Anda di halaman 1dari 100

FILSAFAT ILMU SEBAGAI DASAR DAN ARAH PENGEMBANGAN AKUNTANSI

MENUJU KE ARAH PENINGKATAN KUALITAS PROFESI AKUNTAN


Drs. Eko Widodo Lo, M.Si., Akuntan

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN TRANSFORMASIONAL


TERHADAP KEEFEKTIFAN PEMIMPIN, KEPUASAN BAWAHAN,
DAN UPAYA EKSTRA BAWAHAN: PENGUJIAN AUGMENTATION HYPOTHESIS
Drs. Tri Heru, M.Si.

INVESTIGASI EMPIRIS PADA REAKSI PASAR


TERHADAP PUBLIC ANNOUNCEMENTS:
PENGUJIAN THE EFFICIENCY HYPOTHESIS DI THIN MARKET
Indah Kurniawati, SE., M.Si. dan Dra. Sinta Sudarini, MS., Akuntan

ANALISIS KAJIAN POTENSI DAN PENGGALIAN LABA BERSIH


BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) SEBAGAI SALAH SATU SUMBER
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN SLEMAN, TAHUN 2002
Drs. Rudy Badrudin, M.Si.

HUBUNGAN PEMBINGKAIAN INFORMASI ANGGARAN, TANGGUNG JAWAB,


DAN RESIKO PENGALAMAN TERHADAP PILIHAN KEPUTUSAN
PADA INVESTASI BERISIKO
Frasto Biyanto, SE., M.Si.

PENERAPAN BALANCED SCORECARD


SEBAGAI PENGUKUR KINERJA PADA SEKTOR PUBLIK
Dr. Djoko Susanto, MSA., Akuntan dan Dra. Siti Resmi, MM., Akuntan

ISSN 0853-1269 - Akreditasi No. 118/DIKTI/Kep/2001 Rp7.500,-


Editorial Staff Jurnal Akuntansi Manajemen (JAM)

Editor in Chief
Djoko Susanto
STIE YKPN Yogyakarta

Managing Editor
Sinta Sudarini
STIE YKPN Yogyakarta

Editors

Al. Haryono Jusup Indra Wijaya Kusuma


Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada

Arief Ramelan Karseno Jogiyanto H.M


Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Arief Suadi Mardiasmo
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada

Basu Swastha Dharmmesta Soeratno


Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada

Djoko Susanto Su’ad Husnan


STIE YKPN Yogyakarta Universitas Gadjah Mada
Enny Pudjiastuti Suwardjono
STIE YKPN Yogyakarta Universitas Gadjah Mada

Gudono Tandelilin Eduardus


Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada

Harsono Zaki Baridwan


Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada

Editorial Secretary
Rudy Badrudin
STIE YKPN Yogyakarta

Editorial Office
Pusat Penelitian STIE YKPN Yogyakarta
Jalan Seturan Yogyakarta 55281
Telpon (0274) 486160, 486321 Fax. (0274) 486081
(http://v2.stieykpn.ac.id/jurnal)
DARI REDAKSI

Pembaca yang terhormat, Hypothesis; Investigasi Empiris pada Reaksi Pasar


Selamat berjumpa kembali dengan Jurnal Terhadap Public Announcements: Pengujian The
Akuntansi Manajemen (JAM) STIE YKPN Efficiency Hypothesis di Thin Market; Analisis Kajian
Yogyakarta Edisi April 2003. Perubahan tampilan di Potensi dan Penggalian Laba Bersih Badan Usaha
halaman sampul depan luar dan dalam telah Milik Daerah (BUMD) Sebagai Salah Satu Sumber
memperindah tampilan sampul JAM dan memudahkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sleman,
pembaca dalam melihat judul artikel dan nama penulis. Tahun 2002; Hubungan Pembingkaian Informasi
Untuk memudahkan para pembaca mengarsip dalam Anggaran, Tanggung Jawab, dan Pengalaman
bentuk file artikel-artikel yang telah dimuat pada JAM Terhadap Pilihan Keputusan pada Investasi Berisiko;
sebelumnya, maka pembaca dapat mengakses artikel- dan Penerapan Balanced Scorecard Sebagai Pengukur
artikel tersebut di website STIE YKPN Yogyakarta Kinerja pada Sektor Publik.
(http://www.stieykpn.ac.id). Semua itu kami lakukan Kami mengucapkan terima kasih kepada semua
sebagai konsekuensi ilmiah dengan telah pihak yang telah memberikan kontribusi pada pener-
Terakreditasinya JAM berdasarkan Surat Keputusan bitan JAM Edisi April 2003 ini. Harapan kami mudah-
Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Depar-temen mudahan artikel-artikel pada JAM tersebut dapat
Pendidikan Nasional Republik Indo-ne-sia Nomor 118/ memberikan nilai tambah informasi bidang Akuntansi,
DIKTI/ Kep/2001. Manajemen, dan Ekonomi Pembangunan bagi para
Dalam JAM Edisi April 2003 ini, disajikan 6 pembaca. Selamat menikmati sajian kami pada edisi
artikel sebagai berikut: Filsafat Ilmu Sebagai Dasar ini dan sampai jumpai pada edisi Agustus 2003 dengan
dan Arah Pengembangan Akuntansi Menuju ke Arah artikel-artikel yang lebih menarik.
Peningkatan Kualitas Profesi Akuntan; Pengaruh
Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional
Terhadap Keefektifan Pemimpin, Kepuasan Bawahan,
dan Upaya Ekstra Bawahan: Pengujian Augmentation REDAKSI.
DAFTAR ISI

FILSAFAT ILMU SEBAGAI DASAR DAN ARAH PENGEMBANGAN AKUNTANSI


MENUJU KE ARAH PENINGKATAN KUALITAS PROFESI AKUNTAN
Drs. Eko Widodo Lo, SE., M.Si., Akuntan
1

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN TRANSFORMASIONAL


TERHADAP KEEFEKTIFAN PEMIMPIN, KEPUASAN BAWAHAN,
DAN UPAYA EKSTRA BAWAHAN: PENGUJIAN AUGMENTATION HYPOTHESIS
Drs. Tri Heru, M.Si.
13

INVESTIGASI EMPIRIS PADA REAKSI PASAR TERHADAP PUBLIC ANNOUNCEMENTS:


PENGUJIAN THE EFFICIENCY HYPOTHESIS DI THIN MARKET
Indah Kurniawati, SE., M.Si. dan Dra. Sinta Sudarini, MS., Akuntan
31

ANALISIS KAJIAN POTENSI DAN PENGGALIAN LABA BERSIH


BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) SEBAGAI SALAH SATU SUMBER
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN SLEMAN, TAHUN 2002
Drs. Rudy Badrudin, M.Si.
45

HUBUNGAN PEMBINGKAIAN INFORMASI ANGGARAN, TANGGUNG JAWAB,


DAN RESIKO PENGALAMAN TERHADAP PILIHAN KEPUTUSAN
PADA INVESTASI BERISIKO
Frasto Biyanto, SE., M.Si.
69

PENERAPAN BALANCED SCORECARD


SEBAGAI PENGUKUR KINERJA PADA SEKTOR PUBLIK
Dr. Djoko Susanto, MSA., Akuntan dan Dra. Siti Resmi, MM., Akuntan
81
Jam STIE YKPN - Tri Heru Pengaruh Kepemimpinan Transaksional ......

ABSTRACT

Small businesses in Indonesia have already proved


PENGARUH KEPEMIMPINAN that TRANSAKSIONAL
DAN ANALISIS
TRANSFORMASIONAL TERHADAPKETAATAN
PENGARUH TEKANAN KEEFEKTIFAN
PEMIMPIN,
TERHADAPKEPUASAN
JUDGMENTBAWAHAN, AUDITOR
DAN UPAYA EKSTRA BAWAHAN:
1)
PENGUJIAN Hansiadi Yuli HartantoHYPOTHESIS
AUGMENTATION 2)
Indra Wijaya Kusuma
Tri Heru *)

ABSTRACT Sosik, 1997). Semakin tinggi keefektifan pemimpin,


kepuasan bawahan dengan pemimpinnya, dan
Transformational leadership theory has been exam- kemampuan pemimpin menimbulkan upaya ekstra
ined in 10 Universities in Yogyakarta using a sample bawahannya dalam kepemimpinannya, akan
technique ( N = 125 lecturers). The study has exam- meningkatkan kinerja organisasi yang dipimpinnya.
ined the influence of transformational leader Menurut Burns (1978), terdapat dua gaya
behaviour with head of Universities as it relates to kepemimpinan yaitu transaksional dan
leader effectiveness, follower satisfaction with the transformasional yang merupakan dua ujung dari satu
leader, and follower extra effort. Attitudinal and be- kontinum, saling melengkapi dan tidak saling
havioral datas have been collected from lecturers meniadakan. Kepemimpinan transaksional beorientasi
about 10 of head of Universities. From those datas, pertukaran antara pemimpin dan bawahannya, serta
the hierarchical regressions analysis show that trans- menggunakan alasan-alasan logis dalam mempengaruhi
formational leadership are significant to the effects of bawahannya (Kudisch, Poteet, Dobbins, Rush, &
transactional leadership in predicting leader effec- Russel, 1995). Kepemimpinan transformasional
tiveness, follower satisfaction with the leader, and merupakan pendekatan yang dimaksudkan untuk
follower extra effort. mempengaruhi bawahan tidak hanya menggunakan
alasan logis tetapi juga emosi (Bass, 1985; Koh, Steers,
Keyword: Leadership, transactional leadership, trans- & Terborg, 1995). Semua pemimpin melaksanakan baik
formational leadership. kepemimpinan transaksional maupun transformasional,
tetapi dalam proporsi yang berbeda-beda (Haddock,
PENDAHULUAN 1989).
Hasil-hasil penelitian sebelumnya yang
Kepemimpinan telah menjadi salah satu topik antaralain dilakukan oleh Bycio, Allen, dan Hackett
utama yang dibahas di antara para penulis manajemen (1995) menunjukkan bahwa dimensi variabel
selama tiga puluh tahun terakhir ini (Takala, 1996). Ini transformasional memiliki pengaruh positif signifikan
tentu saja dapat dipahami, karena bidang kepemimpinan terhadap keefektifan pemimpin, kepuasan bawahan
menempati posisi sentral dalam manajemen dan dengan pemimpinnya, dan upaya ekstra bawahannya.
kepemimpinan memiliki hubungan sebab akibat dengan Penelitian yang dilakukan oleh Koh, Steers, dan Terborg
kinerja organisasi (Pfeffer, 1977; Roch & Behling, 1984; (1995) menunjukkan bahwa penambahan dimensi

*)
Drs. Tri Heru, M.Si., adalah Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta.

13
Jam STIE YKPN - Tri Heru Pengaruh Kepemimpinan Transaksional ......

variabel transformasional ke dalam persamaan dimensi Pada hubungan transaksional, pemimpin


variabel transaksional meningkatkan signifikansi menjanjikan dan memberikan penghargaan kepada
pengaruh kepemimpinan transaksional dalam bawahannya yang berkinerja baik, serta mengancam
memprediksi commitment, organizational citizenship, dan mendisiplinkan bawahannya yang berkinerja
dan kepuasan para guru, yang selanjutnya diikuti oleh buruk. Apakah penghargaan yang dijanjikan atau
peningkatan prestasi para muridnya. terhindarnya dari hukuman itu mampu memotivasi
Penelitian ini bertujuan menguji augmentation bawahannya untuk meningkatkan kinerjanya? Hal ini
hypothesis, yaitu pengujian terhadap pengaruh tergantung pada apakah pemimpinnya mampu
penambahan dimensi variabel transformasional (cha- mengendalikan penghargaan dan hukuman tersebut,
risma, inspiration, intellectual stimulation, dan indi- serta apakah bawahan menginginkan penghargaan atau
vidualized consideration) ke dalam persamaan dimensi takut terhadap hukuman tersebut (Bass, 1990a).
variabel transaksional (contingent reward, manage-
ment by exception) dalam menjelaskan variansi variabel Kepemimpinan Transformasional
keefektifan pemimpin, kepuasan bawahan dengan
pemimpin, dan upaya ekstra bawahan. Menurut Bass (1985); Koh, Steers, dan Terborg (1995),
saat ini hubungan antara pemimpin dan bawahan telah
TINJAUAN TEORI berubah dan bergeser ke pendekatan transformasional.
Pendekatan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi
Kepemimpinan Transaksional bawahan tidak hanya melalui penggunaan alasan-
alasan logis, tetapi juga melalui penggunaan emosi.
Banyak riset kepemimpinan yang telah dilakukan Pemimpin transformasional tidak hanya harus
terfokus pada pengujian rasional, berorientasi mengetahui kebutuhan dan keinginan bawahannya,
pertukaran atau transaksional antara pemimpin dan tetapi juga: (1) harus berusaha mengungkit kebutuhan
bawahannya (Kudisch, Poteet, Dobbins, Rush, & tersebut ke tingkat yang lebih tinggi dalam hal
Russel, 1995). Kepemimpinan transaksional berprestasi, otonomi, dan afiliasi baik yang berkaitan
digambarkan sebagai: (1) mempertukarkan sesuatu yang maupun yang tidak berkaitan dengan pekerjaan; (2)
berharga bagi yang lain antara pemimpin dan harus meningkatkan kesadaran bawahan tentang arti
bawahannya; (2) intervensi yang dilakukan sebagai pentingnya pencapaian hasil yang bernilai dan strategi
proses organisasional untuk mengendalikan dan untuk mencapainya; (3) serta memotivasi bawahan
memperbaiki kesalahan; atau (3) reaksi atas tidak untuk lebih mementingkan kepentingan kelompok
tercapainya standar yang telah ditentukan (Avolio, daripada kepentingan pribadi.
Waldman, & Einstein, 1988; Bycio, Allen, & Hackett, Kepemimpinan transformasional menekankan
1995; Steers, Porter, & Bigley, 1996; Masi & Robert, pada pendekatan rasional dan emosi dalam hubungan
2000). Pada dasarnya kepemimpinan transaksional mirip antara pemimpin dan bawahannya. Kepemimpinan ini,
dengan path-goal theory (Evans, 1974), dan mencakup selain berbeda dengan gaya kepemiminan
semua pendekatan situasional, yang antara lain transaksional, juga berbeda dengan kepemimpinan
dikemukakan oleh Fidler (1967), Vroom dan Yatton karismatik. Kepemimpinan karismatik men-
(1973), dan Yukl (1989), yang lebih menekankan pada transformasikan bawahan hanya melalui pendekatan
pendekatan rasional (Metcalfe & Metcalfe, 2000). Oleh emosi dan kedekatan yang erat kepada pemimpinnya,
karena itu, pemimpin transaksional harus memiliki sehingga karisma memang dibutuhkan tetapi tidak
informasi yang jelas tentang apa yang dibutuhkan dan cukup sebagai syarat dalam kepemimpinan
diinginkan bawahannya, harus menetapkan tujuan yang transformasional (Burns, 1978; Bass, 1985; Avolio,
jelas, harus menjelaskan keterkaitan antara kinerja dan Waldman, & Einstein, 1988). Perbedaan karakteristik
penghargaan, dan harus memberikan balikan yang kepemimpinan transaksional dan transformasional telah
konstruktif untuk mempertahankan bawahan pada dikembangkan secara ringkas oleh Bass (1990) dalam
tugasnya (Jung & Avolio, 1999). Tabel 1.

14
Jam STIE YKPN - Tri Heru Pengaruh Kepemimpinan Transaksional ......

Tabel 1 Karakteristik Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional

KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL


Contingent reward: kontrak pertukaran penghargaan untuk usaha, penghargaan yang dijanjikan untuk kinerja
yang baik, mengakui pencapaian.
Active management by exception: melihat dan mencari penyimpangan dari aturan atau standar, mengambil
tindakan perbaikan.
Pasive management by exception: intervensi hanya jika standar tidak tercapai.
Laissez-faire: melepaskan tanggung-jawab, menghindari pengambilan keputusan
KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
Charisma: memberikan visi dan misi yang masuk akal, menimbulkan kebanggaan, menimbulkan rasa hormat
dan percaya.
Inspiration: mengkomunikasikan harapan yang tinggi, menggunakan simbol untuk memfokuskan upaya,
mengekspresikan tujuan penting dengan cara yang sederhana
Intellectual stimulation: meningkatkan intelegensi, rasionalitas, dan pemecahan masalah secara teliti.
Individualized consideration: memberikan perhatian pribadi, melakukan pelatihan dan konsultasi kepada
setiap bawahan secara individual
Sumber: Bass (1990), hal 22.

Studi kepemimpinan telah ditandai dengan Augmentation kepemimpinan transaksional dan


kuatnya perhatian pada kepemimpinan transformasional, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.
transformasional untuk meningkatkan komitmen, upaya
dan kesediaan bawahan mengambil risiko dalam Model Augmentation Kepemimpinan Transaksional
mendukung organisasi atau misinya di atas minimal dan Transformasional
yang diharapkan (Behling & McFillen, 1996). Beberapa
hasil penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa Pada model yang dikemukakan oleh Bass dan Avolio
proporsi penggunaan gaya kepemimpinan yang (1990) ini, dijelaskan bahwa kepemimpinan
cenderung lebih menekankan pada kepemimpinan transaksional yang terdiri dari dua dimensi variable,
transformasional, menghasilkan augmentation effect yaitu contingent reward dan managament by excep-
yang lebih signifikan dan positif terhadap keefektifan tion. Kepemimpinan tersebut dapat menghasilkan
pemimpin, kepuasan bawahan dengan pemimpin, dan upaya (effort) dan kinerja seperti yang diharapkan;
upaya ekstra bawahan (Deluga, 1988; Bycio, Allen, & namun bila ditambah empat dimensi variabel
Hackett, 1995; Koh, Steers, & Terborg, 1995; Kirkpatric kepemimpinan tranformasional yaitu: charisma, inspi-
& Locke, 1996; Podsakoff, McKenzie, & Bommer, 1996; ration, intellectual stimulation, dan individualized
Sosik, 1997). Untuk lebih memperjelas, Bass dan Avolio Individualized consideration sebagai prediktor, akan
(1990) telah mengembangkan model, yaitu Mode l menghasilkan peningkatan hasil dan kinerja lebih dari
yang ditetapkan.

15
+

+
Jam STIE YKPN - Tri Heru Pengaruh Kepemimpinan Transaksional ......

Gambar 1
The Augmentation Model of Transactional and Transformational Leadership

TRANSFORMATIONAL LEADERSHIP

Intellectual Individualized
Charisma + Inspiration + +
Stimulation consideration

TRANSACTIONAL LEADERSHIP Heightened Motivation


s to attain designated
Expected
s

s
effort outcomes (extra effort)
Management by exception

+
s s

Contingent reward Expecdted Performance


performance beyond expectation

Sumber: Bass and Avolio (1990), hal 6.

Penelitian ini menguji augmentation effect, transaksional dan transformasional diberlakukan


dengan dimensi variabel transformasional ditambahkan sebagai variabel independen, dan keefektifan pemimpin,
sebagai prediktor ke dalam persamaan dimensi variabel kepuasan bawahan kepada pemimpin, serta upaya
transaksional, dalam menjelaskan variansi variabel ekstra bawahan diberlakukan sebagai variabel
keefektifan pemimpin, kepuasan bawahan dengan dependen, seperti ditunjukkan dalam gambar 2.
pemimpin, dan upaya ekstra bawahan. Dimensi variabel

16
Jam STIE YKPN - Tri Heru Pengaruh Kepemimpinan Transaksional ......

Gambar 2
Pengaruh Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional Terhadap Keefektifan Pemimpin,
Kepuasan Bawahan Kepada Pemimpin, dan Upaya Ekstra BawahanGender

Gender

TRANSACTIONAL

Contingent Reward Keefektifan


Pemimpin
Management by Exception

Kepuasan Bawahan
Kepada Pemimpin
TRANSFORMATIONAL

Charisma
Upaya Ekstra
Bawahan
Inspiration

Intellectual Stimulation

Individualized Consideration

Gambar 2 menunjukkan tiga tahapan pengujian Hipotesis


augmentation hypothesis dalam penelitian ini. Pertama,
dalam penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa gen- Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan
der berpengaruh pada karakteristik perilaku bahwa dengan menambahkan dimensi variabel
kepemimpinan (wanita lebih transformasional daripada transformasional sebagai prediktor dalam persamaan
pria) (Rosener, 1990; Komives, 1990; Sparrow & Rigg, transaksional, meningkatkan proporsi variansi yang
1993; Druskat, 1994; Alimo-Metcalve, 1995; Bass, dapat dijelaskan pada keefektifan pemimpin, kepuasan
Avolio & Atwater, 1996), maka dalam penelitian ini bawahan dengan pemimpin, dan upaya ekstra bawahan
gender difungsikan sebagai variabel kontrol. Pada melebihi yang dapat dijelaskan oleh dimensi variabel
tahap pertama, dilakukan pengujian pengaruh dimensi transaksional sendiri ( Bycio, Allen, & Hacket, 1995).
variabel gender (pria, wanita) terhadap variabel Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka dalam
dependen. Kedua, pengujian pengaruh demensi penelitian ini dapat disusun hipotesis sebagai berikut:
variabel gender dan dimensi variabel transaksional H1: Tambahan dimensi variabel kepemimpinan
terhadap variabel dependen. Ketiga, pengujian transformasional pada dimensi variabel
pengaruh dimensi variabel gender, dimensi variabel kepemimpinan transaksional akan dapat
transaksional, dan dimensi variabel transformasional menjelaskan proporsi variansi keefektifan
terhadap variabel dependen. pemimpin melebihi yang dapat dijelaskan oleh

17
Jam STIE YKPN - Tri Heru Pengaruh Kepemimpinan Transaksional ......

dimensi variabel kepemimpinan transaksional Emory, 1995), peneliti secara langsung menangani
sendiri. penyebarannya serta memberikan penjelasan singkat
H2: Tambahan dimensi variabel kepemimpinan sebelum responden menjawab pertanyaan dalam
transformasional pada dimensi variabel kuesioner.
kepemimpinan transaksional akan dapat
menjelaskan proporsi variansi kepuasan bawahan Definisi Variabel
kepda pemimpin melebihi yang dapat dijelaskan
oleh dimensi kepemimpinan transaksional sendiri. Variabel karakteristik kepemimpinan transaksional
H3: Tambahan dimensi variabel kepemimpinan
transformasional pada dimensi variabel Dimensi variabel yang disertakan dalam analisis
kepemimpinan transaksional akan dapat penelitian ini adalah sebagai berikut, yang didefinisikan
menjelaskan proporsi variansi upaya ekstra menurut Bass (1990a):
bawahan melebihi yang dapat dijelaskan oleh (1) Contingent reward adalah karakteristik
dimensi variabel kepemimpinan transaksional kepemimpinan yang menekankan pada pertukaran
sendiri. antara penghargaan dan upaya, penghargaan yang
dijanjikan hanya untuk kinerja yang baik, dan
METODE PENELITIAN penghargaan yang diberikan sebagai bentuk
pengakuan atas prestasi yang dicapai; (2) Active man-
Populasi dan Sampel agement by exception adalah kepemimpinan yang
menekankan pada upaya menemukan penyimpangan
Populasi dalam penelitian ini adalah pemimpin dari aturan atau standar, dan mengambil tindakan untuk
dan staf pengajar tetap di lembaga pendidikan tinggi memperbaiki penyimpangan yang terjadi; (3) Pasive
swasta. Metoda pengambilan sampel dalam penelitian management by exception adalah kepemimpinan yang
ini adalah purposive sampling. Sampel yang diambil menekankan pada upaya melakukan perbaikan hanya
adalah pimpinan dan staf pengajar tetap di 10 perguruan jika standar yang ditetapkan benar-benar tidak tercapai.
tinggi swasta Kopertis Wilayah V DIY yang memiliki Sesuai dengan penelitian terdahulu, dimensi variabel
bidang studi ekonomi. Untuk kepentingan analisis active management by exception dan pasive manage-
regresi, jumlah sampel yang baik adalah 10 kali atau ment by exception disatukan ke dalam satu dimensi
lebih jumlah variabel penelitian (Roscoe, 1975), jumlah variabel management by exception.
variabel dalam penelitian ini adalah 10, maka sampel
dalam penelitian ini adalah minimum100 staff pengajar Variabel karakteristik kepemimpinan
tetap yang tersebar di 10 PTS dan memberikan penilaian transformasional (Bass, 1990a):
pada pimpinannya masing-masing.
(1) Charisma adalah kepemimpinan yang dilandasi oleh
Pengumpulan Data visi dan misi yang masuk akal, mampu menimbulkan
kebanggaan, rasa hormat, dan kepercayaan
Data primer, diperoleh melalui penyebaran mul- bawahannya; (2) Inspiration adalah kepemimpinan
tifactor leadership quesionnaire (MLQ) kepada yang mampu mengkomunikasikan harapan yang tinggi,
responden. Informasi yang diperoleh melalui menggunakan simbol untuk memfokuskan upaya, dan
penyebaran MLQ tersebut adalah: (1) penilaian mengekspresikan tujuan penting dengan cara yang
responden terhadap karakteristik perilaku sederhana kepada bawahannya; (3) Intellectual stimu-
kepemimpinan transaksional dan transformasional lation adalah kepemimpinan yang mampu
pimpinannya, dan respon responden atas hasil meningkatkan intelegensi, rasionalitas, dan pemecahan
penilaiannya tersebut; dan (2) gender pimpinan yang masalah secara teliti kepada bawahannya; (4) Individu-
dinilai. Jumlah MLQ yang disebarkan 300 eksemplar. alized consideration adalah kepemimpinan yang mau
Untuk menghindari kelemahan survei surat ( Cooper & memberikan perhatian kepada bawahan secara pribadi

18
Jam STIE YKPN - Tri Heru Pengaruh Kepemimpinan Transaksional ......

dan individual, serta mau melakukan konsultasi dan saya meninjau persoalan lama dengan cara baru), indi-
pelatihan kepada bawahan secara pribadi dan indi- vidualized consideration, diukur dengan 10 item
vidual. pertanyaan (mis. pemimpin saya memberikan konsultasi
kepada siapapun yang membutuhkan). Semua ini diukur
Variabel keefektifan pemimpin, kepuasan bawahan dengan menggunakan MLQ yang dikembangkan oleh
kepada pemimpin, upaya ekstra bawahan Bass (1985), pertanyaan yang diajukan berkenaan
dengan seberapa sering pemimpin menunjukkan
(1) Keefektifan pemimpin adalah semua kewajiban yang karaktersitik perilaku sebagaimana digambarkan dalam
dilaksanakan pemimpin dapat dicapai dengan baik kuesioner, dengan menggunakan 5 skala poin dan skor
menurut penilaian bawahan; (2) Kepuasan bawahan sebagai berikut: 0 = tidak pernah; 1 = jarang; 2 = kadang-
kepada pemimpin adalah kesesuaian antara perilaku kadang; 3 = sering; dan 4 = selalu.
kepemimpinan yang diharapkan bawahan dan perilaku
kepemimpinan pemimpin; (3) Upaya ekstra bawahan Variabel dependen
adalah perilaku bawahan dalam melaksanakan tugas
kuwajibannya melebihi yang diharapkan manajemen. Variabel dependen terdiri dari tiga dimensi variabel: (1)
Variabel kontrol leader effectiveness, diukur dengan 4 item pertanyaan
Variabel kontrol adalah variabel lain yang (misal, sejauh mana keefektifan pemimpin dalam
mungkin ikut mempengaruhi variabel dependen dalam pertemuan yang diperlukan organisasi) yang dinilai
hubungannya dengan variabel independen (Sekaran, berdasarkan 5 skala poin (dari tidak efektif s/d ekstrem
1992). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, efektif) dan skor (dari 0 s/d 4); (2) follower satisfaction
menunjukkan bahwa perbedaan gender menghasilkan with the leader, diukur dengan 2 item pertanyaan (misal,
kecenderungan perilaku kepemimpinan yang berbeda secara keseluruh, sejauh mana kepuasan anda pada
(wanita cenderung lebih transformasional daripada superior anda) yang dinilai berdasarkan 5 skala poin
pria). Oleh karena itu, di dalam penelitian ini gender (dari sangat tidak puas s/d sangat puas) dan skor (dari
difungsikan sebagai variabel kontrol. 0 s/d 4); dan (3) follower extra effort, diukur dengan 3
item pertanyaan (misal. optimisme dan antosiasme saya
Pengukuran Variabel dapat meningkat karena sesuatu hal dari pemimpin saya)
yang dinilai berdasarkan 5 skala poin (dari tidak pernah
Variabel independen s/d selalu) dan skor (dari 0 s/d 4). Semua ini sesuai
dengan yang tertera dalam MLQ yang dikembangkan
Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari: (1) oleh Bass (1985).
kepemimpinan transaksional meliput dua dimensi
variabel, yaitu contingent reward, diukur dengan 7 item Variabel kontrol
pertanyaan (misal, pemimpin saya memberikan apa yang
saya inginkan sebagai penukar dari dukungan yang Variabel kontrol dalam penelitian ini hanya mencakup
saya berikan kepadanya), dan management by excep- satu dimensi variabel yaitu gender. Untuk kepentingan
tion, diukur dengan 6 item pertanyaan (misal, pemimpin pengukuran, maka variabel ini diperlakukan sebagai
saya selalu puas bila saya melaksanakan pekerjaan saya variabel dummy dengan memberikan nilai 1 untuk
dengan cara yang sama); (2) kepemimpinan pemimpin pria dan nilai 0 untuk wanita.
transformasional, yang meliput empat dimensi variabel,
yaitu charisma, diukur dengan 10 item pertanyaan ANALISIS DAN PEMBAHASAN
(misal, pemimpin saya membuat saya senang
bergabung dengannya), inspiration, diukur dengan 10 Sampel
item pertanyaan (misal, pemimpin saya menyampaikan
arti pentingnya tujuan dengan cara yang sederhana), Jumlah kuesioner yang disebarkan 300 eksemplar dan
intellectual stimulation, diukur dengan 10 item yang kembali 146 eksemplar (response rate 46 %), 21
pertanyaan (misal, pemimpin saya memperkenankan eksemplar tidak layak untuk diproses lebih lanjut,

19
Jam STIE YKPN - Tri Heru Pengaruh Kepemimpinan Transaksional ......

sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini 125 staf p > 0,05) pada variabel dependen. Dimensi variabel
pengajar tetap. Komposisi gender pemimpin yang transaksional secara simultan ditambahkan ke dalam
dinilai 66% pria, dan 34 % wanita. Pengalaman kerja persamaan regresi, hasilnya terjadi peningkatan yang
responden minimal 2 tahun, dan sebagian besar sarjana signifikan proporsi variansi yang dapat menjelaskan
ekonomi serta beberapa telah menyelesaikan program variabel dependen (D R square = 0.22; perubahan F =
studi strata dua. Pimpinan lembaga yang dinilai telah 11,14; p < 0,05). Selanjutnya, dimensi variabel
menduduki jabatannya minimal selama 2 tahun. transformasional secara simultan ditambahkan dalam
persamaan, hasilnya terjadi peningkatan secara
Hasil Analisis Reliabilitas signifikan proporsi variansi yang dapat dijelaskan pada
variabel dependen (D R square = 0,32; perubahan F =
Hasil analisis interkorelasi menunjukkan bahwa arah 8,42; p < 0,05). Hal ini konsisten dengan penelitian
hubungan antara dimensi variabel transformasional sebelumnya (Bycio, Allen, & Hackett, 1995). Hasil
dengan variabel dependen positif signifikan (p < 0,01), analisis mendukung hipotesis pertama (H1).
hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya
(Bycio, Allen, & Hackett, 1995). Arah hubungan antara Kepuasan bawahan pada pemimpin
contingent reward dengan variabel dependen positif
signifikan (p< 0,01), hasil ini juga konsisten dengan Gender dimasukkan ke dalam persamaan regresi,
penelitian sebelumnya ( Bass, 1985; Bass & Avolio, hasilnya menunjukkan tidak ada pengaruh secara
1990). Arah hubungan antara management by excep- signifikan atau variabel gender tidak dapat menjelaskan
tion dengan variabel dependen positif tidak signifikan. proporsi variansi pada variabel depeden (R square =
Sedangkan arah hubungan gender dengan variabel 0,00; p > 0,05). Dimensi variabel transaksional secara
dependen tidak signifikan. simultan ditambahkan dalam persamaan regresi,
Nilai koefisien reliabilitas pada setiap dimensi hasilnya terjadi peningkatan proporsi variansi yang
variabel atau nilai reliabilitas instrumen dalam penelitian dapat menjelaskan variabel dependen secara signifikan
ini adalah antara 0,83 dan 0,88 sehingga dapat dikatakan (D R square = 0,17; perubahan F = 8,39; p < 0,05).
baik karena lebih besar dari 0,7 (Sekaran, 1992). Secara Selanjutnya, dimensi variabel transformasional
keseluruhan hasil analisis reliabilitas ini terlampir). ditambahkan dalam persamaan secara simultan, hasilnya
Hasil Analisis Regresi Hirarkis terjadi peningkatan proporsi variansi yang dapat
Menurut Cohen dan Cohen (1975) dalam Seltzer dan dijelaskan pada variabel dependen secara signifikan
Bass (1990), analisis regresi hirarkis sangat berguna (D R square = 0,34; perubahan F = 8,88; p < 0,05). Hal
untuk menguji tambahan variansi yang dapat dijelaskan ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya
pada variabel dependen pada setiap penambahan (Bycio, Allen, & Hackett, 1995). Hasil analisis
variabel independen ke dalam persamaan. Penambahan mendukung hipotesis ke dua (H2).
beberapa dimensi variabel independen secara simultan
dapat membantu mengatasi masalah multikolinearitas Upaya ekstra bawahan
yang terjadi di antara variabel independen dalam
berinterkorelasi. Gender dimasukan ke dalam persamaan regresi,
Hasil pengujian hipotesis dengan analisis hasilnya tidak berpengaruh atau tidak dapat
regresi hirarkis yang dilakukan untuk setiap variabel menjelaskan proporsi variansi pada variabel dependen
dependen dapat dilihat pada lampiran artikel ini. secara singnifikan (R square = 0,01; p > 0,05). Dimensi
variabel transaksional ditambahkan dalam persamaan,
Keefektifan pemimpin hasilnya terjadi peningkatan proporsi variansi yang
dapat menjelaskan variabel dependen secara signifikan
Gender dimasukkan ke dalam persamaan regresi (D R square = 0,15; perubahan F = 7,24; p < 0,05).
hasilnya tidak berpengaruh secara signifikan atau tidak Selanjutnya, dimensi variabel transformasional
dapat menjelaskan proporsi variansi (R square = 0,00; ditambahkan dalam persamaan regresi, hasilnya terjadi

20
Jam STIE YKPN - Tri Heru Pengaruh Kepemimpinan Transaksional ......

peningkatan proporsi variansi yang dapat dijelaskan perbedaan kultur dari sampel penelitian (perawat di
pada variabel dependen secara signifikan (D R square Amerika dan staf pengajar di Indonesia). Perbedaan
= 0,45; perubahan F = 17,24; p < 0,05). Hal ini konsisten kultur memungkinkan terjadinya persepsi yang tidak
dengan penelitian sebelumnya (Bycio, Allen, & bisa membedakan setiap item pertanyaan yang diajukan
Hackett, 1995). Hasilnya mendukung hipotesis ke tiga atau setiap item pertanyaan yang diajukan tidak ada
(H3). Secara keseluruhan hasil analisis regresi hirarkis bedanya satu sama lain (perawat Amerika bisa
ini terlampir. membedakan setiap item pertanyaan yang diajukan,
sedangkan staf pengajar Indonesia tidak bisa
Pembahasan membedakan) (Koh, Steers, & Terborg, 1995). Dengan
kata lain, perbedaan kultur menyebabkan perbedaan
Konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya (Bycio, bobot penilaian terhadap satu atau lebih dimensi
Allen, & Hackett, 1995). Hasil penelitian ini menunjukkan variabel yang sama (Kuchinke, 1999). Kedua menurut,
bahwa dimensi variabel transformasional menghasilkan hasil penelitian sebelumnya (Seltzer, Numerof, & Bass,
augmentation effect dimensi variabel transaksional 1989 dalam Seltzer & Bass, 1990), intellectual stimula-
terhadap variabel dependen secara signifikan. Hal ini tion sangat erat kaitannya dengan charisma, dan
berarti bahwa pemimpin PTS yang hanya berperilaku mengandung arti pemimpin menekan bawahan untuk
transformasional dalam kepemimpinannya, dinilai oleh menggunakan alasan pendukung yang rasional dan
bawahannya (lecturer) lebih efektif, lebih memuaskan, riil dalam berpendapat, sehingga dimungkinkan
dan lebih mampu menimbulkan upaya ekstra menimbulkan pengalaman yang negatif bagi bawahan
bawahannya tersebut daripada yang berperilaku dan menimbulkan hubungan pengaruh yang negatif
transaksional dalam kepemimpinannya. Implikasi yang terhadap variabel dependen.
muncul kemudian adalah: dapatkah ketrampilan Hasil pengujian hipotesis ketiga menunjukkan
kepemimpinan transformasional itu dilatih dan hubungan pengaruh dimensi transaksional dalam
digunakan sebagai dasar seleksi calon pemimpin? (Koh, penelitian ini adalah positif tidak signifikan terhadap
Steers, & Terborg, 1995; Bass, 1990a; Parry, 2000). variabel dependen. Hasil ini konsisten dengan hasil
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya (Howell & penelitian sebelumnya (Bycio, Allen, & Hackett, 1995).
Frost, 1989; Bass, 1990a; Parry, 2000) menunjukkan
bahwa ketrampilan itu dapat dilatih dan dapat SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI
digunakan sebagai dasar seleksi calon pemimpin.
Pengaruh gender terhadap variabel dependen Simpulan
adalah negatif tidak signifikan terhadap keefektifan
pemimpin, dan kepuasan bawahan kepada pemimpin, Tujuan utama penelitian ini adalah menguji augmenta-
serta positif tidak signifikan terhadap upaya ekstra tion hypothesis yang menyatakan bahwa, dengan
bawahan. Artinya peran gender sebagai prediktor menambahkan dimensi variabel transformasional ke
relatif sangat kecil yang kemungkinan disebabkan oleh: dalam persamaan dimensi variabel transaksional akan
(1) kultur yang tidak mempersoalkan gender dalam menjelaskan proporsi variansi keefetifan pemimpin,
kepemimpinan; dan (2) jumlah sampel pemimpin wanita kepuasan bawahan kepada pemimpin, dan upaya ekstra
yang relatif sedikit, sehingga tidak mampu bawahan melebihi yang dapat dijelaskan oleh dimensi
mencerminkan hasil yang konsisten dengan penelitian variabel transaksional sendiri. Hasil analisis penelitian
sebelumnya. ini mendukung augmentation hypothesis tersebut.
Pada hasil penelitian ini, terdapat dimensi Jadi, meskipun pada masa yang lalu pendekatan
variabel transformasional yang tidak konsisten dengan transaksional mendominasi pengukuran perilaku
penelitian sebelumnya, yaitu (1) hubungan pengaruh kepemimpinan, namun hasil penelitian ini mendukung
charisma terhadap varaibel dependen yang positif arti pentingnya penambahan dimensi variabel
tidak signifikan; (2) hubungan pengaruh intellectual transformasional untuk memprediksi dan memahami
stimulation terhadap variabel dependen yang negatif kepemimpinan secara lebih baik.
signifikan. Kemungkinan penyebabnya adalah pertama,

21
Jam STIE YKPN - Tri Heru Pengaruh Kepemimpinan Transaksional ......

Keterbatasan berperilaku transformasional dalam kepemimpinannya,


akan lebih efektif, lebih memuaskan bawahan, dan lebih
Menurut Seltzer dan Bass (1990), di dalam organisasi, mampu menimbulkan upaya ekstra bawahan dalam
seorang pemimpin di samping berpengaruh pada melaksanakan tanggung jawabnya.
bawahan sebagai individu juga berpengaruh pada Implikasi hasil penelitian ini terhadap penelitian
bawahan sebagai kelompok. Metoda yang digunakan mendatang dalam topik yang sama adalah bahwa: 1)
dalam penelitian ini mengasumsikan hubungan beberapa item pertanyaan dalam MLQ memiliki
pengaruh antara pemimpin dan bawahan sebagai pengertian yang ambigu, khususnya dalam konteks
kelompok, tidak mencakup hubungan pengaruh antara lintas kultural, sehingga satu item pertanyaan di dalam
pemimpin dan bawahan sebagai individu. Penelitian satu dimensi variabel dapat dipersepsikan sama dengan
yang akan datang sebaiknya dilengkapi dengan metoda satu item pertanyaan di dalam dimensi variabel yang
yang dapat menjelaskan hubungan pengaruh antara lain oleh responden (Koh, Steers, & Terborg, 1995); 2)
pemimpin dan bawahan sebagai individu, hal ini penting metoda yang digunakan dalam penelitian yang akan
untuk menghindari adanya bias persepsi terhadap hasil datang hendaknya dilengkapi dengan metoda yang
penelitian. dapat menjelaskan hubungan pengaruh pemimpin dan
Penelitian ini dilakukan di dalam organisasi non- bawahan sebagai individu untuk menghindari adanya
profit (PTS) dan bawahan yang dimaksudkan adalah bias persepsi terhadap hasil penelitiannya.
karyawan edukatif (staf pengajar) saja, sehingga Implikasi hasil penelitian ini terhadap pelatihan,
hasilnya tidak dapat digeneralisasikan pada organisasi pengembangan, dan seleksi calon pemimpin adalah
yang mencari laba dan bawahan secara keseluruhan bahwa orientasi dan paradigma pelatihan dan
(baik edukatif maupun nonedukatif). pengembangan kepemimpinan, serta seleksi calon
pemimpin bergeser ke arah kepemimpinan
Implikasi tarnsformasional. Karena, ketrampilan kepemimpinan
transformasional dapat diajarkan dan digunakan
Implikasi hasil penelitian ini terhadap kepemimpinan sebagai dasar seleksi (Howel & Forst, 1989; Bass,
adalah bahwa seorang pemimpin yang lebih cenderung 1990a; Parry, 2000).

REFERENSI ship ratings. Paper presented at the


national meeting of the Academy of
Avolio, B.J., Waldman, D.A., & Einstein, W.O. Management, Anaheim, CA.
1988. Transformational leadership in a
management games simulation: Impacting the Algifari, 2000. Analisis regresi: Teori, kasus,
bottomm line. Group & Organization dan solusi, ed. 2. Yogyakarta: BPFE
Studies, 13 : 59-80.
Alimo-Metcalfe, B. 1995. An investigation of
Avolio, B.J., Bass, B.M. 1987. Charisma and female and male constructs of leadership
beyond. In J. G. Hunt, B.R., Baliga, H.P., and empowerment. Women in Management Re-
Dachler, & C.A. Schriesheim. Ed. Emerg- view, 10: 3-8.
ing leadership vitas. Boston: Lexington
Books. Bass, B.M. 1990a. From transactional to trans-
formational leadership:Learning to share
Avolio, B.J., Bass, B.M. 1988. An alternative the vision. Journal of Organization Dynamics,
strategy for reducing biases in leader 18 : 19-31.

22
Jam STIE YKPN - Tri Heru Pengaruh Kepemimpinan Transaksional ......

Bass, B.M. 1990b. Transformational Leadership: Cardona, P. 2000. Transcendental leadership.


Beyond Initiation and Consideration. Leadership & Organization Develop-
Journal of Management, 16: 693 ment Journal, 21 : 1-8.

Bass, B.M. 1985. Leadership and performance Crouch, A. G., & Yetton, P. 1987. Manager be-
beyond expectation. New York: Free havior, leadership style, and subordinate
Press. performance: An empirical extension of
the Vroom-Yetton conflict rule.
Bass, B.M., & Avolio, B.J. 1994. Improving or- Organizational Behavior and Human
ganizational effectiveness through Decision Processes, 19: 384-396.
transformational leadership. Thou-
sand Oaks, CA: Sage. Conger, J. A., & Kanungo, R. 1987. Toward a
behavioral theory of charismatic leader-
Bass, B.M., Avolio, B.J., & Atwater, L.E. 1996. ship in organizational settings. Acad-
The transformational and transactional emy of Management Review, 12: 637-647.
leadership of men and women. Journal
of Applied Psychology: An Interna- Dubinsky, A.J., Yammarino, F.J., & Jolson, M.A.
tional Review, 45: 5-34. 1995. An Examination of linkages be-
tween personal characteristics and di-
Bass, B. M. 1998. Transformational leadership: mensions of transformational leadership.
Industrial, military, and educational Journal of Business and Psychology, 9 :
impact. Mahwah, New Jersey: LEA. 315-335.

Bass, B. M., & Avolio, B. J. 1990. Transforma- Deluga, R.J. 1988. Relationship of transforma-
tional leadership development: Manual tional and transactional leadership with
for the multifactor leadership question- employee influencing strategies. Group
naire. Palo Alto, California: Consulting & Organization Studies, 13 : 456-467.
Psychologists Press, Inc.
Druskat, V.U. 1994. Gender and leadership style:
Behling, O., & McFillen, J.M. 1996. A Syncretical Transformational and transactional lead-
model of charismatic/transformational ership in the Roman Catholic Church.
leadership. Group & Organization Leadership quarterly, 5 : 99-119.
Management, 21: 163-191.
Dansereau, F., Graen, G., & Hage, W.J. 1975. A
Burns, J.M. 1978. Leadership. New York: Harper vertical dyad linkage approach to lead-
& Row. ership in formal organization. Organi-
zational Behavior and Human Perfor-
Bycio, P., Allen, J. S., & Hackett, R. D. 1995. mance, 13: 46-78.
Further assessment of Bass’s (1985)
conceptualization of transactional and Downton, R. J. 1973. Rebel Leadership: Com-
transformational leadership. Journal of mitment and charisma in a revolution-
Applied Phychology, 80 : 468-478. ary process. New York: Free Press.

Cooper, D.R. & C. William Emory. 1995. Busi- Direktorat Perguruan Tinggi Swasta.1998/1999.
ness Research Methodes.Fifth Edition. Direktorat Perguruan Tinggi Swasta
Chicago: Richard D. Irwin, Inc.

23
Jam STIE YKPN - Tri Heru Pengaruh Kepemimpinan Transaksional ......

Indonesia. Jakarta: Departemen behavior. Academy of management Re-


Pendidikan dan Kebudayaan RI. view, 4: 249-257.

Evans, M.G. 1974. Extensions of a path-goal Graen, G., Orris, J.B., & Alvares, K.M. 1971. Con-
theory of motivation. Journal of Applied tingency model of effectiveness: Some
Psychology, 59: 172-178. experimental results. Journal of Applied
Psychology, 55: 196-201.
Fleishman, E.A., & Harris, E.P. 1962. Patterns of
leadership behavior related to employee Huges, Ginnett, & Curphy. 1999. Leadership:
grievances and turnover. Journal of Per- Enhancing the lessons of experience.
sonnel Psychology, 15: 43-56. Boston: Mcgraw-Hill, Inc.

Fiedler, F.E. 1964. A contingency model of lead- Haddock, C.C. 1989. Transformational leader-
ership effectiveness. In L. Berkowitz ship and the employee discipline pro-
(Ed.). Advances in experimental social cess. Hospital & Health Services Ad-
psychology, Vol. 1. New York: Academic ministration Journal, 34 : 185-194.
Press.
Hollander, E.P. 1978. Leadership Dynamics: A
Fiedler, F.E. 1967. A theory of leadership effec- Practical Guide to Effective Relation-
tiveness. New York: McGraw-Hill. ship. New York: Free Press.

Fiedler, F. E. 1978. The contingency model and House, R. J. 1971. A path-goal theory of leader
the dynamics of the leadership process. effectiveness. Administrative Science
In L. Berkowitz (Ed.). Edvances in ex- Quarterly, 16: 321-339.
perimental social psychology. Vol. 11.
New York: Academic Press. House, R. J., & Dessler, G. 1974. The path-goal
theory of leadership: Some post hoc and
Filley, A. C., House, R. J., & Kerr, S. 1976. Mana- priori tests. In J. Hunt & L. Larson (Eds.).
gerial process and organizational be- Contingency approaches to leadership.
havior. 2nd ed. Gleview, Ill.: Scott, Carbondale Ill.: Southern Illinois Press.
Foresman.
House, R. J., & Mitchell, T. R. 1974. Path-goal
Field, R. H. G., Read, P. C., & Louviere, J. J. 1990. theory of leadership. Journal of con-
The effect of situation attributes on de- temporary Business. 3: 81-97.
cision making choice in the Vroom-Jago
model of participation in decision mak- House, R. J. 1977. A 1976. Theory of charis-
ing. Leadership Quarterly, 1: 165-176. matic leadership. In J. G. Hunt & L. L.
Larson (Eds.). Leadership: The cutting
Field, R. H. G., Wedley, W. C., & Hayward, M. edge. Carbondale, Ill.: Southern Illinois
W. J. 1989. Criteria used in selecting University Press.
Vroom-Yetton decision styles. Cana-
dian Journal of Administrative Science, Howell, J.M. & Frost, P. 1989. A laboratory study
6 : 18-24. of charismatic leadership. Organiza-
tional Behavior and Human Decision
Field, R. H. G. 1979. A critique of the Vroom- Processes, 43: 243-269.
Yetton contingency model og leadership

24
Jam STIE YKPN - Tri Heru Pengaruh Kepemimpinan Transaksional ......

Ichikawa, A., 1993. Leadership as a form of cul- Kuchinke, P.K. 1999. Leader and culture: Work-
ture: Its present and future state in Ja- ralated value and Leadership style
pan. International Review of Strate- among one company’s U.S. and German
gic Management Journal, 11: 473-480. telecommunication employees. Human
Resource Development Quarterly, 10 :
Invik, J. 1986. Path-goal theory of leadership: A 135-154.
metta-analysis. Procedings, Academy of
Management, Chicago, 189-192. Komaki, J.L. 1986. Toward effective supervision:
An operant analysis and comparison of
Jung, D.I., & Avolio, B.J. 1999. Effects of lead- managers at work. Journal of Applied
ership style and followers’ cultural ori- Psycholog, 71: 270-279.
entation on performance in group and
individual task conditions. Academy of Kerr, S., & Harlan, A. 1973. Predicting the ef-
Management Journal, 42 : 208-218. fects of leadership training and experi-
ence from the contingency model: Some
Kelloway, E.K. & Barling, J. 2000. What we have remaining problems. Journal of Applied
learned about developing transforma- Psychology, 57: 114 -117.
tional leaders. MCB Leadership & Or-
ganization Development Journal, 21: 1- Lim Bernard, 1997. Transformational leadership
10. in the UK management culture.
Leaderrship & Organization Develop-
Komives, S.R. 1991. The relationship of hall di- ment Journal, 18 : 1-6.
rectors transformational and transac-
tional leadership to select resident Luthans, F., Paul, R., & Baker, D. 1981. An ex-
assistent outcomes. Journal of College perimental analysis of the impact of con-
Student Development, 32: 509-15. tingent reinforcement on salesperson
performance behavior. Journal of Ap-
Koh, W.L., Steers, R.M., & Terborg, J.R. 1995. plied Psycholog, 66: 314-323.
The effects of transformational leader-
ship on teacher attitudes and student Likert, R. 1961. New patterns of management.
performance in Singapore. Journal of Or- New York: McGraw-Hill.
ganizational Behavior, 16: 319-333.
Likert, R. 1967. The human organization: Its
Kudisch, J.D., Poteet, M.L., Dobbins, G.H., management and value. New York:
Rush, M.C., & Russell, J.E.A. 1995. Ex- McGraw-Hill.
pert power, referent power, and charisma:
Toward the resolution of a theoretical Mayer, G.A., Brown, T.S.J., Browne, M.N., &
debate. Journal of Business Psychology, Kubasek, N. 1998. Do we really want
10 : 177-195. more leaders in business? Jurnal of Busi-
ness Ethic, 17: 1727-1736.
Kirkpatrick, S.A., & Locke, E.A. 1996. Direct and
indirect effects of three corecharismatic McClelland, D.C. 1975. Power: The inner expe-
leadership components on performance rience. New York: Irvington.
and attitudes. Journal of Applied Psy-
chology, 81 : 36-51.

25
Jam STIE YKPN - Tri Heru Pengaruh Kepemimpinan Transaksional ......

McClelland, D.C., & Boyatzis, R.E. Leadership Podsakoff, P.M., Mackenzie, S.B., & Bommer,
motive pattern and long-term success W.H. 1996. Transformational leader be-
in management. Journal of Applied Psy- haviors and substitutes for leadership
chology, 67: 737-743. as determinants of employee satisfac-
tion, commitment, trust, and organiza-
McClelland, D.C., & Burnham, D.H. 1976. Power tional citizenship behavior. Journal of
is the great motivator. Harvard Business Management, 22 : 259-298.
Review, 54: 100-110.
Podsakoff, P.M., Todor, W.D., & Skov, R. 1982.
Masi, R. J., & Robert, A. C. 2000. Effects of trans- Effects of leader contingent reward and
formational leadership on subordinate punishment behavior on subordinate
motivation, empowering norms, and or- performance and satisfaction. Academy
ganizational productivity. International of Management Journal, 25: 810-821.
Journal of Organizational Analysis, 8 :
16-47. Pfeffer, J. 1977. The Ambiguity of leadership.
Academy of Management Review, 2 : 104
Metcalfe, R. J., & Metcalfe, B. A. 2000. The -12.
transformational leadership question-
naire (TLQ-LGV): a convergent and dis- Parry, K. 2000. Does leadership help the bottom
criminant validation study. MCB Lead- line? New Zealand Management, 47: 38-
ership & Organizational Development 41.
Journal, 21 : 1-20.
Roach, C.F., and Behling, O. 1984. Functional-
Nelson, D. L., & Quick, J. C. 1997. Organiza- ism: Basis for an alternate approach to
tional behavior: foundations, realities, the study of leadership. In Leaders
and challenges. 2nd ed. New York: West and Managers: International Perspec-
Publishing Company. tives on Managerial Behavior and
Leadership. ed. Hunt, J.G. New York:
Niehoff, B.P., Enz, C.A., Grover, R.A. 1990. The Pergamon.
impact of top management action on
employee attitudes and perceptions. Rosener, J. 1990. Ways woman lead. Harvard
Group & Organization Studies, 15 : 337- Business Review, 68: 119-225.
352.
Rice, R. W. 1978. Construct validity of the least
Osborn, R. N. 1974. Discussant comments. In J. preferred coworker score. Psychologi-
G. Hunt & L. L. Larson (Eds.). Contin- cal Bulletin, 85: 1199-1237.
gency approach to leadership.
Carbondale, Ill.: Southern Illinois Uni- Roscoe, J. T. 1973. Fundamental research sta-
versity Press. tistics for the behavioral sciences. 2nd
ed. New York: Holt, Rinehart and Win-
Parry, K. 2000. Does leadership help the bottom ston.
line? New Zealand management.
Auckland, 47 : 38-41. Sparrow, J. and Rigg, C. 1993. Job analysis: Se-
lecting for the masculine approach to
management. Selection and Develop-
ment Review, 9 : 5-8.

26
Jam STIE YKPN - Tri Heru Pengaruh Kepemimpinan Transaksional ......

Sosik, J.J. 1997. Effect of transformational lead- Szilagyi, A. D., & Wallace, M. J., Jr. 1990. Orga-
ership and anonymity on idea genera- nizational behavior and performance.
tion in computer-mediated groups. New York: HarperCollins.
Group & Organization Management,
22: 460-487.
Tracey, B.J., & Hinkin, T.R. 1998. Transforma-
Sekaran, U. 1992. Research methods for busi- tional leadership or effective managerial
ness: a Skill building approach, 2nd practices. Group & Organization Man-
ed. New York: John Wiley & Sons, Inc. agement, 23 : 220-236.

Seltzer, J., & Bass, B.M. 1990. Transformational Takala, T. 1998. Plato on leadership. Journal of
leadership: Beyond initiation and con- Business. Journa of Business Ethics, 17:
sideration. Journal of Management, 16 785-798.
: 693-703.
Vroom, V. H., & Jago, A. G. 1988. The new lead-
Stogdill, R.M. 1974. Handbook of leadership: ership: Managing participation inor-
A survey of the leterature. New York: ganizations. Englewood Cliffs, N. J.:
Free Press. Prentice-Hall.

Stogdill, R.M. 1948. Personal factors associated Vroom, V. H., & Yetton, P. W. 1973. Leadership
with leadership: A survey of the litera- and decision making. Pittsburgh: Uni-
ture. Journal of Psychology, 25: 35-71. versity of Pittsburgh Press.

Steers, R.M., Porter, L.W., & Bigley, G.A. 1996. Weber, M. 1947. The theory of social and eco-
Motivation and Leadership at Work, 6th nomic organization. New York: Free
ed. New York: McGraw-Hill, Inc. Press.

Schriesheim, C. A., & Kerr, S. 1977. Theories Yukl, G. 1989. Managerial leadership: A review
and measures of leadership: A critical of theory and research. Journal of Man-
appraisal. In J. G. Hunt & L. L. Larson agement, 15 : 251-289.
(Eds.). Leadership: The cutting edge.
Carbondale, Ill.: Southern Illinois Uni- Yukl, G. 1994. Leadership in organization. 3d
versity Press. ed. Englewood Cliffs, N. J.: Prentice-Hall.

Schriesheim, C. A., Bannister, B. D., & Money. Zaleznik, A. 1977. Managers and leaders: Are
1979. Psychometric properties of the they different? Harvard Business Re-
LPC scale: An extension of Rice’s review. view, 54: 67-78.
Academy of Management Review, 4: 287-
290.

27
Jam STIE YKPN - Tri Heru Pengaruh Kepemimpinan Transaksional ......

LAMPIRAN

Analisis Reliabilitas
Interkorelasi, Mean & Standar Deviasi, Reliabilitas

M SD 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Alpha
Gen 0,66 0,48 1,00
Conr 2,07 0,79 0,22 1,00 0,85
Mbe 2,26 0,66 0,01 0,45* 1,00 0,88
Char 2,55 0,62 0,06 0,29 -0,16 1,00 0,85
Inspi 2,38 0,75 0,13 0,40* 0,04 0,58* 1,00 0,83
Intst 2,48 0,73 0,03 0,36* 0,01 0,67* 0,70* 1,00 0,84
Indc 2,45 0,71 0,08 0,47* 0,12 0,51* 0,73* 0,63* 1,00 0,83
LE 2,26 0,64 -0,00 0,46* 0,19 0,36* 0,57* 0,37* 0,69* 1,00 0,84
FS 2,45 0,75 0,03 0,40* 0,08 0,40* 0,57* 0,36* 0,67* 0,71* 1,00 0,84
EE 2,36 0,76 0,11 0,40* 0,13 0,43* 0,63* 0,45* ),76* 0,75* 0,71* 1,00 0,83

*) p < 0,01 Gen = gender Inspi = inspiration


Conr = contingent reward Inst = intellectual stumulation
Mbe = management by exception Indc = individualized consideration
Char = charisma FS = follower satisfaction with the leader
LE = leader effectiveness EE = follower extra effort

28
Jam STIE YKPN - Tri Heru Pengaruh Kepemimpinan Transaksional ......

Analisis Regresi Hirarkis


Hasil Analisis Regresi Hirarkis: Pengujian Augmentation Hypothesis

Leader Effectiveness Follower Satisfaction Follower Extra Effort


Variabel Beta T P val Beta t P val Beta t P val

Tahap 1
Gender -0,00 -0,03 0,98 0,04 0,31 0,76 0,17 1,20 0,23
R square 0,00 0,00 0,01
F 0,00 0,98 0,01 0,76 1,43 0,23

Tahap 2
Gender -0,02 -0,16 0,88 0,03 0,23 0,82 0,16 1,19 0,24
Cont rew 0,39 5,29 0,00 0,43 4,91 0,00 0,42 4,69 0,00
Man by ex -0,03 -0,32 0,75 -0,15 -1,37 0,17 -0,08 -0,09 0,43
R square 0,22 0,17 0,16
Δ R squar 0,22 0,17 0,15
F 11,1 8,40 8,67
ΔF 11,1 0,00 8,39 0,00 7,24 0,00

Tahap 3
Gender -0,01 -1,14 0,26 -0,06 -0,57 0,57 0,06 0,67 0,50
Cont rew 0,12 1,85 0,07 0,11 1,43 0,16 0,03 0,43 0,67
Man by ex 0,05 0,70 0,48 0,03 -0,37 0,71 0,05 0,64 0,52
Charisma 0,05 0,49 0,63 0,14 1,24 0,22 0,13 1,29 0,20
Inspiration 0,21 2,34 0,02 0,28 2,59 0,01 0,22 2,24 0,03
Intelec sti -0,22 -2,24 0,02 -0,31 -2,92 0,04 -0,21 -2,19 0,03
Indivi cons 0,52 5,84 0,00 0,58 5,41 0,00 0,70 7,25 0,00
R square 0,54 0,51 0,61
Δ R square 0,32 0,34 0,45
F 19,6 17,3 26,2
ΔF 8,42 0,00 8,80 0,00 18,1 0,00
Tingkat signifikansi = 0,05

29
Jam STIE YKPN - Eko Widodo Lo Filsafat Ilmu Sebagai Dasar ......

ABSTRACT

Small businesses in Indonesia have already proved


FILSAFAT ILMU SEBAGAI that
DASAR DAN ARAH
ANALISIS PENGARUH
PENGEMBANGAN TEKANAN
AKUNTANSI KETAATAN
MENUJU KE ARAH
TERHADAP JUDGMENT AUDITOR
PENINGKATAN KUALITAS PROFESI AKUNTAN
1)
Hansiadi Yuli Hartanto
Eko Widodo Lo *) 2)
Indra Wijaya Kusuma

ABSTRAK dalam kedua pendekatan tersebut (5) setiap aliran dalam


filsafat mempunyai peluang untuk digali dan
Filsafat ilmu menyediakan metoda berpikir bagi dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu akuntansi,
pengembangan ilmu pengetahuan sehingga dan (6) pemahaman dan penguasaan metode berpikir
pemanfaatan filsafat ilmu untuk pengembangan ilmu filsafati menjadi suatu keharusan bagi para akuntan
akuntansi adalah penting. Setiap aliran filsafat dapat peneliti karena merekalah yang diharapkan mampu
digali untuk pengembangan ilmu akuntansi karena mengembangkan ilmu akuntansi.
setiap aliran mempunyai pola pemikiran masing-masing.
Sistematika pembahasan dalam analisis hubungan PENDAHULUAN
filsafat dengan pengembangan ilmu akuntansi meliputi
pendahuluan, pragmatisme dalam akuntansi, metafisika Filsafat ilmu adalah salah satu cabang ilmu filsafat yang
pragmatisme dalam akuntansi, empirisme dalam merupakan pengembangan dari filsafat pengetahuan.
akuntansi, positivisme dalam akuntansi, analisis Filsafat ilmu bukanlah sekedar suatu metode penelitian
interpretatif dan kritikal dalam akuntansi, serta diakhiri atau tata cara penulisan ilmiah, namun merupakan dasar
dengan simpulan. Simpulan-simpulan pembahasan dan arah pengembangan ilmu pengetahuan. Filsafat
meliputi (1) pragmatisme sangat dominan ilmu membahas empat bidang yaitu:
mempengaruhi akuntansi yang berkiblat ke Amerika 1. Ontologi, yang membahas apakah ilmu itu atau
Serikat, (2) empirisme mempunyai tempat dalam hakekat apa yang dipelajari.
akuntansi karena bahan baku akuntansi adalah fakta 2. Epistemologi adalah berbagai sumber ilmu
atau empiri berupa transaksi-transaksi ekonomi, (3) pengetahuan, sarana, tata cara, dan tolok ukur
positivisme mempunyai peluang untuk pengetahuan ilmiah. Epistemologi merupakan tata
menyumbangkan pola pemikirannya dalam cara untuk memperoleh pengetahuan ilmiah.
pengembangan akuntansi, walaupun penggunaan 3. Aksiologi yaitu tata nilai yang seharusnya ditaati
istilah positif dalam teori akuntansi positif tidak ketika mengembangkan dan menerapkan ilmu
mencerminkan arti positif dalam positivisme, (4) pengetahuan.
pendekatan interpretatif dan kritikal dapat menjadi 4. Strategi pengembangan ilmu, yang meliputi tiga
pertimbangan untuk penelitian-penelitian akuntansi strategi, yaitu:
yang sesuai dengan karakteristik obyek dan metode

*)
Drs. Eko Widodo Lo, SE., M.Si., Akuntan adalah Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta dan kandidat Doktor Akuntansi pada
program Doktor Akuntansi Program Pasca Sarjana UGM.

1
Jam STIE YKPN - Eko Widodo Lo Filsafat Ilmu Sebagai Dasar ......

a. Ilmu berkembang dalam konteks. Ajaran pragmatisme secara ringkas dapat


b. Ilmu lebur dalam konteks. dinyatakan dalam formula bahwa kebenaran adalah apa
c. Ilmu dikembangkan untuk peningkatan harkat yang membawa hasil (Gallagher, 1994: 123-129). Suatu
manusia. pertimbangan dapat dinyatakan benar jika
Filsafat ilmu menyediakan metode berpikir dan penggunaannya memberikan hasil yang bermanfaat,
meletakkan dasar untuk pengembangan ilmu dan pertimbangan tersebut adalah salah jika
pengetahuan. penggunaannya memberikan hasil yang merugikan.
Akuntansi merupakan ilmu yang baru Pragmatisme sebagai pandangan hidup mengandung
berkembang pesat sejak awal abad 20 terutama di unsur ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ajaran
Amerika Serikat. Akuntansi di indonesia saat ini masih tersebut menyebabkan para penganut pragmatisme
berkiblat ke Amerika Serikat walaupun Standar lebih memperhatikan praktik. Mereka memandang
Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan IAI (1994) kehidupan manusia sebagai suatu perjuangan yang
tampaknya mengacu pada International Accounting terus menerus dan di dalamnya yang paling penting
Standards (IAS). Aliran filsafat pragmatisme lahir dan adalah konsekuensi-konsekuensi yang bersifat praktis
berkembang pesat di Amerika Serikat sehingga dapat (Kattsoff, 1996: 129-134). Apabila sesuatu tidak
diduga bahwa akuntansi produk Amerika Serikat sangat menimbulkan konsekuensi praktis maka tidak ada
dipengaruhi oleh pragmatisme. Selain pragmatisme makna yang dikandungnya sehingga dapat disimpulkan
terdapat aliran-aliran lain yang dapat memberikan apa yang tidak mengakibatkan perbedaan maka tidak
sumbangan untuk pengembangan ilmu akuntansi dan mengandung makna.
kualitas akuntan karena hampir semua aliran filsafat Pragmatisme memandang filsafat sebagai alat
mempunyai suatu metode berpikir yang mungkin dapat untuk menolong manusia dalam hidupnya sehari-hari
digunakan dalam pengembangan ilmu akuntansi. maupun dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan
Pembahasan berikutnya meliputi hubungan filsafat mewujudkan dunia teknik (Mudji Sutrisno,1993: 91-99).
dengan akuntansi yaitu pragmatisme dalam akuntansi, Untuk segala hal bukan pendapat atau hipotesis yang
metafisika pragmatisme dalam akuntansi, empirisme penting, namun yang penting adalah praktik dalam
dalam akuntansi, positivisme dalam akuntansi, analisis hidup manusia. Ilmu pengetahuan, anggapan hidup,
interpretatif dan kritikal dalam akuntansi, dan diakhiri dan filsafat dinilai berdasarkan akibat dan manfaatnya
dengan simpulan. bagi kehidupan manusia. Teori atau hasil pemikiran
menjadi alat yang berguna jika memungkinkan
PRAGMATISME DALAMAKUNTANSI timbulnya pengalaman yang ikut mengembangkan
kehidupan manusia dalam praktik pelaksanaannya.
Pragmatisme Pragmatisme mengkritik rasionalisme, idealisme,
dan materialisme karena tidak mampu memberikan
Pragmatisme merupakan suatu aliran filsafat kegunaan secara langsung yang bersifat praktik bagi
kontemporer yang lahir di Amerika Serikat. Tokoh yang kehidupan manusia. Pragmatisme mengkritik empirisme
menjadi cikal bakal dan peletak dasar aliran pragmatisme yang hanya memperhatikan masalah-masalah
adalah Charles Sanders Pierce (1839-1914). Pragmatisme pengalaman namun tidak berhasil memberikan solusi
dikembangkan dan dipopulerkan oleh sahabat Pierce, terhadap masalah-masalah yang ada. Pragmatis
yaitu William James (1824-1910) dan kemudian John menggambarkan berbagai corak yang memiliki
Dewey (1859-1952). Nama pragmatisme pertama kali persamaan berikut ini:
dikenalkan oleh William James dengan tiga bukunya 1. Manusia merupakan mahluk yang aktif dan kreatif
(Delfgauw, 1972:60-66) yaitu Pragmatisme (1907), A dalam membentuk dunianya.
Pluralistic Universe (1909), dan Essay in Radical 2. Manusia selalu memadukan kebenaran dan nilai.
Empirism (1912). James menyebut aliran ini Perpaduan ini menjadi dasar untuk konsekuensi
pragmatisme, atau empirisme radikal, dan juga pluralime. yang praktis bagi kehidupan manusia.
Dewey mempunyai gaya yang berbeda dari James. 3. Kebenaran merupakan sesuatu yang bermanfaat,
Dewey menggunakan prinsip naturalisme empirisme. fungsional, substansial, dan praktis.

2
Jam STIE YKPN - Eko Widodo Lo Filsafat Ilmu Sebagai Dasar ......

4. Filsafat harus berhubungan dengan problem- memberikan manfaat dan akuntansi menyatakan bahwa
problem kehidupan manusia yang diselesaikan. informasi yang dihasilkan adalah informasi yang
bermanfaat bagi pemakainya. Simpulan yang dapat
PRAGMATISME DALAMAKUNTANSI dibuat dari kedua indikator tersebut adalah
pragmatisme dapat dan telah memberikan rerangka
Pragmatisme Dalam Tujuan Akuntansi penyusunan dan pengembangan akuntansi. Simpulan
ini juga didukung oleh beberapa pendapat sebagai
Pragmatisme yang lahir dan berkembang pesat di berikut:
Amerika Serikat mempengaruhi perkembangan 1. Beam (1969: 382) menyatakan bahwa pragmatisme
akuntansi karena akuntansi juga berkembang pesat di berhubungan dengan tujuan akuntansi untuk
Amerika Serikat mulai sekitar akhir abad 19 dan awal menyediakan informasi.
abad 20 sampai dengan sekarang. Akuntansi yang 2. Belkaoui (1993: 23) menyatakan bahwa akuntansi
berkembang di Amerika Serikat telah menjadi kiblat meliputi sekumpulan teknik yang benar-benar
pengembangan akuntansi di banyak negara di dunia, bermanfaat untuk bidang-bidang tertentu.
termasuk Indonesia. Financial Accounting Standards
Board (FASB) sebagai badan regulator akuntansi di Pragmatisme Dalam Kualitas Informasi Akuntansi
AS telah mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang
diduga kuat dipengaruhi oleh pragmatisme. Statement SFAC No.2 (FASB: 1978) berisi pernyataan mengenai
of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1 yang karakteristik kualitatif informasi akuntansi menyatakan
dikeluarkan oleh FASB pada tahun 1978 berisi bahwa kualitas bermanfaat untuk pembuatan keputusan
pernyataan mengenai tujuan pelaporan keuangan oleh merupakan kriteria pervasive yang harus dimiliki oleh
perusahaan bisnis menyatakan bahwa tujuan pelaporan informasi akuntansi. Kualitas bermanfaat merupakan
keuangan adalah meyajikan: kualitas informasi akuntansi yang paling penting.
1. Informasi yang berguna bagi investor dan kreditur Informasi akuntansi harus bermanfaat untuk
potensial maupun yang ada serta pemakai lain dalam pembuatan keputusan oleh pemakainya. Standar
pembuatan keputusan investasi, kredit, dan Akuntansi Keuangan (IAI: 1994: 9) menyatakan bahwa
sejenisnya secara rasional. karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang
2. Informasi yang membantu investor dan kreditur membuat informasi dalam laporan keuangan berguna
potensial maupun yang sudah ada serta pemakai bagi pemakai. Kedua pernyataan tersebut menunjukkan
lain dalam menaksir jumlah, waktu, dan bahwa pragmatisme juga mempengaruhi akuntansi
ketidakpastian prospek aliran kas bersih dalam penentuan karakteristik utama informasi
perusahaan. akuntansi. Pragmatisme menyatakan sesuatu adalah
3. Informasi mengenai sumber ekonomi suatu benar apabila penggunaannya memberikan manfaat dan
perusahaan, klaim terhadap sumber ekonomi SFAC No. 2 menyatakan bahwa kualitas informasi yang
tersebut, dan perubahannya. paling penting adalah kualitas bermanfaat.
Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan
oleh Ikatan Akuntan Indonesia (1994: 5) sebagai badan Pendekatan Operasional Pragmatis Untuk
regulator akuntansi di Indonesia menyatakan bahwa Pendefinisian dan Pengukuran Dalam Akuntansi
tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan Pendekatan operasional adalah relevan dan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat konsisten dengan pragmatisme (Beam, 1969: 384).
bagi sejumlah besar pemakai dalam pembuatan Pendekatan operasional untuk definisi-definisi dapat
keputusan ekonomi. Kedua pernyataan tersebut diinterpretasikan sebagai memberikan definisi suatu
dengan jelas merupakan indikator bahwa pragmatisme konstruk operasi yang dilakukan dalam pengukurannya
memberikan dasar pemikiran dalam penentuan tujuan dan bukan mengenai sifat umum atau properti.
akuntansi keuangan. Pragmatisme menyatakan bahwa Pendekatan operasional cenderung menghilangkan
sesuatu dinyatakan benar apabila penggunaannya kekaburan dan ambiguitas tapi dibatasi hanya pada

3
Jam STIE YKPN - Eko Widodo Lo Filsafat Ilmu Sebagai Dasar ......

bagaimana mengukur sesuatu dan apa sesuatu itu. mengukur jasa yang diserahkan kepada pelanggan.
Definisi operasional dianggap konsisten dengan pola Kos dan pendapatan adalah harga pertukaran dan
pemikiran pragmatisme karena: (1) tidak merupakan data. Kos di sini bukan dan tidak dapat
menggambarkan pengalaman perusahaan tapi expire, diproduksi, memberikan kontribusi,
dirancang untuk menyediakan dasar untuk memperoleh dipertanggungjawabkan, dan menyebabkan kegiatan.
informasi yang berguna mengenai pengalaman Konstruk kos dan pendapatan adalah konstruk
perusahaan, (2) verifikasinya tidak berhubungan operasional dan mengacu pada data yang diakumulasi
dengan fakta tapi dalam penggunaannya dalam untuk mengukur sesuatu dalam perusahaan. Asosiasi
menyediakan informasi yang lebih berguna daripada kos dan pendapatan dalam skema pragmatisme adalah
pendekatan-pendekatan alternatif. asosiasi data, dan bukan asosiasi kondisi dan peristiwa
Dalam pemikiran pragmatisme, kos adalah data ekonomi. Berikut ini disajikan definisi operasi konstruk-
harga pertukaran yang mengukur pengorbanan yang konstruk akuntansi menurut pola pragmatisme (Beam,
dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh suatu 1969: 387):
jasa. Pendapatan adalah data harga pertukaran yang
Konstruk Definisi Operasional Pragmatik

Konstruk Definisi Operasional Pragmatik


Aktiva Harga pertukaran jasa potensial pada masa yang akan datang
Utang Harga pertukaran yang menunjukan investasi kreditur dalam suatu perusahaan
Ekuitas Harga pertukaran yang menunjukkan investasi pemilik dalam suatu perusahaan
Expenses Data harga pertukaran yang mengukur expiration jasa potensial
Losses Tidak ada perbedaan antara expenses dengan losses
Pendapatan Data harga pertukaran untuk jasa yang diserahkan kepada pelanggan
Kos Data harga pertukaran untuk jasa yang diperoleh
Laba bersih Indeks efektivitas manajerial

METAFISIKA PRAGMATISME DALAM dasar metafisika tidak dimaksudkan untuk menawarkan


AKUNTANSI keyakinan mengenai akuntansi. Seperti pragmatisme,
dasar metafisika bagi akuntansi seharusnya dalam
Dengan pengakuan dan pernyataan secara metafisika bentuk suatu hipotesis yang dipertimbangkan dalam
terhadap akuntansi akan lebih memungkinkan hubungannya dengan pengetahuan dan pengalaman
presuposisi-presuposisi yang tersembunyi menjadi pada masa yang akan datang.
tampak dan dapat dianalisis. Apabila antar hubungan Metafisika membahas apa yang ada di balik
suposisi-suposisi metafisika dapat dibentuk akan sesuatu. Metafisika berhubungan dengan realitas yang
memungkinkan untuk mengembangkan apa yang benar melewati batas pengalaman. Metafisika pragmatisme
pada suatu tingkatan analisis menjadi tidak benar pada mengacu pada asumsi mengenai manusia dan alam
tingkatan analisis yang lain, atau apa yang tampaknya dalam suatu sistem yang di dalamnya meliputi suatu
tidak dapat dijelaskan pada tingkatan pertama mungkin teori pengalaman dan peristiwa-peristiwa alamiah,
menjadi dapat dijelaskan pada tingkatan yang lebih suatu teori nilai, dan suatu teori hubungan manusia
tinggi. dengan alam —yang merupakan sumber dan sifat
Usaha menghubungkan pragmatisme dengan pengetahuan. Suatu sistem metafisika menawarkan
akuntansi melalui asumsi metafisika seharusnya tidak suatu interpretasi fakta-fakta empiris yang mengarah
berarti bahwa dasar metafisika merupakan yang paling pada metode dan bidang pertanyaan yang membangun
cocok untuk perumusan teori akuntansi. Penggunaan suatu konsistensi struktur pemikiran.

4
Jam STIE YKPN - Eko Widodo Lo Filsafat Ilmu Sebagai Dasar ......

Dopuch (1962: 254-260) menggunakan rerangka Dunia Adalah Sulit dan Berbahaya
metafisika Butler (1951: 431-437 dan 1957: 451-457)
sebagai rerangka utama dalam menghubungkan Dalam dunia yang berubah secara konstan tidak ada
metafisika pragmatisme dengan akuntansi. keadaan yang benar-benar aman. Perubahan
menyatakan secara tidak langsung adanya kondisi yang
Dunia Adalah Semua Latar Depan tidak dapat diprediksi dan berisiko. Segala sesuatu tidak
selalu seperti yang direncanakan. Hasil yang dicapai
Pernyataan bahwa dunia adalah semua latar depan tidak selalu seimbang dengan usaha yang telah
bukanlah suatu deskripsi akurat mengenai penekanan dikeluarkan. Semakin lama rentang waktu suatu proyek,
empiris dalam pragmatisme. Pragmatisme tidak maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya hal-hal
berhubungan dengan penemuan realitas yang menjadi yang tidak diharapkan.
latar belakang setiap pengalaman dan semua kegiatan Ketidakpastian dan risiko di dalamnya, atau
manusia. kemungkinan harapan tidak dapat direalisasi adalah
Akuntansi mengakui perbedaan kualitatif dalam keadaan-keadaan yang sesungguhnya terjadi.
transaksi-transaksi suatu organisme tanpa Signifikansi data akuntansi cenderung dijustifikasi oleh
mempostulatkan dulu suatu konsteks perilaku yang kejadian atau keberadaan keadaan-keadaan yang tidak
menyeluruh, misalnya, orientasi pada laba, yang sulit pasti dan berisiko, mengikuti asumsi perubahan yang
dihubungkan kembali dengan realitas. Dalam konstan.
pengertian akuntansi, karakteristik lingkungan operasi
—kejadian-kejadian alam dalam lingkungan Dunia adalah Tidak Lengkap dan Tidak Menentu
akuntansi— diterima sebagai suatu refleksi realitas
pengalaman yang dapat diterima oleh pemikiran Manusia percaya dan terlibat secara terus menerus
akuntansi dan dipelajari untuk membangun signifikansi dalam proses alam. Manusia membutuhkan kemampuan
fungsi akuntansi. untuk berpikir. Pertumbuhan kecerdasan alami
merupakan sifat manusia. Suatu analisis pemikiran
Dunia Dibentuk Melalui Proses dan Perubahan mungkin memberikan tanda-tanda sifat dunia. Dalam
dunia yang tidak menentu sepenuhnya, tidak ada yang
Tidak ada sesuatu yang statis atau permanen. Segala dapat diantisipasi dan pilihan menjadi tidak berarti.
seuatu bergerak dan berubah terus menerus. Dalam Suatu gabungan antara ketidaklengkapan dan
penolakan terhadap teori universal realitas, karakteristik ketidakmenentuan dengan kelengkapan dan
pertama yang ditekankan dalam pragmatisme adalah kemenentuan merupakan sifat keberadaan dunia.
perubahan dan proses yang selalu ada dalam dunia Fungsi akuntansi juga mempostulatkan suatu
pengalaman. gabungan antara ketidaklengkapan dengan
Suatu perubahan asumsi akuntansi mungkin kelengkapan dan ketidakmenentuan dan kemenentuan.
tidak signifikan secara keseluruhan, kecuali implikasi-
implikasi yang diakibatkan oleh perubahan tersebut. Dunia Mempunyai Akhir Dalam Prosesnya
Fungsi akuntansi tampaknya tergantung pada suatu
perubahan yang tidak dapat diprediksi sehingga Dunia dipahami sebagai mempunyai akhirnya sendiri
pengukuran ex post dalam akuntansi dirancang untuk dalam jalinan prosesnya sendiri. Tujuan dan nilai tidak
menceminkan tingkatan pada kondisi yang berakhir dan merupakan terminal-terminal transit.
diasumsikan, yang menyimpang dari harapan-harapan Manusia harus belajar membedakan proses yang
implisit dalam tujuan yang dimiliki oleh manusia yang mempunyai hasil yang memenuhi kebutuhannya dan
mengarahkan kegiatan ekonomi dan yang lain. yang tidak. Karena manusia mempunyai kecerdasan,
Penggunaan kos historis ditandingkan dengan manusia mungkin mengantisipasi konsekuensi-
pendapatan merupakan kelanjutan harapan manajemen konsekuensi dan memanfaatkan sumber alam untuk
yang telah direalisasi. Hal ini tidak mempunyai masalah lebih menjamin peristiwa-peristiwa yang mempunyai
kecuali jika terjadi perubahan. hasil akhir yang bagus.

5
Jam STIE YKPN - Eko Widodo Lo Filsafat Ilmu Sebagai Dasar ......

Proses di atas mendasari pembuatan keputusan mod- EMPIRISME DALAMAKUNTANSI


ern dan pemilihan alternatif-alternatif. Komitmen
sumber alam untuk memenuhi kebutuhan manusia, Empirisme
pemanfaatan sumber alam dalam proses pemenuhan
kebutuhan diputuskan menurut antisipasi terhadap Empirisme merupakan suatu epistemologi yang
hasil tindakan-tindakan alternatif, yang merupakan menggunakan empiri atau pengalaman sebagai dasar
tahap awal tindakan efisien dan rasional. Pada tahap ilmu pengetahuan. Empirisme adalah suatu aliran filsafat
inilah fungsi akuntansi dikembangkan menjadi sistem yang tokoh-tokohnya adalah John Locke (1632-1704),
pengukuran dan komunikasi untuk pemilihan tindakan Berkeley (1685-1753), dan David Hume (1711-1776).
awal yang memerlukan pengukuran dan komunikasi John Locke mengemukakan teori tabula rasa yang
hasil pada titik yang seusai dalam urutan tindakan. menyatakan bahwa seluruh pengetahuan manusia
adalah penjabaran dari hasil pengamatan indrawi. John
Manusia Bukan Penyebab Aktif Dalam Dunia Locke menyampaikan terdapat dua macam pengalaman,
yaitu:
Walaupun manusia bukan penyebab aktif dan bukan 1. Pengalaman dari sensasi yaitu pengalaman lahiriah.
inisitor kejadian, melalui proses interaksi manusia 2. Pengalaman dari refleksi batin yaitu pengalaman
mengubah tindakan dan arah aliran kejadian dengan sensasi yang disimpan dalam akal budi.
refleksi pada sejumlah kejadian alternatif untuk Sensasi dan refleksi adalah proses yang
menentukan alternatif yang lebih kondusif dalam dilalui untuk memperoleh ide atau pengetahuan. Teori
memenuhi kebutuhan. Dalam mengelola dan mengatur tabula rasa yang dikemukakan John Locke menyatakan
dunia yang selalu berubah, tidak pasti, dan berisiko, bahwa pengetahuan adalah gambaran mengenai
manusia memerlukan informasi yang berhubungan pengamatan atau pengalaman yang diperoleh melalui
dengan konsekuensi-konsekuensi tindakan yang indera dan akal budi manusia. Secara ringkas empirisme
diantisipasi pada awal perencanaan dan informasi dalam berfokus pada obyek pengalaman atau empiri dengan
pelaksanaan rencana sepanjang waktu interim agar menggunakan premis fenomena yang menampak secara
dapat melakukan modifikasi yang diperlukan dan arah indrawi. Metode analisis yang digunakan adalah
modifikasi yang diketahui. Fungsi akuntansi berperan metode induktif. Hasil analisis berupa keterangan
penting sejak tahap awal perencanaan sampai dengan empiris mengenai sesuatu yang dihubungkan dengan
realisisasi akhir rencana. isi empirisnya. Parameter yang digunakan adalah
kesesuaian antara obyek dengan pengalaman indrawi.
Dunia Tidak Menjamin Kemajuan
EMPIRISME DALAMAKUNTANSI
Dunia tidak menawarkan jaminan positif kepada
manusia untuk memenuhi harapannya. Dunia tidak Empirisme Dalam Kualitas Informasi Akuntansi
menentu sehubungan dengan nilai dan dalam
ketidakmenentuan manusia mengatur kembali Empirisme dalam konteks akuntansi mengasumsikan
kekuatannya untuk dapat digunakan dalam masa yang bahwa tujuan akuntansi adalah menyajikan fakta
akan datang. Matriks nilai, alat, dan harapan merupakan pengalaman keuangan perusahaan. Penekanan pada
data akuntansi signifikan, apakah nilai-nilai adalah informasi faktual, pengukuran yang akurat dan
ekonomis atau tidak ekonomis. Kecuali kalau matriks obyektivitas data merupakan perwujudan empirisme
informasi dapat dikomunikasikan sebagai latar belakang dalam akuntansi (Beam, 1969: 383). SFAC No.2 (FASB:
hasil yang diperoleh, setiap konsep maksimisasi dalam 1978) berisi pernyataan mengenai karakteristik kualitatif
akuntansi akan tetap steril. Jika masyarakat menuju informasi akuntansi yang menyatakan bahwa untuk
dalam arah yang diharapkan, matriks informasi tersebut mencapai kualitas bermanfaat, informasi akuntansi
akan perlu diungkap oleh unit-unit sosial (perusahaan) harus mempunyai kualitas relevan dan realibilitas.
sehingga konsekuensi-konsekuensi keseluruhan dapat Kualitas realibilitas ini merupakan salah satu bentuk
dievaluasi oleh masyarakat. perwujudan pengaruh empirisme dalam akuntansi.

6
Jam STIE YKPN - Eko Widodo Lo Filsafat Ilmu Sebagai Dasar ......

Kualitas informasi yang andal (reliable) adalah konstruk mengenai sifat umum atau propertinya.
informasi yang mempunyai kualitas berdaya uji atau Definisi konstitutif cenderung kekurangan presisi dan
obyektif, menyajikan yang seharusnya (representa- mungkin dihasilkan dari spekulasi karena tidak
tional faithfulness), serta bebas dari kesalahan dan didukung oleh definisi operasional. Definisi konstitutif
bias, dengan pengertian ringkas sebagai berikut: bersifat deskriptif dan memberikan suatu titik awal
1. Berdaya uji atau obyektif adalah kualitas yang untuk perolehan informasi yang tidak dapat
ditunjukkan dengan terjaminnya tingkat konsensus dipertentangkan mengenai pengalaman keuangan
yang tinggi terhadap hasil pengukuran di antara perusahaan. Definisi konstitutif memberikan titik awal
para pengukur independen dengan menggunakan dari observasi yang dilakukan dan pengukuran yang
metode pengukuran yang sama. menyajikan perkiraan terbaik mengenai hasil observasi.
2. Penyajian yang seharusnya adalah kualitas Informasi dihasilkan melalui proses penghubungan
informasi yang menunjukkan bahwa angka-angka fakta-fakta, sehingga pendekatan konstitutif konsisten
dan deskripsi-deskripsi menyajikan apa yang dengan sudut pandang empirisme.
sesungguhnya ada atau terjadi. Definisi kos dalam pola pikir empirisme
3. Netral adalah kualitas informasi yang dihasilkan hanyalah sebagai dasar pengukuran kuantitatif.
tidak untuk memihak kepentingan pihak tertentu Interpretasi kos dalam empirisme mirip dengan yang
serta bebas dari kesalahan dan bias. Netral dapat disampaikan oleh Paton dan Littleton (1940: 25) yang
diartikan tidak memihak dalam pembuatan standar menyatakan kos adalah data fundamental akuntansi
dan tidak memihak dalam pemilihan alternatif dan istilah yang digunakan dalam arti luas. Kata kos
akuntansi. Bias dalam ukuran akuntansi berarti secara substansial ekuivalen dengan price-aggregate
suatu kecenderungan secara konsisten menjadi (harga per unit dikalikan kuantitas) atau bargained
terlalu tinggi atau terlalu rendah price. Karena terdapat beberapa interpretasi kos selain
Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 1994: 11-13) sebagai bargained price —misalnya current cost, re-
menyatakan agar berguna, informasi harus reliable yang placement cost, price level adjusted cost, dan opportu-
mengandung kualitas bebas dari kesalahan material dan nity cost—, definisi kos sebagai dasar pengukuran
bias serta menyajikan yang seharusnya. Kedua kuantitatif lebih mencerminkan kos dalam arti luas
pernyataan tersebut menunjukkan bahwa empirisme daripada sebagai bargained price.
mempengaruhi akuntansi dalam penentuan karakteristik Dalam pola pikir empirisme, istilah kos
kualitas informasi akuntansi. Empirisme menyatakan digunakan terhadap konstruk lain untuk menunjukkan
informasi faktual, pengukuran yang akurat dan pengukuran kuantitatif. Dengan mengacu pada kos
obyektivitas data merupakan perwujudan empirisme. suatu aktiva secara tidak langsung menunjukkan hak,
SFAC No. 2 dan Standar Akuntansi Keuangan sumber ekonomi, serta pengukuran kuantitatif. Hak dan
menunjukkan perwujudan empirisme dalam sumber ekonomi mungkin digunakan dalam kegiatan
pernyataannya. produksi dan mungkin juga expire, serta mungkin juga
hilang bukan karena keduanya. Hak dan sumber
Pendekatan Konstitutif Empiris untuk Pendefinisian ekonomi yang digunakan dalam produksi barang atau
dan Pengukuran Dalam Akuntansi jasa pada akhirnya dijual sehingga memberikan
kontribusi terhadap pemerolehan pendapatan. Berikut
Pendekatan konstitutif adalah relevan dan konsisten ini disajikan definisi konstitutif konstruk-konstruk
dengan pemikiran empiris. Pendekatan konstitutif akuntansi menurut pola pemikiran empirisme (Beam,
untuk definisi-definisi dapat memberikan definisi suatu 1969: 387):

7
Jam STIE YKPN - Eko Widodo Lo Filsafat Ilmu Sebagai Dasar ......

Konstruk Definisi Konstitutif Empiris


Aktiva Hak dan sumber ekonomi yang dimiliki oleh suatu perusahaan
Utang Tuntutan atau hak pihak luar terhadap perusahaan
Ekuitas Tuntutan atau hak pemilik terhadap perusahaan
Expenses Penurunan aktiva atau bertambahnya utang yang berasosiasi dengan pengakuan
pendapatan
Losses Penurunan aktiva atau bertambahnya utang yang yang tidak berasosiasi dengan
pengakuan pendapatan atau transaksi keuangan
Pendapatan Peningkatan aktiva atau berkurangnya utang yang diakui dari penyerahan jasa
kepada pelanggan
Kos Dasar untuk pengukuran kuantitatif
Laba bersih Aktiva bersih yang meningkat sebagai hasil dari kegiatan bisnis

SFAC No. 6 (1985) yang berisi pernyataan Definisi yang dibuat oleh SFAC No. 2 tampak
mengenai elemen-elemen laporan keuangan mempunyai lebih lengkap daripada definisi konstitutif empiris yang
empat dari sepuluh elemen laporan keuangan yang disampaikan oleh Beam, namun terdapat kemiripan
definisinya mirip dengan definisi konstitutif empiris, gagasan untuk elemen utang, revenues (pendapatan),
sebagai berikut: expenses (biaya), dan losses. Kemiripan gagasan ini
1. Utang adalah pengorbanan manfaat ekonomis yang menunjukkan adanya pengaruh empirisme dalam
mungkin terjadi pada masa akan datang yang berasal penyusunan definisi elemen-elemen laporan keuangan.
dari kewajiban saat ini suatu entitas tertentu untuk
mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada POSITIVISME DALAM AKUNTANSI
entitas lain pada masa akan datang sebagai hasil
transaksi atau kejadian pada masa lalu. Positivisme
2. Revenues (pendapatan) adalah aliran masuk atau
bertambahnya aktiva suatu entitas atau Positivisme merupakan epistemologi yang semata-mata
penyelesaian utang atau kombinasi keduanya, berdasarkan pada realitas untuk pengembangan ilmu
yang berasal dari pengiriman atau produksi barang, pengetahuan. Positivisme merupakan suatu aliran
pengadaan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan filsafat dunia barat modern dengan August Comte
operasi utama entitas yang sedang berlangsung. (1798-1857) sebagai peletak dasar utama. August Comte
3. Expenses (biaya) adalah aliran keluar atau memberi arti positif dalam positivisme (Wibisono, 1996:
penggunaan lain aktiva atau bertambahnya utang 37-38) sebagai berikut:
atau kombinasi keduanya, yang berasal dari 1. Positif menunjuk pada sesuatu yang nyata atau
pengiriman atau produksi barang, pengadaan jasa, kongkrit yang dilawankan atau kebalikan dari
atau pelaksanaan aktivitas lain yang merupakan sesuatu yang khayal.
operasi utama perusahaan yang sedang 2. Positif menunjuk pada sesuatu yang bermanfaat
berlangsung. sebagai lawan atau kebalikan dari sesuatu yang
4. Losses adalah berkurangnya ekuitas (aktiva bersih) tidak bermanfaat.
yang berasal dari transaksi yang jarang terjadi atau 3. Positif menunjuk pada sesuatu yang sudah pasti
bukan utama suatu entitas dan yang berasal dari sebagai lawan atau kebalikan dari sesuatu yang
semua transaksi lain serta keadaan dan kejadian meragukan.
lain yang mempengaruhi entitas kecuali yang 4. Positif menunjuk pada sesuatu yang jelas atau tepat
berasal dari expenses atau distribusi kepada pemilik. sebagai lawan atau kebalikan dari sesuatu yang
kabur.

8
Jam STIE YKPN - Eko Widodo Lo Filsafat Ilmu Sebagai Dasar ......

5. Positif digunakan untuk menunjukkan sifat dan Zimmerman, 1986: 2). Penjelasan berarti
pandangan filsafatnya yang selalu menuju ke arah menyediakan alasan praktik yang diamati. Prediksi
penataan atau penertiban sebagai lawan atau praktik akuntansi berarti teori memprediksi fenomena
kebalikan dari sesuatu yang negatif. akuntansi yang tidak diamati. Teori akuntansi positif
Setiap ilmu semestinya bebas nilai dalam menurut mereka mampu menjelaskan dan memprediksi
menghasilkan informasi namun setiap ilmu lahir dari fenomena-fenomena akuntansi.
nilai-nilai tertentu. Dalam ilmu ekonomi, konsep teori yang
Positivisme adalah penerus ajaran Francis Ba- digunakan disebut teori positif untuk membedakannya
con seorang filosof Inggris (1561-1626) yang dari argumen normatif. Istilah teori positif dipopulerkan
mengemukakan bahwa ilmu pengetahuan dimulai dari oleh Friedman pada tahun 1953 untuk arti konsep yang
pengamatan terhadap alam semesta. Setelah melakukan digunakan dalam ilmu, yang dikacaukan dengan
pengamatan secara terus menerus dan teratur, manusia pandangan dalam filsafat ilmu, dan logico-positivism.
akan menemukan perulangan-perulangan yang akan Watts dan Zimmerman (1986:8) tidak memperdulikan
menjadi pengetahuan. Pendapat yang disampaikan kekacauan istilah tersebut dan menggunakan istilah
Bacon menggunakan metode induksi. teori positif karena umum digunakan dalam ilmu
Dalam positivisme, manusia tidak mempunyai ekonomi. Mereka berpendapat proposisi positif berbeda
pengetahuan apapun kecuali apa yang menampak dengan proposisi normatif. Proposisi positif
secara indrawi. Fenomena yang muncul diamati secara berhubungan dengan bagaimana dunia bekerja.
terus menerus untuk memperoleh keajegan atau Misalnya, “Jika suatu perusahaan berpindah dari
perulangan-perulangan yang kemudian menjadi asumsi aliran kos persediaan FIFO ke LIFO dan pasar
pengetahuan. Metode analisis yang digunakan dalam saham tidak melakukan antisipasi terhadap perubahan
positivisme meliputi tahap observasi atau pengamatan, tersebut, maka harga saham akan naik”. Pernyataan ini
eksperimen, komparasi atau perbandingan, dan merupakan suatu prediksi yang dapat dibantah oleh
eksplorasi. Cara kerja positivisme dimulai dengan bukti. Proposisi normatif berhubungan dengan
subyek melakukan observasi terhadap obyek secara ketentuan-ketentuan. Misalnya, “Karena harga-harga
kontinyu. Berdasarkan hasil pengamatan subyek menaik, asumsi aliran persediaan LIFO harus
membuat hipotesis-hipotesis yang diuji dalam digunakan”. Proposisi ini tidak dapat dibantah. Tapi
eksperimen. Hasil eksperimen kemudian dibandingkan untuk tujuan tertentu dapat dibantah oleh bukti.
dengan hal-hal yang sejenis. Jika komparasi Misalnya, “Jika harga-harga menaik pemilihan LIFO
memberikan simpulan bahwa hasilnya adalah sama maka akan memaksimalkan nilai perusahaan”, pernyataan ini
akan menjadi teori yang kemudian dieksplorasi. dapat dibantah oleh bukti. Jadi, untuk tujuan tertentu,
Dalam perkembangan positivisme, muncul peneliti dapat beralih dari suatu ketentuan (preskripsi)
logico-positivism yang merupakan teknik atau metode menjadi suatu prediksi kondisional dan menilai validitas
berpikir yang menggunakan presisi, verifiabilitas, empirisnya.
konfirmasi, dan eksperimen dengan derajad optimal
untuk melakukan prediksi dengan derajad yang opti- KRITIK TERHADAPTEORI AKUNTANSI POSITIF
mal pula. Kebenaran ilmiah diukur secara positivistik, WATTS DAN ZIMMERMAN
yang berarti kebenaran ilmiah harus kongkrit, pasti,
akurat, dan bermanfaat. Christenson (1983: 19-21) melakukan kritik terhadap
metodologi teori akuntansi positif yang disampaikan
TEORI AKUNTANSI POSITIF oleh Watts dan Zimmerman sebagai berikut:
1. Teori akuntansi positif yang dikemukakan oleh
Watts dan Zimmerman yang berasal dari Rochester Watts dan Zimmerman (Rochester School) lebih
School pada tahun 1986 menulis buku Teori Akutansi merupakan suatu sosiologi akuntansi, bukannya
Positif. Pada bagian awal buku tersebut disampaikan suatu teori.
mengenai peran teori. Tujuan teori akuntansi adalah 2. Pernyataan Rochester School bahwa jenis penelitian
menjelaskan dan memprediksi praktik akuntansi (Watts “positif” yang mereka lakukan adalah suatu

9
Jam STIE YKPN - Eko Widodo Lo Filsafat Ilmu Sebagai Dasar ......

prasyarat untuk teori akuntansi normatif didasarkan derajad yang optimal pula. Metode berpikir positivisme
pada suatu kerancuan domain-domain fenomenal dapat dihubungkan dengan tujuan akuntansi,
pada dua tingkatan yang berbeda yaitu entitas karakteristik kualitatif informasi akuntansi, proses
akuntansi dan akuntan. akuntansi, dan pengembangan penelitian-penelitian
3. Konsep teori positif diambil dari filsafat ilmu lama akuntansi.
dan merupakan kesalahan penggunaan istilah
karena teori-teori ilmu empirikal tidak membuat ANALISIS INTERPRETATIF DAN KRITIKAL
pernyataan positif “What is”. DALAM AKUNTANSI
4. Walaupun suatu teori mungkin digunakan hanya
untuk prediksi sekalipun teori tersebut diketahui Akuntansi mainstream didasarkan pada sehimpunan
salah, suatu teori explanatory dengan jenis seperti asumsi filsafati mengenai ilmu pengetahuan, dunia
yang diteliti oleh Rochester School, atau seseorang empiris, dan hubungan antara teori dengan praktik.
yang menggunakannya untuk menguji proposal Akuntansi menekankan pada hipothetico-deductivism
normatif, seharusnya tidak diketahui salah. Metode dan pengendalian teknis yang mempunyai kekuatan
analisis dengan pemikiran balik dari fenomena ke tertentu tapi mempunyai batasan lingkup masalah dan
premis yang dapat diterima berdasarkan bukti peneggunaan metode penelitian (Chua, 1986: 601-626).
independen, adalah metode yang sesuai untuk Dengan perubahan asumsi, wawasan penelitian yang
penyusunan teori explanatory. lebih kaya dan berbeda secara fundamental akan
5. Berlawanan dengan metode empirikal yang diperoleh. Dua sudut pandang alternatif diajukan oleh
membatasi teori dengan usaha keras untuk Chua yaitu sudut pandang interpretatif dan kritikal.
menyalahkan teori, Rochester School Chua melakukan klasifikasi asumsi menjadi tiga bagian
mengemukakan argumen ad hoc untuk memaafkan sebagai berikut:
atau menjustifikasi kegagalan teori mereka. Taktik 1. Keyakinan mengenai pengetahuan, yang meliputi
ini merupakan penyimpangan norma yang harus epistemologi dan metodologi.
diikuti jika suatu sistem proposisi dipertimbangkan 2. Keyakinan mengenai fisik dan realitas sosial, yang
secara ilmiah (Popper, 1959 dalam Christensen, meliputi ontologi, intensi manusia dan rasionalitas,
1983). serta konflik sosial atau social order.
Whittington (1987: 329) mengkritik pernyataan 3. Hubungan antara teori dan praktik.
bahwa teori akuntansi positif adalah bebas dari Berdasarkan klasifikasi tersebut Chua membuat
penilaian subyektif dan bersifat ilmiah sedangkan teori ringkasan asumsi dominan dalam akuntansi main-
normatif mempunyai penilaian subyektif yang tinggi stream, sebagai berikut:
dan tidak ilmiah, adalah tidak dapat diterima dengan 1. Keyakinan mengenai pengetahuan, yang meliputi:
dua keberatan sebagai berikut: a. Epistemologi: Teori dipisahkan dari observasi
1. Teori akuntansi positif tidak bebas dari penilaian yang mungkin digunakan untuk memverifikasi
atau implikasi preskriptif. atau mefalsifikasi suatu teori. Penjelasan ilmiah
2. Anggapan bahwa semua teori yang tidak positif hipothetico-deductive diterima.
adalah normatif dalam arti mengarah pada b. Metodologi: Metode-metode kuantitatif untuk
preskripsi-preskripsi, adalah tidak benar. pengumpulan dan analisis data yang
Kata positif dalam teori akuntansi positif belum memungkinkan generalisasi.
seperti yang dimaksudkan oleh aliran filsafat 2. Keyakinan mengenai fisik dan realitas sosial, yang
positivisme, namun sesungguhnya terbuka peluang meliputi:
bagi teori akuntansi untuk menggunakan pemikiran- a. Ontologi: realitas empiris adalah tujuan dan
pemikiran positivisme dalam pengembangan teori eksternal terhadap subyek. Manusia adalah
akuntansi dan pengetahuan ilmiah akuntan. Positivisme obyek yang pasif dan tidak dipandang sebagai
merupakan metode berpikir yang menggunakan presisi, pembuat realitas sosial.
verifiabilitas, konfirmasi, dan eksperimen dengan b. Intensi manusia dan rasionalitas: Tujuan
derajad optimal untuk melakukan prediksi dengan tunggal maksimisasi utilitas diasumsikan untuk

10
Jam STIE YKPN - Eko Widodo Lo Filsafat Ilmu Sebagai Dasar ......

individu dan perusahaan. Rasionalitas means- mekanisme pembatasan. Obyek hanya dapat
ends diasumsikan. dimengerti melalui suatu studi pengembangan
c. Konflik sosial atau social order: masyarakat dan kesejarahan dan perubahan dalam totalitas
organisasi pada dasarnya stabil. Konflik hubungan. Realitas empiris diberi karakteristik
disfungsional mungkin diatur melalui secara obyektif, hubungan riil ditansformasi dan
perancangan pengendalian akuntansi yang direproduksi melalui interpretasi subyektif.
sesuai. b. Intensi manusia, dan rasionalitas: Intensi
3. Hubungan antara teori dan praktik: Akuntansi manusia, rasionalitas, dan agensi diterima,
merupakan alat, bukan tujuan. Penerimaan terhadap namun dianalisis secara kritis.
struktur institusional yang ada. c. Konflik sosial atau social order: Konflik sosial
Asumsi dominan dalam prespektif interpretatif adalah endemik bagi masyarakat. Konflik timbul
disajikan sebagai berikut: karena ketidakadilan dan ideologi dalam domain
1. Keyakinan mengenai pengetahuan, yang meliputi: sosial, ekonomi, dan politik yang mengaburkan
a. Epistemologi: Penjelasan ilmiah mengenai dimensi kreatif manusia.
intensi manusia. Kecukupan dinilai melalui 5. Hubungan antara teori dan praktik: Teori
kriteria konsistensi logika, interpretasi subyektif, mempunyai suatu imperatif kritikal. Identifikasi dan
dan persetujuan dengan interpretasi aktor. penghilangan dominasi dan praktik ideologi.
b. Metodologi: Aktivitas etnografi, studi kasus, Chua mengajukan dua perspektif analis yaitu
dan observasi terhadap partisipan. Aktor interpretif dan kritikal yang jika diterapkan merupakan
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. akuntansi nonmainstream untuk masa sekarang.
2. Keyakinan mengenai fisik dan realitas sosial, yang Pemikiran Chua tetap memberikan arti dalam proses
meliputi: pengembangan teori akuntansi, walaupun aliran ini
a. Ontologi: Realitas sosial adalah timbul begitu belum banyak penganutnya dalam akuntansi yang
saja, diciptakan secara subyektif, dan berkiblat ke Amerika Serikat. Penganut aliran tersebut
diobyektifkan melalui interaksi antar manusia. banyak terdapat di Australia dan Eropa.
b. Intensi manusia, dan rasionalitas: Semua
kegiatan mempunyai arti dan maksud yang SIMPULAN
diwarisi dan ditanamkan dalam praktik sosial dan
sejarah. Setiap aliran dalam filsafat mempunyai metode berpikir
c. Konflik sosial atau social order: Konflik sosial tertentu sehingga metode berpikir aliran apapun dalam
diasumsikan ada. Konflik ditengahi melalui filsafat mempunyai peluang untuk digali dan
skema umum makna sosial. dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu akuntansi.
3. Hubungan antara teori dan praktik: Teori hanya Pragmatisme sangat dominan mempengaruhi akuntansi
mencari untuk menjelaskan dan memahami yang berkiblat ke Amerika Serikat. Pemahaman ontologi,
bagaimana social order dihasilkan dan epistemologi, dan aksilogi aliran pragmatisme oleh
direproduksi. akuntan-akuntan dari negara-negara yang berkiblat ke
Asumsi dominan dalam perspektif kritikal akuntansi Amerika Serikat akan memberikan nilai lebih,
adalah: kalau tidak merupakan suatu keharusan untuk
1. Keyakinan mengenai pengetahuan, yang meliputi: peningkatan kualitas akuntan dan pengembangan ilmu
a. Epistemologi: Kriteria terhadap teori adalah tem- akuntansi di negaranya masing-masing. Empirisme
poral dan dibatasi oleh konteks. mempunyai tempat dalam akuntansi karena bahan baku
b. Metodologi: Penelitian etnografi, kesejarahan akuntansi adalah fakta atau empiri berupa transaksi-
dan studi kasus sering digunakan. transaksi ekonomi. Penelitian-penelitian empiris cukup
4. Keyakinan mengenai fisik dan realitas sosial, yang banyak dilakukan dalam pengembangan ilmu akuntansi.
meliputi: Positivisme mempunyai peluang untuk
a. Ontologi: manusia mempunyai potensi yang menyumbangkan pola pemikirannya dalam
dijauhkan (dicegah untuk mekar penuh) melalui pengembangan akuntansi, walaupun penggunaan

11
Jam STIE YKPN - Eko Widodo Lo Filsafat Ilmu Sebagai Dasar ......

istilah positif dalam teori akuntansi positif tidak penguasaan metode berpikir filsafati menjadi suatu
mencerminkan arti positif dalam positivisme. keharusan bagi para akuntan peneliti karena merekalah
Pendekatan interpretatif dan kritikal dapat menjadi yang diharapkan mampu mengembangkan ilmu
pertimbangan untuk penelitian-penelitian akuntansi akuntansi dan penguasaan metode berpikir filsafat
yang sesuai dengan karakteristik obyek dan metode dapat menjadi alat analisis yang penting.
dalam kedua pendekatan tersebut. Pemahaman dan

DAFTAR PUSTAKA IAI, “Standar Akuntansi Keuangan”, Jakarta:


Salemba Empat: 1994.
Beam, F. A., “Indications of Pragmatism and Em-
piricism in Accounting Thought”, The Kattsoff, O. L., “Pengantar Filsafat”,
Accounting Review, 1969. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992.

Belkaoui, A. R., “Accounting Theory”, Littleton A.C. dan Paton, W.A., “An Introduc-
Orlando:Harcourt Brace & Company: tion to Corporate Accounting Standards,
1993. AAA: 1940.

Chua, W. F. “Radical Development in Account- Sutrisno, M., “Hakikat Pengetahuan dan Cara
ing Thought”, The Accounting Review, Kerja Ilmu Ilmu: Pragmatisme, Jakarta:
1986. Gramedia Pustaka Utama, 1993.

Christenson, C. “The Methodology of Positive Watts R. l. dan Zimmermman, J. L., “Positive


Accounting”, The Accounting Review, Accounting Theory”, New Jersey: 1986.
1983.
Wibisono, K., “Arti Perkembangan Menurut
Delfgauw, B.,”Filsafat Abad 20", Yogyakarta: Positivisme Auguste Comte”,
Tiara Wacana, 1972. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press: 1996.
Dopuch, N., “Metaphysics on Pragmatism and
Accountancy”, The Accounting Re-
view, 1962.

FASB, “Statement of Financial Accounting


Concepts No. 6, Connecticut: 1978

FASB, “Statement of Financial Accounting


Concepts No. 6, Connecticut: 1980

FASB, “Statement of Financial Accounting


Concepts No. 6, Connecticut: 1985.

Gallagher, K. T., “Epistemologi Filsafat


Pengetahuan”, Yogyakarta: Kanisius,
1994.

12
Jam STIE YKPN - Indah Kurniawati dan Sinta Sudarini Investigasi Empiris pada Reaksi Pasar ......

ABSTRACT

Small businesses in Indonesia have already proved


INVESTIGASI EMPIRIS PADA
that REAKSI PASAR
ANALISIS
TERHADAPPENGARUH
PUBLIC TEKANAN KETAATAN
ANNOUNCEMENTS:
TERHADAP
PENGUJIAN THE JUDGMENT
EFFICIENCY AUDITOR
HYPOTHESIS
DI THIN MARKET
Hansiadi Yuli Hartanto1)
2)
Indra Wijaya
Indah Kusuma
Kurniawati *)

Sinta Sudarini **)

ABSTRACT setiap pengumuman atau informasi yang masuk ke


bursa efek tersebut. Informasi atau pengumuman-
The objective of this study is to investigate the effect pengumuman yang diterbitkan oleh emiten akan
of public announcements-right issue, bonus share, mempengaruhi para (calon) investor dalam mengambil
earnings, dividend and stock split-on market reaction keputusan untuk memilih portofolio investasi yang
in the Jakarta Stock Exchange. Since the Jakarta Stock efisien. Dalam pasar yang efisien, informasi yang masuk
Exchange is a market with thin trading,therefore, this ke bursa efek akan tercermin pada harga-harga surat
study employs a research method which is appropriate berharga. Pasar akan memproses informasi yang relevan
for such market. kemudian pasar akan mengevaluasi harga saham
The result of this study show that around the date of berdasarkan informasi tersebut. Beberapa macam
announcements (1) right issue,bonus share and divi- informasi atau pengumuman yang dapat mempengaruhi
dend are responded positively but not statistically sig- harga sekuritas adalah earnings announcement, fore-
nificant (2) Earning is responded positively and statis- cast announcemets, dividend announcement, financ-
tically significant (3) stock split is responded nega- ing announcement dan lain-lain.
tively and statistically significant. Beberapa penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan hasil yang berbeda bahkan kontroversi
Keywords : Public Announcement, thin market, effi- mengenai efek pengumuman tersebut. Hal ini terlihat
ciency market hypothesis, market reaction dari penelitian yang dilakukan oleh Myers dan Maljuf
(1984), Healey dan Palepu (1990), Fama et al. (1969),
PENDAHULUAN Ewijaya dan Indriantoro (1998), Miller dan Modigliani
(1961), Lako ( 2002); hasil temuannya menunjukkan
Informasi yang tersedia di pasar modal memiliki bahwa pasar melakukan reaksi yang negatif bahkan
peranan yang penting untuk mempengaruhi segala signifikan pada pengumuman-pengumuman yang
macam bentuk transaksi perdagangan di pasar modal diterbitkan oleh emiten di bursa efek. Sementara
tersebut. Hal ini disebabkan karena para pelaku di pasar penelitian yang dilakukan oleh Loderer dan Zimmerman
modal akan melakukan analisis lebih lanjut terhadap (1988), Smith (1977), Mc. Nichols & Dravid (1990),

*)
Indah Kurniawati, SE., M.Si., adalah Dosen Tetap Fakultas Ekonomi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
**)
Dra. Sinta Sudarini, MS., Akuntan., adalah Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta.

31
Jam STIE YKPN - Indah Kurniawati dan Sinta Sudarini Investigasi Empiris pada Reaksi Pasar ......

Brennan & Hughes (1991), Na’im & Finn (2000) harga-harga sekuritas mencerminkan secara
menunjukkan hasil yang berlawanan yakni para pelaku penuh (fully reflect) informasi masa lalu. Efisiensi
pasar memberikan respon yang positif terhadap pasar bentuk lemah ini berkaitan dengan teori
pengumuman-pengumuman tersebut. langkah acak (random walk theory).
Penelitian ini berbeda dengan penelitian- 2. Pasar efisien bentuk setengah kuat (semistrong
penelitian sebelumnya. Penelitian di Bursa Efek Jakarta form)
ini mempertimbangkan kondisi transaksi perdagangan Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-
yang jarang terjadi atau biasa disebut pasar yang tipis harga sekuritas secara penuh mencerminkan (fully
(thin market). Pasar yang tipis ini merupakan ciri dari reflect) semua informasi yang dipublikasikan
pasar modal yang sedang berkembang, sehingga beta termasuk informasi yang berada di laporan
untuk pasar modal yang berkembang perlu disesuaikan keuangan perusahaan emiten.
terlebih dahulu untuk mengurangi ketidakakuratan hasil 3. Pasar efisien bentuk kuat (strong form)
estimasi return yang diharapkan dari suatu investasi Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika
(Hartono, 1999). harga-harga sekuritas secara penuh
Permasalahan utama pada penelitian ini adalah mencerminkan (fully reflect) semua informasi yang
apakah pasar memberikan reaksi terhadap corporate tersedia termasuk informasi privat.
action atau pengumuman right issue, bonus share, Informasi yang ditanggapi oleh pasar adalah
dividend, earnings dan stock split apabila terlebih informasi baru yang tidak diharapkan oleh pasar
dahulu dilakukan koreksi terhadap bias beta di Bursa sehingga menimbulkan perubahan kepercayaan dan
Efek Jakata. Bertitik tolak dari hasil penelitian yang menimbulkan reaksi yang memotivasi untuk melakukan
kontroversi tersebut, penelitian ini bertujuan menguji perdagangan saham. Informasi baru yang sudah
secara empiris mengenai reaksi pasar dengan terlebih diestimasi oleh pasar tidak akan menimbulkan reaksi
dahulu melakukan koreksi terhadap bias beta Fowler & pasar. Perdagangan saham dapat terjadi jika investor
Rorke (1983) empat lag dan empat lead yang telah mempunyai kecermatan yang berbeda terhadap
terbukti secara empiris paling mampu mengurangi bias informasi yang diperoleh.
beta di Bursa Efek Jakarta (Hartono dan Surianto,1999). Jogiyanto (1998) menambahkan bentuk
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pasar efisien juga dapat dilihat dari keputusan,
pemikiran yang lebih akurat bagi para atau calon in- ditentukan dengan seberapa canggih pasar mengolah
vestor dan praktisi bisnis dalam menganalisis suatu informasi. Berdasarkan bentuk pasar efisien
ekspektasi pasar di Bursa Efek Jakarta. secara keputusan ini, investor digolongkan menjadi
dua yaitu investor yang canggih (sophisticated) dan
LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS investor yang kurang atau tidak canggih (naive).
Untuk mengolah suatu informasi dengan benar pelaku
Kunci utama untuk mengukur pasar yang efisien pasar harus canggih (sophisticated). Jika sebagian
adalah hubungan antara harga sekuritas dengan saja pelaku pasar yang canggih, maka kelompok ini
informasi. Informasi yang tersedia terdiri dari informasi dapat menikmati abnormal return disebabkan karena
masa lalu, informasi yang sedang dipublikasikan dan mereka dapat menginterpretasikan informasi dengan
informasi privat. Teori pasar efisien dihubungkan benar dibandingkan pelaku pasar yang tidak
dengan apakah harga sekuritas pada suatu waktu canggih (naive). Sedangkan investor yang naive
mencerminkan secara penuh informasi yang tersedia. memiliki kemampuan yang terbatas dalam
Suatu pasar yang harga-harga sekuritasnya mengartikan dan menginterpretasikan informasi yang
mencerminkan secara penuh informasi yang tersedia diterima sehingga mereka sering melakukan
disebut efisien. keputusan yang salah. Dengan keputusan salah
Fama et al.(1969) menyajikan tiga bentuk efisiensi tersebut akibatnya keputusan sekuritas yang
pasar berdasarkan informasi, yaitu bersangkutan dinilai tidak tepat.
1. Pasar efisien bentuk lemah (weak form) Menurut Jogiyanto (1998), para pelaku pasar
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika modal akan mengevaluasi setiap pengumuman yang

32
Jam STIE YKPN - Indah Kurniawati dan Sinta Sudarini Investigasi Empiris pada Reaksi Pasar ......

diterbitkan oleh emiten, sehingga hal tersebut akan nol atau malah negatif, sehingga hal tersebut
menyebabkan beberapa perubahan pada transaksi merupakan bad news bagi investor.
perdagangan saham ,misalnya adanya perubahan Beberapa penelitian yang telah dilakukan,
pada volume perdagangan, perubahan pada harga terutama mengenai reaksi pasar terhadap pengumuman
saham, bid/ask spread, proporsi kepemilikan dan lain- right Issue, menunjukkan hasil yang berbeda-beda,
lain. Hal ini mengindikasikan bahwa pengumuman bahkan menunjukkan kontroversi. Hal ini terlihat dari
yang masuk ke pasar memiliki kandungan informasi, penelitian yang dilakukan oleh Myers dan Maljuf (1984),
sehingga direaksi oleh para pelaku di pasar modal. Healey dan Palepu (1990), di mana hasil penelitiannya
Suatu pengumuman memiliki kandungan informasi menunjukkan bahwa setelah pengumuman right Issue
jika pada saat transaksi perdagangan terjadi, terjadi penurunan terhadap harga saham, atau dengan
terdapat perubahan terutama perubahan harga kata lain pasar memberikan respon negatif terhadap
saham. Perubahan harga saham ini mengakibatkan right Issue. Sementara, penelitian yang dilakukan oleh
para pelaku di pasar modal mendapatkan abnormal Loderer dan Zimmerman (1988), Smith (1977), justru
return. Abnormal return ini merupakan keuntungan menunjukkan hasil yang berlawanan yakni pasar
yang diperoleh oleh para pelaku di pasar modal. melakukan reaksi positif dan signifikan.
Right Issue merupakan pengeluaran saham baru Di Indonesia, penelitian mengenai right Issue
dalam rangka penambahan modal perusahaan dengan dilakukan oleh Budiarto dan Baridwan (1999). Hasil
terlebih dahulu ditawarkan kepada pemegang saham penelitian tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan
saat ini (existing shareholders), sehingga dalam hal ini yang signifikan, pada return saham dan volume
pemegang saham memiliki hak preemptive right atau perdagangan disekitar tanggal pengumuman.
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atas saham baru Sementara yang dilakukan oleh Yusi (2001)
tersebut (Darmadji & Fakhrudin, 2001). menunjukkan hasil yang berbeda yakni pasar
Perusahaan emiten lebih tertarik untuk memberikan reaksi negatif pada short event windows
menerbitkan right issue daripada menawarkan saham maupun pada long event windows. Hal ini ditunjukkan
ke investor baru karena emiten tidak harus membayar dengan adanya abnormal return yang negatif.
fee untuk underwriter dan tidak perlu mendistribusikan Berdasarkan beberapa argumentasi diatas dan
kemakmuran kepada investor baru. Oleh karena itu hasil penelitian yang berbeda-beda, maka hipotesis
biasanya right issue ini dibatasi hanya untuk pemegang penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
saham lama, sehingga sering disebut sebagai
penawaran terbatas (limited offering) ( Husnan, 1998) H1: Pasar memberikan reaksi terhadap pengumuman
Penerbitan Right Issue biasanya ditujukan untuk right issue yang ditunjukkan dengan adanya
mendapat dana tambahan dari investor/masyarakat baik abnormal return
untuk kepentingan ekspansi, restruksturisasi dan lain-
lain. Umumnya harga saham perusahaan setelah emisi Bonus share merupakan bonus pembagian
right secara teoritis akan mengalami penurunan. Hal saham baru untuk para pemegang saham, sebagai
tersebut disebabkan karena harga pelaksanaan emisi bentuk reward. Saham yang diberikan secara cuma-
right selalu lebih rendah dari harga pasar (Darmadji & cuma oleh emiten kepada pemegang saham tersebut
Fakhruddin, 2000) dapat berasal dari kapitalisasi agio saham atau dapat
Menurut Miller dan Rock (1985), hipotesis nega- pula berasal dari selisih kembali penilaian aktiva tetap.
tive information effect menyatakan bahwa Right Issue Besarnya bonus ditentukan dalam rapat umum
merupakan sinyal negatif sehingga pasar melakukan pemegang saham, yang besarnya dinyatakan dalam
respon yang negatif. Hal ini disebabkan oleh keyakinan satuan rasio, berapa pemegang saham lama
para investor yang menganggap bahwa dana yang mendapatkan tambahan saham baru. Dampak dari
diperoleh dari aktivitas Right Issue ini digunakan saham bonus ini adalah meningkatnya jumlah saham
manajemen untuk membiayai hutang yang telah jatuh yang beredar. Dengan kata lain, saham bonus berakibat
tempo atau mendanai suatu proyek yang memiliki NPV pada meningkatnya faktor penawaran saham dan

33
Jam STIE YKPN - Indah Kurniawati dan Sinta Sudarini Investigasi Empiris pada Reaksi Pasar ......

dengan asumsi permintaan tetap maka dapat berakibat Ewijaya dan Indriantoro (1998). Temuan yang diperoleh
pada turunnya harga saham atau terjadi koreksi atas dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa stock split
harga saham sesuai faktor koreksinya. (Darmadji & berpengaruh secara negatif terhadap perubahan harga
Fakhruddin, 2000) saham secara signifikan. Sementara itu, Fatmawati
Na’im & Finn (2000) melakukan penelitian (1999) menganalisis bid ask spread diseputar
terhadap 371 pengumuman bonus share di Singapore pengumuman stock split. Temuannya menunjukkan
Stock Exchange di mana hasil penelitiannya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara harga
menunjukkan bahwa cumulative abnormal return di saham, volume turn over dan bid ask spread pada
sekitar pengumuman bonus share menggambarkan nilai saat sebelum dan setelah stock split.
yang positif dan signifikan.Hal ini menunjukkan bahwa Berdasarkan beberapa argumentasi dan hasil
bonus share ini dianggap sebagai pengumuman yang penelitian sebelumnya, maka dapat dirumuskan
bagus bagi para pelaku pasar di Singapore Stock Ex- hipotesis sebagai berikut:
change di mana mereka beranggapan bahwa
perusahaan yang melakukan pengumuman bonus share H3 : Pasar memberikan reaksi terhadap pengumuman
adalah perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang stock split yang ditunjukkan dengan adanya ab-
bagus. normal return
Berdasarkan argumentasi dan hasil penelitian
di atas maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Kebijakan dividen sampai saat ini masih
merupakan teka-teki yang masih terus diperdebatkan.
H2 : Pasar memberikan reaksi terhadap pengumuman Perbedaan itu berkisar tentang apakah dividen dapat
bonus share yang ditunjukkan dengan adanya dikatakan sebagai good news atau bad news bagi para
abnormal return pemegang saham atau investor, atau dengan kata lain
bahwa dapatkah dividen itu dijadikan sebagai sinyal
Stock split merupakan suatu fenomena yang tentang nilai perusahaan (value of firm) pada masa
masih diperdebatkan dan menjadi teka-teki dibidang sekarang dan masa yang akan datang.
ekonomi (Brigham dan Gapenski, 1994). Hal ini Dividen merupakan pembagian sisa laba bersih
ditunjukkan dengan adanya ketidak cocokan antara perusahaan yang didistribusikan kepada pemegang
teori dan praktik. Secara teoritis, stock split ini hanya saham atas persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham.
meningkatkan jumlah lembar saham yang beredar, tidak Dividen itu sendiri dalam bentuk tunai (cash dividend)
menambah kesejahteraan para investor dan tidak atau pun dividen saham (stock dividend). Dividen in-
memberikan tambahan nilai ekonomi bagi perusahaan terim atau sementara menunjukkan bahwa dividen
atau tidak secara langsung mempengaruhi cash flow tersebut merupakan dividen yang sifatnya sementara,
perusahaan. Tetapi beberapa bukti empiris sehingga dimungkinkan adanya pemberian dividen
menunjukkan bahwa pasar memberikan reaksi terhadap lanjutan sehingga tercipta nilai dividen yang sifatnya
pengumuman stock split, bahkan beberapa penelitian final untuk tahun buku tertentu. Setelah dikeluarkan
yang dilakukan menunjukkan hasil yang kontroversial dividen final maka tidak ada lagi tambahan dividen untuk
mengenai efek split tersebut. Hal ini terlihat dari tahun buku tersebut. Dividen final diputuskan pada
penelitian yang dilakukan oleh Mc. Nichols & Dravid Rapat Umum Pemegang Saham tahunan. (Darmadji &
(1990) dan Brennan & Huges (1991). Hasil temuannya Fakhruddin, 2000)
menunjukkan bahwa pengumuman stock split memiliki Pengujian secara empiris terhadap
kandungan informasi yang direaksi secara positif oleh pengumuman dividen telah banyak dilakukan dengan
para pelaku di pasar modal. Sementara, penelitian yang hasil yang tidak konsisten. Pettit (1972) menemukan
dilakukan oleh Fama et .al (1969), Wiggin (1992) justru bahwa pasar melakukan reaksi yang sangat cepat
menunjukkan hasil yang berlawanan yakni pasar tidak terhadap pengumuman peningkatan atau penurunan
melakukan reaksi terhadap pengumuman stock split. dividen. Namun, Watts (1973) menemukan bahwa
Di Indonesia, penelitian mengenai pengaruh perubahan dividen hanya sedikit membawa informasi
stock split terhadap harga saham dilakukan oleh tentang laba masa depan perusahaan dan tidak

34
Jam STIE YKPN - Indah Kurniawati dan Sinta Sudarini Investigasi Empiris pada Reaksi Pasar ......

ditemukan abnormal return disekitar pengumuman negatif dengan ukuran perusahaan ( a < 0.001).
dividen (Healy dan Palepu, 1988) yang mendukung Ball and Walts (1972) menguji sifat-sifat data
hipotesis kandungan informasi dividen yang diusulkan time series yang dikaitkan dengan income perusahaan.
oleh Miller dan Modigliani (1961). Healy dan Palepu Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penurunan net
(1988) menguji sampel 131 perusahaan yang membayar income dan perilaku EPS sangat mirip dan
dividen pertamakalinya dan 172 perusahaan yang korespondensi antara rangking untuk net income dan
menghapus dividen pertamakalinya antara tahun 1969 submartingale dengan trend linear sangat dekat.
dan 1980. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa Penjualan berhubungan dengan submartingale dan
kebijakan perusahaan untuk membayar atau trend, sedangkan data net income aktual memberikan
menghapus dividen pertamakalinya ditafsirkan oleh rangking yang mirip pada martingale dan
pasar sebagai ramalan perusahaan mengenai submartingale dengan trend.
peningkatan dan penurunan laba masa depan. Berdasarkan beberapa argumentasi dan hasil
Berdasarkan beberapa argumentasi dan hasil penelitian sebelumnya, maka dapat dirumuskan
penelitian sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
hipotesis sebagai berikut:
H5 : Pasar memberikan reaksi terhadap pengumuman
H4 : Pasar memberikan reaksi terhadap pengumuman laba yang ditunjukkan dengan adanya abnor-
dividen yang ditunjukkan dengan adanya abnor- mal return
mal return
METODE PENELITIAN
Laba merupakan salah satu komponen penting
untuk mengukur kinerja keuangan suatu perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
Ball dan Brown ( 1968) melakukan penelitian mengenai harga pasar saham dan data harga saham dari
hubungan antara pengumuman laba dan harga saham perusahaan-perusahaan yang mengumumkan right is-
di New York Stock Exchange. Hasil penelitiannya sue, bonus shares, dividen, laba dan stock split selama
menunjukkan bahwa perubahan laba tahunan periode 1992-1996. Data yang diperlukan merupakan
berasosiasi dengan perubahan harga saham dengan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Jakarta.
arah yang sama. Beaver (1968) menguji secara empiris Sampel yang digunakan dibersihkan dari pengumuman
mengenai muatan informasi laba. Hasilnya lain untuk menghindari confounding effect.
menunjukkan bahwa pasar melakukan reaksi terhadap Populasi penelitian ini adalah semua
informasi akuntansi terutama pengumuman laba yang perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek
tercermin dari harga saham yang meningkat secara Jakarta. Sampel diambil dari populasi dengan beberapa
signifikan di sekitar tanggal pengumuman laba. kriteria atau secara purposive sampling, yakni
Sementara penelitian yang dilakukan Foster (1977) perusahaan yang aktif terdaftar di Bursa Efek Jakarta
menunjukkan hasil bahwa dua hari sejak pengumuman dan melakukan corporate action seperti stock split,
laba, harga saham berubah secara signifikan. right issue, bonus share, earnings dan dividend yang
Bamber (1987) melakukan pengujian mengenai tercermin pada pengumuman-pengumuman yang
rekasi pasar terhadap pengumuman earnings kuartalan dilakukan emiten. Data diambil dari database Bursa Efek
dengan mempertimbangkan salah satu faktor yang Jakarta, Indonesian Capital Market Directory dan
mempengaruhi luasnya pengungkapan informasi yakni sumber lain yang berhubungan.
ukuran perusahaan (firm size). Kesimpulannya Sampel pada penelitian ini diambil dari saham
menunjukkan bahwa perusahaan kecil yang lebih sedikit yang melakukan pengumuman-pengumuman yang
mengungkapkan informasi keuangannya daripada diteliti, yakni pengumuman right issue, bonus shares,
perusahaan besar, mendapat respon pasar lebih besar dividen, laba dan stock split selama periode 1992-1996.
yang ditunjukkan dengan adanya volume penjualan Hasil dari sampling menunjukkan bahwa perusahaan
meningkat tajam. Berdasarkan spearman rank corre- yang melakukan right issue pada periode tersebut
lation test, tampak bahwa volume penjualan berkorelasi terdapat 26 perusahaan, sedangkan perusahaan yang

35
Jam STIE YKPN - Indah Kurniawati dan Sinta Sudarini Investigasi Empiris pada Reaksi Pasar ......

melakukan bonus share terdapat 51 perusahaan, perdagangannya tidak singkron. Hal ini terjadi karena
perusahaan yang melakukan stock split terdapat 62 Bursa Efek Jakarta merupakan pasar yang transaksi
perusahaan dan perusahaan yang mengumumkan perdagangannya jarang terjadi atau disebut dengan
dividen meningkat dan menurun terdapat 50 pasar yang tipis (thin market) sehingga harus
perusahaan serta perusahaan yang mengumumkan laba disesuaikan terlebih dahulu karena mengandung bias.
diambil duapertiga dari semua perusahaan manufaktur Hartono dan Surianto (1999) melakukan penelitian
di Bursa Efek Jakarta karena dianggap sudah dapat mengenai bias yang terjadi di Bursa Efek Jakarta. Hasil
mewakili semua perusahaan manufaktur yang listing penelitian menunjukkan bahwa metoda beta koreksi
di Bursa Efek Jakarta tersebut. Fowler dan Rorke (1983) dengan periode koreksi empat
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah lead dan empat lags dianggap paling mampu untuk
market model yang digunakan oleh Brown and Warner mengoreksi bias beta di Bursa Efek Jakarta.
(1985) dalam event studi. Return saham harian dan re-
turn pasar harian diregresikan sehingga diperoleh a c. Mengestimasi beta dengan metode koreksi Fowler
dan b. Selanjutnya expected return dihitung selama dan Rorke
event period. Windows period yang digunakan dalam
penelitian ini 11 hari yakni 5 (lima) hari sebelum Rit = ai + b-4 Rmt-4 + b-3 Rmt-3 + b-2 Rmt-2 + b-1
pengumuman, saat pengumuman dan 5 (lima) hari Rmt-1 + b0 Rmt + b4 Rmt+4 + b3 Rmt+3 + b2
setelah pengumuman diterbitkan oleh emiten. Abnor- Rmt+2 + b1 Rmt+1 + eit
mal return diperoleh dari selisih antara return saham
dengan expected return. Pengumuman Right issue Besarnya beta perusahaan ke-i yang telah
kemudian diuji dengan menggunakan Uji-T untuk dikoreksi dapat dihitung dengan rumus sebagai breikut
melihat signifikansinya dengan tingkat signifikan 5%. (Arif dan Johnson, 1990) :
Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut :
a. Menghitung return saham harian individual untuk bi = W4bi-4 + W3bi-3+ W2bi-2+ W1bi-1+ b0 +
estimation period W1bi+1+ W2bi+2 + W3bi+3 + W4bi+4

IHSGt − IHSGt − 1 d. Menghitung expected return untuk estimation


Rmt = period menggunakan Single Index Model :
Pit − 1
E (Rit) = ai + bi Rm
b. Menghitung return pasar harian :
e. Mencari abnormal return pada estimation
Pit − Pit − 1
Rit = period :
Pit − 1 AR it = Rit – E (Rit)

Return saham harian dan return pasar harian Pada event period :
diregreikan sehingga diperoleh a dan b a. Menghitung return saham harian individual
b. Menghitung return pasar harian
n( y ) − (∑ x)(∑ y ) c. Menghitung expected return
β= d. Selanjutnya menghitung abnormal return
n((∑ x 2 ) − (∑ x) 2 e. Menghitung average abnormal return untuk
setiap hari selama event period
∑ y − β (∑ x)
α=
n 1
AARt = ∑ ARit
k
Pasar Modal di Indonesia khususnya Bursa
Efek Jakarta merupakan pasar modal yang

36
Jam STIE YKPN - Indah Kurniawati dan Sinta Sudarini Investigasi Empiris pada Reaksi Pasar ......

f. Menghitung CAAR selama event period dengan i2


rumus :
∑ Rij − Rt )
j −t1
t =5 KSEi =
CAARt ∑ AARt T −2
t = −5

g. Pengujian statistik (t-test) untuk menguji h. Menentukan Standardized Cummulative Average


signifikansi hipotesis pertama terhadap average ab- Abnormal return dengan rumus :
normal return pada event period bertujuan untuk
melihat signifikasi average abnormal return ANALISIS HASIL PENGUJIAN
tersebut. Standar abnormal return i,t diartikan
sebagai nilai t-hitung untuk masing-masing ab- Analisis yang dilakukan pada penelitian ini meliputi
normal return sekuritas i pada hari ke-t. Sedangkan analisis terhadap reaksi pasar pada pengumuman Right
standar average abnormal return-t merupakan nilai Issue, pengumuman Bonus Share, pengumuman Stock
t-hitung untuk average abnormal return pada hari- Split, pengumuman Dividen dan pengumuan Laba
t selama event period (Hartono, 1998). dengan terlebih dahulu dilakukan koreksi terhadap bias
beta yang terjadi di Bursa Efek Jakarta. Hasil pengujian
k tersebut adalah sebagai berikut :
1
SAARt
k
∑ SARi =1
i, t

Tabel 1
Hasil pengujian abnormal return di seputar pengumuman right issue
( Sampel terdiri atas 26 perusahaan)

Hari ke-t Mean Cummulative t-hitung Keterangan


Abnormal return Abnormal return
-5 0,001882 0,001882 -4163,038373 Tidak Signifikan
-4 0,0018612 0,0037432 -4171,465158 Tidak Signifikan
-3 0,0018088 0,005552 -4181,408947 Tidak Signifikan
-2 0,0018032 0,0073552 -4190,423568 Tidak Signifikan
-1 0,0017264 0,0090816 -4152,511461 Tidak Signifikan
0 0,0017116 0,0107932 -4164,133976 Tidak Signifikan
1 0,0017272 0,0125204 -4136,146027 Tidak Signifikan
2 0,001718 0,0142384 -4144,087009 Tidak Signifikan
3 0,0017024 0,0159408 -4153,258624 Tidak Signifikan
4 0,0017592 0,0177 -4170,028188 Tidak Signifikan
5 0,001818 0,019518 -4133,712163 Tidak Signifikan
Hasil pengolahan spss

37
Jam STIE YKPN - Indah Kurniawati dan Sinta Sudarini Investigasi Empiris pada Reaksi Pasar ......

Grafik:

0,025

0,02
MAR/CAR

Mean Abnormal
0,015 return
0,01 Cummulative
Abnormal return
0,005

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
hari ke-t

Berdasarkan tabel ditunjukkan bahwa mean ab- mengindikasikan bahwa sebagian para pelaku pasar
normal return dan cumulative abnormal return yakni (calon) investor telah menerima assymetry infor-
menunjukkan hasil yang positif meskipun tidak mation, di mana mereka telah mendapatkan informasi
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa para pelaku yang baik/ menguntungkan dari perusahaan emiten
pasar memberikan respon yang positif terhadap yang melakukan right issue tersebut.
pengumuman Right issue. Padahal right issue itu sendiri Hasil Pengujian terhadap reaksi pasar pada
merupakan bad news di pasar modal, sehingga hal ini pengumuman bonus share sebagai berikut

Tabel 2
Hasil pengujian abnormal return di seputar pengumuman bonus share
( Sampel terdiri atas 51 perusahaan)

Hari ke-t Mean Cummulative t-hitung Keterangan


Abnormal return Abnormal return
-5 0,001606604 0,001606604 -0,90680901 Tidak Signifikan
-4 0,001575472 0,003182075 -0,197052453 Tidak Signifikan
-3 0,001553019 0,004735094 0,100528889 Tidak Signifikan
-2 0,001558868 0,006293962 -0,854238353 Tidak Signifikan
-1 0,001552642 0,007846604 -0,155076277 Tidak Signifikan
0 0,001508491 0,009355094 -0,808221986 Tidak Signifikan
1 0,001498868 0,010853962 -1,888120432 Signifikan
2 0,001518302 0,012372264 -0,195584665 Tidak Signifikan
3 0,001529811 0,013902075 -0,708060386 Tidak Signifikan
4 0,001509434 0,015411509 0,965753653 Tidak Signifikan
5 0,001489623 0,016901132 0,237616845 Tidak Signifikan
Hasil pengolahan spss

38
Jam STIE YKPN - Indah Kurniawati dan Sinta Sudarini Investigasi Empiris pada Reaksi Pasar ......

Grafik:

0,02
MAR / CAR

0,015 Mean Abnormal


return
0,01
Cummulative
0,005 Abnormal return

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
hari ke-t

Berdasarkan tabel ditunjukkan bahwa mean ab- modal mempunyai anggapan bahwa hanya perusahaan
normal return dan cumulative abnormal return yang memiliki kinerja yang baguslah yang mampu
menunjukkan hasil yang positif meskipun secara memberikan bonus share kepada para pemilik saham,
keseluruhan tidak signifikan. Hal ini menunjukkan sehingga hal ini mengakibatkan pasar menanggapi
bahwa para pelaku pasar memberikan respon yang secara positif pengumuman bonus share tersebut.
positif terhadap pengumuman Bonus share. Reaksi Hasil Pengujian mengenai reaksi pasar terhadap
positif tersebut disebabkan karena para pelaku di pasar pengumuman stock split adalah sebagai berikut:

Tabel 3
Hasil pengujian abnormal return di seputar pengumuman Stock split
( Sampel terdiri atas 62 perusahaan)

Hari ke-t Mean Cumulative t-hitung Keterangan


Abnormal Return Abnormal Return
-5 -0,00589 -0,00589 -2,57070 Signifikan
-4 0,00351 -0,00238 1,41034 Tidak Signifikan
-3 -0,00157 -0,00395 0,40298 Tidak Signifikan
-2 0,00526 0,00131 1,07951 Tidak Signifikan
-1 0,00299 0,00431 0,60042 Tidak Signifikan
0 -0,42207 -0,41776 -135,15815 Signifikan
1 -0,02823 -0,44599 -5,39797 Signifikan
2 -0,00722 -0,45321 -3,51882 Signifikan
3 -0,00377 -0,45698 -0,99873 Tidak Signifikan
4 0,00214 -0,45484 0,18029 Tidak Signifikan
5 0,00664 -0,44819 1,54835 Tidak Signifikan
Hasil Pengolahan spss

39
Jam STIE YKPN - Indah Kurniawati dan Sinta Sudarini Investigasi Empiris pada Reaksi Pasar ......

Grafik:

0,1
0
MAR/CAR

-0,1
CAR
-0,2
MAR
-0,3
-0,4
-0,5
hari ke-t

Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa pasar split. Hal ini disebabkan karena investor sudah
secara tidak stabil merespon pengumuman stock split mengetahui terlebih dahulu berita mengenai stock split
tersebut. Mean abnormal return dan cumulative ab- tersebut atau hal ini disebabkan adanya asymetry in-
normal return 5 hari sebelum terjadi pengumuman formation, dimana sebagian calon investor sudah
menunjukkan hasil yang negatif meskipun tidak mengtahui terlebih dahulu informasi yang ada di
signifikan, begitu juga pada saat 3 hari setelah perusahaan yang melakukan stock split tersebut.
pengumuman stock split. Hal ini mengidikasikan bahwa Sementara itu hasil pengujian terhadap pengumuman
pasar merespon secara negatif pengumuman stock dividen menunjukkan hasil sebagi berikut:

Tabel 4
Hasil pengujian abnormal return di seputar pengumuman dividen
( Sampel terdiri atas 50 perusahaan)

Hari ke-t Mean Cummulative t-hitung Keterangan


Abnormal return Abnormal return
-5 0,000913 0,000913 -0,820420258 Tidak Signifikan
-4 0,0009116 0,0018246 -6086,586414 Tidak Signifikan
-3 0,000916 0,0027406 1,463041982 Tidak Signifikan
-2 0,0009186 0,0036592 -11179,1747 Tidak Signifikan
-1 0,0009104 0,0045696 0,410290272 Tidak Signifikan
0 0,0009126 0,0054822 0,311305372 Tidak Signifikan
1 0,0009104 0,0063926 -1,902474549 Tidak Signifikan
2 0,0009094 0,007302 1,627364396 Tidak Signifikan
3 0,0009288 0,0082308 -2,322247052 Tidak Signifikan
4 0,000934898 0,009165698 -1,317722181 Tidak Signifikan
5 0,000934583 0,010100281 -0,287250482 Tidak Signifikan
Hasil pengolahan spss

40
Jam STIE YKPN - Indah Kurniawati dan Sinta Sudarini Investigasi Empiris pada Reaksi Pasar ......

Grafik:

0,012
0,01
MAR/ CAR

0,008 Mean Abnormal return

0,006
Cummulative Abnormal
0,004 return
0,002
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
hari ke-t

Berdasarkan tabel dan grafik menunjukkan menunjukkan bahwa perusahaan yang memberikan
bahwa pasar memberikan respon yang positif terhadap dividen menunjukkan bahwa perusahaan tersebut
pengumuman dividen. Hal ini terlihat pada adanya ab- mampu menghasilkan laba sehingga dapat memberikan
normal return yang positif meskipun tidak signifikan. dividen kepada para pemegang saham.
Hal ini mengindikasikan bahwa pembagian dividen Hasil pengujian mengenai reaksi pasar terhadap
yang diberikan oleh perusahaan emiten ditanggapi pengumuman laba sebagai berikut:
secara positif oleh investor. Selain itu juga

Tabel 5
Hasil pengujian abnormal return di seputar pengumuman laba
( Sampel terdiri atas 90 perusahaan)

Hari ke-t Mean Cummulative t-hitung Keterangan


Abnormal return Abnormal return
-5 0,001516705 0,001516705 -7,039352579 Signifikan
-4 0,001514091 0,003030795 -1,876511015 Signifikan
-3 0,00151375 0,004544545 2,336914247 Signifikan
-2 0,001507955 0,0060525 0,303228935 Tidak Signifikan
-1 0,001510114 0,007562614 -6,409107952 Signifikan
1 0 0,007562614 0 Tidak Signifikan
2 0,000176364 0,007738977 -14,27444844 Signifikan
3 0,000418409 0,008157386 -14,13070784 Signifikan
4 0,000541023 0,008698409 -11,60315311 Signifikan
5 0,000501818 0,009200227 -3,856223239 Signifikan

41
Jam STIE YKPN - Indah Kurniawati dan Sinta Sudarini Investigasi Empiris pada Reaksi Pasar ......

Grafik:

0,01

0,008
MAR/ CAR

Mean Abnormal
0,006 return
0,004 Cummulative
Abnormal return
0,002

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
hari k e t

Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa pasar terhadap informasi yang diterbitkan oleh para emiten.
memberikan reaksi yang positif secara signifikan pada Pengumuman right issue, bonus share, earnings dan
pengumuman laba di Bursa Efek Jakarta. Hal ini dividend direaksi positif secara statistis oleh pasar,
menunjukkan bahwa para pelaku pasar dapat menyerap sementara pengumuman stock split direaksi secara
informasi yang disampaikan oleh perusahaan emiten negatif. Reaksi pasar yang diamati selama periode
dengan bagus. Selain itu juga menunjukkan bahwa pengamatan ini menunjukkan reaksi yang tidak
pelaku pasar menanggapi pengumuman laba tersebut signifikan.
secara tepat, hal ini terlihat dari mean abnormal return
dan cumulative abnormal return yang positif. SARAN

SIMPULAN Pada penelitian-penelitian berikutnya dapat


dikembangkan dengan memisahkan antara perusahaan
Para pelaku pasar modal baik para investor maupun yang memberikan pengumuman berdasarkan size, jenis
calon investor di pasar modal khususnya Bursa Efek industri dan lain sebagainya. Selain itu dapat pula
Jakarta memberikan reaksi terhadap setiap menambah windows period untuk penelitian
pengumuman yang masuk ke bursa. Hal ini berarti selanjutnya supaya setiap pengumuman yang masuk
menunjukkan bahwa para pelaku pasar sudah ke Bursa Efek Jakarta dapat terserap secara penuh oleh
memberikan respon yang tepat dan tidak foolish para pelaku di pasar modal.

42
Jam STIE YKPN - Indah Kurniawati dan Sinta Sudarini Investigasi Empiris pada Reaksi Pasar ......

DAFTAR PUSTAKA Hartono, J., dan Surianto, 1999, “Bias Di Beta


Sekuritas dan Koreksinya Untuk Pasar
Modal yang Sedang Berkembang: Bukti
Brennan, M.J. and P.J. Hughes, 1991, Stock Pices Empiris Di Bursa Efek Jakarta”, Makalah
and The Supply of Information, Jour- Seminar, pada Seminar Nasional Hasil-
nal of Finance, Vol. 46, pp. 1665-1691 hasil Penelitian, Forum Komunikasi
Penelitian Manajemen dan Bisnis,
Brigham, E.F., L.C Gapenski, 1994, Financial UNDIP Semarang
Management: Theory & Practice, Or-
lando, The Dryden Press Healey, Paul dan Khrisna G. Palepu, 1990. “Earn-
ing and Risk Charges Surrounding Pri-
Budiarto, Arif dan Zaki Baridwan, 1999. mary Stock Offer”. Journal of Account-
“Pengaruh Pengumuman Right Issue ing Research. Vol. 28, Spring.
terhadap Tingkat Keuntungan dan
Likuiditas Saham di Bursa Efek Jakarta Husnan, Suad. Dasar-dasar Teori Portofolio
periode 1994-1996”. Jurnal Riset dan Analisis Sekuritas. Edisi Kedua,
Akuntansi Indonesia, Vol. 2 No. 1, Yogyakarta. AMP YKPN, 1996
Januari 1999.
Jogiyanto, H.M., 1998, Teori Portofolio &
Darmadji Tjiptono & Hendy M.F., “Pasar Modal Analisis Invensi, BPFE, Yogyakarta
di Indonesia”, Salemba Empat, Jakarta,
2001. Lako. A. 2002. “Market reaction to Earnings An-
nouncements With and Without
Ewijaya dan Nur Indriantoro, 1999, Analisis Confounding Effect” Simposium dwi
Pengaruh P, Jurnal Riset Akuntansi In- tahunan Jurnal Riset Akuntansi,
donesia, Pemecahan Saham terhadap Manajemen dan Ekonomi, Yogyakarta
Perubahan Harga Saham, hal 53-65
Loderer, C., Zimmermann, H., 1998. “Stock Of-
Fama, Eugene., Lawrence Fisher, Michael C. ferings in a Different Institutions Set-
Jensen and Richard Roll, 1969, The Ad- ting ; The Swiss Casse, 1973-1983”.
justment of Stock Prices to new Infor- Journal of Banking Finance 12, 353-378.
mation, Internatioanl Ecinomic Review
10:1, pp.1-21 McNichols, M. and A. Dravid, 1990, Stock Divi-
dends, Stock Splits and Signaling, Jour-
Fatmawati, 1999, Pengaruh Stock Split terhadap nal of Finance, Vol. 45, pp. 857-979
likuiditas saham yang diukur dengan
besarnya Bid-ask spread di Bursa Efek Miller, M., dan K. Rock. 1985. “Dividend Policy
Jakarta, Thesis S2 Program Studi Under Assymmetric Information”. Jour-
Akuntansi UGM, Yogyakarta nal of Finance, P. 1031-1051.

Fowler, D.J., dan C.H. Rorke, 1983, “The Risk Miller,M.H and Modigliani.” Dividend policy,
Measurement When Shares are Subject growth and the valuation of shares”,
to Infrequent Trading”, Jornal of Finan- journal of Business, October 1961
cial Economics, 12, hal. 279-289

43
Jam STIE YKPN - Indah Kurniawati dan Sinta Sudarini Investigasi Empiris pada Reaksi Pasar ......

Myers, S.C., Majluf, N.S. 1984. “Corporate Fi-


nance and Investment Decisions when
Firms have Information that Investors
do not have”. Journal of Finance Eco-
nomics 13, 187-221.

Na’im, Ainun and Frank Finn, “Announcement


effects and Market Efficiency in a Thin
Market”, Asia Pacific Journal of Man-
agement, 6 (2) pp: 243-265

Smith K., Fred and Jay M. Smith. Intermediate


Accounting. 9th edition. Ciricinati : South
Wesetern, 1990.

Wiggins, J.B., 1992, Beta Changes Around Stock


Splits Revisted, Journal of Financial
and Quantitative Analysis, Vol. 27, pp.
631-640

Yusi S.P. “Analisis Right Issue terhadap Return


Saham setelah Cum Date”. Simposium
Nasional Akuntansi IV, Bandung, 2001

44
Jam STIE YKPN - Rudy Badrudin Analisis Kajian Potensi ......

ABSTRACT

Small businesses in Indonesia have already proved


ANALISIS KAJIAN POTENSIthat DAN PENGGALIAN
ANALISIS
LABA BERSIHPENGARUH TEKANAN
BADAN USAHA KETAATAN
MILIK DAERAH
TERHADAP JUDGMENT AUDITOR
(BUMD) SEBAGAI SALAH SATU SUMBER
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)
Hansiadi Yuli Hartanto1)
KABUPATENIndraSLEMAN, TAHUN
Wijaya Kusuma 2) 2002
*)
Rudy Badrudin

ABSTRACT besar kepada pemerintah, instansi, dan para pelaku


ekonomi daerah dalam menangani pembangunan di
daerah. Hal itu ditunjukkan dengan pemberlakuan dua
The autonomy of region be regulated in UU Nomor 22 undang-undang tentang Otonomi Daerah per 1 Januari
Tahun 1999 (Pemerintahan Daerah) and UU Nomor 25 2001, yaitu Undang-Undang Nomor 22 tentang
(Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tahun 1999 dan Undang-Undang
Daerah). These regulations can be implicated to all of Nomor 25 tentang Perimbangan Keuangan antara
regions, for example Kabupaten Sleman if all of regions Pemerintah Pusat dan Daerah. Hal yang sangat berperan
and Kabupaten Sleman have revenue to budget devel- penting dalam menunjang keberhasilan daerah dalam
opment. One of revenue to budget development re- menjalankan kedua undang-undang tersebut adalah
gion is Pendapatan Asli Daerah (PAD) from profit’s kesiapan pelaku ekonomi daerah dan masalah sumber
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). For developing pembiayaan pembangunan daerah.
BUMD, each region has to make a fit development Pelaku ekonomi di daerah sebagai komponen
strategy based on its endowment. This paper present sumberdaya manusia di daerah dalam menyongsong
the strategy of BUMD (Bank Pembangunan Daerah, Otonomi Daerah dapat dijelaskan secara teori dengan
Bank Perkreditan Rakyat “Bank Pasar”, and PDAM menggunakan circular flow diagram seperti yang
Kabupaten Sleman) in Kabupaten Sleman so that can ditunjukkan pada Diagram 1. Diagram tersebut
give to contribute for profit’s BUMD, PAD, and bud- menjelaskan bagaimana pelaku ekonomi berinterakasi,
get development. dengan asumsi bahwa ada lima pelaku yaitu
masyarakat, perusahaan, lembaga keuangan bank dan
PENDAHULUAN bukan bank, pemerintah daerah, dan dewan perwakilan
rakyat daerah.
Lebih dari 3 tahun sudah kita menjalankan paradigma
pembangunan yang telah memberikan peran yang lebih

*)
Drs. Rudy Badrudin, M.Si., adalah Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta.

45
Jam STIE YKPN - Rudy Badrudin Analisis Kajian Potensi ......

Gambar 1
Circular Flow Diagram
Faktor Produksi/Input

Pendapatan

Masyarakat Perusahaan

Pengeluaran Konsumsi
Barang dan Jasa

Lembaga Keuangan Bank


Tabungan dan Bukan Bank Investasi

Pemerintah Daerah dan


Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD)

Pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat Menurut UU Nomor 25 tahun 1999, dalam
daerah (DPRD) akan menjadi fasilitator bagi para pelaku penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan
ekonomi yang lain seperti masyarakat, perusahaan, dan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumberdaya
lembaga keuangan dalam penentuan kebijakan untuk nasional yang berkeadilan serta perimbangan keuangan
membuat peraturan-peraturan bagi kepentingan daerah. pemerintah pusat dan daerah. Sumber pembiayaan
Dengan demikian, pemerintah daerah dan dewan pelaksanan desentralisasi terdiri dari pendapatan asli
perwakilan rakyat daerah dituntut untuk siap daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah, dan lain-
menghadapi Otonomi Daerah tersebut. Pemerintah lain penerimaan yang sah. Pendapatan asli daerah
daerah akan lebih leluasa mengelola badan usaha milik (PAD) merupakan sumber keuangan daerah yang digali
daerah (BUMD) sebagai salah satu sumber pendapatan dari dalam daerah yang bersangkutan yang terdiri dari
asli daerah (PAD) setelah Otonomi Daerah diberlakukan. pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik
Hal itu dapat dilakukan dengan persyaratan usaha dan daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya
strategi tertentu mengingat kondisi BUMD yang ada yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Dana
sekarang ini masih memprihatinkan (Bisnis Indonesia, perimbang-an merupakan sumber pembiayaan yang
22 Desember 1999). DPRD juga dituntut untuk menjadi berasal dari bagian daerah dari pajak bumi dan
“oposisi” yang konstruktif bagi eksekutif pada saat bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan
Otonomi Daerah diberlakukan sehingga pemerintah bangunan (BPHTB), penerimaan dari sumberdaya alam,
daerah dan DPRD memiliki peran yang seimbang dana alokasi umum, dan alokasi khusus. Dana
(Kompas, 16 Desember 1999). perimbangan sebagai salah satu sumber pembiayaan

46
Jam STIE YKPN - Rudy Badrudin Analisis Kajian Potensi ......

daerah tidak dapat diperoleh daerah secara maksimal yang berasal dari PAD Kabupaten Sleman, yang meliputi
karena ada sebagian yang menjadi haknya pemerintah pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik
pusat. Pinjaman daerah pun belum bisa diharapkan daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya
menjadi salah satu sumber pembiayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.
langsung karena pelaksanaan pinjaman daerah Pengembangan PAD Kabupaten Sleman sangat
dilakukan melalui pemerintah pusat sebagaimana janji dibutuhkan bagi Kabupaten Sleman itu sendiri dalam
pemerintah dalam Letter of Intent (LoI) keempat yang rangka membiayai pembangunan di Kabupaten Sleman
ditandatangani di Jakarta, 13 Desember 2001 yang lalu secara lebih mandiri. Pembiayaan secara lebih mandiri
(Kompas, 15 Desember 2001, hal. 13). tersebut diperlukan karena sangat berisiko sekali bagi
Oleh karena itu, tepatlah kalau pemerintah Kabupaten Sleman apabila mengharapkan sumber
daerah harus pandai menggali sumber dana yang pembiayaan yang bukan bersumber pada PAD karena
berasal dari daerah itu sendiri. Tetapi bukan dengan dana perimbangan yang berasal dari bagian daerah dari
sembarang membuat berbagai peraturan-peraturan pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak
daerah (perda) tentang pajak daerah atau retribusi atas tanah dan bangunan (BPHTB), penerimaan dari
daerah yang ujung-ujungnya akan memberatkan pelaku sumberdaya alam, dana alokasi umum, dan alokasi
ekonomi di daerah tersebut sehingga akan menjadi khusus tidak dapat diperoleh daerah secara maksimal
bumerang bagi pelaksanaan dan kelancaran otonomi karena ada sebagian yang menjadi haknya pemerintah
daerah tersebut. Hal itu bahkan sudah ditegaskan dalam pusat. Pinjaman daerah pun belum bisa diharapkan
LoI IV, bahwa IMF meminta pemerintah Indonesia untuk menjadi salah satu sumber langsung pembiayaan
mencabut perda-perda (68 perda) yang bermasalah daerah karena pelaksanaan pinjaman daerah tetap
(Kompas, 26 Nopember 2001, hal. 15). Sumber dana melalui pemerintah pusat, dalam arti pemerintah pusat
daerah alternatif dapat pula digali oleh pemerintah sebagai peminjam yang kemudian akan dialokasikan
daerah melalui pembentukan BUMD seperti yang sudah kepada pemerintah daerah.
dijelaskan dalam Gambar 1. Dengan pembentukan Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah
BUMD yang kemudian dikelola secara profesional maka urusan yang harus dikelola Kabupaten Sleman sebagai
BUMD akan memperoleh keuntungan sehingga akan konsekuensi pelaksanaan otonomi daerah, beban
menjadi salah satu sumber penerimaan PAD. pembiayaan semakin berat. Perkembangan realisasi
Kabupaten Sleman yang terletak di Propinsi DIY Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) selama
perlu mengembangkan lebih lanjut sumber dana mandiri 8 tahun ditunjukkan sebagai berikut:

47
Jam STIE YKPN - Rudy Badrudin Analisis Kajian Potensi ......

Peningkatan realisasi APBD Kabupaten Sleman kondisi PAD selama 8 tahun terakhir ditunjukkan
dari tahun ke tahun juga diikuti dengan peningkatan sebagai berikut:
Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sebagai gambaran,

Tabel 2
Realisasi PAD Sleman 1995/1996 - 2002

Tahun Anggaran Realisasi PAD Peningkatan


1995/1996 Rp 7.442.337.458 -
1996/1997 Rp 10.574.223.660 42 %
1997/1998 Rp 13.646.881.289 29 %
1998/1999 Rp 14.786.415.038 8%
1999/2000 Rp 17.125.444.712 13,55%
2000 Rp 17.889.883.435 4,46%
2001 Rp 29.571.153.214 65,30%
2002 Rp 38.908.192.767 31,57%
Sumber: BPKKD.

Berdasarkan realisasi PAD yang tergali tersebut, dapat ditunjukkan kontribusi PAD terhadap realisasi APBD
dan APBD non rutin sebagai berikut:

Tabel 3
Kontribusi PAD Sleman 1995/1996 - 1999/2000

Tahun Anggaran Kontribusi Pada Kontribusi Pada APBD


APBD Non Belanja
1995/1996 22,69 % 27,32 %
1996/1997 14,68 % 33,19 %
1997/1998 14,92 % 35,79 %
1998/1999 14,91 % 35,48 %
1999/2000 11,86 % 32,34 %

Sumber: Selintas Hasil Pembangunan Kabupaten Sleman, 2000, hal. 32.

Sumber PAD yang menjadi adalan dari sektor retribusi pasar dan retribusi tempat rekreasi dan olah
pajak adalah pajak hotel dan restoran, Pajak penerangan raga.
jalan dan pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air Secara lengkap, komponen PAD Kabupaten
permukaan. Sementara untuk retribusi daerah yang Sleman tahun anggaran 2002 ditunjukkan pada tabel 4
menjadi andalan adalah retribusi pelayanan kesehatan, berikut ini:

48
Jam STIE YKPN - Rudy Badrudin Analisis Kajian Potensi ......

Tabel 4
Komponen PAD Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2002

NU SUBYEK JUMLAH PERSENTASE DARI


TOTAL SUBTTL SUBSUB SSS
1 Pendapatan Asli Daerah 34.001.261.932 10.37%
a. Pajak Daerah 17.074.636.139 50.22%
- Pajak Hotel dan Restoran 9.000.000.000 52.71%
- Pajak Hiburan 526.700.000 3.08%
- Pajak Reklame 622.554.339 3.65%
- Pajak Penerangan Jalan 5.545.381.800 32.48%
- Pjk BGG-C 180.000.000 1.05%
- Pjk ABT dan Pompa Air 1.200.000.000 7.03%
b. Retribusi Daerah 9.443.952.700 27.78%
- R. Pelayanan Kesehatan 4.761.960.000 50.42%
- R. Pel. Sampah dan Kebers. 231.900.000 2.46%
- R. Cetak KTP dan Akte Capil 610.145.500 6.46%
- R. Parkir di Tepi Jalan 420.000.000 4.45%
- R. Pasar 1.150.000.000 12.18%
- R. Pengujian Kend. Bermotor 316.717.500 3.35%
- R. Pemakaian Kekay. Daerah 57.125.000 0.60%
- R. Terminal 164.466.000 1.74%
- R. Rumah Pemot. Hewan 62.748.200 0.66%
- R. Tempat Rekr. dan OR 660.600.000 6.99%
- R. Penjualan PUD 233.290.500 2.47%
BPP/Kebun 58,652,500 25.14%
Kebun Sawangan 600,000 0.26%
Benih Ikan 24,038,000 10.30%
Pentas seni 150,000,000 64.30%
- R. Izin Penggunaan Tanah 90.000.000 0.95%
- R. IMB 500.000.000 5.29%
- R. Izin Gangguan 180.000.000 1.91%
- R. Izin Trayek 5.000.000 0.05%
c. Bagian Laba Perush. Daerah 1.761.360.635 5.18%
- BPD 1.018.116.635 57.80%
- Perush. Daerah 743.244.000 42.20%
BPR Bank Pasar 743,000,000 99.97%
PDAM 244,000 0.03%
- Hasil Investasi kpd phk III nihil
d. Lain-lain PAD 5.721.312.458 16.83%
- Hsl Penj. Milik Daerah 30.000.000 0.52%
Drum Bekas aspal 30,000,000 100.00%

49
Jam STIE YKPN - Rudy Badrudin Analisis Kajian Potensi ......

- Jasa Giro 591.128.858 10.33%


BPD 591,128,858 100.00%
- Sumbangan Pihak Ketiga 2.500.000 0.04%
- Pener. Kembali Restr. Modal 1.392.688.000 24.34%
Restrukt. Model Perikanan 735,188,000 52.79%
Restrukt. Model Perkebunan 196,250,000 14.09%
Restrukt. Modal Kehutanan 75,000,000 5.39%
Restrukt. T. Pangan dan Hort. 298,750,000 21.45%
Restrukt. Modal Koperasi 87,500,000 6.28%
- Lain-lain Pendapatan 3.704.995.600 10.90% 64.76%
Penj. Sapi dana kereman 2,582,661,200 69.71%
Penelitian IMB 19,250,000 0.52%
Adm. Pemutihan IMB 2,000,000 0.05%
Sewa Lahan eks Dipenda nihil
Penerimaan MCK Terminal 8,664,000 0.23%
Jasa fasil. Kaliurang 31,170,400 0.84%
Jasa fasil. Kaliadem nihil
Sewa Kios Kaliurang nihil
Konsesi Pemasangan Iklan 321,250,000 8.67%
Tanda Daftar Perusahaan 29,000,000 0.78%
Bunga Deposito 666,000,000 17.98%
IUJK 45,000,000 1.21%
2. Dana Perimbangan 288.434.390.109 87.94%
a. Bagi Hasil Pajak 20.500.000.000 7.11%
PBB 8,900,000,000 43.41%
PHTB 5,500,000,000 26.83%
PPH Pasal 21 6,100,000,000 29.76%
b. Bagi Hasil Bukan Pajak 684.390.109 0.24%
Profisi Sumberdaya Hutan nihil
Pemb. Atas Hak Tanah Negara Nihil
Pungutan Hasil Perikanan 684,390,109 0.24% 100.00%
c. Dana Alokasi Umum 255.350.000.000 88.53%
DAU 255,350,000,000 100.00%
d. Dana Alokasi Khusus nihil
Dana Darurat nihil
e. Dana Perimb. Dari Propinsi 11.900.000.000 4.13%
PKB/BBNKB 9,500,000,000 79.83%
PBB KB 2,400,000,000 20.17%
3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 5.560.000.000 1.70%
a. Dana Penyeimbang 5,060,000,000 91.01%
b. Dana Luncuran 500,000,000 8.99%
TOTAL 327.995.652.041
Sumber : Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten
Sleman Triwulan I Tahun Anggaran 2002. Data diolah.

50
Jam STIE YKPN - Rudy Badrudin Analisis Kajian Potensi ......

Berdasarkan Tabel 4, tampak bahwa persentase pajak pengambilan bahan galian golongan C (20%),
PAD dari keseluruhan anggaran Kabupaten Sleman dan pajak parkir (20%). Di samping jenis pajak tersebut,
hanya sebesar 10,37%, sedangkan persentase dana daerah (kabupaten/kota) dapat menetapkan jenis pajak
perimbangan sangat besar, yaitu 87,94%. Dengan kabupaten/ kota yang lain tetapi memenuhi kriteria
demikian, untuk meningkatkan kemandirian Kabupaten sebagai berikut:
Sleman dalam anggaran pembangunannya perlu a. bersifat pajak dan bukan retribusi
dilakukan usaha-usaha untuk menggali potensi dan b. obyek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah
mengembangkan PAD Kabupaten Sleman. Untuk data kabupaten/kota yang bersangkutan dan
PAD Kabupaten Sleman, sumber terbesar adalah Pajak mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta
Daerah, yaitu 50,22% diikuti sumber Retribusi Daerah hanya melayani masyarakat di wilayah daerah
27,78%, lain-lain sumber PAD 16,83% dan laba bersih kabupaten/kota yang bersangkutan.
Perusahaan Daerah 5,18%. c. obyek dan dasar pengenaan pajak tidak
Berdasarkan penjelasan Tabel 4 tersebut bertentangan dengan kepentingan umum.
ternyata kontribusi kaba bersih Perusahaan Daerah atau d. obyek pajak bukan merupakan obyek pajak propinsi
BUMD paling rendah. Sehubungan dengan usaha dan/atau obyek pajak pusat.
pemerintah Kabupaten Sleman dalam membiayai secara e. potensinya memadai.
lebih mandiri pelaksanaan pembangunan di Kabupaten f. tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif.
Sleman, maka perlu diadakan kajian tentang potensi g. memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan
dan penggalian laba bersih BUMD PAD di Kabupaten masyarakat.
Sleman agar dalam perkembangan waktu berikutnya h. menjaga kelestarian lingkungan
kontribusi laba bersih BUMD bisa meningkat. Di samping pajak daerah kabupaten/kota,
kabupaten/kota juga menerima (share) bagian pajak
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) propinsi sebesar persentase tertentu yang terdiri dari:
a. pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas
Sumber PAD adalah sumber keuangan daerah yang air tarif maksimun 5% (share minimum 30%).
digali dari dalam daerah yang bersangkutan yang terdiri b. bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan
dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan di atas air tarif maksimum 10% (share minimum 30%).
milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah c. pajak bahan bakar kendaraan bermotor tarif
lainnya yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. maksimum 5% (share minimum 70%).
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh d. pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah
orang pribadi atau badan usaha kepada daerah tanpa tanah dan air permukaan tarif maksimum 20% (share
imbalan langsung yang seimbang yang dapat minimum 70%).
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang- Retribusi daerah dibagi atas tiga golongan,
undangan yang berlaku yang digunakan untuk yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan
membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan retribusi perijinan tertentu. Di samping itu, pemerintah
pembangunan daerah. Retribusi daerah adalah daerah kabupaten/kota dapat menetapkan jenis retribusi
pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau lain sesuai dengan kewenangan otonominya dan
oemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan/ memenuhi kriteria yang lebih ditetapkan. Jenis-jenis
atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk retribusi tersebut ditetapkan dengan peraturan
kepentingan orang pribadi atau badan usaha. pemerintah berdasarkan kriteria sebagai berikut:
Menurut UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang a. Retribusi jasa umum
Perubahan Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 i. bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pasal 2 dan jasa usaha atau retribusi perijinan tertentu.
pasal 3 disebutkan bahwa jenis pajak daerah ii. jasa yang bersangkutan merupakan
(kabupaten/kota) dan tarif maksimumnya adalah pajak kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan
hotel (10%), pajak restoran (10%), pajak hiburan (35%), desentralisasi.
pajak reklame (25%), pajak penerangan jalan (10%),

51
Jam STIE YKPN - Rudy Badrudin Analisis Kajian Potensi ......

iii. jasa tersebut memberikan manfaat khusus bagi bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan aspek
orang pribadi atau badan usaha yang diharuskan keadlian.
membayar retribusi, di samping untuk melayani b. Retribusi jasa usaha berdasarkan pada tujuan untuk
kepentingan dan kemanfataan umum. memperoleh keuntungan yang layak.
iv. jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi c. Retribusi perijinan tertentu berdasarkan pada tujuan
v. retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya
nasional mengenai pe-nyelenggaraannya. penyelenggaraan pemberian ijin yang
vi. retribusi dapat dipungut secara efesien dan bersangkutan.
efektif, serta merupakan salah satu sumber
pendapatan daerah yang potensial. Analisis terhadap data PDRB Kabupaten
vii. pemungutan retribusi memungkinkan Sleman, PDRB per kecamatan di Kabupaten Sleman,
penyediaan jasa tersebut dengan tingkat dan/ dan Location Quotient (LQ) per kecamatan di
atau kualitas layanan yang lebih baik Kabupaten Sleman akan diperoleh sektor-sektor per
kecamatan yang mempunyai nilai LQ lebih besar, sama
b. Retribusi jasa usaha dengan, atau lebih kecil daripada 1 sehingga dapat
i. bersifat bukan pajak dan bersifat bukan retribusi diusulkan pembentukan Badan Usaha Milik Daerah
jasa umum atau retribusi perijinan tertentu. (BUMD) baru dari sektor-sektor yang berpotensi
ii. jasa yang bersangkutan adalah jasa yang ekonomi di Kabupaten Sleman yang berbasis di
bersifat komersial yang seyogianya disediakan kecamatan-kecamatan. Dengan demikian, pembentukan
oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau BUMD baru yang menguntungkan akan menambah
terdapatnya harta yang dimiliki/dikuasai daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sleman dan
yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh mengembangkan kecamatan yang berpotensi secara
pemerintah daerah. ekonomi berdasarkan nilai LQ.

c, Retribusi perijinan tertentu ANALISIS KAJIAN POTENSI DAN PENGGALIAN


i. perijinan tersebut termasuk kewenangan LABA BERSIH BUMD SEBAGAI SALAH SATU
pemerintahan yang diserahkan kepada daerah SUMBER PAD DI KABUPATEN SLEMAN
dalam rangka asas desentralisasi.
ii. perijinan tersebut benar-benar diperlukan guna Pada bagian ini akan dibahas analisis terhadap kajian
melindungi kepentingan umum potensi dan penggalian PAD Kabupaten Sleman
iii. biaya yang menjadi beban daerah dalam Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang meliputi
penyelenggaraan ijin tersebut dan biaya untuk analisis terhadap sumber-sumber PAD -secara khusus
menanggulangi dampak negatif dari pemberian laba bersih BUMD- Kabupaten Sleman. Posisi PAD
ijin tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai Kabupaten Sleman terhadap total anggaran penerimaan
dari retribusi perijinan. Kabupaten Sleman dan posisi masing-masing sumber
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif PAD Kabupaten Sleman terhadap PAD Kabupaten
retribusi ditentukan sebagai berikut: Sleman ditunjukkan pada Tabel 5 berikut ini:
a. Retribusi jasa umum berdasarkan kebijakan daerah
dengan memperhatikan biaya penyediaan jasa yang

52
Jam STIE YKPN - Rudy Badrudin Analisis Kajian Potensi ......

Tabel 5
Komponen Anggaran Penerimaan dalam APBD Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 2002

PERSENTASE DARI
No. SUBYEK JUMLAH TOTAL SUBTOTAL
1 Pendapatan Asli Daerah 34.001.261.932 10.37%
a. Pajak Daerah 17.07..636.139 50.22%
b. Retribusi Daerah 9.443.952.700 27.78%
c. Bagian Laba Perush. Daerah 1.761.360.635 5.18%
d. Lain-lain PAD 5.721.312.458 16.82%
2 Dana Perimbangan 288.434.390.109 87.93%
a. Bagi Hasil Pajak 20.500.000.000
b. Bagi Hasil Bukan Pajak 684.390.109
c. Dana Alokasi Umum (DAU) 255.350.000.000
d. Dana Alokasi Khusus Nihil
Dana Darurat Nihil
e. Dana Perimb. Dari Propinsi 11.900.000.000
3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 5.560.000.000 1.70%
a. Dana Penyeimbang 5,060,000,000
b. Dana Luncuran 500,000,000
TOTAL 327.995.652.041
Sumber : Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 2002. Data diolah.

Nampak pada Tabel 5, sumber anggaran utama mengembangkan pene-rimaan utama dari PAD. Pada
Kabupaen Sleman adalah berasal dari Dana Tabel 6 tampak bahwa sumber PAD utama adalah pajak
Perimbangan, yaitu sebesar 87,93%, disusul PAD daerah (50,22%), kemudian retribusi daerah (27,78%),
10,37%, dan lain-lain sumber pendapatan yang sah lain-lain PAD (16,82%), dan paling kecil persentasenya
sebesar 1,70%. Dengan demikian, anggaran penerimaan adalah bagian laba perusahaan daerah (5,18%). Hal ini
Kabupaten Sleman sangat bergantung pada juga terjadi pada tahun anggaran sebelumnya, yaitu
penerimaan non PAD. Padahal dalam era otonomi dari tahun anggaran 1997/1998 sampai dengan tahun
daerah, kemandirian suatu daerah dalam membiayai anggaran 2001 seperti yang disajikan pada Tabel 6
pembangunannya sangat diharapkan. Oleh karena itu, berikut ini:
sangat penting bagi Kabupaten Sleman untuk

53
Jam STIE YKPN - Rudy Badrudin Analisis Kajian Potensi ......

Tabel 6
Perkembangan Sumber Penerimaan PAD Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 1997/1998 - Tahun Anggaran 2001

Tahun Pajak Daerah Retribusi Daerah Laba BUMD Penerimaan Jumlah


Anggaran Lain-lain PAD
1997/1998 6.307.064.984,82 3.450.573.395,00 708.029.761,57 2.999.213148,51 13.464.881.289,90
1998/1999 7.229.182.708,87 3.466.829.646,00 883.219.551,51 3. 207.183.131,62 14.786.415.038,00
1999/2000 9.185.908.717,58 5.551.344.263,90 728.790.632,33 1.659.401.098,41 17.125.444.712,22
2000 9.602.014.787,69 5.676.781.484,60 1.242.452.958,17 1.368.634.205,00 17.889.883.435,46
2001 16.069.014.396,26 8.268.612.581,75 1.743.565.085,30 3.489.961.151,122 29.571.153.214,43
Sumber : Perhitungan Anggaran dan Belanja Daerah Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 1997/1998 – 2001.

Berdasarkan Tabel 6, maka dapat dihitung persentase masing-masing sumber PAD terhadap PAD keseluruhan
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7
Persentase Sumber-Sumber PAD Terhadap PAD Keseluruhan
Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 1997/1998 – 2001

Tahun Pajak Daerah Retribusi Laba BUMD Penerimaan Jumlah


Anggaran Daerah Lain-lain PAD
1997/1998 46,84% 25,63% 5,26% 22,27% 100,00%
1998/1999 48,89% 23,45% 5,97% 21.69% 100,00%
1999/2000 53.64% 32.42% 4,26% 9,68% 100,00%
2000 53,67% 31,73% 6,94% 7,66% 100,00%
2001 54,34% 27,96% 5,90% 11,8% 100,00%
Sumber: Data diolah dari Tabel 6.

Dalam bagian ini akan dianalisis potensi Kabupaten Sleman. Adapun persentase masing-masing
pengembangan BUMD yang ada meliputi Bank sumber PAD yang berasal dari bagian laba peru-sahaan
Pembangunan Daerah (BPD), Bank Pasar, dan PDAM daerah ditunjukkan pada Tabel 8 berikut ini:

Tabel 8
Bagian Laba Perusahaan Daerah Kabupaten Sleman Triwulan I Tahun Anggaran 2002

Bagian Laba Bagian Laba Bagian Laba


BPD Bank Pasar dan PDAM Perusahaan Daerah
Rp254.529.158,75 57,80% Rp185.811.000,00 42,20% Rp440.340.158,75 100%
Sumber : Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sleman Triwulan I
Tahun. Anggaran 2002. Data diolah

54
Jam STIE YKPN - Rudy Badrudin Analisis Kajian Potensi ......

Nampak pada Tabel 8, sumber PAD dari bagian kinerja BPD dan masing-masing perusahaan daerah
laba perusahaan daerah didominasi oleh penerimaan tersebut.
dari bagian laba BPD, yaitu sebesar 57,80% sedangkan Peningkatan kinerja BPD dan masing-masing
penerimaan dari bagian laba Bank Pasar dan PDAM perusahaan daerah perlu dilakukan, di samping untuk
sebesar 42,20%. Dengan demikian, untuk meningkatkan meningkatkan laba BPD dan perusahaan daerah juga
PAD yang berasal dari sumber bagian laba perusahaan un-tuk meningkatkan efektivitas penerimaan laba BPD
daerah yang masih relatif kecil (rata-rata sebesar 5,67%), dan perusahaan daerah tersebut. Efektivitas
dapat dilakukan dengan meningkatkan laba dari masing- penerimaan laba BPD dan perusahaan daerah selama
masing sumber bagian laba perusahaan daerah. Hal itu ta-hun anggaran 1999/2000 - 2001 mengalami
berarti, pemerintah daerah harus mampu meningkatkan peningkatan, yaitu dari 68% menjadi 138%. Hal itu
ditunjukkan pada Tabel 9 berikut ini:

Tabel 9
Efektivitas Penerimaan Laba BPD dan Perusahaan Daerah Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 1999/2000 - 2001

Tahun Anggaran Anggaran (Target) Realisasi Efektivitas


1999/2000 Rp1.073.790.632,33 Rp728.790.632,33 68%
2000 Rp1.262.000.000,00 Rp1.242.452.958,17 98%
2001 Rp1.262.000.000,00 Rp1.743.565.085,30 138%
Sumber : Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sleman
Tahun Anggaran 1999/2000 - 2001. Data Diolah.

Peningkatan efektivitas penerimaan laba BPD dalam perekonomian. Pengelolaan bank membutuhkan
dan perusahaan daerah Kabupaten Sleman itu adanya keterpaduan antara dua tujuan/kepentingan.
menunjukkan bahwa kinerja BPD dan perusahaan Bank sebagai lembaga yang mencari keuntungan harus
daerah secara makro mengalami peningkatan. mempertimbangkan juga masalah keamanan dan
Peningkatan itu dimungkinkan karena pelaksanaan likuiditas. Semakin likuid sebuah asset akan semakin
otonomi daerah yang dimulai tanggal 1 Januari 2001 kecil yang bisa dihasilkan oleh asset tersebut. Bank
telah “memaksa” pemerintah daerah Kabupaten Sleman harus mempertimbangkan trade-off antara likuiditas dan
untuk bekerja keras memperoleh sumber pembiayaan profitabilitasnya.
secara lebih mandiri dalam rangka pembiayaan APBD Tujuan jangka panjang BPD adalah
Kabupaten Sleman, yaitu dari sumber PAD. Dengan mendapatkan keuntungan. Keuntungan bisa diperoleh
demikian, pemerintah daerah Kabupaten Sleman jika bank dikelola dengan manajemen yang tepat. Secara
diharapkan tidak ragu lagi dalam mentargetkan umum pengelolaan keuangan perusahaan akan
anggaran sumber penerimaan yang berasal dari laba menghadapi tiga masalah yang penting yaitu likuiditas,
BPD dan perusahaan daerah menjadi lebih besar solvabilitas, dan rentabilitas. Untuk menjaga posisi BPD
mengingat realisasi atau efektivitas penerimaan laba agar tetap likuid, BPD harus mengelola likuiditasnya
BPD dan perusahaan daerah yang meningkat dari waktu dengan cara yang benar. Likuiditas bagi bank
ke waktu. merupakan masalah yang sangat penting karena
berkaitan dengan kepercayaan masyarakat, nasabah,
BPD Cabang Sleman dan pemerintah. Dalam dunia perbankan sering timbul
pertentangan antara kepentingan likuiditas dan
BPD adalah lembaga keuangan yang profitabilitas. Untuk mempertahankan posisi likuiditas
memberikan layanan jasa-jasa keuangan. Bank sebagai yang tinggi berarti harus menggunakan dana yang
financial intermediary mempunyai peran yang penting seharusnya bisa dipinjamkan untuk memperbesar

55
Jam STIE YKPN - Rudy Badrudin Analisis Kajian Potensi ......

cadangan primer. Dengan demikian maka kesempatan semakin meningkat pula. Hal ini ditunjukkan dengan
untuk mendapatkan keuntungan akan berkurang. rasio non performing loan (NPL) yang angkanya
Pengelolaan likuiditas bisa dilakukan dengan dua semakin menurun dari 3,64% menjadi 1,15%. NPL
pendekatan yaitu assets management dan liability merupakan salah satu indikator kesehatan suatu bank
management. yang menunjukkan persentase jumlah kredit yang
Menurut Neraca BPD per September 2001 dan bermasalah, misalnya kredit macet. Menurut ketentuan
2002, terjadi peningkatan aktiva/passiva dari Bank Indonesia, bank yang sehat adalah bank yang
Rp751.155.000.000 menjadi Rp1.040.541.000.000 atau mempunyai NPL kurang daripada 5%. Oleh karena nilai
naik sebesar 38,53%. Kenaikan aktiva/passiva BPD NPL BPD DIY semakin menurun berarti alokasi kredit
menunjukkan terjadinya peningkatan kinerja BPD. yang disalurkan oleh BPD DIY semakin self liquiditing.
Apabila dilihat pada sisi aktiva Neraca BPD per Sep- Dengan kata lain, semakin menurunnya nilai NPL BPD
tember 2001 dan 2002 tersebut nampak bahwa aktiva DIY menunjukkan bahwa pendapatan bunganya
terbesar terdapat pada pos kredit yang diberikan yaitu semakin meningkat.
sebesar Rp328.843.000.000 atau sebesar 43,78% per Apabila dilihat pada sisi passiva Neraca BPD
September 2001 dan Rp514.221.000.000 atau sebesar per September 2001 dan 2002 tersebut nampak bahwa
49,41% per September 2002. Dengan demikian, selama passiva terbesar terdapat pada pos penerimaan giro,
periode 2001 sampai dengan 2002 BPD DIY mengalami disusul penerimaan simpanan berjangka dan tabungan.
kenaikan jumlah kredit yang diberikan sebesar 5,64%. Sisi passiva (tiga pos terbesar) Neraca BPD DIY per
Kenaikan jumlah kredit yang diberikan oleh BPD DIY September 2002 dan 2002 ditunjukkan pada Tabel 10.
tentunya akan menghasilkan pendapatan bunga yang

Tabel 10
Sisi Passiva (tiga pos terbesar) Neraca BPD DIY
per September 2001 dan 2002

Pos Per September2001 Per September2002 Perubahan


(Rpjuta) (Rp juta) (%)
Giro Rp398.163 53,01% Rp453.239 43,56% -9,45%
Simpanan Berjangka Rp102.778 13,68% Rp229.216 22,03% 8,35%
Tabungan Rp142.214 18,93% Rp214.131 20,58% 1,65%
Sumber: Neraca BPD DIY per September 2001 dan 2002.

Berdasarkan Tabel 10, nampak bahwa pada September 2002 mengalami kenaikan dari
Neraca BPD DIY per September 2001 penerimaan Rp643.155.000.000,- menjadi Rp896.586.000.000,- atau
simpanan terbesar adalah giro (53,01%), disusul naik sebesar 39,40%.
tabungan (18,93%) dan simpanan berjangka (13,68%). Kenaikan jumlah ketiga simpanan di BPD DIY
Sedangkan pada Neraca BPD DIY per September 2002 selama periode tersebut menunjukkan kinerja BPD DIY
penerimaan simpanan terbesar adalah giro (43,56%), yang semakin meningkat yang oleh karenanya
disusul simpanan berjangka (22,03%) dan tabungan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat yang
(20,58%). Dengan demikian, selama periode 2001 semakin meningkat pula. Meningkatnya rasa
sampai dengan 2002 BPD DIY mengalami penurunan kepercayaan masyarakat untuk menyimpan uangnya
simpanan giro sebesar 9,45%, kenaikan simpanan di BPD DIY ditunjukkan oleh simpanan berjangka dan
berjangka (8,35%), dan kenaikan tabungan (1,65%). tabungan. Sedangkan simpanan giro mengalami
Secara keseluruhan, simpanan giro, berjangka, dan penurunan. Dengan demikian, agar BPD DIY lebih
tabungan BPD DIY per September 2001 sampai dengan mampu lagi dalam menggali sumber dana dan kemudian

56
Jam STIE YKPN - Rudy Badrudin Analisis Kajian Potensi ......

disalurkan dalam berbagai alokasi kredit pinjaman maka khususnya BPD Cabang Sleman yang semakin
BPD DIY harus mampu untuk menarik dana tabungan meningkat tersebut karena ditunjang oleh lima Kantor
dari masyarakat sehingga kenaikannya lebih besar lagi Cabang Pembantu (Condongcatur, Prambanan, Godean,
(tidak hanya 1,65%). Di samping itu, BPD DIY juga Pakem, dan Gamping) dan sepuluh Kantor Kas (Tempel,
harus mampu menarik dana masyarakat dalam bentuk Maguwoharjo, Ngemplak, Ngaglik, Mlati, Turi, Berbah,
giro terutama dari transaksi yang dilakukan oleh Seyegan, Moyudan, dan RSUD Morangan).
pemerintah daerah propinsi dan kota atau kabupaten Apabila dilihat pada indikator kesehatan bank
propinsi DIY atau propinsi lain. Karena simpanan giro yang ditentukan oleh Bank Indonesia, nampak indikator
menurut jenisnya lebih tepat untuk penabung BPD DIY telah memenuhi persyaratan dan dengan
masyarakat yang menggunakan rekeningnya terutama demikian termasuk bank yang sehat. Indikator
untuk keperluan transaksi bisnis. Penarikan dana dari kesehatan BPD DIY dan ketentukan Bank Indonesia
masyarakat dan pengalokasiannya di BPD DIY, disajikan pada Tabel 11 berikut ini:

Tabel 11
Indikator Kesehatan BPD DIY per September 2001 dan 2002

Indikator BPD DIY per BPD DIY per Indikator


September September Bank Indonesia
2001 2001
Capital Adequacy Ratio (CAR) 22,12% 15,58% minimum 8%
Non Performing Loan (NPL) 3,64% 1,15% maksimum 5%
Return On Assets (ROA) 4,05% 4,08% -
Return on Equity (ROE) 27,09% 30,12% -
Loan to Deposit Ratio (LDR) 51,46% 57,32% maksimum 100%
Sumber: Neraca BPD DIY per September 2001 dan 2002.

Nampak pada Tabel 11 indikator BPD DIY untuk sebesar 13%, maka setoran bagian laba BPD Sleman
CAR, NPL, dan LDR semua memenuhi ketentuan Bank dalam setoran laba BUMD (salah satu komponen PAD)
Indonesia. Untuk CAR memang mengalami penurunan pada tahun anggaran 2002 (triwulan I) mencapai
tetapi masih di atas minimum 8%. Untuk NPL mengalami Rp254.529.158,75 atau 57,80% dari bagian laba BUMD
penurunan sehingga menunjukkan bahwa kredit yang yang sebesar Rp440.340.158,75.
disalurkan BPD DIY semakin self liquiditing atau Untuk meningkatkan kinerja BPD secara
semakin kecil kredit macet yang terjadi. Untuk LDR keseluruhan (termasuk BPD DIY), ada beberapa
mengalami kenaikan berarti terjadi peningkatan alokasi tantangan yang harus diperhatikan (http://
kredit untuk investasi. Peningkatan LDR yang www.kompas.com/ kompas-cetak/0207/29/ekonomi/
diimbangi dengan penurunan NPL menunjukkan bahwa meng38.htm), yaitu:
alokasi kredit untuk investasi telah memenuhi prudent 1. Risiko penurunan dana dan aktiva karena Dana
banking. Alokasi Umum (DAU) yang habis dialokasikan
Peningkatan kinerja BPD DIY dapat diartikan dalam satu tahun anggaran.
juga sebagai peningkatan kinerja BPD Sleman karena 2. Serbuan bank-bank pesero dan bank asing dalam
pemerintah daerah Kabupaten Sleman merupakan memperebutkan DAU.
pemilik ketiga terbesar yaitu sebesar 13% setelah 3. Pemenuhan standar dan ketentuan sebagai univer-
pemerintah Propinsi DIY (54%) dan pemerintah Kota sally regulated institutions, misalnya ketentuan
Yogyakarta (13,58%). Sebagai pemilik terbesar ketiga CAR.

57
Jam STIE YKPN - Rudy Badrudin Analisis Kajian Potensi ......

4. Aktiva produktif yang relatif homogen. dan tujuan untuk membantu dan mendorong
5. Nasabah BPD yang sebagian besar merupakan pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah
nasabah berskala kecil dan menengah yang kurang di segala bidang serta sebagai salah satu sumber
memberikan nilai tambah bagi bank untuk maju dan pendapatan daerah (PAD) dalam rangka meningkatkan
berkembang untuk bersaing secara global. taraf hidup rakyat. PD BPR “Bank Pasar” mempunyai
Untuk memenangkan persaingan global, tugas dan fungsi sebagai berikut. Tugas PD BPR “Bank
berdasarkan studi yang dilakukan oleh McKinsey maka Pasar” adalah me-ngem-bangkan perekonomian dan
BPD DIY perlu memperhatikan beberapa strategi yang menggerakkan pembangunan daerah melalui
cukup relevan dengan situasi perbankan nasional, kegiatannya sebagai Bank Perkreditan Rakyat. Adapun
yaitu: fungsi PD BPR “Bank Pasar”:
1. Securing the lifeline atau mengamankan garis a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
kehidupan bank. tabungan dan deposito berjangka;
2. Refocusing atau melalukan fokus operasional bank b. memberikan kredit dan melakukan pembinaan
pada target pasar. khusus pada pengusaha kecil;
3. Menawarkan berbagai produk baru perbankan, c. melakukan kerjasama dengan lembaga perbankan
seperti trade services, tanpa meninggalkan sektor dan keuangan lainya;
UKM yang sudah teruji. d. menjalankan usaha perbankan lainnya sepanjang
4. Meningkatkan kemampuan dalam beberapa bidang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
utama, seperti manajemen risiko. undangan yang berlaku.
Di samping itu, menurut Marihot H. Tambunan Sesuai dengan tugas dan fungsinya, bentuk
(Kompas, 16 Maret 2001 hal. 15) BPD perlu melakukan layanan PD BPR “Bank Pasar” terhadap masyarakat
reposisi, yaitu pengambilan posisi yang aman dan kabupaten berupa:
meng-untungkan untuk menjalankan bisnis BPD dalam a. penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk
kancah persaingan setelah melakukan analisis terhadap tabungan dan deposito berjangka;
lingkungan bisnis dan para pesaing BPD. Reposisi b. memberikan kredit dan melakukan pembinaan
dilakukan dengan: khusus pada pengusaha kecil.
1. Mengubah status badan hukum BPD menjadi Adapun penggunaan laba bersih PD BPR “Bank
perseroan terbatas (PT). Pasar” berdasarkan pasal 35 Peraturan Da-erah
2. Meningkatkan modal. Kabupaten Sleman Nomor 30 tahun 1995, ditetapkan
3. Mengubah citra dan segmentasi, seperti yang sebagai berikut:
dilakukan oleh BPD DKI menjadi Bank DKI dan a. Bagian laba untuk Pemerintah Daerah 40%
BPD Jatim menjadi Bank Jatim. b. Cadangan umum 20%
4. Internasionalisasi dengan mengubah menjadi bank c. Cadangan tujuan 20%
devisa dan membangun jaringan corespondent d. Dana kesejahteraan 10%
banking. e. Jasa produksi 10%
5. Mencermati posisi dewan komisaris terutama posisi Persentase sumbangan laba Bank Pasar
komisaris utama. Kabupaten Sleman terhadap bagian laba perusahaan
daerah Kabupaten Sleman sebesar 42,18%. Sedangkan
Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat (PD persentase sumbangan laba Bank Pasar Kabupaten
BPR) “Bank Pasar” Kabupaten Sleman Sleman terhadap Pendapatan dan Belanja Daerah
Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2002 sebesar
Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat (PD BPR) 0,23%. Sementara persentase sumbangan laba
“Bank Pasar” sebagai BUMD di Kabupaten Sleman perusahaan daerah Kabupaten Sleman terhadap
berazaskan demokrasi ekonomi dengan prinsip kehati- Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sleman
hatian. PD BPR “Bank Pasar” didirikan dengan maksud Tahun Anggaran 2002 sebesar 5,18%.

58
Jam STIE YKPN - Rudy Badrudin Analisis Kajian Potensi ......

Tabel 12
Bagian Laba Perusahaan Daerah
Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2002

Bagian Laba Bagian Laba Bagian Laba Bagian Laba


BPD Bank Pasar PDAM Perusahaan Daerah
Rp1.018.116.635 57,80% Rp743.000.000 42,18% Rp244.000 2% 1.761.360.635 100%
Sumber: Ringkasan Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sleman Tahun Anggaran 2002.

Berdasarkan Tabel 12 tersebut, nampak bahwa 28,66% dengan setoran modal pemerintah daerah
bagian laba Bank Pasar Kabupaten Sleman terhadap Kabupaten Sleman ke Bank Pasar Kabupaten Sleman
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Sleman yang sebesar 33,62% maka efektivitas Bank Pasar dalam
Tahun Anggaran 2002 maupun terhadap bagian laba menggunakan setoran modal dari pemerintah daerah
perusahaan daerah masih relatif kecil dibandingkan Kabupaten Sleman masih kurang, karena angkanya
dengan bagian laba BPD. Hal ini dapat dijelaskan bahwa hanya menunjukkan sebesar 28,66% : 33,62% = 85,25%
ruang lingkup operasional BPD yang lebih luas atau kurang daripada 100%. Untuk meningkatkan
daripada Bank Pasar Kabupaten Sleman. Tetapi melihat efektivitas tersebut, Bank Pasar Kabupaten Sleman
persentase BPD yang cukup besar itu, seharusnya Bank harus mampu meningkatkan kinerja bank melalui
Pasar Kabupaten Sleman dapat melakukan berbagai berbagai usaha, seperti:
strategi perbankan seperti yang dilakukan oleh BPD. a. meningkatkan berbagai sumber dana bank (pada
Mengingat laba bersih Bank Pasar Kabupaten sisi kewajiban dan ekuitas).
Sleman yang disetor ke pemerintah daerah Kabupaten b. meningkatkan berbagai sumber penggunaan dana
Sleman berdasarkan pasal 35 Peraturan Da-erah bank (pada sisi aktiva).
Kabupaten Sleman Nomor 30 tahun 1995 ditetapkan Menurut Neraca Bank Pasar Kabupaten Sleman
sebesar 40%, maka jumlah laba yang disetor adalah per 31 Desember 1999 dan 2000, terjadi peningkatan
40% x Rp1.409.674.000,- = Rp563.869.600,- pada tahun aktiva/passiva dari Rp14.765.570.000 menjadi
1999. Pada tahun 2000 jumlah laba yang disetor adalah Rp17.399.802.000 atau naik sebesar 17,84%. Kenaikan
40% x Rp1.813.621.000,- = Rp725.448.400,-. Dengan aktiva/passiva Bank Pasar Kabupaten Sleman
demikian, pada kurun waktu 1999-2000 jumlah laba menunjukkan terjadinya peningkatan kinerja Bank Pasar
yang disetor Bank Pasar Kabupaten Sleman ke Kabupaten Sleman. Apabila dilihat pada sisi aktiva
pemerintah daerah Kabupaten Sleman mengalami Neraca Bank Pasar Kabupaten Sleman per 31 Desember
kenaikan sebesar 28,66%. Kenaikan jumlah laba yang 1999 dan 2000 tersebut nampak bahwa aktiva terbesar
disetor oleh Bank Pasar Kabupaten Sleman ke terdapat pada pos kredit yang diberikan yaitu sebesar
pemerintah daerah Kabupaten Sleman menunjukkan Rp11.549.276.000 atau sebesar 78,22% per 31 Desember
adanya peningkatan kinerja Bank Pasar Kabupaten 1999 dan Rp14.713.080.000 atau sebesar 84,56% per 31
Sleman, mengingat laba merupakan selisih antara Desember 2000. Dengan demikian, selama periode 1999
pendapatan dan non pendapatan dengan beban dan sampai dengan 2000 Bank Pasar Kabupaten Sleman
non beban operasional. mengalami kenaikan jumlah kredit yang diberikan
Pada tahun 1999-2000, ternyata pemerintah sebesar 6,34%. Kenaikan jumlah kredit yang diberikan
daerah Kabupaten Sleman melakukan peningkatan oleh Bank Pasar Kabupaten Sleman tentunya akan
setoran ke Bank Pasar Kabupaten Sleman sebesar menghasilkan pendapatan bunga yang semakin
Rp1.858.814.000,- naik menjadi Rp2.483.814.000,- atau meningkat pula.
mengalami kenaikan sebesar 33,62%. Apabila Apabila dilihat pada sisi passiva Neraca Bank
dibandingkan antara setoran laba Bank Pasar ke ke Pasar Kabupaten Sleman per 31 Desember 1999 dan
pemerintah daerah Kabupaten Sleman yang sebesar 2000 tersebut nampak bahwa passiva (dana simpanan

59
Jam STIE YKPN - Rudy Badrudin Analisis Kajian Potensi ......

dari masyarakat) terbesar terdapat pada pos penerimaan Kabupaten Sleman per 31 Desember 1999 dan 2000
tabungan, disusul penerimaan deposita berjangka. Sisi ditunjukkan pada Tabel 13.
passiva (dua pos terbesar) Neraca Bank Pasar

Tabel 13
Sisi Passiva (tiga pos terbesar) Neraca Bank Pasar Kabupaten Sleman
per 31 Desember 1999 dan 2000

Pos Per September2001 Per September2002 Perubahan


(Rpjuta) (Rp juta) (%)
Tabungan 5.940.301 40,23% 7.197.552 41,37% 1,14%
Deposito Berjangka 1.477.420 10,01% 1.519.920 8,74% -1,27%
Sumber: Neraca BPD DIY per September 2001 dan 2002.

Berdasarkan Tabel 13, nampak bahwa pada besar lagi. Di samping itu, Bank Pasar Kabupaten
Neraca Bank Pasar Kabupaten Sleman per 31 Desember Sleman juga harus mampu menarik dana masyarakat
1999 penerimaan simpanan terbesar adalah tabungan dalam bentuk deposito berjangka.
(40,23%), disusul deposito berjangka (10,01%). Peningkatan kinerja Bank Pasar Kabupaten
Sedangkan pada Neraca Bank Pasar Kabupaten Sleman Sleman dapat diartikan juga sebagai peningkatan kinerja
per 31 Desember 2000 penerimaan simpanan terbesar pemerintah Kabupaten Sleman karena pemerintah
adalah tabungan (41,37%), disusul deposito berjangka daerah Kabupaten Sleman merupakan pemilik utama
(8,74%). Dengan demikian, selama periode 1999 sampai yaitu sebesar 100%. Sebagai pemilik utama, maka
dengan 2000 Bank Pasar Kabupaten Sleman mengalami setoran bagian laba Bank Pasar Kabupaten Sleman
kenaikan tabungan sebesar 1,14% dan penurunan masuk ke kas pemerintah Kabupaten Sleman sebagai
deposito berjangka (1,27%). Secara keseluruhan, setoran laba BUMD (salah satu komponen PAD).
simpanan tabungan dan deposito berjangka Bank Pasar
Kabupaten Sleman per 31 Desember 1999 sampai Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten
dengan 31 Desember 2000 mengalami kenaikan dari Sleman
Rp7.417.721.000 menjadi Rp8.717.472.000,- atau naik
sebesar 17,52%. PDAM Kabupaten Sleman yang dibentuk berdasarkan
Kenaikan jumlah kedua simpanan di Bank Pasar Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 5 Tahun
Kabupaten Sleman selama periode tersebut 1990 tentang Pendirian PDAM Kabupaten Dati II
menunjukkan kinerja Bank Pasar Kabupaten Sleman Sleman, mulai beroperasi sejak tanggal 2 Nopember
yang semakin meningkat yang oleh karenanya 1992. Pada saat ini, PDAM Kabupaten Sleman
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat yang mengelola dan mengoperasikan 12 sistem yang terbagi
semakin meningkat pula. Meningkatnya rasa menjadi 5 Cabang Wilayah Operasional. Air baku
kepercayaan masyarakat untuk menyimpan uangnya diperoleh dari 26 sumur bor dan 3 mata air dengan total
di Bank Pasar Kabupaten Sleman ditunjukkan oleh kapasitas terpasang 352 liter/detik yang 98% sistem
tabungan. Sedangkan simpanan deposito berjangka pendistribusiannya dilaksanakan dengan pemompaan.
mengalami pe-nurunan. Dengan demikian, agar Bank Rata-rata operasi adalah 20 jam dengan pemanfaatan
Pasar Kabupaten Sleman lebih mampu lagi dalam produksi kepada pelanggan sebanyak sambungan
menggali sumber dana dan kemudian disalurkan dalam rumah (16.464 unit) dan hidran umum (203 unit) dengan
berbagai alokasi kredit pinjaman maka Bank Pasar cakupan layanan sebanyak 126.341 jiwa. Tingkat
Kabupaten Sleman harus mampu untuk menarik dana kehilangan air PDAM masih cukup tinggi, yaitu sebesar
tabungan dari masyarakat sehingga kenaikannya lebih 27,70% (Laporan Penelitian PDAM Kabupaten Sleman

60
Jam STIE YKPN - Rudy Badrudin Analisis Kajian Potensi ......

dan STIE YKPN Yogyakarta, tahun 2001, hal. 8). Tingkat b. Memahamkan kepada pegawai bahwa konsumen
kehilangan air PDAM Kabupaten Sleman tersebut adalah aset perusahaan terbesar.
memang lebih rendah daripada tingkat kehilangan air c. Menyiapkan sarana dan prasarana operasional
PDAM rata-rata nasional yang sebesar 40% (Risyana dengan memantapkan sarana produksi air bersih
Sukarma, PDAM dan Manajemen Krisis, http:// sehingga layak beroperasi.
www.geocities.com/CollegePark/Union/5974/risyana. d. Memantapkan sistem manajemen operasional dalam
html). hal penyiapan perangkat lunak, perangkat keras,
PDAM Kabupaten Sleman sebagai BUMD dan peningkatan sumberdaya manusia.
Kabupaten Sleman memiliki potensi dan peluang yang e. Membuat program jangka pendek dan jangka
cukup baik untuk berkembang sesuai dengan panjang sebagai arah operasional.
perkem-bangan pembangunan dan peningkatan f. Melakukan pemetaan terhadap tantangan dan
kemampuan masyarakat. Usaha peningkatan kinerja peluang yang dihadapi PDAM Kabupaten Sleman.
PDAM Kabupaten Sleman dapat dilakukan melalui Tantangan muncul karena adanya kelemahan,
bebe-rapa hal berikut ini (Laporan Penelitian PDAM sedangkan peluang muncul karena adanya
Kabupaten Sleman dan STIE YKPN Yogyakarta, tahun kekuatan.
2001, hal. 13): Berdasarkan penggunaan air sumur dengan
a. Mengubah sikap operasional dari birokrasi ke pompa yang dioperasikan dan dilaporkan kepada Dinas
wirausaha. Perindustrian Propinsi DIY tahun 2000 diperoleh data
sebagai berikut:

Tabel 14
Rata-Rata Penggunaan Air Bersih dalam M3 Per Bulan dan Liter
Berdasarkan Pompa yang Dioperasikan di Kabupaten Sleman Tahun 2000

Pelanggan Rata-Rata Nilai Rupiah


Pemakaian/Bulan
No Nama Jenis M3 Liter per Bulan
1 Hotel berbintang Niaga besar 97.718 35,91 207.010.360
2 Hotel melati Niaga kecil 69.242 26,28 133.640.980
3 Lembaga pendidikan Niaga besar 24.187 9,01 50.986.680
4 Restoran Niaga besar 7.117 2,86 14.915.500
5 Rumah sakit Niaga besar 30.439 11,55 64.482.380
6 Cuci kendaraan Niaga kecil 705 0,28 1.254.300
7 Instansi Niaga kecil 3.610 1,37 6.962.900
8 Kolam renang Niaga kecil 2.299 0,87 4.443.860
9 Asrama/pondokan Niaga kecil 614 0,23 1.150.660
10 Industri Industry besar 52.534 21,1 208.187.920
TOTAL 288.465 109,47 693.035.540
Sumber: Laporan Penelitian PDAM Kabupaten Sleman dan STIE YKPN Yogyakarta, tahun 2001, hal. 19.

Dengan demikian, menurut Tabel 14 bulan dengan permintaan air bersih berbagai pelanggan
PDAM Kabupaten Sleman diperkirakan akan sebanyak 288.465M3. Apabila dihitung dalam 1 tahun
memperoleh peneriman sebesar Rp693.035.450,- per (selama tahun 2000) PDAM Kabupaten Sleman

61
Jam STIE YKPN - Rudy Badrudin Analisis Kajian Potensi ......

diperkirakan mengalami permintaan air bersih sebanyak 2001, Materi Ekspose). Dengan demikian, efektivitas
3.461.580M3. Realisasi permintaan air bersih PDAM penerimaan air bersih hanya mencapai 26,66%.
Kabupaten Sleman hanya sebanyak 2.653.291M 3 Berdasarkan efektivitas kedua hal itu yang masih
(Laporan Tahunan Direksi PDAM Kabupaten Sleman rendah, maka PDAM Kabupaten Sleman harus
Tahun 2001, Materi Ekspose). Dengan demikian, meningkatkan kinerjanya sehingga mampu mencapai
efektivitas permintaan air bersih hanya mencapai angka efektivitas yang lebih tinggi lagi dan mampu
76,65%. Penerimaan PDAM Kabupaten Sleman dalam meningkatkan kontribusinya terhadap laba BUMD pada
tahun 2000 diperkirakan mencapai Rp8.316.425.400,-. PAD Kabupaten Sleman. Kontribusi setoran laba
Realisasi penerimaan air bersih PDAM Kabupaten PDAM Kabupaten Sleman kepada pemerintah daerah
Sleman hanya sebesar Rp2.217.073.300,- (Laporan Kabupaten Sleman dari tahun 1994 - 1999 ditunjukkan
Tahunan Direksi PDAM Kabupaten Sleman Tahun pada Tabel 15 berikut ini:

Tabel 15
Setoran Laba PDAM Kabupaten Sleman
Kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman
Tahun 1994 - 1999

Tahun Nilai Setoran Laba PDAM Pertumbuhan


1994 Rp 1.800.000,- -
1995 Rp 2.100.000,- 1,67%
1996 Rp 10.000.000,- 376,19%
1997 Rp 20.000.000,- 100,00%
1998 Rp105.000.000,- 425,00%
1999 Rp 55.000.000,- 47,62%

Sumber : Laporan Tahunan Direksi PDAM Kabupaten Sleman


Tahun 2001, Materi Ekspose.

Berdasarkan Tabel 15, nampak bahwa melibatkan rekanan-rekanan dari golongan ekonomi
pertumbuhan setoran laba PDAM Kabupaten Sleman lemah. Sambungan rumah yang menggunakan bahan-
kepada pemerintah daerah Kabupaten Sleman bahan bermutu rendah juga sangat memungkinkan
mengalami fluktuasi. Hal ini berarti kinerja PDAM terjadinya kebocoran air. Di samping meningkatkan
Kabuaten Sleman masih labil. Untuk itu, PDAM mutu pekerjaan fisik, tingkat kehilangan air dapat juga
Kabupaten Sleman perlu melakukan berbagai kebijakan dikurangi dan dicegah dengan meningkatkan kualitas
perusahaan baik internal maupun eksternal agar para karyawan yang menjadi sumberdaya manusia di
kinerjanya makin baik sehingga setoran labanya kepada PDAM Kabupaten Sleman, seperti mengurangi
pemerintah daerah Kabupaten Sleman juga makin terjadinya kesalahan pembacaan meter, pencatatan yang
meningkat. Setoran laba yang makin meningkat pada kurang cermat, dan kesalahan-kesa-lahan administratif
akhirnya akan menambah PAD Kabupaten Sleman. lainnya.
Untuk mengurangi tingkat kehilangan air dapat Usulan menaikkan tarif PDAM memang akan
dilakukan dengan meningkatkan mutu pekerjaan fisik, menaikkan pula pendapatan PDAM Kabupaten Sleman
seperti pekerjaan pemasangan pipa distribusi sekunder/ yang akhirnya juga akan meningkatkan setoran labanya
tersier serta sambungan rumah. Pekerjaan pemasangan kepada pemerintah daerah Kabupaten Sleman sehingga
pipa distribusi kurang mendapatkan perhatian karena pada akhirnya akan menambah PAD Kabupaten Sleman.
berkaitan dengan paket-paket kontrak pekerjaan yang Tetapi usulan menaikkan tarif PDAM akan banyak

62
Jam STIE YKPN - Rudy Badrudin Analisis Kajian Potensi ......

menimbulkan pertanyaan bagi masyarakat dan DPRD pemerintah mengurangi subsidi bahan bakar minyak),
Kabupaen Sleman. Oleh karena itu, PDAM Kabupaten maka biaya operasional menjadi semakin mahal.
Sleman perlu menjelaskan alasan kenaikan tarif PDAM Sedangkan untuk mengubah tarif harga jual air ke
dengan berbagai pertimbangan penjelasan (Risyana pelanggan sangat tidak mudah, artinya harus melalui
Sukarma, PDAM dan Manajemen Krisis, http://www. beberapa proses sementara biaya operasional sudah
geocities.com/ CollegePark/Union/5974/risyana. html). naik terlebih dahulu. Hal inilah yang menyebabkan
Pertama, penjelasan mengenai segmen pelanggan. mengapa setoran laba PDAM kepada pemerintah
Kenaikan tarif PDAM akan sangat terasa bagi Kabupaten Sleman pada tahun 1998-1999 hanya
pelanggan dengan pendapatan rendah, tetapi tidak mengalami pertumbuhan sebesar 47,62% atau menurun
akan begitu terasa bagi pelanggan dengan pen-dapatan dibandingkan pertumbuhan setoran laba PDAM kepada
menengah ke atas. Dengan demikian sasaran kenaikan pemerintah Kabupaten Sleman pada tahun 1997-1998
tarif PDAM perlu ditujukan kepada segmen pelanggan yang naik sebesar 425%.
dengan pendapatan menengah ke atas.
Kedua, kenaikan tarif PDAM berkaitan Analisis Potensi Penggalian Terhadap Pembentukan
langsung dengan kenaikan tingkat pemakaian. Makin BUMD Baru
banyak pemakaian makin tinggi tarifnya. Bagi
masyarakat dengan pendapatan rendah, pemakaian air Menurut AR Karseno (2001), BUMD pada masa lalu
akan dilakukan secara hemat hanya untuk kebutuhan merupakan lembaga usaha daerah yang didirikan untuk
dasarnya yang berupa minum dan memasak. Untuk menciptakan aktivitas bisnis di daerah dan digu-nakan
kebutuhan dasar itulah, tarif air harus terjangkau oleh untuk menyerap anggaran pembangunan daerah yang
semua lapisan masyarakat, termasuk masyarakat bukan tidak atau kurang termanfaatkan. Peran pemerintah
pelanggan PDAM yang umumnya justru mem-beli air pusat di dalam mendesain dan meng-arahkan BUMD
lebih mahal. Ketiga, tarif PDAM umumnya dihitung terasa sangat kentara karena sebagian BUMD didirikan
dengan pemakaian dalam m3. Tidak semua orang dapat dengan visi pemerintah pusat karena BUMD dapat
membayangkan banyaknya air dalam m3. Satu m3 sama digunakan untuk menjalankan kegiatan bisnis
dengan 1.000 liter atau lima drum @200 liter, atau 40 pemerintah pusat di daerah.
jerigen @25 liter. Apabila harga rata-rata air PDAM Dalam perkembangannya, BUMD menjadi
adalah Rp300,- per m3, maka harga satu drum adalah sangat bermanfaat sebagai tempat untuk menyerap
Rp60,- atau Rp7,50 per jerigen, atau Rp0,30 per liter. tenaga kerja di daerah. Tetapi keberadaan BUMD
Bandingkan dengan air kemasan yang harganya 4.000 dengan visi yang berasal dari pemerintah pusat dan
kali (sekitar Rp1.800,- per 1,5 liter atau Rp1.200,- per adanya ketersediaan tenaga kerja (sumberdaya
liter). Tentu tidak adil membandingkan air minum PDAM manusia) lokal yang kurang memadai malah
dengan air kemasan yang begitu praktis dan dapat menimbulkan keti-daksempurnaan misalnya, BUMD
diminum di mana saja dan kapan saja. Akan tetapi menjadi usaha bisnis yang tidak sehat dan tidak efisien
adilkah menganggap air PDAM mahal hanya karena karena dukungan dan proteksi sistem birokrasi yang
tidak dapat langsung diminum, padahal dapat diperoleh sangat sentralistik. Manajer BUMD mempunyai jiwa
langsung. Menganggap air PDAM tidak layak minum birokrat dan bukan jiwa wirausaha.
pun sebenarnya kurang tepat. Air hasil produksi Krisis ekonomi yang terjadi beberapa waktu
PDAM apabila diperoleh langsung di tempat di mana yang lalu dan munculnya dua undang-undang yang
air tersebut diproduksi pada instalasi pengolahan atau mengatur tentang otonomi daerah (UU Nomor 22 Tahun
mata air di mana air yang akan didistribusikan telah 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25
terlebih dahulu diberi desinfektan juga layak minum. Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat
Penilaian kinerja PDAM Kabupaten Sleman Daerah) berdampak terhadap pengelolaan BUMD, yaitu
mempertimbangkan komponen biaya operasional yang menjadi lebih profesional. Hal ini disebabkan laba
sangat tergantung dengan kondisi ekonomi, misalnya BUMD menjadi salah satu sumber anggaran APBD,
biaya bahan bakar untuk mesin-mesin PDAM. Oleh artinya apabila pada masa lalu ada BUMD yang rugi
karena itu, apabila biaya bahan bakar naik (misalnya maka akan memperoleh subsidi tetapi dengan otonomi

63
Jam STIE YKPN - Rudy Badrudin Analisis Kajian Potensi ......

daerah per 1 Januari 2001, BUMD harus mampu kecamatan yang mempunyai nilai LQ lebih besar, sama
memperoleh laba yang sebagian disetorkan kepada dengan, atau lebih kecil daripada 1 sehingga dapat
pemerintah daerah sebagai salah satu sumber diusulkan pembentukan Badan Usaha Milik Daerah
penerimaan APBD. Dengan demikian, pemerintah (BUMD) baru dari sektor-sektor yang berpotensi
daerah harus melakukan reposisi terhadap pengelolaan ekonomi di Kabupaten Sleman yang berbasis di
BUMD untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kecamatan-kecamatan. Munculnya BUMD baru yang
daerah. Termasuk dalam mendirikan BUMD baru harus berbasis di kecamatan-kecamatan, akan sejalan dengan
berlandaskan pada alasan yang rasional, misalnya rencana pembangunan makro Kabupaten Sleman.
dengan memperhatikan faktor endowment yang dimiliki Dengan demikian, pembentukan BUMD baru akan
masing-masing daerah. menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Analisis potensi penggalian terhadap Sleman dan mengembangkan kecamatan yang
pembentukan BUMD baru meng-gunakan data PDRB berpotensi ekonomi (berdasarkan nilai LQ) sebagai
Kabupaten Sleman, PDRB per kecamatan di Kabupaten pusat pertumbuhan Kabupaten Sleman. Berdasarkan
Sleman, dan Location Quotient (LQ) per kecamatan di penghitungan nilai LQ untuk Kabupaten Sleman per
Kabupaten Sleman. Berdasarkan hasil analisis terhadap lapangan usaha yang hasil penghitungannya dapat
data tersebut akan diperoleh sektor-sektor per dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16
Location Quotient (LQ) Lapangan Usaha (Sektor)
Kabupaten Sleman Tahun 1999

NO LAPANGAN USAHA LQ
1 Pertanian 0.8661
2 Pertambangan dan Penggalian 0.2747
3 Industri Pengolahan 0.8796
4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 1.1481
5 Bangunan 1.1867
6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1.0020
7 Pengangkutan dan Komunikasi 0.9066
8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 1.3451
9 Jasa-Jasa 1.1326
Sumber: Diolah dari PDRB Kabupatern Sleman.

Nampak pada Tabel 16, beberapa sektor atau sektor-sektor di Kabupaten Sleman yang mempunyai
lapangan usaha di Kabupaten Sleman yang mempunyai nilai LQ lebih besar daripada 1 ternyata termasuk dalam
nilai LQ lebih besar daripada 1, yaitu sektor listrik, gas, kategori sektor jasa. Dengan demikian, dalam
dan air bersih; bangunan; perdagangan, hotel, dan melaksanakan kegiatan pembangunan di Kabupaten
restoran; keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; Sleman perlu memperhatikan hal tersebut karena
serta sektor jasa-jasa. Besarnya nilai LQ yang lebih berkaitan dengan penyediaan lahan dan prasarana
besar daripada 1 untuk sektor-sektor di Kabupaten lainnya yang dibutuhkan. Termasuk dalam hal ini adalah
Sleman tersebut menunjukkan bahwa sektor-sektor kemungkinan dalam mengembangkan dan membentuk
tersebut memungkinkan untuk dikembangkan. Apabila BUMD di Kabupaten Sleman. Artinya, BUMD yang
sektor-sektor yang mempunyai nilai LQ lebih besar dapat dikem-bangkan dan dibentuk di Kabupaten
daripada 1 dikelompokkan dalam kategori 3 sektor, maka Sleman adalah BUMD yang berkaitan dengan sektor-

64
Jam STIE YKPN - Rudy Badrudin Analisis Kajian Potensi ......

sektor yang mempunyai kemungkinan potensi untuk BUMD yang akan dikembangkan berdasarkan analisis
dikem-bangkan mengingat nilai LQ sektor yang lebih ekonomi LQ hendaknya dikelola dengan
besar daripada 1. Menurut Sri Sultan Hamengku memperhatikan berikut ini (Sri Sultan Hamengku
Buwono X (2001), BUMD yang dibentuk dan Buwono X, 2001):
dikembangkan oleh pemerintah daerah merupakan a. Membangun persepsi melalui image building
BUMD sebagai bagian mutlak pendayagunaan aset dan BUMD sebagai entitas bisnis dan mengubah visi
lembaga ekonomi daerah yang dimiliki pemerintah bisnis dari inward-oriented market strategy
daerah untuk menjadikannya profit center agar mampu menjadi outward-looking strategy.
menjadi sumber penerimaan anggaran APBD. b. Melakukan dialog berkelanjutan antara kelompok-
kelompok pembaharu di dalam dan luar
SIMPULAN DAN SARAN pemerintahan untuk mendapat konsensus dengan
pihak legislatif sehingga memungkinkan penerbitan
Pelaksanaan otonomi daerah membutuhkan kesiapan peraturan daerah yang dapat menjadi wahana
sumberdaya dan anggaran pembangunan (APBD). menciptakan fleksibilitas BUMD.
Peningkatan anggaran penerimaan dalam APBD dapat c. Meningkatkan keunggulan bersaing BUMD dalam
dilakukan melalui penerimaan PAD khususnya dari menyiasati proses globalisasi ekonomi.
setoran laba bersih BUMD. Berdasarkan analisis yang d. Melakukan transparansi dalam rekruitmen tenaga
dilakukan, pemerintah daerah Kabupaten Sleman profesional maupun dalam pemanfaatan aset,
seharusnya tidak ragu lagi dalam mentargetkan penyertaan saham, dan pemilihan mitra strategis
anggaran sumber penerimaan yang berasal dari laba BUMD.
BPD dan BUMD lainnya menjadi lebih besar mengingat e. Mendorong perubahan watak dari lembaga
realisasi atau efektivitas penerimaan laba BPD dan birokrasi dan instrumen kekuasaan menjadi
BUMD lainnya meningkat dari waktu ke waktu. Agar korporasi berorientasi profit yang profesional.
setoran laba bersih BUMD terhadap PAD dan APBD f. Memilih strategi pada tingkatan unit bisnis yang
Kabupaten Sleman meningkat pada tahun-tahun lebih fokus dan profesional.
mendatang maka BUMD yang sudah ada maupun

65
Jam STIE YKPN - Rudy Badrudin Analisis Kajian Potensi ......

DAFTAR PUSTAKA _________. Interaksi antara Desa dan Kota.


PPE FE UGM dan Deptan RI.
Abdul Halim. Analisis Deskriftif Pengaruh Fis- Yogyakar-ta. 1985.
cal Stress Pada APBD Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota di Jawa Dumairy. Perekonomian Indonesia. Penerbit
Tengah.HTTP: //kompas. kampus Erlangga. Jakarta. 1996.
kita.com/fiscal_01.html.
Gamma. Rancangan Perda Berselemak Protes.
AR Karseno. Reposisi BUMD Pasca UU No. HTTP://www. Gamma.co.id/ artikel/42-3/
22/1999 dan UU No. 25/1999. Makalah hukum-GM10112-692.shtml.
Seminar. 2001.
Gunawan Sumodiningrat. Agenda Pemantapan
Bisnis Indonesia. 1 Desember 1999. Otonomi Daerah: Suatu Pokok
Pikiran. Seminar Nasiona1 Otonomi
_________. 22 Desember 1999. Daerah. ISEI Yogyakarta. 1999.

Bank Pasar Kabupaten Sleman. Neraca Bank Hadwi Soendjojo. Peta dan Otonomi Daerah.
Pasar Kabupaten Sleman per 31 HTTP://www.Plengkung.co.id/ Ar-
Desember 1999 dan 2000. ticle/DH190120011.shtml.

Bank Pembangunan Daerah DIY. Neraca BPD _________. Reformasi Kebijakan Perolehan
per September 2001 dan 2002. Data Spasial. HTTP://www.
plengkung.co.id/Article
BPS Kabupaten Sleman. Kabupaten Sleman DH190120013.shtml.
Dalam Angka Tahun 1999. 2000.
http://www.kompas.com/ kompas-cetak/0207/
_________. Produk Domestik Regional Bruto 29/ekonomi/meng38.htm.
Kabupoaten Dati II Sleman Tahun 1993-
1997. 1998. http://www.sidoarjo.go.id.

_________. Produk Domestik Regional Bruto http://www.sleman.go.id.


Kabupoaten Dati II Sleman Tahun 1995-
1999. 2000. Inventarisasi Aset Pemprov Dimanipulasi?
HTTP://www.fajar.co.id/berita/05- 2002/
BPS Propindi DIY. DIY Dalam Angka 1999. 2000. 7metro-4.htm.

Budiono. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi Kadariah. Ekonomi Perencanaan. LP FE UI.
No. 4: Teori Pertumbuhan Ekonomi. Jakarta. 1989.
BPFE. Yogyakarta. 1992.
Kompas. 16 Desember 1999.
Budiono Sri Handoko. Pembangunan Regional.
PPE FE UGM dan Deptan RI. _________. 7 Desember 2000.
Yogyakarta. 1984.
_________. 7 Januari 2001.

66
Jam STIE YKPN - Rudy Badrudin Analisis Kajian Potensi ......

_________. 16 Maret 2001. _________. Anggaran dan Belanja Daerah


Kabupaten Sleman Tahun Anggaran
_________. 26 Nopember 2001. 1997/1998 – 2001.

_________. 15 Desember 2001. Proceedings. Otonomi Daerah dan Perimbangan


Keuangan Pusat dan Daerah
Koran Tempo. Lamongan dan Semangat dalam Rangka Pemberdayaan Potensi
Otonomi Daerah. HTTP://www.tempo Daerah. ISEI Yogyakarta. 1999.
interaktif.com/korantempo/news/2002/2/
18/nusantara/79.html. Raksaka Mahi. Strategi Peningkatan
Pendapatan Daerah. Makalah Seminar.
Laporan Penelitian PDAM Kabupaten Sleman 2001.
dan STIE YKPN Yogyakarta, tahun
2001. Risyana Sukarma, PDAM dan Manajemen
Krisis, http://www.geocities.com/
Laporan Tahunan Direksi PDAM Kabupaten CollegePark/Union/5974/risyana. html
Sleman Tahun 2001, Materi Ekspose.
Rudy Badrudin. “Pengembangan Wilayah
Lincolin Arsyad. Pengantar Perencanaan dan Propinsi DIY (Pendekatan Teoritis)”.
Pembangunan: Ekonomi Daerah. Jurnal Ekonomi Pembangunan FE UII.
BPFE. Yogyakarta. 1999. Yogyakarta. 2000.

Mahbub ul Haq. Tirai Kemiskinan: Tantangan- Saving, Jason L. “Privatization and The
tantangan Untuk Dunia Ketiga. Tarnsaction to a Market Economy.”
Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 1983. Economic Review(Federal Reserve Bank
of Dallas) Journal. Fourth Quarter
Meningkatkan PAD ala Kota Solo. HTTP:// 1998. p: 17-25.
www.build.or.id/Newsletter/Terobosan
/terobosan6.htm. Sekretariat Negara Republik Indonesia. Undang-
Undang Otonomi Daerah 1999.
Mubyarto. Pembangunan Dengan Pemerataan. Penerbit Kuraiko Pratama. Bandung.
Pusat Penelitian Pembangunan 1999.
Pedesaan dan Kawasan UGM.
Yogyakarta. 1992. _________. Undang-Undang Republik Indo-
nesia Nomor 34 Tahun 2000 tentang
Mudrajad Kuncoro. Ekonomi Pembangunan: Perubahan Undang-Undang Republik
Teori, Masalah, dan Kebijakan. UPP Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang
AMP YKPN. Yogyakarta. 1997. Pajak daerah dan Retribusi Daerah dan
Beberapa Peraturan Pemerintah Bidang
Pemerintah Kabupaten Sleman. Ringkasan Dana Perimbangan Nomor 104, 105, 106,
Realisasi Pendapatan dan Belanja dan 107. Penerbit PT Mutiara Sumber
Daerah Kabupaten Sleman Triwulan I Widya. Jakarta. 2001.
Tahun Anggaran 2002. 2002.

67
Jam STIE YKPN - Rudy Badrudin Analisis Kajian Potensi ......

Soeharsono Sagir. Ekonomi Indonesia: Gagasan,


Pemikiran, dan Polemik. Penerbit
Iqra. Bandung. 1981.

Sri Sultan Hamengku Buwono X.


Pengembangan Strategis BUMD Dalam
Otonomi Daerah Propinsi DIY. Makalah
Seminar. 2001.

Suara Merdeka. Perda Retribusi Bermunculan,


Hasil Belum Optimal. HTTP://
www.suaramerdeka.com/harian/0205/01/
kot13.htm.

Subagyo. Bank dan Lembaga Keuangan


Lainnya. Ed. 2. BP STIE YKPN
Yogyakarta. Yogyakarta. 2002.

Sukanto R. dan AR Karseno. Ekonomi


Perkotaan. Ed. 3. BPFE. Yogyakarta. 1997.

Suwarjoko Warpani. Analisis Kota dan Daerah.


Penerbit ITB. Bandung. 1994.

Wiyono. Pengelolaan Sumberdaya Hutan Dalam


Rangka Otonomi Daerah. HTTP://
www.arupa.or.id/papers/32.htm.

68
Jam STIE YKPN - Frasto Biyanto Hubungan Pembingkaian Informasi ......

ABSTRACT

Small businesses in Indonesia have already proved


HUBUNGAN PEMBINGKAIAN
that INFORMASI
ANALISIS PENGARUH
ANGGARAN, TANGGUNG TEKANANJAWAB,KETAATAN
DAN
TERHADAP JUDGMENT AUDITOR
PENGALAMAN TERHADAP PILIHAN KEPUTUSAN
PADA INVESTASI BERISIKO
Hansiadi Yuli Hartanto1)
2)
Indra Wijaya
Frasto Kusuma
Biyanto *)

ABSTRACT LATAR BELAKANG

In the investment decision–making process, framing Tugas utama seorang manajer adalah untuk melakukan
effect often biases the resulting decision. Prior research pengambilan keputusan. Tanpa mempertimbangkan
found that individual differences such as experience tingkat kompleksitas permasalahan, individu secara
and responsibility also affect the decision making pro- umum mempergunakan petunjuk-petunjuk (rule of
cess. Using quasi experiment in this research aimed at thumb) dalam pengambilan keputusan. Salah satunya
testing 1)whether the decisions outcome is difference adalah cara informasi disajikan (selanjutnya digunakan
when the information is framed differently (negatively istilah pembingkaian). Pembingkaian berkaitan dengan
or positively), 2)whether the degree of responsibility cara manusia merasakan atau menstruktur suatu
will give different outcomes of decision, and 3)whether keputusan (Main dan Lambert, 1998). Lebih jauh
the experience level moderate the impact of framing on menurut Anderson (1999) kesalahan paling umum
decision outcome. dalam pembuatan keputusan ada dua. Pertama, con-
The result shows that the decisions made by firming-evidence trap, yaitu bias yang mengarahkan
subject differ in information framed positively and nega- kita untuk mencari informasi yang sesuai dengan apa
tively. This finding serves as important evidence about yang sudah dipercayai saja, dan mengabaikan informasi
the effect of framing in the decision making process. kontradiktif. Kedua adalah framing trap, bahwa cara
Furthermore, there is no difference of decision out- kita mengambil keputusan sering kali ditentukan
comes between subject with high responsibility and bagaimana Anda memandang pilihan kita atau cara kita
low responsibility. The result also indicate that experi- menyusun pernyataan dan informasi di sekitarnya.
ence reduces the effect of framing in the decision mak- Masalah pengambilan keputusan didefinisi
ing process. sebagai bagaimana tindakan atau pilihan terhadap
alternatif yang harus dipilih. Dalam Prospect theory
Kata kunci: pembingkaian,informasi anggaran, yang dikemukakan Kahneman danTvesky (1979),
pengalaman, investasi dikatakan bahwa bagaimana informasi disajikan

*)
Frasto Biyanto, SE., M.Si., adalah Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta.

69
Jam STIE YKPN - Frasto Biyanto Hubungan Pembingkaian Informasi ......

(dibingkai) pada pembuat keputusan dapat berpengaruh terhadap efek pembingkaian, dan (4)
mempengaruhi jenis keputusan yang diambil akan lebih menguji hubungan ketiga variabel terhadap pilihan
bersifat berisiko atau berhati-hati. Penelitian yang risiko.
dilakukan oleh Bazerman (1984), Whyte (1989), serta
Rutledge dan Harrel (1994) menunjukkan adanya PENTINGNYAPENELITIAN
pengaruh pembingkaian terhadap pola pengambilan
keputusan yang dilakukan secara kelompok. Dalam banyak literatur disebutkan bahwa diantara
Perbedaan pola pengambilan keputusan juga banyak sumber informasi yang dipergunakan manajer
dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis, salah dalam pengambilan keputusan salah satunya adalah
satunya adalah perbedaan individu (individual differ- infomasi yang dihasilkan oleh proses akuntansi, hal ini
ences). Penelitian dalam bidang ini telah dilakukan sesuai dengan fungsi akuntansi yaitu menyediakan
diantaranya oleh Alderfer dan Bierman (1970), Slovic informasi yang relevan dan tepat waktu tentang
(1972), Frederic dan Libby (1986), serta Choo dan kejadian-kejadian dalam entitas bisnis dan non bisnis
Trotman (1991). Menurut Slovic (1972), individu yang untuk membantu pemakai internal dan eksternal dalam
telah mendapat pelatihan dan lebih berpengalaman membuat keputusan ekonomis.
dalam situasi menghadapi risiko akan cenderung Guna mencapai kemanfaatan yang lebih tinggi
berperilaku memilih pilihan yang berisiko apabila dari akuntansi diperlukan banyak penelitian dalam
dibandingkan dengan individu lainnya. pengembangannya. Jika penelitian akuntansi berjalan
Penjelasan lain juga dikemukakan oleh ke arah pengembangan teknik akuntansi manajerial
penelitian–penelitian sebelumnya, seperti yang yang lebih baik, diperlukan banyak usaha pemanfaatan
dilakukan oleh Staw (1976), dan Fox (1977), dan dari ilmu keperilakuan (Birnberg dan Nath, 1967).
Bazerman et al (1984) yang mengidentifikasi bahwa Implementasi teknik-teknik akuntansi membutuhkan
tingkat tanggung jawab atas keputusan dapat perhatian pada elemen manusia, tentang interaksi
mempengaruhi keputusan yang diambil apakah berisiko individu atau kelompok dengan sistem. Apabila
ataukah lebih berhati-hati. akuntansi memasukkan dimensi dari perilaku manusia
Dalam pembuatan keputusan manajer maka muncul ilmu akuntansi yang lebih luas dari ilmu
membutuhkan informasi. Pada sisi lain pemberi akuntansi tradisional yaitu akuntansi keperilakuan.
informasi menginginkan manajer untuk menjatuhkan Siegel dan Marconi (1989) menyatakan bahwa
pilihan pada suatu opsi tertentu. Kedua kepentingan cakupan akuntansi keperilakuan sangat luas, termasuk
tersebut memunculkan permasalahan yaitu tentang cara di dalamnya: aplikasi konsep-konsep ilmu keperilakuan
mempertemukan keduanya. Dari penelitian–penelitian ke dalam pendesainan dan pengkonstruksian sistem
yang telah dilakukan diketahui bahwa keputusan akuntansi, penelitian mengenai reaksi manusia terhadap
seseorang banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. isi dan format laporan akuntansi, cara informasi tersebut
Dari berbagai faktor tersebut tiga diantaranya adalah diproses dalam pengambilan keputusan,
pembingkaian informasi, tanggung jawab, dan pengembangan teknik pelaporan untuk
pengalaman. mengkomunikasi perilaku data pada pemakai, dan
pengembangan strategi-strategi untuk memotivasi dan
TUJUAN PENELITIAN mempengaruhi perilaku, aspirasi, dan tujuan orang
yang menjalankan organisasi. Cakupan akuntansi
Masalah ini penting karena dapat menambah wacana keperilakuan dapat dipecah menjadi 3 area umum:
dalam strategi pembuatan keputusan dan lebih jauh 1. Pengaruh perilaku manusia terhadap pendesainan,
lagi penelitian ini juga bertujuan untuk menguji secara penyusunan, dan penggunaan sistem akuntansi.
empiris bahwa: (1) pembingkaian informasi anggaran 2. Pengaruh sistem akuntansi terhadap perilaku
memiliki pengaruh terhadap pola keputusan yang manusia.
diambil, (2) besarnya tanggung jawab yang ditanggung 3. Metoda untuk memprediksi dan metoda untuk
pengambil keputusan berpengaruh terhadap pilihan mengubah perilaku manusia.
keputusan, (3) tingkat pengalaman individu akan

70
Jam STIE YKPN - Frasto Biyanto Hubungan Pembingkaian Informasi ......

Penelitian ini dititikberatkan pada area ketiga Langkah selanjutnya adalah meningkatkan validitas
dari akuntansi keperilakuan, terutama pada aspek eksternal dengan melakukan pre-test. Pre-test
metoda untuk mengubah perilaku manusia. dilakukan dengan maksud untuk mengetahui
Dari penjabaran di atas dapat ditarik suatu benang perbedaan terhadap treatment yang diberikan secara
merah antara topik penelitian ini dan kaitannya dengan laboratoris dengan apabila dilakuan dengan
akuntansi, khususnya akuntansi keperilakuan. Apabila pengumpulan dilakukan dengan metoda kuesioner.
kita dapat mengetahui efek pembingkaian informasi Pre-test dilaksanakan dalam dua kelompok. Kelompok
terhadap suatu keputusan yang dibuat, diharapkan pertama adalah melakukan eksperimen laboratoris
hasil penelitian ini akan meningkatkan teknik penyajian dengan menggunakan desain eksperimen dari Rutledge
informasi akuntansi agar menjadi lebih efektif. dan Harrel (1994). Subjek pada eksperimen ini adalah
22 mahasiswa S2 Jurusan Manajemen Program Pasca
METODA PENELITIAN Sarjana UGM semester 2. Eksperimen dilakukan dalam
dua tahap. Tahap pertama, pada subjek diberikan kasus
Desain Penelitian 1 dan 2 (kasus dibingkai dengan pembingkaian positif
dengan tanggung jawab tinggi pada kasus 1 dan
Model quasi experiment digunakan untuk menguji tanggung jawab rendah pada kasus 2). Subjek diberikan
hipotesis. Data dikumpulkan melalui kuesioner, waktu 10 menit untuk mempelajari kasus, kemudian
sehingga akan diperoleh data primer. Treatment diberikan waktu 5 menit untuk menjawabnya.
eksperimen diberikan melalui 4 kasus yang terdapat Tahap kedua dilaksanakan pada hari berikutnya
dalam kuesioner. Responden diminta bertindak dan dengan subjek yang sama. Subjek diberikan kasus 3
berpikir seolah-olah ada dalam situasi yang tergambar dan 4 (pembingkaian negatif tangungjawab tinggi pada
dalam kuesioner. Pertanyaan-pertanyaan kuesioner kasus 3 dan tanggung jawab rendah pada kasus 4).
menggunakan model pertanyaan yang telah Waktu yang diberikan sama dengan eksperimen tahap
dikembangkan oleh peneliti berdasarkan model yang pertama.
digunakan oleh Rutledge dan Harrel (1994). Kelompok responden kedua adalah 22
Penggunaaan model penelitan quasi experiment mahasiswa S2 Jurusan Akuntansi semester 2 pada Pro-
dikarenakan alasan-alasan sebagai berikut: gram Pascasarjana UGM. Kelompok ini digunakan
1. Subjek penelitan adalah pengambil keputusan yang sebagai model pengumpulan data secara kuesioner.
terdiri atas para manajer yang berkaitan dengan Kepada mereka diberikan keempat kasus secara
masalah investasi di perusahaannya. Sulitnya akses bersamaan dalam bentuk kuesioner. Responden diminta
untuk dapat mengumpulkan subjek manajer guna mengumpulkan kembali kuesioner tiga hari sesudahnya.
melakukan eksperimen laboratoris mengakibatkan Hasil jawaban dari kelompok I dan II selanjutnya diuji
metoda kuesioner dianggap yang paling sesuai menggunakan t-test. Hasil pengujian tersebut
untuk mengetahui perilaku subjek kelompok ini. menunjukkan bahwa kedua metoda memberikan pola
2. Validitas eksternal yang tinggi dapat dicapai apabila jawaban yang secara statistis berasal dari populasi
hasil penelitian dapat digeneralisasi secara luas. Hal yang sama (Lampiran I).
tersebut dimungkinkan apabila subjek penelitian Pada penelitian ini pengendalian peneliti
mewakili populasi yang diamati. terhadap variabel bersifat ex post facto. Hal ini
disebabkan penggunaan metoda quasi experiment
Pilot-test dan Pre-test sehingga peneliti tidak dapat mengendalikan variabel-
variabel lain yang mungkin berpengaruh terhadap
Guna meningkatkan validitas internal, perlu dilakukan jawaban subjek.
pilot-test terhadap kuesioner. Pilot-test dilaksanakan
dengan melibatkan 15 orang mahasiswa Program Pemilihan sampel
Pascasarjana Ilmu Ekonomi UGM dari jurusan
manajemen, akuntansi, dan IESP. Tujuannya adalah Sampel penelitian dipilih dari populasi yang biasa
untuk mengetahui pemahaman subjek terhadap kasus. melakukan proses pengambilan keputusan investasi

71
Jam STIE YKPN - Frasto Biyanto Hubungan Pembingkaian Informasi ......

yaitu manajer. Subjek yang dipilih adalah manajer Kahneman dan Tvesky walaupun dengan beberapa
dibidang keuangan atau yang berkaitan dengan masalah perkecualian. Mittal dan Rose (1998) menemukan
investasi. Lamanya menduduki posisi manajer pembingkaian positif dan negatif berpengaruh secara
digunakan untuk mengindikasi variabel pengalaman. berbeda terhadap pengintepretasian suatu isu dan
Pemilihan sampel diambil dari daftar perusahaan yang memiliki dampak yang berbeda dalam subjek
tercatat di BEJ baik itu perusahaan manufaktur maupun penelitiannya. Pembingkaian informasi secara negatif
perusahaan jasa. berpengaruh lebih kuat untuk tindakan risk taking
dibandingkan pembingkaian positif. Zickar dan
Teknik Pengumpulan Data Highhouse (1998) menemukan bahwa terdapat
perbedaan pengaruh pembingkaian untuk gain dan
Kuesioner dikirimkan kepada responden manajer losses, pada pilihan yang berisiko.
melalui pos. Kuesioner dikirimkan kepada 120 Penelitian yang dilakukan oleh Kahneman dan
perusahaan yang dipilih secara acak. Setiap perusahaan Tverski (1979–1981), Fishburn dan Kochenberger
diberikan 3 kuesioner (total kuesioner 360 buah). (1979), Payne et al (1998,1981), Mowen dan Mowen
Kuesioner dikirimkan melalui pos dan dialamatkan (1986) menunjukkan pada saat ada kerugian (loss) or-
kepada corporate secretary masing-masing ang akan cenderung bertindak risk taking,
perusahaan. Tenggang waktu yang diberikan untuk sedangkan apabila pada posisi untung (gain) orang
mengisi dan mengirimkan kembali kuesioner adalah 3 akan bertindak risk averse.
minggu.
H 1 : Terdapat perbedaan sifat keputusan pada
Responden diminta untuk memberikan jawaban- investasi yang diambil individu apabila
jawaban dengan memberikan tanda pada arbitrary informasi dibingkai secara negatif dengan
scale, dari pilihan pasti memilih A dan pasti memilih B. apabila informasi dibingkai secara posisif.
Skor yang diberikan bernilai dari 1 sampai 6 yang akan
menunjukkan tingkat preferensi responden. Variabel Tanggung jawab atas Keputusan

VARIABELDAN HIPOTESIS PENELITIAN Penelitian-penelitian terdahulu telah banyak


menemukan bahwa tanggung jawab kegagalan suatu
Variabel pembingkaian informasi anggaran investasi dapat mempertinggi pilihan mengambil risiko
oleh pengambil keputusan. Staw (1976); Staw dan Fox
Variabel pembingkaian merupakan variabel independen (1977); Caldwell dan O’reilley (1982); Bazerman, et al,
pertama dalam penelitian ini. Pembingkaian dibagi (1984) menemukan bahwa individu cenderung akan
menjadi dua kelompok yaitu pembingkaian postitif dan melakukan penambahan investasi terhadap investasi
pembingkaian negatif. Pembingkaian positif merupakan awal. Proses justifikasi ini disebabkan oleh efek
bentuk penyajian informasi anggaran yang psikologis dari tanggung jawab pribadi dan efek sosial.
menonjolkan faktor keberhasilan atau keuntungan yang Rutledge dan Harrel, (1994). Tanggung jawab yang
akan diperoleh. Sedangkan pembingkaian negatif diterima akan meningkatkan pilihan untuk melakukan
penyajian informasi anggaran lebih ditonjolkan pada investasi tambahan pada kondisi menghadapi risiko
kemungkinan kegagalan atau kerugian yang akan mendapatkan hasil yang negatif atau keputusan yang
dihadapi. Kahneman dan Tversky (1981) dalam bersifat risk taking (Staw(1976); Staw dan Fox (1977);
penelitiannya menemukan bahwa pembingkaian Caldwell dan Oreiley (1982); Bazerman et al (1984);
berkaitan dengan keputusan yang diambil. Subjek Rudtledge dan Harrel (1993)).
penelitian menujukkan perilaku yang berbeda pada saat
satu informasi disajikan dengan cara yang berbeda H2 : Ada perbedaan keputusan pada investasi
(positif dan negatif). Penelitian Hartadi dan Gudono berisiko yang diambil individu dengan tanggung
(1998) dengan menggunakan subjek orang Indonesia jawab tinggi dan individu dengan tanggung
memberikan hasil yang mendukung penelitian jawab rendah.

72
Jam STIE YKPN - Frasto Biyanto Hubungan Pembingkaian Informasi ......

Variabel pengalaman dalam pengambilan keputusan H 3 : Semakin tinggi pengalaman individu, semakin
dan pengaruhnya terhadap efek pembingkaian rendah efek dari pembingkaian informasi.

Menurut Alderfer dan Bierman (1979), terdapat Dari penjelasan terdahulu dan jika ketiga
perbedaan dalam pembuatan keputusan diantara subjek hipotesis terdukung secara empiris maka dapat dibuat
pelajar/mahasiswa dan manajer serta diantara anggota suatu hipotesis gabungan :
kelompok manajer. Diasumsikan manajer adalah orang
yang memiliki pengalaman dalam pengambilan H 4 : Sifat keputusan investasi berisiko yang diambil
keputusan sedangkan mahasiswa adalah subjek yang individu berhubungan dengan variabel
belum berpengalaman dalam pembuatan keputusan pembingkaian, tanggung jawab, dan
yang berisiko. Perbedaan terjadi pada perbedaan asumsi pengalaman.
subjek terhadap situasi dalam simulasi pilihan risiko
personal dan tingkat penerimaan risiko pribadi. ANALISIS DATA
Slovic (1972), mengatakan dari berbagai literatur
menunjukkan bahwa pelatihan dan pengalaman yang Kuesioner yang kembali 45 buah (12,5%) dan sebanyak
telah didapat dalam satu risiko tertentu mempunyai 36 buah (10%) layak untuk dianalisa. Responden terdiri
peran yang besar dalam menentukan perilaku risk tak- dari 28 pria dan 8 perempuan. Posisi subjek pada saat
ing. Dimasukkannya variabel pengalaman dalam mengisi kuesioner terbagi menjadi: 20 orang manajer, 6
penelitian ini dianggap oleh peneliti sebagai suatu orang asisten general manajer, 7 orang general manajer,
keunggulan penelitian ini. Selama ini penelitian- dan 3 orang direktur. Lama rata-rata menduduki posisi
penelitian yang berkaitan dengan masalah adalah 4,5 tahun. Umur rata-rata responden 40,5 tahun,
pembingkaian informasi belum ada yang memasukkan dengan umur tertua 50 tahun dan termuda 30 tahun.
pengalaman sebagai salah satu variabelnya. Menurut
peneliti terdapat hubungan yang berlawanan antara Analisis Hipotesis Satu
pengalaman dan pembingkaian informasi. Kemampuan
individu dalam mengintepretasikan informasi akan Pengujian H1 bahwa terdapat perbedaan sifat
sangat dipengaruhi oleh pengalamannya dalam keputusan pada investasi berisiko yang diambil
membaca informasi. Seseorang dengan pengalaman individu apabila informasi dibingkai secara negatif
pembuatan keputusan yang banyak akan lebih mampu dengan apabila informasi dibingkai secara positif,
memahami informasi. Dapat disimpulkan pengalaman memanfaatkan paired t-test dengan tingkat signifikansi
akan mereduksi pengaruh pembingkaian dalam 0,05.
pengambilan keputusan. Hipotesis yang dapat ditarik
dari penjelasan tersebut adalah:

Tabel 1
Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 NEGTINGG - POSTTING 1,3611 2,2823 ,3804 ,5889 2,1333 3,578 35 ,001
Pair 2 NEGREND - POSREND 1,2778 2,1059 ,3510 ,5652 1,9903 3,641 35 ,001

Hasil pengujian dengan tingkat signifikansi (a) 5 % pembingkaian negatif- tanggung jawab tinggi, dengan
atau confidence level 95% pada degree of freedom positif-tanggung jawab tinggi, dan thitung 3,641 untuk
(df) 35, menunjukkan thitung adalah 3,578 untuk negatif -tanggung jawab rendah dengan positif-

73
Jam STIE YKPN - Frasto Biyanto Hubungan Pembingkaian Informasi ......

tanggung jawab rendah. Hal tersebut berarti thitung > informasi dibingkai secara negatif dan apabila informasi
ttabel (3,578 > 1,697) dan (3,641 > 1,697), sehingga dapat dibingkai secara positif dengan tingkat signifikansi
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan sifat keputusan 5%.
pada investasi berisiko yang diambil individu apabila

Tabel 2
Paired Samples Statistics

Std. Error
Mean N Std. Deviation Mean
Pair NEGTINGG 5,1389 36 1,4373 ,2396
1 NEGREND 4,8889 36 1,7853 ,2976
Pair POSTTING 3,7778 36 2,0440 ,3407
2 POSREND 3,6111 36 2,1945 ,3658

Dengan melihat nilai rata-rata masing-masing Mowen dan Mowen (1986); Mittal dan Ross (1998);
pembingkaian peneliti menarik kesimpulan bahwa dan Hartadi dan Gudono (1998) mengenai pengaruh
pembingkaian informasi secara negatif akan pembingkaian informasi terhadap keputusan yang
menghasilkan keputusan yang sifatnya risk taking. diambil oleh individu.
Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata untuk
pembingkaian negatif dibandingkan nilai rata-rata Analisis Hipotesis Dua
untuk pembingkaian positif, baik dengan tanggung
jawab tinggi maupun tanggung jawab rendah (5,1389) Hipotesis alternatif dua adalah ada perbedaan sifat
dibanding (3,7778 dengan 3,611). Hal tersebut diperkuat keputusan pada investasi berisiko yang diambil pada
oleh nilai deviasi standar untuk pembingkaian negatif kondisi tanggung jawab tinggi dengan kondisi
yang lebih kecil (1,4373) dan (1,7853) sehingga nilai tanggung jawab rendah, diuji dengan menggunakan
keputusan lebih mengelompok pada satu area paired t-test. Hasil statistik menunjukkan bahwa
dibandingkan pembingkaian positif yang nilainya lebih pemberian treatment tanggung jawab rendah tidak
besar (2,044 dan 2,1945). mengakibatkan subjek mengubah keputusannya. Hal
Hasil ini mendukung hasil-hasil penelitian ini disimpulkan dengan pada tingkat signifikansi 5%.
sebelumnya oleh: Kahneman dan Tversky (1979, 1981);

Tabel 3
Paired Samples Test

Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Std. Error Difference
Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df Sig. (2-tailed)
Pair 1 NEGTINGG - NEGREND ,2500 1,3175 ,2196 -,1958 ,6958 1,139 35 ,263
Pair 2 POSTTING - POSREND ,1667 1,5766 ,2628 -,3668 ,7001 ,634 35 ,530

Hasil pengujian statistik pada tingkat signifikansi (a) 5 ataupun pada pembingkaian positif (0,634<1,697).
% atau confidence level 95% pada degree of freedeom Tingkat signifikansi kedua pembingkaian juga lebih
(df) 35 menunjukkan bahwa thitung lebih kecil dari pada besar dari 0,05 yaitu 0,263 untuk pembingkaian negatif
ttabel, baik pada pembingkaian negatif (1,1,39 < 1,697) dan 0,530 untuk pembingkaian posisif, sehingga dapat

74
Jam STIE YKPN - Frasto Biyanto Hubungan Pembingkaian Informasi ......

disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan respon individu, semakin rendah efek dari pembingkaian
keputusan individu pada tingkat tanggung jawab tinggi informasi. Pada tingkat signifikansi 5% pengujian
maupun pada tingkat tanggung jawab rendah. statistik memakai responden–observation sebanyak
Hasil ini berbeda dengan apa yang telah 144 yang diperoleh dari 36 responden, yang pada setiap
ditemukan oleh Rutledge dan Harrel (1993). Pada responden dilakukan 4 observasi (36x4). Dalam
penelitian mereka menunjukkan bahwa terdapat hipotesis tersebut variabel pengalaman memoderasi
perbedaan keputusan pada pilihan berisiko apabila hubungan antara variabel independen pembingkaian
individu atau kelompok diberikan tanggung jawab dengan variabel independen pengalaman (X1;X2).
yang berbeda. Perkalian tersebut berguna untuk mengetahui efek dari
variabel independen pengalaman, maka persamaan
Analisis Hipotesis Tiga regresi yang dipergunakan adalah :

Statistik regresi linear digunakan untuk menguji


Y = b o + b1 X1 + b 2 X 2 + b 3 X 1X 21
hipotesis ketiga yaitu, semakin tinggi pengalaman

Tabel 4

Model Summary

Adjusted Std. Error of


Model R R Square R Square the Estimate
1 ,517a ,267 ,252 1,7163
a. Predictors: (Constant), PERUBAH, EXPER, INFORM

Variabel yang dimasukkan adalah EXPER pembingkaian yang berbeda (PERUBAH) (koefisein
sebagai variabel pengalaman dan tidak terdapat variabel korelasi 0,517 > 0,50), walaupun hanya 25,2% dari
yang dikeluarkan karena menggunakan metoda single perubahan keputusan yang bisa dijelaskan oleh model
step. Hasil pengujian statistik menunjukkan pengaruh (ditunjukkan oleh angka adjusted R square 0,252). Ad-
variabel pengalaman pada efek variabel pembingkaian. justed R square digunakan karena dalam persamaan
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat hubungan tersebut terdapat lebih dari 1 variabel independen.
antara variabel pengalaman (EXPER), pembingkaian Sisanya (100%-25,2% = 74,8%) dijelaskan oleh sebab
(INFORM), dan perubahan keputusan akibat adanya lain.

Tabel 5
ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 150,532 3 50,177 17,034 ,000a
Residual 412,406 140 2,946
Total 562,937 143
a. Predictors: (Constant), PERUBAH, EXPER, INFORM
b. Dependent Variable: KPTSAN

75
Jam STIE YKPN - Frasto Biyanto Hubungan Pembingkaian Informasi ......

Nilai Fhitung pada pengujian F-test EXPER, INFORM dan > Ftabel (17,03 > 7,56) dan probabilitas < 0,05, maka dapat
PERUBAH terhadap variabel Y (KPTSAN) adalah dikatakan model regresi dapat digunakan untuk
17,034 dengan tingkat signifikansi 0,001, sehingga Fhitung memprediksi sifat keputusan yang diambil oleh individu.

Tabel 6
Coefficientsa

Standardi
zed
Unstandardized Coefficien
Coefficients ts
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) ,958 ,542 1,769 ,079
INFORM 4,267 ,766 1,079 5,570 ,000
EXPER 1,005 ,185 ,557 5,445 ,000
PERUBAH -1,083 ,261 -,858 -4,148 ,000
a. Dependent Variable: KPTSAN

Adapun nilai koefisien untuk ketiganya dapat berhubungan dengan variabel pembingkaian,
dilihat pada tabel 6. Dari nilai koefisien variabel tanggung jawab, dan pengalaman”, tidak dapat
PERUBAH dapat diketahui bahwa variabel pengalaman didukung secara penuh. Oleh karena itu peneliti
memoderasi hubungan antara variabel pembingkaian mengajukan hipotesis alternatif pengganti dengan
dengan variabel keputusan secara negatif (-1,083) pada mengeluarkan variabel tanggung jawab yaitu :
tingkat signifikansi 0,05, sehingga disimpulkan bahwa
semakin tinggi pengalaman individu akan semakin H4 : Sifat keputusan pada investasi berisiko yang
rendah efek dari pembingkaian (H3 didukung secara diambil individu berhubungan dengan variabel
empiris). pembingkaian dan pengalaman”

Analisis Hipotesis Empat Seperti halnya hipotesis tiga, pada tingkat


signifikansi 5%, pengujian statistis memakai
Adanya hasil yang tidak signifikansi pada variabel responden–observation sebanyak 144 yang diperoleh
tanggung jawab terhadap keputusan pada investasi dari 36 responden, yang pada setiap responden
berisiko mengakibatkan hipotesis empat bahwa “Sifat dilakukan 4 observasi (36 x 4).
keputusan investasi berisiko yang diambil individu

Tabel 7
Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 22,054a 5 ,001
Likelihood Ratio 22,930 5 ,000
Linear-by-Linear
15,921 1 ,000
Association
N of Valid Cases 144
a. 4 cells (33,3%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 1,50.

76
Jam STIE YKPN - Frasto Biyanto Hubungan Pembingkaian Informasi ......

Tabel 8
Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 38,508a 15 ,001
Likelihood Ratio 42,653 15 ,000
Linear-by-Linear
9,443 1 ,002
Association
N of Valid Cases 144
a. 12 cells (50,0%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,58.

Hasil perhitungan chi-square variabel sifat keputusan yang diambil, dan pengaruh tersebut
pembingkaian (INFORM) dan keputusan (KPTSAN) akan semakin berkurang seiring dengan bertambahnya
memberikan angka 22,054 yang lebih besar dari chi- pengalaman individu, sedangkan aspek tanggung
square-tabel (11,07) pada tingkat signifikansi 0,001 (lebih jawab tidak memberikan perbedaan pada sifat
kecil dari 0,05). Hal tersebut berarti bahwa apabila sifat keputusan yang diambil oleh subjek. Hal tersebut
keputusan pada investasi berisiko berhubungan berbeda dengan hasil penelitian terdahulu.
dengan variabel pembingkaian terbukti secara empiris Perbedaan tersebut mungkin disebabkan oleh
(Tabel 7). perbedaan karekteristik subjek. Perilaku subjek sangat
Pada pengujian chi-square antara variabel dipengaruhi oleh kultur. Mungkin karena kultur
pengalaman (EXPER) dengan variabel keputusan pertanggung jawaban terhadap hukum di Indonesia
(KPTSAN) memberikan angka hasil chi-squarehitung masih lemah menyebabkan individu seringkali
(35,508) lebih besar dari chi-squaretabel (25,00) pada mengabaikan aspek tanggung jawab dalam membuat
tingkat signifikansi 0,001 (<0,005), sehingga hubungan keputusan. Kemungkinan lain adalah perbedaan metoda
antara variabel EXPER dan KPTSAN didukung secara eksperimen, dan pada penelitian ini menggunakan
statistis (Tabel 8), maka dapat disimpulkan bahwa metoda quasi experiment.
variabel dependen sifat keputusan pada investasi Disebabkan tidak didukungnya H2, maka H4
berisiko (KPTSAN) berhubungan dengan variabel agar dapat diuji perlu dilakukan penyesuaian dengan
independen pembingkaian (INFORM) dan pengalaman mengeluarkan variabel tanggung jawab sehingga pada
(EXPER). H4 hanya diuji hubungan antara variabel indpenden
pembingkaian, pengalaman dan variabel dependen
SIMPULAN keputusan. Hasil pengujian chi-square menujukkan
bahwa memang terdapat hubungan diantara ketiga
Penelitian ini mencoba menggabungkan hal yang telah variabel tersebut walaupun secara statistis tidak dapat
diteliti dengan variabel baru dalam topik ini. Tujuan dikatakan kuat. Hubungan yang tidak terlalu kuat
utama penelitian ini adalah menguji secara empiris tersebut karena dalam pengambilan keputusan
hipotesis yang diajukan. Dari data yang terkumpul investasi, individu tentu akan mempertimbangkan dan
diperoleh responden yang cukup bervariatif level dipengaruhi variabel–variabel lain yang sifatnya sangat
kedudukannya di perusahaan, walaupun untuk kompleks. Dalam situasi nyata tidak mungkin individu
proporsinya tidak sama. mengambil keputusan investasi hanya berdasarkan
Setelah dilakukan pengujian statistis pada data pembingkaian dari informasi atau pengalamannya saja,
yang terkumpul diperoleh hasil bahwa H1 dan H3 tentu ia akan melakukan banyak analisis dan
didukung secara empiris, tetapi H2 tidak didukung. pertimbangan.
Pembingkaian informasi memang berpengaruh terhadap

77
Jam STIE YKPN - Frasto Biyanto Hubungan Pembingkaian Informasi ......

Keterbatasan penelitian yang lebih sesuai dengan tujuan dan keputusan yang
ingin dicapai. Kita dapat menyajikan informasi dengan
Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan- cara positif jika kita menginginkan keputusan yang lebih
keterbatasan yang tidak dapat dihindari oleh peneliti menghindari risiko, dan sebaliknya.
keterbatasan tersebut tentu saja akan mempengaruhi Penggunaan pembingkaian informasi secara
hasil dari penelitian ini. Adapun keterbatasan tersebut positif dapat dimanfaatkan untuk mengurangi perilaku
adalah : risk taker pada individu sehingga menjadikan individu
- Desian penelitian yang bersifat quasai experiment lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan.
memiliki kelemahan dalam hal ketidakmampuan Sebaliknya pembingkaiannya negatif akan lebih cocok
peneliti dalam mengontrol variabel-variabel penyela untuk individu yang bersifat konservatif sehingga ia
lain yang berpengaruh terhadap jawaban yang akan lebih mempertimbangkan keputusannya
diberikan oleh subjek. Jika variabel lain tersebut Dengan mengetahui efek dari pengalaman
ternyata berpengaruh secara lebih kuat dari treat- terhadap pembingkaian, penyaji informasi tidak perlu
ment mungkin akan menjadikan hasil penelitian khawatir mengenai bagaimana ia harus membingkai
menjadi bias. informasi bagi orang yang lebih banyak pengalaman
- Menggunakan kuesioner dalam menyampaikan karena terbukti secara empiris bahwa efek pembingkaian
treatment kepada subjek bisa menimbulkan berkurang seiring dengan peningkatan pengalaman
perbedaan persepsi dan pemahaman terhadap individu.
maksud dari peneliti. Hal ini bila terjadi bisa
menjadikan analisis yang dilakukan tidak Saran Penelitian Selanjutnya
mencerminkan keadaan sebenarnya.
Pada penelitian yang akan datang untuk menghindari
Implikasi hasil penelitian kelemahan-kelemahan yang ada penelitian ini, peneliti
menyarankan agar digunakan desain eksperimen
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan labatoris. Pengunaan desain ini akan meningkatkan
suatu wacana mengenai bagaimana kita menyajikan validitas internalnya sehingga hasil penelitian
suatu informasi. Dengan mengetahui faktor-faktor yang diharapkan akan lebih akurat. Subjek yang digunakan
mempengaruhi individu dalam mengambil keputusan sebaiknya adalah subjek yang benar-benar pengambil
diharapkan kita dapat membuat keputusan yang lebih keputusan, karena selama ini penelitian dalam bidang
berkualitas .peningkatan keualitas ini dapat dicapai ini memanfaatkan subjek mahasiswa yang belum
salah satunya dengan cara pembingkaian informasi terbiasa dalam pengambilan keputusan.

78
Jam STIE YKPN - Frasto Biyanto Hubungan Pembingkaian Informasi ......

DAFTAR PUSTAKA Hammond, John S., Ralph L. Keeney, dan


Howard Raiffa, “The Hidden Traps in
Alderfer C.P., dan H. Bierman, “Choices With Decisions Making”, Harvard Business
Risk: Beyond the managers an vari- Review (September–October 1998)
ances.” Journal of Business,
Hartadi, Bambang, Gudono, “——,”, Jurnal
Anderson,K.,”Decision–Making Traps,” Riset Akuntansi (Januari 1998).
BroadcastEnginering,Vol.41(January
1999) Hendrikson, Eldon S., dan Michel F., Van Breda,
“Accounting Theory”, Irwin, McGraw-
Bazerman, M.H., “The Reelvance of Kahneman Hill, Edisi 5 (1992).
and Tversky’s Concept of Framing to
Organizational Behavior,” Journal of Kahneman D., dan A. Tversky, “Prospect
Management, Vol. 10 (1984). Theory: An Analysis of Decisions Un-
der Risk”, Econometrica, Vol. 47 (1979).
Bimberg, Jacob G.,dan Raghu Nath, “Implica-
tion of behavior Science for Manage- Main, D.J., “Improving Your Decision Making”
rial Accounting,” The Accounting Re- , Businnes and Economics Review, Vol.
view, (July, 1967). 44 (April –Juni 1998).

Buhler, Particia M., “Decision-making: A Key Mittal V., W.T.Ross Jr., “The Impact of Positive
to Successful Managers Supervision,” and Negative Affect and Issue Framing
Burlington, Vol. 62, (February 2001). on Issue Interpretation and Risk Tak-
ing”, Organization Behavior & Human
Caldwell, D.F., dan C.A. O’Reilly,’Response to Decision Processes, Vol. 76 (December
Failure: The Effect of Choice and Re- 1998).
sponsibility on Impression Manage-
ment”, Academy of Management Jour- Mowen, M.M., dan J.C. Mowen, “An Empiri-
nal, Vol. 66 (July 1991). cal Examination of the Biasing Effect
of Framing on Business Decisions”,
Choo, Fredie, dan Ken T Trotman,’Relationship Decisions Sciences, Vol. 17 (1986).
between Knowledge Structure and for
Experienced and Inexperienced audi- Payne , J.W., D.J. Laughhunn, R. Crum.” Futher
tors”. The accounting review, Vol. 66 Test of Aspiration Level in Risky Choice
(July 1991) Behavior”, Management Science, Vol.
27 (1981).
Fishburn, P.C. dan G.A. Kochenberger,”Two
piece von Neuman Morgenstern Utility Ruthledge, R.W., dan A.M. Harrel, “Escalating
Function”, Decision Science, Vol. 10 Commitment to an Ongoing Project: The
(1979). Effect of Responsibility and Framing of

Frederick, David M., dan Robert Libby, “Exper- Accounting Information”, International
tise and Auditors Judgements of Con- Journal of Management, Vol. 10 (1993).
junctives Events”, Journal of Account-
ing Research, Vol. 24 (Autumn 1986).

79
Jam STIE YKPN - Frasto Biyanto Hubungan Pembingkaian Informasi ......

Ruthledge, R.W., dan A.M. Harrel, “The Impact Choo, Fredie, dan Ken T Trotman, “The Rela-
of Responsibility and Framing of the tionship between Knowledge Structure
Budgetary Information on Group and Judgment for Experienced and In-
Shifts”, Behavior Research in Account- experienced Auditors”, The Account-
ing, Vol. 6 (1994) ing Review, Vol.66 (July 1991)

Siegel, Gary dan Helene R. Marconi, “Behav-


ioral Accounting,” South Western Pub-
lishing Co.,

Slovic, B.M., “Psychological of Human Judg-


ment: Implications for Investment De-
cision Making”, Journal of Finance
(September, 1972).

Staw, B.M, “Knee Deep in the Big Muddy: A


Study of Escalating Commitment to a
Chosen Course of Action,” Organization
Behavior and Human Performances, Vol.
16 (1976)

Staw, B.M., dan F. Fox, “Escalation: Some De-


terminations of Commitment to a Pre-
viously Chosen Course of Actions,”
Human Relation, Vol. 30 (1977).

Tversky, A., dan D Kahneman, “The Framing


of Decisions and the Psychological of
Choice”, Science, Vol. 211 (1981).

Wallach, M.A., N. Kogan, D.D.Bem, “Diffusion


of Responsibility and Level of Risk Tak-
ing in Groups”, Journal of Abnormal
and Social Psycology, Vol.14 69 (1964).

Whyte, G, “Groupthink Reconsidered”, Acad-


emy of Management Review, Vol. 14
(1989).

Zickar M.J., S. Highhouse, Looking Closer at


the Effect of Framing on Risky Choice:
An Item Response Theory Analysis,” Or-
ganizational behavior & human decision
Processes, Vol. 75 (July 1998).

80
Jam STIE YKPN - Djoko Susanto dan Siti Resmi Penerapan Balanced Scorecard ......

ABSTRACT

Small businesses in Indonesia have already proved


PENERAPAN BALANCED that SCORECARD
ANALISIS PENGARUH
SEBAGAI TEKANAN
PENGUKUR KETAATAN
KINERJA
TERHADAP JUDGMENT
PADA SEKTOR AUDITOR
PUBLIK
1)
Hansiadi
DjokoYuli Hartanto
Susanto *)
2)
Indra Wijaya Kusuma
Siti Resmi **)

ABSTRACT Keywords: performance measurement, balanced


scorecard, government, vision, mission
Organization are competing in complex so that an ac-
curate understanding of the goals and methods for PENDAHULUAN
achieving those goals is vital in a complex competition
among organizations. The balanced scorecard trans- Dalam rangka mewujudkan kepemerintahan yang baik
lates an organization’s mission and strategy into a com- (good governance), Pemerintah Indonesia telah
prehensive set of performance measures that provides memperkenalkan peraturan dalam bentuk keputusan dan
the framework for strategic measurement and manage- Instruksi Presiden yang mewajibkan instansi
ment system. The balanced scorecard emphasizes on pemerintah dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
achieving financial objectives their performance untuk mengukur kinerja dan untuk lebih dapat
drivers. The scorecard measures organizational per- bertanggung jawab (akuntabel). Keputusan Menteri
formance across four balanced perspectives: financial, Negara Pemberdayaan BUMN No. 215/M – BUMN I/
customers/stakeholders, internal business processes, 1999 menyatakan bahwa BUMN diwajibkan untuk
and learning and growth. mengukur kinerjanya dalam bentuk indikator keuangan
Balanced scorecard as a performance measure (debt equity, net working capital to total assets, in-
can be implemented either on profit oriented organiza- ventory turnover, dan lain-lain); pertumbuhan
tions or non profit and governmental organizations. produktifitas; pertumbuhan persaingan; pertumbuhan
The non profit and government organizations imple- efisiensi; pengembangan sumber daya manusia; inovasi
ment the balanced scorecard for actualizing good gov- produk dan usaha; penelitian dan pengembangan;
ernance so that they need to measure their performance pembangunan masyarakat; kepuasan pelanggan;
in order to be accountable. Implementing balanced kepedulian lingkungan; dan lain-lain. Instruksi Presiden
scorecard in the non profit and government organiza- No. 7 Tahun 1999 menyatakan bahwa unit-unit eselon
tions needs some adjustments because they are differ- II ke atas berkewajiban untuk menyusun Laporan
ent from the profit oriented caompany especially the Akuntabilitas Instansi Pemerintah (LAKIP). Oleh
strategy, value, outcome, stakeholder/customer, key karena pengukuran kinerja merupakan salah satu bagian
success factor, etc. dari LAKIP, maka unit-unit tersebut berkewajiban
melakukan pengukuran kinerja.

*)
Dr. Djoko Susanto, MSA., Akuntan adalah Dosen Tetap STIE YKPN Yogyakarta.
**)
Dra. Siti Resmi, MM., Akuntan adalah Dosen Tetap AMP YKPN Yogyakarta.

81
Jam STIE YKPN - Djoko Susanto dan Siti Resmi Penerapan Balanced Scorecard ......

Ketentuan atau aturan baru tersebut 2001). Contoh lain adalah: Naval Undersea Warfare
memberikan tanggung jawab yang lebih besar kepada Center (NUWC), State of Massachusetts Department
instansi pemerintah dan BUMN untuk memperkenalkan of Mental Health (http://www.bscd4gov.com/
sistem pengukuran kinerja dan pemantauan yang government.htm).
efektif. Untuk dapat mengimplementasikan ketentuan Dalam sebuah balanced scorecard, pengukuran
atau peraturan tersebut dengan berhasil, suatu kinerja dilakukan dalam empat perspektif yang berbeda,
organisasi harus membuat perencanaan strategis agar yaitu: keuangan (stakeholders/financial), pelanggan
dapat mencapai visi dan misi organisasi serta (customer), proses internal (internal process), dan
mengkaitkan program dan kegiatan dengan tujuannya. pembelajaran dan pertumbuhan (learning and
Terdapat banyak pendekatan dalam mengukur growth). Keempat perspektif tersebut telah mewakili
kinerja, diantaranya adalah: Kerangka kerja “Program indikator (ukuran) kinerja keuangan dan non keuangan
Logic”, Total Quality Management, Piramida Kinerja, yang digunakan sebagai indikator pengukuran kinerja
Model Stakeholder, “Maisel’s Balanced scorecard, suatu organisasi.
Effective Progress and Performance Measurement Melihat keberhasilan penerapan balanced scorecard
(EP2M), maupun “Kaplan & Norton’s” Balanced pada sektor publik (organisasi pemerintah maupun non
Scorecard. Bastian (2001) mengatakan bahwa terdapat profit) di beberapa negara tersebut, maka artikel ini akan
beberapa alat dalam pengukuran kinerja diantaranya menguraikan lebih jauh tentang alat pengukur balanced
adalah balanced scorecard, dan Penilaian Dengan 3 E scorecard, contoh penerapannya pada sekstor publik,
(Ekonomi, Efisiensi, Efektifitas). dan kemungkinan penerapannya di Indonesia sebagai
Untuk dapat menilai kinerja sektor publik upaya realisasi Instruksi Presiden No. 7 Tahun 1999
(instansi pemerintah yang tidak berorientasi laba dan dalam rangka penyusunan Laporan Akuntabilitas
organisasi nirlaba lainnya) secara akurat, dibutuhkan Instansi Pemerintah (LAKIP) yang memuat pengukuran
indikator kinerja keuangan dan non keuangan. kinerja suatu instansi pemerintah.
Pendekatan balanced scorecard menyediakan
kerangka kerja untuk tujuan tersebut. Lebih penting PENGUKURAN KINERJA ORGANISASI
lagi, bahwasannya pendekatan balanced scorecard
memperhitungkan entitas sebagai fungsi yang Pengukuran kinerja dilakukan untuk mengetahui
menyeluruh dengan mengaitkan visi, misi, dan strategi keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi dalam
organisasi dengan kinerja keuangan dan non keuangan mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi yang
dalam mencapainya, bahkan tidak hanya sebagai sistem tertuang dalam perumusan strategis. Lary D Stout dalam
pengukuran kinerja tetapi juga merupakan sistem Bastian (2001) menyatakan bahwa “pengukuran/
manajemen kinerja stratejik yang komprehensif dan penilaian kinerja merupakan proses mencatat dan
progresif. Untuk mengukur strategi suatu organisasi, mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah
seluruh tujuan dan ukuran baik ukuran keuangan pencapaian misi (mission accomplishment) melalui
maupun non keuangan harus diturunkan dari visi dan hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa
misi organisasi tersebut. Akhir-akhir ini, pendekatan ataupun suatu proses”. Setiap organisasi harus dapat
balanced scorecard digunakan oleh banyak organisasi diukur dan dinyatakan keterkaitannya dengan
(non profit) yang sukses sebagai pusat strategi dan pencapaian arah organisasi di masa yang akan datang
kerangka kerja pengukuran yang membantu pimpinan yang dinyatakan dalam visi dan misi organisasi. Produk
menyatakan, mengomunikasikan, dan menerapkan dan jasa yang dihasilkan diukur berdasar kontribusinya
strategi dengan menggunakan sistem yang saling terhadap pencapaian visi dan misi organisasi. Untuk
terkait dengan visi jangka panjang. Beberapa organisasi dapat menghasilkan pengukuran kinerja yang baik,
pemerintah dan non profit di luar negeri yang telah dibutuhkan artikulasi yang jelas tentang rencana
berhasil menerapkan balanced scorecard, antara lain: stratejik suatu organisasi yang mencakup visi, misi,
The City of Charlote, North Caroline; United Way of tujuan dan sasaran yang dapat diukur serta
Southeasthern New England; May Institute and New berhubungan dengan hasil kegiatan yang telah
Profit Inc.; Montefiore Hospital (Kaplan and Norton, dilaksanakan.

82
Jam STIE YKPN - Djoko Susanto dan Siti Resmi Penerapan Balanced Scorecard ......

Tim Studi AKIP (2000) menyatakan pengukuran memberikan kerangka kerja yang komprehensif untuk
kinerja merupakan hal penting dalam sistem menerjemahkan pencapaian visi dan misi organisasi ke
pengendalian manajemen karena sebagai alat yang dalam suatu set pengukuran penting, yang dialokasikan
dapat digunakan oleh manajemen untuk: ke seluruh perspektif organisasi (keuangan dan non
1. meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan keuangan) yang disebut balanced scorecard.
akuntabilitasnya;
2. menilai pertanggungjawaban pencapaian tujuan dan PENDEKATAN BALANCED SCORECARD
sasaran oleh manajemen atas program-program;
3. mengelola program secara efisien; Pengukuran kinerja yang efektif hendaknya mampu
4. menyediakan data dalam rangka pelaksanaan menerjemahkan misi, visi dan strategi suatu organisasi
fungsi pengendalian program; ke dalam tujuan operasional dan ukuran kinerja baik
5. membuat kebijaksanaan anggaran; kinerja keuangan maupun non keuangan. Menurut
6. mengelola dan mengukur hasil program; Kaplan dan Norton, pendekatan balanced scorecard
7. umpan balik bagi manajemen dalam rangka mampu menerjemahkan strategi dan misi organisasi ke
meningkatkan kinerjanya di masa yang akan dalam suatu perangkat pengukuran kinerja yang
datang; komprehensif yang merupakan kerangka dalam
8. mempertanggungjawabkan sumber daya yang telah melaksanakan strategi. Hal ini disebabkan balanced
dipercayakan kepada manajemen. scorecard tidak hanya memfokuskan diri pada
Selama ini banyak organisasi yang melakukan pencapaian tujuan finansial dan jangka pendek tetapi
pengukuran kinerja secara tradisional, yaitu pengukuran juga memperhatikan pada tujuan non finansial dan
kinerja yang hanya mendasarkan pada aspek finansial jangka panjang.
atau keuangan seperti return on investment (ROI), Dalam pendekatan balanced scorecard, suatu
profit margin, economic value added (EVA) dan rasio- kinerja diukur dari empat perspektif, yaitu: perspektif
rasio keuangan yang lain. Dunia bisnis yang semakin keuangan (stakeholder/financial), perspektif
kompetitif mendorong manajemen untuk tidak hanya pelanggan (customer), perspektif proses bisnis inter-
mengukur kinerja dari aspek finansial saja tetapi juga nal (internal business), dan perspektif pembelajaran
aspek lain yang bersifat non finansial seperti kepuasan dan pertumbuhan (learning and growth). Perspektif
pelanggan, menjadi pemimpin suatu produk, dan lain- keuangan memberikan penilaian terhadap target
lain. Bastian (2001) mengatakan bahwa aspek-aspek keuangan yang dicapai oleh organisasi dalam
yang dipertimbangkan dalam pengukuran kinerja mewujudkan visinya (“bagaimana kinerja keuangan kita
meliputi: aspek finansial, kepuasan pelanggan, operasi dilihat oleh para stakeholder”). Perspektif keuangan
bisnis internal, kepuasan pegawai dan waktu. memberikan penilaian terhadap segmen pasar yang
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pengukuran dituju dan tuntutan pelanggan beserta kebutuhan yang
kinerja tidak hanya meliputi aspek finansial saja tetapi dilayani oleh organisasi (“bagaimana pelanggan melihat
juga aspek non finansial. Pentingnya pengukuran kita”, “bagaimana kita melihat pelanggan”). Perspektif
kinerja berdasarkan aspek non finansial juga proses bisnis internal memberikan penilaian gambaran
dikemukakan oleh Kaplan & Norton (1996). Pengukuran proses yang harus dibangun untuk melayani pelanggan
kinerja berdasar aspek keuangan saja memiliki (“apa yang harus kita lakukan dengan amat baik untuk
kelemahan, karena kinerja keuangan tidak mampu memenuhi harapan pelanggan dan stakeholder kita”).
mengukur kinerja harta-harta tak berujud/tak tampak Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan memberikan
(intangible assets) dan harta-harta intelektual penilaian yang merupakan pemacu kompetisi personal,
(sumberdaya manusia perusahaan); kinerja keuangan prasarana sistem informasi, dan suasana lingkungan
tidak mampu bercerita banyak mengenai masa lalu kerja yang diperlukan (“apakah kita terus berinovasi
perusahaan dan tidak mampu sepenuhnya menuntun dan belajar untuk meningkatkan/menambah nilai jasa
perusahaan ke arah yang lebih baik. Dengan yang ada dan/atau menciptakan jasa baru untuk
kelemahan-kelemahan ini, pada tahun 1992 Kaplan dan memenuhi harapan pelanggan”).
Norton membuat sistematik sebuah konsep yang dapat

83
Jam STIE YKPN - Djoko Susanto dan Siti Resmi Penerapan Balanced Scorecard ......

Empat perspektif menurut Kaplan dan Norton 2. Adanya pendorong kinerja. Ukuran kinerja dalam
tersebut merupakan sebuah pola dasar dan bukan balanced scorecard seharusnya mengandung
merupakan model yang langsung cocok untuk setiap ukuran kinerja hasil (outcome) yang menunjukkan
organisasi. Oleh karena itu dimungkinkan adanya hasil kinerja yang telah lalu dan ukuran kinerja
modifikasi kerangka penerapan balanced scorecard pendorong yang merupakan ukuran yang
sesuai dengan misi, visi dan tujuan organisasi yang mendorong perbaikan kinerja untuk masa
bersangkutan. Meskipun pada awalnya balanced mendatang.
scorecard didisain untuk organisasi bisnis 3. Terhubungnya dengan keuangan. Perubahan-
(berorientasi profit), dalam perkembangan berikutnya perubahan paradigma dalam organisasi mendorong
balanced scorecard dapat pula diterapkan untuk manajemen untuk memfokuskan diri pada kualitas,
organisasi sektor publik baik instansi pemerintah kepuasan pelanggan, atau inovasi baru. Ukuran
maupun organisasi non profit lainnya. Sudibyo (1997) kinerja yang baik seharusnya selalu mengaitkan hal-
mengatakan bahwa BUMN dapat menilai kinerja hal tersebut dengan ukuran keuangan.
organisasinya dengan pendekatan balanced scorecard
sepanjang telah memformulasikan misi dan strateginya PENERAPAN BALANCED SCORECARD PADA
serta telah mengenal, apresiatif, dan bersikap positif SEKTOR PUBLIK
terhadap paradigma dan pendekatan-pendekatan
manajemen era informasi. Kaplan dan Norton (2001) Meskipun pada awalnya konsep balanced scorecard
menyatakan bahwa dalam waktu lima tahun terakhir ini diterapkan pada sektor swasta (profit motive organi-
balanced scorecard telah diterapkan oleh beberapa zation), pada perkembangannya konsep ini dapat pula
organisasi non profit dan pemerintah dengan kerangka ditetapkan pada organisasi sektor publik. Kaplan dan
modifikasi tertentu. Chang dan Chow (1999) dalam Norton (2001) mengatakan bahwa penerapan balanced
Saptono dan Widanarto (2002) memberikan contoh scorecard pada organisasi sektor publik yaitu
penerapan balanced scorecard pada lembaga organisasi non profit dan pemerintah (non profit and
pendidikan tinggi. Penerapan balanced scorecard pada government organization, disingkat NPGO’s) di
lembaga pendidikan tinggi tersebut dapat dilaksanakan beberapa negara telah dimulai sejak tahun 1996.
sepanjang balanced scorecard dipahami secara benar Meskipun demikian penerapan balanced scorecard
dan ada usaha dari lembaga tersebut untuk berubah ke tersebut bukanlah tanpa masalah. Organisasi sektor
arah yang lebih baik. publik pada umumnya telah menetapkan visi, misi dan
Organisasi yang berbeda tentu mempunyai visi, telah melengkapinya dengan serangkaian program-pro-
misi dan strategi yang berbeda, demikian pula gram tertentu. Meskipun demikian mereka tidak
penekanan pada setiap perspektifnya. Seperti telah berusaha untuk mewujudkan keluaran (outcome)
disebutkan sebelumnya bahwa visi, misi, dan strategi secara jelas. Sebagian besar organisasi sektor publik
merupakan komponen utama dalam penerapan bal- telah berusaha merealisasikan misinya dengan
anced scorecard. Oleh karena itu ukuran kinerja yang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan secara lebih efisien
dipakai dalam balanced scorecard harus dapat dan memperkenalkan beberapa inisiatif yang
menunjukkan visi, misi, dan strategi suatu organisasi/ menekankan pada perbaikan proses. Akan tetapi jarang
instansi. Terdapat tiga kriteria yang dapat digunakan sekali organisasi sektor publik yang memfokuskan pada
untuk menentukan bahwa ukuran kinerja dalam bal- strategi penting yang dapat dieksekusi, seperti
anced scorecard telah menunjukkan strategi yang telah kepemimpinan produk (product leadership) dan
disusun oleh suatu organisasi/instansi. Kriretia menjalin hubungan baik dengan pelanggan (customer
tersebut adalah: intimacy).
1. Adanya hubungan sebab akibat. Setiap ukuran Penerapan balanced scorecard pada organisasi
kinerja dalam balanced scorecard seharusnya sektor publik memerlukan penyesuaian-pernyesuaian
merupakan bagian dari kesatuan hubungan sebab tertentu. Hal ini terjadi karena organisasi publik
dan akibat yang merupakan representasi dari mempunyai perbedaan dengan organisasi profit dalam
strategi organisasi. banyak area kegiatan, yang meliputi perbedaan dalam

84
Jam STIE YKPN - Djoko Susanto dan Siti Resmi Penerapan Balanced Scorecard ......

strategi, keberagaman stakeholder, pendifinisian keuangan. Perbedaan tersebut oleh Averson (1999)
keberhasilan, kriteria keberhasilan, dan kriteria kinerja dinyatakan sebagai berikut.

Faktor Pembeda Organisasi Profit Organisasi Sektor Publik


1. Sasaran stratejik umum Daya saing Efektivitas misi
2. Sasaran keuangan Laba, pertumbuhan, Pengurangan biaya, efisiensi
umum pangsa pasar
3. Nilai-nilai Inovasi, kreativitas, Akuntabilitas pada publik,
goodwill, penghargaan integritas, dan keadilan.
4. Outcome yang Kepuasan pelanggan Kepuasan pelanggan
diharapkan
5. Stakeholders Pemegang saham, Masyarakat, DPR, Presiden ,
pemilik, pasar Menteri, dan dalam hal-hal tertentu penyedia jasa antara
6. Pelanggan Penerima barang dan jasa Kadang-kadang penerima
secara langsung tidak langsung dari
keluaran organisasi
7. Penentu prioritas Permintaan pelanggan Kepemimpinan, pembuat UU,
anggaran perencana
8. Faktor kunci sukses Pertumbuhan, laba, Praktik manajemen terbaik
pangsa pasar

Sejumlah penyesuaian perlu dilakukan dalam pengeluaran sesuai dengan anggaran, akan tetapi
menerapkan konsep balanced scorecard pada seberapa efektif dan efisien organisasi dalam memenuhi
organisasi sektor publik mengingat perspektif visi dan misinya yaitu melayani publik. Dalam
keuangan, misalnya, bukan merupakan ultimate goal orgasnisasi publik, perspektif customer diperluas
seperti yang terjadi pada perusahaan swasta. Pada menjadi perspektif citizen dengan pertimbangan bahwa
sektor publik, perspektif keuangan lebih cenderung organisasi publik harus memberikan benefit bagi
memberikan batasan ketimbang tujuan. Organisasi masyarakat luas. Dalam kerangka balanced scorecard,
sektor publik umumnya harus membatasi pengeluaran perspektif customer/citizen ini dipandang sebagai ul-
sesuai dengan jumlah yang dianggarkan, oleh karena timate goal dengan tanpa mengabaikan perspektif
itu perspektif keuangan disubstitusi menjadi istilah yang lain. BPKP (2002) menggambarkan perspektif
perspektif budget (BPKP, 2002). Meskipun demikian dalam balanced scorecard untuk organisasi sektor
keberhasilan sektor publik tidaklah diukur semata-mata publik pada gambar berikut ini.
dari efisiensi pengeluaran atau bagaimana menjaga

85
Jam STIE YKPN - Djoko Susanto dan Siti Resmi Penerapan Balanced Scorecard ......

Kaplan & Norton (2001) mengatakan bahwa sebagian sekaligus sebagai pelanggan. Oleh karena itu kerangka
besar NPGO’s mengalami kesulitan dalam menerapkan penyusunan balanced scorecard untuk NPGO’s
balanced scorecard yang menempatkan perspektif menempatkan donor dan penerima jasa pada tempat
keuangan dalam hierarki yang teratas (puncak). Mereka yang sejajar. Mereka mengembangkan tujuan organisasi
menganggap bahwa sukes finansial bukanlah tujuan dari donor dan penerima, kemudian mengidentifikasi
utama, sehingga perlu dilakukan penyusunan ulang proses internal yang diharapkan dapat memberikan nilai
dengan menempatkan perspektif pelanggan/ kepada kedua kelompok pelanggan tersebut (yaitu
masyarakat pada hierarki puncak. Pada perusahaan donor dan penerima). Penempatan tujuan organisasi
swasta, pelanggan memainkan dua peran yang tidak pada hierarki puncak balanced scorecard dimaksudkan
dapat dipisahkan yaitu sebagai pembayar/pemberi dan agar dapat mengomunikasikan secara jelas misi jangka
penerima jasa. Dalam organisasi non profit, sumber- panjang organisasi tersebut. Gambar berikut ini
sumber finansial berasal dari donor yang tidak hanya merupakan modifikasi kerangka balanced scorecard
pelanggan tetapi juga yayasan dan lain-lain, sedangkan untuk organisasi non profit.
penerimanya adalah semua komponen bangsa yang

86
Jam STIE YKPN - Djoko Susanto dan Siti Resmi Penerapan Balanced Scorecard ......

Kerangka Balanced Scorecard pada Organisasi Nonprofit

Untuk dapat memberikan gambaran secara memenuhi fungsinya. Sebagai contoh: LAC harus
aktual tentang penerapan balanced scorecard pada memastikan bahwa bantuan hukum diberikan dengan
organisasi sektor publik, berikut ini diberikan contoh efektif, efisien dan ekonomis; LAC diminta untuk
kasus Legal Aid Commission (LAC) di New South memperhatikan kebutuhan akan bantuan hukum yang
Wales, Australia (BPKP, 2001). LAC merupakan sebuah mudah diperoleh bagi masyarakat kurang mampu di
lembaga yang menyediakan bantuan hukum dan jasa New South Wales. Penekanan ditempatkan pada
hukum lainnya sehubungan pemberlakuan Undang- pelatihan dan penyebaran informasi, untuk memastikan
undang (UU) LAC. Dalam menjalankan fungsinya, UU bahwa penduduk memahami hak-hak mereka.
LAC merinci tugas yang harus dilaksanakan LAC untuk

87
Jam STIE YKPN - Djoko Susanto dan Siti Resmi Penerapan Balanced Scorecard ......

Penerapan Balanced Scorecard pada Instansisi Pemerintah


(Kasus Legal Aid Commission di New South Wales, Australia)

Visi : menjadi Komisi Bantuan Hukum terkemuka di Australia dan model yang
sempurna dalam manajemen dan pemberian layanan sektor publik.
Misi : untuk membantu orang-orang tidak mampu memahami, melindungi, dan
menggunakan hak dan kepentingan hukumnya dengan meningkatkan
akses kepada sistem hukum dan mendrorong digunakannya

Stakeholder/Financial Pelanggan
Untuk mencapai Visi/Misi, bagaimana LAC akan Untuk mencapai visi/misi, bagaimana LAC
dilihat oleh stakeholdernya? sebaiknya dilihat oleh kliennya?
· Sumber daya digunakan secara efisien; · Informasi umum jelas dan mudah dipahami,
· Tidak ada duplikasi layanan bantuan hukum; mudah diakses dan selalu tersedia setiap saat;
· Stakeholder memandang biaya layanan LAC · Klien menerima layanan advis dengan cepat,
adalah wajar; tepat, dan diberikan secara sederhana dan
· Keputusan dibuat secara adil, sesuai kriteria, mudah dipahami;
dan tepat waktu; · Keputusan dibuat secara adil, sesuai kriteria,
· Akses layanan hukum yang memadai untuk dan tepat waktu.
diberikan kepada orang-orang yang tidak
mampu.

Proses Internal
Untuk memuaskan stakeholders dan pelanggan, proses internal apa yang dilakukan LAC dengan sangat baik?
· Sistem dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dipastikan pegawai merespon pelanggan secara tepat waktu;
· Pegawai spesialis hukum yang terakreditasi dan berkualitas tinggi;
· Staf pendukung telah mengikuti pelatihan pelanggan;
· Sistem dan metodologi yang canggih untuk penerimaan, pemutusan, dan administrasi permohonan;
· Sistem keuangan yang efisien dalam pembayaran praktisi swasta.

Inovasi
Untuk mencapai visi/misi, proses baru dan kompetensi apa yang dibutuhkan pegawai LAC di masa depan?
· Lingkungan kerja yang positif;
· Identifikasi tren yang muncul dalam masalah sosial dan hukum yang akan mempengaruhi persyaratan
bantuan hukum;
· Identifikasi jasa baru untuk memberikan layanan yang komprehensif;
· Pengetahuan atas model hukum dan administrasi.

88
Jam STIE YKPN - Djoko Susanto dan Siti Resmi Penerapan Balanced Scorecard ......

Contoh Hipotesis Balanced scorecard untuk Instansi Pemerintah


(Kasus Legal Aid Commission di New South Wales, Australia)

Perspektif Stakeholders/Financial
Faktor Kritikal Tujuan Stratejik Ukuran Kinerja Target
Keberhasilan
Biaya per advis yang $ x advis via telepon
diberikan (dirinci per jenis $ x per layanan tatap
hukum) muka
Biaya rata-rata layanan advis Biaya in-house dan yang
sendiri (in-house) dan dikontrakkan seimbang
Memantau biaya-biaya layanan yang dikontrakkan
pemberian jasa terhadap ke pihak lain
Pemakai sumber praktik-praktik terbaik Biaya layanan in-house Biaya in-house berada
daya yang efisien (best practice) dibandingkan dengan biaya dalam dalam kisaran x %
dan efektif sektor swasta untuk layanan dari nilai tengah biaya
yang sejenis sektor swasta (best prac
tice)
Biaya per kasus hukum yang Pengurangan biaya
dimenangkan melalui litigasi, tahunan sebesar x %
mediasi, atau pemberian untuk setiap kategori
advis. .
Mendorong penggunaan Proporsi penggunaan ADR Y % dari penggunaan
“Alternate Dispute aktual dibandingkan total ADR aktual dibanding-
Resolution” (ADR) untuk kasus yang seharusnya kan total potensi
menghemat biaya. dapat menggunakan ADR penggunaan ADR.
Berkurangnya Meningkatkan perolehan fee Proporsi pengeluaran yang Pengurangan proporsi
ketergantungan dari klien yang mampu dibiayai dari fee. sebesar x % atas
melalui penilaian atas pengeluaran yang
membayarnya. dibiayai dana pemerintah
Layanan yang Menciptakan kepedulian Rasio orang tidak mampu Kenaikan sebesar x %
mudah diakses publik atas cakupan dan yang dilayani atas seluruh dari orang tak mampu
dan tersedia mutu layanan melalui populasi orang yang tidak yang mengakses
setiap saat. publikasi. mampu layanan hukum LAC.

89
Jam STIE YKPN - Djoko Susanto dan Siti Resmi Penerapan Balanced Scorecard ......

Perspektif Pelanggan
Faktor Kritikal Tujuan Stratejik Ukuran Kinerja Target
Keberhasilan
% masalah yang diselesaikan Sebesar x % masalah
dengan memuaskan klien diselesaikan dengan
pada sekali kunjungan/ memuaskan klien pada se-
hubungan. kali kunjungan/hubungan

Advis yang akurat, Pemantauan terus % masalah dimana klien Kurang dari x % kunju-
relevan dan tepat menerus atas layanan harus mengulang kunjungan ngan/hubungan ulangan
waktu. advis untuk memastikan /hubungan.
kualitas dan ketepatan % keluhan yang diterima Rasio keluhan kurang dari
waktu layanan. sehubungan dengan advis x %.
yang diterima klien.
Kepuasan pelanggan atas Indeks kepuasan
kualitas advis dan ketepatan pelanggan sebesar y.
waktunya.

Perspektif Proses Internal


Faktor Kritikal Tujuan Stratejik Ukuran Kinerja Target
Keberhasilan
Layanan tepat Memantau permintaan Rata-rata dan nilai tengah Rata-rata waktu tunggu
waktu perjanjian jasa untuk memastikan dari waktu tunggu untuk sebesar x hari; sebesar
dibuat dalam jarak ketersediaan layanan perjanjian pertama. z % perjanjian dibuat
waktu yang wajar. pegawai. lebih cepat dari standar
tersebut.
Jumlah telepon yang dibatal Telepon batal lebih kecil
kan dibanding seluruh tele- daripada x % dari seluruh
pon yang masuk ke nomor telepon masuk.
layanan.
Proporsi waktu tunggu x % dari telepon masuk
telepon. dijawab dalam satu menit
y % dari telepon masuk
dijawab antara satu s/d
lima menit.z % dari telepon
masuk dijawab lebih dari
5 menit.

90
Jam STIE YKPN - Djoko Susanto dan Siti Resmi Penerapan Balanced Scorecard ......

Pegawai yang Memantau proses Proporsi pejabat hukum Sebesar x % dari pejabat
bermutu tinggi perekrutan dan seleksi dengan sertifikat tanpa hukum memiliki sertifikat
dan terlatih. untuk menghasilkan batasan. tanpa batasan.
pegawai bermutu tinggi.
Proporsi pejabat hukum Sedikitnya x % dari
berstatus spesialis yang pegawai lapangan
terakreditasi. memenuhi standar
kompetensi.
Pengembangan pegawai Proporsi pegawai hukum Seluruh pegawai memiliki
hukum untuk memukta- yang menghadiri pelatihan x jam pelatihan profesio-.
hirkan pegawai lapangan kantor sendiri atau kursus nal
dan meningkatkan pe- terakreditasi.
ngetahuan mereka de-
ngan perubahan dan
Biaya pelatihan per pegawai Biaya pelatihan sebesar
profesional. x % dari biaya gaji pega-
wai profesional.
Informasi yang Pangkalan data berbasis Ketersediaan sistem (down Pangkalan data tersedia
mutakhir atas Personal Computer un- time) per periode kerja. bagi pegawai lebih
kasus-kasus tuk menyediakan infor- besar dari x % waktu
hukum dan masi lengkap. yang dibutuhkan.
peraturannya.
Selang waktu yang dibutuh- Seluruh aturan dan kasus
kan untuk memasukkan hukum baru telah diinput
aturan dan kasus hukum dalam sistem dalam x jam
baru kedalam pangkalan data per hari setelah data
diinput.
Proporsi pegawai terlatih Seluruh pegawai dibagian
menggunakan sistem pang- advis telah dilatih meng-
kalan data. gunakan sistem.
Pegawai baru telah dilatih
menggunakan sistem baru
dalam x hari setelah
melaksanakan tugas di
bagian advis.
Jumlah keluhan pegawai Sebelum akhir tahun,
berkaitan dengan ketiadaan tidak ada keluhan atas
informasi database. kelengkapan informasi
di database

91
Jam STIE YKPN - Djoko Susanto dan Siti Resmi Penerapan Balanced Scorecard ......

Benchmark terhadap Perbandingan standar ke- Mencapai x % dari stan-


database sejenis pada lengkapan dan waktu akses dar kantor/komisi yang
kantor hukum swasta dengan 3 kantor hukum menjadi benchmark.
atau komisi bantuan swasta dan komisi sejenis
hukum di negara bagian di negara bagian lain
lain. di Australia.
Pegawai yang puas. Menciptakan budaya Indeks kepuasan pegawai. Sebesar x % dari pegawai
partisipasi dan lingku- meranking nilai tempat
ngan yang profesional. kerja LAC dengan “amat
baik”.

Perspektif Inovasi
Faktor Kritikal Tujuan Stratejik Ukuran Kinerja Target
Keberhasilan
Cakupan layanan Kembangkan layanan Jumlah layanan baru yang di Sebelum akhir tahun,
yang up to date baru guna memenuhi tun- perkenalkan. memperkenalkan sedikit
dan adanya cara tutan yang berkembang nya x layanan baru.
baru dalam membe- dalam masalah sosial dan
rikan layanan. hukum.
Identifikasi peningkatan Jumlah peningkatan tekno- Sebesar x peningkatan
teknologi baru dalam logi yang diperkenalkan. setiap tahun.
memberikan jasa yang
efisien.
Lingkungan kerja Lingkungan kerja yang up Benchmark ruang dan pera- Sebelum akhir tahun de-
yang profesional to date dalam hal ruang latan dengan tiga kantor pan lingkungan keja su-
untuk memperta- dan peralatan bagi staf hukum swasta terkenal. dah sebanding dengan
hankan pegawai. profesional. kantor hukum swasta.
Tempat kerja yang Memberikan pelatihan Proporsi anggaran pelatihan Sebesar x % dari dana
aman dan sehat. kepada pegawai dalam penanganan klien. pelatihan digunakan untuk
menangani klien yang dana pelatihan klien.
agresif.
Proporsi pegawai yang telah Sedikitnya x % dari
dilatih. pegawai lapangan telah
dilatih.
Jumlah nilai klaim Kurang dari x klaim
kompensasi. per 1.000 jam kontak klien.

Di Indonesia, pengukuran kinerja dengan 1999, pendekatan balanced scorecard pada instansi
pendekatan balanced scorecard belum diterapkan pada pemerintah sangat mungkin untuk diterapkan.
sector publik khususnya instansi pemerintah. Namun Inpres No. 7 tahun 1999 merupakan upaya untuk
demikian dengan pemberlakuan Inpres No. 7 Tahun melakukan perbaikan di lingkungan pemerintah. Inpres

92
Jam STIE YKPN - Djoko Susanto dan Siti Resmi Penerapan Balanced Scorecard ......

tersebut berisi tentang kewajiban instansi pemerintah ditetapkan, dengan cara membandingkan antara
untuk menunjukkan akuntabilitas kinerjanya secara capaian kinerja dan rencana kinerja yang telah
mandiri. Hal ini dilakukan dalam rangka membangun disusun. Tahapan ini dimulai dengan menetapkan
kesadaran bahwa sudah seharusnya instansi sistem pengukuran kinerja, melaksanakan kegiatan
pemerintah berakuntabilitas terhadap kinerjanya. Inpres dan mengukur pencapaian kinerja, dan melaporkan
tersebut pada dasarnya menginstruksikan bahwa para capaian kinerja.
pejabat publik mulai eselon II agar mewujudkan 3. Mengevaluasi kinerja dan menggunakan hasilnya.
akuntabilitasnya dengan didahului pembuatan rencana Capaian kinerja akan digunakan untuk memperbaiki
strategis (renstra), yang akan digunakan sebagai acuan kinerja organisasi melalui kegiatan evaluasi kinerja.
dalam tindak kegiatannya. Renstra merupakan suatu Dari ketiga tahapan tersebut dapat dikatakan
proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai bahwa bagian integral dari sistem akuntabilitas kinerja
selama kurun waktu satu sampai dengan lima tahun adalah sistem pengukuran kinerja, yang
dengan mempertimbangkan potensi, peluang, dan memungkinkan dilakukan pembandingan antara
kendala yang ada maupun yang mungkin terjadi. capaian kinerja dan rencana kinerja sehingga dapat
Renstra dengan demikian harus mengandung visi, misi, diidentifikasi adanya celah kinerja. Celah kinerja ini
tujuan/sasaran, dan program yang realistis dan selanjutnya digunakan sebagai perbaikan kinerja
mengantisipasi masa depan yang diinginkan dan dapat organisasi dalam proses pencapaian tujuan/sasaran
dicapai. Melalui renstra tersebut diharapkan terjadi yang ditetapkan. Terdapat tiga kegiatan utama dalam
reformasi di bidang penganggaran dari incremental sistem pengukuran kinerja, yaitu:
basis menjadi berdasar program budgeted system. 1. Menetapkan dan menentukan indikator kinerja
Demikian pula dalam mengekspresikan kinerjanya, untuk setiap tujuan/sasaran stratejik.
suatu instransi pemerintah yang selama ini lebih 2. Menetapkan target kinerja untuk setiap indikator
menonjolkan pencapaian target fisik (output) dan kinerja pada setiap tujuan/sasaran stratejik.
keuangannya, diarahkan agar lebih berorientasi pada 3. Mengukur dan melaporkan capaian kinerja dan
hasil (outcome). memanfaatkan informasi kinerja yang dihasilkan
Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah bagi perbaikan kinerja.
seperti yang dimaksud dalam Inpres di atas merupakan
sistem yang menyelaraskan perencanaan stratejik Visi dan Misi
dengan sistem pengukuran kinerja dalam rangka
pertanggungjawaban kepada publik tentang Melihat sistem pengukuran kinerja tersebut maka
keberhasilan/kemajuan program suatu organisasi dalam diperlukan suatu pendekatan yang dapat
mencapai tujuan atau sasaran stratejik. Sistem menyeimbangkan pengukuran kinerja tujuan/strategi
akuntabilitas kinerja meliputi tiga tahapan utama yang organisasi ke sejumlah sisi stratejik organisasi dan
membentuk siklus tidak terputus, yaitu: kemudian menyelaraskan visi misi organisasi. Salah satu
1. Membuat perencanaan kerja atau menetapkan tar- pendekatan konseptual yang memenuhi kriteria tersebut
get yang ingin dicapai. Sebelum mengukur kinerja, adalah balanced scorecard. Jika diterapkan secara
terlebih dahulu harus menyusun rencana kinerja benar, pendekatan balanced scorecard dapat menjamin
yang meliputi mendifinisikan visi, misi, dan hasil ditranslasikannya visi misi organisasi menjadi aksi nyata
(outcome); menetapkan tujuan stratejik (strategic untuk kemudian diukur keberhasilan pencapaiannya
objectives) yang diinginkan; dan menetapkan ke sebuah perspektif organisasi secara berimbang.
indikator kinerja kunci (key performance indica- Esensi sistem pengukuran kinerja ada pada setiap
tors) untuk setiap tujuan stratejik. tahapan sistem akuntabilitas kinerja, oleh karena itu
2. Mengukur pencapaian kinerja. Pengukuran balanced scorecard secara ideal dapat diterapkan pada
pencapaian kinerja ini dimaksudkan untuk siklus akuntabilitas kinerja. Balanced scorecard dalam
mengetahui sejauh mana hasil yang telah diperoleh akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dapat
dikaitkan dengan tujuan/sasaran yang telah digambarkan pada gambar berikut ini.

93
Jam STIE YKPN - Djoko Susanto dan Siti Resmi Penerapan Balanced Scorecard ......

Dengan posisi balanced scorecard tersebut maka yang merupakan harapan atau ekspektasi kinerja; dan
setiap perspektif dalam balanced scorecard terdapat kegiatan/program (initiative), yang merupakan realisasi
suatu tujuan (strategic objectives), yang berisi tentang progran (action program) yang harus dilakukan
strategi apa yang harus dicapai dan apa faktor kunci supaya tercapai tujuan. Secara lebih jelas perspektif
keberhasilannya; ukuran kinerja (performance mea- dalam balanced scorecard untuk instansi pemerintah
sure), yang berisi tentang bagaimana kesuksesan itu dapat didisain seperti pada gambar berikut ini.
diukur; target atau rencana kerja (performance plan),

94
Jam STIE YKPN - Djoko Susanto dan Siti Resmi Penerapan Balanced Scorecard ......

Misi &
Strategi

SIMPULAN pendekatan ini tidak hanya dapat diterapkan pada


organisasi yang berorientasi laba tetapi juga pada
Berbeda dengan alat pengukur kinerja yang lain, organisasi non laba bahkan pada instansi pemerintah.
balanced scorecard merupakan suatu alat pengkur Di Indonesia, peluang untuk menerapkan pendekatan
kinerja yang efektif karena mampu menerjemahkan visi, balanced scorecard pada sektor publik (instansi
misi, dan strategi suatu organisasi ke dalam tujuan pemerintah) cukup besar sejak ditetapkannya Inpres
operasional dan ukuran kinerja baik kinerja keuangan No. 7 Tahun 1999 yang berisi tentang kewajiban
maupun non keuangan. Balanced scorecard tidak penyusunan Laporan Akuntabilitas Instansi
hanya memfokuskan diri pada pencapaian tujuan Pemerintah (LAKIP) bagi unit-unit eselon II. Salah satu
finansial dan jangka pendek tetapi juga memperhatikan bagian dari LAKIP tersebut adalah pengukuran kinerja.
tujuan non finansial dan jangka panjang. Dengan Penerapan pendekatan balanced scorecard
pendekatan balanced scorecard, suatu kinerja diukur pada sektor publik bukanlah tanpa masalah. Organisasi
dari empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, sektor publik pada umumnya telah menetapkan visi,
perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis inter- misi dan telah melengkapinya dengan serangkaian pro-
nal, dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. gram-program tertentu, akan tetapi tidak ada usaha
Pendekatan balanced scorecard mulai dikenal untuk mewujudkan keluarannya (outcome) secara
pada tahun 1992 dan telah diterapkan oleh beberapa jelas.
perusahaan di dunia. Dalam perkembangannya,

95
Jam STIE YKPN - Djoko Susanto dan Siti Resmi Penerapan Balanced Scorecard ......

DAFTAR PUSTAKA Tim Studi Akuntabilitas Kinerja Pemerintah,


2000, Pengukuran Kinerja, Jakarta.
Averson, Paul, 1999, Translating Performance
Metrics from The Private to Public Sec-
tor.

Bambang Sudibyo, 1997, “Pengukuran Kinerja


Perusahaan dengan Balanced Scorecard:
Bentuk, Mekanisme, dan Prospek
Aplikasinya pada BUMN”, Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Indonesia, FE
UGM, Vol. 12, No. 2.

Bastian, Indra, 2001, Akuntansi Sektor Publik


di Indonesia, Yogyakarta: BPFE.

BPKP, 2001, Performance Audit Project:


Pengukuran Kinerja dan Peningkatan
Kinerja, Jakarta.

—————, 2002, Penerapan Balanced


Scorecard dalam Sistem Akuntabilitas
Kinerja: Studi Kasus pada Deputi
pengawasan Bidang Penyelenggaraan
Akuntabilitas BPKP, Jakarta.

http://www.bscd4gov.com/government.htm,
diakses tanggal 1 September 2002.

Kaplan, R. S & Norton, D. P., 1996, The Bal-


anced Scorecard: Translating Strategi
into Action, Boston, MA: Harvard Busi-
ness Scool Press.

——————, 2001, “Transforming The Bal-


anced Scorecard from Performance Mea-
surement to Strategic Management: Part
I, Accounting Horizons, Vol. 15, No. 1,
March.

Saptono, Laurentius dan Widanarto, 2002,


“Penerapan Balanced Scorecard dalam
Lembaga Pendidikan Tinggi: Suatu
Tanggapan”, Antisipasi, FE USD Vol. 6
No. 2.

96
KEBIJAKAN EDITORIAL
Jurnal Akuntansi & Manajemen

Format Penulisan

1. Naskah adalah hasil karya penulis yang belum pernah dipublikasikan di media lain.
2. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang baik dan benar.
3. Naskah diketik di atas kertas ukuran kwarto (8.5 x 11 inch.) dengan jarak 2 spasi pada satu permukaan dan
diberi nomor untuk setiap halaman.
4. Naskah ditulis dengan menggunakan batas margin minimal 1 inch untuk margin atas, bawah, dan kedua sisi.
5. Halaman pertama harus memuat judul, nama penulis (lengkap dengan gelar kesarjanaan yang disandang),
dan beberapa keterangan mengenai naskah dan penulis yang perlu disampaikan (dianjurkan dalam bentuk
footnote).
6. Naskah sebaiknya diawali dengan penulisan abstraksi berbahasa Indonesia untuk naskah berbahasa Inggris,
dan abstraksi berbahasa Inggris untuk naskah berbahasa Indonesia. Abstraksi berisi keyword mengenai
topik bahasan, metode, dan penemuan.
7. Penulisan yang mengacu pada suatu referensi tertentu diharuskan mencantumkan bodynote dalam tanda
kurung dengan urutan penulis (nama belakang), tahun, dan nomor halaman. Contoh penulisan:
a Satu referensi:
(Kotler 1997, 125)
b. Dua referensi atau lebih:
(Kotler & Armstrong 1994, 120; Stanton 1993, 321)
c. Lebih dari satu referensi untuk penulis yang sama pada tahun terbitan yang sama:
(Jones 1995a, 225) atau (Jones 1995b, 336; Freeman 1992a, 235)
d. Nama pengarang telah disebutkan dalam naskah:
(Kotler (1997, 125) menyatakan bahwa .......
e. Referensi institusi:
(AICPA Cohen Commission Report, 1995) atau (BPS Statistik Indonesia, 1995)
8. Daftar pustaka disusun menurut abjad nama penulis tanpa nomor urut. Contoh penulisan daftar pustaka:

Kotler, Philip and Gary Armstrong, Principles of Marketing, Seventh Edition, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.,
1996

Indriantoro, Nur. “Sistem Informasi Strategik; Dampak Teknologi Informasi terhadap Organisasi dan Keunggulan
Kompetitif.”KOMPAK No. 9, Februari 1996; 12-27.

Yetton, Philip W., Kim D. Johnston, and Jane F. Craig.”Computer-Aided Architects: A Case Study of IT and
Strategic Change.”Sloan Management Review (Summer 1994): 57-67.

Paliwoda, Stan. The Essence of International Marketing. UK: Prentice-Hall, Ince., 1994.

Prosedur Penerbitan

1. Naskah dikirim dalam bentuk print-out untuk direview oleh Editors JAM.
2. Editing terhadap naskah hanya akan dilakukan apabila penulis mengikuti kebijakan editorial di atas.
3. Naskah yang sudah diterima/disetujui akan dimintakan file naskah dalam bentuk disket kepada penulis
untuk dimasukkan dalam penerbitan JAM.
4. Koresponden mengenai proses editing dilakukan dengan Managing Editor
5. Pendapat yang dinyatakan dalam jurnal ini sepenuhnya pendapat pribadi, tidak mencerminkan pendapat
redaksi atau penerbit.Surat menyurat mengenai permohonan ijin untuk menerbitkan kembali atau
menterjemahkan artikel dan sebagainya dapat dialamatkan ke Editorial Secretary.

Anda mungkin juga menyukai