Anda di halaman 1dari 90

VOL. 3, NO.

1, MARET 2009
VOL. 3, NO. 1, MARET 2009: 1-80

PENGARUH PERSEPSI KUALITAS LAYANAN DAN KEPUASAN PELANGGAN


PADA NIAT PEMBELIAN ULANG KONSUMEN
Dessy Puspita Sari

MANFAAT EKONOMI KONSERVASI BARANG PUSAKA KEBUDAYAAN:


KASUS GEDUNG PENINGGALAN DE JAVASCHE BANK YOGYAKARTA
Amiluhur Soeroso

SUMBERDAYA MANUSIA (SDM) PEMBELAJAR: MENGGAPAI KINERJA


DAN DAYA SAING ORGANISASI YANG LEBIH TINGGI
N.H. Setiadi Wijaya

PENGARUH BLOK-BLOK PERDAGANGAN BEBAS REGIONAL TERHADAP


PERDAGANGAN BILATERAL INDONESIA: MENGGUNAKAN MODEL GRAVITASI,
TAHUN 2003-2007
Sarwoko

PERAN RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI LABA DI MASA DEPAN


Fany Arista
Baldric Siregar

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEMILIKAN,


PENGGUNAAN, PEMBAYARAN, DAN PELUANG TERJADINYA GAGAL BAYAR
DALAM BISNIS KARTU KREDIT
Jusup Agus Sayono
Ujang Sumarwan
Noer Azam Achsani
Hartoyo

VOL. 3 NO. 1 Hal 1-80 Maret 2009


ISSN: 1978-3116

Vol. 3, No. 1, Maret 2009 JURNA L


EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

JURNAL EKONOMI & BISNIS (JEB)


EDITOR IN CHIEF
Prof. Dr. Djoko Susanto, MSA., Akuntan
STIE YKPN Yogyakarta

EDITORIAL BOARD MEMBERS


Dr. Baldric Siregar, MBA., Akuntan Dr. Soeratno, M.Ec.
STIE YKPN Yogyakarta Universitas Gadjah Mada
Dr. Dody Hapsoro, MSPA., MBA., Akuntan Dr. Wisnu Prajogo, SE., MBA.
STIE YKPN Yogyakarta STIE YKPN Yogyakarta

MANAGING EDITORS
Dra. Sinta Sudarini, MS., Akuntan
STIE YKPN Yogyakarta

EDITORIAL SECRETARY
Drs. Rudy Badrudin, M.Si.
STIE YKPN Yogyakarta

PUBLISHER
Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat STIE YKPN Yogyakarta
Jalan Seturan Yogyakarta 55281
Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1100 Fax. (0274) 486155

EDITORIAL ADDRESS
Jalan Seturan Yogyakarta 55281
Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1332 Fax. (0274) 486155
http://www.stieykpn.ac.id O e-mail: rudy@stieykpn.ac.id
Bank Mandiri atas nama STIE YKPN Yogyakarta No. Rekening 137 – 0095042814

Jurnal Ekonomi & Bisnis (JEB) terbit sejak tahun 2007. JEB merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian
dan Pengabdian Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara (STIE YKPN) Yogyakarta.
Penerbitan JEB dimaksudkan sebagai media penuangan karya ilmiah baik berupa kajian ilmiah maupun hasil penelitian di
bidang ekonomi dan bisnis. Setiap naskah yang dikirimkan ke JEB akan ditelaah oleh MITRA BESTARI yang bidangnya sesuai.
Daftar nama MITRA BESTARI akan dicantumkan pada nomor paling akhir dari setiap volume. Penulis akan menerima lima
eksemplar cetak lepas (off print) setelah terbit.
JEB diterbitkan setahun tiga kali, yaitu pada bulan Maret, Juli, dan Nopember. Harga langganan JEB Rp7.500,- ditambah
biaya kirim Rp12.500,- per eksemplar. Berlangganan minimal 1 tahun (volume) atau untuk 3 kali terbitan. Kami memberikan
kemudahan bagi para pembaca dalam mengarsip karya ilmiah dalam bentuk electronic file artikel-artikel yang dimuat
pada JEB dengan cara mengakses artikel-artikel tersebut di website STIE YKPN Yogyakarta (http://www.stieykpn.ac.id).
ISSN: 1978-3116

Vol. 3, No. 1, Maret 2009 JURNA L


EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

DAFTAR ISI

PENGARUH PERSEPSI KUALITAS LAYANAN DAN KEPUASAN PELANGGAN


PADANIAT PEMBELIAN ULANG KONSUMEN
Dessy Puspita Sari
1-10

MANFAAT EKONOMI KONSERVASI BARANG PUSAKA KEBUDAYAAN:


KASUS GEDUNG PENINGGALAN DE JAVASCHE BANK YOGYAKARTA
Amiluhur Soeroso
11-19

SUMBERDAYA MANUSIA(SDM) PEMBELAJAR: MENGGAPAI KINERJADAN DAYA SAING


ORGANISASI YANG LEBIH TINGGI
N.H. Setiadi Wijaya
21-30

PENGARUH BLOK-BLOK PERDAGANGAN BEBAS REGIONALTERHADAPPERDAGANGAN BILATERAL


INDONESIA: MENGGUNAKAN MODEL GRAVITASI, TAHUN 2003-2007
Sarwoko
31-39

PERAN RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI LABADI MASADEPAN


Fany Arista
Baldric Siregar
41-60

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPEMILIKAN, PENGGUNAAN, PEMBAYARAN,


DAN PELUANG TERJADINYA GAGAL BAYAR DALAM BISNIS KARTU KREDIT
Jusup Agus Sayono
Ujang Sumarwan
Noer Azam Achsani
Hartoyo
61-80
ISSN: 1978-3116
PENGARUH PERSEPSI KUALITAS LAYANAN DAN ............... (Dessy Puspita Sari)
Vol. 3, No. 1, Maret 2009
Hal. 1-10 JURNA L
EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

PENGARUH PERSEPSI KUALITAS LAYANAN


DAN KEPUASAN PELANGGAN PADA NIAT PEMBELIAN
ULANG KONSUMEN

Dessy Puspita Sari


Magister Manajemen STIE YKPN Yogyakarta
Jalan Seturan, Yogyakarta 55281
Telepon +62 274 486160, 486321, Fax. +62 274 486155
E-mail: dessy_ps@yahoo.com

ABSTRACT result. The customer satisfaction moderates the rela-


tionship between service quality perception and re-
The aim of this research is to find out the effect of purchase intention.
service quality perception and repurchase intention
on retai company. This research is a replication from Keywords: service quality perception, satisfaction, re-
two previous research which are Setyawan and Susia purchase intention.
(2004) then Taylor and Baker (1994). Setyawan and
Susila (2004) chose three variables in their research.
They were service quality perception as independen
variable, customer satisfaction as moderation variable PENDAHULUAN
and repurchase intention as dependent variable. The
researcher will try to reexaminate the model of Taylor Globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia
and Baker (1994) research with any modification on the mengakibatkan perubahan yang cepat pada lingkungan
dependent variable which modificated from the pur- bisnis. Oleh karena itu, setiap perusahaan yang ingin
chase intention to repurchase intention. The popula- mempertahankan kelangsungan hidupnya haruslah
tion target in this research is students who ever buy at dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada
“X” supermarket in Yogyakarta. The sample consists dan mempunyai keunggulan kompetitif. Keunggulan
of 200 students which are chosen using non- kompetitif dapat dicapai melalui penjualan barang yang
propbability sampling. The chosen non-probability berkualitas, harga yang relatif murah, penyerahan
sampling type is convenience method. The model in barang yang cepat, dan layanan yang baik sehingga
this research use the previous model of Taylor and kepuasan pelanggan dapat tercapai. Hal ini mengaki-
Baker (1994), the moderator regression analysis model batkan adanya hubungan jangka panjang antara
(MRA). The first is a regression analysis between ser- pelanggan dengan perusahaan.
vice quality perception and repurchase intention. The Salah satu bidang usaha yang merasakan
result shows that service quality perception has a posi- dampak perkembangan ekonomi global adalah sektor
tive effect on the repurchase intention. The second bisnis retail, bahkan salah satu tolak ukur keberhasilan
one is a regression analysis of interaction variable perekonomian suatu negara adalah keberhasilan dalam
which is intended to know whether the customer satis- sektor bisnis retail.. Bisnis retail meliputi semua
faction moderates the relationship between service kegiatan yang melibatkan penjualan barang dan jasa
quality perception and repurchase intention. It show secara langsung kepada konsumen akhir untuk
that the interaction variable has a negative significant penggunaan pribadi dan bukan bisnis (Kotler dan

1
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 1-10

Keller, 2006). Pengecer adalah usaha bisnis yang vol- suatu jasa. (Tjiptono, 2006). Perceived quality adalah
ume penjualanya terutama berasal dari penjulan eceran. penilaian konsumen akan entitas kesempurnaan dan
Organisasi apa pun yang menjual kepada konsumen superioritas jasa. Semakin tinggi tingkat kualitas jasa
akhir baik itu produsen, grosir, atau pengecer dikatakan yang dipersepsikan, semakin besar kepuasan
melakukan usaha eceran. Menurut Berman dan Evans konsumen. Parasuraman et al (1988) mendefinisikan
dalam Setyawan (2004) ada beberapa hal yang membuat service quality sebagai sebuah perbandingan antara
industri retail penting untuk dipelajari, yaitu 1) implikasi harapan pelanggan dengan persepsi layanan aktual
retailing dalam perekonomian global karena penjualan yang diterima. Penelitian mengenai kualitas layanan dan
retailing dan daya serap tenaga kerjanya menjadi kunci niat pembelian ulang dilakukan antara lain, Taylor dan
perekonomian global; 2) fungsi retail dalam rantai Baker (1994) dan Olsen (2002) sedangkan di Indonesia
distribusi yaitu menjadi penghubung antara final con- dilakukan oleh Setyawan dan Susila (2004), Wijaya
sumer dengan manufacturer dan wholesaler; 3) (2005), Asakdiyah (2005), serta Setiawati dan Murwanti
hubungan antara pengecer dengan pelanggan. (2006).
Salah satu cara untuk meningkatkan daya saing Konsep awal service quality ditulis di dalam
adalah dengan peningkatan kualitas layanan karena Jurnal of Retailing pada akhir dekade 80-an. Setelah
dengan kualitas layanan yang baik maka kepuasan itu ada banyak artikel yang membahas tentang konsep
pelanggan akan tercapai. Tercapainya kepuasan ini. Penjualan eceran atau lazim disebut sebagai retail-
pelanggan akan mempengaruhi perilaku konsumen ing adalah aktifitas penjualan kepada konsumen akhir
untuk membeli barang atau jasa yang ditawarkan (Berman dan Evans, 2001). Industri ini adalah bagian
perusahaan. Hal ini berarti niat pembelian ulang dari industri jasa. Oleh karena itu, sangat relevan untuk
konsumen dipengaruhi oleh kualitas layanan dan mengkaji service quality dalam penjualan eceran.
kepuasan pelanggan, sedangkan kualitas layanan Konsep service quality terdiri dari lima dimensi, yaitu
harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan
pada persepsi pelanggan. Persepsi pelanggan terhadap empathy (Parasuraman et al, 1988). Selanjutnya masing-
kualitas layanan merupakan penilaian yang menyeluruh masing dimensi didefinisikan sebagai berikut 1) bukti
atas keunggulan suatu jasa. langsung (tangibles) adalah fasilitas fisik, peralatan,
Mengingat arti penting kualitas layanan, dan penampilan dari pegawai; 2) keandalan (reliabil-
kepuasan pelanggan, dan niat beli ulang konsumen ity) adalah kemampuan untuk melakukan layanan yang
dalam bisnis ritel, maka perlu dikaji lebih mendalam dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan; 3)
bagaimana persepsi kualitas layanan dilaksanakan pada daya tanggap (responsiveness) adalah kesediaan untuk
bisnis retail serta tingkat kepuasan pelanggan yang membantu konsumen dan memberikan layanan dengan
dicapai sehingga mempengaruhi pembentukan niat tanggap; 4) jaminan (assurance) adalah pengetahuan,
pembelian ulang konsumen. Penelitian ini berupaya perilaku karyawan, dan kemampuan untuk
untuk menganalisis pengaruh antara persepsi kualitas menginspirasikan kepercayaan dan keyakinan; 4)
layanan dan kepuasan pelanggan pada pembentukan empati (empathy) adalah kemudahan melakukan
niat pembelian ulang konsumen di supermarket “X” di hubungan, komunikasi yang baik, perhatian individu
Yogyakarta. dari perusahaan kepada pelanggannya dan memahami
Kualitas layanan dimulai dari kebutuhan kebutuhan para konsumen.
pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan Kotler dan Keller (2006) mendefinisikan
(Kotler dan Keller, 2006). Hal ini berarti bahwa citra kepuasan sebagai perasaan suka atau kecewa
kualitas yang baik bukanlah berdasar pada sudut seseorang sebagai hasil dari perbandingan antara
pandang atau persepsi pihak penyedia jasa melainkan persepsi atas kinerja produk dengan harapanya.
berdasar persepsi pihak pelanggan. Pelangganlah yang Definisi ini mengandung pengertian bahwa kepuasan
mengkonsumsi dan menikmati jasa perusahaan, merupakan fungsi kinerja yang dipersepsikan dengan
sehingga merekalah yang seharusnya menentukan harapan. Banyak perusahaan memfokuskan pada
kualitas jasa. Persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa kepuasaan tinggi karena para konsumen yang
merupakan penilaian menyeluruh terhadap keunggulan kepuasannya hanya terbatas mudah untuk berubah

2
PENGARUH PERSEPSI KUALITAS LAYANAN DAN ............... (Dessy Puspita Sari)

pikiran apabila mendapat tawaran yang lebih baik. Bagi Ketidakpuasan atau keluhan konsumen
konsumen yang mempunyai kepuasan tinggi lebih terhadap suatu jasa layanan karena tidak sesuai dengan
sukar untuk mengubah pikirannya. Dengan kepuasan yang diharapkan dapat berdampak negatif terhadap
yang tinggi akan menciptakan kelekatan emosional keberhasilan jasa layanan tersebut. Menurut Engel et
terhadap merek tertentu bukan hanya kesukaan/ al (1995) dalam Wijaya (2005) kepuasan didefinisikan
preferensi rasional. sebagai evaluasi pasca konsumsi bahwa suatu
Kepuasan pelanggan ditentukan oleh layanan alternatif yang dipilih setidaknya memenuhi atau
yang diberikan oleh retailer baik secara tangible melebihi harapan. Harapan pelanggan dibentuk dan
maupun intangible. Dalam hal ini, penilaian dilakukan didasarkan oleh beberapa faktor, di antaranya
oleh pelanggan mengenai kategori dari jasa yang pengalaman berbelanja di masa lampau, opini teman
diberikan oleh retailer. Kepuasan pelanggan dan kerabat, serta informasi dan janji perusahaan dan
merupakan evaluasi spesifik terhadap keseluruhan para pesaing (Kotler dan Keller, 2006). Faktor-faktor
layanan yang diberikan, dimana pengukuran atau tersebutlah yang mengakibatkan harapan seseorang
respon pelanggan dilakukan secara langsung atas biasa-biasa saja atau sangat kompleks. Beberapa
layanan yang telah diberikan pemberi jasa sehingga penyebab utama tidak terpenuhinya harapan pelanggan
kepuasan pelanggan hanya dapat dinilai berdasarkan antara lain dikendalikan oleh penyedia jasa. Dengan
pengalaman yang pernah dialami saat proses pemberian demikian, penyedia jasa bertanggungjawab untuk
pelayanan (Zeithamal dan Bitner, 1996). Menurut meminimumkan miskomunikasi dan misinterpretasi yang
Tjiptono (2006) pada umumnya harapan pelanggan mungkin terjadi dan menghindarinya dengan cara
merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang merancang jasa yang mudah dipahami dengan jelas.
apa yang akan diterima apabila pelanggan Dalam hal ini penyedia jasa harus mengambil inisiatif
mengkonsumsi suatu produk (barang atau jasa) agar penyedia jasa dapat memahami dengan jelas
sedangkan kinerja didasarkan pada persepsi pelanggan instruksi dari klien dan klien mengerti benar apa yang
terhadap apa yang diterima setelah mengkonsumsi akan diberikan.
produk yang dibeli.

Pelanggan Keliru
Mengkunsumsi Jasa
yang Diinginkan

Pelanggan Keliru
Kinerja Karyawan
Menafsirkan Signal
Perusahaan Jasa
(Harga, Positioning,
yang Buruk
dan sebagainya) W
W

Harapan
Tidak Terpenuhi

Miskomunikasi Miskomunikasi
Rekoamendasi W W Penyedia Jasa
Mulut ke Mulurt oleh Pesaing

Sumber: Tjiptono (2006).

Gambar 1
Penyebab Utama Tidak Terpenuhinya Harapan Pelanggan

3
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 1-10

Perusahaan banyak menggunakan berbagai cara terhadap faktor-faktor seperti pendapatan keluarga,
untuk mempertahankan konsumen. Salah satunya harga, dan manfaat produk yang diharapkan. Apabila
adalah dengan memastikan kualitas produk dan jasa konsumen bertindak tetapi faktor situasi yang
memenuhi harapan konsumen. Pemenuhan harapan diantisipasi terjadi mungkin akan mengubah perilaku
akan menciptakan kepuasan bagi konsumen. Niat pembelian tersebut.
membeli ulang (purchase intention) merupakan fungsi Perilaku setelah pembelian akan menimbulkan
dari sikap individual terhadap produk atau jasa. Menurut sikap puas atau tidak puas dari konsumen. Kepuasan
Kotler dan Keller (2006) dalam tahap evaluasi para konsumen merupakan fungsi dari harapan pembeli
konsumen membentuk preferensi atas merek-merek terhadap produk atau jasa dengan kinerja yang
yang ada di dalam kumpulan pilihan. Konsumen tersebut dirasakan. Konsumen yang puas dapat melakukan
juga dapat membentuk niat untuk membeli ulang merek pembelian ulang pada waktu yang akan datang dan
yang disukai. Namun ada dua faktor berikut dapat memberitahukan pada orang lain atas kinerja produk
berada di antara niat pembelian ulang dan keputusan atau jasa yang dirasakan. Menurut Solomon (2007),
pembelian ulang seperti ditunjukkan pada Gambar 2. konsumen yang puas terhadap barang dan jasa yang

  Sikap Orang 
Lain 
Evaluasi  Niat  Keputusan 
Alternatif  Pembelian  Pembelian 
Ulang  Faktor Situasi  Ulang 
yang Tidak 
Terantisipasi 

Sumber: Kotler dan Keller (2006).

Gambar 2
Tahapan Antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan Pembelian Ulang

Dua faktor yang mempengaruhi niat pembelian dikonsumsinya akan mempunyai kecenderungan untuk
ulang konsumen yaitu sikap orang lain dan faktor situasi membeli ulang dari produsen yang sama. Keinginan
yang tidak terantisipasi. Sejauh mana sikap orang lain untuk membeli ulang sebagai akibat dari kepuasan ini
mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan adalah keinginan untuk mengulang pengalaman yang
bergantung pada dua hal, yaitu intensitas sikap negatif baik dan menghindari pengalaman yang buruk. Niat
orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen membeli juga merupakan minat pembelian ulang yang
dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan or- menunjukkan keinginan pelanggan untuk melakukan
ang lain. Semakin gencar sikap negatif orang lain dan pembelian ulang (Assael,1998). Menurut Dharmmesta
semakin dekat orang lain tersebut dengan konsumen, (1999), niat pembelian ulang terkait dengan sikap dan
konsumen semakin mengubah niat pembeliannya. perilaku.
Keadaan sebaliknya juga berlaku, preferensi seseorang Beberapa pengertian niat pembelian ulang
membeli suatu merek akan meningkat jika seseorang adalah niat pembelian ulang dianggap sebagai sebuah
yang ia sukai juga sangat menyukai merek yang sama. “perangkap” atau perantara antara faktor-faktor
Konsumen membentuk suatu penilaian pembelian motivasional yang mempengaruhi perilaku, niat

4
PENGARUH PERSEPSI KUALITAS LAYANAN DAN ............... (Dessy Puspita Sari)

pembelian ulang juga mengidikasikan seberapa jauh Taylor dan Baker (1994) meneliti mengenai ser-
seseorang mempunyai kemauan untuk mencoba, niat vice quality perception dan purchase intention pada
pembelian ulang menunjukkan pengukuran kehendak industri komunikasi, transportasi, kesehatan, dan
seseorang, dan niat pembelian ulang berhubungan hiburan. Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa
dengan perilaku yang terus-menerus. Gambar 3 variabel satisfaction memoderasi hubungan antara
menunjukkan bahwa perilaku niat untuk membeli atau variabel service quality perception dan variabel pur-
purchase intention adalah hasil dari proses evaluasi chase intention. Penelitian Taylor dan Baker
terhadap merek. Tahapan terakhir dari pengambilan menjelaskan variabel service quality perception
keputusan secara kompleks termasuk membeli merek diekpektasikan mempengaruhi purchase intention
yang diinginkan, mengevaluasi merek tersebut pada dengan satisfaction sebagai faktor moderasi. Setyawan
saat dikonsumsi, dan menyimpan informasi untuk dan Susila (2004) mereplikasi penelitian Taylor dan
digunakan di masa yang akan datang. Menurut Assael Baker pada perusahaan retail. Penelitian ini menguji
(1998), ketika seseorang konsumen melakukan evaluasi pengaruh service quality perception dengan satisfac-
terhadap merek mereka cenderung untuk membeli merek tion sebagai variabel moderating. Model yang
yang memberikan tingkat kepuasan tertinggi. Konsep dikemukakan Taylor dan Baker (1994) ternyata tidak
ini berlaku untuk produk-produk yang bersifat high terbukti dalam setting penelitian ini. Dalam penelitian
involvement. ini variabel satisfaction mempunyai pengaruh yang

Proses  Evaluasi  
Kebutuhan 
Pengolahan  terhadap Merek 
Informasi 

Umpan 
Balik 

Evaluasi Pasca  Niat untuk 
Tindakan 
Pembelian  membeli atau 
Pembelian  Instrument
Niat 
Pembelian 

Kendala dari Luar 

Tidak 
Melakukan 
Sumber: Assael (1998)   Pembelian 

Gambar 3
Evaluasi Pembelian dan Pasca Pembelian

5
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 1-10

signifikan terhadap variabel purchase intention, H1: Persepsi kualitas layanan berpengaruh positif
variabel service quality perception tidak berpengaruh pada niat pembelian ulang.
terhadap variabel purchase intention, dan variabel H2: kepuasan pelanggan memoderasi hubungan
interaksi tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel antara persepsi kualitas layanan dengan niat
purchase intention. Service quality perception dan pembelian ulang
satisfaction merupakan variabel independen. Penelitian
Woodside dalam Setyawan dan Susila (2004) MATERI DAN METODE PENELITIAN
menyatakan pelanggan menilai sikap pemberi jasa
sebagai ekspektasi awal mengenai performance toko Target sampel penelitian ini adalah mahasiswa yang
dan sikap ini mempengaruhi minat pembelian pada berbelanja di supermarket “X” di Yogyakarta. Penelitian
sebuah toko. Perubahan sikap menjadi input yang ini menggunakan 200 orang responden sebagai sampel
menentukan pembelian pelanggan. yang dipilih dengan metode sampel non-probability
Asakdiyah (2005) menganalisis hubungan sampling yaitu setiap unsur dalam populasi tidak
antara kualitas layanan dan kepuasan pelanggan dalam memiliki kesempatan atau peluang yang sama untuk
pembentukan niat pembelian ulang konsumen pada dipilih sebagai sampel. Metode non-probality sam-
departement store “X” di Yogyakarta dengan sampel pling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
ibu rumah tangga yang bekerja dan tidak bekerja. Hasil metode convenience dengan memilih anggota populasi
penelitian menyatakan kualitas layanan signifikan yang paling mudah ditemui sebagai responden
mempengaruhi niat pembelian. Kepuasan pelanggan (Sekaran,2002). Kriteria responden yang ditetapkan
secara parsial signifikan mempengaruhi niat pembelian. adalah mahasiswa yang berbelanja minimal sebulan
Interaksi antara kualitas layanan dan kepuasan sekali di supermarket “X” di Yogyakarta. Dalam
pelanggan secara parsial signifikan mempengaruhi niat menganalisis data penelitian digunakan metode
pembelian. Wijaya (2005) menyatakan service quality statistika. Seluruh perhitungan statistik dilakukan
perception dan satisfaction berpengaruh secara dengan menggunakan bantuan program SPSS versi
simultan terhadap purchase intention. Service qual- 11.5. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini
ity perception dan satisfaction berpengaruh secara adalah Moderator Regression Analysis, Koefisien
parsial terhadap purchase intention. Dalam penelitian Determinasi (R2), Uji t dan Uji F.
ini, Wijaya (2005) menggunakan model hasil penelitian Model dalam penelitian ini menggunakan model
Setyawan dan Susila (2004) dengan objek penelitian yang dikemukakan oleh Taylor dan Baker (1994) yaitu
pada toko buku “X” di Yogyakarta. model moderator regression analysis (MRA). Menurut
Penelitian ini mereplikasi penelitian Setyawan Ghozali (2006) uji interaksi atau sering disebut dengan
dan Susila (2004) dengan menetapkan variabel persepsi Moderated Regression Analysis (MRA) merupakan
kualitas layanan sebagai variabel independen, variabel aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam
kepuasan pelanggan sebagai variabel moderasi, dan persamaan regresinya mengandung unsur interaksi
variabel niat pembelian ulang konsumen sebagai (perkalian dua atau lebih variabel independen). Adapun
variabel dependen. Penelitian ini dilakukan untuk model yang digunakan dalam penelitian ini dapat
menguji ulang model Taylor dan Baker (1994) dengan dirumuskan sebagi berikut:
sedikit modifikasi pada variabel dependen yaitu dari
niat beli menjadi niat pembelian ulang. Penelitian ini
juga menggunakan sampel mahasiswa. Hal ini didasari
Y1= â0 + â1X1 + â2X2 + â3X1X2 + e
karena mahasiswa dalam memenuhi kebutuhan sehari-
hari akan melakukan pembelian eceran dan sebagai
obyek penelitian adalah mahasiswa yang berbelanja keterangan:
eceran di supermarket “X” di Yogyakarta. Hipotesis Y1 = Variabel dependen (niat pembelian ulang
penelitian ini menguji pengaruh service quality per- konsumen supermarket “X”
ception dengan satisfaction sebagai variabel moder- â0 = Konstanta
ating.

6
PENGARUH PERSEPSI KUALITAS LAYANAN DAN ............... (Dessy Puspita Sari)

nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel, maka H0


â 1,â 2,â 3 = Koefisien Regresi
ditolak dan menerima Ha atau jika F hitung e” F tabel
X1 = Variabel independen (Persepsi Kualitas maka semua variabel bebas secara bersama dapat
Layanan) digunakan untuk memprediksi niat pembelian ulang
X2 = Variabel moderator (Kepuasan konsumen.
Pelanggan)
X1X2 = Interaksi antara kualitas pelayanan HASIL PENELITIAN
dengan kepuasan pelanggan
e = Standard eror Analisis Regresi Moderator terdiri dari dua persamaan
regresi dengan persamaan pertama memasukkan
Koefisien beta (b) X 1 X 2 signifikan persepsi kualitas layanan sebagai variabel independen,
mengidentifikasikan bahwa kepuasan pelanggan secara persamaan kedua memasukkan persepsi kualitas
nyata memoderasi hubungan persepsi kualitas layanan layanan, dan kepuasan pelanggan serta interaksi antara
dengan intensi pembelian konsumen. Koefisien persepsi kualitas layanan dan kepuasan pelanggan
Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh sebagai variabel independen. Berdasarkan data yang
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dikumpulkan dari 200 responen maka hasil analisis
dependen. Analisis uji koefisien determinasi berganda regresi dapat disajikan melalui Tabel 1.
(R²) dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan
komputer SPSS 11.5 Koefisien determinasi PEMBAHASAN
menunjukkan besarnya hubungan variabel bebas
terhadap variabel yang dipengaruhi. Uji statistik t Model persamaan pertama memasukkan
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel persepsi kualitas layanan sebagai variabel independen
independen secara individual dalam menerangkan dengan model sebagai berikut:
variasi variabel dependen. Dalam uji t, kriteria
pengambilan keputusan dilakukan dengan Y= â0 + â1X1
membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis
menurut tabel. Apabila nilai t hitung < t tabel, maka Y= 11,610 + 0,260X1
variabel bebas tersebut tidak signifikan sebagai esti-
mator niat pembelian ulang. Uji statistik F menunjukkan Koefisien determinasi sebesar adjusted R 2
apakah semua variabel independen yang dimasukkan (0,754) yang menunjukkan bahwa 75,4% variance niat
dalam model berpengaruh secara bersama terhadap pembelian ulang ditentukan oleh variance persepsi
variabel dependen. Dalam uji F, kriteria pengambilan kualitas layanan. Berarti variabel persepsi kualitas
keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai F layanan dapat menjelaskan variabel niat pembelian
hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Apabila ulang konsumen sebesar 75,4%, sedang sisanya

Tabel 1
Hasil Analisis Regresi Moderator

Sumber: Data Primer, data diolah.


Keterangan:
variabel dependen = PKL, variabel independen= NPU, dan variabel moderator = KP.

7
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 1-10

sebesar 24,6% disebabkan oleh variabel-variabel lain penelitian yang dilakukan oleh Taylor dan Baker (1994),
di luar model penelitian. Variabel PKL hanya Asakdiyah (2005), dan Wijaya (2005) yang menyatakan
berpengaruh sebesar 26%. bahwa Persepsi kualitas pelayanan berpengaruh positif
Model persamaan kedua memasukkan persepsi pada niat pembelian ulang konsumen.
kualitas layanan, kepuasan pelanggan, serta interaksi Hasil regresi pada hipotesis kedua merupakan
antara persepsi kualitas layanan dan kepuasan hasil regresi terhadap persepsi kualitas layanan,
pelanggan sebagai variabel independen dengan model kepuasan pelanggan, dan interaksi antara persepsi
sebagai berikut: kualitas layanan dan kepuasan pelanggan secara
parsial. Variabel interaksi signifikan negatif
menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan memoderasi
Y = â0+ â1X1+ â2X2+ â3X1X2
secara negatif hubungan antara persepsi kualitas
Y = -57,929 + 1,376X1 + 2,348X2 0,038X1X2 layanan dengan niat pembelian ulang konsumen. Hal
ini menunjukkan bahwa semakin tinggi ketidakpuasan
konsumen akan memperlemah pengaruh persepsi
Koefisien determinasi sebesar adjusted R2 kualitas layanan pada niat pembelian ulang konsumen.
(0,785) yang menunjukkan bahwa 78,5% variance niat Variabel kepuasan yang negatif ini tidak mendukung
pembelian ulang ditentukan oleh variance persepsi model aslinya. Sebaliknya, variabel persepsi kualitas
kualitas layanan, kepuasan pelanggan, serta interaksi layanan memberikan pengaruh yang tinggi kepada
antara persepsi kualitas layanan dan kepuasan konsumen untuk melakukan pembelian ulang dan
pelanggan. Berarti variabel persepsi kualitas layanan, kepuasan yang diperoleh konsumen saat membeli
kepuasan pelanggan, serta interaksi antara persepsi produk hanya disebabkan oleh persepsi kualitas
kualitas layanan dan kepuasan pelanggan dapat layanan yang baik, bukan dari kepuasan yang diperoleh
menjelaskan variabel niat pembelian ulang konsumen saat membeli produk. Oleh karena itu, H o yang
sebesar 76,9% sedang sisanya sebesar 21,5% menyatakan bahwa kepuasan pelanggan tidak
disebabkan oleh variabel-variabel lain di luar model memoderasi hubungan antara persepsi kualitas layanan
penelitian. Variabel interaksi hanya berpengaruh dengan niat pembelian ulang ditolak. Sebaliknya, Ha
sebesar 3,8%. yang menyatakan bahwa kepuasan pelanggan
Hasil regresi pada hipotesis pertama merupakan memoderasi hubungan antara persepsi kualitas layanan
hasil regresi terhadap persepsi kualitas layanan. dengan niat pembelian ulang diterima.
Variabel niat pembelian ulang konsumen berpengaruh Hasil penelitian memberikan dukungan
positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi terhadap penelitian yang dilakukan (Taylor dan Baker,
persepsi kualitas layanan semakin tinggi niat konsumen 1994) yang menyatakan bahwa variabel service qual-
melakukan pembelian ulang. Oleh karena itu, Ho yang ity perception diekspektasikan mempengaruhi pur-
menyatakan bahwa persepsi kualitas layanan tidak chase intention dengan satisfaction sebagai faktor
berpengaruh positif pada niat pembelian ulang ditolak moderasi. Setyawati dan Murwati (2006) juga
dan sebaliknya Ha yang menyatakan bahwa persepsi menyatakan kualitas layanan, kepuasan pelanggan,
kualitas layanan berpengaruh positif pada niat interaksi antara kualitas layanan dan kepuasan
pembelian ulang diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pelanggan mempunyai pengaruh yang signifikan
penilaian pelanggan terhadap persepsi kualitas layanan terhadap niat pembelian ulang konsumen.
adalah hasil dari perbandingan harapan (sebelum
menerima pelayanan) dan pengalaman konsumen SIMPULAN DAN SARAN
(sesudah menerima layanan).
Persepsi kualitas layanan tinggi berarti Simpulan
konsumen pada supermarket “X” di Yogyakarta merasa
harapannya terpenuhi sehingga mempunyai persepsi Penelitian ini mencoba menganalisis pengaruh persepsi
yang positif. Hasil penelitian ini ternyata mendukung kualitas layanan dan kepuasan pelanggan dalam
hipotesis pertama dan hasil penelitian ini sejalan dengan pembentukan niat pembelian ulang konsumen dengan

8
PENGARUH PERSEPSI KUALITAS LAYANAN DAN ............... (Dessy Puspita Sari)

tujuan untuk mengetahui apakah persepsi kualitas DAFTAR PUSTAKA


layanan berpengaruh secara positif pada niat pembelian
ulang. Penelitian ini juga bertujuan mengetahui apakah Asakdiyah, S. (2005), “Analisis Hubungan Antara
kepuasan pelanggan memoderasi hubungan persepsi Kualitas Layanan dan Kepuasan Pelanggan
kualitas pelayanan dan niat pembelian ulang. dalam Pembentukan Intensi Pembelian
Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis Konsumen Matahari Group di Daerah Istimewa
menunjukkan bahwa persepsi kualitas layanan Yogyakarta,” Jurnal Akuntansi & Manajemen,
berpengaruh secara positif pada niat pembelian ulang. Vol. XVI, No. 2, h. 129-139.
Hal ini menunjukkan bahwa penilaian pelanggan
terhadap persepsi kualitas layanan adalah hasil dari Assael, H. (1998), Consumer Behavior and Marketing
perbandingan harapan (sebelum menerima pelayanan) Action, 6th ed. Cincinnati.OH: South-Western
dan pengalaman konsumen (sesudah menerima College Publishing.
pelayanan). Persepsi kualitas layanan tinggi berarti
konsumen pada supermarket “X” di Yogyakarta merasa Anzwar, S. (2001), Reliabilitas dan Validitas, ed. 3
harapannya terpenuhi sehingga mempunyai persepsi Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
yang positif. Kepuasan pelanggan memoderasi dengan
pengaruh yang negatif signifikan antara persepsi Berman, B. dan Evans, J.R. (2001). Retail Management:
kualitas layanan dan niat pembelian ulang. Hal ini Strategic Approach, 8th ed. Upper Saddle River.
menunjukkan bahwa semakin tinggi ketidakpuasan NJ: Prentice Hall, Inc.
konsumen maka akan memperlemah pengaruh persepsi
kualitas layanan pada niat pembelian ulang konsumen. Dharmmesta, B.S. dan Khasanah. U. (1999), “Theory
of Planned Behavior: An Application to Trans-
Saran porter Service Consumers”. Gadjah Mada In-
ternational Journal of Business, Vol 1. No 1.
Pada kondisi saat ini, perusahaan (retail) mengalami
persaingan yang ketat, baik untuk mendapatkan Engel, J.F; Blackwell, R.D: Milliard, P.W. (1995). Con-
pelanggan yang baru, mempertahankan pelanggan sumer Behavior. Internasional 8"’ ed. Forth
yang sudah ada, atau memenangkan persaingan Worth. Chicago: The Dryden Press.
diantara retailer-retailer yang ada. Para retailer juga
harus memahami bahwa persepsi kualitas layanan Ghozali, I. (2006), Aplikasi Analisis Multivariate
merupakan evaluasi purna beli terhadap jasa yang dengan Program SPSS, ed 4 Semarang:
diterima. Jika kinerja yang dirasakan pelanggan melebihi Penerbit Universitas Diponegoro.
keinginan pelanggan, maka hal ini menimbulkan
persepsi positif. Persepsi positif menimbulkan sikap Hair, J.F; Anderson, R.E; Tantham. R.L; Black, W.C.
berupa kepuasan yang didapat dari perbandingan (1998), Multivariate Data Analysis, 5th ed. Up-
kinerja yang dirasakan dengan harapan. Semakin tinggi per Saddle River, NJ: Prentice Hall, Inc.
kinerja yang dirasakan dibanding keinginan dan
harapan pelanggan, maka tingkat kepuasan akan tinggi Hartono, J. (2004/2005), Metodologi Penelitian Bisnis:
dan pada akhirnya niat pembelian ulang juga tinggi. Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman.
Perusahaan juga perlu membuat standarisasi layanan Yogyakarta: Penerbit BPFE.
yang sesuai agar keinginan dan harapan pelanggan
tidak terlalu tinggi dan tidak terlau rendah sehingga Kotler, P. dan Keller, K. L. (2006). Marketing Manage-
tidak menimbulkan gap dan kinerja yang dirasakan ment, 12th ed. Upper Saddle River, NJ: Prentice-
pelanggan. Hall International, Inc.

9
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 1-10

Madu, N.C; Kueh, C.H; dan Jacob (1996), “An Empiri- Zeithaml,V.A; Berry, L.L; dan Parasuraman, A. (1996),
cal Assesment of The Influence of Quality Di- “The Behavioral Consequences of Service Qual-
mensions on Organizational Performance,” In- ity,” Journal of Marketing, Vol 60., pp. 31-46.
ternational Production Research. Vol 34, No 7,
pp 1943-1962. Zeithaml.V.A dan Bitner. M.J. (1996), Service Market-
ing. Singapore: The Mc. Graw-Hill, Inc.
Olsen, S.O. (2002), “Comparative Evaluation and The
Relationship Between Quality, Satisfaction, and
Repurchase Loyalty,” Journal of the Academy
of Marketing Science. Vol 3. No 3, pp. 240-249

Parasuraman, A; Zeithaml.V.A: dan Berry, L.L. (1988).


“SEVERQUAL: A Multiple Item Scale For Mea-
suring Consumer Perceptions of Service Qual-
ity,” Journal of Retailing. Vol 46, pp. 12-14.

Setyawan, A. dan Susila. I. (2004), “Pengaruh Service


Quality Perception terhadap Purchase Inten-
tions: Studi Empirik Pada Konsumen Supermar-
ket,” Usahawan, No 7, th XXXIII, Juli. h. 29-37.

Setiawati, E. dan Murwati. S. (2006). Pengaruh Kualitas


Layanan dan Kepuasan Pelanggan dalam
Pembentukan Intensi Pembelian Konsumen,”
Benefit. Vol 10, No 1. pp. 76-88.

Sekaran. U. (2003). Research Methods for Bussuness.


4"’ cd. New York: John Willey and Son Inc.

Solomon, M. (2007), Consumer Behavior: Buying,


Having, and Being, 7th ed. Upper Saddle River,
NJ: Prentice- Hall International. Inc.

Taylor.A.S dan Baker, L.T. (1994), “An Assesment of


Relationship Between Service Quality and Cus-
tomer Satisfaction in The Formation of Con-
sumer Purchase Intention,” Journal of Retail-
ing, Vol 70, No 2. pp. 163-178.

Tjiptono, F. (2006), Manajemen Jasa, ed 4 Yogyakarta:


Penerbit Andi Offset.

Wijaya, T. (2005), “Pengaruh Service Quality Percep-


tion dan Satisfaction Terhadap Purchase Inten-
tion,” Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol 17 (1),
h.39-52.

10
ISSN: 1978-3116
MANFAAT EKONOMI KONSERVASI BARANG PUSAKA KEBUDAYAAN: ............... (Amiluhur Soeroso)
Vol. 3, No. 1, Maret 2009
Hal. 11-19 JURNA L
EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

MANFAAT EKONOMI KONSERVASI BARANG PUSAKA


KEBUDAYAAN: KASUS GEDUNG PENINGGALAN
DE JAVASCHE BANK YOGYAKARTA
Amiluhur Soeroso
STIE Pariwisata API Yogyakarta
Jalan Glendongan TB XV/15-B, Yogyakarta 55281
Telepon +62 274 485630, Fax. +62 274 487247
E-mail: amisoeroso@gmail.com

ABSTRACT sebagai bukti jejak peradaban manusia, yang tersebar


di berbagai kota di Indonesia ikut terkubur. Satu di
Aim of the study is measuring conservation benefits antaranya adalah gedung di DJB Yogyakarta yang
of an ancient building of De Javasche Bank that ex- dibangun tahun 1879. Sebagai landmark dan heritage
pected directly addresses the issues of cultural envi- kota berarsitektural Indiche, bangunan tersebut
ronmental quality. Data were obtained from interviews mencuat indah, artistik, antik, klasik di antara gedung-
toward both local resident and tourist in Yogyakarta gedung yang berdiri di sekelilingnya. Namun kini,
and conducted by contingent valuation method (CVM). bangunan itu hanya digunakan sebagai tempat
After that, willingness to pay (WTP) toward conserva- menumpuk barang atau digunakan tidak sesuai
tion demand models are estimated and used to derive fungsinya sehingga nilainya dikhawatirkan
total consumer surplus. terdegradasi.
UNESCO menyatakan bahwa pemanfaatan
Keywords: conservation, benefit, CVM, WTP, con- pusaka kebudayaan kini tidak lagi ditujukan hanya
sumer surplus untuk kepentingan elit atau pemerintah saja, tetapi juga
harus memberi akses kepada publik. Model
pengelolaannya lebih fokus kepada ruang dan
kehidupan masyarakat di sekitarnya, bukan hanya si-
PENDAHULUAN tus, artefak, dan monumen mati (Engelhardt, 2005).
Dengan munculnya kesadaran itu, pemegang otoritas
De Javasche Bank (DJB), pada masa kolonial diberi berkeinginan melakukan konservasi dan merevitalisasi
tugas pemerintah Belanda sebagai bank sirkulasi dan bangunan itu, kecuali supaya tidak terjadi penurunan
kegiatan komersial di Hindia Belanda. Bank ini didirikan kondisi, juga agar di kemudian hari dapat dinikmati
pada tahun 1828, pada saat perang Diponegoro yang khalayak ramai sebagai medium sumber inspirasi
memakan anggaran besar pihak kolonial Belanda. kebudayaan yang tidak pernah padam. Bank Indone-
Sesuai hasil Konferensi Meja Bundar tahun 1949, pasca sia tidak ingin melakukan konservasi mandiri sehingga
kemerdekaan Republik Indonesia, DJB ditetapkan merasa perlu melibatkan partisipasi masyarakat.
sebagai Bank Sentral. Kemudian di tahun 1953, bank Berkaitan dengan itu, tujuan penelitian ini
ini dinasionalisasi menjadi Bank Indonesia, sekaligus adalah mengkaji nilai manfaat ekonomi konservasi dan
ditetapkan sebagai bank sentral sampai sekarang. perluasan pemanfaatan bangunan peninggalan De
Berakhirnya sejarah De Javasche Bank tidak Javasche Bank di Yogyakarta, bukan hanya berfungsi
menjadikan artefak bangunan gedung peninggalannya, sebagai gedung perkantoran biasa Bank Indonesia

11
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 11-19

tetapi memberikan juga akses layanan kepada publik. ekstrinsik yang mencerminkan nilai kebudayaan terdiri
Beberapa peneliti terdahulu telah melakukan telaah dari nilai estetika dan harmoni, sejarah (hubungan
terhadap nilai manfaat ekonomi barang pusaka dengan masa lalu), spiritual (wawasan, pencerahan, dan
kebudayaan dengan obyek Fès Medina sebuah kota pengetahuan) dan keaslian (integritas dan keunikan),
tua di tengah gurun Maroko (Carson et al., 1997), sosial (identitas dan integritas), dan simbolis (pembawa
Museum Napoli (Santagata & Signorello, 1998), Mu- pesan dan makna).
seum Galleria Borghese di Italia (Mazzanti, 2003), Kedua, nilai intrinsik (non-use value) adalah
kawasan tua Kotagede di Yogyakarta (Soeroso, 2000; manfaat yang diterima konsumen karena dapat
Soeroso et al. 2008), dan cultural landscape Borobudur menikmati artefak kebudayaan yang dilindungi. Di sini
(Soeroso, 2007). Hasilnya memberi gambaran manfaat terkandung nilai ekonomi berupa (1) nilai eksistensi
ekonomi konservasi berbagai jenis barang kebudayaan. (karena keberadaan barang tersebut sehingga masih
dapat dikonsumsi; misalnya keindahan arsitektur
MATERI DAN METODE PENELITIAN bangunannya), (2) nilai opsi (option) berupa pilihan
dilindungi, dipreservasi, dikonservasi atau tidak,
Pada dasarnya ciri barang kebudayaan (cultural dikembangkan atau dibiarkan mati, dan (3) nilai warisan
goods), termasuk juga benda cagar budaya (BCB) (bequest) karena konsumennya adalah generasi
seperti gedung peninggalan De Javasche Bank, tidaklah mendatang. Mengacu Pearce (1993), Throsby (1995,
berbeda dengan barang lingkungan lainnya yang 1999), Moran dan Bann (2000), nilai ekonomi total
diproduksi alam (natural goods), misalnya udara dan (TEV) barang kebudayaan adalah penjumlahan nilai
air bersih serta panorama alam. Sebagai barang publik, ekonomi dan kebudayaan.
BCB bersifat tidak bersaing (non-rival) artinya manfaat
yang dinikmati seseorang tidak akan menimbulkan biaya Tabel 1
terhadap individu lain yang kemudian menikmatinya Nilai Ekonomi Total (TEV)
dan juga tidak dapat eksklusif (non-excludable) dimiliki
oleh perseorangan.
Dalam konteks ekonomi, benda, barang, atau
sumberdaya kebudayaan adalah sebuah produk yang
dianggap sebagai harta atau modal karena memberikan
kontribusi sehingga logikanya fitur kebudayaan itu
tentu memiliki “nilai” atau afdol disebut “nilai
kebudayaan”, yang dapat didekati dari banyak aspek
seperti antropologi, sosiologi, dan ekonomi (Eur, 2003).
Namun, pengertian nilai dapat berbeda jika ditelaah dari Sumber: Pearce (1993), Throsby (1995, 1999), Moran
berbagai disiplin ilmu itu sehingga perbedaan konsepsi dan Bann (2000). Diolah.
nilai tersebut tentu akan menyulitkan pemahaman
mengenai pentingnya suatu modal kebudayaan. Tolok Dengan begitu, nilai manfaat ekonomi adalah
ukur yang relatif mudah dan dapat diterima banyak ukuran jumlah maksimum suatu produk yang ingin
pihak adalah pemberian harga pada produk yang dikorbankan seseorang untuk memperoleh produk
dihasilkannya. lainnya atau menghindari biaya penurunan (degradasi)
Barang kebudayaan memiliki dua nilai. Pertama, fungsi barang itu. Konsep ini, secara formal disebut
nilai ekstrinsik (use value) yaitu kesediaan maksimum kesediaan individu untuk membayar (willingness to
konsumen membayar akses suatu barang, melampaui pay, WTP).
ongkos memperolehnya, atau jumlah uang terbesar Penelitian dilakukan dengan survei pada bulan
yang bersedia dibayar pemakai agar memiliki Juli-November 2008, terhadap 400 responden
kesempatan menggunakannya bukan untuk (penduduk dan wisatawan) yang diambil secara
menguasainya (Navrud & Ready, 2002) karena barang bertingkat (multistage) dan random. Sampel penduduk
kebudayaan seperti ini tidak eksis di pasar biasa. Nilai ditentukan berdasarkan domisili di kecamatan,

12
MANFAAT EKONOMI KONSERVASI BARANG PUSAKA KEBUDAYAAN: ............... (Amiluhur Soeroso)

sedangkan sampel wisatawan diambil di hotel, bandara, karya seniman terkenal seperti Raden Saleh, Affandi,
stasiun kereta api, dan terminal bus. Penggunaan Pablo Piccasso, Vincent Van Gogh, Claude Monet, dan
responden yang kompleks merujuk pandangan Bank Rembrandt van Rijn, diperoleh informasi dengan variasi
Dunia bahwa bangunan pusaka kebudayaan tidak donasi dari Rp10.000,- sampai dengan Rp250.000,- dan
hanya dinikmati penduduk lokal tetapi juga oleh non- harga tiket tanda masuk yang layak (bukan yang pal-
penduduk (Carson et al., 1997). Alat yang digunakan ing murah) per kunjungan, untuk mendukung program
mengestimasi adalah contingent valuation method tersebut dari US$1 sampai dengan US$25 (US$1 = Rp.
(CVM). Pertama, data primer dikumpulkan memakai 10.000,-).
wawancara untuk menggali kesediaan individu untuk Jika Q0 merepresentasikan diskripsi bangunan
menilai barang dengan menunjukkan serangkaian foto- atau monumen kebudayaan yang komplit dan Q 1
foto gedung peninggalan De Javasche Bank di menggambarkan perbedaan diskripsi fisik yang terjadi
Yogyakarta pada masa lalu dan kini (Gambar 1) sekaligus akibat adanya satu atau serangkaian perubahan, maka
daftar atribut yang dimilikinya (estetika, sejarah, nilai barang itu dapat dinyatakan sebagai perbedaan
eksistensi) kepada responden. Kedua, menentukan antara Q0 dan Q1. Fungsi utilitas ini secara logika
nilai lelang (bid). Vektor harga dipilih berdasarkan studi berkaitan pula dengan tingkat kesejahteraan individu,
terdahulu dan harga tanda masuk (HTM) world heri- Y, maupun fisik barang itu sendiri, Q, sehingga utilitas
tage (US $ 1-25). Skenario pasar hipotetis disampaikan individu dapat ditulis sebagai V(Y, Q). Kombinasi Y dan
melalui wawancara dwi bahasa (Indonesia dan Inggris). Q yang menghasilkan tingkat utilitas tinggi tentu lebih
Otoritas Bank Indonesia menetapkan kebijakan disukai dibandingkan yang rendah. Perubahan nilai Q0
bahwa dalam rangka konservasi gedung peninggalan ke Q1 adalah kesediaan individu menyerahkan sejumlah
De Javasche Bank, sebagian darinya akan dibuka untuk uang untuk memperoleh Q 1 atau Q 0 yang secara
publik dengan difungsikan sebagai museum, gallery matematis ditulis sebagai berikut.
seni, toko buku dan merchandise, café dan sebagainya.
Hal disebabkan karena mereka ingin agar bangunan V(Y, Q0) = V(Y-WTP, Q1) (1)
tersebut tidak terdegradasi kondisi serta fungsinya atau
terdapat jarak sosial-budaya yang memisahkan dengan Analoginya adalah jika ongkos memakai
lingkungan dan masyarakat yang hidup di sekitarnya. sumberdaya pusaka kebudayaan dibebankan kepada
Kesediaan penduduk untuk memberikan donasi dan individu, maka ada dua kemungkinan pilihan, yaitu
bilamana gedung menyediakan acara seni bertaraf berpartisipasi dengan menerima harga yang ditawarkan
internasional sehingga suatu saat dapat menampilkan atau menghentikan aktivitas karena menolak biaya

Sumber: Bank Indonesia (2008)


Gambar 1
Gedung Peninggalan De Javasche Bank di Yogyakarta: Dulu dan Kini

13
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 11-19

(akibat preferensi terhadap nilai barang itu atau karena berikut.


kendala anggaran). Dengan asumsi individu
mengetahui pilihan terbaik, maka menurut Henemann (ki+ki+1)/(ni+ni+1) (6)
(Lee et al., 1998: 42) penawaran akan diterima atau
ditolak jika: ki adalah jumlah responden yang menerima
subpenawaran Oi, ni adalah total responden yang
v(1, Y-A; s) +e1³ v(0, Y-A; s) +e0 (2) dianjurkan menerima subpenawaran Oi (i= 1, 2, 3 …, j-
1). Dengan menggunakan interpolasi linier diperoleh
v adalah utilitas tidak langsung yang fungsi empiris, dan kemudian rerata WTP diduga
diasumsikan setara dengan utilitas u. Y adalah dengan menghitung luas daerah di bawah kurva. Luas
pendapatan. A adalah penawaran menggunakan segi empat (¡%) adalah penawaran (O) dikalikan
sumberdaya tersebut. s adalah karakteristik sosial- probabilitas (P), sedangkan luas segi tiga (³%) adalah
ekonomi yang mempengaruhi preferensi individu. en (n ½ (setengah) alas (penawaran) dikalikan tinggi
= 0, 1) adalah variabel acak yang didistribusikan secara (probabilitas).
independen dengan rerata nol. Perbedaan utilitas (Dv)
yang terjadi dapat diekspresikan melalui persamaan (3). HASIL PENELITIAN

Dv = v(1, Y-A; s) - v(0, Y-A; s) + (e1 - e0) (3) Berdasarkan data 400 responden, 257 orang adalah
penduduk dari 50 kecamatan di empat kabupaten dan
Format closed-ended CVM dengan variabel satu kota di DIY, sedangkan 143 orang lainnya adalah
terikat dikotomi adalah model pilihan kualitatif (Bishop wisatawan, 93 orang wisatawan nusantara (wisnu) dan
& Heberlain, 1979). Menurut Hanemann (1989), Gujarati 50 orang wisatawan mancanegara (wisman). Rerata usia
(2003), dan Greene (2003) probabilitas (Pi) individu responden 44,50 tahun (25-61 tahun) sehingga masih
menerima penawaran (offered, O) diekspresikan sebagai dalam lingkup usia produktif. Pendidikan mereka rerata
model logit. di atas SLTA, dengan penghasilan penduduk Rp 21
juta, wisnus Rp 27 juta, dan wisman Rp 90 juta per
1 1
Pi = Fh (Dv) = −Δv
= −(α + βO +γY ) (4)
tahun.
1+e 1+e
Tabel 2
Fh adalah fungsi distribusi kumulatif logistik Profil Demografi Responden
dengan variasi logistik standar; b dan g merupakan
koefisien yang diestimasi. Menurut Lee et al. (1998:
43) nilai harapan (E) WTP diestimasi dengan integral
numerik antara 0 hingga ~.

E (WTP) = ∫ F η (Δv ).dO (5)


0
Sumber: Data primer.
Jika asumsi distribusi monotonik yang menurun
pada persamaan (5) tidak terpenuhi, maka Fh menjadi Pendapatan, pekerjaan, dan pendidikan
tidak konsisten (Yatchew & Griliches, 1985). Padahal wisatawan berpengaruh terhadap pemilihan daerah
tipe survei discrete-response diharapkan monotonik tujuan wisata. Semakin tinggi pendapatan, pekerjaan,
tidak meningkat, sehingga perlu penyesuaian. Untuk dan pendidikan wisatawan akan menghasilkan
mengatasinya digunakan probabilitas estimator bebas kebutuhan produk pariwisata yang semakin exotic
distribusi (distribution-free maximum likelihood, (Searle & Jackson, 1985; Luzar et al., 1998). Perbedaan
DFML) terhadap penerimaan. Kriström (1990) gender dan umur wisatawan secara umum mempunyai
mengganti proporsi Oi dan Oi+1 dengan algoritma ketidaksamaan akses waktu bersenang-senang dan

14
MANFAAT EKONOMI KONSERVASI BARANG PUSAKA KEBUDAYAAN: ............... (Amiluhur Soeroso)

seringkali perlu proses sosialisasi tersendiri Tabel 4


(Henderson et al., 1988). Adapun negara asal Analisis WTP: Wisnus
menyiratkan perbedaan perilaku mereka terhadap
kebutuhan produk pariwisata, sedangkan ukuran
keluarga (family size) seringkali merupakan barriers
komitmen terhadap leisure activity (Searle & Jackson,
1985).
Semua responden menerima penawaran nol (0)
rupiah atau gratis, sedangkan penawaran di atas
Rp250.000 (US$25) ditolak. Total E(WTP) penduduk
US$3.58 (Rp35.800,-) per orang per kunjungan. Jika Keterangan: O: penawaran, Pr: probabilitas; Pb:
jumlah penduduk DIY 3.220.808 jiwa, maka TEV (total probabilitas baru; O dan WTP (US$).
economic value) manfaat konservasinya adalah
sebesar US$11,530,492.64 atau Rp115.304.926.400,- Tabel 5
Analisis WTP: Wisman
Tabel 3
Analisis WTP: Penduduk

Keterangan: O: penawaran, Pr: probabilitas; Pb:


probabilitas baru; O dan TP (US$).
Keterangan: O: penawaran, Pr: probabilitas; Pb:
probabilitas baru; O dan WTP (US$). Tabel 6
Analisis WTP: Wisatawan
Perhitungan nilai WTP wisnu, wisman, dan
gabungan keduanya memiliki probabilitas hitung yang
tidak monotonik (penawaran US$10) sehingga perlu
penyesuaian. Total E(WTP) wisnus US$11.06
(Rp110.600,00), wisman US$17.06 (Rp170.600,00), dan
gabungan US$16.79 (Rp167.900,00) per orang per
kunjungan. Rerata jumlah wisnus, wisman, dan total
wisatawan ke DIY per tahun 3.611.019, 411.511, dan
4.022.530 orang sehingga TEV manfaat konservasi
masing-masing US$39,937,872.463 (Rp399.378.724.630),
US$7,020,377.66 (Rp70.203.766.000), US$67,538,282.226 Keterangan: O: penawaran, Pr: probabilitas; Pb:
(Rp675.382.822.260). Perhitungan disajikan pada Tabel probabilitas baru; O dan TP (US$).
4, 5, dan 6.
Kemudian, total E(WTP) pemangku
kepentingan (stakeholders) sebesar US$7.07
(Rp70.700,00) per orang per kunjungan. Dengan asumsi
jumlah pemangku kepentingan (gabungan penduduk
dan wisatawan) 7.243.338 orang maka estimasi TEV

15
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 11-19

manfaat konservasi adalah US$51,210,399.66 Tabel 7


(Rp512.103.996.600). Hasil perhitungan memperlihatkan Analisis WTP: Stakeholders
E(WTP) antara penduduk (US$3.58) dan wisatawan
(US$16.79) terdapat perbedaan signifikan sebesar
US$13.21 atau Rp132.100 per orang per kunjungan.
Hal ini disebabkan perbedaan apresiasi dan
preferensi terhadap manfaat ekonomi konservasi
kegiatan kebudayaan dan bangunan cagar budaya atau
karena faktor sosial-demografi khususnya pendapatan.
Hal ini adalah sesuatu yang biasa terjadi karena
menunjukkan kecermatan sikap invidu. E(WTP)
wisatawan merupakan kompromi antara preferensi
wisnu dan wisman, sedangkan E(WTP) stakeholders Keterangan: O: penawaran, Pr: probabilitas; Pb:
adalah integrasi antara preferensi penduduk dan probabilitas baru; dan O dan TP (US$).
wisatawan. Gambar 2 menunjukkan detail luasan kurva
WTP setiap sub-sampel dan kelompok sampel
penelitian yang dijadikan perhitungan.

Sumber: Data Primer (diolah)

Gambar 2
Manfaat Konservasi

16
MANFAAT EKONOMI KONSERVASI BARANG PUSAKA KEBUDAYAAN: ............... (Amiluhur Soeroso)

Tabel 8 SIMPULAN DAN IMPLIKASI


Ringkasan WTP
Simpulan

Nilai manfaat ekonomi konservasi gedung peninggalan


De Javasche Bank sebagai pusaka kebudayaan (cul-
tural heritage) yang terungkap adalah bentuk oppor-
tunity cost terhadap fungsi dan pemakaian benda itu
agar tidak terdegradasi. Jika terjadi kesalahan alokasi
dalam melakukan pengelolaan, termasuk restorasi,
renovasi, rehabilitasi, rekonstruksi atau revitalisasi
sehingga merubah bentuk, filosofi dasar atau pergelaran
Sumber: Data Primer (diolah). acara yang tidak sesuai dengan nuansa bangunan
tersebut tentunya akan menimbulkan ongkos ekonomi,
mengubah landmark dan citra kota.
PEMBAHASAN
Implikasi
Secara umum, temuan penelitian ini memberikan
gambaran bahwa publik memberikan apresiasi positif Manfaat ekonomi konservasi gedung peninggalan De
terhadap konservasi barang kebudayaan berupa Javasche Bank memberi pengetahuan terhadap nilai
bangunan peninggalan De Javasche Bank. barang kebudayaan yang dilindungi, sehingga menjadi
Dampaknya, kerusakan terhadap barang tersebut alat kuat penentu kebijakan melakukan manajemen
dianggap tidak menyenangkan sehingga stakehold- sumberdaya dan mengalokasikan pendanaan. Valuasi
ers bersedia memberikan dukungan sejumlah dana ekonomi juga membantu stakeholders menemukan
untuk menghindari terjadinya kerusakan atau “satu pandangan umum” terhadap pilihan kebijakan
memperlambat terjadinya penurunan kondisi tersebut. yang harus diambil. Temuan ini memberikan pandangan
Hal ini menunjukkan pula esensi nilai sumberdaya, tidak pentingnya konservasi, bukan hanya bagi barang
hanya menyangkut yang dikonsumsi tetapi juga kebudayaan itu sendiri atau masyarakat yang hidup di
menyangkut yang tidak dikonsumsi secara langsung sekitarnya tetapi juga kemaslahatan dunia. Pemeliharaan
sehingga pengertiannya mencakup aspek luas karena modal kebudayaan dapat dilakukan melalui pendanaan
memiliki nilai intrinsik, terlepas dikonsumsi atau tidak. publik (public funding), misalnya menetapkan besaran
Bahkan ekstrimnya, ada kunjungan manusia atau tidak entrance fee, foster parents dan heritage investment
(Fauzi, 2005) di area bentang kebudayaan tersebut. programs.
Penetapan HTM bagi publik untuk
mengkonsumsi bangunan atau acara di areal gedung
tersebut berkisar US$4-7 atau Rp40-70 ribu per
kunjungan. Besaran HTM ini adalah visitor manage- DAFTAR PUSTAKA
ment policy sebagai alat pengendalian jumlah
pengunjung. Dengan demikan, bentuk konservasi Bank Indonesia, 2008. Arsip Bank Indonesia: Foto-
pusaka budaya yang ditetapkan otoritas Bank Indone- foto Koleksi Gedung De Javasche Bank.
sia dengan membuka akses terhadap publik adalah Yogyakarta: Bank Indonesia.
pilihan yang tidak keliru, bukan hanya meningkatkan
citra gedung perkantoran di Yogyakarta, tetapi institusi Bishop, R.C. and T.A. Heberlein. 1979. Measuring val-
Bank Indonesia secara keseluruhan termasuk kota ues of extramarket goods: Are indirect measures
tempat keletakannya. biased? American Journal of Agricultural Eco-
nomics, 61 (December): 926-930.

17
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 11-19

Carson, R.C., R. T. Mitchell, M.B. Conaway and S. Kriström, B. 1990. A-non parametric approach to the
Navrud. 1997. Non-Moroccan Values for Re- estimation of welfare measures in discrete re-
habilitating the Fes Medina. A report to the sponse valuation studies. Land Economics, 66
World Bank on the Fes Cultural Heritage Re- (2): 135-139.
habilitation Project. San Diego: Department of
Economics, UC-San Diego. Lee, C., J. Lee., and S. Han. 1998. Measuring the eco-
nomic value of ecotourism Resources: The Case
Danchev, A., and S. Mourato. 1997. Bulgaria in Transi- of South Korea. Journal of Travel Research, 36
tion: Economy and Heritage. The Measurement (Spring): 40-47.
and Achievement of Sustainable Development
in Eastern Europe. Report to DGXII. Luzar, E.J., A. Diagne., C.E. Gan., and B.R. Henning.
1998. Profilling the nature-based tourist: A mul-
Engelhardt, R.A. 2005. World Heritage: Its implication tinomial logit approach. Journal of Travel Re-
and relevance for humanity. Paper presented at search, 37 (August): 48-55.
UNITAR Hiroshima Office for Asia and the Pa-
cific Training Workshop on the Conservation Mazzanti, M. 2003. Discrete choice model and valua-
and Management on World Heritage Sites. tion experiments. Journal of Economic Stud-
Hiroshima, Japan, April 18th, 2005. ies, 30 (6): 584- 604.

Erasmus University Rotterdam (EUR), 2003. A Hand- Moran D., and C. Bann. 2000. The Valuation of Bio-
book of Cultural Economics. Rotterdam, Neth- logical Diversity for National Biodiversity
erlands: Digital Academic Repository-Erasmus Action Plans and Strategies: a Guide for Train-
University Rotterdam. ers. United Nations Environmental Program
(UNEP).
Fauzi, A. 2005. Ekonomi Sumber Daya Alam dan
Lingkungan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT Navrud, S., and R.C. Ready. 2002. Valuing Cultural
Gramedia Pustaka Utama. Heritage: Applying Environmental Valuation
Techniques to Historic Buildings, Monuments
Garrod, G.D., K.G. Willis, G. Bjarnadottir, and P. Cockbain. and Artefacts. Cheltenham, U.K: Edward Elgar
1996. The non-priced benefits of renovating Publishing, Ltd.
historic buildings: A case study of Newcastle’s
Grainger Town. Cities, 13 (6): 423-430. Pearce, D.W. 1993. Economic Value and the Natural
World. Cambridge, Massachusetts: MIT Press.
Greene, W.H. 2003. Econometric Analysis. (5th ed.).
Saddle River, NJ, USA: Prentice Hall, Inc. Searle, M.S. and E.L. Jackson. 1985. Socioeconomic
Gujarati, D. 2003. Basic Econometrics. (4 th ed.). variations in perceived barriers to recreation par-
Singapore: McGraw-Hill. ticipation among would-be participants. Leisure
Sciences, 7: 227-249.
Hanemann, W.M. 1989. Welfare evaluations in contin-
gent valuation experiments with discrete re- Soeroso, A. 2000. Penilaian Kawasan Ekowisata
sponses data: Reply. American Journal of Ag- Kotagede. Tesis. Sekolah Pascasarjana S-2
ricultural Review, 71 (August): 332-341. UGM.

Henderson, K.A., D. Staineker, and G. Taylor. 1988. The ________. 2007. Manfaat ekonomi konservasi saujana
relationship between barriers to recreation and budaya Borobudur. Jurnal Ekonomi, 12 (2): 119-
gender role personality traits for women. Jour- 135.
nal of Leisure Research, 20: 69-80.

18
MANFAAT EKONOMI KONSERVASI BARANG PUSAKA KEBUDAYAAN: ............... (Amiluhur Soeroso)

Soeroso, A., D. Krisnadewara., dan Y. Sri Susilo, 2008.


Nilai Manfaat Pusaka Kotagede: Sebelum dan
Sesudah Goncangan Gempa Bumi. Makalah
dipresentasikan dalam Simposium Nasional
Riset dan Kebijakan Ekonomi: Dampak
Bencana Alam dan Lingkungan Terhdap
Pengelolaan Ekonomi Indonesia. Departemen
Ilmu Ekonomi, Universitas Airlangga (UNAIR)
Surabaya, Agustus 2008.

Throsby, D. 1995. Cultural, economics and


sustainability. Journal of Cultural Economics,
19: 199-206.

________. 1999. Cultural capital. Journal of Cultural


Economics, 23: 3-12.

Yatchew, A. and Z. Grilliches. 1985. Specification error


in probit models. Review of Economics, 67 (Feb):
134-139.

19
.
ISSN: 1978-3116
SUMBERDAYA MANUSIA (SDM) PEMBELAJAR: MENGGAPAI ............... (N.H. Setiadi Wijaya)
Vol. 3, No. 1, Maret 2009
Hal. 21-30 JURNA L
EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

SUMBERDAYA MANUSIA (SDM) PEMBELAJAR:


MENGGAPAI KINERJA DAN DAYA SAING ORGANISASI
YANG LEBIH TINGGI
N.H. Setiadi Wijaya
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta
Jalan Seturan Yogyakarta 55281
Telepon +62 274 486160, 486321, Fax. +62 274 486155
E-mail: setiadi@stieykpn.ac.id

ABSTRACT milik SDM) dan human capital adalah jantung agenda


ekonomi dunia. Pada level mikro, semua organisasi,
Competition among countries as well as companies is yang menginginkan dirinya menjadi pemenang, tidak
not based on the amount of natural resources or capi- dapat melupakan ujung tombaknya, yaitu SDM.
tal possessed, but on how well whether countries or Kualitas SDM dilihat dari kandungan ilmu (content
companies improve the quality of their human capital. knowledge), kemampuan untuk mengaplikasikan ilmu
Creating human resource quality in organization is not atau ketrampilan (skill), dan mental kerjanya (mental-
a simple process, but this requires both holistic view ity) (Abeng, 1997). Hal ini terbukti bahwa negara maju
and never ending process. The organization must pro- bukan negara yang memiliki sumberdaya alam melimpah,
vide organizational environment that allows the namun yang memiliki SDM yang berkualitas.
organization’s members become resourcefulness hu- Umum terjadi apabila kesenjangan selalu ada.
man through continuously learning. This article ex- Harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Kalau
plores an idea how an organization creates the learn- berbicara daya saing, maka kondisi SDM Indonesia
ing environment. By having learners, the organization sungguh sangat mengkuatirkan, terlebih lagi apabila
optimistically will be more competitive in the intense menghadapi kenyataan persaingan perdagangan bebas
competition. telah semakin nyata. Masalah SDM Indonesia pada
umumnya terletak pada mental kerja yang menyangkut
Keywords: learning, performance gap, opportunity gap, etos, daya juang, kreatifitas, dan kemauan untuk belajar
empowerment, competitiveness. terus mencapai hasil kerja yang terbaik (spirit of excel-
lence) yang rendah. Bachtiar (dalam Kristanto, 1995)
dalam makalahnya yang berjudul “Manajemen dalam
Perkembangan Sejarah Indonesia”, mengatakan bahwa
PENDAHULUAN masalah manusia Indonesia dalam dunia usaha adalah
(1) sukar bekerja sama, saling tidak percaya; (2)
Persaingan antarnegara, tidak lagi berbasis pada nepotisme, ciri penonjolan kepentingan kelompok
kepemilikan sumberdaya alam, namun berbasis pada sendiri; (3) keengganan terhadap inovasi; (4)
kepemilikan sumberdaya manusia (SDM) yang keengganan untuk melibatkan usaha dalam
mumpuni, yang mampu mengolah produk (barang/jasa) pertumbuhan jangka panjang, dan lebih mengarahkan
yang mempunyai nilai tambah tinggi. Dalam sebuah pada keuntungan jangka pendek; (5) melihat
tulisan yang dimuat dalam www.pikiran-rakyat.com keberhasilan usaha lebih ditentukan oleh keuntungan
(2003) menyebutkan bahwa pengetahuan (yang menjadi daripada hasil suatu perhitungan dan usaha; (6) kurang

21
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 21-30

mampu memperkirakan seluruh unsur biaya yang perlu berfokus pada pembentukan sumberdaya manusia
untuk menunjang usaha; dan (7) kurang menyadari yang pembelajar.
kewajiban dan hal-hal yang mungkin timbul di kemudian
hari dari keputusan yang dibuat hari ini. MASALAH DAN PEMBAHASAN
Hal yang harus diwujudkan Indonesia adalah
membentuk masyarakat pada umumnya dan masyarakat Pembelajaran pada tingkat perorangan merupakan
bisnis khususnya yang berbudaya “senang belajar”. perolehan dan penciptaan pengetahuan dan gagasan-
Belajar dalam hal ini tidak dikonsepsikan seperti gagasan baru yang mengubah cara seseorang dalam
bersekolah formal, namun mencakup mental manusia mengenali, memahami, atau mengambil tindakan
yang eksploratif terhadap hal-hal baru. Apalagi apabila (www.access-indo.or.id). Selanjutnya, pembelajaran
dicermati, sebagian masalah di atas berakar masalah akan ditingkatkan dengan adanya kebebasan untuk
pada: “keengganan SDM Indonesia untuk belajar/ berpikir secara kreatif sehingga mengarah pada inovasi.
menjadi pembelajar”. Aspek mental dalam hal ini Definisi pembelajaran menurut Nelson & Quick (1996)
ternyata berperan sangat penting, terutama dalam dan Gibson et al (2006) adalah perubahan perilaku yang
pembentukan sisi “jiwa” SDM sebagai pembelajar. relatif tetap karena pengalaman. Pembelajaran dengan
Kemauan untuk belajar adalah salah satu aspek mental demikian bukan karena proses alamiah kedewasaan
SDM kunci yang penting untuk segera dibentuk. Ilmu atau berubah sementara. Menurut Chattell (1995)
dan ketrampilan bukan hal yang berlaku terus untuk pembelajaran jika seseorang melewati proses
semua kondisi, namun harus selalu diperbaharui berkelanjutan dari hal-hal berikut (1) menemukan realitas
mengikuti kebutuhan lingkungan. Kalau seseorang (individual sees reality); (2) merefleksikan apa yang
tidak mempunyai kemauan dan kemampuan untuk bisa dilakukan (reflecting on what can be done); (3)
menjadi pembelajar (lifelong learner), maka lambat laun berkomunikasi dengan orang lain (dialogue with oth-
dirinya akan ketinggalan. Kreatifitas juga terbentuk ers); (4) membuat pilihan-pilihan (making individual
karena belajar. Tidak mungkin seorang mampu choices); (5) tindakan bersama yang disepakati (col-
menemukan cara yang kreatif untuk mencapai lective action); dan yang terakhir (6) kapasitas
tujuannya tanpa melalui proses belajar. beradaptasi (ability to adapt). Jadi, proses
Sesuai dengan pernyataan Schein (1996); “The pembelajaran tidak hanya mencakup sisi kognitif/
ability to create new organizational forms and pro- pemahaman (cognitive learning), namun juga sisi
cesses, to innovate in both the technical and organi- perilaku (behavioral learning) dan sisi sosial (social
zational arenas, is crucial to remaining competitive learning). Poin (1), (2), (3) dan (4) adalah proses
in an increasingly turbulent world,” disain penajaman sisi kognitif, sedangkan poin (5) dan (6)
organisasional baru dan berinovasi akan menentukan proses penajaman sisi perilaku (dan sikap) sekaligus
bagaimana organisasi tersebut mampu bersaing. sisi sosial.
Namun membentuk organisasi menjadi “masyarakat Menurut Jogiyanto (2006) Pembelajaran yang
pembelajar” (knowledge-based society) tidak mudah. baik mempunyai sasaran yang seharusnya berfokus
Budaya belajar bukan perilaku yang muncul sementara, pada hal-hal berikut: (1) meningkatkan kualitas berpikir
namun harus dijaga terus-menerus dan membutuhkan (qualities of mind) yaitu berpikir dengan efisien,
nilai, keyakinan, dan norma yang kuat untuk konstruktif, mampu melakukan judmen (judgment) dan
mempertahankannya. Komitmen untuk menumbuhkan kearifan (wisdom); (2) meningkatkan attitude of mind,
budaya belajar juga penting. Komitmen terus menerus yaitu menekankan pada keingintahuan (curiosity),
dari pemimpin organisasi dan seluruh anggotanya, aspirasi-aspirasi dan penemuan-penemuan -
bahwa bahan baku menghadapi persaingan adalah pembelajaran merupakan kegiatan “seni” untuk
“ilmu” dan ilmu hanya diperoleh dari belajar. menemukan sesuatu (discovery process); (3)
Artikel ini membahas tentang pentingnya meningkatkan kualitas personal (qualities of person)
manusia menjadi pembelajar berkelanjutan, hubungan yaitu karakter (character), sensitivitas (sensitivity),
belajar dengan teori motivasi, dan bagaimana integritas (integrity), tanggung jawab (responsibility);
pembentukan infrasruktur organisasional yang (4) meningkatkan kemampuan untuk menerapkan

22
SUMBERDAYA MANUSIA (SDM) PEMBELAJAR: MENGGAPAI ............... (N.H. Setiadi Wijaya)

konsep-konsep dan pengetahuan-pengetahuan di mensyaratkannya sebagai syarat yang dominan dalam


situasi spesifik. pemilihan calon karyawannya, seperti pernyataan
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran perusahaan sekaliber Disney Land, yaitu: “We are look-
mencakup dimensi dan sasaran yang luas. Untuk ing for personality, skill can be trained” (Nelson &
menjadi insan yang optimal di tempat kerjanya, Quick, 1996). Selanjutnya menurut Abeng, karakter
karyawan tidak hanya belajar dari buku/manual atau kualitas personal yang disebut dengan “mental” adalah
mendengarkan kelas turtorial, namun mampu bagian yang tidak mudah dibentuk. Sifatnya yang lebih
mengendapkan apa yang telah dibaca, didengar, dan abstrak (intangible) menjadikannya juga sulit diukur.
diamati yang teraplikasi pada cara bekerja yang lebih Kualitas personal merupakan dimensi bangunan budaya
konstruktif dan efisien. Kearifan muncul ketika organisasi di level nilai-nilai (values). Pembelajaran yang
seseorang benar-benar mampu merasakan dengan paling efektif adalah dengan sosialisasi “kredo”
batinnya; apa yang sebenarnya telah dilihat, apa yang organisasi dengan dibarengi dengan komitmen dan
benar/tidak benar, apa yang seharusnya, dan keteladanan dari pemimpin. Lewat sistem budaya,
bagaimana karyawan memaknai pekerjaannya. Kearifan secara sosial setiap karyawan akan mengikatkan diri
selain dapat didapatkan dari pengalaman seniornya, dengan nilai-nilai yang dipahami benar dan harus
dapat pula didapatkan dari pengalaman masing-masing dijunjung tinggi.
individu. Akhirnya, hasil pembelajaran harus nyata,
Ciri khas orang yang suka belajar adalah misalnya dilihat bagaimana karyawan menjadi lebih
keingintahuannya yang besar. Keingintahuan yang baik dalam melayani, produktivitas yang baik, waktu
besar membuat orang tersebut ingin mengeksplorasi penyelesaian pekerjaan lebih pendek, dan penemuan-
berbagai hal, fenomena, dan keterkaitannya dari banyak penemuan cara kerja baru yang lebih baik, efisien dan
hal yang diamatinya. Bahkan dapat dikatakan orang efektif. Sasaran pembelajaran ini adalah yang relatif bisa
yang tidak mempunyai rasa ingin tahu adalah orang diamati. Dalam level organisasional, pembelajaran
yang tidak pernah belajar. Banyak contohnya; seorang kualitas personal yang berhasil dapat dilihat dari
anak yang mempunyai impresi besar di satu saat melihat indikator menurunnya kebohongan, tingkat
orang lain bermain gitar yang membuat dia mempunyai kemangkiran (absenteeism), pencurian, kekerasan,
keinginan kuat untuk mempelajarinya. Rasa ingin tahu ketidakadilan, diskriminasi, dan sebagainya –
bisa juga muncul dari kegagalan, misalnya kegagalan sebaliknya meningkatnya motivasi, etos kerja, dan
seorang untuk mendapatkan pekerjaan dapat memicu lingkungan kerja yang bernuansa moral.
keingintahuan (apa, mengapa, dan bagaimana), Salah satu kebutuhan manusia adalah
sehingga mampu belajar dari fenomena kegagalannya. berkembang melalui pembelajaran. Jadi pembelajaran
Dalam hal ini, organisasi harus merangsang rasa ingin sangat terkait dengan motivasi. Semakin tinggi
tahu karyawannya, dengan sering menanyakan; kesempatan untuk belajar, semakin tinggi motivasi dan
“Mengapa hal ini terjadi?’, “Apa penyebab utama dari kepuasan kerja karyawan. Hal ini bisa dijelaskan dengan
masalah ini?”, “Apa yang seharusnya dilakukan?”, dan teori motivasi hirarki kebutuhan dari Maslow dan teori
sebagainya. Organisasi harus mengkondisikan ERG dari Aldefer (Gibson, Ivancevich, Donnely, 2000).
penekanan bukan pada kegagalannya, namun apa yang Maslow menempatkan kebutuhan belajar pada level
harus dipelajari dari kegagalan itu. Karyawan menjadi tertinggi dalam hirarki kebutuhannya. Aktualisasi diri
“pintar” bukan karyawan yang tidak pernah berbuat menurutnya mencakup bagaimana seseorang
kesalahan, namun mereka yang semakin pintar lewat menggunakan semua kapasitas, ketrampilan dan
kesalahan-kesalahan. Hal ini sangat idealis karena di potensinya. Teori ERG dari Alderfer juga menampilkan
lapangan manajer sering lebih gampang memfokuskan unsur pertumbuhan (growth) sebagai hal penting untuk
diri pada kesalahan, bukan pada hal yang lebih menggerakkan orang.
bermakna dari kesalahan. Alderfer bahkan menyebutkan, orang yang tidak
Kualitas personal di saat ini menempati posisi terpuaskan kebutuhan berkembangkan akan frustasi
yang sangat penting dalam dimensi manusia yang (Gibson, Ivancevich, & Donnely, 2000). Herzberg dalam
berkualitas (Abeng, 1997), bahkan organisasi penelitiannya menyebutkan opportunities to growth

23
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 21-30

dan opportunities to advancement pada situasi tepat 1998) dan (2) kesenjangan kesempatan (opportunity
yang mampu memuaskan jika terpenuhi (Teori Motivasi gaps) (Tushman & O’Reilly, 1997).
Dua faktor) (Gibson, Ivancevich, & Donnely, 2000). Pertama, kesenjangan kinerja adalah “jarak”
Sedangkan McClelland menyebutkan need for achieve- antara kinerja yang telah direncanakan dan dicapai yang
ment sebagai motivator yang penting (Gibson et al, bisa muncul karena adanya sistem pengendalian diri
2006). masing-masing SDM (di antara titik “Di mana saya
Sejak manusia dilahirkan sebenarnya sekarang?” dan titik “Di mana seharusnya saya
mempunyai sifat dasar mempunyai kebutuhan belajar, sekarang?”). Berarti kesenjangan kinerja adalah
dari hal yang sangat sederhana sampai pada yang pal- kesenjangan yang sekarang sudah terjadi atau
ing rumit. Belajar dari nalurinya, meniru orang lain, kesenjangan yang benar-benar dihadapinya.
memodifikasi, mensintesakan beberapa hal menjadi Untuk menemukan kesenjangan kinerja setiap
nampak berbeda, sampai menemukan suatu hal-hal saat, seseorang butuh sistem pengendalian diri (self-
yang benar-benar baru (Yogiyanto, 2006). Masalahnya control system). Hal ini sangat penting, karena
sekarang apakah belajar dipandang sebagai “proses memampukannya melakukan pengendalian aktivitas
alamiah” atau “proses terstruktur”. yang telah atau sedang berjalan dan kendalanya yang
Ada sebagian sisi hidup manusia yang memang berguna untuk pembelajaran. Karyawan bisa
didapatkan dari proses alamiah (naluriah), namun proses memperkecil/menghilangkan kesenjangan, jika
ini tidak cukup membuat potensinya berkembang opti- kesenjangan cepat dipahami. Pembelajaran karena
mal. Dia harus mampu mengembangkan cara-cara belajar kesenjangan kinerja adalah pembelajaran reaktif, yaitu
dan harus dalam sebuah sistem pembelajaran yang bereaksi terhadap yang seharusnya tidak terjadi (hal
efektif. Selain telah diungkapkan oleh teoritisi, bahwa yang tidak sesuai dengan perencanaan). Contohnya,
belajar adalah kebutuhan setiap orang, sehingga seorang manajer yang menentukan toleransi kerusakan/
organisasi harus mengakomodasi – di sisi yang lain, kecacatan paling banyak 50 unit pada setiap 1.000.000
organisasi harus mampu menyediakan “wadah” (aspek unit produk jadi (kerusakan/kecacatan = 0,005%),
budaya dan sistem) organisasional yang memampukan namun yang terjadi terdapat 100 unit yang rusak atau
orang-orangnya menjadi pembelajar efektif. Kondisi cacat (0,01%), maka terjadi kesenjangan kinerja antara
timbal balik harus terjadi. Organisasi memberikan apa yang dia rencanakan dengan kenyataan. Manajer
kesempatan belajar seluas-luasnya, sehingga hal ini tersebut harus bertanya mengapa kesenjangan terjadi
mampu merangsang pertumbuhan SDM, sekaligus dan bagaimana cara menyelesaikannya.
memotivasi. Di sisi lain, kontribusi SDM pembelajar Yang kedua, kesenjangan kesempatan adalah
memberikan sumbangan yang tidak ternilai bagi kesenjangan yang muncul karena prediksi-prediksi
pertumbuhan organisasi. karyawan mengenai apa yang akan terjadi di masa yang
Chattell (1995) berpendapat bahwa seseorang akan datang (opportunities). Kesenjangan ini belum
akan menjadi pembelajar efektif jika dia mempunyai visi terjadi, namun diprediksikan akan terjadi (di antara “Di
untuk apa dia belajar. Visi adalah acuan yang mana saya sekarang?” dan “Saya ingin ke mana?”.
memampukan seorang bertanya dua hal, yaitu (1) “Di Seorang tidak akan berhasil melompat dengan baik, jika
mana saya sekarang?” dan (2) “Seharusnya saya di persiapan melompat tidak dari sekarang. Karyawan
mana?” atau “Ke daerah mana yang saya inginkan?”. harus belajar, apa yang akan terjadi, apa yang harus
Dua pertanyaan ini memunculkan kesenjangan (gap), dipersiapkan dari sekarang? Hal ini sangat memacu
yaitu “jarak” antara “di mana sekarang” dan “di mana kreatifitas untuk tindakan antisipatif.
seharusnya.” Kesenjangan akan menyadarkan bahwa Berbeda dengan kesenjangan kinerja,
dia masih perlu melakukan sesuatu untuk kesenjangan kesempatan berorientasi pada
menyelesaikan kesenjangannya. Hal ini sekaligus pembelajaran proaktif. Setiap karyawan dituntut
menjadi sumber tenaga ekstra untuk memicu kemauan memiliki sistem pengukuran diri sendiri (self-measure-
untuk belajar. Ada dua jenis kesenjangan yaitu (1) ment system), selalu siap dengan segala sesuatu yang
kesenjangan kinerja (performance gaps) (Tushman & diprediksikan terjadi. Tentang “apa yang diprediksikan”
O’Reilly, 1997; Winardi, 2006; Zimmener & Scarborough, terjadi bisa terkait dengan rencana jangka panjang

24
SUMBERDAYA MANUSIA (SDM) PEMBELAJAR: MENGGAPAI ............... (N.H. Setiadi Wijaya)

organisasi (visi) dan pengamatan lingkungan eksternal menghadapi masalah. Pendekatan ini tidak
yang cerdik. Contohnya, seorang karyawan akan siap mendewasakan karyawan (Chattel, 1995). Mereka akan
“menjadi siapa” pada 5 tahun yang akan datang, seperti seorang anak yang tidak mampu bertumbuh
dengan asumsi organisasi telah sebesar apa, organisasi optimal. Hal ini berarti mememdam potensi karyawan
memberikan kesempatan seluas apa, dan seterusnya. terus menerus. Berarti pula organisasi mendehu-
Karyawan yang mempunyai sistem pengukuran diri manisasikan SDM-nya.
baik, lebih siap melompat jika di depannya terdapat Apa yang seharusnya dilakukan oleh
kesempatan yang diraihnya. organisasi? Prinsipnya, karyawan harus diberdayakan
Karyawan harus belajar bahwa tenaga melompat (empowerment) (Nelson & Quick, 1997; Redman &
akan besar jika dipersiapkan jauh dari jarak lubang Wilkinson, 2002; Sudarusman, 2004). Menurut
(kesenjangan), sebaliknya tenaga akan tidak berarti jika Sudarusman (2004) pemberdayaan adalah proses
dikumpulkan tepat/dekat di pinggir lobang mendorong individu dalam organisasi untuk
(kesenjangan). Lewat pembelajaran ini, setiap individu menggunakan insiatif, kewenangan dan tanggung
mampu menciptakan lompatan kuantum (quantum leap) jawab dalam menyelesaikan pekerjaan. Proses
atau disebut juga lompatan katak (frog leap), hasilnya pemberdayaan karyawan menurutnya, tidak hanya
adalah perubahan radikal atas dirinya sendiri. Namun, sekadar menjadikan karyawan menjadi bagian dari
untuk dapat melakukan lompatan besar (mengatasi sebuah pekerjaan, namun lebih dari itu adalah pelibatan
opportunity gap) SDM harus belajar melakukan karyawan (employee involvement) dalam pekerjaan.
lompatan-lompatan kecil dulu, yakni menyelesaikan Pemberdayaan akan mendorong karyawan ber-
kesenjangan-kesenjangan kinerja.

Gambar 1
Kesenjangan Kinerja dan Kesempatan

Hubungan paternalistik antara atasan-bawahan kontribusi sebesar-besarnya bagi organisasi (Redman


tercermin pada keinginan atasan untuk selalu & Wilkinson, 2002).
memberikan jawaban (solusi) terhadap segala masalah Pendapat yang lebih esensial adalah dari
yang dihadapi oleh karyawan. Sebaliknya, cara ini Chattell (1995), yaitu karyawan harus diposisikan
mendorong terus menerus karyawan untuk selalu sebagai manusia yang bersumberdaya (people as re-
bertanya “apa solusinya?” ketika dalam bekerja mereka sourcefulness humans) bukan sebagai faktor produksi

25
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 21-30

(people as human resources). Karyawan adalah anggotanya “hanya ada satu jalan menuju satu tempat”.
manusia yang memiliki kapasitas dan kompetensi yang Hal ini berarti pula mematikan kreatifitas mereka. Secara
dapat dikembangkan, berbeda dengan mesin. Kapasitas ekstrim bisa dikatakan inilah “pembodohan yang
dan kompetensi karyawan dapat dikembangkan bukan tersistem”. Seorang pemain bola yang kreatif tidak
dengan memberikan jawaban (providing the answers) percaya hanya ada satu cara membobol gawang lawan
namum justru dengan memberikan masalah (providing dan seorang koki yang cerdas tidak akan percaya
the problems). Dengan memberikan masalah, karyawan membuat pisang menjadi lebih enak hanya dengan
diajar untuk bertanggung jawab menyelesaikannya. digoreng. Organisasi harus menyadarkan kepada
Pekerjaan adalah milik karyawan, satu paket dengan karyawan bahwa banyak cara dan formula untuk
masalahnya. Dengan terbiasa menyelesaikan masalah mencapai tujuan pekerjaan. Organisasi yang
tiap hari, mereka akhirnya menjadi ahli-ahli di bidangnya mendukung karyawannya bertumbuh adalah
masing-masing. Organisasi dalam hal ini perlu organisasi yang mau mencoba memberikan tujuan
mempersiapkan: (1) Brainware. Kompetensi karyawan pekerjaan, bukan senantiasa memberikan cara dan for-
harus dipersiapkan agar mereka mampu menyelesaikan mula untuk mencapai tujuan tersebut. Seorang manajer
masalah dengan memberikan pelatihan dan tim sepak bola hanya menekankan; “kalian harus
pengembangan yang diperlukan;(2) Infrastruktur. menang” dan seorang manajer hotel memberikan tujuan
Brainware tidak akan berguna kalau tidak ada pada kokinya; “buatlah masakan yang terlezat”,
infrastruktur penunjang yang menolong karyawan selebihnya bagaimana cara mencapainya sebaiknya
dalam menjawab masalahnya. Infrastruktur yang diserahkan kepada pelaksana pekerjaan.
dimaksud misalnya data, alat-alat, program, dan lain- Cara lain agar karyawan dapat bertumbuh
lain; (3) Mental karyawan. Mental adalah berkaitan adalah melibatkan karyawan dalam tim. Setiap karyawan
dengan kesediaan dan keberanian karyawan akan melewati pertukaran pengetahuan (sharing knowl-
menanggung risiko pekerjaannya. Karyawan harus edge) yang efektif melalui tim mandiri, karena
belajar, yang dimaksudkan dengan risiko bukan berarti karakteristik tim yang beranggotakan beberapa orang
bertindak sembrono, namun bertindak berani namun yang memiliki kemampuan dan ketrampilan yang
terukur. Brainware dan infrastruktur tidak akan berguna berbeda dan bersinergi. Tim tidak hanya mempercepat
jika karyawan tidak mempunyai mental bersedia dan penyelesaian masalah, tetapi juga hasil sinergi
berani untuk menjawab sendiri semua masalahnya. menyebabkan setiap orang mendapatkan nilai pekerjaan
Seorang pemimpin memberi kepercayaan sambil yang lebih tinggi daripada penjumlahan nilai pekerjaan
mendukung “dari belakang”; (4) Iklim organisasi yang jika masing-masing bekerja sendiri (TEAM = Together
kondusif. Hal yang penting adalah “mental karyawan Everyone Achieve More)2. Tugas organisasi adalah
dibentuk atas dasar kepercayaan yang diberikan merumuskan tujuan tim, kemudian tim yang memutuskan
organisasi”. Organisasi harus punya keseimbangan bagaimana cara mencapainya dengan asumsi
antara (a) “membiarkan” kesalahan terjadi dan (b) sumberdaya tersedia (waktu, biaya, dan kompensasi).
mencegah kesalahan tidak terjadi, di awal pembangunan Organisasi pembelajar adalah organisasi yang mampu
mental ini.1 merespon lingkungannya, mengumpulkan pengalaman
Perusahaan yang prosedural dan sangat rapi dan pengetahuan, dan menggunakannya sebagai
mempunyai ekses negatif yaitu mengajarkan kepada memori untuk pengelolaan organisasi yang lebih baik.

1
Dalam Tushman & O’Reilly (1997) membahas hasil penelitian yang menunjukkan hubungan yang signifikan antara norma
pembentuk kreatifitas dan implementasi ide-ide baru dalam 5 organisasi inovatif yang sangat berjauhan dari sisi geografis dan
industri. Penelitian ini menyebutkan semua organisasi ini mengembangkan norma “mistake OK” atau “acceptance of failure”
atau “freedom to fail” sebagai norma yang sangat penting pembentuk kreatifitas dalam organisasinya.

2
Istilah “TEAM = Together Everyone Achieve More” didapatkan penulis pada saat menempuh Magister Sains FE UGM
dalam kuliah Manajemen Operasional yang diasuh oleh Drs. Wachid Slamet Ciptono, M.B.A., M.P.M.

26
SUMBERDAYA MANUSIA (SDM) PEMBELAJAR: MENGGAPAI ............... (N.H. Setiadi Wijaya)

Namun sebelum menjadi organisasi pembelajar, sistem. SDM dipaksa tidak berkembang, karena memang
organisasi tersebut harus lebih dahulu membentuk sistem yang menghambatnya.
manusia yang dimilikinya menjadi manusia pembelajar. Peran SDM yang seharusnya sentral menjadi
Organisasi harus mampu menciptakan masyarakat yang kaku dengan prosedur yang terstandarisasi, serta
berbasis ilmu (knowledge-based society). Masyarakat tanggung jawab SDM dalam pekerjaan yang sempit.
yang berbasis ilmu harus berisikan manusia yang Peran yang kaku, prosedur yang sangat terstandarisasi
senang belajar dan merespon perubahan. lagi-lagi menyebabkan terkungkungnya kebutuhan
Peter Senge menyebutkan bahwa keandalan alamiah manusia yang ingin senantiasa belajar dan
personal merupakan komponen yang penting dalam mengenal hal-hal baru. Secara psikologis, kondisi ini
organisasi pembelajar (Redman & Wilkinson, 2002). juga berperan memunculkan kebosanan, karena setiap
Dalam www.pikiran-rakyat.com (2003) disebutkan hari karyawan dipaksa untuk melakukan pekerjaan yang
beberapa faktor yang mencirikan organisasi pembelajar. sangat kaku, tersandarisasi, dan terspesialisasi.
Faktor-faktor tersebut adalah (1) adaptif pada Bagaimana seharusnya organisasi memotong
lingkungan eksternal, (2) terus menerus meningkatkan lingkaran tidak konsisten dengan lingkungan
kapabilitas untuk berubah, (3) mengembangkan pembelajaran ini? Organisasi harus merespon dengan
kemampuan belajar secara individual dan kolektif, dan mengadakan perubahan-perubahan disain organisasi
(4) menggunakan hasil belajar untuk mencapai hasil secara signifikan. Pengurangan lapis adalah salah satu
yang lebih baik Jadi, bisa disebut sebuah kamuflase pilihan organisasi. Ditegaskan sekali lagi, yang
adalah jika sebuah organisasi disebut sebagai terpenting bukan terletak setipis apa strukturnya,
organisasi pembelajar, namun tidak berisikan manusia namun asumsi dasar pengelolaan. Manusia harus
yang suka belajar dan senang berubah. ditempatkan pada tempat pertama, sedangkan bentuk
Mengapa organisasi gagal membentuk manusia organisasi hanya wadah penolong manusia bisa
pembelajar? Lingkaran dalam Gambar II menunjukkan berkarya dengan optimal. SDM yang mampu
lingkaran kegagalan ini. Disain organisasi yang hirarkis, mengendalikan dan menilai dirinya sendiri dengan cara
pengendalian dan arus informasi atas-bawah, supervisi diberi tanggung jawab atas pekerjaannya,
yang berfokus pada pengendalian, dan orientasi kerja mengidentifikasi masalah, dan membuat formula untuk
organisasi pada divisi fungsional adalah ciri khas menyelesaikannya. Tujuan ini dipermudah lewat
pengelolaan organisasi yang tidak menempatkan pendekatan tim. Dalam tim, secara bersama-sama setiap
manusianya pada tempat sentral, namun sistem pada individu diberi kesempatan untuk memiliki pekerjaan
tempat penting. Dalam lingkungan organisasi seperti sepaket dengan masalah dan cara menyelesaikannya.
ini, manusia hanya sebagai salah satu komponen dari Sejauh mungkin organisasi mengupayakan agar mau
sistem tersebut. Harusnya manusia adalah pengerak berpindah dari disain organisasi yang mekanistik
sistem. Organisasi yang hirarkis bukan masalah (mechanistic organization) menjadi yang cenderung
“bentuk” saja, namun juga menunjukkan dengan asumsi organik (organic organization), yakni organisasi
apa organisasi tersebut dikelola. dengan didisain lebih fleksibel dan responsif dengan
Disain organisasi seperti ini menyebabkan perubahan lingkungan eksternal (Nelson & Quick,
kontrol yang terlalu kuat terhadap “aktor utama” 1997).
organisasi, yaitu SDM-nya. Mereka seperti ditempatkan Disain organisasi yang baru, akan mendorong
di sangkarnya masing-masing layaknya merpati (pigeon inisiatif SDM yang lebih besar. Mereka distimuli untuk
holing) yang mengerjakan pekerjaan rutin dengan memperoleh wawasan lebih luas yang difasilitasi disain
batasan ruang-ruang yang jelas. Yang terjadi kemudian pekerjaan yang kreatif dan fleksibel. Manajemen SDM
adalah SDM dipaksa inersia secara potensi. Inersia atau penting mengkaitkan dengan program pelatihan agar
kelembaman adalah kondisi SDM yang tidak mau SDM cukup fleksibel mengerjakan tugas-tugas yang
bergerak lagi, karena ruang geraknya yang terlalu variatif. Dukungan pada daur hidup kerja adalah
dibatasi. Kondisi inersia sangat membahayakan bagi dengan meringkas dan mengefektifkan jalur
SDM organisasi, karena pada kondisi ini SDM nampak komunikasi, kerja lintas fungsional dan sinergi, serta
hidup namun sebenarnya kreatifitasnya dimatikan oleh SDM yang didukung potensinya dengan kebijakan

27
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 21-30

terkait dan relevan yang menyangkut layanan kepada memberikan layanan kepada karyawan dengan baik
sumberdaya manusia, yaitu sistem penghargaan, adalah perusahaan yang juga berkemampulabaan baik,
promosi, kesempatan, dan sebagainya. karena baiknya layanan kepada pelanggannya. Selain
Lovelock dan Wirtz (2007) menyebutkan layanan layanan kepada karyawan. kuncinya terletak bagaimana
kepada karyawan dan lingkungan kerja yang baik organisasi mau memperdayakan manusianya agar
berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepuasaan, menjadi SDM yang berkembang optimal potensinya.
komitmen dan loyalitas karyawan dan akan Organisasi seperti ini tidak hanya mempunyai
berpengaruh pada tingkat layanan kepada pelanggan kefleksibelan yang lebih baik, namun juga atmosfir yang
eksternal. Disebutkan lebih lanjut, perusahaan yang kondusif bagi SDM-nya untuk belajar. Disain

Gambar 2
Disain Ulang Organisasional untuk Pembelajaran SDM yang Efektif

28
SUMBERDAYA MANUSIA (SDM) PEMBELAJAR: MENGGAPAI ............... (N.H. Setiadi Wijaya)

organisasi fleksibel yang dimaksudkan tidak belajar pula SDM punya kesempatan untuk dijadikan
menghilangkan birokrasi sama sekali. Birokrasi dalam insan (to be humanized) yang di dalamnya penuh
arti prosedur/sistem adalah hal yang baik.3 Birokrasi potensi yang siap dikembangkan.
dibuat agar aktivitas organisasi rapi, bukan Akhirnya, tren dipenuhinya kantor-kantor di
dimaksudkan mengungkung manusia di dalamnya. kota-kota besar di Indonesia (Bandung, Surabaya, dan
Tanggung jawab karyawan yang fleksibel Medan) oleh pegawai berkewarganegaraan asing
seperti melepaskan mereka dari ruang sempit yang (Sulistyo, 2003) akan dikurangi. Pembentukan manusia
mengungkung. Wawasan mereka lebih luas dan pembelajar pada hakekatnya akan meningkatkan daya
kesempatan belajar juga diperbesar. Organisasi yang saing SDM Indonesia dibanding SDM asing dalam
demikian adalah organisasi yang membentuk para ahli, memperoleh pekerjaan dan kesempatan seimbang
bukan hanya pelaksana. Apabila organisasi berisikan berkarir, terutama di negara sendiri – Indonesia. Dalam
para ahli, maka daya saing meningkat. perspektif lebih luas, pembangunan Indonesia akan
berhasil jika organisasi pembangunnya (institusi
SIMPULAN pemerintah, BUMN, perusahaan swata, dan koperasi)
lebih pintar, cekatan, dan peka.
Peran organisasi dalam menciptakan lingkungan
kondusif untuk membentuk SDM pembelajar tidak
mudah. Perlu perombakan asumsi pengelolaan
organisasi yang cukup signifikan. Organisasi harus DAFTAR PUSTAKA
menciptakan lingkungan yang mendukung
pembentukan SDM pembelajar. Perombakan disain —. ?. “ACCESS dan Pembelajaran yang Berkelanjutan.”
organisasi tidak akan berjalan jika tidak ada dukungan www.access-indo.or.id.
budaya yang pas dengan nilai-nilai pentingnya belajar
secara berkelanjutan. Pemimpin punya peran sentral, —. 1995 (Maret). The learning organization. Chief Ex-
tidak hanya harus mempunyai komitmen yang tinggi, ecutive, 101, 57-64.
namun juga sebagai panutan. Seorang pemimpin harus
menjadi contoh dengan menjadikan dirinya seorang —. 2003 (Oktober). “Sebuah Alternatif: Organisasi
pembelajar. Pembelajar.” www.pikiran rakyat.com.
Belajar adalah sarana yang baik untuk berubah
(Chattell, 2005; Tushman & O’Reilly, 1997; Winardi, Abeng, Tanri. 1997. Dari Meja Tanri Abeng: Gagasan,
2006) SDM yang suka belajar tidak hanya mampu Wawasan, Terapan, dan Renungan. Jakarta:
melihat lebih dalam apa yang nampak di permukaan. Pustaka Sinar Harapan.
Pekerjaan bukan hanya segala sesuatu yang nampak,
namun menyangkut “jiwa” dari pekerjaan. Seluruh Baldwin, Timothty T., Camden Danielson; & William
anggota organisasi harus memaknai pekerjaan yang Wiggenhorn. 1997 (November). “The evolution
dilakukan. Dengan memaknai pekerjaanya SDM akan of learning strategies in organization: from em-
mampu mengalami proses belajar yang lebih, ployee development to business redefinition.”
dibandingkan mereka yang hanya melakukan pekerjaan Academy of Management Executive, 11 (4), 47-
tanpa memahami makna dari pekerjaan tersebut. Dengan 58.

3
Penulis mengkontraskan istilah “birokrasi” dan “birokratis”. Birokrasi dalam arti prosedur/sistem adalah sesuatu yang baik,
karena menjamin aktivitas terkoordinasi. Sedangkan birokratis adalah asumsi manajemen “kalau bisa dipersulit, mengapa
dipermudah”. Birokratis cenderung berkonotasi buruk. Terdapatnya birokratis kuat dalam organisasi disebabkan karena
penguasaan informasi oleh bagian tertentu atau oleh level atas. Penyebab lain, karena ada orang/bagian tertentu yang ingin
mempertahankan kekuasaannya dengan cara mempertahankan level birokratis yang tinggi.

29
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 21-30

Bowen, David E. & Edward E III Lawyer. 1995. “Em- Pane, Farina. 1995 (April). “Learning organization:
powering service employee.” Sloan Manage- respon terhadap tuntutan kompetisi global.”
ment Review, 36 (4), 73-84. Jurnal Akuntansi & Manajemen, l5-12.

Chattell, Alf. 1995. Managing for The Future. London: Redman, Tom & Adrian Wilkinson. 2002. The Informed
MacMillan Press Ltd. Student Guide to Human Resource Manage-
ment. London: Thomson Learning.
Dunham, Randall B.; Jean A. Grube; dan, Maria B.
Castaneda. 1994. “Organizational commitment: Robbins, Stephen P. 2001. Organizational Behavior.
the utility of an integrative definition.” Journal Ninth Edition. New Jersey: Prentice Hall Inter-
of Applied Psychology, 79 (3), 370-380. national. Inc.
Garvin, David A. 1994 (Januari). “Building a learning Schein, Edgar H. 1996. “Three cultures of management:
organization.” Business Credit, 96 (1), 19-28. the key to organizational learning.” Sloan Man-
agement Review, 38 (1), 9-20.
Gibson, James L., John M. Ivancevich, & James H.
Donnelly, Jr. 2000. Organizations: Behavior, Stein, Robert G. & Gifford Pinchot. 1995 (November).
Structure, Process. Boston: McGraw-Hill, Inc. Building an intelligent organization. Associa-
tion Management, 47 (11), 32-39.
Gibson, James L., John M. Ivancevich, James H.
Donnelly, Jr., & Robert Kanopaske. 2006. Orga- Sudarusman, Eka. 2004 (Agustus). “Pemberdayaan
nizations: Behavior, Structure, Process. Bos- Sebuah Usaha Memotivasi Karyawan.” Fokus
ton: McGraw-Hill, Inc. Ekonomi, 3 (2).
Gordon, Jack. 1989 (September). “In search of…lifelong
Sulistyo, Otte. Juli 2003. “Manajemen Produktivitas
learning.” Training, 26 (9), 25-34.
Indonesia, Masihkah Punya Visi?” www.pikiran-
rakyat.com.
Jogiyanto, H.M. 2006. Filosofi, Pendekatan, dan
Penerapan Pembelajaran Metode Kasus
Tushman, Michael & Charles A. O’Reilly III. 1997. Win-
untuk Dosen dan Mahasiswa. Yogyakarta:
ning Through Innovation: A Practical Guide
Penerbit Andi.
To Leading Organizational Change and Re-
Kristanto, Heru. 1995 (April). “Peningkatan newal. Boston: Harvard Business School Press.
produktivitas sumberdaya manusia nasional
melalui aspek budaya.” Jurnal Akuntansi & Winardi. 2006. Manajemen Perubahan (Management
Manajemen, 70-77. of Change). Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Lovelock, Christopher & Jochen Wirtz. 2007. Service
Marketing: People, Technology, Strategy. Six Zimmener, Linda Williams & Cindy Scarborough. 1998.
Edition. USA: Pearson Prentice Hall. Essential of Entrepreneurship and Small Busi-
ness Management. New Jersey: Prentice Hall
Luthans, Fred. 1995. Organizational Behavior. Sev- Inc.
enth Edition. Boston: McGraw-Hill, Inc.

Nelson, Debra L. & James Campbell Quick. 1996. Orga-


nizational Behavior: Fundation, Realities, and
Challenge. Second Edition. Minneapolis/St.
Paul: West Publising Company.

30
ISSN: 1978-3116
PENGARUH BLOK-BLOK PERDAGANGAN BEBAS REGIONAL TERHADAP ............... (Sarwoko)
Vol. 3, No. 1, Maret 2009
Hal. 31-39 JURNA L
EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

PENGARUH BLOK-BLOK PERDAGANGAN BEBAS REGIONAL


TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INDONESIA:
MENGGUNAKAN MODEL GRAVITASI, TAHUN 2003-2007

Sarwoko
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi BBANK Yogyakarta
Jalan Magelang KM 8 Nomor 10C, Jombor Yogyakarta 55284
Telepon +62 274 564933, Fax. +62 274 564933
E-mail: sarwtty@yahoo.co.id

ABSTRACT yang disebut dengan Free Trade Area (FTA) (Garry


C.Hufbauer and YeeWong, 2005) dan (Fatmawati, 2008,
This research used gravity equation model to see the 115-126). FTA dapat diartikan sebagai free trade area
impact of regional trade blocks, AFTA and APEC, on atau free trade agreement atau free trade arrange-
the non-oil and gas bilateral trade between Indonesia ment. FTA merupakan kesepakatan untuk
and the main trading partner countries with using menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan, tar-
pooled data 2003-2007. After accounting for economic iff dan non-tariff, dan tidak boleh mengecualikan sektor
measurements and distances between Indonesia and tertentu dari liberalisasi. Dasar FTA adalah “preferen-
the main partners, the estimate results show that the tial” sedangkan WTO berdasarkan “Most Favoured
preferential trade agreements for both AFTA and APEC Nations”. FTA sah dan diakui oleh WTO di bawah
have statistically significant effects on the non-oil and artikel 5 GATT dan artikel 24 WTO (Direktorat PI, 2007).
gas bilateral trade and export from Indonesia to the Menurut Direktorat PI (2007), Free Trade Area
pair countries besides most economic measurements didefinisikan sebagai beberapa negara yang saling
and distances. berdekatan yang sepakat untuk mengadakan
perdagangan bebas di antara mereka. Sementara Free
Keywords: gravity equation, regional trade blocks, Trade Agreement didefiniskan sebagai suatu usaha dari
AFTA, APEC dua negara atau lebih dalam mengurangi dan
menghilangkan batas-batas perdagangan di antara
negara-negara anggota blok perdagangan, untuk
menciptakan kepastian dalam akses pasar, mengadakan
PENDAHULUAN kerjasama ekonomi dan pembangunan, serta
memfasilitasi investasi. Pada akhir dekade ini, sejumlah
Liberalisasi perdagangan sudah menjadi fenomena besar negara mempunyai minat yang besar untuk
dunia, apalagi setelah runtuhnya sistem sosialis yang membentuk FTA baik secara bilateral maupun regional,
nyaris tidak dapat dihindari oleh setiap negara sebagai karena ketakutan akan dampak hilangnya pasar ekspor
anggota masyarakat dunia. Pertemuan Tingkat Menteri yang sebelumnya mereka miliki yang diambil alih oleh
WTO di Seattle pada tahun 1999 yang kurang berhasil mitra negara yang menjadi anggota FTA itu.
dan buntunya perkembangan perundingan WTO Perkembangan blok-blok perdagangan bebas
termasuk gagalnya pertemuan di putaran Doha pada regional, termasuk di dalamnya persetujuan-
tahun 2001, telah mendorong beberapa negara persetujuan perdagangan bebas atau free trade agree-
membentuk blok-blok perdagangan bebas regional ments (FTAs) dan penyeragaman aturan-aturan

31
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 31-39

kepabeanan mengalami peningkatkan yang sangat Sejak tahun 1976, Indonesia telah memiliki mitra
pesat, terutama pada tahun 2007. Jumlah blok-blok dagang dengan negara-negara yang tergabung dalam
perdagangan bebas regional menjadi 194 buah. organisasi ASEAN karena salah satu tujuan didirikan
Sebelumnya perkembangan ini tidak begitu kuat, karena organisasi itu adalah mempercepat pertumbuhan
sampai dengan tahun 1990 baru sebanyak 25 buah, ekonomi, kemajuan sosial, serta pengembangan
kemudian sampai dengan tahun 2000 baru mencapai kebudayaan di kawasan ini melalui usaha bersama dalam
rekor 91 buah blok perdagangan regional (Shujiro Urata semangat kesamaan dan persahabatan untuk
and Misa Okabe, 2007). Adanya blok-blok perdagangan memperkokoh landasan sebuah masyarakat bangsa-
bebas regional ini, banyak pihak dapat diuntungkan bangsa Asia Tenggara yang sejahtera dan damai (Deplu
karena akan tercipta trade creation maupun trade di- RI, 2007). Untuk memperkuat dan mempercepat
version. Trade creation adalah terciptanya transaksi terciptanya intergrasi ekonomi di kawasan ini, pada
dagang di antara anggota FTA, yang sebelumnya tidak tahun 1992, negara-negara ASEAN bersepakat
pernah terjadi, akibat adanya berbagai insentif setelah mengambil bagian dan mendirikan Kawasan
terbentuknya FTA. Trade diversion terjadi akibat Perdagangan Bebas ASEAN (Asean Free Trade Area -
insentif penurunan tarif, seperti adanya peralihan impor AFTA) yang pembentukannya berlangsung selama 10
komoditi tertentu dari satu negara ke negara lainnya tahun.
karena adanya kesepakatan FTA yang menerapkan Untuk mengawasi, mengkoordinasikan, dan
impor tarif yang lebih rendah atau bahkan 0%. Manfaat mengkaji pelaksanaan program menuju terbentuknya
trade creation jauh lebih besar daripada trade diver- AFTA maka dibentuklah lembaga setingkat menteri. Isi
sion (Direktorat PI, 2008). persetujuan berupa kerangka dalam meningkatkan
Beberapa negara menyatakan memperoleh kerjasama ekonomi ASEAN (Framework Agreement
dampak ekonomi yang positif setelah melakukan FTA. on Exchanging ASEAN Economic Coorporation-
Bagi negara-negara di Asia Timur, FTA memberikan FAEAEC) yang ditandatangani presiden dan perdana
dampak positip dari sudut ekonomi dan non-ekonomi. menteri tiap-tiap negara ASEAN pada 27-28 Januari
Dampak positip dari sudut ekonomi adalah adanya 1992. Persetujuan ini kemudian menjadi payung dari
pertumbuhan ekonomi, meningkatnya akses pasar, seluruh kerangka kerjasama ekonomi ASEAN.
meningkatnya perdagangan dan liberalisasi FDI, serta Sementara, perjanjian khusus mengenai pembentukkan
reformasi kebijakan domestik. Berdasarkan sudut non- AFTA yakni Basic Agreement on the Common Effec-
ekonomi dampak positipnya adalah adanya stabilitas tive Prefential Tariff (CEPT Scheme Towards the AFTA
ekonomi dan politik serta adanya saling pengertian ) ditandatangani oleh para menteri yang bergerak di
yang mendalam di antara negara anggota FTA. Boleh sektor perdagangan dan perindustrian (HR.Halmawi,
dikatakan blok-blok perdagangan bilateral maupun re- 2005).
gional merupakan langkah awal dari perdagangan Kesepakatan tersebut dapat dicapai karena
bebas multilateral sesuai yang dikehendaki oleh forum sebagai suatu organisasi yang memang mempunyai
World Trade Organization (WTO). perhatian pada peningkatan kesejahteraan dan standar
FTA membawa dampak perluasan perdagangan hidup dan ekonomi, ASEAN berkepentingan untuk
dunia karena FTA bertujuan menghilangkan hambatan- meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan
hambatan perdagangan dan meningkatkan ekonomi, kemajuan sosial dan perkembangan
perdagangan di antara mitra dagang di dalamnya. kebudayaan melalui usaha bersama bagi masyarakat
Diharapkan dengan FTA arus ekspor barang dan jasa Asia Tenggara yang makmur dan damai dan
serta Penanaman Investasi Luar Negeri Langsung (For- meningkatkan cara kerja yang lebih efektif untuk
eign Direct Investment/FDI) dapat ditingkatkan. mencapai daya guna yang lebih besar dalam bidang
Dengan demikian, boleh dikatakan bahwa forum FTA pertanian, industri dan perdagangan internasional
adalah forum yang dapat digunakan oleh para untuk mempertinggi taraf hidup rakyat. Pelaksanaan
anggotanya untuk mempromosikan ekspor produk dan AFTA dimulai tahun 2003 setelah kesepakatan-
jasa di antara para anggota FTA itu. kesepakatan yang terdapat di dalam perjanjian CEPT
itu ditetapkan bersama.

32
PENGARUH BLOK-BLOK PERDAGANGAN BEBAS REGIONAL TERHADAP ............... (Sarwoko)

Di samping menjadi anggota AFTA, Indonesia Indonesia dengan negara-negara mitra dagang utama
juga telah bergabung dengan organisasi semacam itu digunakan variabel perdagangan bilateral (ekspor +
di tingkat kawasan Asia dan Pasifik, yaitu Asean Pasific impor non-migas) sebagai variabel terikat. Untuk vari-
Economic Conference (APEC). APEC terbentuk dalam able-variabel penjelas (bebas) adalah GPD negara
Konferensi Canberra 5-7 November 1989. Hadir dalam ekspor maupun negara utama tujuan ekspor, GDP per
konferensi ini adalah menlu dan menteri ekonomi 12 kapita baik negara ekspor maupun negara utama tujuan
negara, yaitu Brunei Darussalam, AS, Indonesia, ekspor, dan jarak geografis antara negara ekspor dan
Kanada, Malaysia, Jepang, Filipina, Korea Selatan, negara-negara impor.
Singapura, Selandia Baru, Thailand, dan Autralia. Dalam penelitian ini digunakan data sekunder,
Sampai dengan tahun 1994, anggota APEC bertambah data pool antara tahun 2003-2007 meliputi 12 (dua belas)
menjadi 18 negara. Negara-negara yang baru bergabung negara mitra dagang Indonesia. Selama kurun waktu
adalah RRC, Hongkong, Taiwan, Papua Nugini, dan tiga tahun, 2005-2007 negara-negara mitra dagang utama
Meksiko. Anggota baru terakhir adalah Chili (Kompas, Indonesia relatif tetap, yaitu Jepang, Amerika,
November 1996). Penelitian ini ingin mengupas Singapore, China, India, Malasia, Korea Selatan,
pengaruh blok-blok perdagangan bebas regional AFTA Belanda, Thailand, Taiwan, Hongkong, dan Jerman.
dan APEC terhadap perdagangan bilateral non-migas Data ekspor-impor Indonesia diperoleh dari Ditjen Bea
antara Indonesia dengan negara-negara mitra dagang dan Cukai, Produk Domestik Bruto (PDB) dan PDB per
utama dengan menggunakan model persamaan kapita Indonesia diperoleh dari BPS, Gross Domestic
gravitasi. Product dan GDP per kapita negara-negara mitra
dagang utama diperoleh dari World Bank, sebagian
MATERI DAN METODE PENELITIAN diperoleh dari IMF. Jarak georafis Indonesia dengan
negara-negara mitra dagang diukur atau dihitung dari
Prinsip dasar model gravitasi dalam perdagangan ibukota negara Indonesia dengan ibukota-ibukota
internasional meminjam teori gravitasi dalam fisika yang negara mitra sebagai pusat-pusat perekonomian negara
dikenal dengan hukum gravitasi Newton. Sebuah arus dengan menggunakan great cyrcle distances (http//
digambarkan sebagai hasil dari kekuatan gaya tarik- www.cepii.fr/anglaisqraph/bdd/distances.htm) atau
menarik antara dua buah obyek. Kekuatan gaya tarik (www.macalester.edu/research/economics/page/
menarik ini secara positif tergantung kepada jumlah haveman/traderesources/tradedata.html). Ukuran ini
massa yang dihasilkan oleh dua objek tersebut dan mengasumsikan bahwa jarak laut, darat, dan udara
secara negatif tergantung kepada jarak antara kedua dianggap sama.
obyek itu. Dalam konteks aliran perdagangan Newton menemukan hukum Gravitasi pada
internasional, kedua obyek itu adalah ekspor dan impor tahun 1687. Menurut Newton, kekuatan gaya tarik-
antarnegara. Massa antarnegara adalah ukuran menarik dari dua buah obyek tergantung secara
ekonomi negara masing-masing yang dianggap dapat langsung oleh massa dari dua objek tersebut dan secara
menghasilkan aliran-aliran potensi perdagangan tidak langsung dari jarak antara dua obyek tersebut.
internasional. Semakin besar ukuran ekonomi (GDP) Persamaan gravitasi dinyatakan sebagai:
negara-negara mitra, semakin besar pula aliran
perdagangan negara-negara itu. Namun demikian, jarak Mi Mj
menjadi hambatan perdagangan internasional. Semakin Fij = G .................................................(1)
jauh jarak antarnegara mitra dagang, semakin besar pula D2ij
biaya transpor dan biaya-biaya lain yang bersangkutan
dengan pengiriman barang. Dengan demikian, semakin keterangan:
kecil kemungkinan terjadinya perdagangan bilateral. Fij adalah kekuatan gaya tarik-manarik
Jadi jarak dapat dipakai sebagai proxy terhadap biaya Mi dan Mj adalah massa
transpor. D2ij adalah jarak antara dua objek itu
Menggunakan pendekatan induksi dalam G adalah konstanta gravitasi
merumuskan spesifikasi persamaan gravitasi antara

33
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 31-39

Jan Timbergen (1962) menggunakan analogi persamaan Estimasi model gravitasi dalam penelitian
hukum gravitasi dari Newton untuk menganalisis aliran perdagangan bilateral antara Indonesia dengan negara-
perdagangan internasional. Sejak itu persamaan hukum negara mitra dagang utama menggunakan pendekatan
gravitasi dapat diaplikasikan terhadap apa yang dapat induksi. Untuk merumuskan spesifikasi persamaan
disebut sebagai “social interactions”, termasuk gravitasi antara Indonesia dengan negara-negara mitra
migrasi, pariwisata, dan investasi asing langsung. dagang utama digunakan variabel perdagangan bilat-
Hukum gravitasi untuk interaksi sosial dapat eral (ekspor + impor non-migas) sebagai variabel terikat;
diformulasikan sebagai berikut: untuk -variabel penjelas (bebas) adalah GPD negara
ekspor Indonesia, GDP negara-negara tujuan ekspor
Mαi Mβj (pengimpor), dan GDP per kapita baik negara ekspor
Fij = G .................................................(2) maupun negara-negara pengimpor, jarak geografis
Dθij negara Indonesia dengan negara-negara tujuan ekspor,
dua buah variabel boneka (dummy variables), yaitu
Keterangan: keanggotaan negara Indonesia maupun negara-negara
Fij adalah “aliran” dari titik asal i menuju titik tujuan mitra dagang ke dalam NAFTA dan APEC.
j. Kemungkinan lain, Fij menunjukkan volume total Penambahan variabel GDP per kapita secara
interaksi antara i dan j (jumlah aliran dari kedua arah: terpisah adalah menunjukkan suatu tingkat
£ ij = Fij + Fji) pembangunan. Apabila sebuah negara berkembang
Mi dan Mj adalah ukuran- dari dua lokasi itu. Jika F maju, permintaan konsumen (masyarakat) negara itu
diukur sebagai aliran uang (misalnya ekspor), maka cenderung kepada berbagai barang luar negeri yang
M biasanya Gross Domestic Product (GDP) atau eksotik.yang dianggap barang-barang yang lebih su-
Gross National Product (GNP) dari tiap-tiap lokasi. perior. Kecuali itu, GDP per kapita ini juga dapat
Jika F merupakan aliran orang, maka M adalah dianggap mewakili infrastruktur transportasi sebuah
populasi-populasi kedua lokasi. negara. Pada negara-negara yang penduduknya
Dij adalah jarak antara kedua lokasi itu. memiliki perdapatan per kapita yang tinggi, sarana dan
prasarana transportasi perdagangan dari negara yang
Spesifikasi model Gravitasi yang bersangkutan sudah lebih lengkap dan maju (Rahman,
dipersembahkan oleh Bergstrand (1985) ditunjukkan 2004). Dengan demikian, spesifikasi model gravitasi
pada persamaan 3. Persamaan tersebut menggambarkan dalam penelitian perdagangan bilateral antara Indone-
volume ekspor antara dua mitra dagang sebagai fungsi sia dengan negara-negara mitra dagang memiliki fungsi
dari PDB atau Gross Domestic Product (GDP) negara dan persamaan gravitasi sebagai berikut:
tersebut dan jarak di antara keduanya.
Trdij,t = αo(GDPi,t )β1(GDPj,t )β2(Yit)β3 (Yjt)β4(Dist ij )β5
PXij,t = αo(Yi,t ) (Yj,t ) (Dij ) (Aij ) ζij ………………(3)
β1 β2 β3 β4
D1β6 D2β7 εij ...............................................… (4)

keterangan: Bentuk fungsi di atas apabila diubah dalam bentuk


PXij,t menggambarkan volume ekspor dari negara i persamaan memiliki persamaan dengan model logaritma,
ke negara j, pada waktu t sebagai berikut:
Yi,t menggambarkan GDP negara i, pada waktu t
Yj,t menggambarkan GDP negara j, pada waktu t LogTrd = β0+ β1log GDPi + β2log GDP
Dij menggambarkan jarak geografis (dalam mil)
antara negara i dengan negara j + β3log yi + β4log yp + β5log Dist
A ij menggambarkan faktor-faktor yang dapat + β6D1 + β7D2 + eij ……………… (5)
mempengaruhi perdagangan bilateral antara negara
i dengan negara j. keterangan:
Trd = nilai perdagangan (ekspor + impor non-migas)
bilateral antara Indonesia dengan negara-

34
PENGARUH BLOK-BLOK PERDAGANGAN BEBAS REGIONAL TERHADAP ............... (Sarwoko)

negara patner dagang. ments (FTAs) serta penyatuan-penyatuan mata uang


Eks = nilai ekspor non migas dari Indonesia ke (currency unions). Tinbergen, orang pertama yang
negara-negara mitra dagang mencoba meneliti efek FTA terhadap perdagangan
GDPi= produk domestik bruto negara Indonesia internasional dan mampu menemukan dampak-dampak
GDPp= produk domestik bruto negara-negara mitra yang positif dan signifikan di antara anggota-anggota
dagang persemakmuran Inggris (the British Commonwealth)
yi = produk domestik bruto per kapita negara In- namun tidak signifikan bagi FTA Benelux.
donesia Linneman mengikuti jejak Tinbergern. Penelitian
yp = produk domestik bruto per kapita negara- aliran perdagangan internasional tahun 1966
negara mitra dagang menggunakan pendekatan Model Gravitasi dalam
Dist = jarak km. antara Indonesia dan negara-negara menjelaskan aktivitas perdagangan antarbangsa-
mitra dagang bangsa. Timbergen mempelajari pola perdagangan
D1 = variabel boneka keanggotaan di dalam AFTA, antarbangsa dengan menggunakan sampel sebanyak
1 untuk anggota AFTA dan 0 untuk bukan 80 negara bangsa. Sebagai -variabel independen adalah
anggota AFTA GNP (penghasilan), jarak, variabel preferensi-preferensi
D2 = variabel boneka keanggotaan APEC, 1 untuk dagang, dan FTAs (perlakuan istimewa dalam
anggota APEC dan 0 untuk bukan anggota perdagangan). Preferensi dagang dibedakan antara
APEC preferensi dagang di tiga area (bekas koloni)- Inggris,
e/ì = variabel error distribution Perancis, dan Portugis/Belgia. Linneman menjalankan
regresi terpisah antara ekspor dan impor dan
Model gravitasi telah banyak diaplikasikan menemukan hubungan yang sangat signifikan antara
secara luas dalam menganalisis arus perdagangan volume ekspor/impor antara negara-negara yang
internasional bilateral antarnegara lebih daripada empat ditelitinya. Berdasarkan semua variabel independen
dekade. Tinbergen (1962) dan Pöyhönen (1963) adalah GNP, populasi memiliki kekuatan yang terbesar dalam
pioneer-pioneer awal dalam mengaplikasikan model menjelaskan fluktuasi volume perdagangan
gravitasi untuk mempelajari arus perdagangan antarnegara-negara itu. Variabel-variabel sisanya,
internasional. Sejak itu banyak analisis-analisis empiris kendatipun signifikan, kurang memberikan sumbangan
yang menggunakan model tersebut telah dilakukan yang berarti dalam menjelaskan hubungan dagang itu.
untuk memberikan berbagai verifikasi-verifikasi dan Lebih lanjut untuk mengurangi kelemahan dalam
implikasi-implikasi perdagangan internasional. Sejak modelnya, Linneman menambah satu independen,
tahun 1980an dasar-dasar teoritis dari model gravitasi yakni komposisi produk dagang dari negara-negara itu.
telah tersedia di dalam kerangka teori perdagangan Linneman menegaskan bahwa produk-produk yang
internasional berdasarkan imperfect substitutes, in- berbeda memdorong perdagangan antarbangsa-
creasing return to scale, dan product differentiations bangsa itu dan produk-produk yang homogen
pada tingkat perusahaan. Sejak tahun 1990an, model menghambat perdagangan. Linneman juga
gravitasi banyak menarik perhatian dalam menganalisis menggunakan “jarak spikis” dalam modelnya dan
perdagangan internasional sebagai hasil dari menyatakan bahwa latar belakang budaya yang sama
pembaharuan minat terhadap ekonomi geografi, dengan akan mendukung saling pengertian antarnegara-negara,
menganggap lokasi geografis dan semacam lain dari dan karena negara-negara ini memiliki rasa budaya yang
‘jarak’ sebagai suatu faktor penting dari kegiatan- sama, produksi akan cenderung menjadi barang-barang
kegiatan ekonomi. yang oleh kedua bangsa akan dianggap berharga dan
Persamaan gravitasi merupakan sebuah lebih lanjut mendorong perdagangan. Pada tahun
metodologi yang popular untuk mempelajari akibat- 1970an dan 1980an beberapa penelitian menganalisis
akibat dari sistem perdagangan internasional, seperti dampak-dampak dari skema-skema dan blok-blok
Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Or- perdagangan regional, seperti EEC (European
ganization (WTO) dan Persetujuan-Persetujuan Economiy Community), EFTA (European Free Trade
Perdagangan Bebas Regional atau Free Trade Agree- Association), LAFTA (Latin America Free Trade Agree-

35
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 31-39

ment) (Aitken (1973) serta Brada dan Mendez (1983). Achay L. (2006) melakukan penelitian tentang
Untuk mendapatkan dampak-dampak FTAs terhadap faktor-faktor penentu aliran perdagangan pada berbagai
arus perdagangan, mereka menambahkan sebuah negara di dunia. Achay menggunakan model
variabel, dengan memasukkan angka 1 (satu) bagi persamaan gravitasi terhadap sampel sebanyak 146
negara-negara mitra dagang yang menjadi anggota FTA negara dengan sub-periode lima tahun antara tahun
dan 0 (nol) bagi bagi negara-negara mitra dagang yang 1970-2000. Model tersebut menggunakan variabel-
bukan anggota ke dalam model persamaan gravitasi. variabel GDP, jarak, dan kesepakatan integrasi dagang
Sejak itu, metode variabel dummy ini telah banyak regional. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
digunakan dalam penelitian-penelitian dengan model estimasi terhadap semua koefisien adalah signifikan
gravitasi itu. dan arah dari koefisien-koefisien itu sesuai dengan arah
Berdasarkan perkembangan FTA yang begitu yang diharapkan teori. Koefisien determinasi (R2) cukup
cepat sejak tahun 1990an, sejumlah penelitian telah besar, yakni sebesar 71%. Achay L. juga menemukan
dilakukan untuk mengetahui pengaruh FTA dengan bahwa GDP, GDP per kapita, batas negara, bahasa
model persamaan gravitasi. Frankel, Stain, and Wei umum, dan mata uang umum memiliki pengaruh positif
(1995) dan Frankel (1997) mempelajari pengaruh FTA- terhadap volume perdagangan bilateral. Di lain pihak,
FTA utama seperti, EU, NAFTA, MERCUSOR, dan jarak geografis memiliki pengaruh negatif terhadap
AFTA. Solaga dan Winters (2000) mencoba meneliti volume perdagangan tersebut. Rahman (2004)
dampak trade creation dan trade diversion dua jalan menggunakan model gravitasi untuk menganalisis aliran
pada FTA-FTA multilateral utama. Mereka menemukan dagang negara Bangladesh dengan negara-negara mitra
dampak positif dan signifikan terhadap trade creation dagang menggunakan teknik-teknik estimasi data panel.
dari FTA-FTA di negara-negara Amerika Latin dan juga Rahman mengestimasi persamaan-persamaan model
menemukan dampak signifikan terhadap trade diver- gravitasi untuk ekspor dan impor antara Bangladesh
sion untuk kasus di EU dan EFTA. Endoh (1999) meneliti dengan negara-negara mitra. Hasil penelitian
dampak trade creations dan trade diversions pada EEC, menunjukkan bahwa perdagangan Bangladesh
LAFTA, Council of Mutual Economic Assistance dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ukuran ekonomi,
(CMEA), dan COMECON dan menemukan dampak GNP per kapita masing-masing negara yang terlibat,
FTA-FTA ini walaupun menurut pengamatannya dan keterbukaan ekonomi Bangladesh. Faktor penentu
dampak tersebut berkurang pada tahun 1990an. utama ekspor Bangladesh adalah nilai tukar mata uang,
Berbagai hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa total permintaan impor negara-negara mitra, dan
hasil estimasi terhadap dampak dari FTA-FTA tersebut keterbukaan ekonomi Bangladesh. Semua faktor ini
pada arus perdagangan menggunakan model gravitasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap ekspor
tidak seragam, tetapi campur. Bangladesh. Sementara, biaya transportasi
Dengan memperhatikan penyempurnaan berpengaruh signifikan dan negatif terhadap
terhadap metode estimasi, Baier dan Bergstrand (2002) perdagangan Bangladesh.
memperlakukan variabel-variabel dummy dari FTA Koo, Kennedy, and Skipnitchenko (2006)
sebagai variabel-variabel endogenous dan mereka demikian juga Shujiro Urata dan Misa Okabe (2007)
menunjukkan bahwa dampak dari FTA-FTA terhadap menggunakan model Gravitasi untuk menganalisis
arus perdagangan adalah lipat kali empat. Carrere (2003) effek-effek Persetujuan Perdagangan Regional (Re-
menggunakan spesifikasi dari Baier dan Bergstrand gional Trading Agreements, RTA) termasuk di
untuk analisis-analisis data panel, dan hasilnya dalamnya Persetujuan Perdagangan Bebas (Free Trade
menunjukkan bahwa FTA-FTA menghasilkan suatu Agreements, FTA) terhadap aliran-aliran perdagangan
kenaikan dalam perdagangan berbeda dengan hasil- antarnegara yang mereka teliti. RTA-RTA yang
hasil sebelumnya. Chen dan Tsai (2005) membangun dianalisis adalah AFTA (Asian Free Trade Agreement),
suatu model gravitasi yang dimodifikasi dan CAN (Andean Community), the EU (European Union)
membandingkan hasil-hasil dengan menggunakan data dan NAFTA (North Atlantic Free Trade Agreement).
panel. Mereka menemukan bahwa nilai-nilai estimasi Koo, Kennedy, dan Skipnitchenko mempelajari ekspor-
berbeda-beda di antara FTA-FTA yang berbeda. impor produk-produk hasil pertanian. Di samping

36
PENGARUH BLOK-BLOK PERDAGANGAN BEBAS REGIONAL TERHADAP ............... (Sarwoko)

menggunakan variabel RTA, Koo, Kennedy, dan meningkat sehingga akan mengurangi ekspor.
Skipnitchenko menggunakan variabel standar dalam Keanggotaan Indonesia dalam organisasi perdagangan
model Gravitasi. Mereka menemukan bahwa semua bebas regional baik AFTA maupun APEC bersama
RTA secara positif dan signifikan mempengaruhi negara-negara mitra dagang utama adalah signifikan
kenaikan volume perdagangan antarnegara anggota masing-masing pada level signifikan, á = 20 % dan á =
dalam blok perdagangan masing-masing. Temuan yang 1%.
lebih menarik adalah bahwa RTA menciptakan trade
creation effect dan trade diversion effect. Hal ini Tabel 1
menunjukkan bahwa tidak terdapat barang-barang Hasil Regresi dengan OLS untuk
subtitusi di antara barang-barang yang Model Gravitasi Persamaan (5)
diperdagangkan.
L Trade
HASIL PENELITIAN Penjelas Koefisien Std.error Statistik-t
Konstanta -14,49961 20,50662 -0,707070
Regresi OLS dengan data pool untuk persamaan- LGDP neg-impor 0,704257 0,040941 17,20191
LGDP neg-impor/kapita 0,039427 0,024075 1,637707
persamaan gravitasi (5) ditunjukkan dalam Tabel 1.
LGDP neg-ekspor 4,093610 4,407978 0,928682
Kinerja secara keseluruhan dari model itu nampaknya LGDP neg-ekspor/kapita -3,861091 4,761107 -0,810965
cukup bagus karena ¯R2 adjusted nilainya 0.894. Hal Ldist (jarak) -0,774346 0,101469 -7,631322
ini menunjukkan bahwa model gravitasi tersebut cukup D1/AFTA 0,142343 0,088512 1,608174
efisien dalam menjelaskan hubungan perdagangan bi- D2/APEC 0,476127 0,117237 4,061221
lateral antara Indonesia dengan 12 negara mitra dagang Jumlah Sampel 60
utama sejak tahun 2003-2007. Berdasarkan uji spesifikasi R2 0,906955
dari Ramsey menunjukkan bahwa Ho yang menyatakan R2 (Adjusted) 0,894429
tidak ada perbedaan antara variabel tambahan tidak F 72,40951
dapat ditolak (tidak signifikan) pada level signifikan, á Jarque-Bera 2,603711
= 1%, F2,50 = 3,23. Simpulannya tidak terdapat kesalahan Ramsey test 1,039
spesifikasi. Hasil-hasil yang sama juga ditunjukkan oleh Kriteria Akaike -0,017289
Kriteria Schwarz 0,261957
kriteria Akaike dan kriteria Schwarz. Kriteria-kriteria
yang lebih kecil cenderung memilih model yang
bersangkutan. Berdasarkan uji normalitas terhadap PEMBAHASAN
distribusi residual menunjukkan bahwa hipotesis nol
yang menyatakan bahwa E(e) = 0 tidak dapat ditolak Secara umum, koefisien-koefisien hasil regresi dengan
pada level signifikan, á = 1%, Chi-SQ (df.2) = 9,21. OLS untuk perdagangan bilateral dengan model
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa distribusi gravitasi ini sesuai dengan harapan teori. Apabila GDP
residual mengikuti pola distribusi normal. negara-negara penerima ekspor Indonesia (negara-
Uji parameter secara individual menunjukkan negara pengimpor) baik total maupun per kapita naik
bahwa GDP negara-negara pengimpor arahnya positif masing-masing 1%, maka volume perdagangan bilat-
dan signifikan pada level signifikan, á = 1%, sementara eral masing-masing naik 0,70% dan 0,04%. Untuk
GDP per kapita negara-negara pengimpor signifikan persamaan ekspor, apabila GDP negara-negara penerima
pada level, á = 20%; jarak (km) antara Indonesia dengan ekspor Indonesia (pengimpor) baik total maupun per
negara-negara mitra dagang utama arahnya negatif dan kapita naik masing-masing 1%, maka volume ekspor
signifikan pada level signifikan, á = 1%; untuk masing-masing naik 0,69% dan 0,11%. Berdasarkan
spesifikasi ini GDP negara ekspor (Indonesia) baik to- angka-angka tersebut, nampak pola perdagangan bi-
tal maupun per kapita tidak signifikan. Bahkan, pada lateral lebih responsif terhadap perubahan-perubahan
log GDP per kapita arahnya negatif, ini bisa berarti GDP total daripada GDP per kapita dari negara-negara
bahwa apabila terjadi kenaikan tingkat penghasilan per penerima ekspor. Jarak dan keanggotaan Indonesia
kapita, konsumsi terhadap barang-barang dalam negeri dalam organisasi perdagangan bebas regional

37
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 31-39

berpengaruh kuat terhadap total perdagangan bilat- Agreements, “ American Economic Association
eral Indonesia. annual meeting.

SIMPULAN Carrilo, Carlos, and Carmen A. Li, (2002), “Trade Blocks


and the Gravity Model: Evidence from Latin
Penelitian ini ingin mengupas pengaruh blok-blok American Countries. “ University of Essex,
perdagangan bebas regional AFTA dan APEC, di August 2002.
samping variabel-variabel standar dalam model
persamaan gravitasi, terhadap perdagangan bilateral Carrere, C. (2003), “Revisiting the Effects of Regional
non-migas antara Indonesia dengan negara-negara Trading Agreements on Trade Flows with
mitra dagang utama Jepang, Amerika, Singapore, China, Proper Specification of the Gravity Model, “
India, Malasia, Korea Selatan, Belanda, Thailand, Tai- CERDI, 2003, 10.
wan, Hongkon, China dan German, dengan
menggunakan model persamaan gravitasi. Chen, I.H. and Tsai, Y.Y. (2005), “Estimating the Staged
Hasil analisis menunjukkan bahwa perdagangan Effects of Regional Economic Integration on
Indonesia hampir sama dengan kasus-kasus dari Trade Volumes, “ Department of Applied Eco-
negara-negara lain dimana volume perdagangan secara nomics, National University of Kaohsiung,
positif dipengaruhi oleh ukuran-ukuran ekonomi. working paper.
Ukuran-ukuran tersebut adalah PDB, PDRB per kapita
negara-negara mitra dagang utama, jarak geografis Direktorat PI (2007),”Pengertian Dasar FTA(Free Trade
antara Indonesia dengan negara-negara mitra dagang Area).” Jakarta, Maret 2007.
utama, dan keterlibatan negara-negara mitra dagang
utama dalam blok-blok perdagangan bebas regional, Direktorat Jenderal Kerjasam ASEAN, Deplu RI, “ Asean
AFTA, dan APEC dimana Indonesia juga termasuk Selayang Pandang. “2007.
sebagai salah satu anggota di dalamnya.
Endoh, M. (1999), “Trade Creation and Trade Diver-
sion in the EEC, the LAFTA and the CMEA:
1960-1994, “ Applied Economics, 31, 207-216.
DAFTAR PUSTAKA
Fatmawati, Sri, (2008). Kerjasama Perdagangan Regional
Aitken, N.D.(1973), “The Effect of EEC and EFTA on (AFTA): Kajian Ekonomi Terhadap
European Trade: A Temporal cross-section Perdagangan Barang Indonesia, “Jurnal
Analysis, “ American Economic Review, Vol. Ekonomi & Bisnis”, 115-126.
63, pp. 881-892.
Frankel, J.A., Stain, E. and Wei S.J. (1995), “Trading
Achay L.(2006), “Assessing Regional Intergration in Blocks and the Americas: the natural, the un-
North Africa,”National Institute of Statistics natural, and the super-natural, “ Journal of
and Applied Economics, Rabat, r Nocco. development Economics, Vol. 47 (1), 61-95.

Braga, J.C. and Mendez, J.A. (1983), “ Economic Inte- Frankel, J.A., (1997), Regional Trading Blocs in the
gration among Developed, Developing, and World Economic System. Institute for Interna-
Centrally Planned Economies: A Comparative tional Economics, Washington, DC
Analysis. “ Review of Economics and Statis-
tics 67, no. 4 (November 1985): 549-556. Halmawi, R. Hendra, (2005). Ekonomi Internasional
dan Globalisasi Ekonomi. Jakarta: Ghalia dan
Baier dan Bergstrand (2002), “On the Endogeneity of sekretariat ASEAN.
International Trade Flows and Free Trade

38
PENGARUH BLOK-BLOK PERDAGANGAN BEBAS REGIONAL TERHADAP ............... (Sarwoko)

Hufbauer C. Gary, and Yee Wong, (2005), “Prospects


for Regional Free Trade in Asia.” Working Pa-
per Series, number WP 05-12, October 2005.

Jayanthakumaran, Kansesu and Elias Sanidas, (2005).


“ The Impact of Unilateral and Regional Trade
Liberalisation on the Intra-Asean 5 Founding
Nation’s Exports and Export GDP Nexsus. “
University of Wollongong, Economics Work-
ing Paper Series.

Koo, W., Kennedy, P.L., Skripnitchenko, A. (2006) “Re-


gional Preferential Trade Agreements: Trade
Creation and Diversion Effects. “ Review of
Agricultural Economics. 28(3) forthcoming.

Linneman, H. (1966). An Econometrics Study of


Inernational Trade Flows Amsterdam: North
Holland Publishing Co. Linder, S.B. 1961, “ An
Essay on Trade and Transformation, “ New-
York: John-Wiley and Sons.

Fb, the Generalized Gravity Model, “ The Economic


Society of Australia’s 33, Conference of Econo-
mists, University of Sydney, NSW 2006, Aus-
tralia.

Solaga, I. and Winters, L.A. (2000), “Regionalism in the


nineties: What Effect on Trade?, “ CEPR Dis-
cussion papers, 2183.

Tinbergen, J. (1962), Shaping the World Economy:


Suggestions for an International Economic
Policy, New-York, The Twentieth Century Fund.

Urata, Shujiro and Misa Okabe, (2007). The Impact of


Free Trade Agreements on Trade Flows: An
Application of the Gravity Model Approach.
REITI Discussion Series 07-E-052, July 2007.

39
.
ISSN: 1978-3116
PERAN RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI LABA ............... (Fany Arista dan Baldric Siregar)
Vol. 3, No. 1, Maret 2009
Hal. 41-60 JURNA L
EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

PERAN RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI LABA


DI MASA DEPAN

Fany Arista
Jalan. Kranjan, Nomor 15 Pelemkerep, Mayong, Jepara 59465
E-mail: fany_arista@yahoo.co.id
Baldric Siregar
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN Yogyakarta
Jalan Seturan Yogyakarta 55281
Telepon +62 274 486160, 486321, Fax +62 274 486155
E-mail: siregar@accountant.com

ABSTRACT dalam. Salah satu teknik analisis keuangan tersebut


yang populer diaplikasikan dalam praktik bisnis adalah
This study examines the usefulness of financial ratios analisis rasio keuangan. Hasil analisis rasio keuangan
in predicting earnings change and compares the pre- dapat membantu menjelaskan berbagai hubungan dan
diction powers of those ratios among one and two years indikator keuangan, menunjukkan perubahan dalam
ahead. As many as 49 financial ratios of manufacturing kondisi keuangan atau prestasi operasi di masa lalu,
firms listed in the Indonesian Stock Exchange for the serta menggambarkan trend pola perubahan di masa
period from 2003 to 2006 are used. Principal compo- yang akan datang. Penelitian ini bertujuan untuk menguji
nent analysis is used in searching for the best set of secara empiris peran rasio keuangan dalam memprediksi
financial ratios should be included in the model and laba di masa depan. Prediksi dilakukan baik untuk satu
multiple regression analysis is used in testing the use- tahun dan dua tahun ke depan.
fulness of those ratios to predict future earnings. The
evidence shows that financial ratios proved to be use- MATERI DAN METODE PENELITIAN
ful in predicting future earnings.
Secara harafiah, analisis laporan keuangan terdiri dari
Keywords: financial ratios, earnings, prediction power dua kata, yaitu analisis dan laporan keuangan. Ini berarti
bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu
kegiatan menganalisis laporan keuangan suatu
perusahaan. Analisis laporan keuangan merupakan
PENDAHULUAN suatu proses pertimbangan dalam rangka membantu
mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi
Memahami informasi keuangan dapat dilakukan melalui perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan
analisis laporan keuangan. Dengan melakukan analisis tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi
laporan keuangan, maka informasi yang dibaca dari mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa
laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan lebih yang akan datang.

41
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 41-60

Analisis laporan keuangan mencakup pengaplikasian keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan. Rasio
alat dan teknik analisis pada laporan dan data keuangan, menggambarkan hubungan atau perimbangan (math-
dalam rangka memperoleh ukuran-ukuran dan ematical relationship) antara suatu jumlah tertentu
hubungan-hubungan yang berarti dan berguna dalam dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan
proses pengambilan keputusan. Analisis laporan teknik analisis ini, akan dapat menjelaskan atau memberi
keuangan dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan, gambaran kepada penganalisa tentang baik atau
yaitu mengkonversi data menjadi informasi; sebagai buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu
screening awal dalam memilih alternatif investasi atau perusahaan (Munawir, 1995).
merger; sebagai alat forecasting mengenai kondisi dan Menurut Prastowo dan Juliaty (2005), beberapa
kinerja keuangan di masa datang; sebagai proses diag- jenis rasio keuangan dikelompokkan ke dalam kelompok
nosis terhadap masalah-masalah manajemen, operasi sebagai berikut (1) Likuiditas. Rasio likuiditas digunakan
atau masalah lainnya; atau sebagai alat evaluasi untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam
terhadap manajemen (Prastowo dan Juliaty, 2005). memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio yang
Berdasarkan semua tujuan tersebut, yang terpenting biasa digunakan adalah rasio modal kerja, curent ra-
dari analisis laporan keuangan adalah untuk mengurangi tio, acid-test/quick ratio, perputaran piutang (account
ketergantungan para pengambil keputusan pada receivable turnover), dan perputaran persediaan (in-
dugaan murni, terkaan, dan intuisi; serta mengurangi ventory turnover); (2) Solvabilitas (Struktur Modal).
dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak Rasio solvabilitas adalah rasio yang mengukur
bisa dielakkan pada setiap proses pengambilan kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi
keputusan. Analisis laporan keuangan tidaklah berarti kewajiban jangka panjangnya atau mengukur tingkat
mengurangi kebutuhan akan penggunaan proteksi kreditor jangka panjang. Rasio yang biasa
pertimbangan-pertimbangan, melainkan memberikan digunakan adalah debt-to-equity ratio dan time inter-
dasar yang layak dan sistematis dalam menggunakan est earned (3) Return on Investment. Rasio ini mengukur
pertimbangan-pertimbangan tersebut (Prastowo dan tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan oleh
Juliaty, 2005). Dua jenis laporan keuangan (utama) yang perusahaan. Rasio yang biasa digunakan adalah ROA
umumnya dibuat oleh setiap perusahaan adalah neraca (return on total assets) dan ROE (return on equity).;
dan laporan laba rugi. (4) Pemanfaatan Aktiva. Rasio pemanfaatan aktiva
Berbagai teknik analisis digunakan pada analisis mengukur efisiensi dan efektivitas pemanfaatan setiap
laporan keuangan untuk menekankan pentingnya suatu aktiva yang dimiliki perusahaan. Rasio yang biasa
data yang disajikan dalam mengevaluasi posisi digunakan adalah rasio perputaran total aktiva (total
perusahaan. Berbagai teknik analisis yang biasa asset turnover), rasio perputaran modal kerja (work-
digunakan adalah analisis rasio, analisis trend, dan ing capital turnover), rasio perputaran aktiva tetap
analisis impas (break even analysis). Tidak ada satupun (fixed asset turnover), dan rasio perputaran aktiva lain-
teknik analisis yang terbaik, yang mampu mendukung lain (other asset turnover); (5) Kinerja Operasi. Rasio
semua temuan atau memenuhi semua kebutuhan kinerja operasi mengukur efisiensi operasi perusahaan.
pengguna. Berbagai informasi yang diperoleh dari Rasio yang biasa digunakan adalah rasio laba kotor
berbagai teknik tersebut harus dikombinasikan untuk terhadap penjualan (gross profit margin), rasio laba
menentukan posisi keuangan perusahaan (Prastowo bersih terhadap penjualan (net profit margin), rasio
dan Juliaty, 2005). Dalam penelitian ini, penulis laba usaha terhadap penjualan (operating income
mencoba untuk menggunakan teknik analisis laporan margin), rasio harga pokok penjualan terhadap
keuangan yang paling banyak digunakan, yaitu analisis penjualan dan biaya usaha terhadap penjualan; dan
rasio dalam memprediksi laba yang merupakan indikator (6) Rasio Investor. Para pemegang saham biasa hanya
kinerja perusahaan. memiliki hak sisa atas laba dan aktiva perusahaan.
Rasio keuangan biasanya dinyatakan dalam Hanya setelah hak para kreditor dan pemegang saham
satuan persentase (%) atau frekuensi. Analisis rasio istimewa dipenuhi, para pemegang saham biasa bisa
mengadakan hubungan dari berbagai pos dalam suatu menerima dividen atau distribusi aktiva (dalam hal
laporan keuangan untuk menginterpretasikan kondisi likuidasi). Oleh karenanya, ukuran yang berkaitan

42
PERAN RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI LABA ............... (Fany Arista dan Baldric Siregar)

dengan para pemegang saham biasa sangat tersebut bermanfaat untuk memprediksi kebangkrutan
dibutuhkan. Beberapa angka rasio yang sering dalam tingkat keakuratan 95%, yang menurun menjadi
digunakan adalah EPS (earning per common share), 72% untuk periode dua tahun, 48% untuk periode tiga
PER (price/earning ratio), dividend pay-out, dividend tahun, 29% untuk periode empat tahun, dan kemudian
yield, percentage of earning retained, dan book value naik lagi menjadi 36% untuk periode lima tahun sebelum
per share. perusahaan mengalami kebangkrutan.
SFAC No. 2 menyatakan bahwa salah satu Kegunaan rasio keuangan dalam memprediksi
karakteristik kualitatif yang harus dimiliki oleh informasi kebangkrutan juga dilakukan oleh Dambolena dan
akuntansi agar tujuan pelaporan keuangan tercapai Khoury (1980). Dambolena dan Khoury (1980)
adalah kemampuan prediksi. Hal ini menunjukkan menggunakan sampel penelitian yang berjumlah 46
bahwa informasi akuntansi yang tercantum dalam perusahaan yang berbasis retail dan manufaktur, yang
pelaporan keuangan dapat digunakan oleh investor terdiri dari 23 perusahaan bangkrut dan 23 perusahaan
sekarang maupun investor potensial dalam memprediksi yang tidak bangkrut. Dengan menggunakan linear dis-
penerimaan kas dari dividen dan bunga di masa yang criminant analysis, Dambolena dan Khoury (1980)
akan datang. Oleh karena itu, prediksi laba perusahaan menganalisis 19 rasio keuangan dan menemukan bahwa
dengan menggunakan informasi keuangan menjadi rasio keuangan memiliki kemampuan dalam memprediksi
penting untuk dilakukan. Salah satu cara yang dapat kebangkrutan perusahaan untuk periode lima tahun
ditempuh dalam memprediksi laba perusahaan adalah sebelum perusahaan mengalami kebangkrutan.
dengan menggunakan analisis rasio keuangan. Penelitian yang mengkombinasikan sejumlah variabel-
Beberapa penelitian yang menghubungkan variabel ekonomi dengan rasio keuangan dalam
kegunaan rasio keuangan dengan berbagai fenomena memprediksi kebangkrutan perusahaan dilakukan oleh
akuntansi dan ekonomi telah banyak dilakukan. Darayseh et al. (2003). Dengan menggunakan analisis
Penelitian yang paling awal mengenai peran rasio logit (logit analysis) terhadap100 perusahaan gagal
keuangan sejauh yang dapat ditelusuri oleh penulis, di dan 100 perusahaan yang tidak gagal, diperoleh bahwa
antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh sebuah model yang menggunakan variabel
Altman (1968). Altman (1968) melakukan penelitian ini makroekonomi yang dikombinasikan dengan rasio
karena awalnya terdapat perbedaan pendapat antara keuangan dapat digunakan dalam memprediksi
kalangan akademisi dan praktisi. Kalangan akademisi kebangkrutan perusahaan.
melihat adanya pengeliminasian dari penggunaan Di Indonesia, penelitian sejenis mengenai rasio
analisis rasio dalam menaksir kinerja perusahaan. keuangan dan stabilitas rasio dalam memprediksi
Altman (1968) mencoba untuk menaksir kualitas analisis potensi kegagalan suatu perusahaan properti dilakukan
rasio yang berjumlah lima rasio keuangan sebagai alat oleh Sukarno dan Winatha (2003). Sampel yang
analitikal dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan digunakan adalah sebanyak 20 perusahaan properti.
dengan menggunakan MDA (multiple discriminant Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan
analysis). Dalam hal ini, diharapkan masyarakat dapat MDA. Hasil analisis menunjukkan bahwa rasio
melihat perbedaan antara rasio keuangan tradisional keuangan dapat digunakan untuk memprediksi sukses
dengan menggunakan teknik statistik yang populer. dan gagalnya suatu perusahaan.
Altman (1968) menggunakan sampel sebanyak 66 Almilia dan Herdiningtyas (2005) melakukan
perusahaan yang berbasis manufaktur, yang terdiri dari penelitian mengenai kegunaan rasio keuangan dalam
33 perusahaan bangkrut dan 33 perusahaan yang tidak memprediksi kondisi keuangan perusahaan perbankan.
bangkrut. Altman menemukan bahwa rasio-rasio Sampel yang terpilih adalah sebanyak 24 bank umum
keuangan likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas7 swasta nasional untuk tahun 2000-2002, yang terdiri
bermanfaat dalam memprediksi kebangkrutan dari 16 bank kondisi tidak bermasalah dan 8 bank kondisi
perusahaan dengan tingkat keakuratan yang semakin bermasalah. Dengan menggunakan regresi logistik,
menurun seiring dengan lamanya periode prediksi. Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio keuangan
periode prediksi satu tahun sebelum perusahaan CAMEL (capital, assets, management, earnings, dan
mengalami kebangkrutan, rasio-rasio keuangan liquidiy) memiliki daya klasifikasi atau daya prediksi

43
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 41-60

untuk kondisi bank yang mengalami kesulitan Ou (1990) menguji kekuatan prediksi dan
keuangan dan mengalami kebangkrutan. kandungan informasi dari unsur laporan keuangan
Peran rasio keuangan dalam memprediksi selain laba dalam memprediksi laba satu tahun yang
kondisi financial distress dilakukan oleh Almilia dan akan datang. Dengan menggunakan analisis logit
Kristijadi (2003). Sampel yang digunakan adalah 61 univariate dan multivariate, hasilnya menunjukkan
perusahaan manufaktur, yang terdiri dari 24 perusahaan bahwa terdapat delapan rasio keuangan yang terbukti
yang mengalami financial distress dan 37 perusahaan signifikan sebagai prediktor laba. Penman (1992)
yang tidak mengalami financial distress. Dengan menguji secara empiris apakah laporan keuangan
menggunakan regresi logit, hasilnya mengindikasikan menyajikan informasi yang relevan untuk mengevaluasi
bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk perubahan laba. Sampel yang digunakan dalam
memprediksi financial distress suatu penelitian ini adalah sebanyak 1.482 sampai 1.677
perusahaan.cPeran rasio keuangan dalam memprediksi perusahaan selama periode 11 tahun, dari tahun 1973
keuntungan saham dilakukan oleh O’Connor (1973), sampai dengan tahun 1983. Hasilnya menunjukkan
dengan menggunakan sampel sebanyak 127 bahwa laporan keuangan menyajikan informasi yang
perusahaan. O’Connor (1973) menggunakan analisis relevan untuk mengevaluasi perubahan laba. Penman
univariate dan multivariate yang menguji 10 rasio (1992) juga menunjukkan bahwa unsur laporan
keuangan. Hasilnya menunjukkan bahwa rasio keuangan selain laba serta laporan keuangan beberapa
keuangan tidak memiliki kemampuan dalam memprediksi tahun yang lalu berhubungan dengan persistensi
keuntungan saham. perubahan laba.
Penelitian yang menguji peran rasio keuangan Machfoedz (1994) melakukan penelitian yang
dalam memprediksi keuntungan saham juga dilakukan menguji 68 perusahaan manufaktur yang terdaftar di
oleh Ou dan Penman (1989). Dengan menggunakan BEJ (Bursa Efek Jakarta), yang mempublikasikan laporan
teknik analisis logit pada perusahaan manufaktur, Ou keuangannya selama empat tahun untuk periode 1989
dan Penman (1989) menganalisis 68 rasio keuangan. sampai dengan 1992. Machfoedz (1994) menganalisis
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kegunaan 47 rasio keuangan yang dikategorikan ke dalam
analisis laporan keuangan dalam menaksir nilai sembilan kategori rasio, yaitu short-term liquidity, long-
perusahaan. Nilai perusahaan diindikasikan oleh term solvency, profitability, productivity, indebtedness,
informasi dalam harga saham. Hasil penelitian ini investment intensiveness, leverage, return on invest-
menunjukkan bahwa informasi akuntansi yang ment, dan equity. Metode yang digunakan untuk
diindikasikan oleh rasio keuangan mengandung memilih rasio keuangan adalah MAXR-Procedure,
informasi fundamental yang tidak tercermin dalam harga sedangkan untuk menguji hipotesis manfaat rasio
saham. keuangan dalam memprediksi laba di masa mendatang
Penelitian yang sejauh ini dapat ditelusur oleh adalah dengan menggunakan regression analysis, t-
penulis yang terhitung cukup awal adalah penelitian test, dan logit-model. Dengan menggunakan MAXR-
yang dilakukan oleh Freeman et al. (1982). Freeman et Procedure, hasilnya menunjukkan bahwa terdapat 13
al. (1982) mencoba menolak hipotesis dari literatur- rasio yang signifikan untuk dijadikan sebagai prediktor
literatur yang telah ada, yang mengatakan bahwa laba laba, yaitu satu rasio kategori short-term liquidity, satu
akuntansi (tahunan) adalah tidak dapat diprediksi. Oleh rasio kategori long-term solvency, tiga rasio kategori
karena itu, laba mengikuti pergerakan yang bersifat acak profitability, satu rasio kategori productivity, satu rasio
(random walk hypothesis). Dengan menggunakan kategori indebtedness, satu rasio kategori investment
prosedur logit, Freeman et al. (1982) menganalisis rasio intensiveness, satu rasio kategori leverage, satu rasio
ROR (rate of return) dalam memprediksi perubahan laba. kategori return on investment, dan tiga rasio kategori
Sampel yang digunakan adalah sebanyak 30 equity. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa rasio
perusahaan selama periode 32 tahun, dari tahun 1946 keuangan yang digunakan bermanfaat dalam
sampai dengan tahun 1977. Hasilnya menunjukkan memprediksi laba satu tahun ke depan, namun tidak
bahwa rasio ROR memiliki kandungan informasi yang bermanfaat untuk prediksi lebih dari satu tahun.
bersifat prediktif terhadap perubahan laba.

44
PERAN RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI LABA ............... (Fany Arista dan Baldric Siregar)

Penambahan rasio keuangan yang diteliti oleh menggunakan 19 rasio keuangan pada 18 perusahaan
Machfoedz (1994) dilakukan oleh Warsidi dan Pramuka perbankan yang dianalisis dengan regresi stepwise,
(2000), yang menguji kegunaan rasio keuangan dalam hasilnya menunjukkan bahwa rasio keuangan
memprediksi perubahan laba untuk satu tahun, dua berpengaruh terhadap perubahan laba untuk satu tahun
tahun, dan tiga tahun yang akan datang. Sampel yang yang akan datang. Ou (1990) menguji kekuatan prediksi
digunakan adalah perusahaan manufaktur yang dan kandungan informasi dari unsur laporan keuangan
terdaftar di BEJ, yang mempublikasikan laporan selain laba dalam memprediksi laba satu tahun yang
keuangannya pada tahun 1993 sampai dengan tahun akan datang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
1997. Dengan menganalisis 49 rasio menggunakan rasio keuangan terbukti signifikan sebagai prediktor
regresi stepwise (stepwise regression), hasil penelitian laba satu tahun yang akan datang. Pengaruh rasio
menunjukkan bahwa rasio-rasio keuangan secara keuangan yang signifikan dalam memprediksi laba satu
statistik dapat digunakan sebagai prediktor perubahan tahun yang akan datang pada perusahaan manufaktur
laba untuk satu tahun, dua tahun, dan tiga tahun yang juga dihasilkan dalam penelitian Machfoedz (1994) serta
akan datang. Lebih lanjut, hasilnya mengindikasikan Warsidi dan Pramuka (2000) sedangkan pada
bahwa terdapat penurunan jumlah rasio keuangan yang perusahaan perbankan, dilakukan oleh Zainuddin dan
dapat digunakan sebagai prediktor laba dengan Hartono (1999) serta Sudarini (2005). Berdasarkan uraian
semakin panjangnya periode prediksi. di atas, maka dirumuskan hipotesis alternatif sebagai
Zainuddin dan Hartono (1999) menguji manfaat berikut:
rasio keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba H1: Perubahan rasio keuangan berpengaruh secara
satu tahun dan dua tahun yang akan datang signifikan terhadap perubahan laba satu tahun
berdasarkan rasio CAMEL yang berjumlah 19 rasio. yang akan datang.
Sampel penelitian ini adalah 36 perusahaan perbankan Pertumbuhan laba perusahaan sangat
yang terdaftar di BEJ, yang mengeluarkan laporan dipengaruhi oleh banyak hal termasuk kondisi ekonomi.
keuangan tahun 1989 sampai dengan 1996. Pengujian Hal ini akan memberi implikasi bahwa informasi yang
dilakukan terhadap rasio keuangan, baik pada tingkat tercantum dalam analisis rasio keuangan akan kurang
individual maupun pada tingkat construct (gabungan dapat memprediksi perubahan laba perusahaan untuk
dari rasio-rasio individual yang dijadikan satu variabel). jangka waktu yang lama. Hal ini terbukti dalam penelitian
Analisis regresi digunakan untuk menganalisis rasio Machfoedz (1994) serta Zainuddin dan Hartono (1999),
keuangan pada tingkat individual dan AMOS (analy- yang menghasilkan kegagalan rasio keuangan dalam
sis of moment structures) pada tingkat construct. memprediksi laba dua tahun yang akan datang. Hasil
Hasilnya menunjukkan bahwa secara individual, rasio yang berkebalikan dengan penelitian yang dilakukan
keuangan tidak signifikan dalam memprediksi oleh Machfoedz (1994) serta Zainuddin dan Hartono
pertumbuhan laba satu tahun dan dua tahun (1999) dihasilkan dalam penelitian Warsidi dan Pramuka
mendatang. Hasil pada tingkat construct, rasio (2000), yang justru membuktikan bahwa rasio keuangan
keuangan capital, assets, earnings, dan liquidity dapat digunakan dalam memprediksi laba dua tahun
signifikan dalam memprediksi pertumbuhan laba satu yang akan datang. Berdasarkan uraian di atas, maka
tahun ke depan, akan tetapi tidak untuk dua tahun ke dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
depan. Lebih lanjut, hasil penelitian Zainuddin dan H2: Perubahan rasio keuangan berpengaruh secara
Hartono (1999) mengindikasikan bahwa kekuatan signifikan terhadap perubahan laba dua tahun
prediksi keempat rasio construct tersebut untuk dua yang akan datang.
tahun ke depan lebih rendah dibandingkan dengan satu Hasil penelitian Machfoedz (1994) serta
tahun ke depan. Zainuddin dan Hartono (1999) menunjukkan bahwa
Penelitian yang menguji kegunaan rasio rasio keuangan yang digunakan bermanfaat untuk
keuangan dalam memprediksi pertumbuhan laba memprediksi laba satu tahun yang akan datang, namun
berdasarkan rasio CAMELS (capital, assets, manage- tidak bermanfaat untuk prediksi lebih dari satu tahun.
ment, earnings, liquidity, sensitivity to market risk) Hal ini berbeda dengan penelitian Warsidi dan Pramuka
juga dilakukan oleh Sudarini (2005). Dengan (2000), yang menunjukkan bahwa rasio-rasio keuangan

45
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 41-60

secara statistik dapat digunakan sebagai prediktor keuangan, sedangkan laporan keuangan tahun 2004,
perubahan laba untuk satu tahun dan dua tahun yang 2005, dan 2006 digunakan untuk menghitung perubahan
akan datang. Lebih lanjut, hasilnya mengindikasikan laba.
bahwa terdapat penurunan jumlah rasio keuangan yang Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
dapat digunakan sebagai prediktor laba dengan perubahan laba. Perubahan laba yang digunakan adalah
semakin panjangnya periode prediksi. Berdasarkan perubahan laba relatif. Alasan menggunakan angka laba
hasil-hasil penelitian tersebut, terbukti bahwa penelitian relatif adalah karena angka laba tersebut lebih
yang menguji kemampuan prediksi rasio keuangan representatif dibandingkan dengan laba absolut yang
terhadap perubahan laba antar berbagai periode dimaksudkan untuk menghindari pengaruh ukuran
cenderung tidak persisten. Berdasarkan uraian di atas, perusahaan (Machfoedz, 1994). Angka laba ini dapat
maka hipotesisnya sebagai berikut: dilihat dan dihitung dari laporan laba rugi. Indikator
H3: Kemampuan prediksi rasio keuangan terhadap perubahan laba yang digunakan adalah laba operasi.
perubahan laba berbeda untuk satu tahun dan Alasan penggunaan laba operasi adalah bahwa laba
dua tahun yang akan datang. operasi lebih mampu menggambarkan operasi
Sampel dalam penelitian ini adalah sampel yang perusahaan dibandingkan jenis laba yang lainnya,
dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Untuk misalnya laba bersih dianggap masih dipengaruhi oleh
memperoleh sampel tersebut, maka penulis hal-hal lain yang ada di luar kendali manajemen, seperti
menggunakan metode purposive sampling. Dengan peristiwa luar biasa (bencana alam atau kebakaran)
metode tersebut, sampel dipilih atas dasar kesesuaian yang meningkatkan atau menurunkan laba. Selain itu,
karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel laba operasi juga diasumsikan memiliki hubungan
yang telah ditentukan. Kriteria yang ditetapkan adalah langsung dengan penciptaan laba melalui biaya-biaya
(1) Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini operasi, misalnya biaya iklan ditujukan untuk
adalah perusahaan yang mempublikasikan laporan mendorong terjadinya penjualan. Perhitungan
keuangannya pada tahun 2003, 2004, 2005, dan 2006. perubahan laba relatif untuk satu tahun yang akan
Data dalam laporan keuangan ini, akan digunakan untuk datang, yaitu sebagai berikut:
perhitungan perubahan rasio keuangan dan perubahan
laba; (2) Perusahaan masuk kategori industri E i ,t +1 − E i ,t
manufaktur yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indone- ΔE i ,t +1 = (1)
sia). Pertimbangan dalam memilih industri manufaktur E i ,t
didasarkan pada penelitian sebelumnya (Machfoedz,
1994), yang menggunakan jenis industri yang sama ΔEi,t+1 = Perubahan laba untuk periode t+1.
untuk membuktikan konsistensi peran rasio keuangan Ei,t+1 = Laba absolut pada periode yang dihitung
sebagai prediktor laba; dan (3) Perusahaan angka perubahannya.
mempublikasikan laporan tahunan yang berakhir Ei,t = Laba absolut pada periode satu tahun
tanggal 31 Desember. Kriteria ini penting untuk sebelumnya.
memastikan bahwa sampel tidak memasukkan laporan I = Data observasi ke-i.
keuangan parsial karena kemungkinan data perusahaan
yang diperlukan untuk menghitung rasio belum lengkap. Perhitungan perubahan laba relatif untuk dua
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini tahun yang akan datang, sebagai berikut:
merupakan data sekunder. Data sekunder yang
digunakan diperoleh dari laporan keuangan E i ,t + 2 − E i ,t +1
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI. Data ΔE i ,t + 2 = (2)
penelitian ini adalah rasio keuangan dan laba yang E i ,t +1
tersedia dan dapat dihitung dari laporan keuangan.
Berdasarkan laporan keuangan yang masuk ke dalam ΔEi,t+2 = Perubahan laba untuk periode t+2.
sampel, laporan keuangan tahun 2003 dan 2004 Ei,t+2 = Laba absolut pada periode yang dihitung
digunakan untuk menghitung perubahan rasio angka perubahannya.

46
PERAN RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI LABA ............... (Fany Arista dan Baldric Siregar)

Ei,t+1 = Laba absolut pada periode satu tahun keuangan Machfoedz (1994) karena penulis mengganti
sebelumnya. rasio working capital to total assets pada construct
I = Data observasi ke-i. productivity dengan cost of goods sold to net sales
yang terdapat dalam penelitian Warsidi dan Pramuka
Data perubahan laba yang digunakan adalah (2000) yang ternyata rasio tersebut terbukti berperan
tahun 2004, 2005, dan 2006. Perubahan laba relatif untuk sebagai prediktor laba untuk satu tahun dan dua tahun
satu tahun yang akan datang (tahun 2005) dihitung yang akan datang. Alasan penulis mengganti rasio
dari selisih laba antara tahun 2005 dengan laba tahun tersebut karena rasio working capital to total assets
2004 dibagi laba tahun 2004. Demikian juga halnya terdapat pula dalam construct investment intensive-
dengan perubahan laba relatif dua tahun yang akan ness, sehingga kemungkinan akan menghasilkan bias
datang (tahun 2006) dihitung dari selisih laba antara dalam pemilihan rasio yang dapat mewakili masing-
tahun 2006 dengan laba tahun 2005 dibagi dengan laba masing construct tersebut. Dalam penelitian Dambolena
tahun 2005. dan Khoury (1980), penulis mengambil satu rasio
Variabel independen dalam penelitian ini adalah keuangan (fixed assets to net worth) sebagai bagian
perubahan rasio keuangan. Perubahan rasio keuangan dari construct indebtedness, dan satu rasio (long-term
yang digunakan adalah perubahan relatif rasio debt to equity) dari artikel summary of financial ratios
keuangan. Alasan penggunaan angka relatif rasio sebagai bagian dari construct leverage.
keuangan ini dimaksudkan untuk menghindari pengaruh Penulis menambahkan dua rasio, yaitu fixed
variasi besaran perusahaan (Warsidi dan Pramuka, assets to net worth dan long-term debt to equity karena
2000). Formula perhitungannya adalah: dalam penelitian Machfoedz (1994), masing-masing
construct indebtedness dan leverage hanya diwakili
Fr i ,t − Fr i ,t −1 tiga rasio keuangan. Selain itu, penulis mengambil rasio
ΔFr i ,t = (3) dari penelitian Dambolena dan Khoury (1980) karena
Fr i ,t −1 rasio tersebut dapat digunakan sebagai salah satu
prediktor, walaupun sebagai prediktor kebangkutan
DFri,t = Perubahan relatif rasio keuangan untuk perusahaan. Dengan demikian, jumlah rasio yang
periode t. digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 49
Fri,t = Rasio keuangan pada periode t. rasio, untuk kemudian dipilih dengan menggunakan
Fri,t-1 = Rasio keuangan periode t –1. principal component analysis agar menghasilkan
i = Data observasi ke-i. sekumpulan rasio keuangan terbaik yang dapat
dijadikan sebagai prediktor laba. Dalam rangka menguji
Data yang digunakan untuk menghitung hubungan antara perubahan laba sebagai variabel
perubahan rasio keuangan adalah data tahun 2003 dan dependen dengan perubahan rasio-rasio keuangan
2004. Perubahan relatif rasio keuangan untuk tahun sebagai variabel independen, maka dilakukan pemilihan
2004 dihitung dari rasio keuangan tahun 2004 dikurangi atas 49 rasio keuangan sebagaimana tersaji dalam Tabel
dengan rasio keuangan tahun 2003 dibagi rasio 1. Pemilihan rasio dilakukan agar diperoleh rasio-rasio
keuangan tahun 2003. Tabel 1 menunjukkan rasio-rasio keuangan yang secara signifikan dapat dijadikan
keuangan yang digunakan dalam penelitian ini, yang sebagai prediktor perubahan laba. Metode pemilihan
diambil dari penggabungan antara rasio keuangan variabel yang digunakan adalah principal component
Machfoedz (1994) dengan Warsidi dan Pramuka (2000), analysis.
Dambolena dan Khoury (1980), dan summary of finan-
cial ratios. Rasio-rasio keuangan yang terdapat dalam
penelitian Machfoedz (1994) berjumlah 47 rasio, yang
berasal dari penggabungan lima penelitian, yaitu
O’Connor (1973), Chen dan Shimerda (1981), Seitz
(1984), Ou dan Penman (1989), serta Barlev dan Livnat
(1990). Penulis dalam hal ini menggunakan 46 rasio

47
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 41-60

Tabel 1
Rasio Keuangan yang akan Digunakan untuk Menghasilkan Rasio Keuangan Terbaik

48
PERAN RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI LABA ............... (Fany Arista dan Baldric Siregar)

Untuk menguji pengaruh rasio keuangan HASIL PENELITIAN


terhadap perubahan laba satu tahun dan dua tahun
yang akan datang (H1 dan H2), maka digunakan alat Penelitian ini didasarkan pada data yang tersedia di
persamaan statistika uji regresi linear berganda. BEI tahun 2003, 2004, 2005, dan 2006. Berdasarkan
Persamaan (4) merupakan persamaan regresi untuk pemilihan sampel yang telah dilakukan dengan metode
hipotesis pertama, yaitu rasio keuangan yang purposive sampling, diperoleh sampel sejumlah 89
digunakan untuk memprediksi perubahan laba satu perusahaan yang akan dimasukkan ke dalam analisis.
tahun yang akan datang. Dalam hipotesis kedua, Di antara 89 sampel tersebut, 43 perusahaan tidak
digunakan persamaan (5) yang digunakan untuk mencatat akun long-term debt di dalam laporan
memprediksi perubahan laba dua tahun yang akan keuangannya untuk tahun 2003 dan/atau 2004. Hal ini
datang. Persamaan masing-masing diuraikan sebagai mengakibatkan perhitungan rasio keuangan yang
berikut: melibatkan akun long-term debt dan penghitungan
perubahan relatifnya memiliki angka penyebut nol,
ΔEi,t+1 = β0 + β1ΔFri,1 + β2ΔFri,2 + ... + βkΔFri,k + εi (4) sehingga hasilnya menjadi tidak terdefinisikan. Empat
puluh tiga sampel ini kemudian dikeluarkan dari analisis
ΔEi,t+2 = β0 + β1ΔFri,1 + β2ΔFri,2 + ... + βkΔFri,k + εi (5) sehingga jumlah sampel yang dianalisis menjadi 46
perusahaan.
Data akhir yang diperoleh merupakan data awal
ΔEi,t+1 = Perubahan laba untuk periode t+1. yang dikurangi dengan data yang tidak lengkap dan
ΔEi,t+2 = Perubahan laba untuk periode t+2. outliers. Outliers diperoleh setelah melakukan uji
ΔFri, 1, 2, ..., k = Perubahan relatif rasio keuangan ke-1, asumsi klasik. Setelah mengurangi data yang tidak
2, ..., k. lengkap dan mengeluarkan outliers, maka diperoleh
b0 = Intercept, perubahan laba yang data akhir masing-masing sebanyak 41 perusahaan
diasumsikan jika tidak dihubungkan untuk pengujian hipotesis pertama dan kedua. Variabel
dengan perubahan relatif rasio yang digunakan dalam pengujian hipotesis pertama dan
keuangan. kedua adalah sama yang terdiri dari enam variabel, yaitu
b1, 2, ..., k = Koefisien arah regresi rasio keuangan perubahan ROI 5 (net income to total assets), II 9 (cash
ke-1, 2, ..., k. flow to sales), II 7 (working capital to sales), I 4 (fixed
e = Kesalahan residu. assets to net worth), dan PROD 11 (cost of goods sold
i = Data observasi ke-i. to net sales) sebagai variabel independen serta
perubahan laba sebagai variabel dependen.
Untuk menguji hipotesis ketiga yang Principal component analysis digunakan
menyatakan apakah kemampuan prediksi rasio dengan tujuan untuk menemukan komponen-
keuangan terhadap perubahan laba berbeda untuk satu komponen di antara rasio-rasio keuangan dan memilih
tahun dan dua tahun yang akan datang, penulis rasio keuangan yang akan digunakan untuk analisis
membandingkan nilai adjusted R square dalam hasil regresi berganda. Principal component analysis
output SPSS yang digunakan untuk pengujian dilakukan terhadap 49 rasio keuangan dengan
hipotesis pertama dan kedua. Dengan membandingkan menggunakan 46 sampel perusahaan manufaktur.
nilai adjusted R 2, maka dapat diketahui apakah Langkah-langkah dan penjelasan hasil analisisnya
kemampuan prediksi rasio keuangan terhadap dengan principal component analysis akan diuraikan
perubahan laba yang berbeda untuk satu tahun dengan seperti di bawah ini. Proses analisis dimulai berdasarkan
dua tahun disebabkan oleh nilai adjusted R2 yang lebih penyusunan matriks korelasi di antara variabel-variabel
tinggi atau lebih rendah di antara kedua tahun yang yang diteliti. Apabila terdapat korelasi yang tinggi di
diprediksi. antara variabel-variabel, maka principal component
analysis cocok digunakan untuk analisis pengurangan
jumlah variabel atau menemukan komponen yang
mendasari di antara variabel-variabel yang diteliti.

49
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 41-60

Berikut ini merupakan matriks korelasi di antara variabel- 5. Korelasi antara variabel ROI 3 dengan ROI 2 sebesar
variabel yang diteliti. 0,77.
Hasil pengolahan data awal diperoleh banyak 6. Korelasi antara variabel ROI 4 dengan ROI 2 sebesar
pencampuran rasio-rasio keuangan dalam beberapa 0,98.
7. Korelasi antara variabel ROI 5 dengan ROI 2 sebesar
faktor, sehingga penulis melakukan pemodelan kembali
1,00.
secara berulang-ulang sehingga ditemukan model 8. Korelasi antara variabel ROI 4 dengan ROI 3 sebesar
penyusunan matriks korelasi yang terbaik, yang 0,78.
menyaring 49 rasio keuangan menjadi 13 rasio keuangan 9. Korelasi antara variabel ROI 5 dengan ROI 3 sebesar
seperti yang terdapat dalam Tabel 2. Matriks korelasi 0,80.
di atas menunjukkan bahwa terdapat beberapa korelasi 10. Korelasi antara variabel ROI 5 dengan ROI 4 sebesar
di antara variabel-variabel yang cukup besar, yaitu: 0,99.
1. Korelasi antara variabel ROI 2 dengan ROI 1 sebesar 11. Korelasi antara variabel II 9 dengan II 1 sebesar 1,00.
0,73. 12. Korelasi antara variabel II 7 dengan II 3 sebesar 0,96.
2. Korelasi antara variabel ROI 3 dengan ROI 1 sebesar
0,99. Berdasarkan hasil tersebut di atas, menunjukkan
3. Korelasi antara variabel ROI 4 dengan ROI 1 sebesar bahwa terdapat beberapa variabel yang mempunyai
0,76. korelasi tinggi sehingga dapat disimpulkan bahwa
4. Korelasi antara variabel ROI 5 dengan ROI 1 sebesar penggunaan principal component analysis dapat
0,76.

Tabel 2
Correlation Matrix

50
PERAN RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI LABA ............... (Fany Arista dan Baldric Siregar)

diterima. Pengujian kesesuaian model principal com- cipal component analysis sesuai adalah > 0,5. Nilai
ponent analysis dapat dilakukan dengan menggunakan Indeks KMO pada pengujian ini adalah 0,563 lebih
Barlett’s test of sphericity dan ukuran kecukupan besar daripada 0,50. Hasil ini memberikan kesimpulan
pengambilan sampel Indeks KMO (Kaiser-Meyer- bahwa principal component analysis dapat
Olkin). Berikut ini merupakan hasil pengujian Barlett dinyatakan sebagai teknik yang sesuai untuk analisis
dan ukuran kecukupan pengambilan sampel Indeks matriks korelasi observasi.
KMO. Pada penelitian ini, penulis menggunakan
penentuan jumlah komponen berdasarkan eigenvalue
Tabel 3 dan berdasarkan persentase varian kumulatif untuk
Hasil Uji Barlett dan KMO menentukan banyaknya komponen yang akan
digunakan dalam analisis berikutnya. Berikut ini
disajikan komunalitas, total varian yang dijelaskan, dan
scree plot dari hasil analisis data.

Tabel 4
Communalities
Uji Barlett mempunyai hipotesis nol bahwa
variabel-variabel tidak berkorelasi dalam populasi. Nilai
uji Barlett yang besar akan menolak hipotesis nol.
Apabila hipotesis nol tidak dapat ditolak, maka
kesesuaian principal component analysis dapat
dipertanyakan. Hasil Tabel 3 di atas menunjukkan
bahwa nilai uji Barlett adalah 1341,040 dengan tingkat
signifikansi 0,000, maka hipotesis nol yang menyatakan
bahwa variabel-variabel dalam populasi tidak
berkorelasi ditolak. Nilai KMO yang kecil
mengindikasikan bahwa korelasi di antara pasangan-
pasangan variabel tidak dapat dijelaskan oleh variabel
lain dan principal component analysis tidak sesuai
dalam analisis. Indeks KMO yang digunakan agar prin-

Tabel 5
Total Variance Explained

51
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 41-60

Matriks komponen berisi koefisien-koefisien Dengan menggunakan prosedur varimax


yang digunakan untuk mengekpresikan variabel- terhadap sampel, diperoleh suatu matriks komponen
variabel yang distandarisasi untuk komponen yang yang telah dirotasi seperti yang terdapat pada Tabel 7
bersangkutan. Matriks komponen yang belum dirotasi di atas. Dalam matriks tersebut, dapat diidentifikasi
menunjukkan hubungan antara komponen dengan variabel-variabel yang mempunyai korelasi tinggi pada
setiap variabelnya. Matriks ini kurang mampu suatu komponen, yaitu (1) Variabel ROI 1, ROI 2, ROI 3,
memberikan interpretasi dengan baik karena komponen- ROI 4, dan ROI 5 mempunyai korelasi tinggi dengan
komponen berkorelasi dengan banyak variabel. Oleh komponen 1; (2) Variabel I 4 mempunyai korelasi tinggi
karena itu, matriks komponen ditransformasi menjadi dengan komponen 2; (3) Variabel II 1 dan II 9
matriks komponen yang dirotasi. mempunyai korelasi tinggi dengan komponen 3; (4)
Matriks komponen yang telah dirotasi dapat Variabel II 3 dan II 7 mempunyai korelasi tinggi dengan
menunjukkan koefisien yang signifikan pada setiap komponen 4; dan (5) Variabel PROD 11 mempunyai
komponen. Suatu variabel ditentukan mempunyai korelasi tinggi dengan komponen 5.
koefisien kuat pada satu komponen tertentu saja. Apabila variabel-variabel mempunyai koefisien
Terdapat beberapa metode untuk melakukan rotasi besar pada satu komponen yang sama, maka dapat
terhadap matriks komponen. Penulis menggunakan diinterpretasikan bahwa variabel-variabel tersebut
prosedur varimax. Berikut ini merupakan hasil uji pada berada dalam suatu dimensi yang sama. Dengan
matriks komponen dan matriks komponen yang telah demikian, dapat dilakukan peringkasan dari beberapa
dirotasi. variabel menjadi satu dalam satu komponen atau
Tabel 6 dimensi. Hasil principal component analysis dalam
Component Matrix penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Variabel ROI 1,
ROI 2, ROI 3, ROI 4, dan ROI 5 dalam satu dimensi,
yaitu return on investment; (2) Variabel I 4 merupakan
dimensi indebtedness; (3) Variabel II 1 dan II 9
merupakan dimensi investment intensiveness; (4)
Variabel II 3 dan II 7 merupakan dimensi investment
intensiveness. Walaupun II 1, II 9, II 3, dan II 7
merupakan satu construct investment intensiveness,
namun dimensi rasio-rasio tersebut berbeda, yakni
rasio II 1 dan II 9 mewakili komponen 3 sedangkan II 3
dan II 7 mewakili komponen 4 sehingga dilakukan
penulisan secara terpisah; dan (5) Variabel PROD 11
dan PROF 1 dalam satu komponen tetapi sulit
diidentifikasi dimensinya karena PROD 11 merupakan
Tabel 7
dimensi productivity sedangkan PROF 1 adalah rasio
Rotated Component Matrix
profitability. Rasio PROD 11 mempunyai koefisien yang
lebih tinggi daripada rasio PROF 1.
Peneliti tidak menggunakan skor komponen
karena skor komponen harus dihitung dari fungsi
komponen dan memasukkan semua variabel yang
dianalisis. Oleh karena itu, peneliti memilih variabel
pengganti di antara variabel original untuk masing-
masing komponen. Pemilihan variabel pengganti
dilakukan dengan menggunakan informasi dalam
matriks komponen yang telah dirotasi. Variabel yang
memiliki koefisien terbesar pada suatu komponen dipilih
sebagai variabel pengganti komponen yang

52
PERAN RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI LABA ............... (Fany Arista dan Baldric Siregar)

bersangkutan. Hasilnya dapat diuraikan sebagai berikut residuals, yaitu perbedaan antara korelasi observasi
(1) Variabel pengganti untuk komponen 1 dipilih dengan korelasi reproduksi yang diestimasi dengan
variabel ROI 5 karena mempunyai koefisien tertinggi, matriks komponen. Jika terdapat banyak residuals yang
yaitu 0,990; (2) Variabel pengganti untuk komponen 2 bernilai besar (> 0,1), maka model principal compo-
dipilih variabel I 4 karena mempunyai koefisien sebesar nent analysis tidak mempunyai kesesuaian yang baik
0,967; (3) Untuk komponen 3 terdapat dua variabel yang terhadap data sehingga perlu dilakukan pemodelan
mempunyai koefisien yang sama, yaitu variabel II 1 kembali. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hanya
dan II 9 sebesar 0,992. Dalam hal ini, penulis memilih terdapat satu residual yang mempunyai residual lebih
salah satunya, yaitu II 9 yang merupakan rasio cash besar dari 0,1, yaitu antara PROF 1 dengan PROD 11
flow to sales. Diharapkan rasio ini lebih dapat mengukur sedangkan sisanya lebih kecil dari 0,1. Dengan
seberapa besar kemampuan perusahaan dalam demikian, model principal component analysis
menghasilkan arus kas dari penjualan daripada arus tersebut mempunyai kesesuaian dengan data.
kas yang dihasilkan dari total utangnya seperti dalam Tujuan dari statistik deskriptif adalah
II 1 yang merupakan rasio cash flow to total liabili- memberikan gambaran tentang suatu data, seperti nilai
ties. Selain itu, diharapkan rasio II 9 dapat mewakili minimum, maksimum, rata-rata, dan standar deviasi. Uji
construct investment intensiveness dalam memprediksi statistik dilakukan terhadap data ROI 5 (net income to
laba di masa depan; (4) Variabel pengganti untuk total assets), II 9 (cash flow to sales), II 7 (working
komponen 4 dipilih variabel II 7 karena mempunyai capital to sales), I 4 (fixed assets to net worth), dan
koefisien sebesar 0,987; (5) Variabel pengganti untuk PROD 11 (cost of goods sold to net sales) sebagai
komponen 5 dipilih variabel PROD 11 karena mempunyai variabel independen dengan perubahan labanya
koefisien sebesar 0,794. sebagai variabel dependen. Tabel 8 menyajikan statistik
Berdasarkan hasil pemilihan variabel pengganti deskriptif yang berkaitan dengan rasio ROI 5, II 9, II 7,
tersebut, maka untuk analisis berikutnya digunakan I 4, dan PROD 11 dengan perubahan laba untuk satu
hanya lima komponen, yaitu variabel ROI 5, I 4, II 9, II 7, tahun yang akan datang (tahun 2005), sedangkan Tabel
dan PROD 11. Tahap terakhir dalam principal compo- 9 berkaitan dengan rasio ROI 5, II 9, II 7, I 4, dan PROD
nent analysis adalah penentuan kesesuaian model. 11 dengan perubahan laba untuk dua tahun yang akan
Kesesuaian model dapat diuji dengan menggunakan datang (tahun 2006).

Tabel 8
Statistik Deskriptif pada Pengujian Hipotesis

Tabel 9
Statistik Deskriptif pada Pengujian Hipotesis Kedua

53
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 41-60

Hasil statistik deskriptif menyatakan bahwa nilai 12,53; 2,76; -0,3707; 2,15006. Penulis menduga hasil ini
minimum dan maksimum rasio-rasio ROI 5, II 9, II 7, I 4, mungkin disebabkan karena sedikitnya variasi pada
dan PROD 11 untuk perubahan laba satu tahun yang data akibat dikeluarkannya outliers pada data yang
akan datang (Tabel 8) adalah sama dengan nilai mini- dianalisis.
mum dan maksimum rasio-rasio ROI 5, II 9, II 7, I 4, dan Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan
PROD 11 untuk perubahan laba dua tahun yang akan meregresikan variabel dependen perubahan laba satu
datang (Tabel 9), yang secara berturut-turut untuk nilai tahun yang akan datang (2005) dengan variabel
minimumnya adalah -26,70; -284,77; -11,20; -4,17; dan - independen ROI 5, II 9, II 7, I 4, dan PROD 11. Dari hasil
1,95 sedangkan nilai maksimumnya adalah 7,21; 12,40; pengujian hipotesis pertama tersebut (lihat Tabel 10),
2,42; 0,51; dan 0,58. Hasil statistik deskriptif juga diketahui nilai uji-F sebesar 1,171 tidak signifikan pada
menyatakan bahwa nilai rata-rata variabel ROI 5 untuk alpha 5%, sehingga model regresi pengujian hipotesis
perubahan laba satu tahun yang akan datang adalah - pertama tidak dapat digunakan dalam penelitian ini.
0,8858 dengan standar deviasi 4,63916, sedangkan rata-
rata variabel ROI 5 untuk perubahan laba dua tahun Tabel 10
yang akan datang adalah -0,7088 dengan standar Hasil Uji-F pada Pengujian Hipotesis Pertama
deviasi 4,61616. Hasil ini menunjukkan bahwa ROI 5
antara perubahan laba satu tahun dengan dua tahun
yang akan datang tidak terlalu berbeda.
II 9 memiliki nilai rata-rata -7,6510 dengan standar
deviasi 44,47292 untuk perubahan laba satu tahun yang
akan datang dan nilai rata-rata -7,4813 dengan standar
deviasi 44,51322 untuk perubahan laba dua tahun yang Pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan
akan datang. Variabel II 7 memiliki nilai rata-rata -0,3864 meregresikan variabel dependen yang diwakili oleh
dengan standar deviasi 1,98568 untuk perubahan laba perubahan laba dua tahun yang akan datang (2006)
satu tahun yang akan datang dan nilai rata-rata -0,3576 dengan variabel independen ROI 5, II 9, II 7, I 4, dan
dengan standar deviasi 2,02070 untuk perubahan laba PROD 11. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua
dua tahun yang akan datang. I 4 memiliki nilai rata-rata tersebut (Tabel 11), diketahui nilai uji-F sebesar 21,790
-0,1253 dengan standar deviasi 0,69196 untuk signifikan pada alpha 5%, sehingga model regresi
perubahan laba satu tahun yang akan datang dan nilai pengujian hipotesis kedua dapat digunakan dalam
rata-rata -0,1277 dengan standar deviasi 0,69287 untuk penelitian ini.
perubahan laba dua tahun yang akan datang. Variabel
PROD 11 memiliki nilai rata-rata -0,0424 dengan standar Tabel 11
deviasi 0,32274 untuk perubahan laba satu tahun yang Hasil Uji-F pada Pengujian Hipotesis Kedua
akan datang dan nilai rata-rata -0,0412 dengan standar
deviasi 0,32415 untuk perubahan laba dua tahun yang
akan datang. Hasil ini menunjukkan bahwa rasio-rasio
selain ROI 5, yaitu II 9, II 7, I 4, dan PROD 11 untuk
perubahan laba satu tahun dengan dua tahun yang
akan datang tidak terlalu berbeda.
Hasil statistik deskriptif untuk variabel Uji-t bertujuan untuk melihat besarnya
dependennya, yaitu perubahan laba menunjukkan pengaruh masing-masing variabel independen secara
bahwa perubahan laba satu tahun dengan dua tahun individual terhadap variabel dependen. Pengujian
yang akan datang juga tidak terlalu berbeda jika dilihat hipotesis pertama dilakukan dengan meregres variabel
dari nilai minimum, maksimum, rata-rata maupun standar dependen, yaitu perubahan laba satu tahun yang akan
deviasinya. Hasil untuk laba satu tahun secara berturut- datang dengan variabel independennya, yaitu ROI 5,
turut adalah -3,04; 3,40; -0,2174; 1,10234 sedangkan hasil II 9, II 7, I 4, dan PROD 11.
untuk laba dua tahun secara berturut-turut adalah -

54
PERAN RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI LABA ............... (Fany Arista dan Baldric Siregar)

Berdasarkan Tabel 12, tampak bahwa ROI 5 dan nilai uji-F sebesar 1,171 tidak signifikan pada al-
memiliki nilai signifikansi sebesar 0,234. Dengan pha 5%, yang berarti bahwa tidak terdapat salah satu
menggunakan á/2 = 0,025, nilai signifikansi ROI 5 lebih variabel independen yang mempengaruhi variabel
besar dari tingkat signifikansinya atau 0,234 > 0,025. dependen. Berdasarkan argumen tersebut, dapat
Untuk nilai t hitung adalah 1,212 lebih kecil dari t tabel diasumsikan bahwa rasio I 4 tidak berpengaruh
sebesar 1,960 pada alpha 5%, menunjukkan bahwa terhadap perubahan laba satu tahun yang akan datang.
rasio keuangan ROI 5 tidak berpengaruh terhadap Dengan demikian, hasil penelitian ini belum dapat
perubahan laba satu tahun yang akan datang (2005). menemukan bukti yang cukup kuat untuk hipotesis
Hal yang sama juga terjadi pada variabel-variabel yang pertama (H1) yang menyatakan bahwa perubahan rasio
lainnya, yaitu II 9, II 7, I 4, dan PROD 11. Dengan keuangan berpengaruh secara signifikan terhadap
menggunakan á /2 = 0,025, masing-masing nilai perubahan laba satu tahun yang akan datang.
signifikansi II 9, II 7, I 4, dan PROD 11 adalah sebesar Berdasarkan Tabel 13, tampak bahwa terdapat
0,726; 0,673; 0,041; dan 0,840 yang semuanya lebih besar salah satu rasio yang berpengaruh terhadap perubahan
dari 0,025. Selain itu, nilai t hitungnya berturut-turut laba dua tahun yang akan datang, yaitu rasio ROI 5.
adalah -0,354; 0,426; 2,126; dan -0,204. Nilai t hitung ROI 5 memiliki tingkat signifikansi 0,000. Dengan
rasio II 9, II 7, dan PROD 11 semuanya berada pada menggunakan á/2 = 0,025, nilai signifikansi ROI 5 lebih
daerah penolakan hipotesis alternatif dari t tabel 1,960, kecil dari tingkat signifikansinya atau 0,000 < 0,025.
tetapi pada I 4 mempunyai nilai t hitung > t tabel 1,960 Untuk nilai t hitung adalah 10,248 lebih besar dari t
yang seharusnya secara individual rasio ini tabel 1,960 pada alpha 5%, yang menunjukkan bahwa
berpengaruh terhadap perubahan laba satu tahun yang ROI 5 mempunyai pengaruh terhadap perubahan laba
akan datang. Namun, nilai signifikansinya 0,041 > 0,025 dua tahun yang akan datang (2006).

Tabel 12
Hasil Uji-t pada Pengujian Hipotesis Pertama

Tabel 13
Hasil Uji-t pada Pengujian Hipotesis Kedua

55
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 41-60

Dengan menggunakan á/2 = 0,025, masing- tahun yang akan datang lebih tinggi. Hal ini berarti
masing nilai signifikansi variabel yang lainnya, yaitu II hipotesis ketiga penelitian ini dapat diterima.
9, II 7, I 4, dan PROD 11 adalah sebesar 0,880; 0,482;
0,139; dan 0,075 semuanya lebih besar dari 0,025. Selain PEMBAHASAN
itu, nilai t hitungnya berturut-turut adalah 0,153; -0,711;
1,514; dan 1,836 yang semuanya berada pada daerah Hasil pada pengujian hipotesis pertama berdasarkan
penolakan hipotesis alternatif dari t tabel 1,960. menyatakan bahwa perubahan rasio keuangan tidak
Berdasarkan hasil Tabel 13 tersebut, hasil penelitian ini berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan laba
berhasil menemukan bukti yang cukup kuat untuk satu tahun yang akan datang. Penelitian ini bertolak
hipotesis kedua (H 2 ) yang menyatakan bahwa belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
perubahan rasio keuangan berpengaruh secara Ou (1990) di Amerika Serikat bahwa rasio keuangan
signifikan terhadap perubahan laba dua tahun yang berpengaruh terhadap laba satu tahun yang akan
akan datang. Berdasarkan hasil hipotesis kedua datang. Selain berbeda dengan penelitian Ou (1990) di
penelitian ini, maka diperoleh model persamaan regresi Amerika Serikat, penelitian ini juga berbeda dengan
untuk perubahan laba dua tahun yang akan datang beberapa penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh
sebagai berikut: Machfoedz (1994), Warsidi dan Pramuka (2000), serta
“Et+2 = -0,010 + 0,403 “ROI 5 + å Sudarini (2005) bahwa rasio keuangan berpengaruh
Koefisien determinasi atau R square digunakan terhadap laba satu tahun yang akan datang. Namun,
untuk mengukur persentase variasi dalam variabel hasil penelitian ini mendukung dan memperkuat
dependen yang dijelaskan atau diprediksi oleh variasi penelitian yang dilakukan oleh Zainuddin dan Hartono
dalam variabel independennya. Semakin besar nilai R2, (1999) yang menemukan bahwa pengujian rasio
maka semakin baik. Untuk hasil yang lebih baik, penulis keuangan secara individual tidak signifikan dalam
akan menggunakan adjusted R 2 karena memprediksi pertumbuhan laba satu tahun ke depan.
mempertimbangkan besarnya jumlah sampel dan Salah satu penyebab ketidakkonsistenan hasil temuan
banyaknya variabel yang digunakan dalam penelitian. mengenai kegagalan rasio keuangan dalam memprediksi
Koefisien adjusted R2 ini dilakukan untuk menguji perubahan laba satu tahun yang akan datang mungkin
hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa kemampuan disebabkan oleh adanya faktor-faktor ekonomi yang
prediksi rasio keuangan terhadap perubahan laba mempengaruhi kinerja perusahaan, seperti tingkat
berbeda untuk satu tahun dan dua tahun yang akan inflasi yang tidak stabil.
datang. Pada mulanya, penulis berusaha untuk
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama mengatasi masalah yang terjadi dengan tidak
diketahui nilai adjusted R2 sebesar 0,021 (2,1%). Hasil terbuktinya hipotesis pertama yang memiliki hasil yang
tersebut menunjukkan bahwa 2,1% laba perusahaan berbeda dan tidak konsisten dengan penelitian
untuk satu tahun yang akan datang (2005) mampu sebelumnya. Cara yang ditempuh oleh penulis adalah
dijelaskan oleh variasi rasio keuangan ROI 5, II 9, II 7, I mencoba mengganti variabel dependen selain
4, dan PROD 11 sedangkan sisanya, yaitu 97,9% perubahan laba operasi dengan jenis laba lain, seperti
diterangkan oleh variabel lain. Berdasarkan pengujian laba kotor, laba sebelum pajak, laba bersih, earnings
hipotesis kedua diketahui nilai adjusted R2 sebesar per share (EPS), maupun membagi subsampel
0,722 (72,2%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa perusahaan sesuai dengan ukuran perusahaan yang
72,2% laba perusahaan untuk dua tahun yang akan besar dan kecil berdasarkan penjualan dan total aktiva,
datang (2006) mampu dijelaskan oleh variasi rasio tetapi penulis belum dapat menemukan hasil yang lebih
keuangan ROI 5, II 9, II 7, I 4, dan PROD 11 sedangkan baik dari model yang dihasilkan dengan laba operasi.
sisanya, yaitu 27,8% diterangkan oleh variabel lain. Penulis menduga mungkin penggunaan laba operasi
Hasil kedua adjusted R2 tersebut membuktikan bahwa lebih efektif karena laba operasi lebih mampu
kedua kemampuan prediksi rasio keuangan untuk laba menggambarkan operasi perusahaan dibandingkan
satu tahun dan laba dua tahun yang akan datang jenis laba yang lainnya, misalnya laba bersih dianggap
berbeda, dengan kemampuan prediksi laba untuk dua masih dipengaruhi oleh hal-hal lain yang ada di luar

56
PERAN RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI LABA ............... (Fany Arista dan Baldric Siregar)

kendali manajemen, seperti peristiwa luar biasa yang memprediksi harga saham, financial distress, maupun
meningkatkan atau menurunkan laba. Selain itu, laba kebangkrutan saja tetapi juga dalam memprediksi laba
operasi juga diasumsikan memiliki hubungan langsung perusahaan.
dengan penciptaan laba melalui biaya-biaya operasi, Pada pengujian hipotesis yang ketiga dalam
misalnya biaya iklan ditujukan untuk mendorong penelitian ini, ternyata penulis menemukan bahwa
terjadinya penjualan. kemampuan prediksi rasio keuangan terhadap
Pada hasil pengujian hipotesis kedua perubahan laba berbeda untuk satu tahun dan dua
menunjukkan bahwa perubahan rasio keuangan tahun yang akan datang, dengan peningkatan
berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan laba kemampuan prediksi pada tahun kedua. Hasil ini tidak
dua tahun yang akan datang. Hasil penelitian ini tidak dapat mendukung penelitian yang dilakukan oleh
dapat mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Machfoedz (1994), Zainuddin dan Hartono (1999), serta
Machfoedz (1994) serta Zainuddin dan Hartono (1999) Warsidi dan Pramuka (2000) yang menyatakan bahwa
yang menyatakan bahwa rasio keuangan tidak kemampuan prediksi rasio keuangan akan menurun
berpengaruh terhadap laba dua tahun yang akan seiiring dengan panjangnya periode prediksi.
datang. Namun, penelitian ini konsisten dengan hasil Hasil yang berbeda dengan penelitian-penelitian
penelitian Warsidi dan Pramuka (2000) bahwa rasio terdahulu ini, mengingatkan penulis dengan penelitian
keuangan dapat digunakan untuk memprediksi yang dilakukan oleh Altman (1968). Pada penelitian
perubahan laba dua tahun yang akan datang (2006). Altman (1968) yang menguji kebangkrutan perusahaan,
Hal ini terbukti dalam hasil pengujian hipotesis menghasilkan tingkat keakuratan secara keseluruhan
kedua yang membuktikan bahwa terdapat satu rasio yang menurun seiring dengan lamanya periode prediksi.
keuangan yang signifikan dalam memprediksi Namun pada tahun kelima, kemampuan rasio dalam
perubahan laba dua tahun yang akan datang (2006), memprediksi kebangkrutan ini meningkat. Pada periode
yaitu rasio ROI 5 (net income to total assets) dengan prediksi satu tahun sebelum perusahaan mengalami
tingkat signifikansi sebesar 0,000. Namun, terdapat kebangkrutan, rasio-rasio keuangan tersebut
beberapa hal yang perlu dianalisis lebih lanjut mengenai bermanfaat untuk memprediksi kebangkrutan dalam
ketidakkonsistenan rasio-rasio keuangan secara indi- tingkat keakuratan 95%, yang menurun menjadi 72%
vidual dengan penelitian-penelitian sebelumnya karena untuk periode dua tahun, 48% untuk periode tiga tahun,
rasio ROI 5 (net income to total assets) dalam penelitian 29% untuk periode empat tahun, dan kemudian naik
sebelumnya tidak memiliki daya prediksi baik untuk lagi menjadi 36% untuk periode lima tahun sebelum
perubahan laba satu tahun maupun dua tahun yang perusahaan mengalami kebangkrutan. Pada tahun
akan datang. Hal ini mungkin dikarenakan penggunaan kelima ini, kekuatan prediksi meningkat dari 29%
prosedur pemilihan rasio keuangan yang berbeda menjadi 36%. Sedikit fenomena ini sama dengan yang
dengan penelitian-penelitian sebelumnya karena terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh penulis,
penulis mencoba menggunakan prosedur baru yang yang menghasilkan adjusted R2 sebesar 2,1% pada
umumnya masih jarang dilakukan untuk jenis penelitian pengujian hipotesis pertama yang kemudian meningkat
keuangan, yaitu penulis menggunakan principal com- sebesar 72,2% pada pengujian hipotesis kedua.
ponent analysis, sedangkan peneliti terdahulu Terdapat beberapa kemungkinan yang menyebabkan
menggunakan MAXR-Procedure (Machfoedz, 1994) peningkatan kemampuan prediksi ini, misalnya
ataupun regresi stepwise (Warsidi dan Pramuka, 2000; dikeluarkannya outliers yang dapat menyebabkan
Sudarini, 2005). variasi data dalam penelitian ini ataupun meningkatnya
Selain itu, terbuktinya hipotesis ini mungkin validitas data yang digunakan dalam penelitian. Penulis
disebabkan oleh meningkatnya kinerja perusahaan, menduga bahwa model prediksi penelitian akan semakin
semakin baiknya kondisi ekonomi pada tahun 2006, baik apabila dilakukan penambahan atas rasio yang
serta kemungkinan meningkatnya tren penggunaan akan digunakan maupun menambah jumlah sampel
analisis rasio keuangan oleh pihak-pihak yang perusahaan dalam penelitian ini.
berkepentingan dengan perusahaan, yang sampai saat Perlu penelitian lebih lanjut mengenai
ini ternyata terbukti cukup signifikan tidak hanya dalam kemampuan prediksi rasio keuangan terhadap

57
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 41-60

perubahan laba. Dalam penelitian-penelitian DAFTAR PUSTAKA


sebelumnya, umumnya kemampuan prediksi akan
semakin menurun seiiring panjangnya periode prediksi. Almilia, Luciana S. dan Kristijadi, E. (2003). “Analisis
Berbeda dengan penelitian ini bahwa kemampuan Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi
prediksi justru lebih tinggi untuk laba dua tahun. Hal Financial Distress Perusahaan Manufaktur
ini dapat dikatakan anomalis karena sulit yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta.” Jurnal
diinterpretasikan dengan penalaran yang logis, Akuntansi dan Auditing Indonesia. Vol. 7, No.
meskipun bisa saja dijelaskan sebagai akibat dari 2.
perubahan laba sebagai data time series, semakin
meningkatnya kemampuan perusahaan dalam Almilia, Luciana S. dan Herdiningtyas, W. (2005).
menghasilkan laba pada tahun 2006, prosedur pemilihan “Analisis Rasio CAMEL terhadap Prediksi
rasio keuangan yang berbeda karena penulis Kondisi Bermasalah pada Lembaga Perbankan
menggunakan metode principal component analysis, Periode 2000-2002.” Jurnal Akuntansi dan
meningkatnya validitas data, dikeluarkannya outliers Keuangan. Vol. 7, No. 2: 131-147.
pada data yang dianalisis, maupun kondisi ekonomi
yang semakin baik. Hasil yang tidak konsisten ini, secara Altman, Edward I. (1968). “Financial Ratios, Discrimi-
lebih jauh berimplikasi kepada keharusan melakukan nant Analysis, and the Prediction of Corporate
pengkajian-pengkajian teoritis yang lebih intensif Bankruptcy.” Journal of Finance. Vol. XXIII,
terhadap rasio keuangan dan fenomena-fenomena No. 4: 589-609.
akuntansi lainnya, termasuk penggunaan prosedur
pemilihan rasio keuangan yang berbeda agar ditemukan Aryati, Titik dan Manao, H. (2002). “Rasio Keuangan
model prediksi yang semakin baik. sebagai Prediktor Bank Bermasalah di Indone-
sia.” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 5,
SIMPULAN No. 2: 137-147.

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio Dambolena, I. G. dan Khoury, S. J. (1980). “Ratio Stabil-
keuangan terhadap perubahan laba pada masa yang ity and Corporate Failure.” The Journal of Fi-
akan datang. Hasil penelitian menunjukkan rasio nance. Vol. XXXV, No. 4: 1017-1026.
keuangan memiliki tidak memiliki daya prediksi laba
untuk satu tahun yang akan datang. Akan tetapi bukti Darayseh, Musa; Waples, E.; dan Tsoukalas, D. (2003).
empiris menunjukkan bahwa rasio keuangan memiliki “Corporate Failure for Manufacturing Industries
daya prediksi laba dua tahun yang akan datang. Hasil using Firms Specifics and Economic Environ-
pengujian juga menunjukkan bahwa kemampuan ment with Logit Analysis.” Managerial Fi-
prediksi rasio keuangan terhadap perubahan laba nance. Vol. 29, No. 8: 23-36.
berbeda untuk satu dan dua tahun. Penelitian ini masih
memiliki keterbatasan yang kemungkinan dapat FASB (1978). Statement of Financial Accounting Con-
mempengaruhi hasil penelitian. Kelemahan tersebut cepts No. 1. Objectives of Financial Reporting
adalah tidak dimasukkannya indikator-indikator by Business Enterprises.
ekonomi makro seperti tingkat inflasi dan suku bunga
yang mungkin berpengaruh terhadap angka-angka FASB (1980). Statement of Financial Accounting Con-
akuntansi. Karena itu penelitian selanjutnya diharapkan cepts No. 2. Qualitative Characteristics of Ac-
mengakomodir hal ini agar hasil penelitian mengenai counting Information.
pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan laba
perusahaan menjadi lebih robust. FASB (1984). Statement of Financial Accounting Con-
cepts No. 5. Recognition and Measurement in
Financial Statements of Business Enterprises.

58
PERAN RASIO KEUANGAN DALAM MEMPREDIKSI LABA ............... (Fany Arista dan Baldric Siregar)

Febrianto, Rahmat dan Widiastuty, E. (2006). “Tiga Ou, Jane A. (1990). “The Information Content of
Angka Laba Akuntansi: Mana yang Lebih Nonearnings Accounting Numbers as Earnings
Bermakna bagi Investor?” Jurnal Riset Predictors.” Journal of Accounting Research.
Akuntansi Indonesia. Vol. 9, No. 2: 200-215. Vol. 28, No. 1: 144-163.

Freeman, Robert N.; Ohlson, J. A.; dan Penman, S. H. Ou, Jane A. dan Penman, S. H. (1989). “Financial State-
(1982). “Book Rate-of-Return and Prediction of ment Analysis and the Prediction of Stock Re-
Earnings Changes.” Journal of Accounting turns.” Journal of Accounting and Econom-
Research. Vol. 20, No. 2: 639-653. ics. No. 11: 295-329.

Houghton, K. A. dan Woodliff, D. R. (1987). “Financial Penman, Stephen H. (1992). “Financial Statement In-
Ratios: The Prediction of Corporate ‘Success’ formation of Earnings Change.” The Account-
and Failure.” Journal of Business Finance and ing Review. Vol. 67, No. 3: 563-577.
Accounting. Page: 537-554.
Prastowo D., Dwi dan Juliaty, R. (2005). Analisis
Lev, Baruch dan Thiagarajan, S. R. (1993). “Funda- Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP
mental Information Analysis.” Journal of Ac- YKPN.
counting Research. Vol. 31, No. 2: 190-215.
Santoso, Singgih (1999). SPSS Mengolah Data
Libby, Robert (1975). “Accounting Ratios and the Pre- Statistik Secara Profesional Versi 7.5. Jakarta:
diction of Failure: Some Behavioral Evidence.” PT Elex Media Komputindo.
Journal of Accounting Research. Page: 150-161.
Santoso, Singgih (2000). Buku Latihan SPSS
Lo, Eko W. (2001). “Rasio Keuangan untuk Mengukur Parametrik. Jakarta: PT Elex Media
Asosiasi Likuiditas, Struktur Modal, dan Komputindo.
Kualitas Aktiva dengan Profitabilitas Bank:
Analisis Korelasi Kanonikal.” Jurnal Bisnis dan Sasongko, Noer dan W., Nila. (2006). “Pengaruh EVA
Akuntansi. Vol. 3, No. 1: 315-334. dan Rasio-Rasio Profitabilitas terhadap Harga
Saham.” Empirika. Vol. 19, No. 1: 68-80.
Machfoedz, M. (1994). “Financial Ratios Analysis and
the Earnings Changes in Indonesia.” Kelola. Sudarini, Sinta (2005). “Penggunaan Rasio Keuangan
No 7: 114-137. dalam Memprediksi Laba pada Masa yang akan
Datang (Studi Kasus di Perusahaan Perbankan
Malhotra, Noresh K. (1996). Marketing Research. New yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta).” Jurnal
Jersey: Prentice-Hall, Inc. Akuntansi dan Manajemen. Hal.: 195-207.

Munawir, S. (1995). Analisis Laporan Keuangan. Sukarno, Agus dan Winatha, I. K. (2004). “Peranan
Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Rasio Keuangan dan Stabilitas Rasio untuk
Memprediksi Potensi Kegagalan pada
O’Connor, Melvin C. (1973). “On the Usefulness of Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa
Financial Ratios to Investors in Common Efek Jakarta (Studi Empiris pada Bursa Efek
Stock.” The Accounting Review. Page: 339-352. Jakarta 1996-2000).” JMK. Vol. 1, No. 2.

Ohlson, James A. (1980). “Financial Ratios and the Susilawati, Chistine D. K. (2005). “Pengaruh Rasio
Probabilistic Prediction of Bankruptcy.” Jour- Keuangan terhadap Harga Saham pada
nal of Accounting Research. Vol. 18, No. 1: 109- Perusahaan Manufaktur.” Jurnal Ilmiah
131. Akuntansi. Vol. 5, No. 2.

59
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 41-60

Warsidi dan Pramuka, B. A. (2000). “Evaluasi Kegunaan


Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan
Laba di Masa yang akan Datang: Studi Empiris
pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Jakarta.” Jurnal Akuntansi, Manajemen, dan
Ekonomi. Vol. 2, No. 1.

Wijaya, Putu L. A. dan Hartadi, B. (2000). “Pengaruh


Perubahan Laba Akuntansi terhadap Perubahan
Harga Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa
Efek Jakarta.” Kompak. No. 24: 715-733.

Zainuddin dan Hartono, J. (1999). “Manfaat Rasio


Keuangan dalam Memprediksi Pertumbuhan
Laba.” Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.
2, No. 1: 66-90.

Zubaidah, Siti dan Zulfikar (2005). “Pengaruh Faktor-


Faktor Keuangan dan Nonkeuangan terhadap
Pengungkapan Sukarela Laporan Keuangan.”
Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 4, No. 1:
48-83.

60
ISSN: 1978-3116
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG, .................. (Jusup Agus Sayono, Ujang Sumarwan, Noer Azam Achsani,Hartoyo)
Vol. 3, No. 1, Maret 2009
Hal. 61-80 JURNA L
EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KEPEMILIKAN, PENGGUNAAN, PEMBAYARAN,
DAN PELUANG TERJADINYA
GAGAL BAYAR DALAM BISNIS KARTU KREDIT
Jusup Agus Sayono
PT. Polychem Indonesia Tbk.
Wisma 46 Kota BNI, 20th Floor
Jalnn Jenderal Sudirman Kav. 1, Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat 10220
Fax. 021 - 5512196
E-mail: jas@polychemindo.com
Ujang Sumarwan, Noer Azam Achsani, Hartoyo
Program Doktor Managemen Bisnis Institut Pertanian Bogor
Jalan Raya Pajajaran, Bogor 16151
Telepon +62 251 8313813, 8378667, Fax. +62 251 8318515

ABSTRACT solve. Strategy where can increases competitiveness


going concern, with aim increases gain and down stag-
Credit card as medium of exchange, giving amenity and nant credit jeopardy also about another credit card prob-
acceptance that extensive whereabouts just comprises lem. Best strategy can be applied from analysis result
shopping centre, hotel, restaurant and acceptable vari- influential factor to ownership behaviors, purposes,
ous worldwide place because credit card is assessed payments and things that becomes opportunity be-
more practical and safe (cash less). Another thruster cause basic it is happening baffled pays credit card
factor in product development and credit card busi- (probability default). Important transcendent thus for
ness is increasing trend credit card purposes, in height analyses demography factor with it is characteristic,
gain which is gotten for publisher credit card, manag- motivates, attitudes and personalities factor to owner-
ing bank ( acquirers ), and service or business man ship, purposes, payments and opportunity happening
grocer that receptive credit card as medium of ex- it is unsuccessful pays in billing. Base that problem
change( merchant); and easy result of Medium of Ex- subject, therefore this research purposes to analyses
change Technology development by use of Card influential factor to ownerships, purposes, payments,
(APMK). Credit card transactions phenomenon really analyses happening opportunity causal factors it
ever increasing from time to time, but on the other hand baffled pays in billing (probability default), and also to
in comment that market potency needs to be bewared formulate marketing strategy for credit card. Data has
overtakes is still in height non performing loan on this been processed with binary and ordinal logistics re-
finances type. It denotes that impressed credit card gression.
bank of issues has been forget principle prudential
banking in gets competition to market. About problem Keywords: credit card, consumer behavior, non per-
in that credit card business, where is need strategy to forming loan.

61
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 61-80

PENDAHULUAN tidak langsung bisa mendapatkan fasilitas kredit yang


dapat memberikan keleluasaan masa bebas bunga dari
Akhir-akhir ini pola konsumsi masyarakat terhadap penerbit kartu kreditnya. Selain memberikan
barang-barang konsumsi cenderung meningkat. keuntung-an kepada pemegang kartu kredit
Berbagai macam cara penawaran produk dilakukan oleh (cardholder), salah satu faktor yang menempati
para produsen untuk mendapatkan daya tarik prioritas utama dalam mendorong berkembangnya jenis
konsumen, seperti dengan memberikan hadiah kepada kartu kredit adalah tingginya pertumbuhan pasar.
calon konsumen atau memberikan kemudahan dalam Menyelenggarakan jasa kartu kredit menjadi bisnis
cara pembayaran. Semua proses aktivitas pembayaran yang menguntungkan serta tak berisiko tinggi, karena
melalui berbagai jenis alat pembayaran ini diproses oleh menjanjikan bank penerbit memperoleh pendapatan Rp
berbagai penyelenggara sistem pembayaran seperti 50 ribu hingga Rp 1 juta, antara lain dari iuran (annual
bank dan nonbank. Institusi inilah yang nantinya fee) yang harus dibayar oleh para pemegang kartu setiap
menyelenggarakan jasa mulai proses pengiriman dana, tahunnya, selain itu, pihak bank masih akan
kliring, hingga settlement. Cara pembayaran yang memperoleh keuntungan sekitar 2,5% hingga 4% per
populer di kalangan masyarakat pada masa sekarang bulan dari setiap nominal kredit yang disalurkan lewat
adalah menawarkan kemudahan berbelanja kepada jasa ini dan rabate dari merchant.
konsumen dengan menggunakan kartu kredit. Potensi pasar yang belum tergarap masih cukup
Pengertian kartu kredit didefinisikan secara terperinci besar. Lebih dari itu, banyaknya bank mengembangkan
oleh Bank Indonesia dan tertuang dalam Peraturan bisnis kartu kredit menandakan bahwa bisnis ini masih
Bank Indonesia (PBI No. 7/52/PBI/2005) sebagai alat menyimpan peluang yang baik bagi bank penerbit untuk
pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat meraih untung. Hal tersebut ditunjukkan dengan
digunakan untuk melakukan pembayaran atas meningkatnya jumlah bank penerbit/ penyelenggara
kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, kartu kredit. Hingga akhir Agustus 2005, jumlah bank
termasuk transaksi pembelanjaan dan/atau untuk penyelenggara kartu kredit dilansir sebanyak 17 bank
melakukan penarikan tunai di mana kewajiban (Bank Indonesia 2005). Pada tahun 2008, data Bank
pembayaran pemegang kartu dipenuhi terlebih dahulu Indonesia menyebutkan jumlah penyelenggara kartu
oleh aqcuirer atau penerbit, dan pemegang kartu kredit meningkat menjadi 21 penyelenggara/penerbit
berkewajiban melakukan pelunasan kewajiban kartu kredit yang terdiri dari lembaga perbankan dan
pembayaran tersebut pada waktu yang disepakati, baik Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) (Bank Indo-
secara sekaligus (charge card) ataupun secara nesia 2009a). Daftar penerbit kartu kredit disajikan pada
angsuran. Kartu kredit memberi kemudahan pula kepada Tabel 1, dengan market leader kartu kredit sampai
konsumen untuk pengambilan uang tunai melalui ATM dengan April tahun 2008 adalah Citibank, berikutnya
(Automated Teller Machine). Pemegang kartu secara adalah BNI, Mandiri, BCA, Danamon, dan HSBC
(Kiryanto 2008).

Tabel 1
Daftar Penerbit Kartu Kredit

Sumber: Bank Indonesia (2009).

62
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG, .................. (Jusup Agus Sayono, Ujang Sumarwan, Noer Azam Achsani,Hartoyo)

Perkembangan penggunaan kartu kredit di In- beredar di Indonesia berjumlah 8,8 juta. Pada Januari
donesia yang berkembang pesat didorong oleh 2009, atau dalam kurun waktu satu tahun lebih, jumlah
deregulasi perbankan dengan diterbitkannya SK kartu kredit yang beredar naik sebesar kurang lebih 2,2
Menkeu No. 1251/KMK.031/1998 pada 20 Desember juta kartu menjadi 11 juta kartu. Dengan asumsi bahwa
1998 yang menggolongkan bisnis kartu kredit sebagai satu orang nasabah atau konsumen memiliki tidak hanya
kelompok usaha jasa pembiayaan untuk membeli barang satu kartu, pasar kartu kredit masih sangat terbuka lebar.
dan jasa. Perkembangan pesat ini diikuti oleh penerbit Tanpa asumsi tersebut pun, jumlah pemegang kartu
asing lainnya (bekerja sama dengan bank nasional kredit masih terbilang sangat kecil dibandingkan jumlah
maupun perusahaan nonbank), seperti Amex, JCB, potensi dari penduduk Indonesia yang kini mencapai
Mastercard, dan Visa. Pertumbuhan kartu kredit dapat lebih dari 206 juta jiwa (BPS, 2002). Saat ini, jenis kartu
dilihat dari dua sisi. Pertama adalah jumlah kartu yang kredit beredar yang berada di posisi tiga besar adalah
diterbitkan (sebagai tolak ukur market share) dan kartu kredit Visa Reguler 2,8 juta, Mastercard Reguler
kedua, sales (penjualan). Berdasarkan sisi penjualan 2,1 juta, dan Visa Gold 1,4 juta kartu. Jenis kartu kredit
ini adalah banyaknya pemakaian kartu kredit. Hal yang lain rata-rata masih di bawah 400 ribu kartu (Trust,
tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. 2008).
Peningkatan jumlah kartu kredit memberikan
Tabel 2 kecenderungan peningkatan volume transaksi. Pada
Jumlah Kartu Plastik Beredar bulan September 2007, volume transaksi total (tunai
dan belanja) mencapai 10 juta transaksi dengan total
nilai Rp6,1 triliun. Dalam jangka waktu lebih dari satu
tahun, yaitu pada bulan Januari 2009 volume transaksi
total kartu kredit menjadi 14,4 juta transaksi dengan
total nilai Rp 9,7 triliun. Nilai transaksi kartu kredit per
bulan memang fluktuatif namun cenderung meningkat.

Tabel 3
Jumlah Transaksi Kartu Kredit (Rp000.000,-)

Sumber: Bank Indonesia (2009).

Jumlah kartu kredit yang beredar di Indonesia


dari tahun 2007 hingga 2009 meningkat sangat pesat.
Pada bulan September 2007 jumlah kartu kredit yang

63
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 61-80

Keterangan: chant yang sudah tidak aktif. Hal ini akan


1. Pengkategorian jenis kartu dilakukan berdasarkan berpengaruh juga dengan penurunan jumlah EDC.
fungsi penggunaan kartu yang umum di Contoh penurunan jumlah merchant dan EDC
masyarakat. periode Desember 2007 dibanding dengan periode
2. Naik turunnya jumlah pemegang Alat Pembayaran November 2007.
dengan Menggunakan Kartu dikarenakan terdapat 2. Untuk data periode bulan Januari 2008 adalah
kebijakan di beberapa penerbit untuk menghapus kompilasi data per 25 Maret 2008.
pemilikan kartu dari pengguna yang sudah tidak Sumber: Bank Indonesia (2008).
aktif atau tidak dapat memenuhi kewajiban sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan. Fenomena transaksi kartu kredit memang terus
Sumber: Bank Indonesia (2009). meningkat dari waktu ke waktu, namun di sisi yang lain
dalam menanggapi potensi pasar tersebut perlu
Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu diwaspadai menyusul masih tingginya kredit
(Tabel 4) pun semakin meningkat, yang meliputi termi- bermasalah pada jenis pembiayaan ini. Tren kredit
nal ATM, Merchant, EDC, dan Imprinter. Sejalan bermasalah (non performing loan/NPL) kartu kredit
dengan perkembangan teknologi, instrumen cenderung naik walaupun mengalami fluktuasi. Tahun
pembayaran khususnya yang menggunakan kartu 2001, NPL kartu kredit berada pada kisaran 10%. Tahun
(APMK) juga tumbuh dengan pesat. Tidak saja dari 2002, angkanya turun menjadi 8.29%. Tahun 2003,
volume dan nilai yang ditransaksikan namun juga dari meningkat cukup tinggi dengan angka 10.29%, tahun
fitur, jenis, fungsi serta berbagai fasilitas yang diberikan 2004 dengan kisaran 8.15%. Tren NPL kartu kredit
kepada pemegang kartu. sempat terlihat turun hingga tahun 2006. Setelah 2006,
angka NPL kartu kredit terus meningkat hingga pernah
Tabel 4 menembus lebih dari 12% antara kurun waktu akhir 2007
Jumlah Infrastruktur APMK dan awal 2008. Pada akhir semester I tahun 2008,
menurut catatan Bank Indonesia, kredit konsumsi
mengalami peningkatan jumlah dengan NPL Gross
sebesar 2,9%. NPL kartu kredit memberikan kontribusi
sebesar Rp 0,3 triliun dan NPL Gross kartu kredit sebesar
sebesar 11,6%. Angka tersebut merupakan angka
tertinggi dibandingkan jenis kredit konsumsi lainnya
seperti kredit properti dan lain-lain. Berdasarkan laporan
Bank Indonesia, sejak tahun 2001 hingga semester I
2008 NPL Gross kartu kredit selalu lebih tinggi dibanding
NPL Gross kredit konsumsi lainnya (Bank Indonesia,
2008). Beberapa bank yang tercatat memiliki NPL tinggi
di bisnis kartu kredit adalah Bank BNI serta Bank
Mandiri. Dalam catatan yang diperoleh Kontan (2008),
di awal tahun 2008, kredit macet bisnis kartu kredit di
BNI sudah mencapai 11.26%. Adapun di Bank Mandiri
mencapai 6%. Hal ini menandakan bahwa bank-bank
penerbit kartu kredit terkesan melupakan prinsip pru-
dential banking dalam berkompetisi memasarkan kartu
kreditnya.
Keterangan: Berlakunya kewajiban pembayaran tagihan kartu
1. Naik turunnya jumlah merchant dikarenakan kredit minimal sebesar 10% juga diduga sebagai
terdapat kebijakan di beberapa penerbit untuk penyebab pembayaran nasabah cenderung. Tidak
memutuskan hubungan kerja sama dengan mer- dapat pula dipungkiri tingginya tingkat suku bunga

64
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG, .................. (Jusup Agus Sayono, Ujang Sumarwan, Noer Azam Achsani,Hartoyo)

yang mencapai 48% per tahun dan penurunan perkembangan risiko kredit bermasalah, maka perlu
pendapatan masyarakat akibat kenaikan harga BBM dilakukan penelitian lebih lanjut agar perkembangan
beberapa waktu lalu dianggap banyak pihak sebagai bisnis tetap menjadi lebih baik. Di samping itu, risiko
penyebab naiknya NPL. Permasalahan industri kartu NPL dapat ditekan serendah mungkin atau paling tidak
kredit memang membutuhkan strategi dan regulasi yang sesuai dengan aturan regulasi dari bank sentral.
kondusif. Strategi yang mampu meningkatkan daya Sehubungan dengan hal tersebut, perlu diketahui dari
saing berkelanjutan, dengan tujuan meningkatkan dasarnya terlebih dahulu, yaitu tentang perilaku
keuntungan dan menurunkan risiko kredit macet serta konsumen untuk memiliki, menggunakan, dan pola
permasalahan kartu kredit. Strategi terbaik dapat pembayaran kartu kredit yang dipengaruhi oleh
diturunkan dari kebutuhan dan perilaku pemilikan dan demografi, motivasi, sikap, dan kepribadian konsumen,
penggunaan kartu kredit. Sebagai regulasi, Bank Indo- sehingga dapat dirumuskan pokok permasalahan, yaitu
nesia telah menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) (1) Bagaimanakah faktor-faktor yang berpengaruh
Nomor 7/52/2005 tentang Penyelenggaraan Alat terhadap kepemilikan kartu kredit?; (2) Bagaimanakah
Pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK), faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penggunaan
yang menggantikan PBI Nomor 6/30/PBI/2004. Salah kartu kredit?; (3) Bagaimanakah faktor-faktor yang
satu poin penting dalam PBI tersebut adalah aturan berpengaruh terhadap pembayaran kartu kredit?; (4)
bahwa pendapatan minimum pemohon kartu kredit Bagaimanakah faktor-faktor yang berpengaruh
harus tiga kali upah minimum regional (UMR) per bulan. terjadinya peluang gagal bayar?; dan (5) Bagaimana
Jika memenuhi syarat tersebut, nasabah kartu kredit merumuskan strategi pemasaran kartu kredit yang
diharapkan tidak kesulitan membayar cicilan kartu memiliki daya saing secara berkelanjutan sehingga
kredit. PBI tersebut juga mengharuskan seluruh prospek bisnis untuk mendapatkan keuntungan yang
penerbit kartu kredit menerapkan kebijakan persentase maksimal terpenuhi dengan risiko yang minimal?
minimum pembayaran yaitu 10% dari total tagihan para Batasan dan ruang lingkup kartu kredit yang
pemegang kartu kredit. Terkait dengan hal tersebut, akan diteliti adalah analisis perilaku konsumen dalam
Bank Indonesia mengeluarkan peraturan yang mengambil keputusan kepemilikan, penggunaan, dan
memudahkan bank penerbit dalam melakukan pola pembayaran kartu kredit dilakukan dengan menguji
kolektibilitas terhadap tagihan-tagihan kartu kredit hipotesis variabel berpengaruh meliputi faktor
yang akan dihapusbukukan (write off). Bank penerbit demografi, motivasi, sikap, dan kepribadian. Adapun
kartu kredit saat ini kesulitan melakukan ruang lingkup responden dalam penelitian ini adalah
penghapusbukuan terhadap tagihan kartu kredit yang para karyawan/karyawati di delapan perusahaan besar
telah lama tak tertagih. Aturan kartu kredit untuk tagihan di Jakarta, yang kemudian distratifikasi berdasarkan
lebih dari 180 hari (kategori macet) dapat jabatan (meliputi staf, supervisor, manajer, dan direktur).
dihapusbukukan (Bank Indonesia, 2007). Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut,
Berdasarkan uraian di atas, peran kartu kredit hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah mencari
sebagai indikator tumbuhnya cashless society, yang pengaruh timbal balik dan analisis demografi, motivasi,
merupakan sistem pembayaran dunia yang lebih aman, sikap dan kepribadian, dengan outcome berupa
dan praktis, juga memiliki potensi kredit macet yang rekomendasi prioritas pembenahan bagi penerbit kartu
besar. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk kredit dan acquirer dalam membuat keputusan dan
mengkaji faktor demografi, motivasi, sikap, kepribadian, strategi bauran pemasaran yang komprehensif. Out-
dan perilaku pemilikan, penggunaan, serta pembayaran come tersebut menjadi hal yang penting ketika penerbit
kartu kredit. Dengan demikian, dalam persaingannya kartu kredit dan acquirer terlibat dalam persaingan
penerbit kartu kredit dan acquirer dapat meningkatkan pasar kartu kredit yang sangat kompetitif saat ini.
keuntungan secara berkelanjutan, memperbesar pangsa Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk (1)
pasar, dan mengurangi risiko-risiko dari perilaku menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pembayaran kartu kredit yang akan terjadi. kepemilikan kartu kredit; (2) menganalisis faktor-faktor
Berdasarkan uraian kecenderungan yang berpengaruh terhadap penggunaan kartu kredit;
perkembangan industri kartu kredit dan juga (3) menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh

65
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 61-80

terhadap pembayaran kartu kredit; (4) menganalisis Perilaku pemilikan, penggunaan, serta pola
faktor-faktor penyebab peluang terjadinya gagal bayar; pembayaran kartu kredit yang dipengaruhi demografi
dan (5) merumuskan strategi pemasaran kartu kredit (meliputi usia, jenis kelamin, status pernikahan, jumlah
yang memiliki daya saing secara berkelanjutan, anggota keluarga, pendidikan, jabatan dalam pekerjaan,
meningkatkan keuntungan, dan mengurangi risiko- dan pendapatan), motivasi, sikap, dan kepribadian
risiko dari perilaku pembayaran kartu kredit yang akan hidup dapat menjadi peta untuk mengetahui alternatif
terjadi. campaign/promotion strategy, cara-cara meningkatkan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan persaingan merchant dengan mengoptimalkan rantai
pertimbangan dalam pengambilan keputusan, pembelanjaan (chain store) dan kerja sama yang saling
khususnya bagi penerbit kartu kredit dan bank menguntungkan, yang mampu mengikat konsumen
pengelola (acquirer) ataupun pihak-pihak yang terkait. dalam jangka panjang, sehingga meningkatkan
Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan pedoman bagi kepuasan dan loyalitas pemegang kartu kredit.
bank-bank yang ingin mendirikan Card Center sebagai Kebaruan (novelty) yang akan dicapai dalam
salah satu bagian dalam perusahaannya yang dapat penelitian ini menjadi umpan balik/implikasi manajerial
memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para bagi penerbit kartu kredit dan acquirer dalam
nasabahnya, dengan fokus utama pada keuntungan, persaingan kartu kredit. Hal tersebut ditelusuri dengan
meningkatkan pengembangan pangsa pasar, dan menyusun langkah bauran pemasaran yang
mengurangi risiko kredit bermasalah. Selain itu, bagi komprehensif dan tepat, memberikan pelayanan terbaik
para kalangan profesional muda atau mahasiswa pro- kepada konsumen melalui produk kartu kredit, sumber
gram pascasarjana yang berminat untuk mempelajari daya manusia yang siap membantu dan selalu ramah
daya tarik konsumen terhadap kartu kredit. serta program-program yang mampu membina partner-
Secara spesifik belum ada penelitian yang ship jangka panjang dengan konsumen, sehingga dapat
secara khusus membahas mengenai daya tarik meningkatkan keuntungan secara berkelanjutan,
keputusan pemilikan, penggunaan kartu kredit, dan memperbesar pangsa pasar, dan mengurangi risiko-
perilaku pembayaran pengguna kartu kredit. Kerangka risiko dari perilaku pembayaran kartu kredit yang akan
penelitian yang akan dilakukan adalah menelaah perilaku terjadi. Manajemen risiko menjadi kewajiban bagi
pemilikan, penggunaan (meliputi frekuensi dan jumlah penerbit kartu kredit dan acquirer yang meliputi
transaksi) serta pola pembayaran kartu kredit, dengan manajemen risiko likuiditas, manajemen risiko kredit,
menjustifikasi teori dan analisis penelitian-penelitian dan manajemen risiko operasional. Kebaruan yang telah
terdahulu, menstruktur ulang variabel-variabelnya serta diuraikan akan dinamakan Strategic Competitive Ad-
menambahkan kebaruan dalam perilaku pembayaran vantage Marketing (SCAM) untuk kartu kredit.
kartu kredit. Hal tersebut akan menjadi outcome dalam
menjawab kebutuhan penerbit kartu kredit dan aqcuirer MATERI DAN METODE PENELITIAN
dalam persaingan kartu kredit yang kompetitif.
Pemodelan penelitian ini akan mampu menghasilkan Definisi kartu kredit secara terminologis juga
strategic marketing yang memiliki daya saing dinyatakan oleh Al-Mushlih dan Shalah (2006) bahwa
berkelanjutan. kartu kredit adalah kartu yang dikeluarkan oleh pihak
Perilaku pembayaran kartu kredit adalah perilaku bank dan sejenisnya yang dapat digunakan oleh
pengguna kartu kredit pada saat mendapatkan jatuh pembawanya untuk membeli segala keperluan dan
tempo tagihan, di mana tagihan tersebut harus barang-barang serta pelayanan tertentu secara hutang.
dibayarkan kembali dengan kondisi antara lain Jika diterjemahkan kata ‘kredit giro’ ini secara langsung
pembayaran penuh (full payment), pembayaran mini- artinya adalah kartu pinjaman, atau kartu yang
mal sebesar 10% dari total tagihan yang sisanya memberikan kesempatan kepada pembawanya untuk
dikenakan bunga, dan pembayaran kurang dari 10%. mendapatkan pinjaman. Dalam studi yang dilakukan
Perilaku pembayaran tersebut menjadi bentuk kebaruan oleh Dellande dan Saporoschenco (2004), kartu kredit
variabel yang merupakan manifestasi perilaku berarti media pembayaran,apabila semua tagihan
pascapenggunaan kartu kredit. dilunasi atau disebut convinience user dan juga berarti

66
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG, .................. (Jusup Agus Sayono, Ujang Sumarwan, Noer Azam Achsani,Hartoyo)

kredit apabila membayar kurang dari tagihan (sumber memberikan kepuasan kepada konsumen. Engel et al.
utang) atau disebut installment user. (2005) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai
Keputusan konsumen untuk berutang atau tindakan yang terlibat secara langsung dalam
menabung terkait dengan dimensi waktu, masa kini/ mendapatkan, mengonsumsi dan menghabiskan produk
sekarang dan masa depan. Keputusan yang dilakukan dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului
sekarang, berutang atau menabung akan menentukan dan mengikuti tindakan ini. Dikemukakan pula oleh
masa depannya, membayar utang atau menikmati hasil Schiffman dan Kanuk (1994) bahwa perilaku konsumen
tabungannya. Dengan demikian, konsumenlah yang sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam
menentukan besarnya jumlah yang dikonsumsi kini dan mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan
masa depan (Varian 1987 dalam Sumarwan 1993). menghabiskan produk dan jasa yang diharapkan akan
Katona (1975) dalam Sumarwan (1993) memuaskan kebutuhannya. Sementara itu, Loudon dan
mengembangkan model faktor-faktor yang Della Bita (2004) menekankan perilaku konsumen
mempengaruhi keputusan berutang atau menabung. sebagai suatu pengambilan keputusan yang
Faktor tersebut di antaranya persepsi mengenai mensyaratkan aktivitas individu untuk mengevaluasi,
pendapatan, persepsi mengenai inflasi, dan persepsi memperoleh, menggunakan, atau mengatur barang dan
mengenai tingkat suku bunga. Kepribadian dan situasi jasa. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat
ekonomi mempengaruhi persepsi atau evaluasi dikatakan bahwa perilaku konsumen adalah semua
konsumen terhadap kondisi ekonominya. Persepsi inilah kegiatan, tindakan, dan proses psikologis yang
yang akan mempengaruhi perilaku ekonomi konsumen mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum
(Van Raaij 1981 dalam Sumarwan 1993). Permintaan membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan
kredit konsumsi dipengaruhi oleh perceived cost oleh produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau
konsumen, karakteristik demografi konsumen, sikap kegiatan mengevaluasi (Sumarwan 2003).
terhadap utang, dan kebutuhan konsumen akan
barang-barang (Peterson 1980 dalam Sumarwan 1993).
Perilaku Konsumen adalah semua kegiatan, tindakan,
dan proses psikologis yang mendorong tindakan
tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli,
menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah
melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi
(Sumarwan 2003). Perilaku konsumen didefinisikan
sebagai tindakan yang terlibat secara langsung dalam
mendapatkan, mengonsumsi dan menghabiskan produk
atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului
dan menyertai tindakan tersebut. (Engel et al. 2005).
Definisi tersebut mengungkapkan dua hal penting yang
tercakup dalam perilaku konsumen, yaitu tindakan
langsung atau secara fisik dalam mendapatkan,
mengonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa dan Gambar 1
proses pengambilan keputusan, termasuk keputusan Model Keputusan Konsumen Kartu Kredit
yang mendahului dan menyertai tindakan di atas. Hal (Modifikasi Model Sumarwan, 2003)
tersebut menggambarkan hubungan perilaku atau
tindakan konsumen akan berbeda karena adanya
perbedaaan dalam faktor yang mempengaruhi proses Menurut Kaynak dan Harcar (2001), usia
keputusan. berpengaruh positif terhadap kepemilikan kartu kredit.
Perilaku konsumen merupakan aspek penting Kelompok usia yang paling banyak memiliki kartu kredit
yang harus diperhatikan oleh perusahaan yang adalah antara 36-45 tahun. Menurut Stayins (2001), usia
menganut konsep pemasaran, dengan tujuan berpengaruh terhadap penggunaan pembayaran secara

67
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 61-80

elektronik. Konsumen muda ditemukan berpeluang pinjaman lebih besar dilakukan oleh orang yang
lebih kecil menggunakan kartu kredit, direct deposit, berpendapatan rendah dibandingkan dengan
dan pembayaran langsung. Peluang konsumen muda pendapatan menengah. Menurut Taehyung et al. (2005),
lebih besar untuk penggunaan ATM, kartu debit, com- motivasi pemegang kartu kredit dalam menggunakan
puter banking, dan smart card. Menurut Steffes (2005) kartu kreditnya dapat dibagi dua, yaitu pengguna yang
jumlah kartu kredit yang dimiliki seseorang mencari tingkat suku bunga lebih redah dan pengguna
berhubungan negatif dengan usia. Semakin muda usia yang mengutamakan kenyamanan dalam bertransaksi.
seseorang maka kecenderungan untuk memiliki kartu Menurut Hayashi (2006), pengguna kartu kredit juga
kredit semakin tinggi. Hal ini disebabkan usia muda akan semakin sering menggunakan kartu kreditnya, jika
adalah kelompok yang memiliki banyak kebutuhan fungsi kartu kredit tersebut memiliki lebih banyak
namun memiliki sumber pendapatan yang terbatas. manfaat, antara lain menggabungkan kartu kredit
Menurut Hogg dan Garrow (2003), terdapat dengan fungsi kartu ATM dan penghapusan beberapa
kecenderungan yang sama dari perilaku setiap gender beban biaya. Menurut Devlin et al. (2007), motivasi
untuk mengetahui efek iklan terhadap aspek psiklogis. yang mendorong pemegang kartu kredit ganda untuk
Terjadi kesamaan antara pria dan wanita dalam memiliki kartu kredit utama adalah penawaran diskon
mengonsumsi iklan yang ditayangkan dan bagaimana superior dan promosi, penawaran poin superior,
proses mengintepretasikan iklan tersebut. Menurut mengadakan hubungan dengan bank, fasilitas
Pahl (2007), terdapat perbedaan gender dalam manajemen debit, harga superior, desain dan tampilan
keputusan pengelolaan keuangan rumah tangga. Oleh kartu, limit kartu yang tinggi, serta menghasilkan gengsi
karena itu, sebaiknya perusahaan penerbit kartu kredit yang tinggi.
mengeluarkan jenis produk kartu kredit yang sesuai Mittal (2006) dalam penelitiannya
dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing, baik mengidentifikasi perilaku konsumen yang mengaitkan
secara individu dan pasangan. penggunaan produk dengan identitas yang dibangun
Menurut Pahl (2000), seseorang yang telah oleh konsumen. Peneliti juga bertujuan mengidentifikasi
menikah akan lebih mudah memperoleh kredit. Hal ini komponen yang mempengaruhi pembentukan rasa
diakibatkan sumber pendapatan, sumber pendapatan, pemilikan seseorang tersebut. Kemudian diidentifikasi
dan sumber informasi yang lebih banyak dimiliki yang proses terjadinya pengasosian penggunaan suatu
telah menikah dibandingkan yang tidak menikah. produk dengan identitas seseorang. Beberapa literatur
Menurut Dellandre and Saporoschenko (2004), orang- penelitian tentang konsumen mengidentifikasi
orang yang sudah berumah tangga lebih mampu hubungan antara penggunaan produk oleh konsumen
menyelesaikan program manajemen utang dan identitas yang sedang dibangun oleh konsumen
dibandingkan dengan mereka yang belum menikah atau dengan menggunakan produk tersebut.
yang sudah cerai. Menurut Yilmazer and DeVaney Konsumen tidak sadar (namun terkadang juga
(2005), pasangan yang sudah menikah memiliki sadar) bahwa rasa ingin memiliki yang ada di dalam diri
kemungkinan lebih besar memiliki berbagai bentuk mereka berhubungan dengan perasaan yang mereka
utang dibandingkan dengan yang belum menikah. bangun dalam diri mereka sendiri (Goffman 1959; Belk
Tidak terdapat data hasil penelitian terdahulu terhadap 1988, diacu dalam Mittal 2006). Penggunaan sebuah
variabel jumlah anggota keluarga. Menurut Kaynak dan produk dan rasa memiliki terhadap sebuah produk,
Kalcar (2001), semakin tinggi pendidikan mempengaruhi membantu konsumen mendefinisikan identitas diri
secara positif tingkat pemilikan kartu kredit. Menurut mereka. Dalam teori yang disampaikan oleh Goffman
Stayins (2007), peningkatan pendidikan memberikan terdapat dua gap, yaitu adanya penjelasan yang tidak
pengaruh pada penggunaan kartu kredit dan computer eksplisit tentang konsep kepemilikan itu sendiri dalam
banking. literatur perilaku konsumen dan proses psikologis yang
Bertaut and Haliassos (2004) menyatakan bahwa membangun rasa pemilikan tersebut.
peluang kepemilikan kartu kredit untuk pendapatan Dalam pandangan penelitian Mittal (2006),
yang rendah lebih kecil dibandingkan dengan visualisasi kepribadian disusun oleh lima komponen,
pendapatan yang tinggi. Perlakuan kartu kredit sebagai yaitu nilai (value), karakter, kompetensi dan

68
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG, .................. (Jusup Agus Sayono, Ujang Sumarwan, Noer Azam Achsani,Hartoyo)

kesuksesan, aturan sosial, tampilan dan tingkat Dennis et al. (2002) dalam penelitiannya
penerimaan seseorang secara pribadi. Setiap konsumen mempertimbangkan aspek berbelanja dan gaya belanja
memiliki proporsi dan penekanan yang berbeda untuk (shopping style) konsumen, dibandingkan dengan
tiap komponen tersebut, dan konsumen dapat berbelanja secara elektronik (e-shopping), dan
disegmentasi, paling tidak secara teori sesuai dengan mengidentifikasi atribut yang berasosiasi dengan
profil konsumen yang ada. Bagaimanapun, segmentasi konsumen dalam membangun image yang ideal
tersebut sangat berguna bagi pemasar (marketer) terhadap shopping center. Oleh karena itu, e-shopping
untuk merespons kondisi yang terjadi pada konsumen perlu meningkatkan pengalaman yang dirasakan
tersebut. konsumen ketika berkunjung ke shopping center
Ratha (2001) melakukan penelitian yang dengan menawarkan lebih banyak interaksi, hiburan
bertujuan menganalisis apakah pengunaan kartu kredit dan aktivitas yang mendukung gaya hidup seperti yang
bagi individu dapat meningkatkan kesejahteraan didapatkan konsumen ketika berbelanja di shopping
kehidupan pemegang kartu kredit. Hal tersebut center. Secara skematik, kerangka pemikiran penelitian
dikarenakan penggunaan kartu kredit dapat konseptual dapat dilihat pada Gambar 1.
meningkatkan kemampuan daya beli seseorang.
Peningkatan daya beli tersebut seolah menunjukkan
bahwa kualitas hidup seseorang menjadi meningkat.
Sesungguhnya dengan menggunakan kartu kredit,
berarti seseorang menggadaikan pendapatan masa
depannya untuk digunakan saat ini. Kartu kredit adalah
salah satu cara yang banyak digunakan orang untuk
meminjam uang. Dengan kartu kredit, orang dapat
membeli tanpa harus menggunakan uang tunai, karena
perusahaan penerbit kartu kredit akan membayar
pembelian tersebut dan pengguna kartu kredit akan
membayarnya kembali ke perusahaan penerbit kartu
kredit tersebut. Dalam jumlah pembelian tertentu,
pemegang kartu kredit harus membayar tingkat bunga
dari pinjamannya. Tingkat suku bunga dari pinjaman
tersebut dihitung sebagai bagian dari total pinjaman
dan pinjaman tersebut dikenakan biaya untuk periode
tertentu. Pelunasan bunga pinjaman, mengurangi
jumlah uang yang tersedia bagi pemegang kartu kedit
untuk melakukan pembelian yang bersifat reguler,
sehingga hal tersebut dapat menurunkan tingkat
kualitas hidup pemegang kartu kredit dalam jangka
panjang.
Kajian yang dilakukan oleh Tim Inisiatif 2006 Gambar 2
Grand Desain Upaya Peningkatan Penggunaan Kerangka Pemikiran Konseptual
Pembayaran Nontunai menyatakan bahwa secara umum
masyarakat pengguna nontunai adalah masyarakat     tidak termasuk lingkup penelitian
yang terbuka terhadap informasi, memandang dirinya
sebagai pelopor/panutan bagi orang lain, dan memang
menyukai model pembayaran nontunai (Hidayat et al. Penyusunan proposal penelitian ini dimulai pada
2006). Dengan demikian masyarakat yang bulan April 2007 dan survei telah dilakukan pada bulan
menggunakan alat pembayaran nontunai secara umum Maret 2008. Penelitian dilakukan kepada karyawan/
adalah orang yang aktif terhadap inovasi atau inovatif. karyawati di delapan perusahaan besar yang berdomisili

69
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 61-80

di Jakarta. Perusahaan-perusahaan tersebut bergerak sebesar 75% dari populasi yang memiliki kartu kredit
dalam bidang jasa perbankan (Bank Central Asia, Bank dan 25% dari populasi yang tidak memiliki kartu kredit
Internasional Indonesia, dan Bank Ganesha), jasa secara acak dan bertingkat dengan memiliki perbedaan
asuransi (PT Dayin Mitra, PT Lumbung Sari, dan PT karakteristik mengenai jabatan, meliputi staf, supervi-
Surya Pertiwi), jasa penyewaan mobil (Indorent), dan sor, manajer, dan direktur sebanyak 300 responden.
perusahaan manufaktur (PT Polychem Indonesia, Tbk). Penelitian ini menganalisis demografi, motivasi,
Berdasarkan delapan perusahaan tersebut, empat di sikap, kepribadian, perilaku kepemilikan, perilaku
antaranya telah berstatus perusahaan publik. Alasan penggunaan, perilaku pembayaran kartu kredit, dan
pemilihan perusahaan dan lokasi penelitian adalah bertujuan merumuskan strategi pemasaran kartu kredit
reputasi kedelapan perusahaan sebagai perusahaan yang memiliki daya saing secara berkelanjutan, dengan
besar dan bonafid, lokasi perusahaan terletak di Jakarta meningkatkan keuntungan dan mengurangi risiko dari
sehingga memudahkan proses penelitian, dan perilaku pembayaran kartu kredit yang akan terjadi.
keragaman karyawan yang tinggi karena karyawan Kajian ini menggunakan variabel terikat (meliputi
kedelapan perusahaan berdomisili di Jabodetabek. kepemilikan kartu kredit, frekuensi penggunaan kartu
Oleh karena penelitian ini memerlukan ketepatan kredit, total transaksi penggunaan, dan perilaku
karakteristik sampel secara mutlak, penentuan sampel pembayaran kartu kredit) dan variabel bebas (meliputi
ditentukan secara bertingkat (stratified random sam- usia, jenis kelamin, status pernikahan, jumlah anggota
pling), yaitu membagi populasi menjadi beberapa grup keluarga, pendidikan, jabatan, pendapatan per bulan,
yang biasa disebut sebagai strata dan kemudian motivasi, sikap, dan kepribadian). Variabel tersebut
mengambil sampel secara acak dari masing-masing menguji dan menganalisis hipotesis yang diciptakan
strata. Sampel yang diambil proporsional dengan jumlah dengan menggunakan regresi logistik sehingga
anggota populasi dalam strata. Dalam penelitian ini menghasilkan output sesuai dengan tujuan dan nov-
sebelum diambil sampel dilakukan pendataan populasi elty yang diinginkan. Penelitian yang dilakukan secara
karyawan perusahaan berdasarkan kepemilikan kartu skematik ditunjukkan dengan kerangka pemikiran
kredit dan tingkat jabatan, kemudian diambil sampel penelitian operasional.

Tabel 5
Responden Berdasarkan Kepemilikan Kartu Kredit Dan Tingkat Jabatan

70
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG, .................. (Jusup Agus Sayono, Ujang Sumarwan, Noer Azam Achsani,Hartoyo)

dilakukan wawancara, yang dibedakan menjadi


menikah dan tidak menikah. Jumlah anggota keluarga
responden dibedakan menjadi kurang atau sama
dengan dua orang dan lebih dari dua orang. Pendidikan
responden merupakan tingkat pendidikan terakhir yang
telah diselesaikan oleh responden. Pendidikan
dikategorikan ke dalam lima kelompok, antara lain (1)
SMU, (2) Diploma, (3) Sarjana, dan (4) Pascasarjana.
Pekerjaan didefinisikan sebagai status kedudukan
struktural responden saat ini. Pekerjaan tersebut
dioperasionalkan ke dalam empat kategori, yaitu (1) Staf,
(2) Supervisor, (3) Manajer, dan (4) Direktur.
Pendapatan didefinisikan sebagai total pendapatan
responden setiap bulannya. Pendapatan tersebut
dioperasionalkan ke dalam enam kategori, (1) <Rp3 juta,
(2) Rp3 juta sampai dengan Rp5 juta, (3) lebih dari Rp5
juta sampai dengan Rp10 juta, (4) lebih dari Rp10 juta
sampai dengan Rp25 juta, dan (5) >Rp25 juta. Motivasi
terhadap kartu kredit merupakan alasan-alasan yang
memotivasi responden untuk memiliki kartu kredit. Skala
Gambar 3 pengukuran yang digunakan adalah skala interval.
Kerangka Pemikiran Penelitian Operasional Responden kemudian dibedakan menjadi memiliki
motivasi rendah dan motivasi tinggi. Sikap adalah
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini persetujuan responden terkait dengan pernyataan
dibagi menjadi dua macam, yaitu variabel terikat dan mengenai kartu kredit, yang diukur dengan skala inter-
variabel bebas. Variabel terikat adalah variabel yang val. Responden kemudian dibedakan menjadi memiliki
sedang diprediksi yang dapat juga disebut criterion sikap negatif dan sikap positif. Kepribadian meliputi
variable, sedangkan variabel bebas adalah variabel keberanian responden untuk mengambil risiko yang
yang dipakai untuk memprediksi yang disebut juga dikaitkan dengan keaktifannya menerima inovasi. Skala
predictor variable. Dalam penelitian ini, variabel pengukuran yang digunakan adalah skala interval.
terikat/tidak bebas adalah kepemilikan kartu kredit, Responden kemudian dibedakan menjadi risk averter
frekuensi penggunaan kartu kredit, total nilai transaksi yang pasif (tidak berani mengambil risiko dan pasif
penggunaan, perilaku pembayaran kartu kredit (Full terhadap inovasi), risk averter yang aktif (tidak berani
Payment), perilaku pembayaran kartu kredit (<10 % mengambil risiko dan aktif terhadap inovasi), risk taker
Payment), dan denda keterlambatan pembayaran. yang pasif (berani mengambil risiko dan pasif terhadap
Variabel bebasnya adalah usia, jenis kelamin, status inovasi), dan risk taker yang aktif (berani mengambil
pernikahan, jumlah anggota keluarga, pendidikan, risiko dan aktif terhadap inovasi).
jabatan dalam pekerjaan, pendapatan, motivasi, sikap, Kepemilikan dikelompokkan dalam kategori
dan kepribadian. memiliki dan tidak memiliki kartu kredit, yang diukur
Definisi variabel penelitian sebagai berikut. dengan skala nominal, dengan katagori (1) memiliki kartu
Responden didefinisikan sebagai usia pada saat Kredit dan (0) tidak memiliki kartu kredit. Frekuensi
dilakukan wawancara. Usia dikategorikan ke dalam 4 penggunaan didefinisikan sebagai rata-rata frekuensi
kelompok, antara lain (1) 17-25 tahun, (2) 26-40 tahun, pemakaian kartu kredit per bulan, yang diukur dengan
(3) 41-55 tahun, dan (4) >55 tahun. Jenis kelamin skala ordinal. Frekuensi penggunaan kartu kredit
responden didefinisikan antara lain sebagai laki-laki dikategorikan ke dalam (1) <5 kali, (2) 5 – 8 kali, (3) 9 –
atau perempuan. Status pernikahan responden 10 kali, (4) 11 – 15 kali, dan (5) >15 kali. Total nilai
didefinisikan sebagai status responden pada saat transaksi penggunaan didefinisikan sebagai besarnya

71
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 61-80

rata-rata total nilai transaksi penggunaan kartu kredit peubah kategorik, maka analisis regresi yang digunakan
per bulan, yang diukur dengan skala ordinal. Jumlah adalah analisis regresi logistik (Firdaus & Farid, 2008).
rata-rata transaksi dengan menggunakan kartu kredit, Berdasarkan tipe peubah kategori peubah Y, analisis
dikategorikan ke dalam (1) <Rp500 ribu, (2) Rp500 ribu regresi logistik dapat dibagi menjadi tiga, yaitu (1)
- Rp3 juta, (3) >Rp3 juta - Rp6 juta, (4) >Rp6 juta - Rp10 biner; regresi logistik biner; (2) nominal; regresi logistik
juta, dan (5) >Rp10 juta. Perilaku pembayaran nominal; dan (3) ordinal; regresi logistik ordinal. Secara
didefinisikan secara operasional sebagai rata-rata umum, analisis regresi logistik menggunakan peubah
membayarkan tagihan kartu kredit dikategorikan ke penjelasnya, yang dapat berupa peubah kategorik
dalam (1) 1% sampai dengan kurang dari 10%, (2) 10% ataupun peubah numerik, untuk menduga besarnya
sampai kurang dari 100%, dan (3) lunas peluang kejadian tertentu dari kategori peubah respons.
100%.Pengukuran dengan menggunakan skala ordinal. Dengan kata lain, analisis regresi logistik merupakan
Peluang gagal bayar didefinisikan secara operasional suatu teknik untuk menerangkan peluang kejadian
sebagai rata-rata membayarkan tagihan kartu kredit tertentu dari kategori peubah respons. Di dalam analisis
kurang dari 10% (analisa nilai konstanta 1 dari model regresi logistik biner, pemodelan peluang kejadian
perilaku pembayaran) dan Denda karena terlambat tertentu dari kategori peubah respons dilakukan melalui
membayar diukur dengan skala nominal dengan transformasi logit. Formula dari transformasi logit
kategori (1) terkena denda dan (0) tidak terkena denda. tersebut adalah:
Dalam difinisi operasional dijelaskan secara
fakta dan nyata berdasarkan data dan pertanyaan dalam
koesioner, akan tetapi ada 3 variabel bebas yaitu usia
kategori 4 (>55 tahun) total jumlah respondennya hanya
4, kemudian tingkat pendidikan kategori 4 (pasca
sarjana) total jumlah respondennya 16 dan terakhir dengan pi adalah peluang munculnya kejadian kategori
adalah pendapatan kategor 5 (> 25 juta) total jumlah sukses dari peubah respons untuk orang ke-i dan loge
respondennya 8, niali persentasenya sangat kecil dari adalah logaritma dengan basis bilangan e. Kategori
total polulasi sebanyak 300 responden. Sehubungan sukses secara umum merupakan kategori yang menjadi
dengan hal tersebut untuk meminimalkan adanya error perhatian dalam penelitian. Pada penelitian ini, peubah
matematis dalam alat analisis regresi Minitap,maka responsnya adalah memiliki atau tidak, kejadian sukses
dilakukan peleburan data 3 variabel bebas tersebut adalah kejadian apabila seseorang mempunyai kartu
menjadi usia kategori 3 (>40 tahun), Pendidikan kategori kredit. Model yang digunakan dalam analisis regresi
3 (sarjana/pascasarjana) dan pendapatan kategori 4 logistik biner adalah sebagai berikut ini.
(Rp.10.000.001 sampai tidak terhingga)
Analisis regresi merupakan kajian hubungan Logit(pi) = 0 + 1*X
pengaruh peubah penjelas (X) terhadap peubah respons
(Y) melalui model persamaan matematis tertentu. dengan logit(pi) adalah nilai transformasi logit untuk
Apabila peubah Y berupa peubah dengan skala peluang kejadian sukses, 0 adalah intersep model garis
numerik, maka analisis regresi yang diterapkan dapat regresi, 1 adalah slope model garis regresi dan X adalah
menggunakan metode kuadrat terkecil biasa. Pada peubah penjelas. Dengan demikian, untuk n ini, model
beberapa bidang terapan, peubah Y dapat juga berupa regresi logistik dapat berupa:
peubah kategorik. Penelitian ini mengenai pengaruh
usia, jenis kelamin, status pernikahan, jumlah anggota Logit(pi) = 0 + 1*Usia + 2*Jenis kelamin + 3*Status
keluarga, pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pernikahan + 4*Jumlah anggota keluarga +
pendapatan sebagai peubah penjelas terhadap 5*Pendidikan + 6*Jabatan + 7*Pendapatan +
kepemilikan, penggunaan, dan pembayaran kartu kredit 8*Motivasi + 9*Sikap + 10*Kepribadian
seseorang sebagai peubah respons. Dalam hal ini
peubah respons tersebut berupa kategori. Secara umum Di dalam kajian hubungan antarpeubah
apabila peubah respons dalam analisis regresi berupa kategorik dikenal adanya ukuran asosiasi, atau ukuran

72
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG, .................. (Jusup Agus Sayono, Ujang Sumarwan, Noer Azam Achsani,Hartoyo)

keeratan hubungan antarpeubah kategori. Salah satu Model untuk peubah respons berskala ordinal
keuntungan penggunaan analisis regresi logistik adalah menggunakan logit dari peluang kumulatif. Logit untuk
bahwa ukuran asosiasi ini seringkali merupakan fungsi P(Y d” j) sama dengan log dari rasio atau odd di atas,
dari penduga parameter yang didapatkan. Salah satu yaitu:
ukuran asosiasi yang dapat diperoleh melalui analisis
regresi logistik adalah rasio odds. Odds sendiri dapat
; j = 1, 2, …, c-1
diartikan sebagai rasio peluang kejadian sukses dengan
kejadian tidak sukses dari peubah respons. Adapun
rasio odds mengindikasikan seberapa lebih mungkin, Logit dari peluang kumulatif di atas dinamakan sebagai
dalam kaitannya dengan nilai odds, munculnya kejadian logit kumulatif. Apabila dikaitkan dengan peubah bebas
sukses pada suatu kelompok dibandingkan dengan X, model regresi logistk ordinal dapat dituliskan sebagai
kelompok lainnya. Sebagai contoh, seberapa lebih besar berikut ini.
peluang responden untuk memiliki kartu kredit
dibandingkan tidak memiliki (Firdaus & Farid, 2008). Logit[P(Y d” j)] = ?j + ?X; j = 1, 2, …, c-1
Misalkan peubah respons Y adalah peubah
dengan skala ordinal dan memiliki c kategori. Misalkan Model tersebut mengasumsikan bahwa pengaruh X
P(Y d” j) adalah peluang peubah respons Y berada adalah sama untuk setiap peluang kumulatif. Apabila
pada kategori j atau kategori di bawahnya (yaitu asumsi ini tidak dipenuhi, maka dapat digunakan model
kategori 1, 2, …, j). Peluang seperti itu dinamakan regresi logistik nominal. Model logit kumulatif dengan
sebagai peluang kumulatif. Peluang ini sama dengan pengaruh bersama semacam ini dinamakan sebagai
penjumlahan dari peluang Y berada pada kategori 1 model odd proporsional.
sampai kategori j, Model regresi pada pengolahan dan analisis
data penelitian ini adalah:
P(Y d” j) = P(Y = 1) + P(Y = 2) + … + P(Y = j)
1. Untuk menjawab tujuan analisis kepemilikan kartu
Dengan demikian peluang kumulatif peubah respons kredit:
Y berada pada kategori 1, 2, …, c memiliki hubungan Y1 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 +
sebagai berikut ini. b7X7 + b8X8 + b9X9 + b10X10 + î

P(Y d” 1) d” P(Y d” 2) d” … P(Y d” c) = 1. 2. Untuk menjawab tujuan analisis frekuensi


penggunaan kartu kredit:
Konsep peluang kumulatif ini digunakan dalam Y2 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 +
pemodelan peubah respons berskala ordinal. b7X7 + b8X8 + b9X9 + b10X10 + î
Perhatikan rasio peluang berikut ini.
3. Untuk menjawab tujuan analisis nilai penggunaan
kartu kredit:
Y3 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 +
b7X7 + b8X8 + b9X9 + b10X10 + î

4. Untuk menjawab tujuan analisis perilaku


Rasio tersebut dapat dipandang sebagai besarnya odds pembayaran kartu kredit:
peubah respons pada kategori j atau di bawahnya. Y4 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 +
Dengan demikian, apabila rasio tersebut bernilai 3, dapat b7X7 + b8X8 + b9X9 + b10X10 + î
diartikan sebagai peluang peubah respons Y berada
pada kategori j atau di bawahnya adalah 3 kali lebih 5. Untuk menjawab tujuan analisis denda terlambat
besar dibandingkan peluang peubah respons Y berada membayar tagihan:
pada kategori di atas kategori j. Y5 = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 +
b7X7 + b8X8 + b9X9 + b10X10 + î

73
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 61-80

HASIL PENELITIAN
Tabel 6
Peluang Semua Faktor

PEMBAHASAN
Penanganan nasabah yang membuat nasabah
Strategi pemasaran SCAM (Sustainable Competitive selalu diperhatikan dan memberikan solusi atau
Advantage Marketing) untuk faktor-faktor yang informasi yang jelas dan cepat adalah faktor utama untuk
mempengaruhi pemilikan kartu kredit dengan tujuan kesuksesan dari pemasaran. Sehubungan dengan faktor
untuk mencari nasabah baru dan mempertahankan yang berpengaruh pada kepemilikan kartu kredit maka
nasabah yang sudah ada. Strategi promosi adalah pasar pihak penerbit kartu kredit wajib memiliki pelayanan
dari karakteristik demografi dan faktor motivasi yang call center yang berkualitas dan sumber daya
harus menjadi tujuan promosi guna peningkatan manusianya wajib diberikan pelatihan untuk bisa
penjualan kartu kredit adalah pasar untuk usia antara mengatasi semua permasalahan dari kelompok usia
26 ke atas, namun lebih baik fokus pada usia produktif produktif bekerja, kelompok dengan level pendidikan,
dan bekerja, tingkat pendidikan antara diploma sampai kelompok dengan level jabatan, kelompok dengan level
sarjana/pascasarjana, level jabatan staf difokuskan dari pendapatan.
pada jabatan yang lain seperti supervisor, manajer atau Nasabah yang memiliki pendapatan yang tinggi,
direktur, pendapatan yang diperoleh berkisar pendidikan pascasarjana, jabatan direktur, dan memiliki
Rp3.000.000 sampai Rp25.000.000 menjadi fokus dan di motivasi tinggi bahwa memiliki kartu kredit untuk alasan
atas Rp25.000.000 harus ditawarkan jenis atau level kartu keamanan atau cashless. Nasabah tersebut memiliki
kredit platinum yang memiliki limit yang tinggi dan yang kelas atau level kartu keseluruhannya adalah platinum
terakhir adalah strategi komunikasi untuk menggelitik dengan limit yang besar dan tidak pernah menunggak
motivasi calon nasabah di mana bahwa memiliki kartu pembayaran dan selalu melunasi 100% total tagihannya.
kredit adalah aman dan tidak perlu membawa uang tunai. Nasabah tersebut ada masalah dengan kurs debet dan
Strategi komunikasi untuk faktor motivasi tinggi kredit, mengingat saat kartu kredit dipakai di luar negeri
tentang keamanan adalah positif dan jangka panjang untuk membeli suatu barang dan ternyata barang
bisa mengurangi risiko gagal bayar dibandingkan tersebut sudah habis stocknya, kemudian oleh mer-
dengan faktor motivasi yang lain. chant dikreditkan kembali sesuai nominalnya. Pada saat

74
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG, .................. (Jusup Agus Sayono, Ujang Sumarwan, Noer Azam Achsani,Hartoyo)

menerima tagihan tercatat bahwa kurs yang dipakai sama dengan tour travel, sekolah atau kampus, untuk
penerbit kartu kredit sangat tinggi pada saat mengadakan acara gathering atau outbond yang dapat
pendebetan dan pada saat pengkreditan kurs yang diikuti seluruh anggota keluarga di dalam atau di luar
dipakai sangat rendah, sehingga nasabah merasa negeri, pembayarannya memakai kartu kredit dan bisa
dirugikan dengan hal itu. Seharusnya dengan dicicil sesuai kemampuan kepala keluarga. Pasar untuk
penanganan nasabah, pihak customer service diberikan program ini sangat besar, mengingat kesibukan para
pengetahuan tentang cara komunikasi dan orang tua, tapi tetap menjadikan keluarga adalah
pengetahuan yang jelas perihal semua permasalahan. penting dalam mengambil keputusan.
Hal penting lainnya adalah pengetahuan berbicara Strategi pemasaran SCAM (Sustainable Com-
dengan level demografi yang berbeda, jangan semua petitive Advantage Marketing) untuk faktor–faktor
disama-ratakan,sehingga yang terjadi adalah nasabah yang mempengaruhi penggunaan kartu kredit dengan
tidak puas dan langsung menutup kartu kreditnya. tujuan untuk meningkatkan frekuensi penggunaannya
Hanya karena SDM call center yang dibayar murah, menjadi lebih dari 15 kali per bulan (nasabah yang sudah
pelayanan yang diberikan asal-asalan. Contoh tersebut ada/outstanding customer). Status responden adalah
diharapkan bisa memberikan masukan yang positif hasil probabilitas 67.80% adalah signifikan dan besar.
untuk bank penerbit kartu kredit agar melakukan Oleh karenanya, bank penerbit kartu kredit harus
perbaikan internal, sehingga bisa melayani semua membuat strategi pemasaran atau membuat program
kelompok demografi dan faktor motivasi tersebut di promosi yang fit dan difokuskan untuk status yang
atas oleh SDM dengan baik dan profesional. sudah menikah atau berkeluarga. Salah satu contoh
Program loyalty adalah pemberian free annual strategi pemasaran atau program yang bisa dilakukan
fee, seperti yang dilakukan bank penerbit kartu kredit adalah membuat program menjual barang-barang atau
saat ini sanagatlah bagus dan tetap fokus pada pasar jasa di mana membeli satu produk maka dapat gratis
faktor demografi dan motivasi yang telah ditulis di atas. satu produk yang sama atau lainnya (buy one get one
Untuk menjaga loyalitas nasabah yang sudah memiliki free).
kartu kredit yaitu dengan memberikan kenaikan limit Jumlah keluarga responden adalah hasil
sesuai dengan reputasi dan data historis nasabah tanpa probabilitas 56% adalah signifikan dan besar. Oleh
harus nasabah meminta dan juga penghapusan annual karenanya, bank penerbit kartu kredit harus membuat
fee karena pemakaian dan pembayaran yang baik. Hal strategi pemasaran atau membuat program promosi
ini membuat nasabah bangga dan merasa diperhatikan, yang fit dan difokuskan responden yang sudah menikah
sehingga nasabah akan loyal. dan memiliki tanggungan lebih dari 2 orang. Salah satu
Program layanan personal adalah layanan per- contoh strategi pemasaran atau program yang bisa
sonal berupa bundling produk perbankan dengan dilakukan adalah membuat program menjual barang-
kriteria nasabah besar sudah dilakukan perbankan dan barang atau jasa di mana membeli satu produk maka
hal ini tidak mempengaruhi faktor-faktor penelitian. Hal dapat gratis satu produk yang sama atau lainnya (buy
ini wajar karena secara psikologis tidaklah mungkin one get one free), seperti strategi untuk karekteristik
bahwa level nasabah dari faktor-faktor dalam penelitian status.
ini meminta program pelayanan personal, akan tetapi Jabatan responden adalah hasil probabilitas
apabila bank penerbit berdasarkan penelitian ini akan 14,2% adalah signifikan tetapi kecil peluangnnya. Oleh
membuat pelayanan personal sesuai dengan levelnya karenanya, bank penerbit kartu kredit harus membuat
adalah sangat luar biasa. Sampai saat ini belum ada strategi pemasaran atau membuat program promosi
yang menjalankan, mungkin sangat berhubungan yang fit dan difokuskan responden yang memiliki
dengan biaya. jabatan direktur, salah satu usulan program adalah
Program kerjasama dengan merchant adalah bekerjasama dengan merchant yang memiliki produk
program ini telah berjalan di semua bank penerbit kartu dengan merk yang berkelas dan kualitas yang tinggi,
kredit. Hanya saja masukan sehubungan dengan atau kegiatan yang menjadi hobi level direktur seperti
penelitian ini adalah membuat program kerja sama yang golf.
fokus pada faktor personality, misalkan program kerja

75
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 61-80

Pendapatan atau income responden adalah lebih dari Rp10.000.000,- per bulan (nasabah yang
bahwa probabilitas untuk melakukan transaksi di atas sudah ada/outstanding customer). Usia 1 dan 2
15 kali per bulan adalah kecil. Oleh karenanya, bank responden. Hasil probabilitas 73,30% dan 77,80%
penerbit kartu kredit harus membuat strategi yang adalah signifikan dan besar. Untuk itu bank penerbit
berbeda, yaitu dengan cara bagaimana probabilitas kartu kredit harus membuat strategi pemasaran atau
pemakaian di atas 15 kali per bulan menjadi besar untuk membuat program promosi yang fit dan difokuskan
range pendapatan Rp10.000.001,- sampai tak terhingga. untuk usia antara 26 sampai 55 tahun saja. Melihat
Hal ini sangat menarik dan merupakan tantangan bagi bahwa level usia tersebut adalah level usia yang
para pemasar. Responden yang memiliki tingkat produktif dalam bekerja dan masih ada usia yang di
pendapatan yang besar, rata-rata berumur antara 41 bawah 40 tahun,dimana usia ini adalah usia yang masih
tahun sampai 55 tahun, memiliki jabatan yang tinggi, muda dan bersemangat tinggi, untuk itu strategi harus
pendidikan sarjana atau lebih. Untuk itu perlu dipecah menjadi 2 bagian yaitu untuk mengakomodasi
diidentifikasi mengenai gaya hidupnya. Penelitian ini usia 26 tahun sampai 40 tahun dan usia di atas 40
tidak meneliti mengenai gaya hidup, sehingga tidak bisa tahun sampai 55 tahun. Untuk strategi pemasaran usia
memberikan usulan dari sisi gaya hidup dari perilaku di atas 40 tahun bisa dipakai strategi yang telah
konsumen. Akan tetapi secara pandangan umum dan dijabarkan pada Y2frekKK, sedangkan untuk strategi
pengalaman, biasanya semakin besar pendapatan pemasaran usia 26-40 bisa dipakai pemberian diskon
seseorang maka orang tersebut menjadi semakin pelit dan tambahan diskon untuk produk asesoris mobil
untuk membelanjakan pendapatannya. Mereka atau peralatan yang bertehnologi, seperti handphone
biasanya memakai fasilitas perusahaan tempat di mana ataupun komputer/laptop.
mereka bekerja atau miliki. Untuk itu salah satu strategi Jabatan 2 dan 3 responden. Hasil probabilitas
yang bisa dipakai adalah mengembangkan kartu kredit adalah kecil mengingat signifikan negatif, artinya nilai
perusahaan (corporate credit card). Di samping itu, pembelanjaannya akan lebih rendah dibandingkan
untuk yang sudah memiliki kartu kredit pribadi maka dengan jabatan staf (jabatan 0). Untuk itu bank penerbit
program buy one get one free bisa dilakukan, akan kartu kredit harus membuat strategi pemasaran atau
tetapi merk produk, tempat, dan kualitasnya harus kelas membuat program promosi yang fit dan difokuskan
atas. Contohnya adalah makan di hotel bintang lima, untuk meningkatkan transaksi rupiah bagi jabatan man-
golf eksklusif, atau pergi ke luar negeri dengan pesawat ager dan direktur, akan tetapi tetap melihat dari
terbaru seperti yang ditawarkan oleh BCA bekerja sama pendapatan riilnya juga besaran limit yang diberikan,
dengan Singapore Airlines. karena apabila terjadi kesalahan strategi bisa
Personality responden, sehubungan dengan menyebabkan kegagalan bayar. Program cicilan
hasil estimasi yang signifikan negatif, yang berarti pembelian barang dengan besar cicilannya bisa diatur
responden yang berani mengambil risiko dan aktif dan pembelian khusus atau fokus untuk barang yang
dalam berinovasi berpeluang lebih kecil untuk berkelas atau mahal adalah salah satu strategi
melakukan transaksi lebih dari 15 kali per bulan, maka pemasaran yang cocok. Income 2 responden.
bank penerbit harus memiliki strategi yang andal untuk Probabilitas kecil dan negatif, maka usulan strategi
itu. Salah satu usulan strategi adalah bekerja sama untuk income antara Rp5.000.001 sampai Rp10.000.000
dengan merchant yang memiliki produk yang bisa dibuat program nonton boskop atau makan dengan
mempunyai nama dan kelas tinggi seperti Hugo Boss sistem diskon atau beli satu gratis satu. Program ini
dan lain sebagainya untuk membuat program cicilan diharapkan dapat meningkatkan jumlah transaksi ru-
atau diskon. Akan tetapi program tersebut mempunyai piah per bulan kartu kreditnya.
limit waktu yang terbatas dalam pembeliannya, atau Personality responden. Sehubungan dengan
dalam istilah siapa cepat maka akan mendapatkannya. hasil estimasi yang signifikan negatif, dimana
Strategi pemasaran SCAM (Sustainable Competitive responden yang berani mengambil risiko dan aktif
Advantage Marketing) untuk faktor–faktor yang dalam berinovasi peluang lebih kecil untuk melakukan
mempengaruhi penggunaan kartu kredit dengan tujuan transaksi lebih dari 15 kali per bulan, maka bank penerbit
untuk meningkatkan transaksi penggunaannya menjadi harus memiliki startegi yang handal untuk itu. Salah

76
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG, .................. (Jusup Agus Sayono, Ujang Sumarwan, Noer Azam Achsani,Hartoyo)

satu usulan strategi adalah bekerja sama dengan mer- hanya saja walaupun peluangnya hanya 29,9%, salah
chant yang memiliki produk yang mempunyai nama satu usulan strategi adalah melakukan pengamatan
dan kelas tinggi seperti Hugo Boss dan lain sebagainya apabila terjadi, karena dikhawatirkan income tersebut
untuk membuat program cicilan atau diskon, akan tetapi sudah hilang oleh karena adanya kasus ataupun
program tersebut mempunyai limit waktu yang terbatas pemutusan hubungan kerja. Usulan strategi yang lain
dalam pembeliannya atau dalam istilah siapa cepat dia untuk faktor demografi yang lain di luar income 3 adalah
akan mendapatkannya. selalu melakukan monitoring data pembayaran dengan
Strategi pemasaran SCAM (Sustainable Com- ketat dan pemberian limit yang rendah, khususnya
petitive Advantage Marketing) untuk faktor–faktor untuk faktor-faktor demografi tersebut di atas. Faktor
yang mempengaruhi perilaku pembayaran kartu kredit, motivasi negatif dalam penelitian ini perlu dijadikan
dalam hal perilaku pembayaran ini difokuskan untuk point penyaringan pada saat akan membuat strategi
melihat perilaku pembayaran yang lunas 100%. pemasaran ataupun strategi promosi. Faktor sikap
Sebenarnya perilaku pembayaran yang melunasi 100% dalam penelitian ini untuk sebagai bagian kajian
tagihan merupakan hal yang kurang memberikan permasalahan nasabah akibat kejadian negatif dalam
kontribusi keuntungan kepada bank penerbit kartu hubungan kepemilikan kartu kreditnya. Usulan strategi
kredit,mengingat bank hanya mendapatkan hasil dari adalah peningkatan layanan nasabah. Faktor person-
merchant berkisar antara 2-3% dari setiap nominal yang ality dalam penelitian ini dijadikan bahan kajian untuk
dibelanjakan nasabahnya. Kontribusi keuntungan melakukan identifikasi nasabah yang memiliki person-
adalah apabila memperoleh pendapatan dari 2 sisi yaitu ality rendah, untuk itu usulan strateginya adalah
dari sisi merchant dan dari sisi perolehan bunga. Bunga memonitoring ketat data pembayaran dan memberikan
yang dicharge oleh penerbit kartu cukup tinggi yaitu limit yang rendah.
berkisar antara 3,5% sampai dengan 4%. Simpulan dari Hasil kajian memperlihatkan bahwa terdapat
hal ini adalah kontribusi keuntungan akan maksimal satu karakteristik faktor demografi yaitu status
apabila nasabah tidak membayar tagihan lunas 100% responden yang sudah menikah dan faktor motivasi
atau di antara pembayaran 10% sampai kurang dari responden yang mempengaruhi responden terkena
100%. Simpulan SCAM untuk hal nasabah yang denda akibat terlambat dalam membayar tagihan. Faktor-
membayar lunas 100% total tagihannya adalah bahwa faktor tersebut perlu diwaspadai oleh penerbit kartu
dengan memperhatikan faktor-faktor yang kredit dengan cara melakukan memonitoring dengan
mempengaruhi perilaku pembayaran. Hal yang dapat ketat untuk nasabahnya yang memiliki status sudah
dilakukan adalah pembuatan strategi pemasaran dan menikah. Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan,
promosi yaitu melakukan kerjasama dengan merchant di antaranya membuat SOP atau Sistem Operasi
untuk membuat program cicilan, sehingga secara Prosedur untuk memonitor hal tersebut, yang dapat
otomatis pihak bank penerbit akan mendapatkan diaplikasikan dengan pemakaian tehnologi informasi
kontribusi keuntungan dari dua sisi, juga dari sisi untuk memantau. Di samping itu, diberikan batasan
nasabah tetap merasa selalu melunasi cicilannya (win- berapa kali maksimal bahwa nasabahnya diperbolehkan
win solution). Strategi ini juga bermanfaat, selain akan untuk terlambat membayar sehingga dapat terseleksi
memberikan kontribusi keuntungan dan juga guna mengurangi risiko adanya gagal bayar, yang
bermanfaat menurunkan risiko gagal bayar dan NPL ujungnya adalah risiko NPL. Faktor motivasi yang
bagi bank penerbit kartu kredit. tinggi untuk memiliki kartu kredit antara lain dorongan
Hal yang perlu diwaspadai adalah responden bahwa kartu kredit merupakan gengsi, mengikuti trend,
atau nasabah dengan jenis kelamin laki-laki, kemudian sebagai tambahan atau cadangan dana, dapat
jabatan staf, supervisor dan manajer, tetapi yang perlu berbelanja lebih/konsumtif, dan mudah untuk berutang.
lebih diwaspadai adalah jabatan staf, income di bawah Motivasi tersebut merupakan faktor yang perlu
Rp3.000.000 sampai Rp5.000.000, dengan fokus diwaspadai oleh bank penerbit kartu kredit.
kewaspadaan lebih pada income di bawah Rp3.000.000.
Untuk income di atas Rp10.000.001 tidak perlu terlalu
khawatir mengingat hasilnya lebih kecil peluangnya,

77
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 61-80

SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN pelaku bisnis kartu kredit dengan nasabahnya.
PENELITIAN Prosedur Bank Indonesia Checking, Bank Checking
ataupun Personal Checking harus dilaksanakan, juga
Simpulan pembuatan aplikasi harus diadakan perbaikan, dimana
ada tambahan pertanyaan yang berhubungan dengan
Strategi pemasaran SCAM (Sustainable Competitive perilaku konsumen, sehingga gambaran awal perilaku
Advantage Marketing) untuk faktor–faktor yang calon nasabah bisa tergambar dan menjadi bagian dari
mempengaruhi pemilikan kartu kredit dengan tujuan proses pengambilan keputusan diterima atau ditolak
untuk mencari nasabah baru dan mempertahankan aplikasi, dan juga penentuan besarnya limit kartu kredit.
nasabah yang sudah ada, untuk faktor–faktor yang Untuk pelaku bisnis kartu kredit adalah untuk
mempengaruhi penggunaan kartu kredit dengan tujuan melakukan kerja sama program belanja dengan
untuk meningkatkan frekuensi penggunaannya menjadi angsuran, diskon, maupun buy one get one free, dan
lebih dari 15 kali per bulan (nasabah yang sudah ada/ lain sebagainya dengan merchant bonafide yang
outstanding customer), untuk faktor– faktor yang memiliki visi dan misi bisnis sepaham. Dasar alasan
mempengaruhi penggunaan kartu kredit dengan tujuan saran penulis adalah untuk peningkatan transaksi, baik
untuk meningkatkan transaksi penggunaannya menjadi secara kuantitas maupun rupiah, juga sehubungan
lebih dari Rp10.000.000,- per bulan (nasabah yang dengan adanya pasar untuk nasabah yang cenderung
sudah ada/outstanding customer), dan untuk faktor– membayar tagihannya 100% lunas.
faktor yang mempengaruhi perilaku pembayaran kartu Peneliti juga merekomendasikan untuk
kredit, dalam hal perilaku pembayaran ini difokuskan penelitian mendatang agar respondennya berasal dari
untuk melihat perilaku pembayaran yang lunas 100% populasi pegawai negeri atau pemerintah dengan dasar
ada perbedaaan. pertimbangan bahwa saat ini belum ada penelitian
pemasaran berkaitan dengan kartu kredit yang fokus
Saran untuk pegawai negeri atau pemerintah. Hasil yang
didapatkan dapat dijadikan bahan pembanding strategi
Untuk mendapatkan keunggulan bersaing dalam bisnis pemasaran untuk pasar di sektor swasta maupun
kartu kredit, maka penulis memberikan saran kepada pemerintah.
pelaku bisnis ataupun calon pelaku bisnis kartu kredit,
untuk melakukan pembuatan strategi pemasaran yang Keterbatasan
komprehensif, atau tidak hanya membuat strategi yang
bertujuan untuk meningkatkan kontribusi keuntungan Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis faktor
saja, akan tetapi juga membuat strategi untuk demografi, faktor motivasi, faktor sikap, dan faktor per-
meminimalkan risiko kegagalan bayar dan risiko kredit sonality yang berpengaruh terhadap kepemilikan,
macet. Risiko tersebut akan membawa dampak negatif penggunaan, pembayaran, dan peluang terjadinya
dari sisi kinerja maupun nama baik institusi. gagal bayar kartu kredit. Sample dan design yang
Sehubungan dengan hal pembuatan startegi pemasaran dilakukan untuk menghasilkan hasil penelitian akan
tersebut, maka pelaku bisnis wajib melakukan kajian memiliki keterbatasan apabila digunakan untuk
berdasarkan perilaku manusia terhadap keputusan mengeneralisasi bila hasilnya digunakan pada populasi
untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam kajian ini pelaku yang besar yaitu seluruh jumlah dari nasabah ataupun
bisnis bisa memakai landasan konsep berpikir calon nasabah kartu kredit. Limitasi terbesar dari
berdasarkan uji teoritis tentang perilaku konsumen penelitian ini termasuk bahwa hasil atas peluang dari
ataupun penelitian-penelitian yang berhubungan faktor-faktor yang berpengaruh, yang diperoleh
dengan perilaku manusia atau konsumen. jawabannya dari responden dalam penelitian ini
Peneliti juga menyarankan bahwa aturan dan mungkin bukankan pilihan yang tepat atau fit untuk
sistem terhadap analisis kelayakan calon nasabah mengeneralisasi populasi yang lain. Sebagai contoh
adalah penting sekali, mengingat hal tersebut menjadi adalah dalam penelitian ini bahwa prospek potensial
pintu masuk awal untuk terjadinya hubungan bisnis pemasaran kartu kredit adalah untuk jabatan staf, akan

78
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG, .................. (Jusup Agus Sayono, Ujang Sumarwan, Noer Azam Achsani,Hartoyo)

tetapi bukan berarti bahwa jabatan staf tersebut menjadi Capricon Indonesia Consult Inc. 1994. Studi on Multi
representatif dari populasi yang besar. Hal tersebut juga Finance Business Development and Prospects
berlaku pada faktor yang lainnya, akan tetapi paling in Indonesia. Edisi Januari, Jakarta.
tidak bahwa hasil penelitian ini bisa memberikan
gambaran ataupun bench marking untuk pembuatan Chaterjee, S and B. Prince. 1977. Regression Analysis
suatu strategi atas hal-hal yang paling berpengaruh by Example. John Wiley and Sons. New York.
signifikan atas kepemilikan, penggunaan, pembayaran,
dan peluang terjadinya gagal bayar kartu kredit. Engel, J.F, Blackwell R.D & Miniard. 2005. Consumer
Behavior. 10th Edition. The Dryden Press, Chi-
cago.

DAFTAR PUSTAKA Ekolita. 1999. UU No. 8 Tahun 1999 tentang


Perlindungan Konsumen. Majalah Mutu (Edisi
Al Mushlih, A. dan Shalah, A. 2006. Hukum Kartu Mei-Juni), Jakarta.
Kredit. http://www.halalguide.info
Firdaus M, Farid MA. 2008. Metode Kuantitatif Terpilih
Anaroga, P. 1997. Manajemen Bisnis (Terjemahan). untuk Manajemen dan Bisnis. IPB Press. Bogor.
Rineka Cipta, Jakarta.
Info Bank. 1995. Kartu Kredit. Edisi Khusus Desember,
Assael, H. 1998. Consumer Behaviour & Marketing No. 192.
Action. 6th edition. PWS Kent Publishing Co.,
Boston. Istijanto. 2006. Riset Sumber Daya Manusia. Gramedia.
Jakarta.
Bank Indonesia. 2005. Peraturan Bank Indonesia
tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Jollite, I.T. 1986. Principal Component Analysis.
Pembayaran dengan Menggunakan Kartu. PBI Springer Verlog. New York.
No: 7/52/PBI/2005.
Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. Raja Grafindo
________. 2006. Persepsi, Preferensi, Perilaku Persada, Jakarta.
Masyarakat dan Lembaga Penyedia Jasa
terhadap Pembayaran Non Tunai, Jakarta. Kotler, P. 2006. Marketing Management: Analysis, Plan-
ning, Implementation, and Control. Prentice
________. 2008. Statistik Sistem Pembayaran, Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.
Infrastruktur APMK. www.bi.go.id .
Les Frair, Jessica O. Matson, dan Jack E. Matson. 1998.
________. 2009. Statistik Sistem Pembayaran, An Undergraduate Curriculum Evaluation with
Penyelenggara APMK. www.bi.go.id . the Analytic Hierarchy Process. IEEE.

________. 2009a. Statistik Sistem Pembayaran, Jumlah Mahmoeddin. 2004. Melacak Kredit Bermasalah.
Kartu Beredar. www.bi.go.id . Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

________. 2009b. Statistik Sistem Pembayaran, Jumlah Muljono. 2001. Manajemen Perkreditan bagi Bank
Transaksi Kartu Kredit. www.bi.go.id . Komersil BPFE., Yogyakarta.

Bernthal, M.J., David, C., and Randall, L.R. 2005. Credit Myers, R.H. 1990. Classical and Modern Regression
card and lifestyle facilitators. Journal of con- with Application. Second Edition. PWS Kent,
sumer research Gainesville, vol 32 page 130. Boston.

79
JEB, Vol. 3, No. 1, Maret 2009: 61-80

Peter, J. P., Olson, J. C. 2004. Consumer Behavior and


Marketing Strategy. 7th Edition, Richard D.
Irwin, Boston.

Prospek. 1994. Pilihan Bagi yang Tak Suka Utang. Edisi


17 Desember.

Saaty, T. L. 1988. Decision Making for Leaders, RWS


Publications.

____________. 1988. The Analytic Hierarchy Process.


RWS Publications.

Setiadi, N. J. 2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan


Implikasi untuk Penelitian Pemasaran. Prenada
Media, Jakarta.

Suharjo, B dan Suwarno. 2002. LISREL (Linear Struc-


tural Relationship): Teori dan Aplikasinya.
Jurusan Matematika. FMIPA IPB. Institut
Pertanian Bogor.

Simamora, B. 2004. Panduan Riset Perilaku Konsumen.


Gramedia Pustaka, Jakarta.

Santoso, S. 1999. Aplikasi Excel dalam Bisnis. Elex Media


Komputindo. Jakarta

Sumarwan, U. 2003. Perilaku Konsumen: Teori dan


Penerapannya dalam Pemasaran. Ghalia Indo-
nesia, Jakarta.

Umar, H. 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen.


Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

80
ISSN: 1978-3116

Vol. 3, No. 1, Maret 2009 JURNA L


EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

INDEKS PENULIS DAN ARTIKEL


JURNAL EKONOMI & BISNIS (JEB)

Vol. 1, No. 1, Maret 2007

Harjanti, Theresia Tri dan Eduardus Tandelilin, pp. 1-10, Pengaruh Firm Size, Tangible Assets, Growth
Opportunity, Profitability, dan Business Risk pada Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Indonesia:
Studi Kasus di BEJ.

Dewi, Kurnia, pp. 11-22, Pengaruh Pengetahuan tentang Taktik Pemasang Iklan, Penghargaan Diri,
Kerentanan Konsumen, dan Pengetahuan Produk Konsumen pada Skeptisme Remaja terhadap Iklan
Televisi.

Khasanah, Mufidhatul, pp. 23-31, Analisis Nilai Incremental Capital Output Ratio (ICOR) pada Investasi
di Kabupaten Sleman, Tahun 2000-2004.

Yusuf, Muhammad, pp. 33-48, Metodologi Event Study: Telaah Metodologi di Bidang Ekonomi dan
Keuangan.

Kusumawati, Rini, pp. 49-58, Pengaruh Image, Kualitas yang Dipersepsikan, Harapan Nasabah pada
Kepuasan Nasabah dan Pengaruh Kepuasan Nasabah pada Loyalitas Nasabah dan Perilaku Beralih
Merek

Norpratiwi, AM Vianey, pp. 59-65, Aspek Value Added Rumah Sakit sebagai Badan Layanan Umum.

Vol. 1, No. 2, Juli 2007

Puspitasari, Christiana Rini, pp. 67-75, Dampak Ekonomi Pembangunan Perumahan Casa Grande di
Kabupaten Sleman Terhadap Masyarakat di Luar Perumahan, Tahun 2000-2005 (Studi Kasus di Desa
Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Sleman)

Estikasari, Ni Nengah Ami Estikasari, pp. 77-86, Pengaruh Pendukung Online pada Web Site Penyedia
Layanan Telekomunikasi dalam Meningkatkan Loyalitas Pelanggan

Handayani, Asri Wening dan Rudy Badrudin, pp. 87-97, Analisis Deskriptif Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota di Propinsi D.I. Yogyakarta, Tahun 2004-2005
ISSN: 1978-3116

Vol. 3, No. 1, Maret 2009 JURNA L


EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

Prajogo, Wisnu, pp. 99-103, Interpersonal Network: Keterkaitannya dengan Personality dan Kinerja
Berdasarkan Sudut Pandang Social Resources Theory

Algifari, pp. 105-112, Analisis Pertumbuhan Ekspor Indonesia Sebelum dan Setelah Krisis Ekonomi

Supriyanto, Y, pp. 113-118, Kontroversi Penggunaan Risk-Adjusted Discount Rates (RADR) untuk
Mendiskontokan Cash Flows dalam Capital Budgeting

Vol. 1, No. 3, Nopember 2007

Anatan, Lina dan Fahmy Radhi, pp. 119-133, The Effect of Environmental Factors, Manufacturing Strat-
egy and Technology on Operational Performance: Study Amongst Indonesian Manufacturers

Ciptono, Wakhid Slamet, pp. 135-146, Triple-R Strategy of Reformation—Revitalization, Reflection, and
Realization: in Memory of 10 Years of Reformation and 100 Years of National Awakening [2008]

Handayani, Asri Wening dan Rudy Badrudin, pp. 147-160, Analisis Deskriptif Struktur Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di Propinsi D.I. Yogyakarta, Tahun 2004-2005

Astuti, Kurnia dan Budiono Sri Handoko, pp. 161-173, Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Kebutuhan
Investasi, dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kabupaten Sleman

Fachrunnisa, Olivia, pp. 175-186, Identifikasi Pentingnya Komunikasi Nonverbal di Organisasi

Purnamawati, Astuti, pp. 187-192, Pengukuran Tingkat Keunggulan Komparatif Barang Ekspor Indonesia

Vol. 2, No. 1, Maret 2008

Maryatmo, R., pp. 1-8, Strategi Bisnis Eceran (Studi Kasus di Yogyakarta)

Windayani, Santi, pp. 9-28, Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Penggunaan Informasi
Kinerja dalam Penganggaran
ISSN: 1978-3116

Vol. 3, No. 1, Maret 2009 JURNA L


EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

Prajogo, Wisnu, pp. 29-35, Pengaruh Proactive Personality pada In-Role dan Extra-Role Performance
(Kasus pada Sebuah Perguruan Tinggi di Yogyakarta)

Sardjito, Bambang dan Osmad Muthaher, pp. 37-49, Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran terhadap
Kinerja Aparat Pemerintah Daerah: Budaya dan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating

Raharjo, Achmad, pp. 51-55, Prospek Pengembangan Industri Komponen dan Perakitan Otomotif di
Kabupaten Sleman

Fatmawati, Sri, pp. 57-65, Pemerataan Kepemilikan Saham dan Keadilan: Kebijakan Pemecahan Saham

Vol. 2, No. 2, Juli 2008

Dominanto, Nedi Nugrah, pp. 67-75, Perbedaan Sikap Terhadap Iklan, Merek, Dan Niat Beli Konsumen
pada Iklan dengan Fear Appeal Tinggi dan Rendah pada Partisipan Wanita

Suparmono, pp. 77-94, Analisis Optimasi Faktor Produksi Budidaya Udang Galah di Kecamatan Minggir,
Kabupaten Sleman

Fajar, Siti Al, pp. 95-100, Model Kepemimpinan Baru dalam Mengelola Diversitas Angkatan Kerja dalam
Rangka Meraih Keunggulan Bersaing

Pasaribu, Rowland Bismark Fernando, pp. 101-113, Pengaruh Variabel Fundamental Terhadap Harga Saham
Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2003-2006

Fatmawati, Sri, pp. 115-126, Kerjasama Perdagangan Regional (AFTA): Kajian Ekonomi Terhadap
Perdagangan Barang Indonesia

Manoppo, Yosua Pontolumiu, pp. 127-144, Pengaruh Kualitas Inti, Kualitas Hubungan, Risiko yang
Dipersepsikan, dan Harapan Konsumen pada Loyalitas Pelanggan dan Komplain Pelanggan pada Salon
Kecantikan “X” yang Ada di Yogyakarta
ISSN: 1978-3116

Vol. 3, No. 1, Maret 2009 JURNA L


EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

Vol. 2, No. 3, Nopember 2008

Anwar, Andlie Liano, pp. 145-158, Analisis Pengaruh Pendukung Online Website Layanan Operator Seluler
pada Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan Operator Seluler di Indonesia

Edy, pp. 159-174, Pengaruh Budaya Organisasional dan Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Perawat
“Rumah Sakit Mata Dr. YAP” Yogyakarta dengan Motivasi dan Kepuasan Kerja sebagai Variabel Pemediasi

Sukmawati, Ferina, pp. 175-194, Pengaruh Kepemimpinan, Lingkungan Kerja Fisik, dan Kompensasi terhadap
Kinerja Karyawan di PT. Pertamina (Persero) UPMS III Terminal Transit Utama Balongan, Indramayu

Rosalina, Willy Lutfiani, pp. 195-216, Pengaruh Kecerdasan Emosional Perawat terhadap Perilaku Melayani
Konsumen dan Kinerja Perawat Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Indramayu

Rosidi, Abidarin, pp. 217-232, Iklan Industri Kecil Melalui Word Wide Web (WWW) di Daerah Istimewa
Yogyakarta: Masalah Efektifitas Isi dan Desain Iklan

Badrudin, Rudy, pp. 233-246, Dampak Krisis Keuangan Amerika Serikat terhadap Perdagangan Internasional
Indonesia
ISSN: 1978-3116

Vol. 3, No. 1, Maret 2009 JURNA L


EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

PEDOMAN PENULISAN
JURNAL EKONOMI & BISNIS (JEB)

Ketentuan Umum
1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris sesuai dengan format yang ditentukan.
2. Penulis mengirim tiga eksemplar naskah dan satu compact disk (CD) yang berisikan naskah tersebut
kepada redaksi. Satu eksemplar dilengkapi dengan nama dan alamat sedang dua lainnya tanpa nama
dan alamat yang akan dikirim kepada mitra bestari. Naskah dapat dikirim juga melalui e-mail.
3. Naskah yang dikirim belum pernah diterbitkan di media lain yang dibuktikan dengan pernyataan tertulis
yang ditandatangani oleh semua penulis bahwa naskah tersebut belum pernah dipublikasikan.
Pernyataan tersebut dilampirkan pada naskah.
4. Naskah dan CD dikirim kepada Editorial Secretary
Jurnal Akuntansi & Manajemen (JAM)
Jalan Seturan Yogyakarta 55281
Telpon (0274) 486160, 486321 ext. 1332 O Fax. (0274) 486155
e-mail: rudy@stieykpn.ac.id

Standar Penulisan
1. Naskah diketik menggunakan program Microsoft Word pada ukuran kertas A4 berat 80 gram, jarak 2
spasi, jenis huruf Times New Roman berukuran 12 point, margin kiri 4 cm, serta margin atas, kanan,
dan bawah masing-masing 3 cm.
2. Setiap halaman diberi nomor secara berurutan. Gambar dan tabel dikelompokkan bersama pada
lembar terpisah di bagian akhir naskah.
3. Angka dan huruf pada gambar, tabel, atau histogram menggunakan jenis huruf Times New Roman
berukuran 10 point.
4. Naskah ditulis maksimum sebanyak 15 halaman termasuk gambar dan tabel.

Urutan Penulisan Naskah


1. Naskah hasil penelitian terdiri atas Judul, Nama Penulis, Alamat Penulis, Abstrak, Pendahuluan,
Materi dan Metode, Hasil, Pembahasan, Ucapan Terima Kasih, dan Daftar Pustaka.
2. Naskah kajian pustaka terdiri atas Judul, Nama Penulis, Alamat Penulis, Abstrak, Pendahuluan,
Masalah dan Pembahasan, Ucapan Terima Kasih, dan Daftar Pustaka.
3. Judul ditulis singkat, spesifik, dan informatif yang menggambarkan isi naskah maksimal 15 kata.
Untuk kajian pustaka, di belakang judul harap ditulis Suatu Kajian Pustaka. Judul ditulis dengan huruf
kapital dengan jenis huruf Times New Roman berukuran 14 point, jarak satu spasi, dan terletak di
tengah-tengah tanpa titik.
4. Nama Penulis ditulis lengkap tanpa gelar akademis disertai alamat institusi penulis yang dilengkapi
dengan nomor kode pos, nomor telepon, fax, dan e-mail.
ISSN: 1978-3116

Vol. 3, No. 1, Maret 2009 JURNA L


EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

5. Abstrak ditulis dalam satu paragraf tidak lebih dari 200 kata menggunakan bahasa Inggris. Abstrak
mengandung uraian secara singkat tentang tujuan, materi, metode, hasil utama, dan simpulan yang
ditulis dalam satu spasi.
6. Kata Kunci (Keywords) ditulis miring, maksimal 5 (lima) kata, satu spasi setelah abstrak.
7. Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan, dan pustaka yang mendukung. Dalam mengutip pendapat
orang lain dipakai sistem nama penulis dan tahun. Contoh: Badrudin (2006); Subagyo dkk. (2004).
8. Materi dan Metode ditulis lengkap.
9. Hasil menyajikan uraian hasil penelitian sendiri. Deskripsi hasil penelitian disajikan secara jelas.
10. Pembahasan memuat diskusi hasil penelitian sendiri yang dikaitkan dengan tujuan penelitian (pengujian
hipotesis). Diskusi diakhiri dengan simpulan dan pemberian saran jika dipandang perlu.
11. Pembahasan (review/kajian pustaka) memuat bahasan ringkas mencakup masalah yang dikaji.
12. Ucapan Terima Kasih disampaikan kepada berbagai pihak yang membantu sehingga penelitian dapat
dilangsungkan, misalnya pemberi gagasan dan penyandang dana.
13. Ilustrasi:
a. Judul tabel, grafik, histogram, sketsa, dan gambar (foto) diberi nomor urut. Judul singkat tetapi
jelas beserta satuan-satuan yang dipakai. Judul ilustrasi ditulis dengan jenis huruf Times New
Roman berukuran 10 point, masuk satu tab (5 ketukan) dari pinggir kiri, awal kata
menggunakan huruf kapital, dengan jarak 1 spasi
b. Keterangan tabel ditulis di sebelah kiri bawah menggunakan huruf Times New Roman
berukuran 10 point jarak satu spasi.
c. Penulisan angka desimal dalam tabel untuk bahasa Indonesia dipisahkan dengan koma (,) dan
untuk bahasa Inggris digunakan titik (.).
d. Gambar/Grafik dibuat dalam program Excel.
e. Nama Latin, Yunani, atau Daerah dicetak miring sedang istilah asing diberi tanda petik.
f. Satuan pengukuran menggunakan Sistem Internasional (SI).
14. Daftar Pustaka
a. Hanya memuat referensi yang diacu dalam naskah dan ditulis secara alfabetik berdasarkan huruf
awal dari nama penulis pertama. Jika dalam bentuk buku, dicantumkan nama semua penulis,
tahun, judul buku, edisi, penerbit, dan tempat. Jika dalam bentuk jurnal, dicantumkan nama
penulis, tahun, judul tulisan, nama jurnal, volume, nomor publikasi, dan halaman. Jika mengambil
artikel dalam buku, cantumkan nama penulis, tahun, judul tulisan, editor, judul buku, penerbit,
dan tempat.
b. Diharapkan dirujuk referensi 10 tahun terakhir dengan proporsi pustaka primer (jurnal) minimal
80%.
c. Hendaknya diacu cara penulisan kepustakaan seperti yang dipakai pada JAM/JEB berikut ini:

Jurnal
Yetton, Philip W., Kim D. Johnston, and Jane F. Craig. Summer 1994. “Computer-Aided Architects: A Case
Study of IT and Strategic Change.”Sloan Management Review: 57-67.
ISSN: 1978-3116

Vol. 3, No. 1, Maret 2009 JURNA L


EKONOMI & BISNIS

Tahun 2007

Buku
Paliwoda, Stan. 2004. The Essence of International Marketing. UK: Prentice-Hall, Ince.

Prosiding
Pujaningsih, R.I., Sutrisno, C.L., dan Sumarsih, S. 2006. Kajian kualitas produk kakao yang diamoniasi
dengan aras urea yang berbeda. Di dalam: Pengembangan Teknologi Inovatif untuk Mendukung
Pembangunan Peternakan Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional dalam Rangka HUT ke-40 (Lustrum
VIII) Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman; Purwokerto, 11 Pebruari 2006. Fakutas
Peternakan UNSOED, Purwokerto. Halaman 54-60.

Artikel dalam Buku


Leitzmann, C., Ploeger, A.M., and Huth, K. 1979. The Influence of Lignin on Lipid Metabolism of The Rat. In:
G.E. Inglett & S.I.Falkehag. Eds. Dietary Fibers Chemistry and Nutrition. Academic Press. INC., New York.

Skripsi/Tesis/Disertasi
Assih, P. 2004. Pengaruh Kesempatan Investasi terhadap Hubungan antara Faktor Faktor Motivasional dan
Tingkat Manajemen Laba. Disertasi. Sekolah Pascasarjana S-3 UGM. Yogyakarta.

Internet
Hargreaves, J. 2005. Manure Gases Can Be Dangerous. Department of Primary Industries and Fisheries,
Queensland Govermment. http://www.dpi.gld.gov.au/pigs/ 9760.html. Diakses 15 September 2005.

Dokumen
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 2006. Sleman Dalam Angka Tahun 2005.

Mekanisme Seleksi Naskah


1. Naskah harus mengikuti format/gaya penulisan yang telah ditetapkan.
2. Naskah yang tidak sesuai dengan format akan dikembalikan ke penulis untuk diperbaiki.
3. Naskah yang sesuai dengan format diteruskan ke Editorial Board Members untuk ditelaah diterima
atau ditolak.
4. Naskah yang diterima atau naskah yang formatnya sudah diperbaiki selanjutnya dicarikan penelaah
(MITRA BESTARI) tentang kelayakan terbit.
5. Naskah yang sudah diperiksa (ditelaah oleh MITRA BESTARI) dikembalikan ke Editorial Board Mem-
bers dengan empat kemungkinan (dapat diterima tanpa revisi, dapat diterima dengan revisi kecil
(minor revision), dapat diterima dengan revisi mayor (perlu direview lagi setelah revisi), dan tidak
diterima/ditolak).
6. Apabila ditolak, Editorial Board Members membuat keputusan diterima atau tidak seandainya terjadi
ketidaksesuaian di antara MITRA BESTARI.
7. Keputusan penolakan Editorial Board Members dikirimkan kepada penulis.
8. Naskah yang mengalami perbaikan dikirim kembali ke penulis untuk perbaikan.
9. Naskah yang sudah diperbaiki oleh penulis diserahkan oleh Editorial Board Members ke Managing
Editors.
10. Contoh cetak naskah sebelum terbit dikirimkan ke penulis untuk mendapatkan persetujuan.
11. Naskah siap dicetak dan cetak lepas (off print) dikirim ke penulis.

Anda mungkin juga menyukai