Tahun 1990
MANAGING EDITORS
Baldric Siregar
STIE YKPN Yogyakarta
EDITORIAL SECRETARY
Rudy Badrudin
STIE YKPN Yogyakarta
PUBLISHER
Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIE YKPN Yogyakarta
Jalan Seturan Yogyakarta 55281
Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1100 Fax. (0274) 486155
EDITORIAL ADDRESS
Jalan Seturan Yogyakarta 55281
Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1332 Fax. (0274) 486155
http://www.stieykpn.ac.id e-mail: rudy.badrudin@stieykpn.ac.id
Bank Mandiri atas nama STIE YKPN Yogyakarta No. Rekening 137 – 0095042814
Jurnal Akuntansi & Manajemen (JAM) terbit sejak tahun 1990. JAM merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Pusat Peneli-
tian dan Pengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara (STIE YKPN) Yogyakarta.
Penerbitan JAM dimaksudkan sebagai media penuangan karya ilmiah baik berupa kajian ilmiah maupun hasil penelitian di bidang
akuntansi dan manajemen. Setiap naskah yang dikirimkan ke JAM akan ditelaah oleh MITRA BESTARI yang bidangnya sesuai.
Daftar nama MITRA BESTARI akan dicantumkan pada nomor paling akhir dari setiap volume. Penulis akan menerima lima
eksemplar cetak lepas (off print) setelah terbit.
JAM diterbitkan setahun tiga kali, yaitu pada bulan April, Agustus, dan Desember. Harga langganan JAM Rp7.500,- ditambah biaya
kirim Rp17.500,- per eksemplar. Berlangganan minimal 1 tahun (volume) atau untuk 3 kali terbitan. Kami memberikan kemudahan
bagi para pembaca dalam mengarsip karya ilmiah dalam bentuk electronic file artikel-artikel yang dimuat pada JAM dengan cara
mengakses artikel-artikel tersebut di website STIE YKPN Yogyakarta (http://www.stieykpn.ac.id).
ISSN: 0853-1269
Tahun 1990
MITRA BESTARI
JURNAL EKONOMI & BISNIS
Editorial JAM menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada MITRA BESTARI yang telah menelaah
naskah sesuai dengan bidangnya. Berikut ini adalah nama dan asal institusi MITRA BESTARI yang telah melakukan
telaah terhadap naskah yang masuk ke editorial JAM Vol. 26, No. 1, April 2015; Vol. 26, No. 2, Agustus 2015; dan
Vol. 26, No. 3, Desember 2015.
Tahun 1990
DAFTAR ISI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LOYALITAS PELANGGAN PADA LAYANAN
TELEPON SELULAR
Heryono Silalahi
129-146
Tahun 1990
129
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 129-145
harus dipenuhi agar laporan keuangan yang disajikan MATERI DAN METODE PENELITIAN
relevan untuk pembuatan keputusan. Manfaat lapo-
ran keuangan akan berkurang jika laporan tersebut Salah satu cara untuk mengetahui tingkat keberhasilan
tidak tersedia tepat pada waktunya. Pentingnya suatu perusahaan adalah dengan melihat profitabilitasnya.
informasi akuntansi telah membuat para profesional Semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin
dan pembuat peraturan di pasar modal mengeluarkan tinggi pula kemampuan perusahaan dalam menghasil-
kebijakan untuk menunjang agar informasi disajikan kan laba dari sumber daya yang dimiliki. Profitabilitas
tepat waktu (Owusu-Ansah dan Leventis, 2006). adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
Pelaporan keuangan perusahaan publik di In- keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal
donesia diatur dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang saham tertentu. ROA (return on assets) adalah salah
Pasar Modal dan peraturan lain yang dikeluarkan oleh satu cara untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu
Bapepam dan BEI. Menurut Peraturan Bapepam No- perusahaan. ROA (return on assets) merupakan rasio
mor X.K.2 (Keputusan Ketua Bapepam No. KEP-36/ yang mengukur kemampuan perusahaan dalam meng-
PM/2003) penyampaian laporan keuangan tahunan hasilkan laba bersih pada tingkat aset tertentu.
yang telah diaudit dikatakan tepat waktu apabila Rasio profitabilitas menunjukkan keberhasilan
diserahkan sebelum atau paling lambat pada akhir perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Prof-
bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan itabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat
emiten atau perusahaan publik tersebut. efektifitas yang dicapai oleh suatu operasional peru-
Di Indonesia masih banyak perusahaan yang sahaan. Suharli dan Rachpriliani (2006) menyatakan
menyerahkan laporan keuangannya tidak tepat waktu. bahwa rasio profitabilitas sering dipergunakan sebagai
Pada tahun 2007 terdapat 116 perusahaan yang tidak pengukur kinerja manajemen perusahaan disamping
tepat waktu menyampaikan laporan keuangan tahunan pengukur efisiensi penggunaan modal.
periode tahun 2006. Dari 116 perusahaan yang tidak te- Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang
pat waktu tersebut terdapat 61 perusahaan yang berasal rendah merupakan indikasi adanya kinerja yang bu-
dari sektor manufaktur (Kadir, 2011). Banyak hal yang ruk dari manajemen. Hal ini akan membawa reaksi
bisa mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian negatif di pasar. Perusahaan dengan profitabilitas
laporan keuangan tersebut, antara lain good corporate rendah mempunyai kecenderungan untuk menunda
governance, profitabilitas, kualitas audit, laba/rugi penyampaian laporan keuangannya, begitu juga seba-
perusahaan, dan manajemen laba yang diproksikan liknya (Owusu-Ansah, 2000). Penundaan penyampaian
dengan akrual diskresioner. Sudah banyak penelitian laporan keuangan oleh pihak manajemen bisa berakibat
yang dilakukan untuk meneliti faktor-faktor yang penyampaian laporan keuangan tersebut terlambat atau
mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan melebihi batas waktu yang telah ditetapkan Bapepam.
keuangan namun hasilnya masih tidak konsisten. Atas Hilmi (2008) menemukan bukti bahwa profitabilitas
dasar tersebut, peneliti menguji kembali faktor-faktor berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu penyam-
yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyam- paian laporan keuangan. Hal berbeda ditunjukkan oleh
paian laporan keuangan. Kadir (2011). Kadir (2011) menunjukkan bahwa prof-
Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian itabilitas tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu
ini menguji kembali faktor-faktor yang mempengaruhi penyampaian laporan keuangan. Owusu-Ansah (2000)
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Per- meneliti ketepatan waktu pelaporan keuangan peru-
tanyaan penelitian yang diajukan adalah: apakah profit- sahaan yang terdaftar di Zimbabwe Stock Exchange
abilitas, kualitas audit, proporsi komisaris independen, menemukan bahwa profitabilitas mempengaruhi
keberadaan komite audit, kepemilikan manajerial, ketepatan waktu pelaporan keuangan. Courtis (1976)
kepemilikan institusional, dan laba/rugi perusahaan dalam penelitiannya mengenai hubungan ketepatan
berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pe- waktu pelaporan keuangan dengan atribut perusahaan
nyampaian laporan keuangan dan juga apakah akrual menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh secara
diskresioner berpengaruh negatif terhadap ketepatan signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuan-
waktu penyampaian laporan keuangan. gan. Iskandar (2004) juga menemukan bukti bahwa
130
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU....................................................................(Heryono Silalahi)
profitabilitas berpengaruh terhadap ketepatan waktu laporan keuangannya tepat waktu dan sebaliknya
pelaporan keuagan. perusahaan yang mengalami rugi menyampaikan
Tinggi rendahnnya profitabilitas perusahaan laporan keuangannya terlambat. Senada dengan Dyer
merupakan sinyal dari adanya berita baik ataupun dan McHugh (1975), Carslaw dan Kaplan (1991)
berita buruk. Perusahaan yang mengalami berita baik menemukan bahwa perusahaan yang mengalami
(tingkat profitabilitasnya tinggi) cenderung menyerah- kerugian meminta auditornya untuk menjadwalkan
kan laporan keuangannya tepat waktu. Sedangkan pe- pengauditannya lebih lambat dari yang seharusnya,
rusahaan dengan profitabilitas yang rendah mempunyai akibatnya penyerahan laporan keuangannya terlambat.
kecenderungan untuk menyerahkan laporan keuangan- Ketepatan waktu dan keterlambatan pengumuman
nya tidak tepat waktu atau melebihi ketentuan yang laba dipengaruhi oleh adanya berita buruk atau berita
ditetapkan oleh Bapepam. Berdasar uraian tersebut, baik (Givoly dan Palmon, 1982). Perusahaan yang
disusun hipotesis sebagai berikut: mengalami berita baik akan mengumumkan laporan
H1: Profitabilitas perusahaan meningkatkan proba- keuangannya lebih segera dari pada perusahaan yang
bilitas terjadinya ketepatan waktu penyampaian mengamali berita buruk. Sinyal berita baik atau berita
laporan keuangan. buruk tersebut ditunjukkan dengan adanya laba atau
Selain menggunakan tinggi rendahnya profit- rugi perusahaan. Sehingga perusahaan yang mengalami
abilitas perusahaan, berita baik dan berita buruk peru- laba akan lebih segera untuk menyampaikan laporan
sahaan juga bisa dilihat dari laba atau rugi perusahaan. keuangannya karena laporan keuangan tersebut men-
Peneliti menggunakan variabel laba perusahaan untuk gandung berita baik.
memasukkan persepsi umum bahwa laba merupakan Berdasar uraian tersebut dapat diambil kesim-
sinyal dari adanya berita baik dan rugi merupakan pulan bahwa perusahaan yang mengalami laba akan
sinyal dari adanya berita buruk. Perusahaan yang lebih segera menyampaikan laporan keuangannya
mengumumkan rugi akan membawa reaksi negatif dari karena laporan keuangan tersebut mengandung berita
pasar dan tentunya penilaian atas kinerjanya juga bu- baik. Sedangkan perusahaan yang mengalami kerugian
ruk. Sedangkan pada perusahaan yang mengumumkan cenderung menunda penyampaian laporan keuan-
laba maka akan berdampak positif terhadap penilaian gannya karena mengandung berita buruk. Peneliti
pihak lain atas kinerja perusahaan. Perusahaan yang menduga laba perusahaan mempengaruhi ketepatan
mengumumkan laba berarti terdapat berita baik se- waktu penyampaian laporan keuangan. Berdasar uraian
dangkan perusahaan yang mengumumkan rugi berarti tersebut, disusun hipotesis sebagai berikut:
terdapat berita buruk tanpa memperhitungkan besarnya H2: Laba perusahaan meningkatkan probabilitas
laba atau rugi. terjadinya ketepatan waktu penyampaian laporan
Lang dan Lundolm (1993) dalam penelitian- keuangan.
nya mengenai pengungkapan perusahaan menyatakan Bapepam mensyaratkan bahwa perusahaan
bahwa terdapat persepsi umum bahwa perusahaan akan yang terdaftar di bursa harus menerbitkan laporan
dengan segera memberikan informasi ketika kinerja keuangan auditan untuk menjamin laporan keuangan
perusahaan baik daripada ketika kinerjanya buruk. tersebut bebas dari manipulasi. Perusahaan publik di
Singvi dan Desai (1971) menyatakan bahwa pada saat Indonesia sangatlah selektif dalam memilih Kantor
perusahaan mengalami keuntungan maka kepercayaan Akuntan Publik (KAP) untuk memberikan jasa audit
diri manajemen semakin meningkat untuk segera men- terhadap laporan keuangannya. Kualitas audit akan
gumumkan laporan keuangannya. Sementara jika peru- ditentukan oleh pengalaman akuntan, besar kecilnya
sahaan mengalami kerugian mungkin akan mengulur KAP dan sumber daya dalam KAP tersebut. KAP besar
waktu untuk menyampaiakan laporan keuangannya. dengan jam terbang yang lebih banyak dari pada KAP
Dyer dan Mc Hugh (1975) dalam penelitiannya men- kecil akan mempunyai peluang yang lebih tinggi untuk
genai ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan mendeteksi masalah material dalam laporan keuangan
pada perusahaan yang terdaftar di Sydney Stock Ex- perusahaan. Hal itu dikarenakan KAP besar mempu-
change menyatakan bahwa terdapat kecenderungan nyai auditor yang lebih pengalaman dan mempunyai
perusahaan yang memperoleh laba menyampaikan kekayaan intelektual yang lebih banyak dari pada KAP
131
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 129-145
kecil (Francis dan Yu, 2009). ini dapat digunakan sebagai kontrol terhadap penggu-
KAP yang lebih besar dapat diartikan kualitas naan sumber daya oleh manajemen perusahaan. Beas-
audit yang dihasilkan pun lebih baik dibandingkan ley (1996) menyatakan bahwa komisaris independen
kantor akuntan kecil (DeAngelo, 1981). Hal senada adalah dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan
juga diungkapkan oleh Francis dan Yu (2009). Dalam dengan perusahaan selain hubungannya sebagai bagian
penelitiannya mengenai Big 4 Office Size and Audit dari dewan komisaris perusahaan tersebut.
Quality, Francis dan Yu (2009) mengatakan bahwa kan- Dewan komisaris merupakan mekanisme
tor auditor besar seperti Big 4 diperkirakan memiliki internal kontrol tertinggi yang bertanggung jawab
kualitas audit yang lebih tinggi karena memiliki pen- untuk mengawasi tindakan dari top manajemen.
galaman yang lebih dalam mengelola audit tersebut. Semakin besar proporsi komisaris independen pada
KAP di Indonesia yang berafiliasi dengan Big Four dewan komisaris maka akan semakin efektif dalam
Worldwide Accounting Firm (Big 4) diwakili oleh 4 pelaksanaan fungsi monitoringnya terhadap perilaku
KAP besar yaitu : (1) Tanudireja, Wibisana & Rekan oportunistik manajemen (Fahma dan Jensen, 1983).
yang berefiliasi dengan PricewaterhouseCoopers, (2) Komisaris independen dapat melakukan fungsi pen-
Osman Bing Satrio & Rekan yang berafiliasi dengan gawasan lebih mudah daripada komisaris yang bukan
Deloitle Touche Tohmatsu, (3) Purwantono, Suherman komisaris independen. Komisaris independen juga
& Surja yang berafiliasi dengan Ernst & Young dan (4) dapat mengurangi kemungkinan kolusi dengan top
Siddharta Siddharta & Widjaja yang berafiliasi dengan eksekutif dan mencegah penyalahgunaan sumber daya
KPMG. perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan
KAP besar melakukan audit secara lebih efisien kinerja perusahaan (Chiang dan Chia, 2005).
dari KAP kecil dikarenakan KAP besar mempunyai Perusahaan yang melakukan kecurangan
pengalaman yang lebih banyak dalam hal auditing. mempunyai persentase dewan komisaris eksternal
Dengan demikian akan masuk akal untuk mengharap- (komisaris independen) yang lebih rendah daripada
kan bahwa KAP besar akan menyelesaikan auditingnya perusahaan yang tidak melakukan kecurangan (Beasley
secara tepat waktu (Ashton et al., 1989). Hilmi (2008) 1996). Karakteristik dewan komisaris akan berpenga-
menemukan bahwa perusahaan yang menggunakan ruh terhadap kualitas laporan keuangan (Chtourou, et
KAP big 4 cenderung tepat waktu dalam menyam- al. 2001). Komisaris independen dapat meningkatkan
paikan laporan keuangannya. Dari uraian tersebut fungsi kontrol internal terhadap kinerja manajemen.
dapat diambil kesimpulan bahwa kualitas audit yang Manajemen akan dituntut untuk mematuhi semua
diproksikan dengan KAP Big 4 diduga dapat mem- peraturan sehingga dapat meningkatkan kualitas
pengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan laporan keuangan. Salah satu ciri laporan keuangan
keuangan. Berdasar uraian tersebut, disusun hipotesis yang berkualitas adalah laporan keuangan tersebut
sebagai berikut: disajikan tepat waktu sehingga dapat mempengaruhi
H3: Kualitas audit KAP perusahaan meningkatkan pengambilan keputusan. Dengan demikian, proporsi
probabilitas terjadinya ketepatan waktu penyam- komisaris independen dalam dewan komisaris diduga
paian laporan keuangan. dapat mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian
Menurut Peraturan Nomor IX.I.5 (Kep-29/ laporan keuangan. Berdasar uraian tersebut, disusun
PM/2004), komisaris independen adalah anggota hipotesis sebagai berikut:
komisaris yang berasal dari luar perusahaan, tidak H4: Proporsi komisaris independen perusahaan
mempunyai saham baik langsung maupun tidak lang- meningkatkan probabilitas terjadinya ketepatan
sung pada perusahaan, tidak memiliki hubungan afiliasi waktu penyampaian laporan keuangan.
dengan perusahaan, direksi, komisaris atau pemegang Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-29/
saham utama serta tidak memiliki hubungan usaha baik PM/2004 (Peraturan Nomor IX.I.5) komite audit
langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan. adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris
Secara singkatnya, komisaris independen merupakan dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fung-
bagian dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan sinya. Peraturan tersebut mengharuskan setiap emiten
dengan manajemen perusahaan. Komisaris independen atau perusahaan publik memiliki komite audit. Komite
132
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU....................................................................(Heryono Silalahi)
audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang berhubungan dengan laporan keuangan adalah tugas
komisaris independen dan sekurang-kurangnya dua dalam menelaah ketaatan perusahaan terhadap per-
orang yang berasal dari luar perusahaan. Keputusan aturan perundang-undangan di bidang pasar modal
Ketua Bapepam Nomor Kep-29/PM/2004 (Peraturan dan peraturan perundang-undangan lainnya yang
Nomor IX.I.5) menyatakan bahwa komite audit ber- berhubungan dengan kegiatan perusahaan. Tugas ini
tugas memberikan pendapat kepada dewan komisaris membuat komite audit mendorong perusahaan untuk
terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh mematuhi semua peraturan di pasar modal termasuk
direksi kepada dewan komisaris, mengidentifikasi peraturan yang mengharuskan perusahaan menyam-
hal-hal yang memerlukan perhatian komisaris, dan paikan laporan keuangan tepat waktu. Penelitian
melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan terdahulu juga mengungkapkan bahwa keberadaan
tugas dewan komisaris. komite audit mempunyai hubungan dengan ketepatan
Klien (2002) dalam penelitiannya mengenai waktu pelaporan keuangan. Dari uraian diatas dapat
komite audit, dewan komisaris dan manajemen laba diambil kesimpulan bahwa keberadaan komite audit
menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara diduga dapat meningkatkan ketepatan waktu pelapo-
komite audit independen dengan manajemen laba. Ini ran keuangan perusahaan. Berdasar uraian tersebut,
berarti bahwa semakin banyak komite audit indepen- disusun hipotesis sebagai berikut:
den maka akan semakin sedikit manajemen laba yang H5: Komite audit perusahaan meningkatkan proba-
dilakukan perusahaan. Dengan demikian, kualitas bilitas terjadinya ketepatan waktu penyampaian
laporan keuangan juga akan semakin baik. Hal ini akan laporan keuangan.
meningkatkan kepercayaan publik bahwa dalam peru- Dalam sebuah perusahaan, konflik kepentingan
sahaan tersebut terdapat internal kontrok yang baik. selalu terjadi antara pihak manajemen dengan pihak
Ghazali dan Ika (2012) meneliti mengenai hubungan pemilik. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk
antara efektivitas komite audit dengan ketepatan waktu mengurangi konflik kepentingan ini adalah dengan
laporan keuangan pada perusahaan yang terdaftar di adanya kepemilikan manajerial. Kepemilikan mana-
Indonesian Stock Exchange (IDX). Hasil penelitian jerial didefinisikan sebagai persentase saham yang
tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang dimiliki oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam
signifikan antara efektivitas komite audit dengan kete- pengambilan keputusan perusahaan yang meliputi
patan waktu laporan keuangan. Semakin efektif komite komisaris dan direksi (Midiastuty dan Machfoendz,
audit dalam melaksanakan fungsinya maka perusahaan 2003). Penelitian Kadir (2011) mengenai faktor-fakor
akan semakin tepat waktu dalam menyampaikan lapo- yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan
ran keuangan, begitu juga sebaliknya. keuangan menemukan bukti bahwa terdapat hubungan
Fungsi komite audit adalah untuk mengawasi yang signifikan antara kepemilikan manajerial dengan
dan memonitor proses pelaporan keuangan dan mem- ketepatan waktu pelaporan keuangan.
berikan saran dalam pemilihan dan pemberhentian Midiastuty dan Machfoendz (2003) menyatakan
auditor eksternal suatu perusahaan. Dengan melakukan bahwa ada kemungkinan manajemen memanfaatkan
fungsi-fungsi ini, komite audit diharapkan mampu me- pos-pos akrual guna menyajikan laba yang sesuai den-
mastikan bahwa perusahaan memiliki kontrol internal gan kepentingannya yang mungkin tidak sesuai dengan
yang memadai terhadap kebijakan akuntansi yang kepentingan principal, seperti pemilik, pemegang sa-
akan mencegah penipuan dan meningkatkan kualitas ham, atau pemberi pinjaman. Dengan demikian akan
laporan keuangan dan laporan keuangan disampaikan mungkin terjadi konflik kepentingan antara manajemen
tepat waktu (Felo, et al., 2003). dengan principal, seperti pemilik, pemegang saham,
Tugas komite audit yang tercantum dalam atau pemberi pinjaman.
Peraturan Nomor IX.I.5 salah satunya adalah untuk Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam
menelaahan atas informasi keuangan yang akan penelitiannya mengenai perilaku manjerial, kos agensi,
dikeluarkan perusahaan. Hal ini dilakukan untuk dan struktur kepemilikan menyatakan bahwa kepe-
menjamin kredibilitas dan kualitas informasi yang milikan manajerial bisa digunakan untuk mengurangi
disampaikan ke publik. Tugas lain komite audit yang konflik kepentingan antara pihak manajemen dan pe-
133
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 129-145
134
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU....................................................................(Heryono Silalahi)
H7: Kepemilikan institusional perusahaan mening- penyesuaian terhadap estimasi tingkat piutang tak
katkan probabilitas terjadinya ketepatan waktu tertagih, perbaikan terhadap peralatan pabrik dengan
penyampaian laporan keuangan. penyesuaian kembali estimasi umur peralatan pabrik,
Standar akuntansi yang ditetapkan oleh IAI disebut non-discretionary.
memperbolehkan pihak manajemen untuk mengambil Akrual diskresioner dapat diinterpretasikan
suatu kebijakan dalam penggunaan metode akuntansi sebagai perilaku oportunis oleh pihak manajemen.
untuk menyampaikan informasi atas kinerja perusa- Menurut Healy dan Wahlen (1999) manajemen laba
haan kepada stakeholder. Kewenangan tersebut mem- terjadi ketika manajer menggunakan judgementnya
beri peluang bagi pihak manajemen untuk melakukan dalam pelaporan keuangan dengan tujuan untuk
manajemen laba, salah satunya melalui akrual (akrual mengubah laporan keuangan atau untuk menyesatkan
diskresioner). Akrual atau total akrual merupakan stakeholder mengenai kinerja ekonomi perusahaan atau
selisih laba dengan kas dari aktivitas operasi perusa- untuk mempengaruhi hasil kontraktual yang bergan-
haan. Akrual terdiri dari akrual nondiskresioner dan tung pada angka-angka yang dilaporkan.
akrual diskresioner. Dalam riset akuntansi, akrual Perusahaan yang mengumumkan labanya ke
diskresioner sering digambarkan sebagai error term SEC filling terlebih dahulu sebelum ke WSJ sengaja
yang muncul dalam persamaan total akrual. Akrual menunda pengumuman labanya. Pada umumnya peru-
diskresioner merupakan salah satu proksi yang sering sahaan akan mengumumkan labanya ke WSJ terlebih
digunakan untuk mengukur tingkat manajemen laba. dahulu sebelum ke SEC filling. Perusahaan yang
Manajemen laba tidak harus dikaitkan dengan upaya membalik urutan pengumuman laba tersebut memi-
untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, liki rasio ROA yang rendah dan rasio leverage yang
tetapi lebih cenderung dikaitkan dengan pemilihan tinggi dari pada rata-rata perusahaan. Hal ini sesuai
metode akuntansi untuk mengatur laba yang masih dengan penelitian terdahulu bahwa perusahaan sen-
diperkenankan oleh standar akuntansi yang berlaku gaja menunda penyampaian laporan keuangan karena
umum. adanya berita buruk. Lebih lanjut lagi perusahaan
Kebijakan akrual yang menyebabkan manaje- tersebut melakukan manajemen laba dengan membu-
men laba dapat dilakukan karena perusahaan mencatat kukan income-increasing accruals yang tinggi (Chung
transaksi berbasis pencatatan akrual (Permatasari, et al., 2003). Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan
2005). Pencatatan akrual merupakan pencatatan trans- yang melakukan manajemen laba sengaja menunda
aksi berdasarkan periode terjadinya, bukan berdasarkan penyampaian laporan keuangan. Dechow et al. (1996)
penerimaan atau pengeluaran kas. Sistem pencatatan dalam penelitiannya mengenai deteksi menejemen laba
akrual ini menggunakan prosedur alokasi dan judge- menemukan bahwa perusahaan yang terkena sanksi
ment untuk menyandingkan biaya dan pendapatan. dari SEC memiliki akrual diskresioner lebih tinggi dari
Sistim pencatatan ini bisa dimanfaatkan manajemen perusahaan yang tidak terkena sanksi. Berdasar uraian
untuk melakukan manjemen laba dengan cara me- tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa perusahaan
nyandingkan biaya dan pendapatan bukan berdasarkan yang melakukan manajemen laba cenderung menyam-
kondisi ekonomi perusahaan yang terjadi pada saat paikan laporan keuangan tidak tepat waktu. Berdasar
itu. Akrual diskresioner merupakan akrual yang mun- uraian tersebut, disusun hipotesis sebagai berikut:
cul karena tindakan manajemen yang menggunakan H8: Akrual diskresioner perusahaan menurunkan
judgementnya dalam memilih metode akuntansi yang probabilitas terjadinya ketepatan waktu penyam-
tidak sesuai dengan fenomena ekonomi perusahaan paian laporan keuangan perusahaan.
pada saat itu. Sebagai contoh saat kondisi ekonomi Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan
memburuk, manajemen perusahaan menurunkan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI)
cadangan kerugian piutang yang seharusnya (normal- untuk periode tahun 2007 hingga 2011. Teknik pemili-
nya) cadangan kerugian piutang tersebut dibuat tetap han sampel menggunakan teknik purposive sampling.
atau dinaikkan. Kebijakan akrual yang disebabkan Kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel
oleh tuntutan kondisi perusahaan, seperti pening- adalah perusahaan manufaktur yang telah menerbitkan
katan pendapatan perusahaan, sehingga dibutuhkan laporan keuangan tahunan (annual report) periode
135
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 129-145
2007-2011 dan terdaftar di BEI untuk periode 2007- digunakan peneliti sudah layak atau tidak, dan apakah
2011 berturut-turut, serta perusahaan yang menerbitkan model tersebut fit dengan data atau tidak.
laporan keuangan dengan periode yang berakhir 31 Peneliti melakukan penilaian terhadap keselu-
Desember dan telah menerbitkan laporan keuangan ruhan model (overall model fit) dengan cara menga-
tahunan (annual report) periode 2007-2011. Data yang mati angka -2 log likelihood pada output, yaitu pada
digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Block 0 dan Block 1. Jika terjadi penurunan angka -2
Data tersebut diperoleh dari Bapepam dan Indonesian Log Likelihood (block number = 0 – block number
Capital Market Directory (ICMD). =1) menunjukkan model regresi yang baik. Koefisien
Penelitian ini akan menguji 9 variabel yang ter- determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh ke-
bagi dalam variabel independen dan variabel dependen. mampuan model dalam menerangkan variabel depen-
Variabel independennya adalah 1) variabel profitabi- den. Besarnya nilai koefesien determinasi pada model
litas perusahaan yang diukur menggunakan return on regresi logistik ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R
assets (ROA); 2) laba perusahaan yang diukur dengan Square. Model yang digunakan dalam penelitian ini
variabel dummy, yaitu 1 jika perusahaan tersebut me- adalah:
laporkan laba, 0 jika perusahaan tersebut melaporkan TIME = PRO + LBA + KAP+
rugi; 3) variabel kualitas audit KAP perusahaan yang
diukur dengan variabel dummy, perusahaan yang IND + KAU + KMN + KIN - ADS + ε
menggunakan KAP Big Four diberi nilai 1 sedangkan Keterangan:
perusahaan yang menggunakan KAP selain Big Four TIME = Ketepatan waktu penyampaian laporan keuan-
diberi nilai 0; 4) proporsi komisaris independen pe- gan perusahaan
rusahaan yang diukur dengan cara membagi jumlah PRO = Profitabilitas perusahaan
komisaris independen dengan total dewan komisaris; LBA = Laba perusahaan
5) keberadaan komite audit perusahaan yang diukur KAP = Kualitas audit KAP perusahaan
dengan variabel dummy, yaitu nilai 1 jika perusahaan IND = Proporsi komisaris independen perusahaan
tersebut memiliki komite audit, 0 jika perusahaan KAU = Keberadaan komite audit perusahaan
tersebut tidak memiliki komite audit; 6) kepemilikan KMN = Kepemilikan manajerial perusahaan
manajerial perusahaan yang diukur dengan persentase KIN = Kepemilikan institusional perusahaan
kepemilikan saham yang dimiliki pihak manajemen; 7) ADS = Akrual diskresioner perusahaan
kepemilikan institusional perusahaan yang diukur den- konstanta
gan persentase kepemilikan saham yang dimiliki pihak ε = Error term
institusi; 8) akrual diskresioner perusahaan yang diukur
dengan model Modified Jones. Sedangkan variabel HASIL PENELITIAN
dependennya adalah ketepatan waktu penyampaian
laporan keuangan, pengukurannya menggunakan va- Sampel dalam penelitian ini diambil dari perusahaan
riabel dummy, yaitu 1 jika perusahaan menyampaikan manufaktur yang terdaftar di BEI. Pemilihan sampel
laporan keuangan tepat waktu, 0 jika perusahaan me- menggunakan teknik purposif sampling sehingga tidak
nyampaikan laporan keuangannya tidak tepat waktu. semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
Penelitian ini menguji satu variabel dependen bisa digunakan sebagai sampel. Peneliti menghapus
yang bersifat kategorikal (nominal atau non metrik) beberapa perusahaan karena tidak memenuhi kriteria
dengan delapan variabel independen yang bersifat sebagai sampel yang akan digunakan dalam penelitian
metrik dan non metrik. Metode yang cocok digunakan ini. Jumlah akhir sampel yang digunakan sebanyak
untuk menguji variabel tersebutadalah logistic regres- 112 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari
sion. Metode ini juga dipakai pada penelitian sejenis tahun 2007 sampai tahun 2011. Hasil metode purposive
oleh Komalasari (2003) dan Kadir (2011). Kelayakan sampling ditunjukkan pada Tabel 1.
model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer Sampel yang digunakan dalam penelitian
and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Pengujian ini sebanyak 108 perusahaan yang terdaftar secara
ini berfungsi untuk mengetahui apakah model yang berturut-turut di BEI pada tahun 2007 sampai 2011.
136
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU....................................................................(Heryono Silalahi)
Jumlah total sampel yang digunakan sebanyak 540 laporan keuangannya tepat waktu selama periode 2007
sampel yang diperoleh dari 108 perusahaan dikalikan 5 sampai 2011. Secara total dari tahun 2007 sampai
periode (tahun 2007 sampai 2011). Rincian menganai 2011 terdapat 416 (77,04%) sampel yang menyam-
jumlah perusahaan yang digunakan sebagai sampel paikan laporan keuangannya tepat waktu. Sedangkan
dapat dilihat pada Tabel 2. sisanya 124 (22,96%) sampel manyampaikan laporan
Berdasar data tahun 2007 ke tahun 2008 keuangannya tidak tepat waktu. Pemerintah melalui
terdapat kenaikan jumlah perusahaan yang menyam- Bapepam telah berulang kali merevisi peraturan men-
paikan laporan keuangannya tepat waktu, kemudian genai ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan,
jumlahnya turun pada tahun 2009. Jumlahnya naik namun sampai saat ini masih banyak perusahaan yang
pada 2010 dan 2011 kembali terjadi penurunan jumlah tidak tepat waktu dalam menyampaiakan laporan
perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan keuangannya.
secara tepat waktu. Pada tahun 2009 perusahaan yang Ketepatan waktu penyampaian laporan
tepat waktu menyampaikan laporan keuangannya keuangan ada kemungkinan dipengaruhi oleh kantor
hanya 82 perusahaan dari 108 perusahaan. Ini meru- akuntan publik yang digunakan oleh perusahaan. Kan-
pakan jumlah terkecil perusahaan yang menyampaikan tor akuntan publik terdiri dari KAP Big 4 dan KAP
Tabel 1
Pemilihan Sampel dengan Metode Purposive Sampling
Tabel 2
Jumlah Perusahaan yang Menyampaiakn Laporan keuangan (TIME),
Kualitas Audit KAP Perusahaan (KAP), Keberadaan Komite Audit
Perusahaan (KAU), dan Laba Perusahaan (LBA)
137
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 129-145
Non Big 4. Dari hasil pengamatan selama tahun 2007 Ketepatan waktu penyampaian laporan keuan-
sampai 2011 terdapat kecenderungan tren menurun gan (TIME) merupakan variabel dummy. Perusahaan
dari tahun 2007 sampai 2009 dalam penggunaan KAP yang menyampaikan laporan keuangan tepat waktu
Big 4. Hal tersebut mengindikasikan bahwa keper- akan diberi skor 1 sedangkan perusahaan yang me-
cayaan perusahaan terhadap KAP Non Big 4 semakin nyampaikan laporan keuangannya tidak tepat waktu
tinggi. Pada tahun 2010 dan 2011 perusahaan yang akan diberi skor 0. Dengan demikian nilai minimum-
menggunakan KAP Big 4 kembali naik. Dari sampel nya 0 dan nilai maksimumnya 1. Nilai rata-rata kete-
540 perusahaan yang menggunakan KAP, sebanyak patan waktu penyampaian laporan keuangan sebesar
sebanyak 246 perusahaan menggunakan KAP Big 4 0,771dan standar deviasinya sebesar 0,421.
dan sisanya menggunakan KAP selain Big 4. Variabel profitabilitas perusahaan (PRO) diukur
Jumlah perusahaan yang memiliki komite audit dengan return on assets (ROA). Return on assets ini
dari tahun 2007 sampai 2011 tidak mengalami peruba- merupakan rasio untuk mengukur kemampuan peru-
han. Jumlah perusahaan yang memiliki komite audit sahaan dalam menghasilkan laba dari total aset yang
dari tahun 2007 sampai 2011 sebanyak 430 perusahaan, dimilikinya. Nilai ROA yang positif mempunyai arti
sedangkan sisanya 110 perusahaan tidak memiliki bahwa perusahaan bisa menghasilkan laba, sedangkan
komite audit. Berdasar data tahun 2007 sampai tahun ROA yang negatif berarti perusahaan mengalami keru-
2011 jumlah perusahaan yang melaporkan laba terus gian. Berdasar Tabel 3 diketahui bahwa nilai minimum
mengalami peningkatan. Jumlah tertinggi perusahaan profitabilitas (PRO) sebesar -0,652 sedangkan nilai
yang melaporkan laba ada pada tahun 2011 yaitu maksimalnya sebesar 3,475. Rata-rata kemampuan
sebanyak 106 perusahaan. Sedangkan jumlah yang perusahaan dalam menghasilkan laba dari total aset
paling sedikit ada pada tahun 2007 yaitu sebanyak 75 yang dimilikinya sebesar 0,065 dengan standar deviasi
perusahaan. Secara total dari tahun 2007 sampai 2011 0,196.
terdapat 469 perusahaan yang melaporkan laba dan 71 Laba perusahaan (LBA) merupakan variabel
perusahaan amelaporkan rugi. dummy. Perusahaan yang melaporkan laba akan diberi
Data yang akan diolah untuk menguji kedela- nilai 1 sedangkan perusahaan yang melaporkan rugi
pan hipotesis dalam penelitian ini harus diuji terlebih akan diberi nilai 0. Dengan demikian nilai minimum-
dahulu menggunakan statistika deskriptif. Hal ini di- nya 0 dan nilai maksimumnya 1. Nilai rata-rata untuk
lakukan untuk mengetahui gambaran karakteristik dari variabel ini sebesar 0,87 dengan standar deviasi 0,338.
data tersebut, mulai dari mean, nilai minimum, nilai Variabel kualitas audit KAP perusahaan (KAP) meru-
maksimum, dan standar deviasinya. Hasil statistika pakan variabel dummy. Perusahaan yang menggunakan
deskriptif dapat dilihat pada Tabel 3. kantor akuntan publik Big 4 diberi nilai 1 sedangkan
Tabel 3
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
138
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU....................................................................(Heryono Silalahi)
perusahaan yang menggunakan kantor akuntan publik menggunakan model Modified Jones. Nilai minimum
selain Big 4 diberi nilai 0, sehingga nilai mainimalnya variabel ini adalah -0,9225 dan nilai maksimumnya
0 dan nilai masimalnya 1. Nilai rata-rata untuk variabel sebesar 1,5545. Rata-rata akrual diskresioner perusa-
ini sebesar 0,46 dan standar deviasinya sebesar 0,495. haan yang dijadikan sampel sebesar -0,0180 dengan
Proporsi komisaris independen perusahaan standar deviasi 0,2086.
(IND) adalah proporsi dewan komisaris yang tidak Penelitian ini menguji satu variabel dependen
mempunyai hubungan dengan perusahaan. Nilai non metrik dengan delapan variabel independen yang
minimumnya 0 yang berarti dalam perusahaan terse- merupakan kombinasi metrik dan non metrik. Peneliti
but tidak memiliki komisaris independen sedangkan menggunakan regresi logistik untuk menguji delapan
nilai maksimumnya 1 yang berarti seluruh komisaris hipotesis yang diajukan. Pengujian dalam regresi
dalam perusahaan tersebut adalah komisaris indepen- logistik meliputi pengujian untuk menilai kelayaan
den. Rata-rata komisaris independen perusahaan yang model, pengujian untuk menilai keseluruhan model,
dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 0,3961 menguji koefisien determinasi (Nagelkerke R Square),
dan standar deviasinya 0,13509. dan pengujian koefisien regresi.
Variabel keberadaan komite audit perusahaan Menilai kelayakan model regresi digunakan
(KAU) dalam penelitian ini merupakan variabel untuk mengetahui apakah model yang digunakan
dummy. Nilai minimalnya 0 dan nilai maksimalnya 1. peneliti sudah layak atau tidak. Menilai kelayakan
Perusahaan yang mempunyai komite audit diberi nilai model regresi bisa dilihat menggunakan Hosmer and
1 dan perusahaan yang tidak memiliki komite audit Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Dalam uji ini di-
diberi nilai 0. Rata-rata keberadaan komite audit dari gunakan hipotesis:
540 perusahaan yang dijadikan sampel adalah 0,80 Ha: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data.
dan standar deviasinya sebesar 0,403. Kepemilikan Kriteria sebagai dasar pengambilan keputusan
manajerial perusahaan (KMN) merupakan kepemilikan dalam pengujian ini adalah:
saham perusahaan oleh pihak manajerial. Kepemilikan jika hitung > tabel, maka Ha diterima
manajerial diukur dengan persentase kepemilikan sa-
ham yang dimiliki pihak manajemen. Nilai minimum jika hitung < tabel, maka Ha ditolak.
kepemilikan manajerial dalam penelitian ini adalah Hasil Hosmer and Lemeshow Test menunjukkan nilai
0 yang berarti bahwa terdapat perusahaan yang sa- signifikansi hitung sebesar 0,268. Dengan demikian
hamnya tidak dimiliki oleh pihak manajemen. Nilai
nilai hitung > nilai signifikansi tabel 0,05 yang
maksimumnya sebesar 0,2777 dan rata-ratanya 0,0205 berarti Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa model
sedangkan standar deviasinya sebesar 7,04632. fit dengan data.
Kepemilikan institusional perusahaan (KIN) Peneliti melakukan penilaian terhadap keselu-
diukur dengan persentase saham perusahaan yang ruhan model untuk mengetahui apakah model tersebut
dimiliki pihak institusi. Semakin besar kepemilikan fit dengan data atau tidak. Menilai keseluruhan model
institusional semakin besar pula kendalinya terhadap regresi bisa dilakukan dengan membandingkan angka
perusahaan. Dalam penelitian ini nilai minimum kepe- -2 log likelihood pada Block 0 dan Block 1 kemudian
milikan institusional adalah 0 sedangkan nilai maksi- membandingkannya dengan nilai t tabel apakah sig-
mumnya sebesar 0,9992. kepemilikan institusional nifikan atau tidak. Hipotesis dalam menilai model fit
sebesar 0 berarti tidak ada saham perusahaan yang di- ini adalah:
miliki pihak institusi. Nilai maksimum sebesar 0,9992 Ho : Keseluruhan model yang dihipotesiskan fit den-
mempunyai arti hampir seluruh saham perusahaan gan data
dimiliki pihak institusi. Nilai rata-rata kepemilikan Ha : Keseluruhan model yang dihipotesiskan tidak fit
institusional sebesar 0,6986 dengan standar deviasi dengan data.
sebesar 0,2142.. Untuk mengetahui model tersebut fit dengan
Akrual diskresioner (ADS) merupakan akrual data atau tidak bisa dilihat dengan dari angka -2 log
laba dan beban yang timbul dari dipilihnya metode likelihood pada Block 0 dan Block 1. Berdasar hasil
akuntansi oleh pihak manajemen. Pengukurannya pengujian dapat diketahui nilai -2 log likelihood pada
139
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 129-145
Block 0 sebesar 581,935. Nilai tersebut merupakan yang dihipotesiskan fit dengan data). Dengan demikian
hasil intercept tanpa memasukkan variabel indepen- penambahan variabel independen yang berupa profit-
den profitabilitas, kualitas audit, proporsi komisaris abilitas, kualitas audit, proporsi komisaris independen,
independen, keberadaan komite audit, kepemilikan keberadaan komite audit, kepemilikan manajerial,
manajerial, kepamilikan institusional, laba, dan akrual kepamilikan institusional, laba, dan akrual diskresioner
diskresioner. Sedangkan nilai angka -2 log likelihood memperbaiki model fit.
pada Block 1 sebesar 542,574 merupakan hasil pen- Menguji koefisien determinasi berarti mengu-
gujian dengan memasukkan 8 variabel tersebut. kur seberapa besar kemampuan variabel independen
Berdasar angka tersebut dapat diketahui adanya dalam menerangkan variabel dependen. Untuk men-
penurunan nilai sebesar 39,361. Nilai tersebut akan getahui besarnya koefisien determinasi bisa dilihat
dibandingkan dengan nilai t tabel apakah signifikan dari nilai Nagelkerke R Square. Jika nilai Nagelkerke
atau tidak. Nilai t tabel dengan df 8 pada tingkat R Square semakin mendekati 1 berarti variabel inde-
signifikansi 5% didapat angka 2,3060. Nilai t tabel penden tersebut semakin besar kemampuannya dalam
2,3060 < penurunan nilai -2 log likelihood sebesar memprediksi perubahan variabel dependen. Berdasar
39,361 yang berarti Ho ditrima (keseluruhan model hasil pengujian diketahui bahwa nilai Nagelkerke R
Tabel 4
Ringkasan Hasil Uji Hipotesis dengan Regresi Logistik
140
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU....................................................................(Heryono Silalahi)
Square sebesar 0,107. Hal tersebut berarti variabilitas tian ini menyatakan bahwa profitabilitas perusahaan
variabel dependen (ketepatan waktu) bisa dijelaskan meningkatkan probabilitas terjadinya ketepatan waktu
variabilitas variabel independen (profitabilitas, kuali- penyampaian laporan keuangan. Berdasarkan hasil
tas audit, proporsi komisaris independen, keberadaan analisis yang dilakukan dengan metode regresi logistik
komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan diperoleh nilai koefisien regresi untuk profitabilitas
institusional, laba, dan akrual diskresioner) sebesar sebesar 0,068 dengan nilai signifikansi 0,898. Tingkat
0,107 (10,7%). Sisanya sebesar 89,3% variabilitas signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini sebe-
variabel dependen (ketepatan waktu) dijelaskan oleh sar 0,005. Ini berarti hipotesis pertama ditolak karena
variabel lain di luar variabel independen. nilai p-value 0,898 > 0,05. Nilai koefisien regresi yang
Menguji koefisien regresi digunakan untuk bertanda positif dan tingkat signifikasnsi di atas 0,05
mengetahui signifikansi hipotesis yang diajukan. berarti semakin tinggi profitabilitas tidak membuat
Tingkat signifikansi α yang digunakan dalam penelitian probabilitas terjadinya ketepatan waktu penyampaian
ini adalah 5%. Untuk mengetahui apakah hipotesis laporan keuangan juga semakin tinggi.
yang diajukan diterima atau ditolak bisa dilakukan Hasil ini senada dengan penelitian Kadir (2011)
dengan cara membandingkan tingkat signifikansi α serta penelitian Dyer dan McHugh (1975). Data nilai
(5%) dengan p-value (significan). Jika nilai p-value profitabilitas perusahaan yang memiliki rata-rata
(significan) < α (5%) maka hipotesis diterima, dan kecil menjadi kurang mampu dalam memprediksi
begitu juga sebaliknya. Nilai koefisien regresi p-value probabilitas terjadinya ketepatan waktu penyampaian
(significan) dapat dilihat pada Tabel 4. laporan keuangan. Nilai profitabilitas yang semakin
besar belum tentu perusahaan tersebut semakin cepat
PEMBAHASAN dalam menyampaiakan laporan keuangannya. Begitu
pula sebaliknya, nilai profitabilitas perusahaan yang
Berdasar Tabel 4 dapat diketahui bahwa terdapat 3 lebih kecil belum tentu perusahaan tersebut lebih tidak
variabel yang signifikan yaitu KAP (kualitas audit tepat waktu dari pada perusahaan yang mempunyai
KAP perusahaan), KIN (kepemilikan institusional nilai profitabilitas yang lebih tinggi.
perusahaan), dan LBA (laba perusahaan), karena Hipotesis kedua menyatakan bahwa laba peru-
tingkat signifikansinya dibawah 5%. Hal ini berarti sahaan meningkatkan probabilitas terjadinya ketepatan
H2, H3, dan H7 diterima. Sedangkan variabel yang tidak waktu penyampaian laporan keuangan. Berdasarkan
signifikan dalam penelitian ini yaitu PRO (profitabilitas hasil analisis regresi logistik yang telah dilakukan
perusahaan yang diukur menggunakan ROA), IND dapat diketahui nilai koefisien regresi untuk laba sebe-
(proporsi komisaris independen perusahaan), KAU sar 1,050 dengan signifikansi sebesar 0,000. Tingkat
(keberadaan komite audit perusahaan), KMN (kepe- signifikansi sebesar 0,05 > 0,000 (nilai p-value) se-
milikan manajerial perusahaan), dan ADS (akrual hingga hipotesis kedua diterima.
diskresioner perusahaan) atau menolak H1, H4, H5, H6, Nilai koefisien regresi bertanda positif berarti
dan H8. Dalam hal ini kualitas audit KAP perusahaan, hipotesis kedua yang menyatakan bahwa laba me-
kepemilikan institusional perusahaan, dan laba peru- ningkatkan probabilitas terjadinya ketepatan waktu
sahaan meningkatkan probabilitas terjadinya ketepatan penyampaian laporan keuangan. Hal ini menunjukkan
waktu penyampaian laporan keuangan perusahaan. bahwa perusahaan yang melaporkan laba akan menin-
Profitabilitas perusahaan, proporsi komisaris inde- gkatkan probabilitas perusahaan dalam menyampaikan
penden perusahaan, keberadaan komite audit perusa- laporan keuangannya secara tepat waktu. Laba meru-
haan, dan kepemilikan manajerial perusahaan tidak pakan sinyal positif yang mengindikasikan perusahaan
meningkatkan probabilitas terjadinya ketepatan waktu mempunyai kinerja yang baik. Dengan demikian
penyampaian laporan keuangan perusahaan. Sedang- pihak manajemen akan dengan segera menyampaikan
kan akrual diskresioner perusahaan tidak menurunkan laporan keuangannya agar berita baik ini dapat segera
probabilitas terjadinya ketepatan waktu penyampaian tersebar ke stakeholder perusahaan. Hasil penelitian
laporan keuangan perusahaan. ini mendukung penelitian Dyer dan Mc Hugh (1975)
Hipotesis pertama yang diajukan pada peneli- mengenai ketepatan waktu penyampaian laporan
141
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 129-145
keuangan pada perusahaan yang terdaftar di Sydney regresi logistik menunjukkan bahwa nilai koefisien
Stock Exchange yang menyatakan bahwa terdapat regresi untuk proporsi komisaris independen sebesar
kecenderungan perusahaan yang memperoleh laba 0,234 dengan signifikansi sebesar 0,778. Dengan
menyampaikan laporan keuangannya tepat waktu dan menggunakan tingkat signifikansi α 0,05 maka hi-
sebaliknya perusahaan yang mengalami rugi menyam- potesis keempat ini ditolak karena α (0,05) < p-value
paikan laporan keuangannya terlambat. (0,234).
Hipotesis ketiga dalam penelitian ini me- Nilai koefisien regresi yang bertanda positif
nyatakan bahwa kualitas audit KAP perusahaan me- dan tingkat signifikasnsi di atas 0,05 berarti semakin
ningkatkan probabilitas terjadinya ketepatan waktu besar proporsi komisaris independen perusahaan tidak
penyampaian laporan keuangan. Analisis regresi logis- membuat probabilitas terjadinya ketepatan waktu
tik yang telah dilakukan menunjukkan nilai koefisien penyampaian laporan keuangan juga semakin tinggi.
regresi untuk kualitas audit sebesar 0,632 dengan nilai Ditolaknya hipotesis keempat memiliki arti bahwa
signifikansi 0,006. Tingkat signifikansi sebesar 0,05 proporsi komisaris independen perusahaan tidak me-
> 0,006 (nilai p-value). Ini berarti hipotesis ketiga ningkatkan probabilitas terjadinya ketepatan waktu
diterima. Kualitas audit KAP perusahaan meningkat- penyampaian laporan keuangan. Proporsi komisaris
kan probabilitas terjadinya ketepatan waktu penyam- independen perusahaan yang semakin tinggi tidak
paian laporan keuangan. Dengan melihat nilai koefisien membuat perusahaan semakin tepat waktu dalam me-
regresi yang bernilai positif dan tingkat signifikansi nyampaikan laporan keuangannya. Dengan demikian
dibawah 0,05 maka artinya semakin baik kualitas besarnya komisaris independen tidak mampu mendo-
audit KAP perusahaan maka perusahaan tersebut akan rong pihak manajemen untuk menyampaikan laporan
semakin tepat waktu. keuangan tepat waktu. Hal ini mungkin terjadi karena
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Hilmi banyak sedikitnya komisaris independen belum tentu
(2008) yang menunjukkan bahwa kualitas audit ber- berbanding lurus dengan efektivitas fungsi komisaris
pengaruh positif terhadap ketepatam waktu penyam- independen. Hal ini mungkin terjadi karena besarnya
paian laporan keuangan. Dalam penelitian ini kualitas jumlah komisaris independen belum tentu membuat
audit dinilai dari kantor akuntan publik yang digunakan fungsi komisaris independen menjadi semakin efek-
perusahaan. Kantor akuntan publik yang termasuk Big tif. Dengan demikian besarnya komisaris independen
4 dinilai mempunyai kualitas audit yang lebih baik dari belum tentu bisa mendorong pihak manjemen untuk
pada kantor akuntan publik selain Big 4. Kantor akun- menyampaikan laporan keuangannya tepat waktu.
tan publik yang termasuk big 4 mempunyai sumber Hipotesis kelima dalam penilitian ini me-
daya yang lebih baik dan lebih berpengalaman dalam nyatakan bahwa keberadaan komite audit perusahaan
mengelola audit daripada kantor akuntan publik selain meningkatkan probabilitas terjadinya ketepatan
Big 4. Dengan demikian kantor akuntan publik big 4 waktu penyampaian laporan keuangan. Hasil pengujian
akan lebih tepat waktu dalam menyelesaikan laporan menggunakan regresi logistik menunjukkan koefisien
auditnya yang akan berdampak pada ketepatan waktu regresi untuk keberadaan komite audit sebesar 0,319
perusahaan menyampaikan laporan keuangan. Hasil dengan signifikansi sebesar 0,210. Tingkat signifikansi
penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan yang yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 0,005.
menggunakan kantor akuntan publik Big 4 cenderung Hipotesis kelima dalam penelitian ini ditolak karena
tepat waktu dalam menyampaiakan laporan keuangan. nilai α (0,05) < p-value (0,210). Nilai koefisien regresi
Demikian juga sebaliknya, perusahaan yang menggu- yang bertanda positif dan tingkat signifikasnsi di atas
nakan kantor akuntan publik selain Big 4 cenderung 0,05 berarti adanya komite audit perusahaan tidak
menyampaiakan laporan keuangannya tidak tepat membuat probabilitas terjadinya ketepatan waktu
waktu. penyampaian laporan keuangan juga semakin tinggi.
Hipotesis yang keempat dalam penelitian ini Dengan demikian keberadaan komite audit perusahaan
menyatakan bahwa proporsi komisaris independen meningkatkan probabilitas terjadinya ketepatan waktu
perusahaan meningkatkan probabilitas terjadinya penyampaian laporan keuangan.
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hasil Penelitian ini hanya menguji keberadaan
142
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU....................................................................(Heryono Silalahi)
komite audit dalam mempengaruhi ketepatan waktu bilitas terjadinya ketepatan waktu penyampaian lapo-
penyampaian laporan keuangan dan bukan efektivi- ran keuangan juga semakin tinggi. Dengan demikian
tas kinerja komite audit. Perusahaan yang memiliki kepemilikan institusional perusahaan meningkatkan
komite audit belum tentu komite audit perusahaan probabilitas terjadinya ketepatan waktu penyampaian
tersebut melaksanakan fungsinya dengan baik. Dengan laporan keuangan. Hasil penelitian ini mendukung
demikian keberadaan komite audit belum cukup kuat penelitian Harnida (2005) dan penelitian Kadir (2005).
atau signifikan dalam memprediksi variabel dependen Hipotesis kedelapan dalam penelitian ini menyatakan
(ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan). bahwa akrual diskresioner perusahaan menurunkan
Hipotesis keenam yang diajukan dalam pene- probabilitas terjadinya ketepatan waktu penyampaian
litian ini menyatakan bahwa kepemilikan manajerial laporan keuangan perusahaan. Berdasarkan hasil
perusahaan meningkatkan probabilitas terjadinya kete- analisis regresi logistik diperoleh nilai koefisien regresi
patan waktu penyampaian laporan keuangan. Hasil untuk akrual diskresioner perusahaan sebesar -0,666
regresi logistik menunjukkan nilai koefisien regresi dengan nilai signifikansi 0,196. Tingkat signifikansi
untuk kepemilikan manajerial sebesar 1,840 dengan yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 0,005.
signifikansi sebesar 0,369. Pada tingkat signifikansi Ini berarti hipotesis kedelapan ditolak karena nilai
α 0,05 maka hipotesis ini ditolak karena α (0,05) < p-value 0,196 > 0,05.
p-value (0,369). Ini berarti kepemilikan manajerial Koefisien regresi mempunyai nilai negatif dan
perusahaan tidak meningkatkan probabilitas terjadinya nilai signifikansi diatas 0,05 berarti semakin kecil nilai
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. akrual diskresioner perusahaan tidak membuat proba-
Koefisien regresi yang menunjukkan nilai positif dan bilitas terjadinya ketepatan waktu penyampaian lapo-
nilai signifikansi diatas 0,05 berarti semakin besar ran keuangan semakin meningkat. Dengan demikian
kepemilikan manajerial perusahaan tidak membuat akrual diskresioner perusahaan tidak menurunkan
probabilitas terjadinya ketepatan waktu penyampaian probabilitas terjadinya ketepatan waktu penyampaian
laporan keuangan juga meningkat. laporan keuangan perusahaan.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan
penelitian Kadir (2011) yang menyatakan bahwa SIMPULAN DAN SARAN
kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Ha- Simpulan
sil ini mungkin disebabkan perusahaan sampel yang
digunakan peneliti saat ini banyak yang tidak memiliki Berdasar hasil penelitian dengan menggunakan 540
kepemilikan manajerial sehingga nilainya banyak yang sampel perusahaan dalam jangka waktu tahun 2007
0 (nol). Banyaknya perusahaan yang tidak memiliki hingga 2011 dapat disimpulkan bahwa kualitas audit
kepemilikan manajerial membuat variabel ini kurang KAP perusahaan, laba perusahaan, dan kepemilikan
bisa memprediksi variabel dependen. institusional perusahaan meningkatkan probabilitas
Hipotesis ketujuh dalam penelitian ini me- terjadinya ketepatan waktu penyampaian laporan
nyatakan bahwa kepemilikan institusional perusahaan keuangan perusahaan. Profitabilitas perusahaan, pro-
meningkatkan probabilitas terjadinya ketepatan waktu porsi komisaris independen perusahaan, keberadaan
penyampaian laporan keuangan. Tingkat signifikansi komite audit perusahaan, dan kepemilikan manajerial
yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 0,05. perusahaan tidak meningkatkan probabilitas terjadinya
Koefisien regresi untuk kepemilikan institusional sebe- ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan
sar 1,416 dengan signifikansi sebesar 0,003. Sehingga perusahaan. Akrual diskresioner perusahaan tidak
dapat diketahui bahwa nilai p-value lebih kecil dari menurunkan probabilitas terjadinya ketepatan waktu
nilai signifikansi α (α 0,05 > p-value 0,003). Hal ini penyampaian laporan keuangan perusahaan.
berarti hipotesis ketujuh diterima.
Nilai koefisien regresi yang bertanda positif dan Saran
tingkat signifikasnsi di atas 0,05 berarti semakin besar
kepemilikan institusional perusahaan membuat proba- Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu
143
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 129-145
Ashton, Robert H., Paul R.Graul, and James D. New- Dechow, P. M., Richard, G.Sloan, and Amy, P.Sweeney.
ton. 1989. “Audit Delay and The Timeliness of 1996. “Detecting Earnings Management”. The
Corporate Reporting”. Contemporary Account- Accounting Review, 70: 125-193.
ing Research, 5(2): 657-673.
Dyer, J., & Arthur J. McHugh. 1975. “The Timeliness
-----------. 2003. Keputusan Ketua Bapepam No. Kep- of the Australian Annual Report”. Journal of
36/PM/2003. Accounting Research, 204-219.
-----------. 2004. Keputusan Ketua Bapepam No Kep- Fama, & Jensen. 1983. “Separation of Ownership and
29/PM/2004. Controll”. Journal of Law & Economics, 26.
144
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU....................................................................(Heryono Silalahi)
305-360.
Felo, Andrew J., Srinivasan Krishnamurthy, and Steven
A. Solieri. 2003. “Audit Committee Character- Kadir, Abdul. 2011. Faktor-faktor yang Berpengaruh
istics and the Perceived Quality of Financial terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan
Reporting: An Empirical Analysis”. SSRN. Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur
di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Akuntansi dan
Francis, Jere R. and Michael D. Yu. 2009. “Big 4 Of- Manajemen, 12: 1-12
fice Size and Audit Quality”. The Accounting
Review, 84. Klien. 2002. “Audit Committee, Board of Director
Characteristic and Earnings Management”.
Ghazali, Nazli A. Mohd dan Siti Rochmah Ika. 2012. Journal Accounting and Economics, 33: 375-
“Audit Committee Effectiveness and Timeli- 400.
ness of Reporting: Indonesian Evidence”.
Managerial Auditing Journal, 27. Lang, M., dan R. Lundolm, 1993, “Cross-Sectional
Determinants of Analyst Rating of Corporate
Givoly, D., & Palmon, D. 1982. “Timeliness of An- Disclousure”, Journal of Financial Econom-
nual Earnings Announcement Some Empirical ics, 3.
Evidence”. The Accounting Review, 486-508.
Midiastuty, P., & Machfoedz., 2003. “Analisis Hubun-
Harnida, M., 2005. Faktor-faktor yang Menentukan gan Mekanisme Corporate Governance dan In-
Kesegeraan Penyerahan Laporan Keuangan. dikasi Manajemen Laba”. Simposium Nasional
Tesis S2, Yogyakarta: Universitas Gadjah Akuntansi VI, 176-199.
Mada.
Owusu-Ansah, Stephen and Stergios Leventis. 2006.
“Timeliness of Corporate Financial Reporting
Healy, P.M., and J.M. Wahlen. 1999. “A Review of in Greece European”. Accounting Review,
The Earnings Management Literature and It’s 15(2): 273-278.
Implication for Standard Setting”. Accounting
Horizons, 13: 365-383. Owusu-Ansah, Stephen. 2000. “Timeliness of Corpo-
rate Financial Reporting in Emerging Capital
Hilmi, Utari, 2008. “Analisis Faktor-faktor yang Market: Empirical Evidence from the Zimba-
Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian bwe Stock Exchange”. Accounting and Busi-
Laporan Keuangan”. Tesis. Yogyakarta: Uni- ness Research, (30)33: 241-254.
versitas Gadjah Mada.
Permatasari, Ika. 2005. “Manajemen Laba dan Status
Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keterlambatan Perusahaan dalam Menyam-
Indonesia. Penerbit Salemba Empat. paikan Laporan Keuangan Tahunan”. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia, 2: 49-72.
Iskandar, Vidia, 2004. Pengaruh Profitabilitas Peru-
sahaan terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Potter, G. 1991. “Accounting Earnings Announcement,
Keuangan dengan Opini sebagai Moderating Institutional Investors Concentration and Com-
Variabel Perusahaan Manufaktur. Yogyakarta: mon Stock Returns”. Journal of Accounting
Universitas Gadjah Mada. Research, 30(1): p.146-155.
Jensen, & Meckling. 1976. “Theory of Firm: Mana- Singvi, S. S., dan H. B. Desai. 1971. “An Empirical
gerial Behavior Agency Costs and Ownership Analysis of the Quality of Corporate Financial
Structure”. Journal of Financial Economics, Disclousure”. The Accounting Review, 46.
145
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN WAKTU....................................................................(Heryono Silalahi)
146
ISSN: 0853-1269
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEDULIAN BIAYA................................................................. (Maria Elly Budiarti)
Vol. 26, No. 3, Desember 2015
Hal. 147-167 J URNA L
AKUNTANSI & MANAJEMEN
Tahun 1990
147
JAM, Vol. 26, No. 2, Agustus 2015: 147-167
dalam dunia pendidikan antara lain berdampak pada diterapkan. Salah satu pengembangan yang dilakukan
munculnya kolaborasi pendirian sekolah-sekolah adalah dengan penyusunan anggaran partisipatif berba-
unggulan. Di kota-kota besar bermunculan sekolah- sis kinerja. Dengan model anggaran berbasis kinerja,
sekolah plus yang kebanyakan merupakan patungan struktur kewenangan penyusunan anggaran tidak hanya
antara modal lokal dan modal asing. Sekolah-sekolah bergantung pada pimpinan pusat lembaga pendidikan
tersebut bersifat elit karena sangat mahal. Sekolah- yang bersangkutan, melainkan juga didasarkan pada
sekolah yang bernuansakan kurikulum internasional kewenangan terdesentralisasi, yaitu pada para manajer
dan nasional plus banyak diminati konsumen yang tingkat menengah.
notabene tingkat ekonominya menengah ke atas. Dalam teori keagenan, hubungan agensi muncul
Kecenderungan ini menjadi tantangan berat bagi ketika pemilik (prinsipal) memberi kepercayaan ke-
sekolah-sekolah swasta yang pengelolaannya masih pada pihak lain (agen) untuk mengelola suatu usaha ter-
konvensional untuk terus meningkatkan manajemen tentu serta mendelegasikan kewenangan pengambilan
pengelolaan lembaga pendidikannya. keputusan kepada agen. Sebagai pengelola, agen wajib
Pengelolaan suatu lembaga menuju organisasi memberikan informasi tentang kondisi perusahaan
yang efektif dan efisien merupakan syarat mutlak ke- kepada prinsipal. Salah satu bentuk informasi yang
berhasilan organisasi, tidak terkecuali bagi lembaga diberikan adalah informasi akuntansi dalam bentuk
pendidikan. Lembaga pendidikan juga semakin ditun- laporan keuangan.
tut menjadi organisasi yang tepat sasaran, berdayaguna Hubungan antara prinsipal dan agen dapat
serta memerlukan sistem pengelolaan yang profesional. mengarah pada kesenjangan informasi antar keduanya,
Menyikapi tantangan tersebut, sistem pengendalian karena manajemen berada pada posisi memiliki infor-
berbasis kinerja mulai diterapkan di lembaga-lembaga masi lebih banyak tentang organisasi yang dipimpinnya
pendidikan swasta sebagai organisasi nirlaba. dibandingkan pemilik. Sebagai agen, manajer secara
Berdasarkan latar belakang tersebut, pene- moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan
litian ini ingin menguji kembali pengaruh struktur keuntungan para prinsipal, tetapi di sisi lain manajer
kewenangan formal, karakteristik Sistem Informasi juga mempunyai kepentingan untuk memaksimalkan
Akuntansi, motivasi kerja dan struktur kewenangan kesejahteraan mereka. Dengan demikian ada kemung-
informal terhadap kepedulian biaya yang dimediasi kinan besar agen tidak selalu bertindak demi kepent-
oleh perilaku manajer dalam proses kontrol keputusan ingan terbaik prinsipal (Jensen dan Meckling, 1976).
dan manajemen keputusan. Penelitian ini merupakan Untuk meminimalkan kecenderungan manajer me-
replikasi penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ab- maksimalkan utilitas demi kesejahteraannya, maka
ernethy dan Emidia (2004). Penelitian ini akan meng- wewenang dan tanggungjawab agen maupun prinsipal
kaji apakah fenomena tersebut terjadi pada organisasi diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama.
nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan. Hal Jika kedua pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama
ini didasari bahwa sentralisasi dalam lembaga pendidi- untuk memaksimumkan utilitas sesuai kontrak, maka
kan yang merupakan organisasi nirlaba masih melekat dapat diyakini agen akan bertindak dengan cara-cara
terkait kepentingan pengelola, meskipun sistem desen- yang sesuai dengan kepentingan pihak prinsipal.
tralisasi sudah mulai dibangun dan diimplementasikan. Pihak prinsipal dapat membatasi perbedaan ke-
pentingan yang mungkin terjadi dengan meningkatkan
MATERI DAN METODE PENELITIAN nilai perusahaan yang ditempuh dengan memberikan
insentif yang layak kepada agen berupa bonus atau
Globalisasi membawa konsekuensi logis bahwa du- komisi. Organisasi perlu memikirkan bentuk-bentuk
nia usaha mau tidak mau didorong untuk mencapai motivasi yang sesuai sehingga mampu menggerakkan
keefektifan dan efisiensi. Keefektifan dan efisiensi kinerja sumber daya organisasi guna mencapai hasil
sangat diperlukan agar suatu unit usaha memiliki daya optimal serta produktivitas tinggi. Seorang manajer
saing serta keunggulan sehingga dapat bertahan dalam perlu mengenal perilaku dan pola masing-masing
dunia persaingan yang ketat. Menyikapi tantangan bawahannya sehingga dapat memberikan motivasi
tersebut, sistem pengendalian berbasis kinerja mulai sesuai karakteristik bawahan. Dalam mengelola
148
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEDULIAN BIAYA................................................................. (Maria Elly Budiarti)
organisasi, manajer sering dihadapkan pada kondisi Selain motivasi dan karakteristik sistem infor-
ketidakpastian, khususnya dalam pengambilan keputu- masi, pengelolaan suatu organisasi juga dipengaruhi
san. Oleh karena itu, manajer membutuhkan informasi oleh struktur kewenangan organisasi. Struktur ke-
yang relevan, reliabel, tepat waktu dan akurat. wenangan organisasi dipengaruhi oleh desain organ-
Sistem Informasi Akuntansi (SIA) menurut isasi yang dipilih dan diimplementasikan untuk men-
Kieso et al. (2002) adalah sistem yang mengumpulkan gelola sumber daya organisasi dan mencapai tujuan.
dan memproses data transaksi serta menyajikan infor- Desain organisasi dapat juga dinyatakan sebagai proses
masi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentin- pembuatan keputusan yang dilakukan oleh manajer
gan. SIA berkembang sepanjang waktu dan menjadi untuk memilih struktur organisasi yang sesuai dengan
semakin kompleks seiring dengan perkembangan strategi yang diimplementasikan organisasi. Desain
organisasi. Organisasi saat ini sangat memerlukan oganisasi membedakan dua bentuk organisasi, yaitu
sistem informasi akuntansi untuk mendukung proses organisasi formal dan organisasi informal. Organisasi
bisnis dan bersaing secara kompetitif. SIA memiliki informal yang terbentuk memiliki beberapa manfaat
peran yang penting dalam organisasi, yaitu untuk a) bagi organisasi formalnya, antara lain adalah sebagai
memudahkan pengambilan keputusan atau dikenal pendukung tercapainya tujuan organisasi, menjadi
sebagai manajemen keputusan dan b) mengendalikan sarana komunikasi tambahan yang efektif dan pemuas
perilaku (Zimmerman, 1997). Karakteristik SIA yang kebutuhan sosial anggota.
bermanfaat dalam pengambilan keputusan perlu Berkaitan dengan terselenggaranya pelimpahan
memperhatikan beberapa ukuran penting seperti luas wewenang dalam organisasi baik yang bersifat sentral-
ruang lingkup, agregasi, integrasi dan ketepatan waktu isasi maupun desentralisasi, maka terbentuklah struktur
(Bowens dan Abernethy, 2000) yang berkaitan dengan kewenangan dalam suatu organisasi. Sebagaimana
fungsi sistem informasi untuk mengurangi kondisi terbentuk organisasi formal dan organisasi informal
ketidakpastian lingkungan. dalam suatu desain organisasi, struktur kewenangan
SIA tidak hanya berfungsi untuk mengurangi organisasi juga dibedakan dalam dua bentuk, yaitu
kondisi ketidakpastian, namun juga perlu mencakup struktur kewenangan formal dan struktur kewenangan
penyediaan informasi yang berkualitas bagi pengam- informal. Struktur kewenangan formal didefinisi seb-
bil keputusan sehingga dapat memberikan berbagai agai suatu pilihan yang sengaja diambil manajemen
alternatif pilihan tindakan (Kren, 1997). Karakter- puncak untuk mendelegasikan keputusan ke tingkat
istik informasi yang tersedia dalam organisasi akan manajemen yang lebih rendah. Struktur kewenangan
efektif jika mendukung pengguna informasi dalam formal dalam suatu struktur organisasi biasanya terkait
pengambilan keputusan dan pengendalian perilaku dengan sistem pertanggungjawaban, pengaruh dan
para manajer (Milgrom dan Roberts, 1992). SIA pengendalian yang didasarkan pada prinsip hierarki
dalam kontrol keputusan berasal dari asumsi bahwa kewenangan (Barnard, 1968).
individu tidak bertindak sesuai dengan keinginan Kewenangan formal dalam struktur organisasi
organisasi tetapi lebih dikarenakan oleh kepentingan penyedia layanan pendidikan dapat dilihat dari jabatan
mereka sendiri. Oleh karena itu manajemen puncak struktural yang ditempati seorang manajer unit karya
menerapkan sistem pengendalian untuk meningkatkan pendidikan berdasarkan surat keputusan dari kepala
kemungkinan bahwa individu akan bertindak demi kantor pusat lembaga pendidikan. Kewenangan
tercapainya tujuan organisasi secara efektif dan efisien formal tersebut timbul karena adanya aturan yang
(Flamholz dan Tsui, 1985). Sistem informasi tersebut memungkinkan kepala kantor pusat mendelegasikan
akan menyajikan informasi tentang berbagai pilihan sebagian atau seluruh haknya atas keputusan kepada
tindakan yang diambil oleh bawahan yang kemudian manajer unit karya. Kewenangan informal bersumber
digunakan untuk mengukur dan memberi penghargaan dari kekuasaan dan pengaruh dominasi koalisi (Cyert
kinerja bawahan. Informasi tersebut diharapkan dapat dan March, 1963). Kekuasaan informal didefinisikan
mengubah perilaku atau berpengaruh pada tindakan sebagai kemampuan individu untuk mempengaruhi
yang dipilih oleh bawahan, sehingga kinerja organisasi keputusan dan aktivitas dalam cara-cara yang tidak
yang efektif dapat dicapai. dapat dilakukan sehubungan dengan kewenangan
149
JAM, Vol. 26, No. 2, Agustus 2015: 147-167
formal yang dimiliki (Alexander dan Morlock, 2000). dalam kontrol keputusan perlu diinvestigasi, apakah
Perilaku yang diamati dalam organisasi tidak keputusan yang diambil telah dijalankan dengan baik
hanya terfokus pada perilaku yang berkaitan dengan dan benar. Informasi tentang anggaran pendapatan
pekerjaan, keluar masuknya karyawan, produktivitas dan belanja unit karya dapat digunakan oleh pimpinan
dan kinerja, tetapi termasuk juga perilaku manajemen pusat untuk mengendalikan perilaku manajer unit karya
dalam mengelola suatu organisasi (Robins, 2003). dengan cara membandingkan rencana anggaran yang
Ada tiga bentuk perilaku manajerial dalam penelitian telah ditetapkan dengan realisasi anggaran.
ini yaitu kontrol keputusan, manajemen keputusan, Seorang manajer dituntut untuk memiliki
dan kepedulian biaya. Pengendalian ialah kegiatan kemampuan diantaranya keterampilan teknis, keter-
yang bertujuan agar strategi, kebijakan, program kerja ampilan manusiawi dan keterampilan konseptual untuk
dan anggaran dilaksanakan sesuai dengan yang telah melakukan fungsi manajemen, yaitu perencanaan,
ditetapkan. Artinya semua kegiatan harus diusahakan pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian.
sekecil mungkin adanya penyimpangan antara ke- Menurut Robins (2003), keterampilan konseptual
nyataan dan harapan. Proses pengendalian itu meliputi adalah kemampuan mental yang harus dimiliki oleh
kegiatan 1) mengukur penyimpangan kinerja dengan seorang manajer untuk menganalisis situasi yang rumit,
program kerja dan anggaran, 2) menganalisis penyim- misalnya proses pengambilan keputusan yang disebut
pangan dan menemukan sebab-sebab terjadinya peny- manajemen keputusan.
impangan, 3) mengambil tindakan untuk menghapus Manajemen keputusan merupakan perilaku
sebab-sebab penyimpangan, atau mengambil tindakan manajer yang berkaitan dengan penggunaan sistem
perbaikan. informasi yang dapat ditelaah dengan melihat seberapa
Informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi besar keberadaan informasi keuangan dimanfaatkan
akuntansi digunakan oleh manajer untuk mengenda- sebagai dasar pengambilan keputusan (Swieringa dan
likan keputusan yang telah diambilnya. Dengan kata Moncur, 1975 dalam Abernethy dan Emidia, 2004).
lain dapat dikatakan bahwa dengan memiliki keter- Dalam pengambilan keputusan seorang manajer ditun-
ampilan konseptual seorang manajer dapat meman- tut untuk menemukan permasalahan, mengidentifikasi
faatkan informasi selain untuk manajemen keputusan alternatif-alternatif yang dapat mengoreksi masalah
tapi juga untuk mengendalikan keputusan yang telah tersebut, mengevaluasi alternatif-alternatif dan memil-
dibuat (Swieringa dan Moncur, 1975 dalam Abernethy ih alternatif yang paling baik. Melaui informasi yang
dan Emidia, 2004). dihasilkan oleh SIA, seorang manajer dituntut untuk
Pengukuran, analisis, dan evaluasi terhadap data dapat mengambil keputusan tepat demi meningkatkan
yang berkaitan dengan kinerja perlu dilakukan dalam kinerja perusahaan yang dipimpinnya.
suatu organisasi, sehingga manajer organisasi dapat Konsep kepedulian biaya merupakan langkah
menentukan alternatif strategi untuk mempertahankan efisiensi atas seluruh biaya yang dikeluarkan dalam
atau meningkatkan keefektifan dan efisiensi. Kinerja rangka menghasilkan produk atau jasa yang diminati
adalah kemampuan dalam mencapai target yang telah oleh masyarakat. Kepedulian biaya bukan berarti suatu
ditetapkan. Pada organisasi yang menggunakan strategi tindakan menekan biaya sampai serendah-rendahnya,
desentralisasi kepada unit-unit bisnis yang diben- melainkan adanya pertanggungjawaban atas setiap ru-
tuknya, pencapaian kinerja unit bisnis diharapkan dapat piah yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk atau
mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan, layanan. Oleh sebab itu kepedulian biaya diharapkan
dengan asumsi strategi yang ditetapkan pada unit bisnis dapat menjadi pola perilaku setiap manajer. Agar setiap
sesuai dengan situasi dan kondisi eksternal dan internal program kerja dapat terlaksana dengan baik, manajer
yang ada pada lingkungan unit bisnis tersebut (Mia dan perlu selalu memonitor langkah awal (budgeting) dan
Clarke, 1999). akhir (reporting) dari proses tersebut. Karena itulah
Keterampilan konseptual manajer dalam kontrol manajer bertanggungjawab memastikan penggunaan
keputusan harus dimiliki pula oleh manajer unit karya dana sehingga tepat pada sasaran, melakukan pelapo-
serta pejabat struktural di lingkungan pendidikan. Per- ran keuangan, mengelola anggaran dan kas manaje-
an penting manajer unit karya serta pejabat struktural men, serta memastikan keefektifan dan efisiensi dana
150
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEDULIAN BIAYA................................................................. (Maria Elly Budiarti)
151
JAM, Vol. 26, No. 2, Agustus 2015: 147-167
152
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEDULIAN BIAYA................................................................. (Maria Elly Budiarti)
kewenangan mereka untuk mempengaruhi keseluruhan keputusan. Oleh karena itu, disusun hipotesis seperti
keputusan di unit karya pendidikan mereka. Seringkali berikut:
mereka menggunakan kewenangan informal ini dengan H4b: Struktur kewenangan informal berpengaruh
mengabaikan pertimbangan kepala kantor pusat lem- negatif terhadap manajemen keputusan
baga pendidikan. Kecenderungan ini dimungkinkan Konsep kepedulian biaya yang dikembangkan
terjadi karena kepala kantor pusat hanya mempunyai oleh Young dan Shields (1994) menekankan pada
pengetahuan yang terbatas atas situasi dan kondisi konsekuensi pentingnya kepedulian biaya sebagai
masing-masing unit karya. Selain itu kewenangan akibat dari pengambilan keputusan yang dilakukan
informal yang dimiliki oleh manajer unit karya pendidi- oleh manajer. Biaya dijadikan pertimbangan penting
kan sangat memungkinkan mereka untuk menentukan, dalam pengambilan keputusan dan upaya manajer
merumuskan, mengelola dan mengevaluasi keputusan memperketat biaya untuk mencapai efisiensi biaya
strategik unit karya tanpa pertimbangan kepala kantor (Birnberg et al., 1990). Penilaian keputusan yang
pusat. Atas dasar uraian tersebut, hipotesis penelitian bersumber dari kewenangan formal atas input dan
dinyatakan sebagai berikut: output berpengaruh terhadap komitmen dan tujuan
H4a: Struktur kewenangan informal berpengaru nega- sistem yang dihubungkan dengan efisiensi biaya (Steer,
tif terhadap kontrol keputusan 1977). Hal ini didasari bukti bahwa banyak perusahaan
Jika pengaruh kewenangan informal terhadap sukses dalam keunggulan kompetitif karena mampu
perilaku manajer dalam kontrol keputusan dapat den- mengelola anggarannya dengan baik.
gan tegas dan jelas diprediksi, tidak demikian halnya Pilihan terhadap kepedulian biaya sebagai
dengan pengaruh kewenangan informal terhadap proksi keefektifan dan efisiensi perilaku manajer
perilaku manajer dalam manajemen keputusan. Ada unit karya didasarkan pada dua argumentasi berikut.
argumentasi teoritis yang dapat mendukung bahwa Kepedulian biaya merupakan indikator penting menilai
pengaruh kewenangan informal terhadap perilaku perilaku manajer dalam suatu organisasi yang diberi
manajer dalam manajemen keputusan bertentangan tanggungjawab atas keputusan di tingkat unit karya,
atau berpengaruh secara negatif. Argumentasi ini benar, sekaligus merupakan langkah awal penting bagi ter-
ketika yang dimaksud dengan manajemen keputusan ciptanya organisasi yang akuntabel, transparan dan
adalah implementasi sistem administrasi sebagaimana bersih.
dinyatakan oleh Abernethy dan Stoelwinder (1995). Alasan kedua penggunaan kepedulian biaya se-
Padahal ada kecenderungan bahwa implementasi bagai proksi keefektifan dan efisiensi perilaku manajer
sistem administrasi lebih merupakan kontrol keputu- unit karya adalah kesulitan yang muncul bila proksi
san. keefektifan dan efisiensi perilaku manajer unit karya
Berdasarkan hasil observasi empiris dapat diukur dengan menggunakan ukuran kinerja manajerial
dinyatakan bahwa manajer unit karya pendidikan yang (misalnya ROI). Kesulitan terletak pada cara mem-
di dalam dirinya melekat kewenangan informal cen- peroleh dan menetapkan argumentasi serta justifikasi
derung memandang bahwa informasi SIA merupakan yang menunjukkan pengaruh perilaku manajer dalam
informasi yang relevan bagi pengambilan keputusan manajemen keputusan dan kontrol keputusan terhadap
atau manajemen keputusan yang harus mereka ambil. kinerja manajerial (Ittner dan Larcker, 2001; Briers dan
Kecenderungan ini terjadi karena pemahaman mereka Hirst, 1990).
tentang peran akuntansi dalam perumusan dan pembua- Dalam penelitian ini, keefektifan dan efisiensi
tan keputusan tidak begitu optimal. Kondisi ini sangat perilaku manajer unit karya diukur dan diproksi
rasional dengan kenyataan yang ada mengingat keharu- dengan menggunakan konsep kepedulian biaya yang
san untuk lebih profesional termasuk untuk memahami dikembangkan oleh Shields dan Young (1994). Inti
informasi-informasi akuntansi dalam fungsi manaje- konsep ini adalah bagaimana kepala kantor pusat suatu
rial baru berkembang sekitar tahun 2000. Situasi ini lembaga pendidikan dan manajer unit karya pendidikan
menimbulkan tidak adanya orientasi manajerial pada menaruh perhatian secara serius terhadap konsekuensi
manajer unit-unit karya pendidikan yang juga berpen- kos yang timbul bila sebuah keputusan telah diambil
garuh terhadap perilaku manajer dalam manajemen dan ditetapkan. Penilaian kinerja organisasi dalam
153
JAM, Vol. 26, No. 2, Agustus 2015: 147-167
hal ini lembaga-lembaga pendidikan dilakukan den- H6: Struktur kewenangan formal berpengaruh positif
gan menelaah anggaran, yakni dalam perencanaan, terhadap kepedulian biaya
pelaksanaan serta pelaporan anggaran menggunakan H7: Struktur kewenangan informal berpengaruh
sistem informasi akuntansi yang diberlakukan dalam negatif terhadap kepedulian biaya
lembaga yang bersangkutan. Informasi yang disajikan
oleh sistem informasi akuntansi lembaga diharapkan HASIL PENELITIAN
dapat berguna bagi manajer unit karya dan pimpinan
pusat dalam membuat keputusan dan pengendalian Data penelitian dikumpulkan dengan mengirimkan se-
keputusan dan selanjutnya diharapkan mempunyai banyak 250 kuesioner kepada responden, yang dipilih
dampak pada perilaku manajerial para manajer unit dengan tekhnik purposive sampling yang melibatkan
karya, yaitu kepedulian terhadap biaya yang timbul. para pejabat struktural unit karya pendidikan swasta
Atas dasar uraian ini dapat dinyatakan hipotesis sebagai di Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Bengkulu, Lahat,
berikut: Surabaya, Yogyakarta, Magelang dan Solo. Jumlah
H5a: Kontrol keputusan berpengaruh positif terhadap kuesioner yang kembali sebanyak 157 eksemplar,
kepedulian biaya kurang dari jumlah persyaratan minimal sampel seban-
H5b: Manajemen keputusan berpengaruh positif ter- yak 190 eksemplar. Seluruh jawaban responden dapat
hadap kepedulian biaya diolah dan dianalisis lebih lanjut. Dengan demikian
tingkat pengembalian dari kuesioner yang disebarkan
Berkaitan dengan pengaruh kewenangan, baik sebesar 62,8 %. Responden yang diharapkan terlibat
dalam bentuk kewenangan formal maupun kewenan- dalam survei ini sebanyak 250 manajer dan pejabat
gan informal terhadap kepedulian biaya sebagai proksi struktural unit karya pendidikan. Survei dilakukan pada
keefektifan dan efisiensi perilaku manajer unit karya bulan Maret – April 2012, sehingga 60% kuesioner
dapat dijelaskan berikut ini. Hak keputusan formal penelitian didistribusikan melalui kantor pusat lembaga
yang melekat pada diri manajer unit yang berasal pendidikan pada minggu ketiga bulan Februari 2012,
dari pendelegasian wewenang resmi organisasional setelah peneliti mendapatkan ijin survei pada tanggal
memungkinkan meningkatnya komitmen manajer unit 6 Februari 2012. Selebihnya, sebanyak 40% kuesioner
mengenai pencapaian tujuan atau sasaran organisasi didistribusikan secara langsung kepada responden di
secara efektif dan efisien (Steers, 1977). Rancangan unit-unit karya pendidikan yang wilayahnya dapat
dan bentuk struktur formal dirancang untuk mendorong dijangkau peneliti. Pemilihan waktu survei ditentukan
dan memotivasi manajer unit untuk bertindak berdasar dengan mempertimbangkan periode tingkat kesibukan
pada manajemen sumber daya yang benar (Abernethy minimal responden di unit karya pendidikan, sehingga
dan Stoelwinder, 1995). responden dapat mengalokasikan waktu yang cukup
Sementara itu, kewenangan informal yang me- untuk pengisian kuesioner penelitian.
lekat dalam diri manajer unit karya yang diperoleh dan Pengiriman kuesioner melalui pos dilakukan
berasal dari kemampuan (kewenangan) individualnya untuk unit-unit karya pendidikan yang tidak dapat
dalam mempengaruhi pihak lain cenderung meng- dijangkau oleh peneliti dengan melibatkan contact
hasilkan dampak negatif terhadap tingkat kepedulian person di wilayah-wilayah unit karya pendidikan
biaya sebagai proksi keefektifan dan efisiensi perilaku tersebut berada. Kedua metode tersebut dilakukan agar
manajer unit karya. Ini bisa terjadi mengingat bahwa tingkat pengembalian (respon rate) kuesioner tinggi.
secara tradisional yang terjadi pada masa lalu (sebe- Peneliti memberikan batas waktu pengembalian kue-
lum tahun 2000-an), manajer unit karya cenderung sioner sampai dengan minggu kedua bulan Mei 2012.
bertindak atau bekerja tidak profesional. Kesuksesan, Dalam proses survei terdapat 6 eksemplar kuesioner
keefektifan dan efisiensi organisasi bukanlah perhatian yang kembali melebihi target waktu pengembalian kue-
penting. Mereka akan bertindak dan bekerja sesuai sioner. Keenam kuesioner tersebut tidak diikutsertakan
dengan keinginan manajemen puncak/pimpinan pusat. dalam analisis hasil survei. Ringkasan pengiriman dan
Oleh karena itu, hipotesis penelitian dapat dinyatakan pengembalian kuesioner ditunjukkan pada Tabel 1
sebagai berikut: berikut ini:
154
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEDULIAN BIAYA................................................................. (Maria Elly Budiarti)
Tabel 1
Ringkasan Pengiriman Kuesioner
Tabel 2
Profil Responden (n=157)
Uji validitas dilakukan untuk melihat apakah SIA), motivasi (MTV), kekuasaan (SKI), perilaku
item pertanyaan yang digunakan dalam penelitian manajer (KKP dan MKP) dan kepedulian biaya (CCS).
mampu mengukur apa yang ingin diukur oleh peneliti. Analisis faktor untuk menguji validitas item-item
Analisis faktor digunakan untuk menguji validitas pertanyaan variabel struktur kewenangan formal di-
suatu rangkaian kuesioner. Analisis faktor dilakukan lakukan secara per dimensi.
secara per variabel, yaitu desain organisasi (SKF dan
Tabel 3
Hasil Uji Validitas Variabel Struktur Kewenangan Formal
Variabel struktur kewenangan formal digambarkan Variabel karakteristik SIA digambarkan dalam
dalam item pertanyaan SKF1, SKF2, SKF3, SKF4 dan item pertanyaan SIA1, SIA2, SIA3, SIA4, SIA5, SIA6,
nilai reliabilitas untuk variabel struktur kewenangan SIA7, SIA8, SIA9 dan nilai reliabilitas untuk variabel
formal adalah 0,796. karakteristik SIA adalah 0,920.
155
JAM, Vol. 26, No. 2, Agustus 2015: 147-167
Tabel 4
Hasil Uji Validitas Variabel Karakteristik SIA
Tabel 5
Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Kerja
156
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEDULIAN BIAYA................................................................. (Maria Elly Budiarti)
Tabel 5 (Lanjutan)
Variabel motivasi kerja digambarkan dalam Variabel independen ketiga dalam penelitian ini
item pertanyaan MTV1, MTV2, MTV3, MTV4, adalah struktur kewenangan informal. Analisis faktor
MTV5, MTV6, MTV7, MTV8, MTV9, MTV10, untuk menguji validitas item-item pertanyaan variabel
MTV11, MTV12, MTV13, MTV14, MTV15, MTV16, struktur kewenangan informal dilakukan secara per
MTV17, MTV18 dan nilai reliabilitas untuk variabel dimensi.
motivasi kerja adalah 0,813.
Tabel 6
Hasil Uji Validitas Variabel Sistem Kewenangan Informal
157
JAM, Vol. 26, No. 2, Agustus 2015: 147-167
Tabel 6 (Lanjutan)
Variabel struktur kewenangan informal digam- item-item pertanyaan perilaku manajer dalam kontrol
barkan dalam item pertanyaan SKI1, SKI2, SKI3, keputusan dan manajemen keputusan dilakukan secara
SKI4, SKI5, SKI6, SKI7 dan nilai reliabilitas untuk per dimensi.
faktor struktur kewenangan informal adalah 0,875. Variabel perilaku manajer dalam kontrol kepu-
Variabel intervening dalam penelitian ini adalah tusan digambarkan dalam item pertanyaan KKP1,
perilaku manajer dalam kontrol keputusan dan manaje- KKP2, KKP3, KKP4 dan nilai reliabilitas untuk
men keputusan. Analisis faktor untuk menguji validitas variabel kontrol keputusan adalah 0,771.
Tabel 7
Hasil Uji Validitas Variabel Kontrol Keputusan
Tabel 8
Hasil Uji Validitas
Variabel Manajemen Keputusan
Variabel perilaku manajer dalam manajemen Analisis faktor untuk menguji validitas item-
keputusan digambarkan dalam item pertanyaan MKP1, item pertanyaan variabel kepedulian biaya dilakukan
MKP2, MKP3, MKP4 dan nilai reliabilitas untuk secara per dimensi.
variabel manajemen keputusan adalah 0,835.
158
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEDULIAN BIAYA................................................................. (Maria Elly Budiarti)
Tabel 9
Hasil Uji Validitas Variabel Kepedulian Biaya
Variabel kepedulian biaya digambarkan dalam item cronbach’s alpha menunjukkan konsistensi responden
pertanyaan CCS1, CCS2, CCS3, CCS4, CCS5, CCS6, dalam memberi tanggapan terhadap keseluruhan item
CCS7 dan nilai reliabilitas untuk variabel kepedulian yang mewakili pengukuran suatu variabel tertentu. Ni-
biaya adalah 0,843. lai cronbach’s alpha <0,6 berarti reliabilitas konstruk/
Uji reliabilitas dilakukan untuk melihat apakah variabelnya buruk. Jika nilai cronbach’s alpha 0,6–0,7,
rangkaian kuesioner yang digunakan untuk mengukur maka reliabilitasnya diterima dan jika nilai cronbach’s
suatu konstruk/variabel tidak memiliki kecenderungan alpha 0,8–1,0, maka reliabilitas datanya dikatakan
tertentu. Salah satu cara untuk menguji reliabilitas baik. Ringkasan nilai validitas dan reliabilitas dalam
adalah dengan menghitung cronbach’s alpha. Nilai penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 10:
Tabel 10
Uji Reliabilitas Data
159
JAM, Vol. 26, No. 2, Agustus 2015: 147-167
Tabel 10 menunjukkan bahwa seluruh variabel manajer dalam kontrol keputusan memiliki nilai rata-
penelitian yaitu: struktur kewenangan formal, kara- rata 2,17994 dan standar deviasi sebesar 0,451832;
kteristik SIA, motivasi kerja, struktur kewenangan sedangkan Variabel perilaku manajer dalam manaje-
informal, kontrol keputusan, manajemen keputusan men keputusan memiliki nilai rata-rata 2,8162 dan
dan kepedulian biaya dinyatakan reliabel karena nilai standar deviasi sebesar 0,69966. Variabel kepedulian
cronbach’s alpha>0,6. biaya memiliki nilai rata-rata 3,281385 dan standar
Hasil pengujian korelasi menunjukkan ad- deviasi sebesar 0,6196694. Tabel di atas juga menya-
anya korelasi yang signifikan antara variabel eksogen jikan korelasi antar variabel. Hasil pengujian korelasi
dan variabel endogen. Berdasarkan kuesioner yang antar variabel tidak menunjukkan adanya masalah
diterima, tabel di bawah ini menunjukkan statistik multikolinearitas, karena nilainya kurang dari 0,8.
deskriptif yang terdiri atas cronbach’s alpha, mean, Analisis selanjutnya adalah analisis Structural
standar deviasi dan korelasi antar variabel. Equation Model (SEM) secara full model, setelah di-
Tabel 11 menunjukkan hasil statistik deskriptif lakukan analisis terhadap tingkat unidimensionalitas
yang terdiri atas nilai cronbach’s alpha, mean, standar dari indikator-indikator pembentuk variabel laten yang
deviasi dan korelasi antar variabel. Variabel struktur diuji dengan confirmatory factor analysis. Analisis
kewenangan formal memiliki nilai rata-rata 2,23636 hasil pengolahan data pada tahap full model SEM
dan standar deviasi sebesar 0,579938; sedangkan dilakukan dengan melakukan uji kesesuaian dan uji
variabel karakteristik SIA memiliki nilai rata-rata statistic dengan hasil seperti pada Tabel 12.
3,79247 dan standar deviasi sebesar 0,602089. Variabel Uji terhadap hipotesis model menunjukkan
motivasi kerja memiliki nilai rata-rata 5,17475 dan bahwa model ini sesuai dengan data atau fit terhadap
standar deviasi sebesar 1,573545. Variabel struktur data yang digunakan dalam penelitian, terbukti dengan
kewenangan informal memiliki nilai rata-rata 2,43224 goodness of fit model yang mencapai 0,840 (marginal).
dan standar deviasi sebesar 0,628488. Variabel perilaku GFI model tidak mencapai syarat minimum GFI, yaitu
Tabel 11
Analisis Deskriptif Data
Cronbach’s Std.
Var. Mean SKF SIA MTV SKI KKP MKP CCS
alpha Deviasi
SKF 0,796 2,23636 0,579938 1 - - - - - -
SIA 0,920 3,79247 0,602089 0,508** 1 - - - - -
MTV 0,813 5,17475 1,573545 0,034 0,039 1 - - - -
SKI 0,875 2,43224 0,628488 0,351** 0,350** 0,058 1 - - -
KKP 0,771 2,17994 0,451832 0,550 **
0,415 **
-0,037 0,513 **
1 - -
MKP 0,835 2,8162 0,69966 0,525 **
0,513 **
0,002 0,480 **
0,564**
1 -
CCS 0,843 3,281385 0,6196694 0,516** 0,649** -0,027 0,514** 0,575** 0,656** 1
Tabel 12
Model Fit Summary
160
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEDULIAN BIAYA................................................................. (Maria Elly Budiarti)
0,90 disebabkan oleh kurangnya data yang dipersyarat- penuhi, selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesis
kan sebanyak 5–10 kali jumlah parameter diestimasi, dengan ringkasan hasil pengujian hipotesis sebagai
sedangkan data terkumpul mencapai 82,63% dari 10 berikut:
kali parameter diestimasi. Setelah semua asumsi di-
Tabel 13
Hasil Pengujian Hipotesis
161
JAM, Vol. 26, No. 2, Agustus 2015: 147-167
162
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEDULIAN BIAYA................................................................. (Maria Elly Budiarti)
lence)/kriteria standar tertentu. Heckhausen (1967), dalam pengukuran kinerja disusun pula sistem reward
mengemukakan bahwa motivasi berprestasi merupakan and punishment yang akan diimplementasikan untuk
upaya untuk meningkatkan kecakapan pribadi setinggi mendukung sistem pengukuran kinerja tersebut.
mungkin dalam setiap kegiatan dengan menggunakan Hasil pengujian menunjukkan tidak adanya
ukuran keunggulan sebagai perbandingan. Jadi, dalam pengaruh motivasi terhadap perilaku manajer dalam
motivasi berprestasi selalu ada kriteria standar yang kontrol keputusan dan manajemen keputusan. Hal ini
dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan. Dalam hal mengindikasikan ketidakmampuan organisasi nirlaba
ini ada tiga kriteria, yaitu 1) produk dinilai atas dasar dalam memotivasi sumber daya manusianya untuk
kesempurnaan, 2) membandingkan prestasi sendiri mencapai tingkat kinerja optimal demi pengemban-
yang pernah dicapai sebelumnya, 3) membandingkan gan organisasi. Oleh karena itu, organisasi nirlaba
dengan prestasi orang lain dalam bidang sejenis. In- perlu mengevaluasi teknik-teknik motivasi yang telah
dividu dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan diimplementasikan selama ini. Evaluasi atas teknik-
menilai apakah kinerjanya mampu memenuhi kriteria teknik motivasi tersebut perlu didukung pula dengan
standar yang ditetapkan oleh organisasi. penetapan sistem penilaian kinerja dengan kriteria
Organisasi nirlaba cenderung mengukur kin- standar yang jelas untuk mengukur kinerja personal
erja manajer secara tradisional, yaitu membandingkan dalam organisasi.
target anggaran yang telah ditetapkan dengan realisasi Tujuan utama penilaian kinerja adalah untuk
pendapatan yang diterima organisasi. Sistem penguku- memotivasi personal dalam mencapai sasaran or-
ran kinerja tradisional lebih mudah diterapkan karena ganisasi dan memenuhi standar-standar yang telah
tolok ukur kinerja personal diukur berkaitan dengan ditetapkan sebelumnya sehingga membuahkan tin-
aspek keuangan saja. Sistem ini lazim dilakukan dan dakan dan hasil yang diharapkan oleh organisasi.
mempunyai beberapa kelebihan, tetapi karena hanya Penilaian kinerja juga dapat digunakan oleh manajer
menitikberatkan pada aspek keuangan, sistem pengu- pusat untuk memperoleh dasar yang obyektif dalam
kuran kinerja ini juga memiliki kelemahan. Pengu- memberi reward and punishment yang sesuai dengan
kuran kinerja berdasarkan aspek keuangan dianggap prestasi masing-masing pusat pertanggungjawaban
tidak mampu menginformasikan upaya-upaya yang kepada organisasi secara keseluruhan. Upaya-upaya ini
harus diambil untuk meningkatkan kinerja organisasi. diharapkan dapat memberi rangsangan dan motivasi
Selain itu, sistem pengukuran kinerja ini dianggap tidak pada masing-masing unit karya untuk bekerja lebih
mampu mengukur aset tidak berwujud yang dimiliki efektif dan efisien demi tercapainya tujuan organisasi.
organisasi, seperti sumber daya manusia, kepuasan Pengujian Hipotesis 4a menunjukkan bahwa
pelanggan dan kesetiaan pelanggan. struktur kewenangan informal berpengaruh positif
Untuk meningkatkan kinerja organisasi, diper- terhadap perilaku manajer dalam kontrol keputusan
lukan suatu sistem berbasis kinerja. Kinerja merupakan dengan nilai p<0,05 dan β=0,326. Demikian pula den-
faktor penting yang harus diperhatikan oleh suatu gan pengujian Hipotesis 4b yang menunjukkan bahwa
organisasi. Kinerja dalam suatu periode tertentu dapat struktur kewenangan informal berpengaruh positif ter-
dijadikan acuan untuk mengukur tingkat keberhasilan hadap perilaku manajer dalam manajemen keputusan
organisasi. Kinerja yang baik harus mempunyai sistem dengan nilai p<0,05 dan β=0,413. Hasil uji Hipotesis
pengukuran kinerja yang andal dan berkualitas. Oleh 4a dan 4b ini berlawanan dengan dugaan sementara
karena itu, organisasi nirlaba perlu mulai menerap- yang menyatakan bahwa struktur kewenangan informal
kan sistem kinerja yang sesuai sehingga organisasi memiliki pengaruh negatif terhadap perilaku manajer
mampu bersaing dan berkembang. Pengukuran kinerja dalam kontrol keputusan dan manajemen keputusan.
merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi Dengan demikian Hipotesis 4a dan 4b ditolak.
sebuah organisasi. Pengukuran tersebut antara lain Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian
dapat digunakan sebagai dasar penyusunan sistem Abernethy dan Emidia (2004) yang menemukan bahwa
imbalan atau sebagai dasar dalam penentuan strategi struktur kewenangan informal berpengaruh negatif ter-
organisasi. Sistem pengukuran kinerja juga dapat di- hadap perilaku manajer. Dengan demikian, penelitian
jadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena ini membuktikan bahwa kekuasaan yang timbul akibat
163
JAM, Vol. 26, No. 2, Agustus 2015: 147-167
kewenangan informal seorang manajer tidak selalu untuk mencapai tujuan organisasi.
berpengaruh negatif. Kekuasaan bersifat positif ketika Loyalitas seorang manajer dipengaruhi oleh
individu pemegang kekuasaan dapat mempengaruhi karakter serta komitmen pribadinya terhadap organ-
dan mengubah pemikiran orang lain atau kelompok isasi. Manajer yang memiliki komitmen terhadap
untuk melakukan suatu tindakan yang diinginkan organisasi berusaha mengaktualisasikan dirinya demi
oleh pemegang kekuasaan dengan sungguh-sungguh, kepentingan bersama dalam organisasi. Aktualisasi diri
bukan karena paksaan baik secara fisik maupun mental. tersebut nampak dalam kesungguhan melaksanakan
Kekuasaan bersifat negatif ketika individu pemegang pekerjaan dan tanggung jawab atas pekerjaan terse-
kekuasaan mempengaruhi orang lain atau kelompok but. Loyalitas tinggi seorang manajer terhadap or-
untuk melakukan tindakan yang diinginkan oleh pe- ganisasinya dapat memacu perkembangan organisasi
megang kekuasaan dengan cara paksaan atau tekanan secara dinamis. Dominannya kewenangan informal
baik secara fisik maupun mental. seorang manajer yang memiliki loyalitas dan komitmen
Pemegang kekuasaan yang memiliki sifat nega- kuat kepada organisasi akan berdampak pada upaya
tif tidak memiliki kecerdasan intelektual dan emosional maksimal yang dilakukannya untuk memaksimalkan
yang baik, mereka cenderung berfikir pendek dan kinerja demi pencapaian tujuan organisasi. Oleh karena
kurang tajam dalam pertimbangan serta pengambilan itu, semakin besar kewenangan informal yang dimiliki
keputusan, bahkan mereka sendiri kadang-kadang tidak oleh manajer yang loyal, semakin besar pula peluang
dapat menjalankan perintah yang mereka instruksikan bagi organisasi untuk mengoptimalkan sumber daya
kepada orang atau kelompok yang berada di bawah efektif yang ada dalam organisasinya.
kekuasannya karena keterbatasan daya pikir tadi. Hasil pengujian Hipotesis 5a dan 5b mampu
Kekuasaan dengan karakter negatif cenderung mencari menjawab dugaan peneliti bahwa perilaku manajer
keuntungan pribadi atau golongan atas kekuasan terse- dalam kontrol keputusan dan manajemen keputusan
but karena mereka tidak memiliki kemampuan atau berpengaruh positif terhadap kepedulian biaya dengan
modal apapun selain kekuasaan untuk menghasilkan tingkat signifikansi p=0,014 dan β=0,309 untuk varia-
sesuatu demi kemajuan organisasi. bel kontrol keputusan serta p<0,05 dan β=0,581 untuk
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur variabel manajemen keputusan. Dengan demikian
kewenangan informal berpengaruh positif terhadap Hipotesis 5a dan Hipotesis 5b diterima. Hipotesis 5a
perilaku manajer dalam kontrol keputusan dan mana- dalam penelitian ini menunjukkan bahwa manajer unit
jemen keputusan. Hal ini mengindikasikan adanya memiliki perilaku kontrol keputusan yang baik untuk
loyalitas para manajer organisasi nirlaba. Kekuasaan mencapai kepedulian biaya. Mereka memiliki kontrol
yang timbul dari kewenangan informal manajer pada yang tinggi atas realisasi anggaran pada unit kerjanya
unit-unit karya organisasi nirlaba mampu mempenga- serta mempunyai inisiatif mencari solusi demi penca-
ruhi dan mengubah pemikiran orang lain atau kelom- paian keefektifan dan efisiensi biaya.
pok untuk melakukan suatu tindakan yang diinginkan Penelitian Young dan Shields (1994) didukung oleh
oleh pemegang kekuasaan dengan sungguh-sungguh, hasil pengujian Hipotesis 5b penelitian ini. Semakin
bukan karena paksaan baik secara fisik maupun mental. baik manajer unit karya melakukan pengelolaan atas
Kekuasaan dalam penelitian ini bersifat positif karena keputusan-keputusan yang dibuatnya, semakin tinggi
dipengaruhi oleh tingkat kecerdasan intelektual dan pula kepedulian biaya yang dicapai. Biaya dijadikan
emosional yang baik para responden penelitian yang pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan
merupakan para pelaku pendidikan. Statistik deskriptif untuk mencapai keefektifan dan efisiensi. Dengan
penelitian ini menunjukkan, tingkat pendidikan respon- demikian, kepedulian biaya terbukti menjadi indikator
den setara S1 dan S2 cukup dominan dengan persentase penting dalam menilai perilaku manajer suatu organ-
sebesar 84,71% dan 8,92%, dengan demikian dapat isasi untuk mengendalikan dan mengelola pengambilan
diasumsikan bahwa kecerdasan intelektual dan tingkat keputusan di tingkat unit karya yang menjadi tang-
pengetahuan manajerial responden cukup tinggi, ter- gungjawabnya.
masuk kemampuan responden untuk memahami pent- Penelitian membuktikan bahwa kewenangan
ingnya kontrol keputusan dan manajemen keputusan formal yang melekat pada diri pimpinan unit yang
164
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEDULIAN BIAYA................................................................. (Maria Elly Budiarti)
berasal dari pendelegasian wewenang resmi organ- daan karakteristik lembaga pendidikan yang bernaung
isasional (kewenangan formal) tidak berpengaruh ter- dalam satu payung pengelolaan tersebut menimbulkan
hadap kepedulian biaya. Hal ini terbukti dengan hasil konsekuensi logis bahwa yayasan pendidikan sebagai
P=0,818 (>0,05, tidak signifikan). Dengan demikian pihak pengelola menerapkan sistem subsidi silang
Hipotesis 6 ditolak. Penelitian ini tidak mendukung dalam pengelolaan unit-unit pendidikan tersebut agar
temuan Steer (1977) yang mengemukakan bahwa mampu bertahan di tengah persaingan yang semakin
kewenangan formal dalam pengambilan keputusan ketat.
berpengaruh pada komitmen dan tujuan sistem yang Lembaga pendidikan yang merupakan or-
dihubungkan dengan efisiensi biaya. ganisasi nirlaba didirikan dengan tujuan melayani
Hasil pengujian hipotesis 7 menunjuk- masyarakat. Jiwa subsidi silang sesuai dengan misi
kan bahwa kewenangan informal yang melekat pada organisasi nirlaba, namun tantangan global dewasa ini
diri manajer unit karya pendidikan untuk mengenda- juga melahirkan tuntutan-tuntutan baru bagi lembaga
likan sumber daya organisasi tidak berpengaruh ter- pendidikan. Beberapa tahun terakhir, institusi pendi-
hadap kepedulian biaya. Hal ini terbukti dengan hasil dikan asing sudah mulai mengintip pasar pendidikan
P=0,468 (>0,05, tidak signifikan). Dengan demikian di Indonesia. Untuk bisa bertahan hidup, institusi
Hipotesis 7 ditolak. Hasil penelitian ini tidak konsisten pendidikan harus menunjukkan keunggulannya. Un-
dengan penelitian Abernethy dan Emidia (2004), yang tuk mencapai keunggulan tersebut maka lembaga
menjelaskan bahwa besarnya kewenangan informal pendidikan perlu mengoptimalkan sumber daya yang
berpengaruh negatif terhadap kepedulian biaya karena dimilikinya.
orang-orang yang memiliki kekuasaan atas faktor-
faktor penting dalam perusahaan cenderung tidak SIMPULAN DAN SARAN
mau dikendalikan oleh manajemen. Oleh karena itu,
perilaku tersebut dapat berdampak negatif terhadap Simpulan
kepedulian biaya.
Dalam penelitian ini, baik Hipotesis 6 maupun Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebel-
Hipotesis 7 tidak didukung. Hal ini membuktikan bah- umnya, dapat ditarik simpulan bahwa 1) Kewenangan
wa dalam penelitian ini, faktor kekuasaan formal yang formal yang diberikan kepada masing-masing manajer
didelegasikan oleh pimpinan pusat serta kewenan- unit berpengaruh terhadap kontrol keputusan dan
gan informal yang melekat pada manajer unit tidak manajemen keputusan yang lebih baik dan bertang-
berpengaruh terhadap kepedulian biaya. Lembaga- gungjawab, karena semakin besar kewenangan yang
lembaga pendidikan yang menjadi sampel penelitian diberikan kepada manajer, semakin besar pula tang-
ini merupakan organisasi nirlaba yang berada di bawah gungjawab manajer untuk melakukan pengendalian bi-
pengelolaan suatu yayasan. Suatu yayasan biasanya aya pada unit karya mereka; 2) Karakteristik SIA yang
membawahi beberapa lembaga pendidikan berjen- mampu memberi informasi relevan, tepat waktu, akurat
jang, misalnya tingkat Taman Kanak-kanak, Sekolah serta disajikan dalam format yang mampu mengako-
Dasar, Sekolah Menengah Lanjutan Tingkat Pertama modasi kebutuhan informasi, mendukung para manajer
dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Masing-masing menggunakan informasi tersebut dalam kontrol kepu-
lembaga memiliki karakteristik yang berbeda, baik tusan dan manajemen keputusan di unit karya yang
dari segi karakteristik peserta didik, lokasi strategis, mereka pimpin; 3) Motivasi yang diterapkan dalam or-
peringkat sekolah, segmen pasar, minat konsumen ganisasi tidak mampu mempengaruhi perilaku manajer
terhadap layanan pendidikan yang ditawarkan dan dalam kontrol keputusan dan manajemen keputusan;
sebagainya. 4) Struktur kewenangan informal berpengaruh positif
Kondisi tersebut mempengaruhi beberapa hal, terhadap perilaku manajer dalam kontrol keputusan
antara lain: daya saing, kemampuan mempertahankan dan manajemen keputusan. Hal ini mengindikasikan
peringkat dan kemampuan menarik pangsa pasar yang adanya loyalitas tinggi para manajer organisasi nirlaba.
selanjutnya mempengaruhi pula kemampuan finansial Kekuasaan yang timbul akibat kewenangan informal
masing-masing lembaga pendidikan tersebut. Perbe- manajer pada unit-unit karya organisasi nirlaba mampu
165
JAM, Vol. 26, No. 2, Agustus 2015: 147-167
166
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEDULIAN BIAYA................................................................. (Maria Elly Budiarti)
______, and J.U. Stoelwinder. 1995. “The Role of Flamholz, E., T.D. Das and A.S. Tsui. 1985. “Toward
Professional Control in the Management of an Integrative Framework of Organizational
Complex Organizations”. Accounting, Orga- Control”. Accounting, Organizations and So-
nizations and Society, 20(1): 1–17. ciety, 10(1): 35–50.
Alexander, J.A. and L. L. Morlock. 2000. Power and Gibson, J.I., J.M. Ivancevich and J. H. Donelly. 2000.
Politics in Health Services Organizations in Perilaku Organisasi: Struktur dan Proses. Edisi
Health Care Management. Organization Design Kedelapan, Jakarta: Bina Rupa Aksara.
and Behaviour, 4th Edition. Albany.
Govindarajan, V. 1988. “A Contingency Approach to
Ang, J, and S. Koh. 1997. “Exploring the Relationship Strategy Implementation at the Business Unit
between User Information Satisfaction”. Inter- Level: Integrating Administrative Mechanism
national Journal of Information Management with Strategy”. Academy of Management Jour-
17(3): 169-177. nal, 31(4): 828-853.
Barnard, C. I. (1968). The Functions of the Executive. Hasibuan H. dan S.P. Malayu. 1996. Organisasi dan
Cambridge, MA: Harvard University Press. Motivasi, Dasar Peningkatan Produktivitas.
Bandung: Penerbit Bumi Aksara.
Birnberg, J.G., M.D. Shields and S.M. Young. 1990.
“The Case for Multiple Methods in Empirical Ittner. C.D., and D.F. Larcker. 2001. “Assessing Em-
Management Accounting Research (with an pirical Research in Managerial Accounting: A
illustration from budget setting)”. Journal of Value Based Management Perspective”. Jour-
Management Accounting Research, 2: 33-66. nal of Accounting and Economics. 32:349-410.
Bouwens, J. and M. A. Abernethy. 2000. “The Con- Jensen, M.C., and W.H. Meckling. 1992. Specific and
sequences of Customization of Management General Knowledge and Organizational Struc-
Accounting System Design”. Accounting, ture. In L. Werin, & H. Wijkander. Cambridge:
Organizations and Society, 24(2): 221–241. Blackwell Publishers.
Briers, M. and M. Hirst. 1990. “The Role of Budget- Jensen, M.C., and W.H. Meckling. 1976. “Theory of
ary Information in Performance Evaluation”. the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost
Accounting Organization and Society, 15: and Ownership Structure”. Journal of Financial
373-398. Economics, 3(5):360.
Chenhall, R.H. and D. Morris. 1986. “The Impact of Kotter, J. P. 1985. Power and Influence: Beyond For-
167
JAM, Vol. 26, No. 2, Agustus 2015: 147-167
mal Authority. New York: Free Press. Zimmerman, J. 1997. Accounting for Decision Making
and Control. Boston: Irwin/Mcgraw Hill.
Kren, L. 199). The Role of Accounting Information in
Organizational Control: The State of the Art.
In V. Arnold, and S. G. Sutton, Behavioral Ac-
counting Research, Foundations and Frontiers.
American Accounting Association: USA.
168
ISSN: 0853-1269
STRATEGI UNTUK MENGURANGI KECENDERUNGAN MANAJER.......................................................... (Ratna Purnama Sari)
Vol. 26, No. 3, Desember 2015
Hal. 169-182 J URNA L
AKUNTANSI & MANAJEMEN
Tahun 1990
169
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 169-182
period, net present value, accounting rate of return, menjalankan proyek tersebut sehingga manajer akan
dan internal rate of return. Pendekatan-pendekatan tetap memilih untuk melanjutkan proyeknya.
tersebut digunakan manajer pada saat pertama kali Implikasi yang perlu dicermati adalah karena
akan menentukan layak tidaknya suatu proyek untuk kecenderungan eskalasi komitmen yang semakin
dijalankan. Kenyataan yang sering terjadi, suatu proyek tinggi, maka perlu diupayakan penyelidikan dan
yang telah dipilih tidak berjalan sesuai dengan harapan penerapan cara-cara yang mampu mengurangi ke-
perusahaan. Dilema yang dihadapi oleh seorang mana- cenderungan manajer melakukan eskalasi komitmen.
jer pada kondisi tersebut ialah memutuskan dengan Penelitian-penelitian yang ada selama ini lebih banyak
cepat apakah tetap akan mempertahankan proyek atau- berfokus pada identifikasi faktor-faktor yang mem
kah memilih untuk menghentikannya. Saat manajer pengaruhi manajer untuk melakukan eskalasi komit-
memilih untuk tetap melanjutkan proyek yang tidak men. Ghosh (1997) misalnya, melakukan penelitian
memberikan keuntungan bagi perusahaan, fenomena mengenai strategi de-eskalasi untuk mencegah eskalasi
inilah yang disebut sebagai fenomena eskalasi komit- komitmen yakni dengan menyediakan manajer umpan
men. balik negatif yangakurat atas pengeluaran sebelumnya,
Keil et al. (2007) menyatakan bahwa eskalasi review laporan kemajuan proyek untuk memantau
komitmen terjadi ketika suatu proyek yang dianggap apakah proyek berjalan sesuai rencana atau tidak, dan
bermasalah dilanjutkan, bukannya dihentikan oleh mengevaluasi manfaat masa depan atas tambahan
manajer. Bazerman (1993) menyebutkan bahwa es- sumber daya pada proyek.
kalasi komitmen merupakan peningkatan komitmen Manajer menerima informasi umpan balik
seseorang pada keputusan yang diambil sebelumnya negatif sebagai penyebab mengapa proyeknya gagal.
berdasarkan pertimbangan yang tidak rasional. Per- Penyajian informasi umpan balik negatif yang tidak
timbangan yang digunakan oleh pengambil keputusan terlalu jelas membuat manajer juga tidak terlalu jelas
terkadang bukan lagi pada manfaat keputusan, tetapi mengetahui penyebab kegagalan proyeknya. Imbasnya
pada aspek lain yang tidak relevan. Misalnya karena adalah semakin ambigu informasi umpan balik negatif
takut kehilangan muka akibat kesalahan keputusan yang tersedia, semakin manajer mantap untuk menam-
yang diambil, manajer tetap bertahan pada komitmen bah sumber daya (Holthausen dan Verrecchia, 1998).
awalnya agar tindakannya dapat mengesankan manaje- Salah satu cara untuk mengendalikan kinerja proyek
men ataupun karena tidak mau terlihat oleh manajer adalah dengan pembuatan laporan kemajuan proyek
perusahaan lain sebagai manajer yang tidak kompeten yang dibuat oleh manajer secara berkala. Laporan
dalam menangani suatu proyek sehingga ia berusaha kemajuan proyek mampu mengevaluasi alasan men-
untuk tetap konsisten dengan keputusan awalnya. gapa terjadi penyimpangan dari anggaran sebelumnya
Menurut Dzuranin (2009) dua penyebab utama sehingga dapat menurunkan kecenderungan manajer
eskalasi komitmen ialah justifikasi diri dan biaya melakukan eskalasi komitmen (Suartana, 2003). Mana-
yang terbuang. Justifikasi diri menyatakan bahwa jer terkadang tidak mendapatkan informasi mengenai
individu tidak akan mengubah serangkaian tindakan gambaran manfaat yang akan diperoleh seandainya ia
sebelumnya karena mereka tidak mau untuk mengakui menambahkan lagi sumber daya ke dalam proyeknya.
bahwa keputusan yang telah mereka buat sebelumnya Staw (1976) menyatakan bahwa individu yang tidak
salah. Mereka akan tetap melanjutkan proyek dan diinformasikan mengenai manfaat potensial masa de-
justru akan mengalokasikan sumber daya tambahan pan dari tambahan alokasi sumber daya akan cenderung
dengan harapan proyek dapat diselamatkan. Fenomena untuk mengeskalasi komitmennya.
ini sering disebut “throwing good money after bad” Berdasar uraian tersebut, penelitian ini beru-
atau mengalokasikan sumber daya tambahan untuk paya untuk menguji kembali penelitian Ghosh (1997).
sebuah proyek yang gagal. Penyebab kedua yakni Peneliti juga mencoba memasukkan variabel lokus
biaya yang terbuang merupakan pengorbanan yang kendali untuk melihat ada tidaknya efek moderasi
telah dikeluarkan manajer baik berupa uang, waktu, antara pengaruh ketiga strategi tersebut terhadap kepu-
maupun tenaga. Manajer biasanya tidak mampu un- tusan eskalasi komitmen. Street dan Street (2006) men-
tuk mengabaikan biaya yang telah terbuang selama ia gungkapkan bahwa individu dengan karakteristik lokus
170
STRATEGI UNTUK MENGURANGI KECENDERUNGAN MANAJER.......................................................... (Ratna Purnama Sari)
kendali internal akan lebih bertanggungjawab dalam agai perasaan yang dimiliki seseorang ketika mereka
hal hasil tindakannya dibandingkan dengan mereka menemukan diri mereka sendiri melakukan sesuatu
yang eksternal. Harapannya, dengan memasukkan yang tidak sesuai dengan apa yang mereka ketahui
lokus kendali sebagai variabel moderasi, dapat mem- atau mempunyai pendapat yang tidak sesuai dengan
perkuat pengaruh ketiga strategi dalam mengurangi pendapat yang selama ini mereka pegang. Kaitannya
kecenderungan manajer melakukan eskalasi komitmen. dengan eskalasi komitmen, saat manajer memutuskan
menjalankan suatu proyek, informasi umpan balik
MATERI DAN METODE PENELITIAN negatif yang ia terima merupakan disonansi keputusan
awal. Satu-satunya cara untuk mengurangi disonansi
Brockner (1992) menyatakan bahwa eskalasi komit- ini adalah dengan meningkatkan komitmen terhadap
men adalah keputusan untuk melanjutkan komitmen keputusan awal tersebut dengan keyakinan peningka-
walaupun terdapat informasi umpan balik negatif yang tan komitmen tersebut akan memberikan hasil yang
berkaitan dengan ketidakpastian pencapaian tujuan. positif.
Menurutnya, sebagian besar penyebab eskalasi komit- Untuk mengurangi kecenderungan manajer
men berada dalam dua teori aspek dasar sifat manusia, melakukan eskalasi komitmen, Ghosh (1997) membagi
yakni teori pengharapan dan teori justifikasi diri. menjadi tiga strategi pengendalian. Strategi pertama
Teori pengharapan (Vroom, 1964) erat kaitan- ialah menyediakan umpan balik negatif yang tidak
nya dengan motivasi. Seseorang termotivasi untuk ambigu kepada manajer. Umpan balik ambigu adalah
melakukan perilaku tertentu berdasar tiga persepsi, umpan balik yang memiliki interpretasi ganda. Hasil
yakni harapan, valensi, dan instrumentalitas. Harapan keputusan awal menjadi kurang begitu jelas dipa-
mengukur seberapa besar kemungkinan jika seseorang hami oleh manajer sehingga yang terjadi manajer
melakukan tindakan tertentu, seseorang tersebut akan menambah alokasi sumber daya pada proyek tersebut
mendapatkan hasil. Valensi mengukur seberapa penting dengan harapan akan memperoleh informasi umpan
seseorang menilai penghasilan yang diberikan perusa- balik positif di kemudian hari atau dengan kata lain
haan kepadanya. Instrumentalitas mengukur seberapa manajer akan melakukan eskalasi komitmen untuk
besar hubungan antara prestasi kerja dan hasil kerja. memperbaiki keputusan awalnya. Informasi umpan
Teori pengharapan di atas dapat digunakan balik negatif yang tidak ambigu akan secara tepat dan
untuk menjelaskan perilaku eskalasi komitmen. Ha- cepat mengindikasikan bahwa keputusan awal telah
rapan manajer adalah dengan memilih untuk tetap gagal, sehingga langkah manajer selanjutnya adalah
melanjutkan proyeknya atau dengan kata lain memilih menghentikan proyek tersebut untuk menghindari
untuk mengeskalasi komitmennya, manajer berekspe- kerugian yang lebih jauh. Berdasarkan uraian tersebut,
ktasi dapat memperbaiki kinerja proyek tersebut. Segi peneliti menyusun hipotesis sebagai berikut:
instrumentalitasnya adalah dengan tetap berpegang H1: Manajer yang menerima informasi umpan balik
pada komitmen awal, manajer percaya hal tersebut negatif yang tidak ambigu memiliki kecend-
akan berimbas pada penghasilan ataupun bonus tam- erungan melakukan eskalasi komitmen yang
bahan yang akan diberikan nantinya oleh perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan manajer yang
jika proyek tersebut dapat diselamatkan. Sedangkan menerima informasi umpan balik negatif yang
untuk segi valiansinya, pengakuan perusahaan akan ambigu.
kredibilitasnya sebagai seorang manajer dalam me- Individu membuat suatu laporan kemajuan
nyelamatkan proyek gagal tersebut akan menjadi proyek untuk menginformasikan pihak-pihak yang
kebanggan tersendiri bagi manajer. Ketiga kombinasi terkait mengenai apa yang sedang dikerjakan dalam
unsur tersebut akan memperbesar motivasi manajer suatu proyek dan apa selanjutnya yang akan diker-
untuk melakukan eskalasi komitmen. jakan dalam proyek tersebut (Department of English
Teori kedua adalah justifikasi diri yang dikemu- Northern Illnois University, 2012). Laporan kemajuan
kakan oleh Festinger (1957). Teori ini menggambar- proyek ini nantinya akan ditujukan kepada stakeholder
kan teori justifikasi diri sebagai teori ketidakcocokan agar mereka mengetahui sejauh mana kemajuan dari
kognitif. Ketidakcocokan kognitif didefinisikan seb- proyek yang sedang dijalankan perusahaan sekaligus
171
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 169-182
menilai bagaimana kinerja manajer. Semakin rutin tangan lainnya (lokus kendali eksternal). Individu
manajer melaporkan kemajuan proyeknya, semakin dengan lokus kendali internal yang tinggi akan me-
paham manajer dengan keadaan proyek yang dipegang- miliki pengendalian atas perilaku yang lebih baik dan
nya saat ini. Pembuatan laporan kemajuan proyek di- lebih bertanggungjawab dalam hal hasil tindakannya
harapkan akan membantu mengurangi kecenderungan dibandingkan dengan mereka yang eksternal. Singer
manajer melakukan eskalasi komitmen. Berdasarkan dan Singer (2001) mengungkapkan individu yang
uraian tersebut, peneliti menyusun hipotesis sebagai memiliki ciri lokus kendali internal akan mengalami
berikut: eskalasi lebih besar dibandingkan dengan individu
H2: Manajer yang memiliki laporan kemajuan proyek yang memiliki ciri lokus kendali eksternal. Dimasuk-
memiliki kecenderungan melakukan eskalasi kannya lokus kendali diharapkan mampu memoderasi
komitmen yang lebih kecil dibandingkan dengan pengaruh ketiga strategi pengendalian di atas terhadap
manajer yang tidak memiliki laporan kemajuan keputusan eskalasi komitmen. Peneliti ingin melihat
proyek. perubahan pengaruh dari informasi umpan balik negatif
Manajer yang tidak diinformasikan mengenai yang tidak ambigu, laporan kemajuan proyek, dan
potensi manfaat masa depan dari tambahan investasi informasi manfaat masa depan terhadap keputusan
yang dilakukan akan menjadi lebih berkomitmen pada eskalasi komitmen apakah akan menjadi kuat dengan
keputusan awal yang pernah dibuat. Ketika tidak ada adanya variabel lokus kendali ini. Berdasarkan uraian
informasi mengenai manfaat yang diharapkan, sangat tersebut, peneliti menyusun hipotesis sebagai berikut:
beralasan bagi si pengambil keputusan untuk menges- H4a: Lokus kendali memoderasi pengaruh informasi
kalasi komitmennya dengan harapan tambahan sum- umpan balik negatif yang tidak ambigu terhadap
ber daya dapat mengubah kondisi kegagalan (Heath, keputusan eskalasi komitmen.
1995). Seandainya informasi gambaran manfaat yang H4b: Lokus kendali memoderasi pengaruh laporan
akan diperoleh dari tambahan sumber daya tersebut kemajuan proyek terhadap keputusan eskalasi
didapatkan, manajer akan berfikir ulang apakah ia komitmen.
akan tetap menambah sumber daya atau berkesimpulan H4c: Lokus kendali memoderasi pengaruh informasi
untuk tidak menambah sumber daya sama sekali dan manfaat masa depan atas tambahan sumber daya
segera menghentikan proyek tersebut sebelum terjadi terhadap keputusan eskalasi komitmen.
kerugian yang lebih besar. Berdasarkan uraian tersebut, Penelitian ini menggunakan eksperimen
peneliti menyusun hipotesis sebagai berikut: laboratorium untuk menguji keenam hipotesis dengan
H3: Manajer yang disediakan informasi manfaat menggunakan desain faktorial 1 x 4 between subject.
masa depan atas tambahan alokasi sumber daya Desain penelitian disajikan dalam Tabel 1.
memiliki kecenderungan melakukan eskalasi Berdasar Tabel 1, setiap subjek mendapatkan 1
komitmen yang lebih kecil dibandingkan dengan kasus dari 4 buah kasus yang ada. Kasus A (informasi
manajer yang tidak disediakan informasi manfaat umpan balik negatif yang disajikan tidak ambigu, tidak
masa depan. terdapat laporan kemajuan proyek, dan tidak terdapat
Menurut Rotter (1966), lokus kendali adalah informasi manfaat masa depan). Kasus B (informasi
suatu konsep yang menjelaskan apakah orang-orang umpan balik negatif yang disajikan ambigu, tidak
merasa bahwa kendali hidupnya berada di tangan- terdapat laporan kemajuan proyek, dan tidak terdapat
nya sendiri (lokus kendali internal) atau berada di informasi manfaat masa depan). Kasus C (informasi
Tabel 1
Tabel Desain Penelitian 1 x 4
172
STRATEGI UNTUK MENGURANGI KECENDERUNGAN MANAJER.......................................................... (Ratna Purnama Sari)
umpan balik negatif yang disajikan tidak ambigu, tidak terdapat laporan kemajuan proyek, dan terdapat
terdapat laporan kemajuan proyek, dan tidak terdapat informasi manfaat masa depan). Definisi tiap-tiap
informasi manfaat masa depan). Kasus D (informasi kasus disajikan dalam Tabel 2.
umpan balik negatif yang disajikan tidak ambigu,
Tabel 2
Tabel Definisi Kasus
Negatif
Umpan
Balik
Tidak ambigu √ - √ √
Ada - - √ -
Kemajuan
Laporan
Proyek
Tidak ada √ √ - √
Ada - - - √
Informasi
Manfaat
Depan
Masa
Tidak ada √ √ √ -
Penelitian ini mengadopsi dan memodifikasi diminta untuk mengisi kuesioner dengan enam belas
instrumen yang digunakan oleh Ghosh (1997). Subjek butir pertanyaan mengenai The Work Locus of Control
eksperimen sebanyak 32 orang mahasiswa pascasar- Scale yang dikembangkan oleh Spector (1988) untuk
jana yang terdiri atas 17 orang mahasiswa Magister mengetahui karakteristik lokus kendali tiap-tiap subjek.
Akuntansi dan 15 orang mahasiswa Magister Manaje- Variabel independen yang digunakan dalam penelitian
men STIE YKPN Yogyakarta diacak ke dalam empat ini adalah informasi umpan balik negatif yang tidak
buah kasus yang telah dimanipulasi dengan perlakuan ambigu, laporan kemajuan proyek dan informasi
tertentu. Setiap subjek berperan sebagai manajer yang manfaat masa depan atas tambahan alokasi sumber
baru saja membuat suatu keputusan diversifikasi usaha daya. Ketiga variabel tersebut diukur dengan variabel
dengan membuka restoran cepat saji. Selama empat dummy. Informasi umpan balik negatif dibagi menjadi
tahun berjalan, usaha restoran tersebut terus menerus dua, angka 1 menggambarkan kondisi informasi um-
mengalami kerugian. Subjek dihadapkan pada kepu- pan balik negatif yang diterima adalah tidak ambigu
tusan apakah akan tetap melanjutkan restoran tersebut sedangkan angka 0 menggambarkan kondisi informasi
ataukah segera menutupnya. umpan balik negatif yang diterima adalah ambigu.
Selanjutnya, subjek diharuskan untuk men- Laporan kemajuan proyek dibagi menjadi dua, angka
jawab pertanyaan post-test. Post-test ini merupakan 1 menunjukkan adanya laporan kemajuan proyek dan
manipulation check yang terdiri atas empat buah angka 0 menunjukkan tidak adanya laporan kemajuan
pertanyaan untuk menguji logis tidaknya suatu per- proyek. Informasi manfaat masa depan dibagi menjadi
tanyaan dalam eksperimen serta untuk mengetahui dua, angka 1 menunjukkan terdapat informasi manfaat
bahwa subjek memahami kasus manipulasi yang masa depan dan angka 0 menunjukkan tidak terdapat
diajukan kepadanya (Suartana, 2003). Terakhir, subjek informasi manfaat masa depan.
173
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 169-182
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini hui kesalahan-kesalahan dalam penyusunan desain
adalah keputusan proyek yang diukur dengan tingkat penelitian serta instrumen yang akan digunakan pada
keyakinan subjek untuk melanjutkan atau menghen- eksperimen sesungguhnya. Pilot test dilaksanakan se-
tikan proyek. Variabel dependen ini diukur dengan banyak tiga kali. Pilot test pertama dilaksanakan pada
angka 1 – 100, angka 1 - 50 menunjukkan bahwa Sabtu, 02 Maret 2013 di selasar lantai 1 Gedung Kuliah
subjek sangat tidak yakin untuk melanjutkan proyek STIE YKPN Yogyakarta pada pukul 13.45 WIB dengan
dan angka 51 - 100 menunjukkan subjek sangat yakin peserta 12 mahasiswa program S1 akuntansi. Pilot
melanjutkan proyek. test kedua dilaksanakan pada Senin, 04 Maret 2013
Variabel moderasi pada penelitian ini adalah di Ruang HMJM STIE YKPN Yogyakarta pada pukul
lokus kendali. Lokus kendali diukur dengan variabel 14.00 WIB dengan peserta 12 mahasiswa program
dummy. Lokus kendali internal diberi angka 0 dan S1 manajemen. Pilot test ketiga dilaksanakan pada
lokus kendali eksternal diberi angka 1. Untuk mengo- Selasa, 05 Maret 2013 di lobi STIE YKPN Yogyakarta
lah variabel moderasi peneliti menggunakan bantuan pada pukul 15.30 WIB dengan peserta 12 mahasiswa
kuesioner. Lokus kendali eksternal ditunjukkan dengan program S1 akuntansi dan manajemen. Peneliti me-
nilai total jawaban subjek yang lebih besar dari nilai mutuskan untuk mengakhiri pilot test karena peneliti
rata-rata dan sebaliknya untuk lokus kendali internal menganggap instrumen telah dapat dipahami dengan
ditunjukkan dengan nilai total jawaban subjek yang baik oleh subjek.
lebih kecil dari nilai rata-ratanya (Reiss dan Mitra,
1998). HASIL PENELITIAN
Alat uji statistik yang digunakan adalah Two
Ways ANOVA with interaction. Sebelumnya dilaku- Sebanyak 12 mahasiswa program S1 Akuntansi berpar-
kan uji homogenitas dan normalitas untuk memenuhi tisipasi dalam pilot test pertama. Subjek terdiri atas 7
asumsi ANOVA. Uji homogenitas dilakukan dengan orang pria dan 5 orang wanita. Hasil pilot test pertama
Levene’s test, sedangkan uji normalitas dilakukan den- disajikan dalam Tabel 3.
gan Kolmogorov-Smirnov test. Kedua asumsi diterima Berdasar Tabel 3, terlihat bahwa keseluruhan
jika memiliki nilai signifikansi di atas 0,05. Untuk subjek memilih untuk melanjutkan proyek. Skala
kuesioner, dilakukan juga uji validitas dan reliabilitas. keyakinan yang dipilih oleh subjek tergolong sangat
Pertanyaan yang valid dan reliabel akan diikutsertakan tinggi, yakni berkisar 70 hingga 100. Berdasarkan 12
dalam pengujian hipotesis. Terakhir, dilakukan pengu- subjek yang mengikuti pilot test, hanya 3 orang yang
jian hipotesis. Hipotesis diterima jika nilai p-value nya menjawab manipulation check dengan benar. Adanya
lebih kecil dari 0,05. kesalahan mungkin disebabkan karena subjek kurang
Pilot test dilakukan sebelum eksperimen ses- berkonsentrasi dalam membaca kasus yang diberikan.
ungguhnya dilakukan. Pilot test dilaksanakan untuk Sebanyak 12 mahasiswa program S1 Manajemen ber-
mengetahui apakah subjek memahami kasus yang partisipasi dalam pilot test kedua. Subjek terdiri atas 5
diberikan. Cara ini juga digunakan untuk mengeta- orang pria dan 7 orang wanita. Hasil pilot test kedua
Tabel 3
Hasil Pilot Test I
174
STRATEGI UNTUK MENGURANGI KECENDERUNGAN MANAJER.......................................................... (Ratna Purnama Sari)
Tabel 4
Hasil Pilot Test II
Sebanyak 12 mahasiswa program S1 Akuntansi memutuskan untuk mengakhiri pilot test dan segera
dan Manajemen berpartisipasi dalam pilot test ketiga. memulai eksperimen.
Subjek terdiri atas 12 orang yang keseluruhannya Eksperimen dilakukan dalam 2 tahap, tahap pertama
adalah wanita. Hasil pilot test ketiga disajikan dalam pada hari Senin, 11 Maret 2013 pukul 14.00 WIB
Tabel 5. dengan responden 12 mahasiswa Magister Manaje-
Berdasar Tabel 5, sebanyak 9 orang memilih men dan tahap kedua pada hari Kamis, 14 Maret 2013
untuk menghentikan proyek dengan skala keyakinan pukul 10.00 WIB dengan responden 17 mahasiswa
yang cukup rendah, yakni berkisar antara 10 hingga Magister Akuntansi dan 3 mahasiswa Magister Mana-
50. Sisanya sebanyak 3 orang memilih untuk melan- jemen. Waktu yang disediakan untuk mengerjakan
jutkan proyek dengan skala keyakinan yang tidak kasus adalah selama 10 menit. Data demografi subjek
terlalu tinggi, yakni berkisar antara 60 hingga 80. eksperimen disajikan dalam Tabel 6.
Hasil manipulation check juga menunjukkan bahwa Berdasar Tabel 6, banyaknya subjek pria adalah
hanya terdapat 3 orang saja yang menjawab manipu- 12 orang dan banyaknya subjek wanita adalah 20
lation check dengan salah. Berdasar hasil tersebut, orang. Karakteristik umur subjek berkisar antara 22
peneliti mengasumsikan kasus yang disajikan berhasil tahun hingga 46 tahun. Mayoritas subjek memiliki
dipahami dengan baik oleh subjek sehingga peneliti pengalaman kerja kurang dari 3 tahun yakni sebanyak
Tabel 5
Hasil Pilot Test III
175
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 169-182
28 subjek, sisanya memiliki pengalaman kerja 3 hingga Berdasar Tabel 8 dapat disimpulkan bahwa
5 tahun dan di atas 5 tahun masing-masing sebanyak subjek yang memilih melanjutkan proyek sebanyak
2 orang subjek. 16 orang dan yang memilih menghentikan proyek
Statistik deskriptif bertujuan untuk memberikan sebanyak 16 orang. Sebanyak 2 orang memilih untuk
gambaran tentang suatu data seperti rata-rata, deviasi menghentikan proyek dan 6 orang memilih melan-
standar, maksimum dan minimum. Tabel 7 menyajikan jutkan proyek pada kasus A dengan nilai keputusan
statistik deskriptif yang berkaitan dengan variabel minimum sebesar 35 dan maksimum 95. Rata-rata
independen, dependen, dan moderasi. keputusan pada kasus A sebesar 62,38 dengan standar
Berdasar Tabel 7, variabel dependen yang deviasi sebesar 18,30. Sebanyak 2 orang memilih untuk
berupa keputusan memiliki nilai minimum sebesar 20 menghentikan proyek dan 6 orang memilih melan-
dan nilai maksimum sebesar 95. Nilai rata-rata kepu- jutkan proyek pada kasus B dengan nilai keputusan
tusan sebesar 52,69 dengan deviasi standar sebesar minimum sebesar 25 dan maksimum 84. Rata-rata
20,504. Tabel 8 menyajikan statistik deskriptif untuk keputusan pada kasus B sebesar 63 dengan standar
setiap treatment pada eksperimen. Selain itu disajikan deviasi sebesar 20,21. Sebanyak 8 orang memilih untuk
pula jumlah subjek yang memilih untuk lanjut maupun menghentikan proyek kasus C dengan nilai keputusan
berhenti per kasusnya. minimum sebesar 20 dan maksimum 49. Rata-rata
Tabel 6
Demografi Subjek
Tabel 7
Statistik Deskriptif
Tabel 8
Statistik Deskriptif Tiap Kasus
Keputusan
Perlakuan Lanjut Berhenti Total
Minimum Maksimum Rata-rata Deviasi standar
Kasus A 6 2 8 35 95 62,38 18,30
Kasus B 6 2 8 25 84 63,00 20,21
Kasus C 0 8 8 20 49 33,00 11,14
Kasus D 4 4 8 20 77 52,38 17,96
Total 16 16 32
176
STRATEGI UNTUK MENGURANGI KECENDERUNGAN MANAJER.......................................................... (Ratna Purnama Sari)
keputusan pada kasus C sebesar 33 dengan standar de- malitas dalam penelitian ini menggunakan Kolmogorov
viasi sebesar 11,14. Sebanyak 4 orang masing-masing Smirnov. Kriteria pengujiannya yaitu jika signifikansi
memilih untuk menghentikan dan melanjutkan proyek lebih besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal.
pada kasus D dengan nilai keputusan minimum sebesar Hasil uji normalitas disajikan dalam Tabel 9.
20 dan maksimum 77. Rata-rata keputusan pada kasus Berdasar Tabel 9, dapat dilihat bahwa Kol-
D sebesar 52,38 dengan standar deviasi sebesar 17,96. mogorov-Smirnov sebesar 0,101 dengan signifikansi
Sebanyak 32 subjek yang dilibatkan dalam eksperi- 0,2. Karena signifikansi lebih besar dari 0,05, maka
men ini semua menjawab manipulation check dengan dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
benar. Hal tersebut mengindikasikan bahwa subjek Selain uji normalitas, uji homogenitas dengan
benar-benar berkonsentrasi dalam membaca kasus Levene’s test juga dilakukan untuk menguji salah satu
yang disajikan. Konsentrasi dan didukung dengan an- asumsi ANOVA. Tujuannya adalah untuk mengetahui
tusias yang tinggi dari subjek membuat mereka dapat apakah varian kelompok data sama atau homogen. Jika
memahami kasus yang diberikan dengan baik. nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka varian
Uji normalitas data diperlukan untuk mengeta- kelompok data sama. Hasil uji homogenitas disajikan
hui pola distribusi dari data yang digunakan. Uji nor- dalam Tabel 10.
Tabel 9
Hasil Uji Normalitas
Tabel 10
Hasil Uji Homogenitas
Berdasar Tabel 10, dapat dilihat bahwa hasil berusaha mengelompokkan pertanyaan-pertanyaan
Levene’s test menunjukkan signifikansi sebesar 0,621. ke dalam satu kelompok saja, yakni eksternal. Hal itu
Karena signifikansi lebih besar dari 0,05, maka dapat sesuai dengan ketentuan Spector (1988) yang meran-
disimpulkan bahwa varian kelompok data sama. Ber- cang instrumennya menuju ke arah eksternal. Hasil uji
dasar hasil uji normalitas dan homogenitas, keduanya validitas disajikan dalam Tabel 11.
memiliki nilai signifikansi di atas 0,05. Dapat disim- Berdasar Tabel 11, sebanyak 16 butir pertan-
pulkan bahwa penelitian ini memenuhi kedua asumsi yaan lokus kendali (LOC), hanya 8 buah pertanyaan
pengujian ANOVA. yang valid. Kedelapan pertanyaan yang valid adalah
Untuk menguji lokus kendali, peneliti meng- pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
gunakan bantuan kuesioner yang disertakan di akhir lokus kendali eksternal. yakni pertanyaan dengan
kasus eksperimen. Kuesioner layak digunakan apabila kode LOC5, LOC6, LOC8, LOC9, LOC10, LOC12,
memenuhi dua kriteria pengujian, yakni uji validitas LOC13, dan LOC16. Delapan pertanyaan sisanya
dan uji reliabilitas. Pengujian validitas instrumen yang berhubungan dengan lokus kendali internal tidak
menggunakan metode confirmatory factor analysis diikutsertakan dalam pengujian hipotesis karena tidak
dengan bantuan program SPSS 11.0. Instrumen di- memenuhi uji validitas. Setelah uji validitas, yang perlu
katakan valid apabila pertanyaan-pertanyaan kuesioner dilakukan selanjutnya ialah uji reliabilitas. Pengujian
mengelompok sesuai dengan kelompoknya, selain itu reliabilitas variabel dilakukan dengan melihat nilai
juga memiliki nilai faktor lebih besar dari 0,5. Peneliti alpha. Suatu variabel dikatakan reliabel jika nilai alpha
177
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 169-182
Tabel 11
Hasil Uji Validitas
nya lebih besar dari 0,05. Hasil uji reliabilitas disajikan lokus kendali dapat digunakan untuk menggolongkan
dalam Tabel 12. subjek ke dalam dua jenis lokus kendali, yakni internal
dan eksternal.
Tabel 12 Penggolongan lokus kendali ditentukan dengan
Hasil Uji Reliabilitas membandingkan nilai total jawaban subjek dengan cut
off value-nya yang ditentukan sebesar 28,5. Angka
Variabel Alpha Keterangan tersebut diperoleh dengan cara mencari nilai rata-rata
Lokus Kendali 0,8839 Reliabel ketiga puluh dua nilai total yang dimiliki oleh masing-
masing subjek. Nilai total subjek yang lebih rendah dari
Berdasar Tabel 12 dapat disimpulkan bahwa nilai cut off value, dikatakan sebagai subjek dengan
variabel lokus kendali dikatakan reliabel karena me- karakteristik eksternal rendah. Nilai total subjek yang
miliki nilai alpha sebesar 0,8839. Sehingga variabel lebih tinggi dari nilai cut off value, dikatakan sebagai
178
STRATEGI UNTUK MENGURANGI KECENDERUNGAN MANAJER.......................................................... (Ratna Purnama Sari)
Tabel 13
Data Penggolongan Lokus Kendali
179
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 169-182
Berdasar Tabel 14, dapat disimpulkan bahwa kepada stakeholder, seperti yang sebelumnya pernah
hanya H2 yang memiliki nilai p-value lebih kecil dari diungkapkan juga oleh Ghosh (1997) ternyata sangat
0,05, yakni 0,004 sehingga dapat disimpulkan bahwa efektif untuk mengurangi kecenderungan melakukan
hipotesis 2 diterima. Sedangkan H1, H3, H4a, H4b, dan eskalasi komitmen.
H4c masing-masing memiliki nilai p-value lebih besar Ketika tidak ada informasi mengenai manfaat
dari 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diharapkan, Heath (1995) mengungkapkan bahwa
1, hipotesis 3, hipotesis 4a, hipotesis 4b, dan hipotesis sangat beralasan bagi si pengambil keputusan untuk
4c ditolak. mengeskalasi komitmennya dengan harapan tambahan
sumber daya dapat mengubah kondisi kegagalan. Ef-
PEMBAHASAN friyanti (2005) pada eksperimennya juga menyatakan
bahwa penyediaan informasi manfaat masa depan
Bowen (1987) membuktikan bahwa informasi umpan merupakan strategi yang tepat untuk mereduksi eska-
balik negatif yang ambigu akan membuat manajer lasi komitmen. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis,
menginterpretasikan hasil keputusan awal secara didapatkan p-value untuk variabel informasi manfaat
ambigu pula. Pendapat Bowen (1987) didukung oleh masa depan atas alokasi tambahan sumber daya sebesar
Holthausen dan Verrecchia (1998) yang membukti- 0,282. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat signifi-
kan bahwa semakin ambigu informasi umpan balik kansi 5%, yang menunjukkan bahwa hipotesis ketiga
negatif yang tersedia, semakin mantap manajer untuk tidak didukung. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil
menambah sumber daya. Berdasarkan hasil pengujian penelitian ini tidak sejalan dengan kedua penelitian
hipotesis, didapatkan p-value untuk variabel infor- sebelumnya.
masi umpan balik negatif yang tidak ambigu sebesar Hasil eksperimen menunjukkan bahwa terdapat
0,911 yang lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan tiga subjek yang memilih untuk melanjutkan proyek.
bahwa hipotesis pertama tidak didukung. Hal tersebut Kemungkinan yang terjadi, ketiga subjek tersebut
menunjukkan bahwa hasil penelitian ini tidak sejalan beranggapan bahwa informasi manfaat masa depan
dengan penelitian Bowen (1987) dan Holthausen dan yang disediakan merupakan informasi positif yang
Verrecchia (1998) di atas. Kemungkinan penyebab membawa harapan untuk terus melanjutkan proyek.
tidak terdukungnya hipotesis pertama ini ialah ma- Kemungkinan yang kedua, manipulasi informasi man-
nipulasi informasi umpan balik negatif yang disajikan faat masa depan yang dibuat oleh peneliti kurang dapat
tidak mampu untuk menyampaikan informasi kepada menggambarkan situasi masa depan yang menunjuk-
subjek bahwa proyek yang sedang dijalankannya ga- kan kegagalan jika proyek tersebut tetap dilanjutkan
gal, tetapi justru membawa harapan bagi subjek untuk sehingga masih terdapat subjek yang merepresentasi-
melanjutkan proyek. kan informasi manfaat masa depan tersebut sebagai
Turner (1993) berpendapat dalam penelitiannya suatu sinyal untuk melanjutkan proyek.
bahwa elemen penting dari pengendalian untuk suatu Temuan Cheng dan Schulz (2002) menyatakan
proyek adalah laporan kemajuan proyek yang memper- bahwa pengambil keputusan dengan level tanggung
lihatkan unsur-unsur seperti jumlah yang dianggarkan, jawab tinggi akan cenderung melakukan eskalasi
tanggal pengeluaran, laporan laba rugi, persentase yang komitmen dibandingkan dengan pengambil keputusan
lengkap dan penjelasan-penjelasan untuk seluruh vari- dengan level tanggung jawab rendah saat pengambil
ansi. Pendapat tersebut didukung oleh Suartana (2003) keputusan dihadapkan dengan informasi umpan balik
yang menyatakan laporan perkembangan proyek dapat negatif yang tidak ambigu. Berdasarkan hasil pengu-
mengurangi keputusan bias karena adanya ketersedi- jian hipotesis, didapatkan p-value sebesar 0,7 yang
aan informasi yang lebih dalam. Berdasarkan hasil lebih besar dari 0,05 yang menyatakan bahwa hipotesis
pengujian hipotesis, didapatkan p-value untuk variabel 4a tidak didukung.
laporan kemajuan proyek sebesar 0,004 yang lebih Singer dan Singer (2001) menyatakan bahwa
kecil dari 0,05 yang menunjukkan bahwa hipotesis individu yang memiliki ciri lokus kendali internal akan
kedua didukung. Kesimpulannya, pembuatan laporan mengalami eskalasi lebih besar dibandingkan dengan
kemajuan proyek yang dilaporkan secara berkala individu yang memiliki ciri lokus kendali eksternal.
180
STRATEGI UNTUK MENGURANGI KECENDERUNGAN MANAJER.......................................................... (Ratna Purnama Sari)
Pendapat tersebut didukung oleh Street dan Street manajer untuk melakukan eskalasi komitmen.
(2006) yang menyatakan bahwa individu dengan Dugaan selanjutnya bahwa lokus kendali dapat
karakteristik lokus kendali internal akan lebih bertang- memoderasi pengaruh informasi umpan balik negatif
gungjawab dalam hal hasil tindakannya dibandingkan yang tidak ambigu, laporan kemajuan proyek, dan
dengan mereka yang eksternal. Berdasarkan hasil informasi manfaat masa depan atas alokasi tambahan
pengujian hipotesis, didapatkan p-value sebesar 0,495 sumber daya terhadap keputusan eskalasi komitmen
yang lebih besar dari 0,05 untuk hipotesis 4b dan p- tidak mendapat dukungan secara empiris. Walapun
value sebesar 0,528 yang lebih besar dari 0,05 untuk laporan kemajuan proyek mampu mencegah perilaku
hipotesis 4c. Ini berarti hipotesis 4b dan hipotesis 4c eskalasi komitmen, namun moderasi lokus kendali
tidak didukung. yang dimasukkan ke dalamnya tidak memperkuat
Lokus kendali hanya mampu memoderasi se- pengaruh laporan kemajuan proyek tersebut terhadap
bagian pada kasus adanya laporan kemajuan proyek, keputusan eskalasi komitmen. Lokus kendali juga tidak
yaitu pada karakteristik subjek dengan lokus kendali mampu memoderasi pengaruh informasi umpan balik
eksternal. Lokus kendali tidak mampu memoderasi negatif dan informasi manfaat masa depan terhadap
kedua kasus lain, yakni kasus adanya informasi umpan keputusan eskalasi komitmen.
balik negatif yang tidak ambigu serta kasus adanya
informasi manfaat masa depan atas alokasi tambahan Saran
sumber daya. Pola acak lokus kendali yang terbaca di
kedua hasil manipulasi kasus tersebut membuat peneliti Hasil penelitian ini memberikan implikasi bagi
kesulitan untuk menentukan penyebab ketidakkonsiste- manajer yang selalu dihadapkan dengan keputusan-
nan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. keputusan krusial terkait dengan kelanjutan proyek
Kemungkinan yang dapat disimpulkan adalah terdapat yang dipegangnya. Jika selama ini manajer memilih
faktor lain yang dijadikan bahan pertimbangan sub- untuk mengeskalasi komitmennya saat dihadapkan
jek dalam membuat keputusan eskalasi komitmen pada suatu keadaan proyek yang tidak menguntung-
sehingga lokus kendali ini gagal dalam memoderasi kan, dengan adanya penelitian ini diharapkan manajer
pengaruh ketiga strategi di atas terhadap keputusan dapat mempertimbangkan untuk menggunakan laporan
eskalasi komitmen. kemajuan proyek sebagai upaya untuk mengurangi
kecenderungan manajer melakukan eskalasi komitmen.
SIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian ini juga memberikan implikasi bahwa
lokus kendali yang ada pada diri seseorang ternyata
Simpulan tidak mempengaruhi keputusan eskalasi komitmen.
Penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan
Hasil penelitian menunjukkan dukungan terhadap yaitu kasus yang digunakan dalam eksperimen ini
dugaan bahwa manajer yang memiliki laporan kema- hanyalah penyederhanaan kasus yang dihadapi di
juan proyek memiliki kecenderungan eskalasi komit- dunia nyata dan variabel lokus kendali merupakan
men yang lebih kecil dibandingkan dengan manajer variabel yang tidak dikontrol, sehingga hasilnya sulit
yang tidak memiliki laporan kemajuan proyek. Lapo- untuk diprediksi. Hal-hal yang dapat dikembangkan
ran kemajuan proyek terbukti mampu menjadi strategi dan diperbaiki dari penelitian ini adalah 1) Penelitan
untuk mengendalikan kecenderungan manajer menges- selanjutnya mempertimbangkan menggunakan sub-
kalasi komitmennya. Namun, dugaan bahwa manajer jek manajer yang sesungguhnya dan 2) Mengontrol
yang disediakan informasi umpan balik negatif yang variabel lokus kendali agar dapat diidentifikasi terlebih
tidak ambigu dan informasi manfaat masa depan atas dahulu karakteristik lokus kendali responden sebelum
alokasi tambahan sumber daya memiliki kecenderun- dilakukan eksperimen.
gan eskalasi komitmen yang lebih kecil dibandingkan
manajer yang tidak disediakan kedua informasi terse-
but ternyata tidak mendapatkan dukungan empiris.
Kedua informasi tersebut tidak mampu mencegah
181
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 169-182
Bazerman, M.H. 1993. Judgement in Managerial Deci- Holthausen, R.W. dan Verrecchia, R.E. 1988. “The Ef-
sion Making. New York, NY: Wiley. fect of Sequential Information Releases on The
Variance of Price Changes in An Intertemporal
Brockner, J. 1992. “The Escalation of Commitment to Multi Asset Market”. Journal of Accounting
Failing Course of Action: Toward Theoretical Research, 26(1): 82-106.
Progress”. Academy of Management Review,
17(1): 39-61. Keil, Mark., G. Depledge, dan Arun Rai. 2007. “Esca-
lation: The Role of Problem Recognition and
Bowen, M.G. 1987. “The Escalation Phenomenon Cognitive Bias”. Journal Compilation Decision
Reconsidered: Decision Dilemmas or Deci- Sciences, 38(3).
sion Errors”. Academy of Management Review,
12(1): 52-56. Reiss, M. C. dan K. Mitra. 1998. “The Effects of Indi-
vidual Difference Factors on The Acceptability
Cheng, M.M. dan Axel K-D Schulz. 2002. “Persistence of Ethical and Unethical Workplace Behaviors”.
in Capital Budgeting Reinvestment Deci- Journal of Business Ethics, 17(14).
sions–Personal Responsibility Antecedents and
Information Asymmetry Moderator: A Note”. Rotter, J.B. 1966. “Generalized Expectancies for In-
Journal Accounting and Finance, 42: 73-86. ternal versus External Control Reinforcement”.
Psychological Monographs, 80(1): 1-28.
Department of English Northern Illnois University.
http://www.engl.niu.edu/ wac/progrgd.html/. Singer, Ming S. dan Alan E. Singer. 2001. “Individual
Diakses 7 November 2012. Differences and The Escalation of Commitment
Paradigm”. The Journal of Social Psychology,
Dzuranin, Ann C. 2009. “Mitigating Escalation of 126(2): 197-204.
Commitment: An Investigation of The Ef-
fects of Priming and Decision Making Setting Spector, P. E. 1988. “Development of The Work Locus
in Capital Project Continuation Decisions”. of Control Scale”. Journal of Occupational
Disertasi. Doctor of Philosophy University of Psychology, 61(4): 335-340.
South Florida.
Staw, B. M. 1976. “Knee-deep in The Big Muddy:
Effriyanti. 2005. “Pemanfaatan Informasi Akuntansi A Study Escalation Commitment to Choosen
untuk Menghindari Eskalasi Komitmen Pada Course of Action”. Organizational Behavior
Level Pengambilan Keputusan”. Simposium and Human Decision Processes, 16: 27-44.
Nasional Akuntansi VIII, 15-16 September
2005. Street, M. dan V. L. Street. 2006. The Effects of Esca-
lating Commitment on Ethical Decision Mak-
Festinger, L. 1957. A Theory of Cognitive Dissonance. ing. Journal of Business Ethics, 64: 343-356.
Evanston, IL: Row, Peterson.
Suartana, I Wayan. 2003. “Strategi Reduksi Eskalasi
Ghosh, Dipankar. 1997. “De-Escalation Strategies: Komitmen: Sunk Cost”. Simposium Nasional
Some Experimental Evidence”. Behavioral Akuntansi VI, 984-993.
Research in Accounting, 9.
Turner, J. R. 1993. The Handbook of Project Based
Heath, Chip. 1995. “Escalation and De-Escalation of Management. Bershire, UK: McGraw-Hill.
Commitment in Response to Sunk Costs: The
Role of Budgeting in Mental Accounting”. Vroom, Victor. 1964. Work and Motivation. New
Organizational Behavior and Human Decision York: Wiley.
182
ISSN: 0853-1269
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN................................................................. (Yudas Tadius Andi Candra)
Vol. 26, No. 3, Desember 2015
Hal. 183-199 J URNA L
AKUNTANSI & MANAJEMEN
Tahun 1990
183
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 183-199
ran keuangan akan berkurang jika laporan tersebut MATERI DAN METODE PENELITIAN
tidak tersedia tepat pada waktunya. Pentingnya suatu
informasi akuntansi telah membuat para profesional Salah satu cara untuk mengetahui tingkat keberhasilan
dan pembuat peraturan di pasar modal mengeluarkan perusahaan adalah dengan melihat profitabilitasnya.
kebijakan untuk menunjang agar informasi disajikan Semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka semakin
tepat waktu (Owusu-Ansah dan Leventis, 2006). tinggi pula kemampuan perusahaan dalam menghasil-
Pelaporan keuangan perusahaan publik di In- kan laba dari sumber daya yang dimiliki. Profitabilitas
donesia diatur dalam UU No. 8 Tahun 1995 tentang adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
Pasar Modal dan peraturan lain yang dikeluarkan oleh keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal
Bapepam dan BEI. Menurut Peraturan Bapepam No- saham tertentu. ROA (return on assets) adalah salah
mor X.K.2 (Keputusan Ketua Bapepam No. KEP-36/ satu cara untuk mengetahui tingkat profitabilitas suatu
PM/2003) penyampaian laporan keuangan tahunan perusahaan. ROA (return on assets) merupakan rasio
yang telah diaudit dikatakan tepat waktu apabila yang mengukur kemampuan perusahaan dalam meng-
diserahkan sebelum atau paling lambat pada akhir hasilkan laba bersih pada tingkat aset tertentu.
bulan ketiga setelah tanggal laporan keuangan tahunan Rasio profitabilitas menunjukkan keberhasilan
emiten atau perusahaan publik tersebut. perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Prof-
Di Indonesia masih banyak perusahaan yang itabilitas suatu perusahaan mencerminkan tingkat
menyerahkan laporan keuangannya tidak tepat waktu. efektifitas yang dicapai oleh suatu operasional peru-
Pada tahun 2007 terdapat 116 perusahaan yang tidak sahaan. Suharli dan Rachpriliani (2006) menyatakan
tepat waktu menyampaikan laporan keuangan tahunan bahwa rasio profitabilitas sering dipergunakan sebagai
periode tahun 2006. Dari 116 perusahaan yang tidak te- pengukur kinerja manajemen perusahaan disamping
pat waktu tersebut terdapat 61 perusahaan yang berasal pengukur efisiensi penggunaan modal.
dari sektor manufaktur (Kadir, 2011). Banyak hal yang Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang
bisa mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian rendah merupakan indikasi adanya kinerja yang bu-
laporan keuangan tersebut, antara lain good corporate ruk dari manajemen. Hal ini akan membawa reaksi
governance, profitabilitas, kualitas audit, laba/rugi negatif di pasar. Perusahaan dengan profitabilitas
perusahaan, dan manajemen laba yang diproksikan rendah mempunyai kecenderungan untuk menunda
dengan akrual diskresioner. Sudah banyak penelitian penyampaian laporan keuangannya, begitu juga seba-
yang dilakukan untuk meneliti faktor-faktor yang liknya (Owusu-Ansah, 2000). Penundaan penyampaian
mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan laporan keuangan oleh pihak manajemen bisa berakibat
keuangan namun hasilnya masih tidak konsisten. Atas penyampaian laporan keuangan tersebut terlambat atau
dasar tersebut, peneliti menguji kembali faktor-faktor melebihi batas waktu yang telah ditetapkan Bapepam.
yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyam- Hilmi (2008) menemukan bukti bahwa profitabilitas
paian laporan keuangan. berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu penyam-
Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian paian laporan keuangan. Hal berbeda ditunjukkan oleh
ini menguji kembali faktor-faktor yang mempengaruhi Kadir (2011). Kadir (2011) menunjukkan bahwa prof-
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Per- itabilitas tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu
tanyaan penelitian yang diajukan adalah: apakah profit- penyampaian laporan keuangan. Owusu-Ansah (2000)
abilitas, kualitas audit, proporsi komisaris independen, meneliti ketepatan waktu pelaporan keuangan peru-
keberadaan komite audit, kepemilikan manajerial, sahaan yang terdaftar di Zimbabwe Stock Exchange
kepemilikan institusional, dan laba/rugi perusahaan menemukan bahwa profitabilitas mempengaruhi
berpengaruh positif terhadap ketepatan waktu pe- ketepatan waktu pelaporan keuangan. Courtis (1976)
nyampaian laporan keuangan dan juga apakah akrual dalam penelitiannya mengenai hubungan ketepatan
diskresioner berpengaruh negatif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan dengan atribut perusahaan
waktu penyampaian laporan keuangan. menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh secara
signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuan-
gan. Iskandar (2004) juga menemukan bukti bahwa
184
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN................................................................. (Yudas Tadius Andi Candra)
profitabilitas berpengaruh terhadap ketepatan waktu ungan perusahaan yang memperoleh laba menyampai-
pelaporan keuagan. kan laporan keuangannya tepat waktu dan sebaliknya
Tinggi rendahnnya profitabilitas perusahaan perusahaan yang mengalami rugi menyampaikan
merupakan sinyal dari adanya berita baik ataupun laporan keuangannya terlambat. Senada dengan Dyer
berita buruk. Perusahaan yang mengalami berita baik dan McHugh (1975), Carslaw dan Kaplan (1991) men-
(tingkat profitabilitasnya tinggi) cenderung menyerah- emukan bahwa perusahaan yang mengalami kerugian
kan laporan keuangannya tepat waktu. Sedangkan pe- meminta auditornya untuk menjadwalkan pengaudi-
rusahaan dengan profitabilitas yang rendah mempunyai tannya lebih lambat dari yang seharusnya, akibatnya
kecenderungan untuk menyerahkan laporan keuangan- penyerahan laporan keuangannya terlambat.
nya tidak tepat waktu atau melebihi ketentuan yang Ketepatan waktu dan keterlambatan pengumu-
ditetapkan oleh Bapepam. Berdasar uraian tersebut, man laba dipengaruhi oleh adanya berita buruk atau
disusun hipotesis sebagai berikut: berita baik (Givoly dan Palmon, 1982). Perusahaan
H1: Profitabilitas perusahaan meningkatkan proba- yang mengalami berita baik akan mengumumkan
bilitas terjadinya ketepatan waktu penyampaian laporan keuangannya lebih segera dari pada perusa-
laporan keuangan. haan yang mengamali berita buruk. Sinyal berita baik
Selain menggunakan tinggi rendahnya profit- atau berita buruk tersebut ditunjukkan dengan adanya
abilitas perusahaan, berita baik dan berita buruk peru- laba atau rugi perusahaan. Sehingga perusahaan yang
sahaan juga bisa dilihat dari laba atau rugi perusahaan. mengalami laba akan lebih segera untuk menyampai-
Peneliti menggunakan variabel laba perusahaan untuk kan laporan keuangannya karena laporan keuangan
memasukkan persepsi umum bahwa laba merupakan tersebut mengandung berita baik.
sinyal dari adanya berita baik dan rugi merupakan Berdasar uraian tersebut dapat diambil kesim-
sinyal dari adanya berita buruk. Perusahaan yang pulan bahwa perusahaan yang mengalami laba akan
mengumumkan rugi akan membawa reaksi negatif dari lebih segera menyampaikan laporan keuangannya
pasar dan tentunya penilaian atas kinerjanya juga bu- karena laporan keuangan tersebut mengandung berita
ruk. Sedangkan pada perusahaan yang mengumumkan baik. Sedangkan perusahaan yang mengalami kerugian
laba maka akan berdampak positif terhadap penilaian cenderung menunda penyampaian laporan keuan-
pihak lain atas kinerja perusahaan. Perusahaan yang gannya karena mengandung berita buruk. Peneliti
mengumumkan laba berarti terdapat berita baik se- menduga laba perusahaan mempengaruhi ketepatan
dangkan perusahaan yang mengumumkan rugi berarti waktu penyampaian laporan keuangan. Berdasar uraian
terdapat berita buruk tanpa memperhitungkan besarnya tersebut, disusun hipotesis sebagai berikut:
laba atau rugi. H2: Laba perusahaan meningkatkan probabilitas
Lang dan Lundolm (1993) dalam penelitian- terjadinya ketepatan waktu penyampaian laporan
nya mengenai pengungkapan perusahaan menyatakan keuangan.
bahwa terdapat persepsi umum bahwa perusahaan Bapepam mensyaratkan bahwa perusahaan
akan dengan segera memberikan informasi ketika yang terdaftar di bursa harus menerbitkan laporan
kinerja perusahaan baik daripada ketika kinerjanya keuangan auditan untuk menjamin laporan keuangan
buruk. Singvi dan Desai (1971) menyatakan bahwa tersebut bebas dari manipulasi. Perusahaan publik di
pada saat perusahaan mengalami keuntungan maka Indonesia sangatlah selektif dalam memilih Kantor
kepercayaan diri manajemen semakin meningkat untuk Akuntan Publik (KAP) untuk memberikan jasa audit
segera mengumumkan laporan keuangannya. Semen- terhadap laporan keuangannya. Kualitas audit akan
tara jika perusahaan mengalami kerugian mungkin ditentukan oleh pengalaman akuntan, besar kecilnya
akan mengulur waktu untuk menyampaiakan laporan KAP dan sumber daya dalam KAP tersebut. KAP besar
keuangannya. dengan jam terbang yang lebih banyak dari pada KAP
Dyer dan Mc Hugh (1975) dalam penelitian- kecil akan mempunyai peluang yang lebih tinggi untuk
nya mengenai ketepatan waktu penyampaian laporan mendeteksi masalah material dalam laporan keuangan
keuangan pada perusahaan yang terdaftar di Sydney perusahaan. Hal itu dikarenakan KAP besar mempu-
Stock Exchange menyatakan bahwa terdapat kecender- nyai auditor yang lebih pengalaman dan mempunyai
185
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 183-199
kekayaan intelektual yang lebih banyak dari pada KAP dengan manajemen perusahaan. Komisaris independen
kecil (Francis dan Yu, 2009). ini dapat digunakan sebagai kontrol terhadap penggu-
KAP yang lebih besar dapat diartikan kualitas naan sumber daya oleh manajemen perusahaan. Beas-
audit yang dihasilkan pun lebih baik dibandingkan ley (1996) menyatakan bahwa komisaris independen
kantor akuntan kecil (DeAngelo, 1981). Hal senada adalah dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan
juga diungkapkan oleh Francis dan Yu (2009). Dalam dengan perusahaan selain hubungannya sebagai bagian
penelitiannya mengenai Big 4 Office Size and Audit dari dewan komisaris perusahaan tersebut.
Quality, Francis dan Yu (2009) mengatakan bahwa kan- Dewan komisaris merupakan mekanisme
tor auditor besar seperti Big 4 diperkirakan memiliki internal kontrol tertinggi yang bertanggung jawab
kualitas audit yang lebih tinggi karena memiliki pen- untuk mengawasi tindakan dari top manajemen.
galaman yang lebih dalam mengelola audit tersebut. Semakin besar proporsi komisaris independen pada
KAP di Indonesia yang berafiliasi dengan Big Four dewan komisaris maka akan semakin efektif dalam
Worldwide Accounting Firm (Big 4) diwakili oleh 4 pelaksanaan fungsi monitoringnya terhadap perilaku
KAP besar yaitu : (1) Tanudireja, Wibisana & Rekan oportunistik manajemen (Fahma dan Jensen, 1983).
yang berefiliasi dengan PricewaterhouseCoopers, (2) Komisaris independen dapat melakukan fungsi pen-
Osman Bing Satrio & Rekan yang berafiliasi dengan gawasan lebih mudah daripada komisaris yang bukan
Deloitle Touche Tohmatsu, (3) Purwantono, Suherman komisaris independen. Komisaris independen juga
& Surja yang berafiliasi dengan Ernst & Young dan (4) dapat mengurangi kemungkinan kolusi dengan top
Siddharta Siddharta & Widjaja yang berafiliasi dengan eksekutif dan mencegah penyalahgunaan sumber daya
KPMG. perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan
KAP besar melakukan audit secara lebih efisien kinerja perusahaan (Chiang dan Chia, 2005).
dari KAP kecil dikarenakan KAP besar mempunyai Perusahaan yang melakukan kecurangan
pengalaman yang lebih banyak dalam hal auditing. mempunyai persentase dewan komisaris eksternal
Dengan demikian akan masuk akal untuk mengharap- (komisaris independen) yang lebih rendah daripada
kan bahwa KAP besar akan menyelesaikan auditingnya perusahaan yang tidak melakukan kecurangan (Beasley
secara tepat waktu (Ashton et al., 1989). Hilmi (2008) 1996). Karakteristik dewan komisaris akan berpenga-
menemukan bahwa perusahaan yang menggunakan ruh terhadap kualitas laporan keuangan (Chtourou, et
KAP big 4 cenderung tepat waktu dalam menyam- al. 2001). Komisaris independen dapat meningkatkan
paikan laporan keuangannya. Dari uraian tersebut fungsi kontrol internal terhadap kinerja manajemen.
dapat diambil kesimpulan bahwa kualitas audit yang Manajemen akan dituntut untuk mematuhi semua
diproksikan dengan KAP Big 4 diduga dapat mem- peraturan sehingga dapat meningkatkan kualitas
pengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan laporan keuangan. Salah satu ciri laporan keuangan
keuangan. Berdasar uraian tersebut, disusun hipotesis yang berkualitas adalah laporan keuangan tersebut
sebagai berikut: disajikan tepat waktu sehingga dapat mempengaruhi
H3: Kualitas audit KAP perusahaan meningkatkan pengambilan keputusan. Dengan demikian, proporsi
probabilitas terjadinya ketepatan waktu penyam- komisaris independen dalam dewan komisaris diduga
paian laporan keuangan. dapat mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian
Menurut Peraturan Nomor IX.I.5 (Kep-29/ laporan keuangan. Berdasar uraian tersebut, disusun
PM/2004), komisaris independen adalah anggota hipotesis sebagai berikut:
komisaris yang berasal dari luar perusahaan, tidak H4: Proporsi komisaris independen perusahaan
mempunyai saham baik langsung maupun tidak lang- meningkatkan probabilitas terjadinya ketepatan
sung pada perusahaan, tidak memiliki hubungan afiliasi waktu penyampaian laporan keuangan.
dengan perusahaan, direksi, komisaris atau pemegang Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-29/
saham utama serta tidak memiliki hubungan usaha baik PM/2004 (Peraturan Nomor IX.I.5) komite audit
langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan. adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris
Secara singkatnya, komisaris independen merupakan dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fung-
bagian dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan sinya. Peraturan tersebut mengharuskan setiap emiten
186
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN................................................................. (Yudas Tadius Andi Candra)
atau perusahaan publik memiliki komite audit. Komite disampaikan ke publik. Tugas lain komite audit yang
audit terdiri dari sekurang-kurangnya satu orang berhubungan dengan laporan keuangan adalah tugas
komisaris independen dan sekurang-kurangnya dua dalam menelaah ketaatan perusahaan terhadap per-
orang yang berasal dari luar perusahaan. Keputusan aturan perundang-undangan di bidang pasar modal
Ketua Bapepam Nomor Kep-29/PM/2004 (Peraturan dan peraturan perundang-undangan lainnya yang
Nomor IX.I.5) menyatakan bahwa komite audit ber- berhubungan dengan kegiatan perusahaan. Tugas ini
tugas memberikan pendapat kepada dewan komisaris membuat komite audit mendorong perusahaan untuk
terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh mematuhi semua peraturan di pasar modal termasuk
direksi kepada dewan komisaris, mengidentifikasi peraturan yang mengharuskan perusahaan menyam-
hal-hal yang memerlukan perhatian komisaris, dan paikan laporan keuangan tepat waktu. Penelitian
melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan terdahulu juga mengungkapkan bahwa keberadaan
tugas dewan komisaris. komite audit mempunyai hubungan dengan ketepatan
Klien (2002) dalam penelitiannya mengenai waktu pelaporan keuangan. Dari uraian diatas dapat
komite audit, dewan komisaris dan manajemen laba diambil kesimpulan bahwa keberadaan komite audit
menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara diduga dapat meningkatkan ketepatan waktu pelapo-
komite audit independen dengan manajemen laba. Ini ran keuangan perusahaan. Berdasar uraian tersebut,
berarti bahwa semakin banyak komite audit indepen- disusun hipotesis sebagai berikut:
den maka akan semakin sedikit manajemen laba yang H5: Komite audit perusahaan meningkatkan proba-
dilakukan perusahaan. Dengan demikian, kualitas bilitas terjadinya ketepatan waktu penyampaian
laporan keuangan juga akan semakin baik. Hal ini akan laporan keuangan.
meningkatkan kepercayaan publik bahwa dalam peru- Dalam sebuah perusahaan, konflik kepentingan
sahaan tersebut terdapat internal kontrok yang baik. selalu terjadi antara pihak manajemen dengan pihak
Ghazali dan Ika (2012) meneliti mengenai hubungan pemilik. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk
antara efektivitas komite audit dengan ketepatan waktu mengurangi konflik kepentingan ini adalah dengan
laporan keuangan pada perusahaan yang terdaftar di adanya kepemilikan manajerial. Kepemilikan mana-
Indonesian Stock Exchange (IDX). Hasil penelitian jerial didefinisikan sebagai persentase saham yang
tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang dimiliki oleh manajemen yang secara aktif ikut dalam
signifikan antara efektivitas komite audit dengan kete- pengambilan keputusan perusahaan yang meliputi
patan waktu laporan keuangan. Semakin efektif komite komisaris dan direksi (Midiastuty dan Machfoendz,
audit dalam melaksanakan fungsinya maka perusahaan 2003). Penelitian Kadir (2011) mengenai faktor-fakor
akan semakin tepat waktu dalam menyampaikan lapo- yang berpengaruh terhadap ketepatan waktu pelaporan
ran keuangan, begitu juga sebaliknya. keuangan menemukan bukti bahwa terdapat hubungan
Fungsi komite audit adalah untuk mengawasi yang signifikan antara kepemilikan manajerial dengan
dan memonitor proses pelaporan keuangan dan mem- ketepatan waktu pelaporan keuangan.
berikan saran dalam pemilihan dan pemberhentian Midiastuty dan Machfoendz (2003) menyatakan
auditor eksternal suatu perusahaan. Dengan melakukan bahwa ada kemungkinan manajemen memanfaatkan
fungsi-fungsi ini, komite audit diharapkan mampu me- pos-pos akrual guna menyajikan laba yang sesuai den-
mastikan bahwa perusahaan memiliki kontrol internal gan kepentingannya yang mungkin tidak sesuai dengan
yang memadai terhadap kebijakan akuntansi yang kepentingan principal, seperti pemilik, pemegang sa-
akan mencegah penipuan dan meningkatkan kualitas ham, atau pemberi pinjaman. Dengan demikian akan
laporan keuangan dan laporan keuangan disampaikan mungkin terjadi konflik kepentingan antara manajemen
tepat waktu (Felo, et al., 2003). dengan principal, seperti pemilik, pemegang saham,
Tugas komite audit yang tercantum dalam atau pemberi pinjaman.
Peraturan Nomor IX.I.5 salah satunya adalah untuk Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam
menelaahan atas informasi keuangan yang akan penelitiannya mengenai perilaku manjerial, kos agensi,
dikeluarkan perusahaan. Hal ini dilakukan untuk dan struktur kepemilikan menyatakan bahwa kepe-
menjamin kredibilitas dan kualitas informasi yang milikan manajerial bisa digunakan untuk mengurangi
187
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 183-199
konflik kepentingan antara pihak manajemen dan pe- laba yang disebabkan adanya asimetri infomasi bisa
megang saham atau prinsipal. Kepemilikan manajerial dikurangi.
akan membuat manajer menjadi setara dengan pemilik, Laporan keuangan periodik yang diterbitkan
dalam artian manajer yang juga pemilik perusahaan manajemen merupakan salah satu sumber informasi
akan menyelaraskan kepentingannya sebagai manajer bagi investor institusional dalam melakukan aktivitas
dan juga sebagai pemilik perusahaan. Kepemilikan monitoring (Potter 1991). Investor institusional akan
manajerial ini akan mendorong manajer untuk me- mendorong pihak manajemen untuk menyampaikan
ningkatkan usahanya dalam menghasilkan profit yang laporan keuangan periodik secepat mungkin untuk
maksimal. menjamin relevansi informasi dari laporan keuangan
Kepemilikan manajerial dapat digunakan untuk tersebut. Pound (1988) seperti yang dikutip oleh Chi-
mengurangi konflik kepentingan, dan apabila konflik ang dan Chia (2005) menyatakan bahwa pemegang
kepentingan tersebut berkurang maka asimetri infor- saham institusional lebih profesional dalam melaku-
masi juga akan berkurang. Jika asimetri informasi kan aktivitas monitoring dari pada pemegang saham
berkurang maka tindakan manajer yang menyembu- biasa. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka
nyikan atau menunda informasi akuntansi juga akan semakin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan
berkurang. Manajer tidak akan menunda informasi dan mengurangi kos keagenan (Wahyudi & Pawestri,
akuntansi untuk disampaikan ke publik karena manajer 2006). Dengan demikian kos monitoring perusahaan
sebagai pemilik perusahaan juga mempunyai kepentin- akan lebih rendah dan lebih efektif karena pemegang
gan terhadap informasi akuntansi tersebut. Dari uraian saham institusional dapat mengurangi kos keagenan.
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa kepemilikan Harnida (2005) dalam penelitiannya mengenai
manajerial diduga mempengaruhi ketepatan waktu pe- faktor-faktor yang menentukan kesegeraan penyerahan
nyampaian laporan keuangan. Berdasar uraian tersebut, laporan keuangan menemukan bahwa terdapat hubun-
disusun hipotesis sebagai berikut: gan antara kepemilikan institusional dengan ketepatan
H6: Kepemilikan manajerial perusahaan mening- waktu pelaporan keuangan. Sama seperti Harnida
katkan probabilitas terjadinya ketepatan waktu (2005), penelitian Kadir (2011) juga menemukan bukti
penyampaian laporan keuangan. bahwa kepemilikan institusional memiliki hubungan
Kepemilikan institusional didefinisikan sebagai yang signifikan dengan ketepatan waktu penyampaian
besarnya persentase saham yang dimiliki oleh investor laporan keuangan.
institusional. Kepemilikan institusional merupakan Berdasar uraian tersebut dapat disimpulkan bah-
salah satu mekanisme corporate governance yang wa kepemilikan institusional mampu mempengaruhi
bisa mengurangi konflik kepentingan antara manajer kinerja manajemen dengan melakukan pengawasan
dengan pemilik perusahaan yang pada akhirnya akan yang lebih efektif. Pengawasan yang efektif akan
mengurangi masalah keagenan (Midiastuti dan Mach- meningkatkan kinerja manajemen dalam menghasil-
foedz, 2003). kan laba dan jika perusahaan mengalami laba maka
Melalui mekanisme kepemilikan institusional, tidak ada alasan bagi manajemen untuk menunda
efektivitas pengelolaan sumber daya perusahaan oleh pengumuman. Institusi yang merupakan pemegang
pihak manjemen dapat diketahui dari informasi yang saham perusahaan akan mendorong manajemen un-
dihasilkan melalui reaksi pasar atas pengumuman laba. tuk menyampaikan laporan keuangannya secara tepat
Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk waktu karena laporan keuangan tersebut merupakan
mengendalikan pihak manajemen melalui proses moni- salah satu sumber informasi bagi pihak institusi dalam
toring secara efektif sehingga mengurangi tindakan mengambil keputusan ekonomi. Beberapa penelitian
manajemen melakukan manajemen laba (Boediono, terdahulu menunjukkan bahwa terdapat hubungan
2005). Midiastuty dan Machfoedz (2003) menemukan yang signifikan antara kepemilikan institusional den-
bukti bahwa investor institusional lebih mampu men- gan ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
gawasi kegiatan manajemen karena investor ini adalah Peneliti menduga bahwa kepemilikan institusional
investor yang berpengalaman dan memiliki informasi mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan
yang banyak tentang perusahaan sehingga manipulasi keuangan. Berdasar uraian tersebut, disusun hipotesis
188
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN................................................................. (Yudas Tadius Andi Candra)
189
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 183-199
laporan keuangan tahunan (annual report) periode and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Pengujian ini
2007-2011 dan terdaftar di BEI untuk periode 2007- berfungsi untuk mengetahui apakah model yang di-
2011 berturut-turut, serta perusahaan yang menerbitkan gunakan peneliti sudah layak atau tidak, dan apakah
laporan keuangan dengan periode yang berakhir 31 model tersebut fit dengan data atau tidak.
Desember dan telah menerbitkan laporan keuangan Peneliti melakukan penilaian terhadap keseluru-
tahunan (annual report) periode 2007-2011. Data yang han model (overall model fit) dengan cara mengamati
digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. angka -2 log likelihood pada output, yaitu pada Block
Data tersebut diperoleh dari Bapepam dan Indonesian 0 dan Block 1. Jika terjadi penurunan angka -2 Log
Capital Market Directory (ICMD). Likelihood (block number = 0 – block number =1)
Penelitian ini akan menguji 9 variabel yang menunjukkan model regresi yang baik. Koefisien
terbagi dalam variabel independen dan variabel de- determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh ke-
penden. Variabel independennya adalah 1) variabel mampuan model dalam menerangkan variabel depen-
profitabilitas perusahaan yang diukur menggunakan den. Besarnya nilai koefesien determinasi pada model
return on assets (ROA); 2) laba perusahaan yang regresi logistik ditunjukkan oleh nilai Nagelkerke R
diukur dengan variabel dummy, yaitu 1 jika peru- Square. Model yang digunakan dalam penelitian ini
sahaan tersebut melaporkan laba, 0 jika perusahaan adalah:
tersebut melaporkan rugi; 3) variabel kualitas audit TIME = PRO + LBA + KAP+
KAP perusahaan yang diukur dengan variabel dummy,
perusahaan yang menggunakan KAP Big Four diberi IND + KAU + KMN + KIN - ADS + ε
nilai 1 sedangkan perusahaan yang menggunakan KAP Keterangan:
selain Big Four diberi nilai 0; 4) proporsi komisaris TIME = Ketepatan waktu penyampaian laporan keuan-
independen perusahaan yang diukur dengan cara gan perusahaan
membagi jumlah komisaris independen dengan total PRO = Profitabilitas perusahaan
dewan komisaris; 5) keberadaan komite audit perusa- LBA = Laba perusahaan
haan yang diukur dengan variabel dummy, yaitu nilai 1 KAP = Kualitas audit KAP perusahaan
jika perusahaan tersebut memiliki komite audit, 0 jika IND = Proporsi komisaris independen perusahaan
perusahaan tersebut tidak memiliki komite audit; 6) KAU = Keberadaan komite audit perusahaan
kepemilikan manajerial perusahaan yang diukur den- KMN = Kepemilikan manajerial perusahaan
gan persentase kepemilikan saham yang dimiliki pihak KIN = Kepemilikan institusional perusahaan
manajemen; 7) kepemilikan institusional perusahaan ADS = Akrual diskresioner perusahaan
yang diukur dengan persentase kepemilikan saham konstanta
yang dimiliki pihak institusi; 8) akrual diskresioner ε = Error term
perusahaan yang diukur dengan model Modified Jones.
Sedangkan variabel dependennya adalah ketepatan HASIL PENELITIAN
waktu penyampaian laporan keuangan, pengukurannya
menggunakan variabel dummy, yaitu 1 jika perusahaan Sampel dalam penelitian ini diambil dari perusahaan
menyampaikan laporan keuangan tepat waktu, 0 jika manufaktur yang terdaftar di BEI. Pemilihan sampel
perusahaan menyampaikan laporan keuangannya tidak menggunakan teknik purposif sampling sehingga tidak
tepat waktu. semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
Penelitian ini menguji satu variabel dependen bisa digunakan sebagai sampel. Peneliti menghapus
yang bersifat kategorikal (nominal atau non metrik) beberapa perusahaan karena tidak memenuhi kriteria
dengan delapan variabel independen yang bersifat sebagai sampel yang akan digunakan dalam penelitian
metrik dan non metrik. Metode yang cocok digunakan ini. Jumlah akhir sampel yang digunakan sebanyak
untuk menguji variabel tersebutadalah logistic regres- 112 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dari
sion. Metode ini juga dipakai pada penelitian sejenis tahun 2007 sampai tahun 2011. Hasil metode purposive
oleh Komalasari (2003) dan Kadir (2011). Kelayakan sampling ditunjukkan pada Tabel 1.
model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer
190
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN................................................................. (Yudas Tadius Andi Candra)
Tabel 1
Pemilihan Sampel dengan Metode Purposive Sampling
Sampel yang digunakan dalam penelitian laporan keuangannya tepat waktu selama periode 2007
ini sebanyak 108 perusahaan yang terdaftar secara sampai 2011. Secara total dari tahun 2007 sampai
berturut-turut di BEI pada tahun 2007 sampai 2011. 2011 terdapat 416 (77,04%) sampel yang menyam-
Jumlah total sampel yang digunakan sebanyak 540 paikan laporan keuangannya tepat waktu. Sedangkan
sampel yang diperoleh dari 108 perusahaan dikalikan 5 sisanya 124 (22,96%) sampel manyampaikan laporan
periode (tahun 2007 sampai 2011). Rincian menganai keuangannya tidak tepat waktu. Pemerintah melalui
jumlah perusahaan yang digunakan sebagai sampel Bapepam telah berulang kali merevisi peraturan men-
dapat dilihat pada Tabel 2. genai ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan,
Berdasar data tahun 2007 ke tahun 2008 namun sampai saat ini masih banyak perusahaan yang
terdapat kenaikan jumlah perusahaan yang menyam- tidak tepat waktu dalam menyampaiakan laporan
paikan laporan keuangannya tepat waktu, kemudian keuangannya.
jumlahnya turun pada tahun 2009. Jumlahnya naik Ketepatan waktu penyampaian laporan
pada 2010 dan 2011 kembali terjadi penurunan jumlah keuangan ada kemungkinan dipengaruhi oleh kantor
perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan akuntan publik yang digunakan oleh perusahaan. Kan-
secara tepat waktu. Pada tahun 2009 perusahaan yang tor akuntan publik terdiri dari KAP Big 4 dan KAP
tepat waktu menyampaikan laporan keuangannya Non Big 4. Dari hasil pengamatan selama tahun 2007
hanya 82 perusahaan dari 108 perusahaan. Ini meru- sampai 2011 terdapat kecenderungan tren menurun
pakan jumlah terkecil perusahaan yang menyampaikan dari tahun 2007 sampai 2009 dalam penggunaan KAP
Tabel 2
Jumlah Perusahaan yang Menyampaiakn Laporan keuangan (TIME),
Kualitas Audit KAP Perusahaan (KAP), Keberadaan Komite Audit
Perusahaan (KAU), dan Laba Perusahaan (LBA)
191
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 183-199
Big 4. Hal tersebut mengindikasikan bahwa keper- akan diberi skor 0. Dengan demikian nilai minimum-
cayaan perusahaan terhadap KAP Non Big 4 semakin nya 0 dan nilai maksimumnya 1. Nilai rata-rata kete-
tinggi. Pada tahun 2010 dan 2011 perusahaan yang patan waktu penyampaian laporan keuangan sebesar
menggunakan KAP Big 4 kembali naik. Dari sampel 0,771dan standar deviasinya sebesar 0,421.
540 perusahaan yang menggunakan KAP, sebanyak Variabel profitabilitas perusahaan (PRO) diukur
sebanyak 246 perusahaan menggunakan KAP Big 4 dengan return on assets (ROA). Return on assets ini
dan sisanya menggunakan KAP selain Big 4. merupakan rasio untuk mengukur kemampuan peru-
Jumlah perusahaan yang memiliki komite audit sahaan dalam menghasilkan laba dari total aset yang
dari tahun 2007 sampai 2011 tidak mengalami peruba- dimilikinya. Nilai ROA yang positif mempunyai arti
han. Jumlah perusahaan yang memiliki komite audit bahwa perusahaan bisa menghasilkan laba, sedangkan
dari tahun 2007 sampai 2011 sebanyak 430 perusahaan, ROA yang negatif berarti perusahaan mengalami keru-
sedangkan sisanya 110 perusahaan tidak memiliki gian. Berdasar Tabel 3 diketahui bahwa nilai minimum
komite audit. Berdasar data tahun 2007 sampai tahun profitabilitas (PRO) sebesar -0,652 sedangkan nilai
2011 jumlah perusahaan yang melaporkan laba terus maksimalnya sebesar 3,475. Rata-rata kemampuan
mengalami peningkatan. Jumlah tertinggi perusahaan perusahaan dalam menghasilkan laba dari total aset
yang melaporkan laba ada pada tahun 2011 yaitu yang dimilikinya sebesar 0,065 dengan standar deviasi
sebanyak 106 perusahaan. Sedangkan jumlah yang 0,196.
paling sedikit ada pada tahun 2007 yaitu sebanyak 75 Laba perusahaan (LBA) merupakan variabel
perusahaan. Secara total dari tahun 2007 sampai 2011 dummy. Perusahaan yang melaporkan laba akan diberi
terdapat 469 perusahaan yang melaporkan laba dan 71 nilai 1 sedangkan perusahaan yang melaporkan rugi
perusahaan amelaporkan rugi. akan diberi nilai 0. Dengan demikian nilai minimum-
Data yang akan diolah untuk menguji kedela- nya 0 dan nilai maksimumnya 1. Nilai rata-rata untuk
pan hipotesis dalam penelitian ini harus diuji terlebih variabel ini sebesar 0,87 dengan standar deviasi 0,338.
dahulu menggunakan statistika deskriptif. Hal ini di- Variabel kualitas audit KAP perusahaan (KAP) meru-
lakukan untuk mengetahui gambaran karakteristik dari pakan variabel dummy. Perusahaan yang menggunakan
data tersebut, mulai dari mean, nilai minimum, nilai kantor akuntan publik Big 4 diberi nilai 1 sedangkan
maksimum, dan standar deviasinya. Hasil statistika perusahaan yang menggunakan kantor akuntan publik
deskriptif dapat dilihat pada Tabel 3. selain Big 4 diberi nilai 0, sehingga nilai mainimalnya
Ketepatan waktu penyampaian laporan keuan- 0 dan nilai masimalnya 1. Nilai rata-rata untuk variabel
gan (TIME) merupakan variabel dummy. Perusahaan ini sebesar 0,46 dan standar deviasinya sebesar 0,495.
yang menyampaikan laporan keuangan tepat waktu Proporsi komisaris independen perusahaan
akan diberi skor 1 sedangkan perusahaan yang me- (IND) adalah proporsi dewan komisaris yang tidak
nyampaikan laporan keuangannya tidak tepat waktu mempunyai hubungan dengan perusahaan. Nilai
Tabel 3
Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
192
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN................................................................. (Yudas Tadius Andi Candra)
minimumnya 0 yang berarti dalam perusahaan terse- merupakan kombinasi metrik dan non metrik. Peneliti
but tidak memiliki komisaris independen sedangkan menggunakan regresi logistik untuk menguji delapan
nilai maksimumnya 1 yang berarti seluruh komisaris hipotesis yang diajukan. Pengujian dalam regresi
dalam perusahaan tersebut adalah komisaris indepen- logistik meliputi pengujian untuk menilai kelayaan
den. Rata-rata komisaris independen perusahaan yang model, pengujian untuk menilai keseluruhan model,
dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 0,3961 menguji koefisien determinasi (Nagelkerke R Square),
dan standar deviasinya 0,13509. dan pengujian koefisien regresi.
Variabel keberadaan komite audit perusahaan Menilai kelayakan model regresi digunakan
(KAU) dalam penelitian ini merupakan variabel untuk mengetahui apakah model yang digunakan
dummy. Nilai minimalnya 0 dan nilai maksimalnya 1. peneliti sudah layak atau tidak. Menilai kelayakan
Perusahaan yang mempunyai komite audit diberi nilai model regresi bisa dilihat menggunakan Hosmer and
1 dan perusahaan yang tidak memiliki komite audit Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Dalam uji ini digu-
diberi nilai 0. Rata-rata keberadaan komite audit dari nakan hipotesis:
540 perusahaan yang dijadikan sampel adalah 0,80 Ha: Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data.
dan standar deviasinya sebesar 0,403. Kepemilikan Kriteria sebagai dasar pengambilan keputusan dalam
manajerial perusahaan (KMN) merupakan kepemilikan pengujian ini adalah:
saham perusahaan oleh pihak manajerial. Kepemilikan jika hitung > tabel, maka Ha diterima
manajerial diukur dengan persentase kepemilikan sa-
ham yang dimiliki pihak manajemen. Nilai minimum jika hitung < tabel, maka Ha ditolak.
kepemilikan manajerial dalam penelitian ini adalah Hasil Hosmer and Lemeshow Test menunjukkan nilai
0 yang berarti bahwa terdapat perusahaan yang sa- signifikansi hitung sebesar 0,268. Dengan demikian
hamnya tidak dimiliki oleh pihak manajemen. Nilai
nilai hitung > nilai signifikansi tabel 0,05 yang
maksimumnya sebesar 0,2777 dan rata-ratanya 0,0205
berarti Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa model
sedangkan standar deviasinya sebesar 7,04632.
fit dengan data.
Kepemilikan institusional perusahaan (KIN)
Peneliti melakukan penilaian terhadap keselu-
diukur dengan persentase saham perusahaan yang
ruhan model untuk mengetahui apakah model tersebut
dimiliki pihak institusi. Semakin besar kepemilikan
fit dengan data atau tidak. Menilai keseluruhan model
institusional semakin besar pula kendalinya terhadap
regresi bisa dilakukan dengan membandingkan angka
perusahaan. Dalam penelitian ini nilai minimum kepe-
-2 log likelihood pada Block 0 dan Block 1 kemudian
milikan institusional adalah 0 sedangkan nilai maksi- membandingkannya dengan nilai t tabel apakah sig-
mumnya sebesar 0,9992. kepemilikan institusional nifikan atau tidak. Hipotesis dalam menilai model fit
sebesar 0 berarti tidak ada saham perusahaan yang di- ini adalah:
miliki pihak institusi. Nilai maksimum sebesar 0,9992 Ho : Keseluruhan model yang dihipotesiskan fit den-
mempunyai arti hampir seluruh saham perusahaan gan data
dimiliki pihak institusi. Nilai rata-rata kepemilikan Ha : Keseluruhan model yang dihipotesiskan tidak fit
institusional sebesar 0,6986 dengan standar deviasi dengan data.
sebesar 0,2142.. Untuk mengetahui model tersebut fit dengan
Akrual diskresioner (ADS) merupakan akrual data atau tidak bisa dilihat dengan dari angka -2 log
laba dan beban yang timbul dari dipilihnya metode likelihood pada Block 0 dan Block 1. Berdasar hasil
akuntansi oleh pihak manajemen. Pengukurannya pengujian dapat diketahui nilai -2 log likelihood pada
menggunakan model Modified Jones. Nilai minimum Block 0 sebesar 581,935. Nilai tersebut merupakan
variabel ini adalah -0,9225 dan nilai maksimumnya hasil intercept tanpa memasukkan variabel indepen-
sebesar 1,5545. Rata-rata akrual diskresioner perusa- den profitabilitas, kualitas audit, proporsi komisaris
haan yang dijadikan sampel sebesar -0,0180 dengan independen, keberadaan komite audit, kepemilikan
standar deviasi 0,2086. manajerial, kepamilikan institusional, laba, dan akrual
Penelitian ini menguji satu variabel dependen diskresioner. Sedangkan nilai angka -2 log likelihood
non metrik dengan delapan variabel independen yang pada Block 1 sebesar 542,574 merupakan hasil pen-
193
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 183-199
gujian dengan memasukkan 8 variabel tersebut. memprediksi perubahan variabel dependen. Berdasar
Berdasar angka tersebut dapat diketahui adanya hasil pengujian diketahui bahwa nilai Nagelkerke R
penurunan nilai sebesar 39,361. Nilai tersebut akan Square sebesar 0,107. Hal tersebut berarti variabilitas
dibandingkan dengan nilai t tabel apakah signifikan variabel dependen (ketepatan waktu) bisa dijelaskan
atau tidak. Nilai t tabel dengan df 8 pada tingkat variabilitas variabel independen (profitabilitas, kuali-
signifikansi 5% didapat angka 2,3060. Nilai t tabel tas audit, proporsi komisaris independen, keberadaan
2,3060 < penurunan nilai -2 log likelihood sebesar komite audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan
39,361 yang berarti Ho ditrima (keseluruhan model institusional, laba, dan akrual diskresioner) sebesar
yang dihipotesiskan fit dengan data). Dengan demikian 0,107 (10,7%). Sisanya sebesar 89,3% variabilitas
penambahan variabel independen yang berupa profit- variabel dependen (ketepatan waktu) dijelaskan oleh
abilitas, kualitas audit, proporsi komisaris independen, variabel lain di luar variabel independen.
keberadaan komite audit, kepemilikan manajerial, Menguji koefisien regresi digunakan untuk
kepamilikan institusional, laba, dan akrual diskresioner mengetahui signifikansi hipotesis yang diajukan.
memperbaiki model fit. Tingkat signifikansi α yang digunakan dalam penelitian
Menguji koefisien determinasi berarti mengu- ini adalah 5%. Untuk mengetahui apakah hipotesis
kur seberapa besar kemampuan variabel independen yang diajukan diterima atau ditolak bisa dilakukan
dalam menerangkan variabel dependen. Untuk men- dengan cara membandingkan tingkat signifikansi α
getahui besarnya koefisien determinasi bisa dilihat (5%) dengan p-value (significan). Jika nilai p-value
dari nilai Nagelkerke R Square. Jika nilai Nagelkerke (significan) < α (5%) maka hipotesis diterima, dan
R Square semakin mendekati 1 berarti variabel inde- begitu juga sebaliknya. Nilai koefisien regresi p-value
penden tersebut semakin besar kemampuannya dalam (significan) dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4
Ringkasan Hasil Uji Hipotesis dengan Regresi Logistik
194
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN................................................................. (Yudas Tadius Andi Candra)
195
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 183-199
semakin tepat waktu. keuangan tepat waktu. Hal ini mungkin terjadi karena
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Hilmi banyak sedikitnya komisaris independen belum tentu
(2008) yang menunjukkan bahwa kualitas audit ber- berbanding lurus dengan efektivitas fungsi komisaris
pengaruh positif terhadap ketepatam waktu penyam- independen. Hal ini mungkin terjadi karena besarnya
paian laporan keuangan. Dalam penelitian ini kualitas jumlah komisaris independen belum tentu membuat
audit dinilai dari kantor akuntan publik yang digunakan fungsi komisaris independen menjadi semakin efek-
perusahaan. Kantor akuntan publik yang termasuk Big tif. Dengan demikian besarnya komisaris independen
4 dinilai mempunyai kualitas audit yang lebih baik dari belum tentu bisa mendorong pihak manjemen untuk
pada kantor akuntan publik selain Big 4. Kantor akun- menyampaikan laporan keuangannya tepat waktu.
tan publik yang termasuk big 4 mempunyai sumber Hipotesis kelima dalam penilitian ini me-
daya yang lebih baik dan lebih berpengalaman dalam nyatakan bahwa keberadaan komite audit perusahaan
mengelola audit daripada kantor akuntan publik selain meningkatkan probabilitas terjadinya ketepatan
Big 4. Dengan demikian kantor akuntan publik big 4 waktu penyampaian laporan keuangan. Hasil pengujian
akan lebih tepat waktu dalam menyelesaikan laporan menggunakan regresi logistik menunjukkan koefisien
auditnya yang akan berdampak pada ketepatan waktu regresi untuk keberadaan komite audit sebesar 0,319
perusahaan menyampaikan laporan keuangan. Hasil dengan signifikansi sebesar 0,210. Tingkat signifikansi
penelitian ini menunjukkan bahwa perusahaan yang yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 0,005.
menggunakan kantor akuntan publik Big 4 cenderung Hipotesis kelima dalam penelitian ini ditolak karena
tepat waktu dalam menyampaiakan laporan keuangan. nilai α (0,05) < p-value (0,210). Nilai koefisien regresi
Demikian juga sebaliknya, perusahaan yang menggu- yang bertanda positif dan tingkat signifikasnsi di atas
nakan kantor akuntan publik selain Big 4 cenderung 0,05 berarti adanya komite audit perusahaan tidak
menyampaiakan laporan keuangannya tidak tepat membuat probabilitas terjadinya ketepatan waktu
waktu. penyampaian laporan keuangan juga semakin tinggi.
Hipotesis yang keempat dalam penelitian ini Dengan demikian keberadaan komite audit perusahaan
menyatakan bahwa proporsi komisaris independen meningkatkan probabilitas terjadinya ketepatan waktu
perusahaan meningkatkan probabilitas terjadinya penyampaian laporan keuangan.
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Hasil Penelitian ini hanya menguji keberadaan
regresi logistik menunjukkan bahwa nilai koefisien komite audit dalam mempengaruhi ketepatan waktu
regresi untuk proporsi komisaris independen sebesar penyampaian laporan keuangan dan bukan efektivi-
0,234 dengan signifikansi sebesar 0,778. Dengan tas kinerja komite audit. Perusahaan yang memiliki
menggunakan tingkat signifikansi α 0,05 maka hi- komite audit belum tentu komite audit perusahaan
potesis keempat ini ditolak karena α (0,05) < p-value tersebut melaksanakan fungsinya dengan baik. Dengan
(0,234). demikian keberadaan komite audit belum cukup kuat
Nilai koefisien regresi yang bertanda positif atau signifikan dalam memprediksi variabel dependen
dan tingkat signifikasnsi di atas 0,05 berarti semakin (ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan).
besar proporsi komisaris independen perusahaan tidak Hipotesis keenam yang diajukan dalam pene-
membuat probabilitas terjadinya ketepatan waktu litian ini menyatakan bahwa kepemilikan manajerial
penyampaian laporan keuangan juga semakin tinggi. perusahaan meningkatkan probabilitas terjadinya kete-
Ditolaknya hipotesis keempat memiliki arti bahwa patan waktu penyampaian laporan keuangan. Hasil
proporsi komisaris independen perusahaan tidak me- regresi logistik menunjukkan nilai koefisien regresi
ningkatkan probabilitas terjadinya ketepatan waktu untuk kepemilikan manajerial sebesar 1,840 dengan
penyampaian laporan keuangan. Proporsi komisaris signifikansi sebesar 0,369. Pada tingkat signifikansi
independen perusahaan yang semakin tinggi tidak α 0,05 maka hipotesis ini ditolak karena α (0,05) <
membuat perusahaan semakin tepat waktu dalam me- p-value (0,369). Ini berarti kepemilikan manajerial
nyampaikan laporan keuangannya. Dengan demikian perusahaan tidak meningkatkan probabilitas terjadinya
besarnya komisaris independen tidak mampu mendo- ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan.
rong pihak manajemen untuk menyampaikan laporan Koefisien regresi yang menunjukkan nilai positif dan
196
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN................................................................. (Yudas Tadius Andi Candra)
nilai signifikansi diatas 0,05 berarti semakin besar ran keuangan semakin meningkat. Dengan demikian
kepemilikan manajerial perusahaan tidak membuat akrual diskresioner perusahaan tidak menurunkan
probabilitas terjadinya ketepatan waktu penyampaian probabilitas terjadinya ketepatan waktu penyampaian
laporan keuangan juga meningkat. laporan keuangan perusahaan.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan
penelitian Kadir (2011) yang menyatakan bahwa SIMPULAN DAN SARAN
kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap
ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Ha- Simpulan
sil ini mungkin disebabkan perusahaan sampel yang
digunakan peneliti saat ini banyak yang tidak memiliki Berdasar hasil penelitian dengan menggunakan 540
kepemilikan manajerial sehingga nilainya banyak yang sampel perusahaan dalam jangka waktu tahun 2007
0 (nol). Banyaknya perusahaan yang tidak memiliki hingga 2011 dapat disimpulkan bahwa kualitas audit
kepemilikan manajerial membuat variabel ini kurang KAP perusahaan, laba perusahaan, dan kepemilikan
bisa memprediksi variabel dependen. institusional perusahaan meningkatkan probabilitas
Hipotesis ketujuh dalam penelitian ini me- terjadinya ketepatan waktu penyampaian laporan
nyatakan bahwa kepemilikan institusional perusahaan keuangan perusahaan. Profitabilitas perusahaan, pro-
meningkatkan probabilitas terjadinya ketepatan waktu porsi komisaris independen perusahaan, keberadaan
penyampaian laporan keuangan. Tingkat signifikansi komite audit perusahaan, dan kepemilikan manajerial
yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 0,05. perusahaan tidak meningkatkan probabilitas terjadinya
Koefisien regresi untuk kepemilikan institusional sebe- ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan
sar 1,416 dengan signifikansi sebesar 0,003. Sehingga perusahaan. Akrual diskresioner perusahaan tidak
dapat diketahui bahwa nilai p-value lebih kecil dari menurunkan probabilitas terjadinya ketepatan waktu
nilai signifikansi α (α 0,05 > p-value 0,003). Hal ini penyampaian laporan keuangan perusahaan.
berarti hipotesis ketujuh diterima.
Nilai koefisien regresi yang bertanda positif dan Saran
tingkat signifikasnsi di atas 0,05 berarti semakin besar
kepemilikan institusional perusahaan membuat proba- Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu
bilitas terjadinya ketepatan waktu penyampaian lapo- 1) pengukuran kualitas audit KAP perusahaan hanya
ran keuangan juga semakin tinggi. Dengan demikian menggunakan variabel dummy (1) untuk perusahaan
kepemilikan institusional perusahaan meningkatkan yang menggunakan KAP Big 4 dan variabel dummy
probabilitas terjadinya ketepatan waktu penyampaian (0) untuk perusahaan yang menggunakan KAP Non
laporan keuangan. Hasil penelitian ini mendukung Big 4 dengan asumsi bahwa kualitas audit KAP Big 4
penelitian Harnida (2005) dan penelitian Kadir (2005). lebih baik dari KAP Non Big 4. Peneliti belum mampu
Hipotesis kedelapan dalam penelitian ini menyatakan menelusur lebih jauh mengenai praktek-praktek KAP
bahwa akrual diskresioner perusahaan menurunkan tersebut dilapangan yang mungkin lebih mampu
probabilitas terjadinya ketepatan waktu penyampaian menggambarkan kualitas audit dari KAP tersebut; 2)
laporan keuangan perusahaan. Berdasarkan hasil Keberadaan komite audit tidak mampu meningkatkan
analisis regresi logistik diperoleh nilai koefisien regresi probabilitas terjadinya ketepatan waktu penyampaian
untuk akrual diskresioner perusahaan sebesar -0,666 laporan keuangan. Hal ini mungkin dikarenakan pen-
dengan nilai signifikansi 0,196. Tingkat signifikansi gukuran komite audit hanya berdasarkan ada atau tida-
yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 0,005. knya komite audit, dan bukan efektifitas komite audit.
Ini berarti hipotesis kedelapan ditolak karena nilai Peneliti tidak mampu mengukur efektivitas dari komite
p-value 0,196 > 0,05. audit yang mungkin lebih mampu dalam meningkatkan
Koefisien regresi mempunyai nilai negatif dan probabilitas terjadinya ketepatan waktu penyampaian
nilai signifikansi diatas 0,05 berarti semakin kecil nilai laporan keuangan; 3) Banyak perusahaan yang dija-
akrual diskresioner perusahaan tidak membuat proba- dikan sampel tidak memiliki kepemilikan manajerial
bilitas terjadinya ketepatan waktu penyampaian lapo- sehingga variabel kepemilikan manajerial kurang kuat
197
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 183-199
Ashton, Robert H., Paul R.Graul, and James D. New- Dechow, P. M., Richard, G.Sloan, and Amy, P.Sweeney.
ton. 1989. “Audit Delay and The Timeliness of 1996. “Detecting Earnings Management”. The
Corporate Reporting”. Contemporary Account- Accounting Review, 70: 125-193.
ing Research, 5(2): 657-673.
Dyer, J., & Arthur J. McHugh. 1975. “The Timeliness
-----------. 2003. Keputusan Ketua Bapepam No. Kep- of the Australian Annual Report”. Journal of
36/PM/2003. Accounting Research, 204-219.
-----------. 2004. Keputusan Ketua Bapepam No Kep- Fama, & Jensen. 1983. “Separation of Ownership and
29/PM/2004. Controll”. Journal of Law & Economics, 26.
Beasley. 1996. “An Empirical Analysis of the Relation Felo, Andrew J., Srinivasan Krishnamurthy, and Steven
between Corporate Governance and Manage- A. Solieri. 2003. “Audit Committee Character-
ment Fraud”. The Accounting Review, 71(4): istics and the Perceived Quality of Financial
443-65. Reporting: An Empirical Analysis”. SSRN.
Boediono, Gideon S.B. 2005. “Kualitas Laba: Studi Francis, Jere R. and Michael D. Yu. 2009. “Big 4 Of-
Pengaruh Mekanisme Corporate Governance fice Size and Audit Quality”. The Accounting
dan Dampak Manajemen Laba Dengan Meng- Review, 84.
gunakan Analisis Jalur”. Simposium Nasional
Akuntansi VIII. Ghazali, Nazli A. Mohd dan Siti Rochmah Ika. 2012.
“Audit Committee Effectiveness and Timeli-
Carslaw & Kaplan. 1991. “An Examinaton of Audit ness of Reporting: Indonesian Evidence”.
Delay: Further Evidence From New Zealand”. Managerial Auditing Journal, 27.
Accounting & Business Research, 22.
Givoly, D., & Palmon, D. 1982. “Timeliness of An-
Chiang dan Chia. 2005. “An Empirical Study Of nual Earnings Announcement Some Empirical
Corporate Governance and Corporate Perfor- Evidence”. The Accounting Review, 486-508.
mance”. The Journal of American Academy Of
Business, Cambridge, 95-101. Harnida, M., 2005. Faktor-faktor yang Menentukan
198
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETEPATAN................................................................. (Yudas Tadius Andi Candra)
Jensen, & Meckling. 1976. “Theory of Firm: Mana- Singvi, S. S., dan H. B. Desai. 1971. “An Empirical
gerial Behavior Agency Costs and Ownership Analysis of the Quality of Corporate Financial
Structure”. Journal of Financial Economics, Disclousure”. The Accounting Review, 46.
305-360.
UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Kadir, Abdul. 2011. Faktor-faktor yang Berpengaruh
terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Wahyudi, Untung dan Hartini Prasetyaning Pawestri.
Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur 2006. “Implikasi Struktur Kepemilikan Ter-
di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Akuntansi dan hadap Nilai Perusahaan: Dengan Keputusan
Manajemen, 12: 1-12 Keuangan Sebagai Variabel Intervening”.
Simposium Nasional Akuntansi IX.
Klien. 2002. “Audit Committee, Board of Director
Characteristic and Earnings Management”.
Journal Accounting and Economics, 33: 375-
400.
199
ISSN: 0853-1269
REAKSI PASAR MODAL INDONESIA TERHADAP PERISTIWA KEBIJAKAN......................................................... (Lidya Monica)
Vol. 26, No. 3, Desember 2015
Hal. 201-208 J URNA L
AKUNTANSI & MANAJEMEN
Tahun 1990
201
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 201-208
7,25% (September) hingga menjadi 7,5% pada bulan gangan saham dalam penelitian ini adalah untuk men-
November. Kenaikan BI rate tersebut memberikan getahui reaksi pasar modal khususnya sektor perbankan
dampak terhadap perekonomian. Dampa kenaikan BI terhadap kebijakan kenaikan BI rate, lending facility,
rate mengakibatkan kenaikan suku bunga perbankan dan deposit facility selama tahun 2013. Return saham
yaitu pada suku bunga simpanan ataupun pinjaman. menunjukkan keuntungan yang sesungguhnya dari se-
Perubahan kenaikan pada suku bunga deposit facility buah investasi saham dan volume perdagangan saham
dan suku bunga lending facility yang terjadi pada tahun merupakan aktivitas yang dilakukan investor sebagai
2013 yaitu 4,25 % dan 6,75 % (Juni), 4,75 % dan 6,75 respon dengan adanya suatu peristiwa.
% (Juli), 5,25 % dan 7 % (Agustus), 5,5 % dan 7,25 %
(September), 5,75 % dan 7,5 % (November). Kenaikan MATERI DAN METODE PENELITIAN
suku bunga simpanan akan mendorong masyarakat
menunda kegiatan konsumsi karena memilih meny- BI rate adalah tingkat suku bunga yang ditetapkan
impan dana di bank. Disisi lain, suku bunga pinjaman oleh Bank Indonesia. BI rate tersebut diumumkan
yang mengalami kenaikan akan memberikan beban oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap bulan
lebih besar bagi masyarakat yang memiliki kredit dan diimplementasikan pada operasi moneter yang
dengan suku bunga tinggi. dilakukan BI melalui pengelolaan likuiditas di pasar
BI rate merupakan bunga yang menjadi acuan uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan
bagi industri perbankan dalam menetapkan bunga moneter (www.bi.go.id). BI rate mencerminkan sikap
simpanan dan pinjaman. Bank Indonesia mengumum- atau kebijakan moneter yang ditetapkan oleh BI dan
kan perubahan BI rate setiap awal bulan. Pengumuman diumumkan kepada publik.
tersebut akan memengaruhi aktivitas di pasar saham. Penyediaan dana rupiah dari Bank Indonesia
Kenaikan BI rate tersebut memberikan dampak, kepada bank yaitu fasilitas bagi bank yang mengalami
khususnya pada sektor perbankan karena perbankan kesulitan likuiditas dengan cara merepokan SBI/SUN/
merupakan salah satu sumber dana perusahaan. SBN yang dimilikinya kepada Bank Indonesia. Penem-
Risiko investasi di pasar modal sangat terkait patan dana rupiah oleh Bank di Bank Indonesia, yaitu
erat dengan terjadinya risiko perubahan harga saham fasilitas bagi bank yang memiliki kelebihan likuiditas
dan naik turunnya harga saham. Perubahan harga dengan cara menempatkan dana yang dimilikinya ke-
saham dan naik turunnya harga saham ini dipenga- pada Bank Indonesia (www.bi.go.id). Menurut Hartono
ruhi oleh suatu informasi yang membawa kabar baik (2008) pasar yang terdapat di Indonesia adalah bentuk
(good news) akan menyebabkan harga saham naik dan setengah kuat. Pasar dikatakan setengah kuat apabila
sebaliknya informasi tersebut buruk (bad news) akan harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua
menyebabkan harga saham turun. Informasi tersebut informasi yang dipublikasikan (laporan keuangan
dipengaruhi oleh kondisi pasar yaitu berita politik, perusahaan emiten).
kebijakan ekonomi nasional, dan kebijakan berkaitan Berdasarkan teori ini, tidak ada investor yang
dengan pasar modal (Setyawan, 2006). menggunakan informasi yang dipublikasikan untuk
Harga saham ditentukan oleh informasi men- mendapatkan abnormal return dalam jangka waktu
genai penentuan suku bunga BI rate. Apabila suku yang lama. Menurut Jogiyanto (2008), informasi yang
bunga BI rate turun, maka suku bunga bank menjadi dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan
turun dan dana yang diserap bank sedikit sehingga memberikan signal bagi investor dalam pengambilan
akan memengaruhi minat investor untuk membeli keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut men-
saham tersebut sehingga harga saham bank menjadi gandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan
turun. Pada saat suku bunga BI rate naik, maka suku bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima
bunga bank akan naik dan dana yang diserap bank lebih oleh pasar.
banyak sehingga akan memengaruhi minat investor Dalam melakukan investasi, para investor di-
untuk menjual saham tersebut sehingga harga saham hadapkan pada ketidakpastian antara return dan risiko
bank menjadi naik. yang akan diperoleh. Semakin besar return yang di-
Penggunaan return saham dan volume perda- harapkan, semakin besar risikonya, sehingga dikatakan
202
REAKSI PASAR MODAL INDONESIA TERHADAP PERISTIWA KEBIJAKAN......................................................... (Lidya Monica)
bahwa return ekspektasi memiliki hubungan positif 6) Menghitung trading volume activity untuk setiap
dengan risiko. Risiko yang lebih tinggi dikorelasikan perusahaan; dan 7) Menghitung rata-rata abnormal re-
dengan peluang untuk mendapatkan return yang lebih turn dan trading volume activity untuk masing-masing
tinggi pula (high risk high return, low risk low return). satu periode (hari, minggu, bulan) untuk keseluruhan
Reaksi pasar modal terhadap sebuah peristiwa juga sampel.
tampak pada fluktuasi aktivitas volume perdagangan Model yang digunakan untuk mengestimasi
saham. Volume perdagangan saham mencerminkan expected return adalah dengan menggunakan market-
penawaran dan permintaan dari investor. Semakin adjusted model yang menganggap bahwa penduga
meningkatnya volume penawaran dan permintaan yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas
suatu saham, semakin besar pengaruhnya terhadap adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan
fluktuasi harga saham, dan semakin meningkatnya menggunakan model ini, maka tidak perlu meng-
volume perdagangan saham menunjukkan semakin gunakan periode estimasi untuk membentuk model
diminatimya saham tersebut yang membawa pengaruh estimasi karena return sekuritas yang diestimasi adalah
terhadap naiknya harga atau return saham (Hendrawi- sama dengan return indeks pasar.
jaya,2009). Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat E (Ri,t) = Rmt
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Keterangan :
H1: Terdapat perbedaan rata-rata abnormal return E (Ri,t) = expected return
pada saham perbankan sebelum dan sesudah Rmt = return pasar pada periode t
kenaikan BI rate, lending facility, dan deposit
facility. Periode waktu yang digunakan dalam penelitian
H2: Terdapat perbedaan rata-rata Trading Volume ini yaitu selama 7 hari, terdiri dari t-3 (3 hari sebelum
Activity (TVA) pada saham perbankan sebelum peristiwa), t0 (hari terjadinya peristiwa), t+3 (3 hari sesu-
dan sesudah kenaikan BI rate, lending facility, dah peristiwa). Pengujian hipotesis dalam penelitian
dan deposit facility. ini adalah perbedaan rata-rata abnormal return pada
Penelitian ini menggunakan 36 perusahaan saham perbankan sebelum dan setelah kebijakan BI
yaitu semua populasi perusahaan perbankan yang rate, lending facility, dan deposit facility.
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun
2013. Metode pengumpulan data dalam penelitian Actual Return
ini adalah metode dokumentasi. Data tersebut adalah
harga saham penutupan harian dan volume perdagan- Pt − Pt −1
gan saham harian yang termasuk dalam daftar saham Rit =
Pt −1
perbankan selama tahun 2013. Analisis dilakukan
dengan menggunakan teknik analisis event study untuk Rit = return individual saham i pada periode t
mengolah dan membahas data yang diperoleh. Event Pt = closing price pada periode t
study merupakan suatu studi yang mempelajari reaksi Pt-1 = closing price pada periode t-1
pasar terhadap suatu peristiwa atau informasi yang
dipublikasikan (Wardhani, 2013). Metodologi untuk Market Return
event study umumnya mengikuti prosedur sebagai
berikut 1) Mengumpulkan sampel perusahaan yang IHSGt − IHSGt −1
mempunyai suatu peristiwa yang akan diteliti; 2) Rmt =
Menentukan dengan tepat hari atau tanggal pengumu- IHSGt −1
man dan menentukan sebagai hari 0; 3) Menentukan Rmt = expected return untuk saham i pada hari ke t
periode penelitian atau event window; 4) Untuk setiap IHSGt = indeks harga saham gabungan pada hari ke t
sampel perusahaan dilihat return dan aktivitas volume IHSGt -1= indeks harga saham gabungan pada hari
perdagangan pada masing-masing satu periode (hari, sebelumnya
minggu, bulan); 5) Menghitung abnormal return dari
return yang sudah didapatkan untuk setiap perusahaan;
203
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 201-208
n
n = jumlah sampel
HASIL PENELITIAN
Average Abnormal Return
Sebelum Peristiwa
Tabel 1 menunjukkan bahwa uji beda rata-rata abnor-
t = −1 mal return sebelum dan sesudah peristiwa peristiwa
∑ AR before kenaikan BI rate, lending facility dan deposit facility
A
R before = t = −10 secara statistik diperoleh dengan signifikansi yang
n berada di atas 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
Setelah Peristiwa tidak terdapat perbedaan secara statistik antara rata-
rata abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa
t = +1
peristiwa kenaikan BI rate, lending facility, dan deposit
∑ AR after
facility. Dengan demikian, hipotesis pertama ditolak.
A
R after = t = +10
n
Σ TVA
TVA = i =1
204
REAKSI PASAR MODAL INDONESIA TERHADAP PERISTIWA KEBIJAKAN......................................................... (Lidya Monica)
Tabel 1
Uji Beda Rata-Rata Abnormal Return
Tabel 2 menunjukkan bahwa uji beda rata-rata volume berada di atas 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
perdagangan sebelum dan sesudah peristiwa peristiwa tidak terdapat perbedaan secara statistik volume perda-
kenaikan BI rate, lending facility dan deposit facility gangan saham. Dengan demikian, hipotesis kedua
secara statistik diperoleh dengan signifikansi yang ditolak.
Tabel 2
Uji Beda Rata-Rata Trading Volume Activity
205
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 201-208
ditolak. Hal ini mengandung arti bahwa pengumuman SIMPULAN DAN SARAN
kenaikan BI rate, lending facility, dan deposit facil-
ity tidak mengandung informasi sehingga pasar tidak Simpulan
merespon atau bereaksi terhadap peristiwa tersebut
meskipun terdapat respon pasar yang signifikan. Se- Pengujian yang dilakukan pada identifikasi masalah
hingga penelitian ini tidak sesuai dengan teori efisiensi kedua hipotesis tersebut menyimpulkan bahwa peris-
pasar yang mengatakan pasar dikatakan efisien bentuk tiwa kenaikan BI rate, lending facility, dan deposit fa-
setengah kuat jika investor bereaksi dengan cepat cility tidak berpengaruh signifikan terhadap abnormal
untuk mendapatkan abnormal return. Tidak adanya return saham dan aktivitas volume perdagangan. Hal
reaksi harga atas informasi tersebut merefleksikan ini disebabkan, (a) informasi kenaikan BI rate, lending
tidak adanya tindakan investor untuk mendapatkan facility, dan deposit facility merupakan bagian kecil
keuntungan dari peristiwa tersebut. dari informasi; (b) informasi mengenai arus kas, posisi
Hasil ini juga menunjukkan bahwa selama peri- keuangan perusahaan, dan perubahan modal meru-
ode estimasi terdapat rata-rata abnormal return yang pakan sumber potensial yang digunakan oleh investor
kurang konsisten. Hal ini berarti investor menggolong- dalam pembuatan keputusan; (c) investor menganggap
kan sinyal yang diberikan oleh perusahaan sebagai bahwa informasi kenaikan BI rate, lending facility, dan
bad news. Hasil pengujian juga menjelaskan bahwa deposit facility kurang relevan untuk membuat kepu-
terdapat abnormal return positif yang mengindikasi- tusan berinvestasi; (d) perbedaan setiap perusahaan
kan terdapat kebocoran informasi dan mengakibatkan perbankan dalam mengasumsikan informasi tersebut.
investor bereaksi lebih awal.
Pada pengujian hipotesis kedua membukti- SARAN
kan bahwa secara statistik tidak terdapat perbedaan
antara aktivitas perdagangan saham (TVA) sebelum Penelitian ini tentu saja tidak terlepas dari keter-
dan sesudah peristiwa, sehingga hipotesis yang batasan-keterbatasan. Beberapa keterbatasan yang
yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan TVA terdapat pada penelitian ini, yaitu, 1) Rentang waktu
pada kenaikan BI rate, lending facility, dan deposit pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini relatif
facility periode sebelum dan sesudah tidak terbukti. sedikit karena sebelumnya terdapat peristiwa hari libur
Dalam efisiensi pasar modal, tingkat keefisiensi (jumat, sabtu dan minggu) yang dapat mempengaruhi
pasar tergantung pada kondisi tertentu, terutama pada abnormal return saham; 2) Pemakaian sampel terbatas
volume perdagangan saham. Pasar dengan volume pada sektor perbankan, belum dapat menggeneralisasi
perdagangan saham yang relatif kecil menyulitkan hasil penelitian; 3) Inflasi dan kurs tidak dapat digu-
investor untuk bereaksi terhadap informasi yang baru nakan dalam penelitian ini dikarenakan perbedaan unit
dan menyebabkan tidak terjadinya perbedaan volume of measurement; 4) Metode untuk mencari abnormal
perdagangan saham yang signifikan secara statistik di return dalam penelitian ini menggunakan market ad-
pasar modal baik sebelum maupun sesudah peristiwa justed model yang mungkin saja kurang akurat untuk
kenaikan BI rate, lending facility, dan deposit facility. menaksir abnormal return yang sesungguhnya. Oleh
Volume perdagangan menjadi tolak ukur untuk meme- karena itu dapat digunakan metode selain market ad-
lajari informasi dan dampak dari berbagai kejadian. justed model (dapat digunakan mean-adjusted model
Hasil penelitian membuktikan bahwa peristiwa ke- atau market model) pada penelitian selanjutnya.
naikan BI rate, lending facility dan deposit facility
tidak mengakibatkan perbedaan aktivitas perdagangan
saham (TVA) yang signifikan pada periode sebelum
dan sesudah pengumuman tersebut. Tidak adanya
reaksi pasar yang signifikan setelah pengumuman
kenaikan BI rate, lending facility, dan deposit facility
merefleksikan tidak adanya tindakan investor untuk
mendapatkan keuntungan dari peristiwa tersebut.
206
REAKSI PASAR MODAL INDONESIA TERHADAP PERISTIWA KEBIJAKAN......................................................... (Lidya Monica)
Gumanti, Tatang Ary dan Elok Sri Utami. 2002. “Ben- Santoso, Singgih. 2013. Menguasai SPSS 21 di Era In-
tuk Pasar Efisien dan Pengujiannya”. Jurnal formasi. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Akuntansi & Keuangan, 4(1): 54 – 68.
Suad, Husnan. 1998. Dasar – Dasar Teori Portofolio
Hartono, Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan dan Analisis Sekuritas. Edisi 3.Yogyakarta:
Analisis Investasi. Edisi 7. Yogyakarta. BPFE- Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP
Yogyakarta. YKPN.
Hendrawijaya, Michael. 2009. “Analisis Perbandingan Suarjana, I.R. 2011. “Pengaruh Kebijakan Pemerintah
Harga Saham, Volume Perdagangan Saham, Dalam Menurunkan Harga Bahan Bakar Min-
dan Abnormal Return saham sebelum dan yak Terhadap Reaksi Pasar Saham di Bursa
sesudah pemecahan saham (Studi pada peru- Efek Indonesia”. Tesis. Program Pascasarjana
sahaan go public yang melakukan pemecahan Universitas Udayana. Denpasar.
saham antara tahun 2005 – 2008 di BEI)”. Tesis.
Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Subiyanto, Ibnu. 1998. Metodologi Penelitian (Mana-
Semarang. jemen dan Akuntansi). Yogyakarta: Unit Pener-
bit dan Percetakan (UPP) Akademi Manajemen
Hikmah, U.N. 2009. “Pengaruh pengumuman Ke- Perusahaan YKPN.
naikan Harga BBM Terhadap Abnormal Re-
turn Dan Volume Perdagangan Saham (Studi Setyawan, Tri Adi. 2006. “Analisis Reaksi Pasar Modal
Empiris Pada Perusahaan – Perusahaan Yang Terhadap Kenaikan Harga BBM (Studi Kasus
207
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 201-208
208
ISSN: 0853-1269
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF...............................................(Faizal Ardiyanto)
Vol. 26, No. 3, Desember 2015
Hal. 209-218 J URNA L
AKUNTANSI & MANAJEMEN
Tahun 1990
Faizal Ardiyanto
E-mail: fallini@yahoo.com
Selama dekade terakhir banyak bermunculan bisnis MATERI DAN METODE PENELITIAN
ritel pada beberapa kota besar di Indonesia terutama
bisnis yang bergerak dalam bidang fashion, apparel, Pengaruh Ketersediaan Waktu terhadap Kesenangan
butik, clothing, distro, dan produk pakaian lainnya Berbelanja. Konsumen membutuhkan waktu untuk
209
JAM, Vol. 26, No. 3, Desember 2015: 209-218
melakukan segala macam kegiatan termasuk juga ke- jaan mereka karena memiliki banyak waktu untuk
tika berbelanja. Berbelanja di toko dianggap sebagai berbelanja. Hal tersebut menyebabkan kemungkinan
kegiatan sekaligus hiburan yang menyenangkan bagi dorongan untuk membeli pada tipe pembeli ini lebih
konsumen setelah melakukan agenda kehidupan yang besar daripada tipe konsumen economic shopper, yang
monoton dan membosankan (Hassan & Abbas, 2013). melakukan perbelanjaan sesuai dengan rencana untuk
Asumsinya, apabila konsumen memiliki persepsi memenuhi kebutuhannya. Berdasarkan pernyataan
ketersediaan waktunya tinggi, maka akan cenderung tersebut, maka rumusan hipotesis penelitian ini adalah:
menikmati waktu yang akan di habiskan untuk sekedar H3: Ketersediaan waktu berpengaruh positif terhadap
melihat-lihat barang yang ditawarkan oleh penjual dorongan untuk membeli
dan bahkan konsumen dapat melakukan pembelian Pengaruh Ketersediaan Uang terhadap Emosi
produk yang diinginkan. Mereka akan semakin merasa Positif. Uang memainkan bagian yang penting terhadap
senang dan enjoy dengan kegiatan yang dilakukan kehidupan sehari-hari semua orang di dunia dan mem-
karena memiliki banyak waktu ketika berbelanja di pengaruhi perilaku dan sikap seseorang (Roberts &
toko. Ketersediaan waktu yang banyak menyebabkan Roberts, 2012). Konsumen yang ingin membeli sesuatu
kesenangan berbelanja meningkat. Dengan demikian, tentunya membutuhkan uang untuk kemudian ditukar
dapat dirumuskan hipotesis: dengan barang yang diinginkan. Apabila konsumen
H1: Ketersediaan waktu berpengaruh positif terhadap sangat menginginkan barang tertentu, namun ia tidak
kesenangan berbelanja memiliki uang yang cukup maka yang ada hanyalah
Pengaruh Ketersediaan Waktu terhadap Emosi perasaan kecewa. Sebaliknya apabila konsumen me-
Positif. Ketersediaan waktu akan mempengaruhi emosi miliki cukup uang dan bahkan lebih maka akan merasa
konsumen ketika berbelanja. Pada dasarnya, sesuatu senang sehingga memungkinkan terjadinya pembelian.
yang dilakukan secara tergesa-gesa hanya akan men- Kekecewaan (emosi negatif) dan rasa senang (emosi
imbulkan emosi negatif. Sebaliknya jika banyak waktu positif) tersebut merupakan bagian dari emosi. Pelay-
yang tersedia maka konsumen akan merasa nyaman, anan yang ramah dan harga yang terjangkau semakin
santai, rileks dan tenang ketika akan memilih barang meningkatkan emosi positif konsumen (Pattipeilohy
yang tersedia. Foroughi et al. (2012) melakukan pene- et al., 2013). Sehingga ketersediaan uang berpengaruh
litian tentang pengaruh ketersediaan waktu. Peneliti terhadap emosi positif konsumen. Uang akan meng-
tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi pandan- hasilkan emosi positif yang lebih (misalnya excite-
gan ketersediaan waktu seseorang maka semakin tinggi ment) dan emosi negatif yang lebih sedikit (misalnya
tingkat emosi positif orang tersebut. Pattipeilohy et al. frustasi dan kekecewaan) pada saat konsumen berada
(2013) juga melakukan penelitian dengan variabel yang di lingkungan toko (Beatty & Ferrell, 1998). Berdasar-
sama dengan studi tentang produk fashion apparel di kan pernyataan tersebut, maka dirumuskan hipotesis
Ambon, Indonesia. Dengan menggunakan Structural sebagai berikut:
Equation Model (SEM) menunjukkan bahwa keterse- H4: Ketersediaan uang berpengaruh positif terhadap
diaan waktu yang dimiliki konsumen secara langsung emosi positif
berpengaruh terhadap emosi positif. Berdasarkan
penjelasan tersebut, maka rumusan hipotesis penelitian Pengaruh Kesenangan Berbelanja terhadap Emosi
ini adalah: Positif. Variabel kesenangan berbelanja sangat erat
H2: Ketersediaan waktu berpengaruh positif terhadap kaitannya dengan konteks mal atau pusat perbelanjaan
emosi positif dan terkait dengan individu yang melakukan belanja.
Pengaruh Ketersediaan Waktu terhadap Do- Bellenger dan Kargaonkar (dalam Beatty & Ferrell,
rongan Untuk Membeli. Recreational shopper lebih 1998) menjelaskan bahwa individu yang menikmati
membutuhkan waktu yang lebih dalam perjalanan belanja sebagai pembeli rekreasional akan menghabis-
belanja, konsumen ini kurang mengetahui apa yang kan waktu yang lebih dan berbelanja lebih lama setelah
mereka inginkan, dan cenderung berbelanja lagi setelah melakukan pembelian.
mereka melakukan pembelian. (Karande & Merchant, Kegembiraan adalah salah satu bentuk dari
2012). Tipe pembeli tersebut menikmati perbelan- kesenangan berbelanja. Variabel inilah yang kemudian
210
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF...............................................(Faizal Ardiyanto)
akan mempengaruhi emosi positif konsumen. Emosi garuh untuk ingin membeli barang yang sebelumnya
memiliki nama lain affect dan mood. Di dalam pene- tidak direncanakan sebelumnya dengan senang hati,
litian Beatty dan Ferrell (1998) tercantum hipotesis sehingga akan menyebabkan kemungkinan terjadinya
yang mengatakan bahwa individu yang enjoy saat dorongan untuk membeli yang semakin besar. Dapat
berbelanja maka akan cenderung mengalami emosi dikatakan apabila emosi positif meningkat, maka
positif di lingkungan belanja. Berdasarkan penjelasan dorongan untuk membeli juga meningkat. Berdasar-
tersebut, maka hipotesis penelitian ini adalah: kan penjelasan tersebut maka hipotesis penelitian ini
H5: Kesenangan berbelanja berpengaruh positif ter- adalah:
hadap emosi positif H7: Emosi positif berpengaruh positif terhadap do-
Pengaruh Lingkungan Toko terhadap Emosi rongan untuk membeli
Positif. Lingkungan toko yang nyaman, bersih, enak Pengaruh Dorongan untuk Membeli terhadap Perilaku
dipandang, wangi, suara musik yang menyenangkan, Pembelian Impulsif. Beatty dan Ferrell (1998)
pencahayaan yang tidak menyakitkan mata, pelayan menjelaskan bahwa dorongan untuk membeli adalah
yang ramah dan rapi adalah beberapa contoh faktor keadaan keinginan yang dialami ketika mengha-
yang terkandung di dalam variabel lingkungan toko. dapi suatu obyek tertentu di suatu lingkungan. Hal ini
Konsumen tertarik untuk mengunjungi dan berbelanja menjadi variabel yang mendahului variabel perilaku
di suatu toko apabila lingkungannya memang menarik. pembelian impulsif. Foroughi et al. (2012) meneliti
Apabila konsumen tertarik maka emosi juga akan tentang konsumen berkebangsaan Iran yang berbelanja
terpengaruhi secara positif. di Malaysia dan menyatakan bahwa semakin tinggi
El Meniawy (2012) melakukan penelitian ten- frekuensi dorongan untuk membeli maka semakin
tang lingkungan toko. Lingkungan toko ini mewakili besar kemungkinan terjadinya pembelian impulsif.
beberapa 6 variabel yaitu ambience, excitement, aes- Dorongan untuk membeli merupakan variabel yang
thetics, store layout, promotion and sales associate. paling mendekati perilaku pembelian impulsif. Varia-
Ambience, excitement, dan sales associate memiliki bel ini muncul dikarenakan konsumen merasa gembira
hubungan yang signifikan dengan emotion partisipan. dan ingin untuk membeli produk yang secara tiba-tiba
Penelitian El Meniawy menunjukkan bahwa lingkun- diinginkan (Cinjarevic, 2010). Berdasarkan pernyataan
gan toko memiliki pengaruh terhadap emosi positif tersebut, maka rumusan hipotesis pada penelitian ini
walaupun hanya secara parsial. Berlandaskan teori adalah:
tersebut peneliti ingin membuktikan apakah variabel H8: Dorongan untuk membeli berpengaruh positif
lingkungan toko berpengaruh terhadap emosi positif terhadap perilaku pembelian impulsif
dari konsumen sehingga didapatkan rumusan hipotesis Jenis Kelamin Sebagai Variabel Pemoderasi
sebagai berikut: Model Penelitian. Jenis kelamin telah mendapatkan
H6: Lingkungan toko berpengaruh positif terhadap perhatian di dalam penelitian perilaku pembelian
emosi positif impulsif. Kollat dan Willet (dalam Cinjarevic, 2010)
Pengaruh Emosi Positif terhadap Dorongan Un- menemukan bahwa wanita cenderung melakukan
tuk Membeli. Rook dan Gardner (1993) (dalam Beatty pembelian impulsif daripada pria. Cinjarevic (2010)
& Ferrell, 1998) menjelaskan melalui hasil surveinya membuktikan bahwa gender adalah predictor yang
yang membuktikan bahwa responden dengan emosi signifikan dalam perilaku pembelian impulsif dan
positif akan cenderung melakukan pembelian impulsif wanita cenderung melakukannya daripada pria. Hal ini
daripada responden dengan emosi negatif. Berdasarkan berasal dari pandangan masyarakat berbelanja adalah
pernyataan tersebut terbukti bahwa emosi positif lebih peran simbolis dan emosional bagi wanita. Belanja
mendominasi perilaku pembelian konsumen secara membantu wanita untuk mengatasi stress, kebosanan,
impulsif. Menurut Laros dan Steenkamp (2005) yang self-esteem yang rendah dan sebagainya.
dimaksud dengan emosi positif diantaranya adalah ac- Namun tidak semua peneliti menyetujui ha-
ceptance dan excitement. Konsumen akan menerima sil penelitian yang mengatakan bahwa wanita lebih
dengan baik pengaruh lingkungan disekitarnya. Apa- terpengaruhi untuk melakukan pembelian impulsif.
bila konsumen ini berada di toko dapat saja dia terpen- Wanita terbukti memiliki rencana pembelian ketika
211
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF...............................................(Faizal Ardiyanto)
mereka sedang di rumah dan pria tergolong pembeli pengumpulan data terletak di Yogyakarta khususnya
impulsif. Penemuan ini dibuktikan oleh Mai et. al., konsumen Matahari Department Store di Mal Malio-
(2003) yang dikutip dalam Mulyono (2012). Sehingga boro. Metode pengumpulan data adalah purposive
hipotesis terakhir penelitian ini adalah: sampling. Kriteria responden yang diteliti adalah
H9: Apakah jenis kelamin menjadi variabel moderasi mahasiswa pria dan wanita minimal berusia 17 tahun.
pada model penelitian Data demografi responden yang digunakan
Responden yang berpartisipasi dalam penelitian dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasar-
ini berjumlah 177 orang yang terdiri dari 83 pria dan kan jenis kelamin, usia, status pendidikan atau tingkat
94 wanita. Instrumen utama yang digunakan untuk pendidikan, dan jumlah penghasilan/uang saku. Profil
mengumpulkan data dari lapangan adalah kuesioner. responden dapat terlihat pada beberapa tabel berikut
Sumber pengumpulan data adalah data primer yang ini:
didapatkan secara langsung dari responden. Wilayah
Tabel 1
Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah Responden Persentase
1. Pria 83 47%
2. Wanita 94 53%
Total 177 100%
Tabel tersebut memperlihatkan bahwa re- disimpulkan bahwa mayoritas responden yang ber-
sponden pria berjumlah 83 orang (47%) sedangkan partisipasi dalam penelitian ini adalah pria.
responden wanita berjumlah 94 orang (53%). Dapat
Tabel 2
Profil Responden Berdasarkan Usia
No. Usia Jumlah Responden Persentase
1. 17-19 tahun 21 12%
2. 20-22 tahun 95 54%
3. 23-25 tahun 56 32%
4. > 26 tahun 5 3%
Total 177 100%
Tabel tersebut memperlihatkan bahwa respon- 56 orang (32%). Usia 17-19 tahun berjumlah 21 orang
den dengan golongan usia 20-22 tahun merupakan (12%), sedangkan untuk usia lebih dari 26 tahun adalah
responden terbanyak dalam penelitian ini yaitu ber- golongan usia responden terkecil yaitu sebanyak 5
jumlah 95 orang (54%). Usia 23-25 tahun menjadi orang (3%).
golongan usia responden terbanyak urutan kedua yaitu
Tabel 3
Profil Responden Berdasarkan Status Pendidikan
No. Pendidikan Jumlah Responden Persentase
1. D3 2 1%
2. S1 125 71%
3. S2 43 24%
4. PPA 7 4%
Total 177 100%
212
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF...............................................(Faizal Ardiyanto)
Tabel tersebut menunjukkan profil responden kedua adalah mahasiswa S2 dengan jumlah 43 orang
berdasarkan status pendidikan. Pada tabel ini terlihat (24%). Sementara itu, untuk PPA sebanyak 7 orang
sebagian besar respondennya adalah mahasiswa S1 (4%) dan D3 berjumlah 3 orang D3 (1%).
yakni sebanyak 125 orang (71%). Urutan terbanyak
Tabel 4
Profil Responden Berdasarkan Jumlah Penghasilan/Uang Saku per Bulan
No. Penghasilan Jumlah Responden Persentase
1. < Rp750.000 75 42%
2. Rp750.000 – Rp1.499.900 56 32%
3. Rp1.500.000 – Rp2.249.900 36 20%
4. > Rp2.250.000 10 6%
Total 177 100%
Tabel tersebut menunjukkan profil responden di lapangan dengan data sesungguhnya pada obyek
berdasarkan jumlah penghasilan atau uang saku per penelitian. Analisis faktor dinyatakan valid apabila
bulan. Terlihat responden dengan penghasilan lebih memenuhi syarat faktor loading lebih besar dari 0.5 (>
dari Rp750.000 mendominasi dengan jumlah 75 orang 0.5). Semua item pertanyaan valid kecuali untuk dua
(42%). Untuk pengasilan dengan rentang Rp750.000 – item pertanyaan yang tidak valid yaitu pada variabel
Rp1.499.900 berjumlah 56 orang (32%). Selanjutnya, ketersediaan waktu (TA2) dan dan ketersediaan uang
responden dengan rentang penghasilan Rp1.500.000 (MA2).
– Rp2.249.900 berjumlah 36 orang (20%). Untuk Uji reliabilitas adalah pengujian yang dilakukan
penghasilan lebih dari Rp.2.250.000 berjumlah 10 untuk mengetahui keakuratan dan ketepatan dari suatu
orang (6%). alat ukur dalam suatu prosedur pengukuran (Widodo,
2006). Peneliti melakukan pengujian dengan menggu-
HASIL PENELITIAN nakan SPSS 16 guna mengetahui cronbach alpha yang
secara umum digunakan untuk mengukur reliabilitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan sampel penelitian. Hasil output uji reliabilitas untuk
poin-poin pernyataan yang diberikan oleh peneliti setiap variabel penelitian ini seluruhnya dikategorikan
dalam suatu daftar penyataan guna menjelaskan memiliki reliabilitas yang baik karena semua nilai
suatu variabel. Apabila hasil pengukuran valid, maka Cronbach’s Alpha > 0.6.
terdapat kesamaan antara data yang dikumpulkan
Tabel 5
Statistik Deskriptif
Variabel Mean Std. Deviasi TA MA SENJ SENV PE UTB IB
TA 3.284 0.803 1
MA 3.778 0.185 0.330** 1
SENJ 3.497 0.859 0.732** 0.302** 1
SENV 4.090 0.398 0.312** 0.308** 0.297** 1
PE 3.890 0.813 0.597** 0.246** 0.809** 0.211 1
UTB 3.444 0.603 0.493** 0.243** 0.382** 0.194** 0.396** 1
IB 3.155 0.690 0.385** 0.097 0.361** 0.120 0.293** 0.527** 1
** Menunjukkan korelasi yang signifikan pada tingkat 0.01 (2-tailed)
213
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF...............................................(Faizal Ardiyanto)
Tabel 5 memperlihatkan bahwa nilai rata-rata membuat emosi mereka menjadi positif. Berikutnya
TA (ketersediaan waktu) sebesar 3.284 yang berarti yaitu UTB (dorongan untuk membeli) dengan nilai
bahwa rata-rata responden memiliki persepsi bahwa rata-rata sebesar 3.444 memperlihatkan bahwa rata-rata
mereka cukup memiliki waktu untuk berbelanja di responden menganggap bahwa toko cukup membuat
toko. Nilai rata-rata MA (ketersediaan uang) sebesar mereka ingin untuk membeli produk yang ditawarkan.
3.778 menunjukkan rata-rata responden menganggap Sementara itu, nilai rata-rata IB (perilaku pembelian
bahwa mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk impulsif) adalah sebesar 3.155, hal ini menunjukkan
berbelanja. Nilai rata-rata SENJ (kesenangan berbe- rata-rata responden memandang toko cukup baik dalam
lanja) sebesar 3.497 menunjukkan bahwa rata-rata menstimulasi konsumen untuk melakukan pembelian
responden merasa cukup senang ketika melakukan ke- tanpa perencanaan atau pembelian secara mendadak.
giatan belanja. Nilai rata-rata SENV (lingkungan toko) Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan hasil
sebesar 4.090 menjelaskan bahwa rata-rata responden pengujian model fit, dilanjutkan dengan ringkasan hasil
merasa nyaman dengan lingkungan toko. Nilai rata-rata pengujian hipotesis H1-H8, dan analisis subgrup untuk
PE (positive emotion) sebesar 3.890 menunjukkan Hipotesis H9.
bahwa rata-rata responden beranggapan bahwa toko
Tabel 6
Hasil Uji Model Fit
Model Fit Index Kriteria Hasil Olah Data Evaluasi Model
Chi Square Diharapkan kecil 66.026 Baik
CMIN/DF 1-2 over fit, 2-5 liberal limit 5.079 Cukup baik
GFI >0.9 0.897 Cukup baik
AGFI >0.80 0.778 Cukup baik
TLI > 0.9 0.820 Cukup baik
CFI > 0.9 0.889 Cukup baik
RMSEA < 0.08 upper limit < 0.1 0.152 Kurang baik
Nilai GFI (Goodness of Fit) sebesar 0.897. Se- sar 0.778 juga dapat dikatakain cukup baik karena
makin nilai GFI mendekati angka 1 maka semakin baik, mendekati batas maksimum 0.8. Nilai CMIN/DF be-
jadi nilai kesesuaian antara model dengan data dalam rada sedikit di atas batas standar yaitu 5.079, dengan
penelitian ini dapat dikatakan cukup baik. Nilai CFI nilai batas maksimal adalah 5. Nilai RMSEA (Root
(Comparative Fit Index) sebesar 0.889. Semakin nilai Mean Square Error of Approximation) sebesar 0,152
CFI mendekati angka 1 maka semakin baik, jadi nilai kurang baik, karena tsidak memenuhi kriteria peneri-
kesesuaian antara model dengan data dalam penelitian maan model karena melebihi batas atas 0,1. Dapat
ini dapat dikatakan cukup baik. disimpulkan bahwa model fit penelitian ini cukup baik
Nilai TLI (Tucker Lewis Index) sebesar 0.820 karena kebanyakan kriteria tergolong cukup baik dan
dapat dikatakan cukup baik karena nilainya mendekati hanya ada satu kriteria yang kurang baik (RMSEA).
angka 1. Nilai AGFI (Adjusted Goodness of Fit) sebe-
Tabel 7
Hasil Pengujian Hipotesis H1-H8
Standardized
No. Isi Hipotesis P Keterangan
Regression Weights (β)
Ketersediaan waktu berpengaruh positif terhadap
H1 0.844 <0.001 Diterima
kesenangan berbelanja
214
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF...............................................(Faizal Ardiyanto)
Tabel 7 (Lanjutan)
Hasil Pengujian Hipotesis H1-H8
Standardized
No. Isi Hipotesis P Keterangan
Regression Weights (β)
Ketersediaan waktu berpengaruh positif terhadap
H2 -0.155 0.252 Ditolak
emosi positif
Ketersediaan waktu berpengaruh positif terhadap
H3 0.531 <0.001 Diterima
dorongan untuk membeli
Ketersediaan uang berpengaruh positif terhadap
H4 0.008 0.885 Ditolak
emosi positif
Kesenangan berbelanja berpengaruh positif terha-
H5 1.024 <0.001 Diterima
dap emosi positif
Lingkungan toko berpengaruh positif terhadap
H6 -0.042 0.405 Ditolak
emosi positif
Emosi positif berpengaruh positif terhadap do-
H7 0.065 0.590 Ditolak
rongan untuk membeli
Dorongan untuk membeli berpengaruh positif ter-
H8 0.620 <0.001 Diterima
hadap perilaku pembelian impulsif
Hasil pengujian berdasarkan tabel diatas dorongan untuk membeli berpengaruh positif terhadap
menunjukkan bahwa hipotesis H1 yang menyatakan perilaku pembelian impulsif terbukti diterima dan
bahwa ketersediaan waktu berpengaruh positif ter- signifikan (β = 0.620 pada p < 0.001).
hadap kesenangan berbelanja terbukti diterima dan Peneliti membandingkan hasil pengujian ber-
signifikan (β = 0.844 pada p < 0.001). Sementara itu, dasarkan jenis kelamin pada Tabel 8 untuk mengeta-
hipotesis H2 yang menyatakan bahwa ketersediaan hui signfikansi tiap jenis kelamin terhadap hipotesis.
waktu berpengaruh positif terhadap emosi positif ter- Berdasarkan hipotesis H1 yang menyatakan bahwa
bukti ditolak (β = -0.155 pada p = 0.252 > α = 0.05). ketersediaan waktu berpengaruh positif terhadap
Dapat diketahui bahwa hipotesis H3 yang menyatakan kesenangan berbelanja, terlihat bahwa kelompok pria
ketersediaan waktu berpengaruh positif terhadap do- pengaruhnya lebih besar ( = 0.873) daripada kelompok
rongan untuk membeli terbukti diterima dan signifikan wanita (β = 0.647). Hipotesis H2 menyatakan bahwa
(β = 0.531 pada p < 0.001). Untuk hipotesis H4 yang ketersediaan waktu berpengaruh positif terhadap
menyatakan bahwa ketersediaan uang berpengaruh emosi positif, terlihat bahwa kelompok pria berpen-
positif terhadap emosi positif terbukti ditolak (β = garuh positif (β = 0.413) sedangkan untuk kelompok
0.008 pada p = 0.885 > α = 0.05). wanita berpengaruh negatif (β = -0.599). Sementara
Hipotesis H5 yang menyatakan bahwa kesenan- itu, Hipotesis H3 yang menyatakan ketersediaan waktu
gan berbelanja berpengaruh positif terhadap emosi berpengaruh positif terhadap dorongan untuk membeli
positif terbukti diterima dan signifikan (β = 1.024 pada menunjukkan bahwa kelompok pria pengaruhnya lebih
p value < 0.001). Sedangkan untuk hipotesis H6 yang kecil (β = 0.463) daripada kelompok wanita (β =
menyatakan bahwa lingkungan toko berpengaruh posi- 0.561).
tif terhadap emosi positif terbukti ditolak (β = -0.042 Hipotesis H5 yang menyatakan bahwa kesenan-
pada p = 0.405 > α = 0.05). gan berbelanja berpengaruh positif terhadap emosi
Hipotesis H7 yang menyatakan bahwa emosi positif, untuk kelompok pria pengaruhnya lebih kecil
positif berpengaruh positif terhadap dorongan untuk (β = 0.443) daripada kelompok wanita ( = 1.526).
membeli terbukti ditolak (β = 0.065 pada p = 0.590 Hipotesis H8 yang menyatakan bahwa dorongan
> α = 0.05). Hipotesis H8 yang menyatakan bahwa untuk membeli berpengaruh positif terhadap perilaku
215
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF...............................................(Faizal Ardiyanto)
pembelian impulsif, untuk kelompok pria pengaruhnya bahkan emosi konsumen menjadi negatif. Temuan
lebih besar (β = 0.620) daripada kelompok wanita (β = ini bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya
0.536). Hipotesis H4 yang menyatakan bahwa keterse- yang dilakukan oleh Pattipeilohy et al. (2013) yang
diaan uang berpengaruh positif terhadap emosi positif, menyatakan bahwa ketersediaan waktu yang dimiliki
hipotesis H6 yang menyatakan bahwa kesenangan ber- konsumen secara langsung berpengaruh terhadap
belanja berpengaruh positif terhadap emosi positif, dan emosi positif. Selain itu, Hipotesis H2 penelitian ini
hipotesis H7 menunjukkan bahwa pengujian moderasi terbukti berkebalikan dengan hipotesis penelitian yang
untuk kedua kelompok tersebut tidak bisa dilakukan diusulkan oleh Beatty dan Ferrell (1998) yang me-
karena jenis kelamin di dalam hipotesis-hipotesis nyatakan bahwa semakin banyak seseorang memiliki
tersebut pengaruhnya tidak signifikan. waktu maka semakin rendah tingkat emosi negatifnya.
Hasil pengujian hipotesis H3 yang menjelas-
PEMBAHASAN kan bahwa ketersediaan waktu berpengaruh positif
terhadap dorongan untuk membeli terbukti diterima
Pembahasan hasil pengujian masing-masing hipotesis dan signifikan. Ketika konsumen memiliki banyak
yang tercantum pada Tabel 7. Hasil pengujian hipotesis ketersediaan waktu di Matahari Department Store Mal
H1 menjelaskan bahwa ketersediaan waktu berpenga- Malioboro maka semakin kuat dorongan dalam diri
ruh positif terhadap kesenangan berbelanja terbukti untuk membeli produk yang ditawarkan oleh toko.
diterima dan signifikan. Hal ini menunjukkan semakin Hasil pengujian hipotesis H4 yang menjelaskan
besar ketersediaan waktu konsumen ketika berbelanja bahwa ketersediaan uang berpengaruh positif terhadap
di Matahari Department Store Mal Malioboro maka emosi positif terbukti ditolak dalam penelitian ini.
akan semakin meningkatkan kesenangan konsumen Hal ini menunjukkan seberapa banyak konsumen
dalam berbelanja. membawa uang ketika berbelanja di Matahari Depart-
Hasil pengujian hipotesis H2 yang menjelaskan ment Store Mal Malioboro, tidak menyebabkan emosi
bahwa ketersediaan waktu berpengaruh positif terha- mereka menjadi positif. Penolakan hipotesis penelitian
dap emosi positif terbukti ditolak. Apabila konsumen ini berkebalikan dengan hipotesis penelitian yang
memiliki ketersediaan waktu yang banyak, emosi posi- dilakukan oleh Pattipeilohy et al. (2013) dan Beatty
tif mereka kurang menampakkan adanya peningkatan dan Ferrel (1998) yang menunjukkan bahwa konsumen
216
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF...............................................(Faizal Ardiyanto)
memiliki ketersediaan uang maka emosi positif mereka beli berpengaruh positif terhadap perilaku pembelian
akan meningkat. impulsif, kelompok jenis kelamin pria pengaruhnya
Hasil pengujian hipotesis H5 yang menjelaskan lebih besar daripada kelompok jenis kelamin wanita.
bahwa kesenangan berbelanja berpengaruh positif ter- Sementara itu, untuk hipotesis ketersediaan waktu ber-
hadap emosi positif terbukti diterima dan signifikan. pengaruh positif terhadap dorongan untuk membeli dan
Konsumen yang menyukai dan senang berbelanja kesenangan berbelanja berpengaruh positif terhadap
maka akan mempengaruhi emosi positif mereka. Se- emosi positif, kelompok jenis kelamin wanita lebih
makin tinggi tingkat kesenangan berbelanja seorang berpengaruh daripada kelompok jenis kelamin pria.
konsumen maka akan semakin tinggi tingkat emosi Terdapat hubungan positif dalam hipotesis ketersedi-
positif mereka. Hipotesis ini mendukung penelitian aan waktu berpengaruh positif terhadap emosi positif
sebelumnya yang dilakukan oleh Beatty dan Ferrell untuk kelompok jenis kelamin pria, sedangkan untuk
(1998) dengan hipotesis yang mengatakan bahwa kelompok jenis kelamin wanita berpengaruh negatif.
individu yang enjoy (senang) saat berbelanja maka Berdasarkan hasil Tabel 8 tersebut dapat disimpulkan
akan cenderung mengalami emosi positif di lingkungan bahwa hipotesis H9 diterima, sehingga dapat dikatakan
belanja. bahwa variabel jenis kelamin mampu memoderasi
Hasil pengujian hipotesis H6 yang menjelaskan model penelitian.
bahwa lingkungan toko berpengaruh positif terhadap
emosi positif terbukti ditolak. Meskipun Matahari SIMPULAN DAN SARAN
Department Store memiliki lingkungan yang nyaman,
pramuniaga yang ramah, dan desain toko yang menarik Simpulan
kurang membuat konsumen yang berbelanja memiliki
emosi positif. Penelitian ini membuktikan adanya variabel-variabel
Hasil pengujian hipotesis H7 yang menjelaskan independen yang memiliki pengaruh terhadap variabel
bahwa emosi positif berpengaruh positif terhadap dependen yaitu perilaku pembelian impulsif. Pengaruh-
dorongan untuk membeli terbukti ditolak. Konsumen pengaruh tersebut di antaranya terletak pada variabel
yang merasa emosinya positif (misal senang, gembira) ketersediaan waktu yang berpengaruh terhadap
ketika pergi berbelanja di Matahari Department Store variabel kesenangan berbelanja, variabel ketersediaan
belum tentu mereka akan terdorong niatnya untuk waktu berpengaruh terhadap variabel dorongan untuk
melakukan pembelian produk toko. membeli, variabel kesenangan berbelanja berpengaruh
Hasil pengujian hipotesis H8 yang menjelaskan terhadap emosi positif, dan variabel dorongan untuk
bahwa dorongan untuk membeli berpengaruh positif membeli berpengaruh terhadap variabel perilaku pem-
terhadap perilaku pembelian impulsif terbukti diterima belian impulsif. Selain itu, jenis kelamin memoderasi
dan signifikan. Konsumen yang terdorong atau berniat model pada penelitian karena kelompok jenis kelamin
untuk membeli produk yang ditawarkan oleh Matahari pria dan wanita memiliki pengaruh dan kelompok
Department Store Mal Malioboro, maka selanjutnya jenis kelamin pria pengaruhnya lebih besar daripada
akan melakukan pembelian secara impulsif. Hasil kelompok jenis kelamin wanita.
penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya di-
lakukan oleh Beatty dan Ferrel (1998) dan Foroughi Saran
et al. (2012) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi
frekuensi dorongan untuk membeli maka semakin Bagi penelitian yang akan datang, diharapkan agar
besar kemungkinan terjadinya pembelian impulsif. melakukan pemeriksaan kembali item-item pertanyaan
Pembahasan hasil pengujian hipotesis H9 ten- pertanyaan khususnya untuk variabel ketersediaan
tang jenis kelamin memoderasi model penelitian den- waktu dan ketersediaan uang. Tujuannya adalah agar
gan menggunakan analisis subgroup tercantum pada item pertanyaan tersebut menjadi valid dan dapat digu-
Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8 diketahui bahwa dalam nakan untuk pengujian hipotesis. Selain itu, sebaiknya
hipotesis ketersediaan waktu berpengaruh positif terha- melakukan penambahan jumlah dan perluasan respon-
dap kesenangan berbelanja dan dorongan untuk mem- den sehingga tidak hanya mahasiswa yang menjadi
217
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEMBELIAN IMPULSIF...............................................(Faizal Ardiyanto)
responden, tetapi juga masyarakat umum. Penelitian Laros, F. J., & Steenkamp, J.B.E. 2005. “Emotions in
ini hanya dilakukan dengan pengambilan sampel di consumer behavior: a hierarchical approach”.
Matahari Department Store Mal Malioboro, sebai- Journal of Business Research, 5(8): 1437-1445.
knya penelitian diperluas dengan mengambil sampel
pada outlet lain yang terletak di Yogyakarta. Terakhir, Mulyono, F. 2012. “Faktor Demografis Dalam Perilaku
peneliti menyarankan penelitian selanjutnya untuk Pembelian Impulsif”. Jurnal Administrasi Bis-
melibatkan variabel emosi negatif dan emosi positif, nis, 8(1): 88-105.
agar dapat diketahui manakah variabel yang paling
mempengaruhi perilaku pembelian impulsif. Pattipeilohy, V. R., Rofiaty, & Idrus, M. S. 2013.
“The Influence of the availability of Money
and Time, Fashion Involvement, Hedonic
Consumption Tendency and Positive Emotions
towards Impulse Buying Behavior in Ambon
DAFTAR PUSTAKA City”. International Journal of Business and
Behavioral Sciences, 3(8): 69-81.
Beatty, S. E., & Ferrell, M. E. 1998. “Impulse Buying:
Modeling Its Precursors”. Journal of Retailing, Roberts, J. A., & Roberts, C. R. 2012. “Money matters:
74: 169-191. does the symbolic presence of money affect
charitable giving and attitudes among adoles-
Cinjarevic, M. 2010. “Cognivite and Affective Aspects cents”. Young Consumers, 13(4): 329-336.
of Impulse Buying”. Sarajevo Business and
Economics Review, 30: 168-184. Rook, D. W. 1987. “The Buying Impulse”. The Journal
of Consumer Research, 14(2): 189-199.
El Meniawy, A. M. 2012. “Personal Characteristics
and Situational Influences Affecting Consum- Santy, R. D., & Adhipratama, M. I. 2013. “Display
ers Adoption of Impulse Buying Behavior”. Toko, Gaya Hidup, dan Pembelian Impulsif”.
3rd International Conference on Business and Majalah Ilmiah UNIKOM Bidang Ekonomi, 11.
Economic Research.
Widodo, P. B. 2006. “Reliabilitas dan Validitas Kon-
Foroughi, A., Buang, N. A., & Sadeghi, R. H. 2012. struk Skala Konsep Diri untuk Mahasiswa
“Exploring the Influence of Situational Factors Indonesia”. Jurnal Psikologi Universitas Di-
(Money & Time Available) on Impulse Buying ponegoro, 3(1):29-39.
Behaviour among Different Ethics”. Interna-
tional Journal of Fundamental Psychology &
Social Sciences, 2(2): 41-44.
218
ISSN: 0853-1269
Tahun 1990
INDEKS SUBYEK
JURNAL AKUNTANSI & MANAJEMEN
A O
abnormal return 201, 202, 203, 204, 205, 206, 207, 208 ownership 129, 144, 145, 167, 183, 198, 199, 207,
audit quality 129, 132, 144, 145, 183, 186, 198
authority structure 147 P
positive emotion 209, 214, 218
B
BI rate 201, 202, 203, 204, 205, 206 S
shopping enjoyment 209
C
cost consciousness 147 T
timeliness 129, 144, 145, 183, 198, 199
D
discretionary accruals 129, 183
E
escalation of commitment 169, 182
event study 201, 203
experimental methods 169
G
gender 209, 211, 218
I
IHSG 201, 203
impulsive buying 209
independent directors 129, 183
information characteristic 147
L
lending and deposit facility 201
locus of control 169, 173, 182
ISSN: 0853-1269
Tahun 1990
INDEKS PENGARANG
JURNAL AKUNTANSI & MANAJEMEN
F
Faizal Ardiyanto 209
H
Heryono Silalahi 129
L
Lidya Monica 201
M
Maria Elly Budiarti 147
R
Ratna Purnama Sari 169
Y
Yudas Tadius Andi Candra 183
ISSN: 0853-1269
Tahun 1990
PEDOMAN PENULISAN
JURNAL AKUNTANSI & MANAJEMEN
Ketentuan Umum
1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai dengan format yang ditentukan.
2. Penulis mengirim tiga eksemplar naskah dan satu compact disk (CD) yang berisikan naskah tersebut
kepada redaksi. Satu eksemplar dilengkapi dengan nama dan alamat sedang dua lainnya tanpa
nama dan alamat yang akan dikirim kepada mitra bestari. Naskah dapat dikirim juga melalui e-mail.
3. Naskah yang dikirim belum pernah diterbitkan di media lain yang dibuktikan dengan pernyataan
tertulis yang ditandatangani oleh semua penulis bahwa naskah tersebut belum pernah dipublikasi-
kan. Pernyataan tersebut dilampirkan pada naskah.
4. Naskah dan CD dikirim kepada Editorial Secretary
Jurnal Akuntansi & Manajemen (JAM)
Jalan Seturan Yogyakarta 55281
Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1332 Fax. (0274) 486155
e-mail: rudy.badrudin@stieykpn.ac.id
Standar Penulisan
1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word pada ukuran kertas A4 berat 80 gram, jarak
2 spasi, jenis huruf Times New Roman berukuran 12 point, margin kiri 4 cm, serta margin atas,
kanan, dan bawah masing-masing 3 cm.
2. Setiap halaman diberi nomor secara berurutan. Gambar dan tabel dikelompokkan bersama pada
lembar terpisah di bagian akhir naskah.
3. Angka dan huruf pada gambar, tabel, atau histogram menggunakan jenis huruf Times New Roman
berukuran 10 point.
4. Naskah ditulis maksimum sebanyak 15 halaman termasuk gambar dan tabel.
Tahun 1990
5. Abstrak ditulis dalam satu paragraf tidak lebih dari 200 kata menggunakan bahasa Inggris. Abstrak
mengandung uraian secara singkat tentang tujuan, materi, metode, hasil utama, dan simpulan yang
ditulis dalam satu spasi.
6. Kata Kunci (Keywords) ditulis miring, maksimal 5 (lima) kata, satu spasi setelah abstrak.
7. Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan, dan pustaka yang mendukung. Dalam mengutip pendapat
orang lain dipakai sistem nama penulis dan tahun. Contoh: Badrudin (2006); Subagyo dkk. (2004).
8. Materi dan Metode ditulis lengkap.
9. Hasil menyajikan uraian hasil penelitian sendiri. Deskripsi hasil penelitian disajikan secara jelas.
10. Pembahasan memuat diskusi hasil penelitian sendiri yang dikaitkan dengan tujuan penelitian (pen-
gujian hipotesis). Diskusi diakhiri dengan simpulan dan pemberian saran jika dipandang perlu.
11. Pembahasan (review/kajian pustaka) memuat bahasan ringkas mencakup masalah yang dikaji.
12. Ucapan Terima Kasih disampaikan kepada berbagai pihak yang membantu sehingga penelitian
dapat dilangsungkan, misalnya pemberi gagasan dan penyandang dana.
13. Ilustrasi:
a. Judul tabel, grafik, histogram, sketsa, dan gambar (foto) diberi nomor urut. Judul singkat
tetapi jelas beserta satuan-satuan yang dipakai. Judul ilustrasi ditulis dengan jenis huruf
Times New Roman berukuran 10 point, masuk satu tab (5 ketukan) dari pinggir kiri, awal
kata menggunakan huruf kapital, dengan jarak 1 spasi
b. Keterangan tabel ditulis di sebelah kiri bawah menggunakan huruf Times New Roman beru-
kuran 10 point jarak satu spasi.
c. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk bahasa Indonesia dipisahkan dengan koma (,)
dan untuk bahasa Inggris digunakan titik (.).
d. Gambar/Grafik dibuat dalam program Excel.
e. Nama Latin, Yunani, atau Daerah dicetak miring sedang istilah asing diberi tanda petik.
f. Satuan pengukuran menggunakan Sistem Internasional (SI).
14. Daftar Pustaka
a. Hanya memuat referensi yang diacu dalam naskah dan ditulis secara alfabetik berdasarkan
huruf awal dari nama penulis pertama. Jika dalam bentuk buku, dicantumkan nama semua
penulis, tahun, judul buku, edisi, penerbit, dan tempat. Jika dalam bentuk jurnal, dicantumkan
nama penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor publikasi, dan halaman. Jika
mengambil artikel dalam buku, cantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, editor, judul buku,
penerbit, dan tempat.
b. Diharapkan dirujuk referensi 10 tahun terakhir dengan proporsi pustaka primer (jurnal) minimal
80%.
c. Hendaknya diacu cara penulisan kepustakaan seperti yang dipakai pada JAM/JEB berikut ini:
Jurnal
Yetton, Philip W., Kim D. Johnston, and Jane F. Craig. Summer 1994. “Computer-Aided Architects: A
Case Study of IT and Strategic Change.”Sloan Management Review: 57-67.
Buku
Paliwoda, Stan. 2004. The Essence of International Marketing. UK: Prentice-Hall, Ince.
ISSN: 0853-1269
Tahun 1990
Prosiding
Pujaningsih, R.I., Sutrisno, C.L., dan Sumarsih, S. 2006. Kajian kualitas produk kakao yang diamoniasi
dengan aras urea yang berbeda. Di dalam: Pengembangan Teknologi Inovatif untuk Mendukung Pem-
bangunan Peternakan Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka HUT ke-40 (Lustrum
VIII) Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman; Purwokerto, 11 Pebruari 2006. Fakutas
Peternakan UNSOED, Purwokerto. Halaman 54-60.
Skripsi/Tesis/Disertasi
Assih, P. 2004. Pengaruh Kesempatan Investasi terhadap Hubungan antara Faktor Faktor Motivasional
dan Tingkat Manajemen Laba. Disertasi. Sekolah Pascasarjana S-3 UGM. Yogyakarta.
Internet
Hargreaves, J. 2005. Manure Gases Can Be Dangerous. Department of Primary Industries and Fisher-
ies, Queensland Govermment. http://www.dpi.gld.gov.au/pigs/ 9760.html. Diakses 15 September 2005.
Dokumen
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2006. Sleman Dalam Angka Tahun 2005.