dalam merumuskan kebijakan investasi pengembangan
infrastruktur secarasinergis, strategis dan optimal, sesuai dengan perkembangan masyarakatnya,
terutama dalammenghadapi tantangan-tantangan dimasa mendatang. (Santoso;http://www. ijb.ac. id).

Untuk mempercepat penyediaan infrastruktur, pemerintah memberikan dukungandengan


memberikan kompensasi dalam bentuk kerja sama investasi, subsidi, garansi, danpenghapusan pajak
sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 67 Tahun2005. Kompensasi diberikan
kepada proyek-proyek infrastruktur yang lolos dalam penyaringanKKPP1 (Komite&Kebijakan
Percepatan Penyediaan Infrastruktur) dan Komite PengelolaanResiko Departemen Keuangan.Perpres
No 67 Tahun 2005 merupakan pengganti Keputusan Presiden No. 7 Tahun1989. Perpres baru ini
bertujuan untuk mengakomodasi perubahanparadigma dalam kerjasamapemerintah dengan badan usaha
swasta dalam penyediaan infrastruktur, antara lain berupapenerapan kebijakan desentralisasi dan
otonomi daerah.Dengan adanya peraturan baru ini, banyak resiko yang dibebankan kepada
pemerintah.Sebagaifeed back-nya, kompensasi mampu mempercepat penyediaan infrastruktur di
Indonesia.Badan usaha yang berpeluang memperoleh kompensasi adalah BUMN, BUMD, koperasi
danswasta, dan dukungan tersebut dalam bentukpublic service obligation(subsidi).

Berkenaan dengan penerapan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah dalampenyediaan


infrastruktur, maka diharapkan kepada setiap wilayah provinsi, kabupaten/kota untuk mempersiapkan
wilayahnya masing-masing dalam kerangka pembangunan infrastrukturmelaluikerjasama investasi
yang berkesinambungan.Seiring dengan program unggulan yang menjadi harapan pemerintah
Kabupatentersebut, Kabupaten Minahasa tenggara yang juga merupakan bagian daripada urat nadi
dalampercepatan pembangunan adalah salah satu daerahyang memiliki akses langsung secara
geografis menghubungkan ibukota provinsi dan wilayah kabupaten lainnya, sehingga dibutuhkan
perhatian yang sifatnya membangun (constructive) dalam hal prasarana dan sarana penunjang
seperti infrastruktur jalan, sarana kesehatan, prasarana pada sektor pertanian serta sarana penunjang
peningkatan sumber daya manusia. Pembangunan ekonomi Kabupaten Minahasa tenggara saat
ini diarahkan pada upaya meningkatkan pendapatan perkapitamasyarakat, yang dibarengi oleh
perubahan institusional dan modemisasi serta pertumbuhanekonomi dengan memperhatikan aspek
pemerataan pendapatan (income equity), kesempatankerja, laju pertumbuhan penduduk dan perubahan
struktur ekonomi daerah.Perkembangan ekonomi daerah Kabupaten Minahasa Tenggarasebagaimana
yang telahditerangkan di atas merupakan dampak kebijakan fiskal pemerintah daerah, terutama
dalamproses pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah, khususnya dalam
pelayananpublik, dengan alokasi belanja modal yang diinvestasikan untuk perintisan
pengembanganindustri skala menengah.Perkembangan investasi di minahasa Tenggara tidak mengalami
peningkatan dari tahun 2011 sampai tahun 2012 yang tetap sama sebesar Rp639.420.000.000 tapi
mengalamipeningkatan menjadi Rp640.923.000.000 di tahun 2013.

Pembangunan di Kabupaten MinahasaTenggara hendaknya ditujukan untuk membebaskan


warga masyarakat dari berbagai belengguyang menghambat pencapaian potensi dirinya secara
hakiki.Upaya yang dilakukan adalahmeningkatkan kapasitas diri dan kualitas kehidupan warga
masyarakat.Sebab akhimyakeberhasilan pembangunan sangat tergantung pada hasil penilaian
keadaan wargamasyarakatnya.Mewujudkan masyarakat sejahtera di daerah ini sangat ditentukan
oleh kinerjaperekonomian, penciptaan lapangan kerja, penghapusan kemiskinan, dan sedikit pada
upayameminimalkan ketimpangan.Dana yang direalisasikan untuk infrastruktur sector pendidikan di
minahasa tenggaramengalami peningkatan dari tahun 2011 sebesarRp6.155.000.000
menjadiRp16.394.000.000di tahun 2012 dan terus meningkat menjadiRp24.352.000.000 di tahun
2013.Dana yangdirealisasikan untuk infrastruktur sector kesehatan di minahasa Tenggara
mengalamipeningkatan dari tahun 2011 sebesarRp2.114.000.000 menjadiRp8.434.000.000 di
tahun2012 dan terus meningkat menjadiRp9.321.000.000 di tahun 2013.Dana yang
direalisasikanuntuk infrastruktur sektor pertanian di Minahasa Tenggara mengalami peningkatan
dari tahun2011 sebesarRp2.162.000.000 menjadiRp3.420.000.000 di tahun 2012 dan terus
meningkatmenjadiRp4.449.000.000 di tahun 2013.

Pembangunan merupakan suatu proses transformasi yang dalam perjalanan waktuditandai


oleh perubahan struktural, yaitu perubahan pada landasan kegiatan ekonomi maupunpada kerangka
susunan ekonomi masyarakatbersangkutan. (Sanusi, 2004:8). Pembangunan ekonomi menurut
Kuncoro (2004:51) adalah proses penciptaanlingkungan oleh masyarakat yang mempengaruhi
hasil-hasil indikator ekonomi seperti kenaikankesempatan kerja dan pertumbuhanekonomi. Lingkungan
yang dimaksud sebagai sumber dayaperencanaan meliputi lingkungan fisik, peraturan dan perila.
Review Jurnal 2
Pereview : Raihan azhiim ramadhan

Judul : Pengaruh Modal Usaha, Tingkat Pendidikan, dan Karakteristik Wirausaha Terhadap
Perkembangan UKM

Tahun : 2020

Nama Jurnal : Vol 9 no 2 Ekonomic Education Analysis Journal

Penulis : Istinganah, N., & Widiyanto, W

Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh modal usaha, tingkat
pendidikan dan karakteristik wirausaha terhadap perkembangan usaha kecil dan
menengah Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah
pelaku usaha kecil dan menengah di Kecamatan Pedurungan dengan jumlah 32 pelaku
usaha. Penelitian ini merupakan penelitian populasi atau menggunakan sampel jenuh.

Metode : Metode penelitian ini menggunakan data sekunder sebagai sumber datanya, yaitu data
dari tahun 2004-2009. Total populasi adalah 26 provinsi di Indonesia. Variabel yang
diteliti yaitu pertumbuhan ekonomi yang dapat dilihat melalui PDRB masing-masing
provinsi, serta variabel infrastruktur dasar (listrik, air, telepon dan jalan). Untuk
menemukan hasil, digunakan model regresi linier berganda dengan menggunakan Panel
Data dan Metode Analisis Fixed Effect.

Hasil : Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh secara simultan dan parsial
antara modal usaha, tingkat pendidikan, dan karakteristik wirausaha terhadap
perkembangan UKM di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Saran dari penelitian ini
adalah bagi pemilik usaha harus memiliki strategi untuk mendapatkan modal, mengikuti
pelatihan bagi yang memiliki pendidikan yang masih rendah, serta harus memiliki
percaya diri yang tinggi, memiliki jiwa kepemimpinan, berani mengambil risiko, dan
tidak mudah putus asa sehingga adanya hal ini karakteristik yang dimiliki oleh setiap
wirausaha harus dilakukan untuk mengembangkan usahanya.
REVIEW JURNAL 3
Pereview : Ai Lis Nurhayati
Judul : KEPENTINGAN INDONESIA DALAM KERJA SAMA BILATERAL DENGAN JEPANG
STUDI KASUS: INDONESIA-JAPAN ECONOMIC PARTNERSHIP AGREEMENT (IJEPA)

Tahun : 2020

Vol : Vol. 3 No. 1

Penulis : Yusron Avivi & Muhnizar Siagian

Tujuan : untuk meningkatkan impor, ekspor serta investasi di kedua negara. Tujuan dari kerjasama ini
adalah untuk menciptakan keuntungan yang adil dan seimbang bagi kedua negara dengan metode
liberalisasi pasar, fasilitasi, dan kerja sama pengembangan kapasitas yang ditetapkan sebagai
bidang prioritas.

Metode : Penulis menggunakan metode kualitatif studi kasus dengan deskriptif analitis untuk melakukan
penelitian ini dan menggunakan pendekatan kebijakan luar negeri dengan konsep kepentingan
nasional dalam kerja sama ekonomi bilateral.

Hasil : Hasilnya yaiu positif, karena kenaikan impor dan ekspor dapat meningkatkan devisa negara, yang
pada akhirnya meningkatkan PDB negara. mendapatkan transfer teknologi ini yang dapat
meningkatkan standardisasi dan pengujian produk, standar kebersihan produk makanan dan
minuman, keterampilan sektor manufaktur dan pelatihan teknis, yang juga meningkatkan kualitas
produk dari Indonesia yang beredar di pasar domestik maupun pasar internasional.

Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) merupakan kerja sama bilateral pada sektor
ekonomi antara Indonesia dan Jepang yang diharapkan dapat menunjang pertumbuhan ekonomi kedua negara
melalui berbagai skema yang telah ditetapkan. Dalam studi kebijakan luar negeri, setiap negara mempunyai
kepentingan yang ingin dicapai dalam berbagai kerja sama bilateral yang dijalankan. Indonesia memiliki banyak
kepentingan nasional dalam kerjasama ekonomi bilateral ini. Dan juga berbagai factor yang melatar belakangi
Indonesia menempuh jalur diplomasi ekonomi melalui perjanjian kerjasama ekonomi bilateral dengan Jepang.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kepentingan nasional Indonesia dalam kerja sama IJEPA dan bagaimana

Hubungan perekonomian antar dua negara ini dinilai saling melengkapi atau komplementer. Contohnya
Jepang mengekspor ke Indonesia berupa produk-produk otomotif yang sudah siap pakai, sementara Indonesia
mengekspor ke Jepang bahan-bahan mentah seperti biji besi agar selanjutnya dapat diolah oleh Jepang. IJEPA
memberikan keleluasaan kedua negara untuk melakukan kerja sama membangun perekonomian kedua negara dan
mengurangi hambatan-hambatan dengan adanya hak-hak khusus pada kesepakatan yang dapat memperlancar
berbagai aktivitas ekonomi. Perjanjian kerja sama ekonomi IJEPA baru mulai berlaku efektif mulai 1 Juli 2008 dan
tiap lima tahun akan dilakukan peninjauan ulang. Untuk memperlancar pemberlakuan kesepakatan ini maka
dibentuk juga komite bersama yang mana tersusun dari wakil pemerintah masing-masing yang nantinya bertugas
untuk melakukan review dan melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan dan operasional jalannya kerja sama.
Indonesia mencoba untuk mencapai berbagai kepentingan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif
studi kasus dengan deskriptif analitis. Peneliti menggunakan pendekatan kebijakan luar negeri dengan berbagai
konsep kepentingan nasional dalam kerja sama bilateral di bidang ekonomi.
Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) sebagai perjanjian bilateral di bidang ekonomi
Indonesia-Jepang bertujuan meningkatkan impor, ekspor serta investasi di kedua negara. Tujuan dari kerjasama ini
adalah untuk menciptakan keuntungan yang adil dan seimbang bagi kedua negara dengan metode liberalisasi pasar,
fasilitasi, dan kerja sama pengembangan kapasitas yang ditetapkan sebagai bidang prioritas. Tujuan penerapan
IJEPA adalah untuk memperkuat kerja sama ekonomi Indonesia-Jepang, terlebih dalam perdagangan dan investasi.
Tujuan dari kerjasama IJEPA menurut Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri
adalah memperkuat kerjasama ekonomi Indonesia-Jepang. Termasuk dalam kerja sama mengenai pengembangan
kapasitas, liberalisasi, meningkatkan perdagangan dan investasi, guna meningkatkan aliran barang lintas batas,
investasi dan jasa, tenaga kerja dan perdagangan.
IJEPA memberikan kepastian yang lebih besar terhadap akses pasar, menempatkan Indonesia pada tingkat
yang sama dengan negara lain yang sama telah mencapai kesepakatan dengan Jepang. Dengan diberlakukannya
penurunan tarif bea masuk, Indonesia memiliki peluang yang sama untuk bersaing dengan negara-negara yang juga
telah menjalin kerjasama ekonomi dengan Jepang baik secara bilateral maupun multilateral. Dengan keringanan
tarif sudah memperjelas secara preferensi dapat mendorong keunggulan produk dari Indonesia di Pasar Jepang.
Produk unggulan dari Indonesia dapat dengan mudah untuk masuk ke pasar Jepang dan menyaingi produk dari
negara mitra Jepang yang lain. Melalui pengoperasian IJEPA, Indonesia akan berusaha untuk dapat meningkatkan
produktivitasnya, sehingga meningkatkan PDB negara.
REVIEW JURNAL 4

Pereview : Hidayatur Rohmah Imanul Haq


Judul : PENGARUH HUBUNGAN DAGANG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI : STUDI
KASUS INDONESIA DENGAN CHINA

Tahun : 2021
Vol : Vol. 10 No. 2

Penulis : Siti Nuraysiah 1 & Ali Anis 2


Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk melihat kepentingan nasional Indonesia dalam kerja sama IJEPA
dan bagaimana Indonesia mencoba untuk mencapai berbagai kepentingan tersebut. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif studi kasus dengan deskriptif analitis. Peneliti menggunakan
pendekatan kebijakan luar negeri dengan berbagai konsep kepentingan nasional dalam kerja sama
bilateral di bidang ekonomi.

Metode : Penulis menggunakan metode analisis dengan mempertimbangkan variabel dan indikator-indikator
variebel penelitian, penelitian ini menggunakan basis data sekunder yag bersumber dari
Internatonal Monetary Fund (International Financial Statistics, World Bank (World Development
Indicators, WDI 2018), IFS 2018), Badan Pusat Statistik (BPS), United Nations Educational,
Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), dan sumber-sumber lainnya. Secara spesifik,
data dalam penelitian ini meliputi data produk domestik bruto (PDB), pangsa perdagangan terhadap
PDB, rata-rata lama sekolah, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), pertumbuhan PDB,
ekspor-impor, luas wilayah, total penduduk, dan pendapatan perkapita di negara-negara ASEAN+6
dalam tempo 1999-2018.

Hasil : Hasil penelitian membagi penelitian ini dalam tiga kelompok model yaitu kelompok keseluruhan
negara, negara sedang berkembang, dan negara sudah maju di kawasan ASEAN+6. Tujuan
pengelompokan ini adalah untuk mendapatkan hasil yang akurat terkait pengaruh dari setiap
variabel terhadap pertumbuhan ekonomi setiap kelompok negara di kawasan ASEAN+6. Dalam
penelitian ini, peneliti mengambil sampel 11 negara dari total keseluruhan 17 negara di kawasan
ASEAN+6 yang diantaranya adalah Australia, Cina, Indonesia, India, Jepang, Korea Selatan,
Malaysia, Selandia Baru, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Dari Sabella’s sampel negara yang
dianalisis, peneliti membagi dua kelompok negara berdasarkan tingkat pendapatan per kapita
menggunakan tahun dasar 2018. Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, China, dan India
termasuk dalam kelompok negara sedang berkembang karena memiliki PDB per kapita riil kurang
dari US$ 20000. Sedangkan Singapura, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru yang
memiliki PDB per kapita riil ≥ US$ 20.000 termasuk ke dalam kelompok negara sudah maju.

Keterlibatan China dalam perekonomian indonesia dapat terjalin melalui adanya beberapa kebijakan
kerjasama internasional diantaranya seperti ASEAN-China Free Trade Agreemen . Dengan demikian, hal ini akan
mendorong produk-produk dari China untuk bersaing di pasar internasional dengan harga-harga yang lebih
kompetitif. Sebaliknya, ketika total impor lebih tinggi dibandingkan dengan total ekspornya, maka negara tersebut
mengalami defisit.
Dengan transaksi perdagangan internasional maka sistem pembayaran akan menggunakan kurs sebagai
pembanding nilai nominal mata uang kedua negara tersebut. Money supply merupakan jumlah uang kertal dan uang
giral yang beredar di masyarakat. Hal ini ditandai dengan kemampuan Indonesia kembali bangkit dari keterpurukan
krisi pada tahun 1999 yaitu -0,6 persen yaitu meningkat sebesar 14,2 persen. Namun pada krisis yang terjadi pada
tahun 2008, terlihat bahwa perekonomian indonesia juga mengalami penurunan pada tahun 2009 dari tahun
sebelumnya yaitu sebesar 1.2 persen. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan regresi linear
berganda, dimana untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam penelitian
ini terdapat tiga variabel bebas yaitu net-ekspor , kurs, dan money supply. Dalam penelitian ini untuk melakukan
uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan uji Glejser.
Berdasarkan hasil uji heterokedastisitaspada Tabel 4 diatas, diperoleh nilai probabilitas Obs* R-squared
0,0867 lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa dalam model ini tidak terdapat masalah
heterokedastisitas. Dari hasil estimasi pada persamaan 2 diatas dapat diketahui bahwa nilai konstanta dari
persamaan adalah sebesar 1.388574, hal ini berarti bahwa ketika variabel bebas tidak ada pertumbuhan ekonomi
akan meningkat sebesar 1.388574. Uji koefiesien determinasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan variabel terikat yang nilainya berkisar antara 0 dan 1.

Jika nilai R2 = 0 atau mendekati 0 maka hal ini berarti bahwa kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas atau sangat rendah dan sebaliknya ketika nilai jika R2 = 1
atau mendekati 1, berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan dalam
memprediksi variasi variabel dependen dan model semakin baik. Dari hasil regresi linear berganda pada Tabel 1
diatas diperoleh nilai R2 sebesar 0.461329. Hal ini berarti bahwa 46,13 persen pertumbuhan ekonomi Indonesia
dapat dijelaskan oleh tiga variabel independen yang terdiri dari net-ekspor , kurs dan money supply . Hal tersebut
juga sesuai dengan yang diungkapkan Samuelson bahwa output nominal bergerak secara proporsional dengan
money supply.
KESIMPULAN
Perdagangan internasional merupakan kegiatan jual beli antara individu dengan individu atau negara dengan
negara lain dengan tujuan untuk mempertahankan ekonomi negara itu dan mencari keuntungan sedangkan
Pertumbuhan ekonomi perubahan keadaan perekonomian suatu negara menjadi lebih baik secara berurutan dalam
periode tertentu sekaligus menjadi pertanda keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara.Semakin baik
pertumbuhan ekonomi suatu negara maka semakin baik pula pembangunan ekonomi di negara tersebut. Adanya
pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pemerintah menjalankan strategi ekonomi mereka.
DAFTAR PUSTAKA

https://scholar.google.co.id/scholar?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=KEPENTINGAN+INDONESIA+DALAM
+KERJA+SAMA+BILATERAL+DENGAN+JEPANG+STUDI++KASUS%3A+INDONESIAJAPAN+ECONO
MIC+PARTNERSHIP+AGREEMENT+%28IJEPA%29&btnG=#d=gs_qabs&t=168378
0239237&u=%23p%3DeEmR3YrJJu8J

Anda mungkin juga menyukai