Anda di halaman 1dari 11

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

ISSN
IJIBEC Jurnal Internasional Bisnis dan Ekonomi Islam
Tersedia di http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/IJIBEC
2599-3216
E-ISSN
Vol 4 No 1 2020 2615-420X

Dukungan Pembiayaan BPR Syariah Terhadap Keuangan Nasional Inklusif

Nenny Ariani1,Etna Nur Afri Yuyetta2,Pancawati Hardiningsih3

1Ph.D Sarjana Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang,

Sekolah Tinggi Ekonomi AMM (STIE AMM) Mataram, Indonesia


2Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, Indonesia

3Universitas Stikubank (UNISBANK) Semarang, Indonesia

Email yang sesuai: nennyariani1981@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Pembiayaan


BPR Syariah melalui Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) terhadap Keuangan Inklusif di Indonesia Tahun 2011
Diterbitkan : 1 Juni 2020 sampai dengan 2018. Sampel penelitian terdiri dari Pelaporan
Keuangan BPR Syariah dari Otoritas Jasa Keuangan Indonesia. dan
Keuangan Inklusif dari Laporan Pertumbuhan Ekonomi Bank
Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan data sekunder Keuangan Inklusif yang diukur dengan Kredit
Ekspansi Usaha UMKM dan Produk Domestik Bruto (PDB)
menggunakan metode regresi linier untuk menguji pengaruh
variabel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pembiayaan Bank
Perkreditan Rakyat Syariah berpengaruh signifikan terhadap PDB
(Produk Domestik Bruto) sebagai Keuangan Inklusif di Indonesia.
Penyebab Internal menghambat perkembangan UMKM seperti
rendahnya sumber daya manusia, manajemen organisasi, selain itu
keterbatasan teknologi informasi dan kreativitas.

Kata kunci:

Pembiayaan Syariah UMKM, Keuangan


Inklusif, Kredit UMKM Ekspansi Bersih,
Produk Domestik Bruto

DOI https://doi.org/
10.28918/ijibec.v4i1.1883

JEL: G.21, M.39

40
Jurnal Internasional Bisnis dan Ekonomi Islam (IJIBEC), 4(1) Juni 2020, 40-50 41

1. Perkenalan
Pertumbuhan ekonomi nasional mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir yang ditunjukkan
dengan angka PDB (Produk Domestik Bruto) yang sempat 4,88 persen pada tahun 2015 menjadi 5,18
persen pada tahun 2017, (PPN/BAPPENAS, 2018) Menurut BPS (Badan Pusat Statistik) angka tersebut
kemungkinan akan terus meningkat seiring dengan semakin banyaknya usaha industri UMKM di Indonesia.
Peran UKM sangat penting dan strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, selain berperan dalam
mendorong pertumbuhan ekonomi dengan memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 57 persen,
Usaha ini juga mampu menyerap 97 persen tenaga kerja dari seluruh tenaga kerja nasional dan berperan
dalam mendistribusikan hasil pembangunan (Bank Indonesia, 2015). World Bank Global Data Findex
menjelaskan bahwa Indonesia memiliki kemajuan Keuangan Inklusif yang cukup tinggi. Separuh orang
dewasa di Indonesia sudah memiliki rekening di bank, tercatat sekitar 36 persen orang dewasa di Indonesia
telah bertransaksi melalui bank dan 49 persen pemilik rekening dan tabungan di lembaga keuangan seperti
bank atau lembaga keuangan mikro. (FINDEX Global Bank Dunia, 2018). Namun angka kesenjangan antara
kaya dan miskin cukup tinggi yaitu 20 persen. Hal ini menggambarkan bahwa pertumbuhan ekonomi di
Indonesia tidak merata.Indeks Inklusi Keuangandi Indonesia mencapai 19,6 persen pada tahun 2011, lebih
rendah dari negara-negara di Asia. Rendahnya literasi keuangan masyarakat, berkontribusi terhadap
ketimpangan distribusi inklusi keuangan di Indonesia.

Penelitian terkait peran bank syariah dalam penguatan UMKM juga sudah
banyak dilakukan, mengutip hasil analisis Kementerian Perdagangan bahwa UMKM
memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Saleh & Hadiyat (2016), hal ini sejalan dengan hasil penelitian (Rini, 2017), (Prayogi &
Siregar, 2017), (Kara, 2014), (Cheng & Degryse, 2010) dalam penelitiannya
mengungkapkan bahwa masyarakat miskin masyarakat di daerah perbatasan
mampu meningkatkan taraf hidupnya dengan memberdayakan UMKM, namun
masih terkendala oleh tingkat pendidikan dalam mengelola UMKM. (Trimulato,
2017), (Aurora Lubis, 2016), (Darwanto, 2013) dalam penelitiannya mengidentifikasi
bahwa pembiayaan perbankan syariah yang paling cocok untuk pembiayaan UMKM
adalah akad musyarakah.

Percakapan mereka antara literasi keuangan antara konsumen dan penyedia jasa keuangan, peran
gender, akses internet, dan tingkat kemiskinan yang tinggi, semakin sedikit ketimpangan memicu inklusi
keuangan di Indonesia. Inklusi keuangan diyakini mampu membangun perekonomian dan mengurangi
kemiskinan di suatu negara, karena menciptakan mekanisme pembayaran yang efisien, meningkatkan akses
kredit bagi pengusaha dan pelaku usaha UKM dengan mekanisme pembiayaan yang tepat. Usaha mikro, kecil dan
menengah seringkali dianggap tidak mampu memenuhi persyaratan perbankan (bankable).Justru pinjaman yang
diperoleh dari rentenir membebani usaha dengan bunga yang besar, sehingga seringkali UKM yang sudah lama
beroperasi akan sulit berkembang karena omzetnya harus dikurangi dengan beban bunga yang besar.Inklusi
keuangan bertujuan untuk mendorong masyarakat unbankable untuk mengakses layanan keuangan untuk setiap
lapisan masyarakat, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial, meningkatkan kesejahteraan, membantu
masyarakat kecil agar lebih berdaya untuk mengelola keuangannya secara mandiri dan mampu keluar dari
jeratan hutang dari rentenir. .
Keuangan Inklusif adalah sistem keuangan yang dibangun untuk meningkatkan akses layanan
keuangan kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam memperoleh akses keuangan, perlindungan
konsumen dan untuk memperkuat regulasi keuangan secara merata, (Nengsih, 2015). Pemerintah
menyadari pentingnya menerapkan keuangan inklusif dan mengeluarkan kebijakan melalui BI
42 Jurnal Internasional Bisnis dan Ekonomi Islam (IJIBEC), 4(1) Juni 2020, 40-50

Peraturan No.17/12/PBI/2015 yang mewajibkan bank umum mencapai rasio kredit UMKM dari total kredit
yang disalurkan minimal 20 persen untuk membantu pelaku usaha UMKM mengakses permodalan, dan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008, tentang BPRS, menjelaskan bahwa SBR adalah Bank Syariah yang
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, tetapi dalam usahanya menjalankan
usaha berdasarkan prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. (Cheng & Degryse,
2010).dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa layanan yang diberikan di sektor perbankan sebagai
layanan kredit sangat penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara, dan mendorong
terciptanya inklusi keuangan yang lebih baik. Berdasarkan literatur ini, kami mengajukan hipotesis bahwa
pembiayaan UMKMoleh BPRS berpengaruh signifikan terhadap Peningkatan Keuangan Inklusif dengan
Ekspansi Kredit Bersih.
Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di Indonesia mengalami pertumbuhan aset yang
signifikan, dan sebagian besar asetnya digunakan untuk pembiayaan UKM. Hal ini menunjukkan bahwa bank
syariah telah berpartisipasi dalam pertumbuhan UKM. Dengan sistem administrasi UKM yang mudah dipahami
BPRS dapat menjangkau transaksi keuangan dan lebih dekat dengan masyarakat kecil dan menengah Peraturan
perbankan syariah nomor 21 tahun 2008 BPRS menjelaskan bahwa bank syariah dalam kegiatannya tidak
memberikan layanan dalam lalu lintas pembayaran, oleh karena itu BPRS tetap memiliki kesamaan. berfungsi
sebagai bank syariah. Hal tersebut sebagai lembaga intermediasi keuangan, sehingga BPRS sebagai lembaga
intermediasi keuangan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya bagi UMKM dan dapat
memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan Indeks Inklusi Keuangan Nasional.
Penelitian terkait pembiayaan UMKM dalam mendorong perekonomian nasional dan
Keuangan Inklusif telah banyak dilakukan peneliti sebelumnya, termasuk dalam, (Nengsih,
2015) dalam penelitiannya tentang peran bank syariah dalam menerapkan inklusi
keuangan, menjelaskan bahwa perbankan syariah memiliki peran besar. Potensi penerapan
Keuangan Inklusif yang dilihat dari peningkatan dan peningkatan keuangan mikro, tentunya
membutuhkan sinergi untuk semua. Penelitian Nengsih juga didukung oleh penelitian
(Mohieldin M, Iqbal Z, Rostom A, 2012) yang menyatakan bahwa instrumen ekonomi dalam
ekonomi syariah akan mempercepat proses inklusi keuangan, hal ini sejalan dengan
penelitian oleh (Kamath, 2007), ( Shahulhameedu, 2014) dan (Chakrabarty, 2012),
menekankan bagaimana kerangka konseptual mengukur dan menganalisis inklusi
keuangan secara global, Hal tersebut sejalan dengan pemikiran (Mohiuddin, Begum, & Rizvi,
2018), (Rifa'i .A, 2017) Bank Pembiayaan mengkaji peran Syariah dalam menerapkan
keuangan inklusif melalui Pembiayaan UKM, Rifa'i menyimpulkan bahwa BPRS telah berhasil
mempertahankan dan meningkatkan kapasitasnya dalam menyalurkan pembiayaan.
Mohiuddin et al., (2018) mengkaji alasan perusahaan besar di Pakistan enggan untuk terjun
ke bisnis di perbankan syariah, dan lebih cenderung memilih bank konvensional. Allen,
Demirguc-Kunt, Klapper, & Martinez Peria (2016), dalam The Foundations of Financial
Inclusion: Understanding Ownership and Use of formal Accounts mengeksplorasi faktor-
faktor yang mendorong inklusi keuangan suatu negara menjadi lebih kuat. Kesadaran
bahwa inklusi keuangan adalah elemen pendukung utama,oleh BPRS berpengaruh
signifikan terhadap Peningkatan Keuangan Inklusif dengan Produk Domestik Bruto.

Banyak penelitian yang mengakui bahwa UMKM mampu berkontribusi dalam


meningkatkan Perekonomian Nasional, sehingga pemerintah sangat mendorong
lembaga keuangan perbankan untuk menyediakan dana permodalan UMKM. dan
akses publik menengah yang paling tepat diterapkan secara nasional adalah melalui
peningkatan Keuangan Inklusif. Shinkafi, Yahaya, & Sani, (2019) menemukan bahwa
inklusi keuangan dan manfaat dari penanganan
Jurnal Internasional Bisnis dan Ekonomi Islam (IJIBEC), 4(1) Juni 2020, 40-50 43

kemiskinan, diperlukan untuk mendorong pertumbuhan dan pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan.
Berdasarkan tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Pembiayaan BPR Syariah melalui Pembiayaan
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terhadap Keuangan Inklusif yang ingin dicapai, penulis hanya membatasi
permasalahan Pembiayaan UMKM di BPRS dan pengaruhnya terhadap Inklusi Keuangan di Indonesia.

Temuan-temuan para peneliti sebelumnya tentunya telah memberikan sumbangsih bagi khazanah
keilmuan di Indonesia. Beberapa masalah yang mendasari penelitian ini adalah:
1. Fenomena bahwa Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, namun
masyarakat lebih memilih membuka rekening dan melakukan pembiayaan pinjaman di bank konvensional
meskipun mengetahui hukum riba. Hasil observasi awal atas laporan keuangan pinjaman BPRS atau
Pembiayaan yang paling banyak direalisasikan adalah kredit murabahah yang cenderung digunakan untuk
keperluan konsumtif, sedangkan pembiayaan mudharabah dan musyarakah lebih sedikit, padahal pada
kenyataannya jenis pembiayaan tersebut lebih mencerminkan nilai-nilai syariah.
2. Hasil observasi awal terhadap Kualitas Pembiayaan BPRS menunjukkan adanya peningkatan NPF,
pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah NPF tumbuh nilia terjadi karena kurangnya standar
penilaian nasabah karena belum sepenuhnya menerapkan 5 C seperti pada bank konvensional.
3. Pembiayaan UKM telah terwujud jika benar-benar dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan inklusi
keuangan.
4. Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan BI No.17/12/PBI/2015 yang mewajibkan bank umum
untuk mencapai rasio kredit UMKM dari total kredit yang disalurkan minimal 20 persen, sehingga
inklusi keuangan bisa meningkat, namun Indeks Inklusi Keuangan Indonesia masih rendah .

Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian lainnya, karena pada umumnya penelitian dengan
tema serupa dilakukan dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan mengamati kenaikan atau penurunan
pembiayaan dan membandingkan dengan pertumbuhan ekonomi dan inklusi keuangan, sedangkan penelitian
ini akan lebih fokus menganalisis peran Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dalam menyediakan produk
pembiayaan UMKM, dan dampaknya terhadap Inklusi Keuangan Nasional Diusulkan oleh Ekspansi Kredit
UMKM Bersih dan Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai indikator pertumbuhan Inklusi Keuangan Nasional.

2. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menilai pengaruh pembiayaan UMKM Bank Perkreditan Rakyat Syariah
terhadap Keuangan Inklusif di Indonesia.Penelitian ini akan ditentukan dengan pendekatan
kuantitatif dengan menggunakan regresi linier terhadap data sekunder Pembiayaan UMKM pada
BPRS sebagai variabel (X), Kredit Pengembangan Usaha UMKM dan Produk Domestik Bruto (PDB)
sebagai Indikator Keuangan Inklusif sebagai variabel (Y1) dan (Y2). Data yang diolah merupakan data
triwulanan pada periode 2011-2018. Objek penelitian ini membahas Produk Pembiayaan UMKM di
BPRS bagi BPR yang cukup berhasil dalam pembiayaan mikro dan lebih sesuai dengan syariat Islam
dalam hal transaksi dan akad. Variabel Keuangan Inklusif dalam penelitian ini diproksikan dengan Net
Credit Expansion UMKM yang menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan usaha Mikro dan PDB
(Produk Domestik Bruto) sebagai indikator Pertumbuhan Ekonomi.
Kajian ini diharapkan dapat menambah wacana ilmiah dari berbagai kajian yang telah dilakukan
yang secara umum memberikan pandangan bahwa Pembiayaan pada Perbankan Syariah, lebih cocok
diterapkan dalam mendorong pengembangan UKM melalui permodalan yang lebih mudah dijangkau,
khususnya BPRS dipercaya lebih dekat dengan masyarakat.
44 Jurnal Internasional Bisnis dan Ekonomi Islam (IJIBEC), 4(1) Juni 2020, 40-50

3. Hasil dan Diskusi


Perbankan memiliki kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian di Indonesia. Peran bank sebagai
perantara bagi masyarakat yang memiliki dana lebih dan masyarakat yang membutuhkan dana tercermin
dari banyaknya DPK, Pembiayaan Kredit dan Pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan tersebut
kepada masyarakat. Menurut Mohieldin M, dkk. (2011) Islam memiliki instrumen dan dukungan yang tidak
konvensional, yang jika diterapkan sepenuhnya dapat memfasilitasi kemiskinan dan ketimpangan di
negara-negara Muslim yang meningkatkan kemiskinan, dengan membuat kebijakan yang sejalan dengan
kebutuhan infrastruktur dan regulasi keuangan. Peran perbankan syariah dalam mendorong pelaku
ekonomi mikro kecil dan menengah dapat dilihat dari jumlah pembiayaan bank syariah untuk kelompok
UMKM yang terus meningkat, hal ini didukung oleh penelitian (Prayogi & Siregar, 2017). Trimulato, (2017)
dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa jumlah pengusaha UMKM meningkat secara signifikan
namun tidak didukung oleh pembiayaan Musyarakah yang diyakini layak untuk pembiayaan UMKM. Hal ini
didukung oleh data yang di sajikan oleh Kementerian (Perdagangan 2013) bahwa jumlah pembiayaan
untuk UKM masih rendah, sehingga Bank Indonesia membantu dalam membantu pengembangan usaha
kecil dan koperasi, dengan memberikan bantuan keuangan kepada UKM yang dikenal sebagai Kredit
Likuiditas Bank Indonesia (KLBI). Untuk menggambarkan kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.
Statistik deskriptif
N minimal Maksimum Berarti Std.
m m Deviasi
PUMKM 32 1246116 4185589 2910292.00 892500.058
NEK 32 - 28405 957047 445760.47 284167.124
PDB 32 47 67 54.78 6.588
Valid N 32
(berdasarkan daftar)

Sumber: data sekunder diolah, 2019

Tabel 1 menunjukkan statistik deskriptif penelitian, dimana jumlah sampel BPR Syariah di Indonesia yang melakukan pembiayaan UMKM adalah 32.

Nilai rata-rata Pembiayaan UMKM oleh BPR Syariah masih rendah yaitu 2.910.292. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembiayaan investasi dan/atau modal kerja

berdasarkan prinsip syariah dengan akad jual beli (murabahah) untuk membantu usaha mikro, kecil dan menengah dalam pengembangan usaha masih rendah.

Demikian pula Net Expansion of Credit juga masih rendah yaitu sebesar 445.760,47 hal ini menunjukkan bahwa inklusi keuangan di Indonesia masih rendah.

Hasil ini berdasarkan data survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2011 hingga 2018, bahwa tingkat pemahaman keuangan (literacy) masyarakat Indonesia baru

mencapai 29,66 persen. Sementara itu, tingkat penggunaan atau masyarakat yang memiliki akses terhadap layanan dan jasa keuangan (financial inclusion)

belum mencapai 50 persen. Untuk itu, perlu peningkatan inklusi keuangan di Indonesia dengan terus memperluas akses layanan keuangan di daerah dengan

mempercepat penetrasi inklusi keuangan di Indonesia. Sedangkan indikator Pertumbuhan Ekonomi (Produk Domestik Bruto) mulai mengalami peningkatan dari

tahun 2011 hingga 2018, sebesar 54,78. Kondisi ini menunjukkan bahwa nilai total produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua perusahaan baik milik

lokal maupun asing di suatu negara mulai meningkat. Inklusi keuangan di Indonesia perlu ditingkatkan dengan terus memperluas akses layanan keuangan di

daerah dengan mempercepat penetrasi inklusi keuangan di Indonesia. Sedangkan indikator Pertumbuhan Ekonomi (Produk Domestik Bruto) mulai mengalami

peningkatan dari tahun 2011 hingga 2018, sebesar 54,78. Kondisi ini menunjukkan bahwa nilai total produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua

perusahaan baik milik lokal maupun asing di suatu negara mulai meningkat. Inklusi keuangan di Indonesia perlu ditingkatkan dengan terus memperluas akses

layanan keuangan di daerah dengan mempercepat penetrasi inklusi keuangan di Indonesia. Sedangkan indikator Pertumbuhan Ekonomi (Produk Domestik

Bruto) mulai mengalami peningkatan dari tahun 2011 hingga 2018, sebesar 54,78. Kondisi ini menunjukkan bahwa nilai total produksi barang dan jasa yang

dihasilkan oleh semua perusahaan baik milik lokal maupun asing di suatu negara mulai meningkat.

Selanjutnya, tugas pengelolaan kredit program telah dialihkan kepada tiga BUMN
Jurnal Internasional Bisnis dan Ekonomi Islam (IJIBEC), 4(1) Juni 2020, 40-50 45

ditunjuk oleh Pemerintah yaitu PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT Bank Tabungan Negara (BTN),
dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Dalam hal ini PT BRI berfungsi sebagai koordinator
skema KUT, KKop dan KKPA-TR, PT BTN sebagai koordinator penyaluran skim KPRS dan KPRSS,
sedangkan PT PNM sebagai koordinator skema kredit lainnya.
Upaya ini dilakukan dalam rangka memacu pertumbuhan UMKM di sektor riil sehingga dapat
berkontribusi dalam Pertumbuhan Ekonomi dan Inklusi Keuangan, hal ini didukung oleh penelitian
(Nengsih, 2015), (Rifa'i .A, 2017), (Mohieldin M, Iqbal Z, Rostom A, 2012), dalam penelitiannya The Role of
Islamic Finance in Enhancing Financial Inclusion in Organization of Islamic Cooperation (OIC) Countries,
menyebutkan bahwa umat Islam lebih cenderung memiliki rekening resmi di perbankan dibandingkan non
-Muslim. Dengan instrumen redistributif dalam ekonomi Islam, seperti zakat, infaq, sedekah, umat Islam
memiliki potensi besar dalam melakukan inklusi keuangan. Selain itu (Makina & Walle, 2019) yang
memfokuskan penelitiannya di Afrika, dengan tingkat inklusi keuangan terendah di dunia, menemukan
bahwa inklusi keuangan yang diukur dengan dimensi akses memiliki pengaruh positif yang signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Afrika. Temuan ini memperkuat perlunya inklusi keuangan sebagai
salah satu alat paling efektif untuk mewujudkan pertumbuhan inklusif.
Meskipun secara teknis sudah menginstruksikan pemerintah untuk memberikan
bantuan dana kepada UKM, namun masih banyak yang belum bisa mendapatkan akses
ke bank (Aurora Lubis, 2016), sehingga dapat diasumsikan telah terjadi kesenjangan
akses pembiayaan ke bank (unbankable). , (Mohiuddin et al., 2018), dan (Rini, 2017)
dalam hal ini menjelaskan sulitnya prosedur dalam mengakses pembiayaan di bank
syariah, selain itu, pengusaha UKM batik Laweyan merasa asing dengan produk
pembiayaan di perbankan syariah, (Mohiuddin et al., 2018), dan (Rini, 2017) al., 2018).
Kara, (2014) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa peran perbankan syariah
belum sampai ke UMKM, yang didukung oleh sebuah penelitian (Maryati, 2014) yang
lebih fokus pada pembahasan karakteristik nasabah BPRS yang memperoleh
pembiayaan di Sumatera Barat. (Aurora Lubis,
Peningkatan jumlah pembiayaan perbankan kepada UKM yang di percaya akan mampu mendorong
para pelaku usaha untuk mengembangkan produknya dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional
yang tercermin dari PDB. Hal ini didukung secara empiris (Darwanto, 2013) yang mengungkapkan adanya
pelaku usaha UKM berbasis kreativitas di Jawa Tengah yang membutuhkan dukungan pemerintah dalam
Perlindungan Hak Cipta dan membentuk klaster dalam proses produksinya.Hasil pengujian data yang
dilakukan dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel 2 berikut ini:

Meja 2.
Hasil tes
Variabel B Pearson Signifikan
Korelasi

Y2 6,050 0,820 0,000


Y1 0,006 0,018 0,460
Uji F Y2 0,000
46 Jurnal Internasional Bisnis dan Ekonomi Islam (IJIBEC), 4(1) Juni 2020, 40-50

uji F Y1 0,921
R Square
Y2 0,672
Y1 0,000
Konstan
Y2 72.388
Y1 4.2875

X Pembiayaan UKM BPRS


Sumber: data sekunder diolah, 2019

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pembiayaan UMKM yang disalurkan oleh BPRS memiliki
korelasi yang kuat dengan variabel Y2 (PDB) sebesar 0,820 persen, dengan pengaruh yang signifikan.
Hasil penelitian ini mendukung (Nengsih, 2015), (Mohieldin M, Iqbal Z, Rostom A, 2012) dan (Kamath,
2007). Penelitian (Kwadwo Boateng, Y. Nagaraju, 2019) juga mengemukakan bahwa UMKM berperan
sebagai katalis dalam pemerataan pembangunan dan kekayaan di dalam negeri, sektor tersebut
menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) India sekitar 30%. Senada dengan Boateng, (Pratiwi,
2016) menemukan bahwa Musyarakah dan Mudharabah perbankan syariah pada UMKM
menunjukkan korelasi positif terhadap kinerja keuangan. Oleh karena itu, perbankan syariah sangat
disarankan untuk lebih fokus pada kedua jenis akad pembiayaan kemitraan ini kepada UMKM.
Sedangkan Pembiayaan UKM oleh BPRS hanya berpengaruh sebesar 0,018 persen terhadap
Ekspansi Kredit Bersih UKM yang direncanakan, hal ini berarti tidak semua Pembiayaan UKM dapat
meningkatkan Ekspansi Bersih. Hal ini terjadi karena kurangnya sumber daya manusia dalam
mengelola keuangan, kurangnya pengetahuan pengembangan inovasi produk, kurangnya literasi
keuangan pelaku ekonomi mikro kecil menengah. Hasil ini sesuai dengan penelitian (Trimulato, 2017)
dan (Aurora Lubis, 2016).
Mohiuddin et al., (2018) menyarankan bahwa untuk meningkatkan kesadaran Perbankan
Syariah di antara nasabah diperlukan (1) Karyawan yang berpengetahuan di Bank Islam harus
memiliki sesi yang mempengaruhi sebagai pembicara tamu di berbagai lembaga pendidikan. (2) Sesi
pelatihan yang efektif harus diadakan bagi karyawan Bank Umum Syariah untuk membimbing
mereka bagaimana meyakinkan nasabah dan calon nasabah untuk Pembiayaan Syariah. (3) Beberapa
penghargaan harus diumumkan bagi karyawan yang berhasil memiliki bisnis dari calon pelanggan.
Selanjutnya, nilai dan volumenya perlu diperluas untuk membangun fondasi sosial ekonomi
Indonesia yang berkelanjutan. Maka pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) positif akan tercapai.

Pembiayaan untuk UKM meskipun telah disalurkan dan mengalami peningkatan sejak tahun
2011-2018 (ojk.go.id, 2018), (Nengsih, 2015), namun kendala internal UKM sendiri menghambat
perkembangan UKM, seperti rendahnya sumber daya manusia dalam mengelola pengelolaan
keuangan dan organisasi, selain keterbatasan teknologi informasi, dan kreativitas, serta kurangnya
literasi keuangan, menyebabkan UKM sulit berkembang dan memerlukan bantuan pemerintah dalam
memberikan pelatihan teknis dan pemahaman tentang Literasi Keuangan agar terhindar dari
ekonomi dan kesenjangan sosial di masyarakat dalam usaha kecil dan menengah.
R Square menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto hanya dapat dipengaruhi oleh 0,672
atau 67 persen oleh pembiayaan UKM sedangkan sisanya 33 persen dari PDB dipengaruhi oleh faktor
lain di luar model.
Hasil Hipotesis 1 diperoleh nilai Uji F sebesar 0,921 sehingga H1o ditolak dan H1a
diterima, artinya Pembiayaan UMKM oleh BPRS tidak berpengaruh signifikan terhadap
Ekspansi Bersih UMKM. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian (Trimulato,
Jurnal Internasional Bisnis dan Ekonomi Islam (IJIBEC), 4(1) Juni 2020, 40-50 47

2017) dan (Aurora Lubis, 2016), bahwa tingkat perkembangan usaha dan pinjaman UKM banyak
dipengaruhi oleh Internal UKM itu sendiri, dan membutuhkan bantuan dari semua lapisan
masyarakat (pemerintah, masyarakat UKM, mahasiswa dan lembaga keuangan) untuk memberikan
pelatihan manajemen organisasi dan pemahaman literasi keuangan kepada Masyarakat. Akenroye,
Owens, Elbaz, & Durowoju, (2020) menyatakan bahwa Faktor Internal terkait dengan UKM di
Indonesia pada umumnya, serta sumber daya dan kemampuan, yang dapat membantu mereka
dalam tender publik. Perlu bantuan pemahaman tentang peran sumber daya dan kemampuan
internal perusahaan dalam meningkatkan partisipasi UKM di masyarakat.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian (Rusdarti, 2018) untuk meningkatkan usaha UKM perlu
memperluas jaringan pemasaran dan menyelenggarakan pelatihan, pendampingan dan peningkatan
teknologi bagi UKM untuk meningkatkan standar, nilai dan kualitas produk mereka. Menurut Arun dan
Kamath dalam Kabakova & Plaksenkov, (2018) yang diusulkan untuk meningkatkan inklusi keuangan dapat
dilakukan melalui (1) memobilisasi hibah sosial menjadi cashless; (2) mendukung kemitraan antara
pemerintah dan empat bank besar yang mendukung peningkatan akses dan penggunaan layanan
keuangan; dan (3) memperkenalkan kartu khusus untuk berpenghasilan rendah, dll.
Di Asia, internasionalisasi UKM sebagian besar terbatas pada ekspor, tetapi norma politik dan
hukum negara, terbatasnya akses permodalan dan penambahan informasi yang telah diperoleh
sebagai beberapa hambatan internasionalisasi UKM di pasar berkembang (Das & Rangarajan, 2020).
Sehingga kebijakan pemerintah harus dapat mengatasi tantangan internasionalisasi dan
memfasilitasi UKM untuk tantangan yang lebih baik di masa depan.
Sedangkan hasil Uji Hipotesis Kedua menunjukkan hasil Uji F sebesar 0,000 artinya
H20 diterima dan H2a ditolak yang artinya Pembiayaan UMKM Syariah berpengaruh
signifikan terhadap Produk Domestik Bruto yang merupakan salah satu indikasi
pencapaian Kinerja Keuangan. Penyertaan. Model penelitian ini menjelaskan bahwa
setiap Pembiayaan UMKM sebesar 6.050 juta akan memberikan kontribusi terhadap
peningkatan PDB sebesar 72,388 persen. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian
(Nengsih, 2015), (Mohieldin M, Iqbal Z, Rostom A, 2012) dan (Kamath, 2007).
(Chakrabarty, 2012) menulis bahwa inklusi keuangan memberikan penghematan dan
memungkinkan mekanisme pembayaran yang efisien, sehingga memperkuat basis
sumber daya lembaga keuangan. Dengan demikian,

4. Kesimpulan

Bank syariah adalah yang menggunakan prinsip syariah dalam menjalankan kegiatan usahanya
dengan prinsip syariah dari Al-Quran dan Al-Hadits Terkait dengan pembiayaan UMKM yang
disalurkan BPRS memiliki peran penting dan signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
sebagai indikasi tumbuh Keuangan Inklusif Fenomena yang ada di Indonesia adalah program
Inklusi Keuangan di Indonesia meningkat pesat, namun Indeks Keuangan Inklusif Indonesia
masih rendah dibandingkan dengan negara-negara di Asia. Inklusi di Indonesia terpengaruh
karena masih belum ada gap antara Lembaga Keuangan dan Publik unbankable,pertumbuhan
ekonomi yang tidak merata, dan literasi keuangan yang rendah di masyarakat, serta kurangnya
pemanfaatan informasi dan teknologi. Penelitian ini tentunya memiliki banyak kekurangan,
kedepannya perlu dikembangkan penelitian yang lebih luas mengenai pembiayaan UMKM tidak
hanya di BPRS, tetapi juga secara nasional dengan Indikator Keuangan Inklusif yang lebih
banyak.
Kajian ini diharapkan dapat menambah wacana ilmiah dari berbagai kajian yang telah
dilakukan yang secara umum memberikan pandangan bahwa Pembiayaan pada Perbankan Syariah,
48 Jurnal Internasional Bisnis dan Ekonomi Islam (IJIBEC), 4(1) Juni 2020, 40-50

lebih cocok diterapkan dalam mendorong perkembangan UKM melalui permodalan yang lebih
mudah di jangkau, apalagi BPRS dipercaya lebih dekat dengan masyarakat.Sejauh ini peran
kelembagaan BPRS sebagai lembaga keuangan syariah telah mampu terlibat dalam
mengimplementasikan keuangan inklusif melalui data yang ada secara konsisten dan terfokus pada
sektor UMKM, terbukti dengan rasio-rasio keuangan yang ada di BPRS.

Referensi

Akenroye, TO, Owens, JD, Elbaz, J., & Durowoju, OA (2020). Kemampuan dinamis untuk
Partisipasi UKM dalam pengadaan publik.Jurnal Manajemen Proses Bisnis.
https://doi.org/10.1108/BPMJ-10-2019-0447
Allen, F., Demirguc-Kunt, A., Klapper, L., & Martinez Peria, MS (2016). Dasar-dasar dari
inklusi keuangan: Memahami kepemilikan dan penggunaan rekening formal.Jurnal
Intermediasi Keuangan,27, 1–30. https://doi.org/10.1016/j.jfi.2015.12.003 Aurora Lubis,
T. (2016). Pemanfaatan Teknologi Informasi pada Usaha Mikro Kecil dan
Menengah di Kota Jambi.Jurnal Perspektif Pembiayaan Dan Pembangunan Daerah, 3
(3), 2338–4603.
Bank Indonesia. (2015). Profil Bisnis Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (Umkm) Kerjasama
Lppi Dengan Bank Indonesia Tahun 2015.
Chakrabarty, KSC (2012). Inklusi keuangan – masalah dalam pengukuran & analisis.IFC
Workshop Indikator Inklusi Keuangan.
Cheng, X., & Degryse, H. (2010). Dampak lembaga keuangan bank dan non-bank terhadap
pertumbuhan ekonomi lokal di Cina.Jurnal Penelitian Jasa Keuangan,37(2–3), 179– 199.
https://doi.org/10.1007/s10693-009-0077-4
Darwanto. (2013). Peningkatan Daya Saing Umkm Berbasis Inovasi Dan Kreativitas (Strategi
Penguatan Property Right Terhadap Inovasi Dan Kreativitas).Jurnal Bisnis Dan Ekonomi
(JBE),20(2), 142–149. Diperoleh dari https://media.neliti.com/media/publications/24200-ID-
peningkatan-daya-saingumkm-berbasis-inovasi-dan-kreativitas-strategi-penguatan.pdf

Das, M., & Ranggarajan, K. (2020). Dampak inisiatif kebijakan dan sinergi kolaboratif terhadap
keberlanjutan dan pertumbuhan bisnis UKM India.Tinjauan Pertumbuhan dan
Perkembangan India. https://doi.org/10.1108/IGDR-09-2019-0095
Kabakova, O., & Plaksenkov, E. (2018). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi inklusi keuangan:
Pandangan ekosistem.Jurnal Riset Bisnis,89(Juni 2017), 198–205.
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2018.01.066
Kamath, R. (2007). Inklusi keuangan vis-a-vis perbankan sosial.Mingguan Ekonomi dan Politik,
42(15), 1334–1335.
Kara, M. (2014). Konstribusi Pembiayaan Perbankan Syariah terhadap Pengembangan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah.AHKAM:Jurnal Ilmu Syariah,13(2), 315–322.
https://doi.org/10.15408/ajis.v13i2.944
Kwadwo Boateng, Y. Nagaraju, NS (2019). Kontribusi UMKM terhadap Pertumbuhan
Ekonomi India dan Global.TINJAUAN PENELITIAN Jurnal Internasional
Multidisiplin,04(03), 254–262. Diperoleh dari www.rrjournals.com
Lestari, RD, & Hisamuddin, N. (2015). Analisis Pengaruh Fungsi Intermediasi dan Kebijakan
Jenis Produk Pembiayaan terhadap Kinerja Bank Syariah dengan Risiko Pembiayaan
sebagai Variabel Intervening Analisis Pengaruh Intermediasi Fungsi dan
Jurnal Internasional Bisnis dan Ekonomi Islam (IJIBEC), 4(1) Juni 2020, 40-50 49

Jenis Kebijakan Produk Pembiayaan di Isl.


Makina, D., & Walle, YM (2019).Inklusi Keuangan dan Pertumbuhan Ekonomi: Bukti Dari a
Panel Negara-negara Afrika Terpilih.Memperluas Inklusi Keuangan di Afrika. Elsevier Inc.
https://doi.org/10.1016/B978-0-12-814164-9.00009-8
Maryati, S. (2014). Peran Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Dalam Pengembangan Umkmdan
Agribisnis Pedesaan Di Sumatera Barat.ECONOMICA (Jurnal Pendidikan
Ekonomi dan Ekonomi ),3(1), 1–17.
Mohieldin M, Iqbal Z, Rostom A, FX (2011). Peran Keuangan Syariah dalam Meningkatkan
Inklusi Keuangan di Negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI).Kertas
Kerja Riset Kebijakan,0(Desember), 29–41.
Mohieldin M, Iqbal Z, Rostom A, FX (2012). Peran Keuangan Syariah dalam Meningkatkan
Inklusi Keuangan di Negara-negara Organisasi Kerjasama Islam (OKI),20(2), 55– 120.

Mohiuddin, ZA, Begum, R., & Rizvi, FZ (2018). Kesadaran Perbankan Syariah yang Tidak Efektif
Produk sebagai Akar Penyebab Keengganan untuk Hal yang Sama oleh Pelanggan Korporat:
Studi Kasus Penggabungan MCB – NIB di Pakistan.Jurnal Ilmiah Eropa, ESJ,14(13), 134. https://
doi.org/10.19044/esj.2018.v14n13p134
Nengsih, N. (2015). Peran Bank Syariah Dalam Mengimplementasikan Keuangan
Inklusif di Indonesia.Etikonomi,14(2), 1-32. https://doi.org/10.15408/etk.v14i2.2272
Nofinawati. (2014). Akad Dan Produk Perbankan Syariah.fitrah, 219–234. PPN/BAPPENAS, K.
(2018). Kondisi Pertumbuhan Ekonomi.
Pratiwi, A. (2016). Kontribusi perbankan syariah dalam pembangunan sosial ekonomi berkelanjutan di
Indonesia: Pendekatan Epistemologis.Humanomik,32(2), 98-120.
https://doi.org/10.1108/H-12-2015-0085
Prayogi, MA, & Siregar, LH (2017). Pengaruh Pembiayaan Mikro Syariah Terhadap Tingkat
Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah ( UMKM ) Pengaruh Pembiayaan Mikro
Syariah Terhadap Laju Perkembangan Usaha Mikro Kecil Menengah ( UMKM ) ,
17(2), 121-131.
Rifa'i .A. (2017). Peran Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dalam Mengimplementasikan
Keuangan Inklusif Melalui Pembiayaan UMKM Achmad Rifa 'i Latar Belakang Indonesia
merupakan salah satu negara yang diprediksi beberapa tahun mendatang akan menjadi
bagian dari 5 besar negara,2(2), 177–200. https://doi.org/10.24042/febi.v2i1.943177177

Rini, HZ (2017). Peran Perbankan Syariah terhadap Eksistensi UMKM Industri Rumah
Tangga Batik Laweyan.Akademisi,1(1).
Rusdarti, KN (2018). Bagaimana Meningkatkan Kesiapan UMKM? Studi Empiris di Semarang
Kotamadya.JEJAK: Jurnal Ekonomi Dan Kebijakan,11(1), 108-122.
https://doi.org/10.15294/jejak.v11i1.13647
Saleh, B., & Hadiyat, YD (2016). Penggunaan Teknologi Informasi di Kalangan Pelaku Usaha
Mikro Kecil Menengah di Daerah Perbatasan ( Studi di Kabupaten Belu Provinsi Nusa
Tenggara Timur ) Pemanfaatan Teknologi Informasi dikalangan Pelaku Usaha Mikro
Kecil Menengah di Daerah Perbatasan ( S.Pekommas,1(2), 141-152. https://doi.org/
10.30818/jpkm.2016.2010204
Shahulhameedu, M. (2014). Inklusi Keuangan - Isu dalam Pengukuran dan Analisis.
Jurnal Internasional Penelitian Saat Ini dan Tinjauan Akademik,2(2), 116–124.
Diperoleh dari www,ijacrer.com
Shinkafi, AA, Yahaya, S., & Sani, TA (2019). Mewujudkan inklusi keuangan dalam keuangan syariah.
50 Jurnal Internasional Bisnis dan Ekonomi Islam (IJIBEC), 4(1) Juni 2020, 40-50

Jurnal Pemasaran Islami,11(1), 143–160. https://doi.org/10.1108/JIMA-02-2017- 0020

Trimulato, T. (2017). Analisis Potensi Produk Musyarakah Terhadap Pembiayaan Sektor Riil
Umkm.Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan,18(1), 41–51.
https://doi.org/10.18196/jesp.18.1.3830

Anda mungkin juga menyukai