Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL WEBINAR

KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA

Oleh :
Arthi Meilani 07210400367
Asri Widiarti 07210400366
Debi Anggraeni 07210400378
Ida Farida 07210400382
Mutia Safitri 07210400372
Novi Herawati 07210400371
Nurhalimah 07210400370
Ratna Agustina Dewi 07210400327
Sri Rakhmawati 07210400376

Dosen Pembimbing:
Retno Sugesti, S.ST, M.Kes
NIDN: 04078203

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


DEPARTEMEN KEBIDANAN
UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul : Kesehatan Reproduksi Pada Remaja


2. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar : Retno Sugesti, S.ST, M.Kes
b. Jabatan Fungsional : Tenaga Pengajar
c. NIDN/NUPN : 04078203
d. Status : Dosen
e. Program Studi : Kebidanan
f. Bidang Keahlian : Kebidanan
3. Ketua Panitia : Mutia Safitri
4. Jumlah Anggota : 8 Orang
5. Jangka Waktu Kegiatan : 3 Jam
6. Bentuk Kegiatan : Webinar
7. Lokasi Kegiatan : Aula lantai 2 RSUD Pagelaran
8. Biaya yang Diperlukan
a. Sumber dari kas panitia : Rp. 350.000. ,-

Jakarta, 10 Juli 2022


Mengetahui :
Ketua Panitia Sekretaris

Mutia Safitri Ida Farida


NIPM:07210400372 NIPM: 07210400382

Menyetujui
Dosen Pembina

Retno Sugesti, S.ST, M.Kes

NIDN: 04078203
RINGKASAN
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut

peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam

rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

(BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Jumlah kelompok

usia 10-19 tahun di Indonesia menurut Sensus Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar

18% dari jumlah penduduk di dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau

sekitar 18% dari jumlah penduduk dunia (WHO, 2014). Jumlah remaja dengan rentang usia

10- 24 tahun pada tahun 2010 adalah 63.421.563 jiwa atau 26,7% dari total jumlah penduduk

Indonesia. Mengetahui jumlah remaja yang sangat besar, maka remaja sebagai generasi

penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara fisik, mental dan

spiritual.

Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa dengan masa

transisi yang unik, ditandai dengan berbagai perubahan fisik dan psikis. Berbagai perubahan

yang terjadi pada remaja dapat menimbulkan permasalahan yang dapat mengganggu

perkembangan mereka di masa depan (BPS, BKKBN, Kemenkes, 2012)

Hasil analisis Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat Depkes dan Kesejahteraan

Sosial RI (2010), menunjukkan bahwa kondisi kesehatan reproduksi di Indonesia remaja ini

belum seperti yang diharapkan, bila dibandingkan dengan keadaan di negara-negara ASEAN

lainnya. Indonesia masih 2 tertinggal jauh dalam aspek kesehatan reproduksi termasuk

kesehatan reproduksi remaja (BPS, BKKBN, Kemenkes, 2012).

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan pekembangan yang

pesat baik secara fisk, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa

keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani

menanggung resiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang. Sifat
dan perilaku beresiko pada remaja tersebut memerlukan ketersediaan pelayanan kesehatan

peduli remaja yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan remaja termasuk pelayanan untuk

kesehatan reproduksi (Kementerian Kesehatan RI, 2017).

Permasalahan utama yang dialami oleh remaja Indonesia yaitu ketidaktahuan terhadap

tindakan yang harus dilakukan sehubungan dengan perkembangan yang sedang dialami,

khususnya masalah kesehatan reproduksi remaja. Hal tersebut ditunjukkan dengan masih

rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja.

Remaja perempuan yang mengetahui tentang masa subur sebanyak 29% dan remaja

laki-laki sebanyak 32,2%. Remaja perempuan dan remaja laki-laki yang mengetahui resiko

kehamilan jika melakukan hubungan seksual untuk pertama kali masing-masing baru

mencapai 49,5% dan 45,5 %. Perubahan emosional selama masa remaja dan pubertas sama

dramatisnya dengan perubahan fisik. Remaja banyak menghadapi proses pengambilan

keputusan oleh karena itu mereka memerlukan informasi yang akurat tentang sistem

reproduksi remaja, misalnya tentang perubahan tubuh, aktifitas seksual, respon emosi

terhadap hubungan intim/seksual, Penyakit Menular Seksual (PMS), kontrasepsi, dan

kehamilan (Potter & Perry, 2015).

Keterbatasan akses informasi terutama dari orang tua membuat remaja mencari akses

dan mengeksplorasi sendiri. Remaja sering kali menggunakan media internet, televisi,

majalah dan bentuk tentang reproduksi atau seksualitas. Oleh karena itu remaja memerlukan

informasi tentang kesehatan reproduksi dengan benar sehingga diharapkan remaja 4 akan

memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai organ dan proses

reproduksinya sendiri (BKKBN, 2011).

Perubahan yang terjadi pada remaja meliputi perubahan fisik, psikis dan psikososial,

diantaranya pertumbuhan fisik lebih menonjol, payudara membesar, timbunan lemak pada
bagian badan tertentu lebih banyak, tumbuh rambut pada bagian tubuh tertentu, menstruasi,

kulit berminyak, sedangkan perubahan psikologi meliputi ketertarikan pada lawan jenis,

cemas, mudah sedih, pemalu dan pemarah (Diananda, 2019).

Usia 10-14 tahun merupakan kategori kelompok umur yang paling banyak belum

mendapatkan penyuluhan yang umumnya adalah anak usia sekolah menengah pertama.

Penyuluhan tentang kesehatan reproduksi perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak

karena pada tahap ini remaja mengalami kematangan seksual (Rahayu et al., 2011).

Hasil survei yang dilakukan WHO (organisasi kesehatan dunia) memperlihatkan,

adanya informasi yang baik dan benar, dapat menurunkan permasalahan kesehatan

reproduksi pada remaja. Untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan reproduksi maka

pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi harus cukup.

Maka diharapkan dengan diadakannya mini webinar tentang “Kesehatan

Reproduksi Remaja” ini dapat memberi pengetahuan kepada remaja dalam menjaga

kesehatan reproduksi mereka. Kegiatan mini webinar ini dilaksanakan secara daring karena

masih berada dalam masa pandemic dimana kita harus menjaga jarak aman dan mengurangi

kegiatan berkumpul di satu tempat secara massal.


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya kami

dapat menyelesaikan proposal kegiatan Mini Webinar Kesehatan dengan tema “Kesehatan

Reproduksi Pada Remaja”.

Kegiatan Mini Webinar ini dilaksanakan untuk memenuhi salah satu tugas Ujian

Akhir Semester yang dilaksanakan oleh mahasiswa program Sarjana Terapan + Profesi kelas

H Cianjur Universitas Indonesia Maju. Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Retno Sugesti, S.ST, M.Kes dosen kebidanan Universitas Indonesia Maju selaku odsen

pembimbing mini webinar.

2. Rekan-rekan yang membantu dalam berlangsungnya kegiatan mini webinar ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah turut berpartisipasi

hingga terlaksanakannya kegiatan ini. Kami ucapkan permemohonan maaf jika dalam

penulisan proposal ini masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Semoga kegiatan

Mini Webinar Kesehatan Reproduksi Pada Remaja ini dapat berjalan dengan lancar dan dapat

bermanfaat bagi seluruh peserta. 

Jakarta, 10 Juli 2022

Panitia
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL

KATAPENGANTAR ............................................................................................................. i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 6
1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi ................................................................................ 7

2.2 Aspek-Aspek Perkembangan Pada Remaja …………………………………………. 8

2.3 Ciri-Ciri Masa Remaja ……………………………………………………………….. 9

2.4 Konsep Kesehatan Reproduksi Remaja…………………………………………….... 10

2.5 Pemeliharaan Organ Reproduksi …………………………………………………….. 11

BAB III METODE PELAKSANAAN

BAB IV JADWAL KEGIATAN

LAMPIRAN ......................................................................................................................... 15

STRUKTUR PANITIA ....................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 16


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun, menurut

peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam

rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

(BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Jumlah

kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut Sensus Penduduk 2010 sebanyak 43,5

juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk di dunia diperkirakan kelompok remaja

berjumlah 1,2 milyar atau sekitar 18% dari jumlah penduduk dunia (WHO, 2014).

Jumlah remaja dengan rentang usia 10- 24 tahun pada tahun 2010 adalah 63.421.563

jiwa atau 26,7% dari total jumlah penduduk Indonesia. Mengetahui jumlah remaja yang

sangat besar, maka remaja sebagai generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi

manusia yang sehat secara fisik, mental dan spiritual.

Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa dengan masa

transisi yang unik, ditandai dengan berbagai perubahan fisik dan psikis. Berbagai

perubahan yang terjadi pada remaja dapat menimbulkan permasalahan yang dapat

mengganggu perkembangan mereka di masa depan. (BPS, BKKBN, Kemenkes, 2012)

Hasil analisis Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat Depkes dan Kesejahteraan

Sosial RI (2010), menunjukkan bahwa kondisi kesehatan reproduksi di Indonesia remaja

ini belum seperti yang diharapkan, bila dibandingkan dengan keadaan di negara-negara

ASEAN lainnya. Indonesia masih 2 tertinggal jauh dalam aspek kesehatan reproduksi

termasuk kesehatan reproduksi remaja (BPS, BKKBN, Kemenkes, 2012).

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan pekembangan yang

pesat baik secara fisk, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai rasa
keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani

menanggung resiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang.

Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka

akan jatuh ke dalam perilaku beresiko dan mungkin harus menggunakan akibat jangka

pendek dan jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial. Sifat

dan perilaku beresiko pada remaja tersebut memerlukan ketersediaan pelayanan

kesehatan peduli remaja yang dapat memenuhi kebutuhan kesehatan remaja termasuk

pelayanan untuk kesehatan reproduksi (Kementerian Kesehatan RI, 2017).

Ada banyak penyakit akibat dari masalah kesehatan reproduksi, salah satunya yaitu

HIV/AIDS. Data kasus HIV AIDS di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.

Selama sebelas tahun terakhir jumlah kasus HIV di Indonesia mencapai puncaknya pada

tahun 2019, yaitu sebanyak 50.282 kasus. Berdasarkan data WHO tahun 2019, terdapat

78% infeksi HIV baru di regional Asia Pasifik.

Untuk kasus AIDS tertinggi selama sebelas tahun terakhir pada tahun 2013, yaitu

12.214 kasus. Lima provinsi dengan jumlah kasus HIV terbanyak adalah Jawa Timur,

DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Papua, dimana pada tahun 2017 kasus HIV

terbanyak juga dimiliki oleh kelima provinsi tersebut.

Sedangkan provinsi dengan jumlah kasus AIDS terbanyak lainnya adalah Jawa

Tengah, Papua, Jawa Timur, 5 DKI Jakarta, dan Kepulauan Riau. Kasus AIDS di Jawa

Tengah adalah sekitar 22% dari total kasus di Indonesia. Tren kasus HIV dan AIDS

tertinggi dari tahun 2017 sampai dengan 2019 masih sama, yaitu sebagian besar di pulau

Jawa.

Lalu selanjutnya sepuluh provinsi dengan kasus AIDS terbanyak adalah Jawa

Tengah, Jawa Timur, DKI Jakarta, Kalimantan Timur, Sumatera Selatan, Jawa Barat,

Kepulauan Riau, Bali, Sumatera Barat, dan Kalimantan Barat. Berdasarkan grafik di atas,
diketahui bahwa AIDS case rate sepuluh provinsi di atas melebihi angka nasional sebesar

38,93. AIDS case rate tertinggi ada di tiga provinsi yaitu Papua (653,82), Bali (177,65),

dan Papua Barat (176,32).

Sepuluh besar provinsi dengan AIDS case rate tertinggi berbeda dengan sepuluh

provinsi yang melaporkan jumlah kasus AIDS terbanyak pada bulan Oktober-Desember

tahun 2019. (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2020) Sedangkan

data di Bali sendiri menurut Dinas Kesehatan Provinsi Bali. Berdasarkan jenis kelamin,

persentase kasus HIV/AIDS tahun 2017 pada kelompok laki-laki lebih besar

dibandingkan pada kelompok perempuan. Penderita AIDS pada laki-laki sebesar 70,03%

dan perempuan 29,97%.

Kasus HIV/AIDS menunjukkan trend peningkatan setiap tahun. Sampai dengan

Desember 2017 jumlah kasus HIV mencapai 1.739 kasus dan AIDS mencapai 734 kasus.

Angka kasus penderita HIV/AIDS atau ODHA yang mendapatkan pengobatan ARV

tahun 2017 sebesar 58,62% lebih tinggi dari tahun 2016 sebesar 56,87%. Hasil capaian

Provinsi Bali pada tahun 2017 sudah melampaui target sesuai Renstra Dinkes di tahun

2017 sebesar 47 % (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2017).

Jumlah kasus HIV dan AIDS menurut kelompok jenis kelamin menunjukkan

bahwa kasus terbanyak pada jenis kelamin laki-laki (69,4%) (Dinas Kesehatan

Kabupaten Badung, 2018).

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menyebutkan bahwa remaja

berdasarkan usia 10-24 tahun di Indonesia yang belum mendapatkan penyuluhan

kesehatan reproduksi sebanyak 74,9%. Sedangkan menurut karakteristik kelompok umur

disebutkan bahwa remaja usia 10-14 tahun sebanyak 86,3% belum mendapatkan

penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi, usia 15-19 tahun sebanyak 65,8%, dan usia

20-24 tahun sebanyak 69,6%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa lebih dari 50%
remaja masih kurang mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi (Riskesdas,

2010).

Usia 10-14 tahun merupakan kategori kelompok umur yang paling banyak belum

mendapatkan penyuluhan yang umumnya adalah anak usia sekolah menengah pertama.

Penyuluhan tentang kesehatan reproduksi perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak

karena pada tahap ini remaja mengalami kematangan seksual (Rahayu et al., 2011).

Globalisasi informasi membawa dampak yang besar bagi remaja sehingga mendorong

remaja untuk mencari informasi mengenai kesehatan reproduksi yang dapat diperoleh

remaja dari berbagai sumber diantaranya orang tua, sekolah dan media informasi,

termasuk teman sebaya (Ardhiyanti, 2013)

Permasalahan utama yang dialami oleh remaja Indonesia yaitu ketidaktahuan

terhadap tindakan yang harus dilakukan sehubungan dengan perkembangan yang sedang

dialami, khususnya masalah kesehatan reproduksi remaja. Hal tersebut ditunjukkan

dengan masih rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja.

Remaja perempuan yang mengetahui tentang masa subur sebanyak 29% dan

remaja laki-laki sebanyak 32,2%. Remaja perempuan dan remaja laki-laki yang

mengetahui resiko kehamilan jika melakukan hubungan seksual untuk pertama kali

masing-masing baru mencapai 49,5% dan 45,5 %. Perubahan emosional selama masa

remaja dan pubertas sama dramatisnya dengan perubahan fisik. Remaja banyak

menghadapi proses pengambilan keputusan oleh karena itu mereka memerlukan

informasi yang akurat tentang sistem reproduksi remaja, misalnya tentang perubahan

tubuh, aktifitas seksual, respon emosi terhadap hubungan intim/seksual, Penyakit

Menular Seksual (PMS), kontrasepsi, dan kehamilan (Potter & Perry, 2015).
Keterbatasan akses informasi bagi remaja Indonesia mengenai kesehatan

reproduksi terjadi karena masyarakat beranggapan bahwa seksualitas adalah hal yang

tabu. Misalnya sebagian besar orang tua di Indonesia masih merasa canggung untuk

membicarakan masalah kesehatan reproduksi dan seksualitas pada anaknya yang mulai

tumbuh menjadi remaja, dan anak remaja cenderung merasa malu untuk bertanya dan

bercerita tentang apa yang terjadi kepada orangtuanya. Sehingga sedikit remaja yang

memperoleh informasi mengenai kesehatan reproduksi terutama pendidikan seks dari

orangtuanya (BPS, BKKBN, Kemenkes, 2012).

Keterbatasan akses informasi terutama dari orang tua membuat remaja mencari

akses dan mengeksplorasi sendiri. Remaja sering kali menggunakan media internet,

televisi, majalah dan bentuk tentang reproduksi atau seksualitas. Oleh karena itu remaja

memerlukan informasi tentang kesehatan reproduksi dengan benar sehingga diharapkan

remaja 4 akan memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai organ

dan proses reproduksinya sendiri (BKKBN, 2011).

Perubahan yang terjadi pada remaja meliputi perubahan fisik, psikis dan

psikososial, diantaranya pertumbuhan fisik lebih menonjol, payudara membesar,

timbunan lemak pada bagian badan tertentu lebih banyak, tumbuh rambut pada bagian

tubuh tertentu, menstruasi, kulit berminyak, sedangkan perubahan psikologi meliputi

ketertarikan pada lawan jenis, cemas, mudah sedih, pemalu dan pemarah (Diananda,

2019).

Perubahan-perubahan tersebut mengakibatkan peningkatan kerentanan terhadap

berbagai ancaman risiko kesehatan terutama yang berkaitan dengan kesehatan seksual

dan reproduksi (Rahmah, 2017).

Usia 10-14 tahun merupakan kategori kelompok umur yang paling banyak belum

mendapatkan penyuluhan yang umumnya adalah anak usia sekolah menengah pertama.
Penyuluhan tentang kesehatan reproduksi perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak

karena pada tahap ini remaja mengalami kematangan seksual (Rahayu et al., 2011).

Hasil survei yang dilakukan WHO (organisasi kesehatan dunia) memperlihatkan,

adanya informasi yang baik dan benar, dapat menurunkan permasalahan kesehatan

reproduksi pada remaja. Untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan reproduksi maka

pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi harus cukup.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa pengertian dari kesehatan reproduksi?

2. Apa itu aspek – aspek perkembangan pada remaja?

3. Bagaimana ciri – ciri pada masa remaja?

4. Apa itu konsep kesehatan reproduksi pada remaja?

5. Bagaimana cara pemeliharaan organ reproduksi?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari kesehatan reproduksi

2. Mengetahui apa itu aspek – aspek perkembangan pada remaja

3. Mengetahui bagaimana ciri – ciri pada masa remaja

4. Mengetahui apa itu konsep kesehatan reproduksi pada remaja

5. Mengetahui bagaimana cara pemeliharaan organ reproduksi


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi

Banyak tokoh yang memberikan definisi remaja seperti Kata dan Idquo,

remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere berarti to grow atau to grow

maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Menurut Papalia dan Olds (2001,

remaja adalah transisi perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa

yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia

belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.

Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan usia remaja

adalah 12- 24 tahun. Sesuai dengan UU Perlindungan Anak dan Konvensi Hak

remaja adalah mereka yang berusia 10 sampai 19 tahun (menikah maupun belum

menikah). Sementara itu, menurut BKKBN (Direktorat Remaja dan Perlindungan

hak Reproduksi) batasan usia usia remaja adalah 10 sampai 21 tahun.

2.2 Aspek-Aspek Perkembangan Pada Remaja

a. Perkembangan Fisik

Perubahan pada tubuh yang ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat

tubuh, pertumbuhan otot dan kematangan orga seksual dan fungsi reproduksi tubuh

remaja mulai beralih dari tubuh anak-anak yang cirinya adalah pertumbuhan

menjadi tubuh oran dewasa yang cirinya adalah kematangan.

b. Perkembangan Psikologi

Perkembangan identitas diri dan menghargai diri sendiri.

c. Perkembangan Kepribadian dan Sosial

Perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan


dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik sedangkan perkembangan social

bearti perubahan dalam berhubungan dengan orang. (Papalia & Olds,2001).

Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian

identitas.

2.3 Ciri – Ciri Masa Remaja

Ada beberapa ciri masa remaja yaitu:

- Adanya peningkatan emosional yang merupakan hasil dari perubahan fisik

terutama hormon yang terjadi pada masa remaja

- Adanya kematangan seksual

- Perubahan nilai dimana apa yang mereka anggap penting pada masa

kanak- kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa

- Lebih senang berkumpul diluar rumah dengan kelompoknya

- Sering membantah atau melanggar aturan orang tua

- Kurang mempertimbangkan maupun menjadi sangat tergantung pada

kelompoknya

- Ingin menonjolkan diri, bahkaan menutup diri

2.4 Konsep Kesehatan Reproduksi Remaja

2.4.1 Pengertian Kehatan Reproduksi Remaja

Suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses

reproduksi yang dimiliki oleh remaja.Pengertian sehat disini tidak

semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga

sehat secara mental serta sosial kultural. Ada beberapa hal yang penting

untuk diketahui remaja mengenai kespro yaitu pengenalan mengenai


system, proses dan fungsi alat reproduksi, dan apa saja hak-hak

reproduksi.

Isu- isu penting kesehatan reproduki remaja sebagai pengetahuan dasar

agar remaja mempunyai kesehatan reproduksi yang baik yaitu:

- Penting bagi remaja yang belum menikah untuk mencegah

kehamilan yang tidak diinginkan, infeksi PMS-ISR (50 % dari

infeksi HIV/AIDS baru terjadi pada usia < 25 tahun), dan aborsi

tidak aman

- Usia pubertas semakin muda, usia menikah menjadi semakin

meningkat sehingga meningkatkan peluang terjadinya berbagai hal

bisa positif maupun negatif

- Remaja yang sudah menikah masih sering diabaikan dan tidak

mendapatkan layanan kesehatan reproduksi yang memadai

- Kehamilan dan pernikahan usia dini serta terbatasnya akses

informasi, edukasi, komunikasi dan pelayanan kesehatan seksual

dan reproduksi bagi remaja

2.4.2 Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi Remaja

Ada beberapa ruang lingkup KRR yaitu:

- Kesehatan Ibu dan anak

- Keluarga berencana

- Masalah kesehatan reproduksi remaja (Perkawinan remaja, seksual remaja)

- Masalah kecanduan narkoba

- Gangguan jiwa dan psikososial


2.4.3 Berbagai Resiko Kesehatan Reproduksi

Kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh kehamilan, aborsi, penyakit

menular seksual (PMSP dan sistem yang membatasi akses terhadap informasi

dan pelayanan klinis. Kesehatan reproduksi juga dipengaruhi oleh gizi,

kesehatan psikologis, ekonomi, dan ketidak setaraan gender yang

menyulitkan remaja putri menghindari hubungan seks yang dipaksakan atau

seks komersial.

a. Kehamilan

Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas yang lebih besar

pada remaja dibandingkan pada wanita yang telah berusia 20 tahun.

Remaja putri yang berusai kurang dari 18 tahun mempunya 2- 5 kali risiko

kematian (maternal mortality) dibandingkan dengan wanita yang telah

berusia 18-25 tahun akibat persalinan lama dan persalinan macet,

pendarahan maupun faktor lain.14 Kegawat daruratan berkitan dengan

kehamilan misalnya tekanan darah tinggi, kurang darah (anemia) juga

sering terjadi pada ibu-ibu diusia remaja akibat kekurangan gizi.

b. Aborsi yang tidak aman

Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja sering sekali berakhir dengan

aborsi. Banyak survei yang telah dilakukan dinegara-negara berkembang

menunjukkan bahwa hamper 60 % kehamilan pada wanita dibawah 20 tahun

adalah kehamilan yang tidak diinginkan. Aborsi yang disengaja sering kali

berisiko pada remaja putri. Remaja sering menunggu lebih lama sebelum mencari

bantuan karena tidak dapat mengakses pelayanan kesehatan atau bahkan

mungkin mereka tidak sadar bahwa mereka hamil.

c. Penyakit Menular Seksual (PMS), termasuk HIV


Infeksi PMS dapa menyebabkan masalah kesehatan seumur hidup, termasuk

kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan risiko penulran HIV. Risiko

remaja untuk tertular HIV/AIDS juga meningkat. Infeksi baru pada wanita jauh

lebih tinggi dibanding pria dengan rasio 2 banding 1.

Remaja cenderung lebih berisiko tertular PMS karena berbagai sebab.

Seringkali hubungan seksual terjadi tanpa direncanakan atau tanpa diinginkan.

Walaupun hubungan seks dilakukan atas keinginan bersama, remaja tidak

merencanakan terlebih dahulu sehingga tidak siap dengan kondom maupun

kontrasepsi lain dan belum berpengalaman dalam menggunakan alat konstrasepsi

secara benar. Remaja putri mempunyai risiko lebih besar terhadap infeksi karena

belum matangnya system reproduksi mereka.

FGM adalah pemotongan sebagian atau keseluruhan kelamin luar wanita

maupun tindakan perlukaan lainnya terhadap alat kelamin wanita FGM

merupakan praktek tradisional di Afrika yang berdampak sangat besar pada

kesehatan reproduksi remaja FGM. FGM dapat menyebabkan trauma saat

pemotongan, infeksi dan pendarahan hebat. Pendarahan yang tidak terkontrol

dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Beberapa FGM dapat

menyebabkan rasa sakit yang kronis pada saat melakukan hubungan seks, infeksi

radang panggul yang berulang dan persalinan lama dan macet.

2.5 Pemeliharaan Organ Reproduksi

a. Pemeliharaan organ reproduksi remaja perempuan

Seharusnya , merawat organ intim tanpa kuman dilakukan sehari-hari

mulai bangun tidur dan mandi pagi. Daerah disekitar vagina harus dibersihkan

dengan sabun, sama halnya seperti bagian tubuh yang lainnya. Membersihkan

organ intim wanita tidak perlu sampai ke bagian dalamnya, cukup pada bagian
luar permukaan vagina saja. Terpenting, lupa dikeringkan, akan menyebabkan

celana dalam yang dipakai menjadi basah dan lembab. Selain tidak nyaman

dipakai, celana basah dan lembab berpotensi mengundang bakteri dan jamur.

Pada beberapa wanita, ada yang dengan sengaja terbiasa menaburkan

bedak di vagina dan daerah sekitarnya. Tujuannya agar organ intimnya

menjadi harum dan kering sepanjang hari. Cara itu tidak dianjurkan karena ada

kemungkinan bedak tersebut akan mengumpul disela-sela lipatan vagina yang

sulit terjangkau tangan untuk dibersihkan. Bila dibiarkan, tumpukan bedak ini

lama kelamaan akan mengundang kuman. Ini disebabkan karena struktur

vagina yang memiliki banyak lipatan (rugae), sehingga dianjurkan untuk

membilas dan menggosok bagian vagina dengan cermat terutama setelah

buang air kecil. Hal ini dimaksudakan untuk mencegah tertinggalnya sisa air

kemih ataupun kotoran lainnya.

Rok atau celana berbahan kain lebih dianjurkan, terutama bagi wanita

yang sedang mengalami haid atau gemuk. Darah yang keluar saat haid

menyebabkan daerah sekitar vagina menjadi lebih lembab daripada biasanya.

Untuk itu harus lebih diperhatikan lebih cermat dibandingkan pada hari

biasanya. Idealnya pembalut saat haid diganti setiap mandi dan selesai buang

air kecil walau hal ini orakteknya sulit dilakukan. Dianjurkan untuk mengganti

pembalut 4-5 kali sehari disaat haid sedang banyak-banyaknya, bila pada hari-

hari haid terakhir, cukup mengganti pembalut 3 kali sehari yaitu pada pagi,

sore, dan malam hari.

Perlu diketahui darah haid merupakan tempat yang ideal bagi

pertumbuhan bakteri dan jamur menyebabkan keputihan dan infeksi.


Untuk itu, biasakanlah membersihkan organ intim disaat haid dengan

lebih cermat. Disarankan agar kaum wanita yang sedang haid memakai sabun

pembersih, sehingga terbebas dari rasa gatal sepanjang hari.

• Tips menjaga dan merawat kesehatan organ intim perempuan antara

lain:

1) Biasakan membilas vulva setiap kali selesai buang urin atau air

besar.

2) Perhatikan jenis kertas tissu yang digunakan untuk membersihkan

daerah vagina. Lendir dan air memang terserap dengan baik oleh

tissu. Namun tissu yang digunakan bisa saja tercemar oleh kuman

dan bakteri penyebab infeksi.

3) Gantilah celana dalam paling tidak 2x dalam sehari, apalagi saat

udara panas. Pastikan memilih celana dalam yang mudah menyerap

keringat, misalnya katun.

4) Hindari celana dalam yang terlalu ketat. Celana dalam yang terlalu

ketat akan menekan otot vagina dan membuat suasana lembab,

misalnya celana jeans, karena dapat memicu kelembapan dan

memberi peluang jamur tumbuh subur pada area ini.

5) Sebaiknya menggunakan air yang berasal dari kran jika berada di

toilet umum, hindari penggunaan air yang berasal dari tempat

penampungan karena menurut penelitian air yang ditampung di

toilet umum dapat mengandung bakteri dan jamur.

6) Hindari penggunaan pantyliner beraroma (parfum) atau secara terus

menerus setiap hari karena dapat menyebabkan iritasi kulit.


Pantyliner hanya digunakan saat mengalami keputihan saja, selalu

mempersiapkan celana dalam lebih untuk ganti.

7) Gunakan pembalut dengan permukaan yang lembut dan kering

sehingga tidak menimbulkan iritasi ketika anda menstruasi. Selain

itu gantilah pembalut sesering mungkin. Pada saat aliran darah

banyak, minimal 5-6 jam sekali. Darah yang tertampung pada

pembalut bisa menjadi media tumbuhnya kuman penyebab infeksi.

8) Hindari penggunaan cairan khusus pembersih organ intim secara

rutin karena akan mengganggu keseimbangan pH dalam vagina.

Bila terlalu sering dipakai, justru akan membunuh bakteri baik

dalam vagina, yang selanjutnya akan memicu tumbuhnya jamur.

Akibatnya, muncul gatal-gatal di area organ intim.

9) Cukur rambut kemaluan secara berkala. Bagi yang memiliki rambut

kemaluan panjang sebaiknya melakukan pangkas rambut kemaluan

untuk menjaga tetap pendek agar tidak banyak ditumbuhi bakteri. Di

samping itu, ada bakteri baik yang tumbuh di rambut sekitar

kemaluan, sehingga tidak baik untuk dicukur habis hingga plontos.

10) Hindari stres berlebihan dan beralihlah ke gaya hidup aktif dengan

teratur berolahraga dan konsumsi makanan seimbang.

• Tips menjaga kesehatan organ reproduksi laki-laki yaitu:

1) Gunakan celana dalam bersih higienis. Ganti celana dalam minimal

dua kali dalam satu hari, jika penggunanya mudah berkeringat agar

tidak mudah ditumbuhi kuman. Celana dalam yang tidak higienis

atau kotor terkena keringat dan daki, serta lembab, akan


memudahkan bakteri berkembang biak yang bisa mengundang

penyakit, bau tidak sedap, biang keringat, dan lain-lain.

2) Cuci bersih secara rutin alat kelamin. Siram dan bilas dengan air

bersih hingga bersih setelah buang air kecil dan air besar agar tidak

ada sisa air seni atau air kencing yang menempel pada kulit kelamin.

Untuk laki-laki yang tidak disunat dan penis masih memiliki kulup

penutup, maka wajib membersihkan bagian dalam kulup (kepala

penis dalam) hingga bersih setiap hari untuk menghindari kanker.

3) Cukur rambut kemaluan secara berkala. Bagi yang memiliki rambut

kemaluan panjang sebaiknya melakukan pangkas rambut kemaluan

untuk menjaga tetap pendek agar tidak banyak ditumbuhi bakteri. Di

samping itu, ada bakteri baik yang tumbuh di rambut sekitar

kemaluan, sehingga tidak baik untuk dicukur habis hingga habis.

4) Hindari ancaman bahaya. Alat kelamin cukup sensitif dengan sinar

xrontgen, sehingga perlu diwaspadai untuk tidak sering melakukan

rontgen. Usahakan  rontgen satu kali saja dalam tenggat waktu enam

bulan. Hindari pula makanan, minuman dan kebiasaan yang

merusak kesehatan alat reproduksi seperti minum minuman

mengandung alkohol, merokok, menggunakan narkoba, dan

sebagainya.

5) Jaga kelembapan. Jika alat kelamin kamu berada dalam lingkungan

panas, maka sperma yang dihasilkan akan menurun kualitasnya.

Sehingga bisa jadi tidak akan mampu untuk membuahi sel telur.

Oleh sebab itu hindarilah menggunakan pakaian yang ketat yang

berbahan panas kurang ventilasi, serta jauhi kebiasaan yang


meningkatkan suhu alat kelamin seperti memangku laptop di paha

dekat alat kelamin.

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Rencana Kegiatan

a. Tempat dan Waktu

Pengabdian ini akan di laksanakan dengan Metode Daring melalui Webinar

Kesehatan. Kegiatan ini berlangsung pada hari Jumat, 15 Juli 2022.

b. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang di gunakan dalam kegaitan ini meliputi: aplikasi GOOGLE

Meet, Wifi, Laptop, alat tulis, meja.

c. Prosedur Kerja

Pemateri memfokuskan pembelajaran pada edukasi mengenai kesehatan reproduksi

pada remaja.

d. Pelaksanaan Kegiatan

Tahap pelaksanaan mini webinar dibagi menjadi 3 sesi, yaitu sesi pertama

pembukaan yang akan di pandu oleh moderator dan sambutan oleh ketua panitia dan

dosen Pembina, sesi kedua penyampaian materi tentang Kesehatan Reproduksi Pada

Remaja, sesi ketiga yaitu sesi tanya jawab dan penutup.

3.2 Kualifikasi Anggota Tim Pelaksana

Personil yang terlibat dalam kegiatan ini terdiri dari seorang dosen pembimbing,

ketua pelaksana dan 8 orang anggota yang merupakan mahasiswa program Sarjana Terapan

Kebidanan + Profesi kelas H Cianjur Univesitas Indonesia Maju.


Dosen pembimbing merupakan dosen di Universitas Indonesia Maju yang mempunyai

peran membimbing dan mengarahkan serta mengawasi keberlangsungan acara mini webinar

ini.

BAB IV

JADWAL KEGIATAN

4.1 Rencana Anggaran Biaya Mini Webinar

Table 4.1: Rencana Anggaran Mini Webinar

Biaya yang
No Jenis Pengeluaran
diusulkan (Rp)
1 Kuota Internet Rp. 150.000,-
2 Konsumsi Panitia Rp. 200.000,-
Jumlah Rp.350.000,-

4.2 Jadwal Kegiatan

Tabel 2: Jadwal Kegiatan Mini Webinar

No Jadwal Kegiatan Juli 2022


10 12 14 15
1. Perencanaan
2. Penyusunan proposal
3. Penyajian Proposal
4. Kegiatan Penyuluhan
5. Penyusunan Laporan
6. Pengumpulan laporan
LAMPIRAN

SUSUNAN ACARA WEBINAR

TANGGAL WAKTU ACARA PETUGAS


Jumat, 15 Juli 10.00-11.00 Registrasi peserta (join pada zoom Operator zoom
2022 meeting)
11.00-11.05 Pembukaan MC : Mahasiswa
11.05-11.10 Sambutan Ketua Panitia
11.10-11.30 Materi Novi Herawati, A.md.Keb
“Kesehatan Reproduksi pada Moderator : Mahasiswa
Remaja”
11.30-12.00 Diskusi dan tanya jawab Moderator : Mahasiswa
12.00-12.10 Penutup MC : Mahasiswa

STRUKTUR PANITIA

Dosen Pembimbing Retno Sugesti, S.ST, M.Kes 04078203


Ketua Mutia Safitri 07210400372
Sekretaris Ida Farida 07210400382
Bendahara Debi Anggraeni 07210400378
Sie Acara Asri Widiarti 07210400366
Novi Herawati 07210400371
Nurhalimah 07210400370
Sri Rakhmawati 07210400376
Sie Humas Arthi Meilani 07210400367
Ratna Agustina Dewi 07210400327
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan RI. Ketersediaan pelayanan kesehatan peduli remaja.


Jakarta : Pusat data dan Informasi ; 2017.

Kementrian Kesehatan RI. Jumlah kasus AIDS terbanyak : Pusat Data dan
Informasi ; 2020

Intan Kumalasari dan Iwan Andhyantoro, Kesehatan Reproduksi Untuk


Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan, (Jakarta : Salemba Medika, 2012)

Anda mungkin juga menyukai