Anda di halaman 1dari 73

KO

KO MI
MI SI
SI I
N
IN FO
FO RM
RM AS
AS I
I PU
PU S
SA AT
T
[1.2] Telah membaca surat permohonan Pemohon;
Telah mendengar keterangan Pemohon;
Telah memeriksa surat-surat Pemohon;
Telah mendengar keterangan Ahli dari Pemohon;
Telah membaca kesimpulan Pemohon;
Telah mendengar keterangan Termohon;

T
Telah memeriksa surat-surat Termohon.

SA
PU
2. DUDUK PERKARA

A. Pendahuluan

I
[2.1] Bahwa Pemohon pada tanggal 11 Oktober 2018 telah mengajukan permohonan
penyelesaian Sengketa Informasi Publik di Kepaniteraan Komisi Informasi Pusat yang

AS
diterima dan terdaftar tanggal 11 Oktober 2018 dan diregistrasi Sengketa Nomor:
042/X/KIP-PS/2018.
RM
Kronologi
FO

[2.2] Bahwa Pemohon melalui surat permohonan informasi nomor 110/PW/VII/2018


tertanggal 6 Agustus 2018 mengajukan permohonan informasi publik kepada Kementerian
IN

ATR/BPN RI.

[2.3] Bahwa informasi yang dimohonkan oleh Pemohon adalah Salinan Warkah yang telah
menjadi dasar penerbitan SHM No 279/ Pondok Jaya, Luas 2.080 M2, atas nama Ir RM
SI

Punto Wibisono, terletak di Jl Raya Tegal Rotan, Kelurahan Pondok Jaya, Kecamatan
Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, dengan rincian;
MI

1. Ketetapan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Daft No 241/80 P, tanggal 19 Februari


1980.
KO

2. Surat keterangan dan Pernyataan Zegel hilang, tanggal 12 Oktober 1988 dibuat oleh
Ny Soeman Tobing yang diketahui Kepala Desa Pondok Aren dan Camat Pondok
Aren.
3. Surat dari Kepala Kantor Dinas Luar TK I IPEDA Tangerang tanggal 27 Oktober
1987 Nomor. S 6824/WPJ.04/KI.3113/1987.
2
4. Lampiran surat 6824/WPJ.04/KI.3113/1987 tanggal 27 Oktober 1987 mengenai
Keterangan Objek Pajak, Pajak Bumi dan Bangunan yang terdaftar Nomor:
6823/WPJ.04/KI.3113/1987.
5. Surat Pernyataan terima lunas yang dibuat Albert Tobing tanggal 12 Juni 1985 yang
diketahui Kepala Desa Pondok Aren dan diketahui Camat Pondok Aren.
6. Surat Kuasa Khusus tanggal 17 September 1988.

T
7. Kartu Keluarga tanggal 1 Agustus 1983 Nomor 304318 (copy).

SA
8. Surat Keterangan Lurah Petojo Utara tanggal 21 Maret 1989 Nomor
326/1.756.2/1989.

PU
9. Surat Permohonan Sertifikat tanggal 12 Januari 1991 yang ditandatangani oleh
Pemohon (Albert Tobing).
10. Surat Pernyataan Tanah yang dipunyai Pemohon tanggal 12 Januari 1991.

I
11. Surat Pernyataan yang dibuat oleh Pemohon tanggal 12 Juni 1985 dan diketahui
Kepala Desa Pondok Aren.

AS
12. Surat Pernyataan yang dibuat oleh Pemohon tanggal 4 September 1990 diketahui
Kepala Desa Pondok Aren tanggal 5 September 1990 No. 06/82f/SKTN/IX/90.
RM
13. Surat Keterangan yang dibuat Kepala Desa Pondok Aren tanggal 11 Februari 1991
dan diketahui Camat Pondok Aren.
FO

14. Surat Keterangan tanah yang dibuat Kepala Desa Pondok Aren tanggal 11 Februari
1991 dan diketahui Camat Pondok Aren.
IN

15. Surat Keterangan yang dibuat oleh Kepala Desa Pondok Aren tanggal 4 September
1990 dan diketahui Camat Pondok Aren.
16. Surat tanda terima STTS tahun 1990.
17. Surat Ketetapan IPEDA yang disahkan oleh Kepala Desa Pondok Aren dan diketahui
SI

Camat Pondok Aren.


18. Surat Pernyataan yang dibuat oleh Pemohon tanggal 28 Oktober 1991.
MI

19. Surat Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang Ub. kepala Seksi Pengukuran
Tanah perihal: Pengumuman tanah milik adat karena Pendaftaran dan balik nama a.n.
KO

Salomon Lumban Tobing.


20. Gambar situasi tanggal 22 Juni 1991 No 6300, luas 2080 M2.
21. Akta Hibah yang dibuat oleh PPAT Drs Endang Supriatna tanggal 12 Juni 1985 No.
49/Agr/HB/1985.

3
22. Pengumuman yang ditandatangani oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten
Tangerang Ub. Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran tanah tanggal 23 Maret
1991 Nomor 736/KPK.PT/1991.
23. Buku Tanah Hak Milik No.279/Pondok Jaya, Gambar Situasi Nomor 3600 tanggal 22
Juni 1991 seluas 2080 M2, Terahir terdaftar atas nama insinyur Raden Mas Punto
Wibisono.

T
24. Akta Jual Beli No. 99/2006 tanggal 29 Desember 2006 yang dibuat dihadapan

SA
Wartiana, SH selaku Pejaba Pembuat Akta Tanah wilayah Kabupaten Tangerang.
25. Buku Tanah Hak Tanggungan No. 5785/2008, tanggal 3 Juni 2008, pemegang Hak

PU
tanggungan tercatat atas nama PT Bank Pan Indonesia, Tbk disingkat PT Bank
PANIN. Tbk berkedudukan di Jakarta.
26. Akta Hak Tanggungan No. 50/2008 tanggal 21 Mei 2008 yang dibuat oleh dan

I
dihadapan Fatma, SH Pejabat Pembuat Akta Tanah wilayah Kabupaten Tangerang.
27. Surat Kuasa membebankan Hak Tanggungan tanggal 22 April 2008 No. 118/2008

AS
yang dibuat oleh dan dihadapan Eliwaty Tjitra, SH Notaris di Jakarta
28. Dan surat-surat lain terkait penerbitan SHM No. 279 tersebut yang belum kami
RM
sebutkan diatas.
FO

[2.4] Bahwa Termohon menyampaikan surat jawaban atas permohonan informasi Pemohon
tertanggal 16 Agustus 2018, yang pada intinya menolak permohonan informasi Pemohon
IN

dengan alasan Informasi Dikecualikan. Termohon beralasan jika informasi di berikan


kepada Pemohon maka akan mengungkapkan rahasia pribadi. Hal ini tertuang dalam surat
keputusan PPID tentang penolakan permohonan.
SI

[2.5] Bahwa Pemohon mengajukan surat keberatan nomor 114/PW/VII/2018 tertanggal 20


Agustus 2018 kepada Atasan PPID Kementerian ATR/BPN RI atas ditolaknya permohonan
MI

informasi.
KO

[2.6] Bahwa terhadap keberatan Pemohon sebagaimana dimaksud pada paragraf [2.5] tidak
mendapat tanggapan dari Termohon, kemudian Pemohon mengajukan Permohonan
Penyelesaian Sengketa Informasi Publik tertanggal pada tanggal 11Oktober 2018 yang di
terima dan diregister Kepaniteraan Komisi Informasi Pusat pada tanggal yang sama dengan
nomor register 042/X/KIP-PS/2018.
4
[2.7] Bahwa terhadap register sengketa a quo telah dilaksanakan persidangan pada hari
Rabu, 19 Juni 2019 dengan agenda pemeriksaan awal yang dihadiri oleh Pemohon dan
Termohon. Persidangan pada hari Selasa, 2 Juli 2019 agenda pemeriksaan lanjutan yang
dihadiri oleh Pemohon dan Termohon. Persidangan pada Selasa 16 Juli 2019 agenda
pemeriksaan lanjutan yang dihadiri oleh Pemohon dan Termohon.

T
[2.8] Bahwa terhadap sengketa a quo telah dilaksanakan proses penyelesaian sengketa

SA
informasi publik melalui beberapa tahap sebagai berikut:
1. Proses Mediasi dilaksanakan pada tanggal 26 Juli, 5 Agustus, dan 27 Agustus 2019.

PU
Namun upaya Mediasi terhadap sengketa a quo tidak mencapai kesepakatan
dikarenakan batas waktu Mediasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Komisi
Informasi Nomor 1 Tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi

I
Publik, telah berakhir.
2. Proses Ajudikasi Nonlitigasi dengan agenda pembuktian yang dilaksanakan pada:

AS
a) Rabu, 2 Oktober 2019 yang dihadiri oleh Pemohon dan Termohon.
b) Senin, 7 Oktober 2019 yang di hadiri oleh Pemohon dan Termohon.
RM
c) Senin, 14 Oktober 2019 yang dihadiri oleh Pemohon dan Termohon.
d) Jumat 18 Oktober 2019 dengan agenda pemeriksaan setempat yang dilaksanakan
FO

di Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang, dihadiri oleh Termohon.


e) Kamis, 31 Oktober 2019 yang dihadiri oleh Pemohon dan Termohon.
IN

f) Rabu, 11 Desember 2019 dengan agenda mendengar keterangan saksi ahli yang
dihadiri oleh Pemohon dan Termohon.

Alasan atau Tujuan Permohonan Informasi Publik


SI

[2.9] Bahwa Pemohon mengajukan permohonan Informasi Publik a quo untuk memperoleh
informasi terhadap hak kepemilikan.
MI

Alasan Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik


KO

[2.10] Bahwa Pemohon mengajukan permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik a


quo karena tidak mendapatkan jawaban dan tanggapan dari Termohon.

5
Petitum
[2.11] Pemohon memohon Komisi Informasi Pusat untuk memutus sengketa Informasi
Publik a quo .

B. Alat Bukti
Keterangan Pemohon

T
[2.12] Menimbang bahwa di dalam persidangan, Pemohon menyampaikan keterangan

SA
sebagai berikut:
1. Bahwa legal standing Pemohon adalah Pemohon individu atas nama Annie Sri

PU
Cahyani berdasarkan surat kuasa yang ditandatanagani oleh Ir. R.M Punto Wibisono
melalui surat kuasa nomor 008/PW/VI/2019 tertanggal 19 Juni 2019 (Vide P-1).
2. Bahwa Pemohon telah menyampaikan surat permohonan informasi pada tanggal 6

I
Agustus 2018 yang di tujukan kepada Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi
(PPID) Kementerian ATR/BPN RI atas nama Annie Sri Cahyani (VideP-2).

AS
3. Bahwa terhadap penolakan permohonan informasi oleh Termohon, Pemohon
mengajukan keberatan pada tanggal 20 Agustus 2018 dengan menyertakan surat
RM
kuasa dan fotokopi Sertifikat Hak Milik atas nama Ir. R.M. Punto Wibisono (Vide P-
5).
FO

4. Bahwa Pemohon mengajukan permohonan informasi dalam sengketa a quo


didasarkan pada Daftar Alat Bukti yang diajukan oleh Badan Pertanahan di perkara
IN

perdata nomor 257/PDTG/2008/PN.TG antara PT Jaya Real Property Tbk selaku


Penggugat dengan Ir. R.M. Punto Wibisono selaku Tergugat I, Albert Tobing selaku
Tergugat II, dan Kantor Kabupaten Tangerang selaku Tergugat III (Vide P-6).
5. Bahwa Pemohon menyatakan, permohonan informasi yang menjadi obyek dalam
SI

sengketa a quo selain diajukan kepada PPID Kementerian ATR/BPN RI juga


diajukan kepada Kantor Pertanahan Kota Tangerang Selatan (Vide P-7) dan
MI

Kabupaten Tangerang pada tanggal 26 Juni 2018 (Vide P-8) yang di tembuskan
kepada Kantor Wilayah BPN Provinsi Banten.
KO

6. Bahwa terhadap surat permohonan informasi di Kota Tangerang Selatan, Pemohon


tidak memperoleh tanggapan.
7. Bahwa Pemohon menyatakan telah menerima jawaban atas permohonan informasi
dari Kabupaten Tangerang tertanggal 13 Agustus 2018 yang menyatakan tidak

6
menguasai dokumen yang dimohonkan oleh Pemohon dan menyarankan agar
Pemohon mengajukan permohonan informasi ke Kota Tangerang Selatan (Vide P-9).
8. Bahwa Pemohon mengajukan surat kembali pada tanggal 3 Oktober 2018 (Vide P-10)
dan menerima tanggapan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang pada
tanggal 27 Mei 2019 yang menyatakan telah menyerahkan berkas perkara dan mediasi
antara Ir. R.M. Punto Wibisono dengan PT Jaya Real Property berikut buku tanah dari

T
Kepala Seksi Sengketa, Konflik, dan Perkara Pertanahan Kabupaten Tangerang

SA
kepada Kepala Seksi Sengketa Konflik, dan Perkara Pertanahan Kota Tangerang
Selatan pada tanggal 5 Februari 2015 (Vide P-11).

PU
9. Bahwa Pemohon menyatakan informasi yang Pemohon ajukan kepada Termohon
merupakan riwayat terbitnya Sertifikat Hak Milik atas nama Albert Tobing sehingga
tidak dapat dipecah-pecah, baik warkah penerbitan dan peralihannya.

I
10. Bahwa Pemohon menyatakan telah melakukan Akta Jual Beli Nomor 55/2006, PPAT
Wartiana, S.H., antara Annie Sri Cahyani Albert Tobing (Vide P-12).

AS
11. Bahwa Pemohon menyatakan terhadap permohonan informasi dalam sengketa
informasi a quo terdapat informasi yang sudah dimiliki oleh Pemohon, sehingga
RM
informasi yang menjadai sengketa a quo yaitu;
1) Ketetapan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Daft No 241/80 P, Tanggal 19
FO

Februari 1980
2) Surat Keterangan dan Pernyataan Zegel hilang, tanggal 12 Oktober 1988 dibuat
oleh Ny Soeman Tobing yang diketahui kepala desa Pondok Aren dan Camat
Pondok Aren
IN

3) Surat dari Kepala Kantor Dinas Luar TK I IPEDA Tangerang tanggal 27 Oktober
1987 Nomor. S 6824/WPJ.04/KI.3113/1987
4) Lampiran surat 6824/WPJ.04/KI.3113/1987 tanggal 27 Oktober 1987 mengenai
Keterangan Objek Pajak, Pajak Bumi dan Bangunan yang terdaftar Nomor:
6823/WPJ.04/KI.3113/1987
SI

5) Surat Pernyataan terima lunas yang dibuat Albert Tobing tanggal 12 Juni 1985
yang diketahui Kepala Desa Pondok Aren dan diketahui Camat Pondok Aren
6) Surat Kuasa Khusus tanggal 17 September 1988
MI

7) Kartu Keluarga tanggal 1 Agustus 1983 Nomr 304318 (copy)


8) Surat Keterangan Lurah Petojo Utara tanggal 21 Maret 1989 Nomor
326/1.756.2/1989
Surat Permohonan Sertifikat tanggal 12 Januari 1991 yang ditandatangani oleh
KO

9)
Pemohon (Albert Tobing)
10) Surat Pernyataan Tanah yang dipunyai Pemohon tanggal 12 Januari 1991
11) Surat Pernyataan yang dibuat oleh Pemohon tanggal 12 Juni 1985 dan diketahui
Kepala Desa Pondok Aren
12) Surat Pernyataan yang dibuat oleh Pemohon tanggal 4 September 1990 diketahui
Kepala Desa Pondok Aren tanggal 5 September 1990 No. 06/82f/SKTN/IX/90

7
13) Surat Keterangan yang dibuat Kepala Desa Pondok Aren tanggal 11 Februari
1991 dan diketahui Camat Pondok Aren
14) Surat Keterangan tanah yang dibuat Kepala Desa Pondok Aren tanggal 11
Februari 1991 dan diketahui Camat Pondok Aren
15) Surat Keterangan yang dibuat oleh Kepala Desa Pondok Aren tanggal 4
September 1990 dan diketahui Camat Pondok Aren
16) Surat tanda terima STTS tahun 1990
17) Surat Ketetapan IPEDA yang disahkan oleh Kepala Desa Pondok Aren dan

T
Diketahui Camat Pondok Aren
18) Surat Pernyataan yang dibuat oleh Pemohon tanggal 28 Oktober 1991

SA
19) Surat Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang Ub. kepala Seksi
Pengukuran Tanah perihal: Pengumuman tanah milik adat karena Pendaftaran dan
balik nama a.n. Salomon Lumban Tobing

PU
20) Gambar situasi tanggal 22 Juni 1991 No 6300, luas 2080 M2
21) Akta Hibah yang dibuat oleh PPAT Drs Endang Supriatna tanggal 12 Juni 1985
No. 49/Agr/HB/1985
22) Pengumuman yang ditanda tangani oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten
Tangerang Ub. Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran tanah tanggal 23 Maret

I
1991 Nomor 736/KPK.PT/1991
23) Buku Tanah Hak Milik No.279/Pondok Jaya, Gambar Situasi Nomor 3600 tanggal

Punto
AS
22 Juni 1991 seluas 2080 M2, Terahir terdaftar atas nama insinyur Raden Mas

24) SKPT NO. 511/KPT/P2T/KAB/X/1993 tanggal 4 Oktober 1993 untuk keperluan


RM
jual beli

12. Bahwa terhadap informasi yang menjadi sengketa a quo yang diajukan Pemohon
FO

adalah dalam bentuk salinan dokumen sesuai aslinya yang telah dilegalisir.
13. Bahwa Pemohon menyatakan pernah mengajukan permohonan SKPT NO.
511/KPT/P2T/KAB/X/1993 tanggal 4 Oktober 993 namun ditolak secara lisan
IN

dikarenakan sedang terjadi perkara di persidangan perdata.


14. Bahwa Pemohon menyatakan berdasarkan surat Badan Reserse Kriminal Polri
Direktorat Tindak Pidana Umum Nomor B/830/IX/2018/Dittipidum tertanggal 17
SI

September 2018 perihal Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyelidikan ke-2 yang


menyatakan bahwa warkah-warkah yang menjadi objek perkara belum diketemukan
MI

(Vide P-13).
15. Bahwa Pemohon menyatakan merupakan pemilik sah tanah yang dibuktikan dengan
kepemilikan Sertifikat Hak Milik No. 279/Pondok Jaya (Vide P-15), Salinan Akte
KO

Jual Beli No. 55/2006 PPAT Wartiana SH, antara Albert Tobing dengan Annie Sri
Cahyanni (Vide P-16), Kwitansi pembelian dari Albert Tobing (Vide P-17), Akta
Pemberian Hak Tanggungan No. 50/2008 (Vide P-18), Bukti Pelunasan Pajak Bumi
dan Bangunan Tahun 2019 sesuai NOP 36.76.070.011.009-0065.0 atas objek pajak

8
seluas 2.080 M2 atas nama wajib pajak Ir. RM. Punto Wibisono (Vide P-19), dan
keterangan Kelurahan Pondok Jaya Nomor: 594/689-Pem yang menerangkan SHM
Nomor 279 tercatat atas nama Ir. RM. Punto Wibisono yang berasal dari bekas tanah
milik adat letter C No 1848 persil no 65.D.II (Vide P-20).

Surat-Surat Pemohon

T
[2.13] Bahwa Pemohon mengajukan surat-surat sebagai berikut:

SA
Surat P-1 Salinan surat kuasa nomor 008/PW/VI/2019 tertanggal 19 Juni 2019 atas nama
pemberi kuasa Ir. R.M Punto.

PU
Surat P-2 Salinan surat permohonan informasi nomor 110/PW/VII/2018 tertanggal 6
Agustus 2018 kepada PPID Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan
Pertanahan Nasional.

I
Surat P-3 Salinan Formulir Permintaan Informasi Publik Kementerian Agraria dan Tata

Surat P-4
Ruang/ Badan Pertanahan Nasional.

AS
Salinan surat Keputusan PPID tentang Penolakan Permohonan dengan nomor
pendaftaran 15/PPID/ATR-BPN/PI/2018.
RM
Surat P-5 Salinan surat keberatan nomor 114/PW/VII/2018 tertanggal 20 Agustus 2018
Atasan PPID Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan
FO

Nasional
Surat P-6 Salinan Daftar Bukti Tergugat III dalam perkara perdata nomor
IN

257/PDTG/2008/PN.TNG
Surat P-7 Salinan surat permohonan Fotokopi legalisir nomor 101/PW/VII/2018
tertanggal 26 Juli 2018 kepada Kepala Kantor Pertanahan Kota Tangerang
Selatan.
SI

Surat P-8 Salinan surat permohonan Fotokopi legalisir nomor 102/PW/VII/2018


tertanggal 26 Juli 2018 kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten
MI

Tangerang.
Surat P-9 Salinan surat jawaban Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang nomor
KO

2102/7-36.03.300/VIII/2018 tertanggal 13 Agustus 2018.


Surat P-10 Salinan surat jawaban nomor 106/PW/X/2018 tertanggal 3 Oktober 2018
kepada Kepala Kantor Pertanahan.
Surat P-11 Salinan surat Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang nomor

9
1327/36.03/HP.03.02/V/2019 tertanggal 27 Mei 2019.
Surat P-12 Salinan Akta Jual beli Nomor 55/2006, PPAT Wartiana, S.H., antara Annie Sri
Cahyani dengan Albert Tobing
Surat P-13 Salinan surat Badan Reserse Kriminal Polri Direktorat Tindak Pidana Umum
nomor B/830/IX/2018/Dittipidum tertanggal 17 September 2018.
Surat P-14 Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)

T
Surat P-15 Salinan Sertifikat Hak Milik No. 279/Pondok Jaya

SA
Surat P-16 Salinan Akte Jual Beli No. 55/2006 PPAT Wartiana SH, antara Albert Tobing
dengan Annie Sri Cahyanni

PU
Surat P-17 Salinan Kwitansi pembelian dari Albert Tobing
Surat P-18 Salinan Akta Pemberian Hak Tanggungan No. 50/2008
Surat P-19 Salinan Bukti Pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan Tahun 2019 sesuai NOP

I
36.76.070.011.009-0065.0 atas objek pajak seluas 2.080 M2 atas nama wajib

Surat P-20
pajak Ir. RM. Punto Wibisono
AS
Salinan surat keterangan Kelurahan Pondok Jaya Nomor: 594/689-Pem yang
menerangkan SHM Nomor 279 tercatat atas nama Ir. RM. Punto Wibisono
RM
yang berasal dari bekas tanah milik adat letter C No 1848 persil no 65.D.II
FO

Keterangan Termohon
IN

[2.14] Menimbang bahwa di dalam persidangan, Termohon menyampaikan keterangan


sebagai berikut:
1. Bahwa Termohon menyatakan telah menerima surat permohonan informasi Pemohon
SI

nomor 110/PW/VII/2018 tertanggal 6 Agustus 2018.


2. Bahwa Termohon telah menjawab surat permohonan informasi Pemohon yang
menyatakan menolak permohonan informasi Pemohon dikarenakan informasi
MI

dikecualikan berdasarkan Pasal 17 huruf h UU KIP dan Pasal 12 Huruf i Peraturan


Kepala BPN RI nomor 6 Tahun 2013 (Vide T-2).
KO

3. Bahwa Termohon menyatakan seharusnya permohonan informasi dalam sengketa a


quo tidak dimintakan ke Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia karena informasi a quo tidak berada pada Kementerian.
4. Bahwa penolakan permohonan informasi dikarenakan dapat menimbulkan
konsekuensi pengungkapan rahasia pribadi.
10
5. Bahwa Termohon menyatakan telah menerima surat keberatan Pemohon nomor
114/PW/VII/2018 tertanggal 20 Agustus 2018.
6. Bahwa dalam persidangan tanggal 2 Juli 2019 Termohon menyatakan Kantor
Pertanahan Kota Tangerang Selatan berdiri setelah pemisahan dari Kantor Pertanahan
Kabupaten Tangerang pada tahun 2014. sedangkan permohonan a qou Pemohon
merupakan dokumen lama sebelum Kantor Pertanahan Kota Tangerang Selatan

T
berdiri.

SA
7. Bahwa Termohon menyatakan letak tanah Pemohon sebelumnya berada di wilayah
kerja Kabupaten Tangerang. Karena adanya pemekaran wilayah maka tanah Pemohon

PU
saat ini masuk wilayah kerja Kantor Pertanahan Kota Tangerang Selatan.
8. Bahwa Termohon menyatakan Kantor Pertanahan Kota Tangerang Selatan belum
memiliki tempat khusus untuk menyimpan dokumen arsip-arsip sehingga sebagian

I
besar dokumen masih berada di kantor BPN Kabupaten Tangerang
9. Bahwa Termohon menyatakan pemegang sertifikat yang bersangkutan dapat meminta

AS
informasi warkah, dengan prosedur melalui izin Kepala Kantor Wilayah BPN
Provinsi Banten.
RM
10. Bahwa Termohon menyatakan sudah menerima buku tanah dari putusan pengadilan,
sedang untuk warkah belum diterima Kantor Pertanahan Kota Tangerang Selatan.
FO

11. Bahwa Termohon pada persidangan 16 Juli 2019 menyatakan PPID Kementerian
ATR/BPN telah berkordinasi dengan Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang dan
IN

Kota Tangerang Selatan untuk memastikan keberadaan dokumen a quo .


12. Bahwa Termohon menyatakan informasi yang berkaitan dengan Pemohon, yaitu
warkah peralihan dari Albert Tobing kepada Ir. R.M. Punto Wibisono dapat
diberikan, sedangkan dokumen sebelum itu atau warkah penerbitan tidak dapat
SI

diberikan kepada Pemohon dikarenakan menyangkut data pribadi dari pemilik


sebelumnya.
MI

13. Bahwa Termohon menyatakan dokumen Warkah Peralihan dari Albert Tobing kepada
Ir. R.M. Punto Wibisono berada dalam penguasaannya.
KO

14. Bahwa Termohon menyatakan dalam persidangan tanggal 16 Juli 2019 bersedia
menempuh jalur penyelesaian sengketa informasi melalui mediasi.
15. Bahwa Termohon telah mengupayakan mendapatkan salinan terhadap permohonan a
quo pada saat proses mediasi. Termohon telah mengajukan permohonan fotokopi alat

11
bukti perkara 257/PDT.G/2008/PN.TNG oleh Kantor Pertanahan Kabupaten
Tangerang kepada Ketua Pengadilan Negeri Tangerang (Vide T-4).
16. Bahwa Termohon dalam persidangan 2 Oktober 2019 menyatakan dokumen asli
Daftar Bukti Tergugat III dalam perkara perdata nomor 257/PDTG/2008/PN.TNG
(warkah) belum diketemukan.
17. Bahwa Termohon menyatakan terhadap permohonan a quo yang belum diketemukan

T
telah dilakukan pencarian di gedung warkah Tiga Raksa, dan sudah melakukan

SA
pemanggilan terhadap petugas yang pernah menangani perkara perdata nomor
257/PDT.G/2008/PN.TNG.

PU
18. Bahwa Termohon pada persidangan pada tanggal 14 Oktober 2019 menyatakan
memiliki salinan dokumen alat bukti perkara 257/PDT.G/2008/PN.TNG
19. Bahwa Termohon menyatakan Pemohon adalah pemilik Sertifikat Hak Milik No.

I
279/Pondok Jaya, Luas 2.080 M2, atas nama Ir. RM. Punto Wibisono.
20. Bahwa Termohon menyatakan dokumen asli Sertifikat Hak Milik No. 279/Pondok

AS
Jaya, Luas 2.080 M2, atas nama Ir. RM. Punto Wibisono berada dalam penguasaan
Pemohon.
RM
Surat-Surat Termohon
FO

[2.15] Bahwa Termohon mengajukan surat-surat sebagai berikut:


Surat T-1 Salinan Surat Kuasa Nomor 26/SKU-100.PN.05.01/011/2019 atas nama
IN

pemberi kuasa Himawan Arief Sugoto Sekretaris Jenderal Kementerian


Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN).
Surat T-2 Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) penerima kuasa.
Surat T-3 Surat Keputusan PPID tentang penolakan permohonan.
SI

Surat T-4 Salinan surat nomor MP.01.01/561-36.07/VIII/2019 perihal permohonan


fotokopi alat bukti perkara 257/PDT.G/2008/PN.TNG oleh Kantor
MI

Pertanahan Kabupaten Tangerang.


Surat T-5 Salinan tanda terima penyerahan berkas perkara mediasi dan buku tanah
KO

tertanggal 5 Februari 2015.


Surat T-6 Salinan Peraturan Kepala Badan Pertahanan Nasional Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pelayanan Informasi Publik di lingkungan
Badan Pertahanan Nasional Republik Indonesia

12
Pemeriksaan Setempat

[2.16] Menimbang bahwa berdasarkan fakta persidangan yang tidak dibantah oleh Pemohon
dan Termohon sehingga menjadi fakta hukum yaitu, bahwa informasi yang menjadi pokok
sengketa dalam sengketa a quo yang dinyatakan Termohon belum diketemukan sehingga
tidak dapat dihadirkannya dalam persidangan. Maka berdasarkan ketentuan Pasal 56 ayat (1)

T
dan (2) Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2013 tentang Prosedur Penyelesaian

SA
Sengketa Informasi Publik (Perki PPSIP), Majelis Komisioner melakukan Pemeriksaan
Setempat secara tertutup pada 18 Oktober 2019 di Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang.

PU
[2.17] Bahwa dalam pemeriksaaan setempat, Majelis Komisioner memperoleh fakta-fakta
sebagai berikut:

I
1. Bahwa informasi yang menjadi obyek sengketa a quo sesungguhnya dihasilkan,
disimpan dan dikelola oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang.

AS
2. Bahwa terhadap informasi yang menjadi obyek sengketa a quo yang didalilkan
Termohon telah diserahterimakan dari Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang ke
RM
Kantor Pertanahan Kota Tangerang Selatan pada bulan Februari 2015, diperoleh
fakta, penyerahan hanya terhadap informasi dalam sengketa a quo berkaitan
FO

dengan Buku Tanah Hak Milik Nomor 279/Pondok Jaya.


3. Bahwa berdasarkan fakta yang diperoleh sebagaimana pada angka 2, Majelis
IN

Komisioner berpendapat bahwa sebagian informasi yang menjadi obyek sengketa a


quo disimpan dan dikelola oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang.
4. Bahwa sebagian informasi yang menjadi obyek sengketa a quo sebagaimana
diuraikan pada angka 3, berdasarkan hasil pemeriksaan setempat dipinjamkan
SI

kepada salah satu pegawai pada Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang dan
belum dikembalikan.
MI

Keterangan Ahli yang Dihadirkan Majelis


KO

[2.18] Menimbang bahwa untuk terangnya penyelesaian sengketa informasi a quo , Majelis
Komisioner menghadirkan ahli dibidang administrasi pertanahan untuk didengar kahliannya
terhadap objek informasi yang menjadi sengketa informasi a quo , yaitu:

13
Dr. Artje Tehuperiory, S.H., M.H.
memberikan keterangan dibawah keterangan dibawah sumpah sebagai berikut;
1. Bahwa terdapat azas-azas dalam proses pendaftaran tanah yaitu mudah, mutakhir,
informasi dan publikasi.
2. Azas publikasi adalah azas yang diberikan dari hukum tanah nasional kepada setiap
orang yang ingin memohonkan hak atas tanah kepada negara.

T
3. Setiap subjek hukum baik orang maupun badan hukum bisa melakukan pemeriksaan

SA
sebelum tanahnya diajukan ke Kantor Pertanahan. Dengan adanya publikasi ini maka
setiap orang yang memiliki kepenting untuk mengajukan pendaftaran tanah dapat

PU
melihat, apakah tanah tersebut dimiliki oleh orang lain. Jika ditemukan kasus
demikian maka wajib pagi petugas Ajudikasi memberikan rekomendasi kepada
Kepala Kantor Pertanahan, bahwa tanah tersebut sudah dimiliki orang lain. Sehingga

I
tidak terjadi tumpang tindih dan juga memberikan perlindungan hukum bagi mereka
yang memiliki itikad baik terhadap tanah tersebut. Prinsip kehati-hatian dan

AS
penghormatan kepada mereka yang mempunyai itikad baik harus mendapatkan
perlindungan.
RM
4. Adanya kasus tumpang tindih kepemilikan tanah disebabkan karena azas publikasi
belum terpenuhi dalam poses permohonan sertifikat hak atas tanah.
FO

5. Bahwa dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional
nomor 9 tahun 1999 jo nomor 3 Tahun 2011 jo Nomor 11 Tahun 2016, BPN dapat
IN

melakukan pembatalan terhadap salah satu sertifikat yang dianggap cacat


administrasi.
6. Kantor Pertanahan menunjuk Panitia Ajudikasi sebagai orang pertama yang
mengumpulkan dokumen dan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah
SI

tanah yang dalam proses permohonan tidak dalam posisi tumpang tindih atau dimiliki
oleh orang lain.
MI

7. Bahwa jika diketemukan permasalahan/ tumpang tindih, Panitia Ajudikasi harus


memberikan rekomendasi kepada kepala Kantor Pertanahan bahwa Pemohonan hak
KO

atas tanah tidak bisa dilanjutkan. Demikian pula kalau tidak diketemukan
permasalahan maka tanah tersebut bisa dilanjutkan untuk Kantor Pertanahan
mengeluarkan surat hak atas tanah kepada Pemohon hak atas tanah.
8. Kewajiban Pemohon hak atas tanah secara hukum berdasarkan surat keterangan
pendaftaran tanah mempunyai kewajiban untuk mendaftarkan kembali tanah tersebut.
14
Lalu, Kantor Pertanahan akan mencocokan data dan kemudian diumumkan kedalam
lembaran negara dengan azas publisitas. Lembaran negara diumukan dengan batas
waktu tertentu untuk mendapatkan respon dari publik. Jika tidak ada yang keberatan,
maka Kantor Pertanahan akan mengeluarkan surat ukur dan buku tanah yang menjadi
sertifikat hak atas tanah. maka Pemohon akan berganti menjadi pemegang hak atas
tanah.

T
9. Sertifikat hak atas tanah adalah alat bukti yang kuat atau alat bukti hak atas tanah.

SA
10. Warkah adalah kumpulan dokumen yang memuat data fisik dan data yuridis. Data
yuridis adalah siapa pemegang hak atas tanah, data fisik adalah data yang memuat

PU
keterangan mengenai luas tanah, posisi tanah, batas-batas tanah, dan lokasi tanah.
Atas dasar warkah tersebut BPN mengeluarkan Sertifikat Hak atas tanah.
11. Apabila terjadi tumpang tindih kepemilikan tanah, dalam aspek hukum pertanahan

I
dapat disimpulkan telah terjadi pelanggaran melawan hukum dikarenakan cacat
administrasi karena melanggar Pasal 52 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

AS
5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
12. Terjadinya tumpang tindih akbiat cacat administrasi atau perbuatan melawan hukum
RM
dapat dilihat dari kronologis perolehan hak atas tanah, apakah salah satu pihak
berkepentingan terhadap tanah tidak menempuh sesuai prosedur/peraturan, maka
FO

perlu dilakukan pembuktian dari hak atas tanah.


13. Bahwa didalam Keputusan Mahkamah Agung, Yurisprudensi memberikan suatu
IN

pedoman kepada seluruh pengadilan, bahwa yang berhubungan dengan pendaftaran


tanah, sertifikat harus dianggap alat bukti hak atas tanah karena orang tersebut
memiliki itikad baik. Namun yang terpenting bagaimana seseorang mendapatkan
sertifikat tanah perlu pembuktian kembali dalam proses perolehan tanah.
SI

14. Bahwa yang berhak untuk mengakses data fisik dan data yuridis dalam dokumen
warkah adalah Kantor Pertanahan, karena yang menguasai dokumen tersebut adalah
MI

Kantor Pertanahan. Selain itu kapada pihak lain yang memohonkan hak atas tanah
mempunyai hak dan kewajiban untuk bertanya. Dan Kantor Pertanahan wajib
KO

memberikan informasi agar tidak dirugikan di kemudian hari. Karena hal ini
menyangkut prinsip good governance dan prinsip kehati-hatian.
15. Jika terjadi ada dua pihak sebagai pemegang hak atas tanah maka perlu pembuktian,
yaitu pembuktian dalam perolehan kronologis hak atas tanah. Apakah proses
perolehan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku.
15
16. Jika terjadi tumpang tindih terhadap sertifikat kepemilikan hak terhadap tanah maka
salah satu harus dibatalkan. Pembuktian ini harus melihat bahwa siapa yang pertama
kali namanya tercatat dalam sertifikat. Oleh karena itu sangat penting sekali azas
publisitas yang terbuka untuk umum. Jadi jangan sampai penyelenggara negara
menutupi informasi yang justru akan membuat terjadinya tumpang tindih kepemilikan
sertifikat yang membuat kerugian terhadap pemilik dan Pemohon sertifikat.

T
17. Jika warkah keberadaannya tidak diketahui atau tidak diketemukan maka Kantor

SA
Pertanahan tempat dokumen tersebut disimpan tidak melaksanakan prinsip kehati-
hatian dan abai dalam menyimpan dokumen negara.

PU
18. Jika warkah tidak diketemukan maka akan dilihat salinan dokumen itu terlebih dahulu
dan berkordinasi dengan Kementerian ATR/BPN. Bahwa Undang-Undang
mengatakan dokumen warkah dapat diberikan kepada pemilih hak atas tanah. Namun

I
jika dokumen tidak diketemukan maka penegakan hukum tidak dapat berjalan dengan
baik. Tidak diketemukannya warkah adalah bentuk kelalaian yang merugikan orang
lain.
AS
19. Bahwa pada dasarnya warkah adalah dokumen negara yang tidak boleh dipergunakan,
RM
dan dipindahkan tidak berdasarkan peraturan yang berlaku karena itu melanggar
Undang-Undang Kearsipan. Dimana perlindungan dan kepastian hukum bagi mereka
FO

yang beritikad baik terhadap hak atas tanah. Oleh karena itu, jika dokumen hilang
harus melakukan koordinasi dengan Kementerian ATR/BPN.
IN

20. Jika dokumen warkah hilang bisa membuat pelaporan ke Kantor Kepolisian
slanjutnya diumumkan di Lembaran Negara bahwa dokumen itu hilang.
21. Terhadap dokumen yang hilang terdapat jangka waktu, jika sampai batas waktu yang
ditentukan tidak juga diketemukan, maka boleh membuat dokumen warkah yang baru.
SI

Jika dikemudian hari warkah yang hilang diketemukan kembali, maka salah satu
warkah harus dimusnahkan. Dengan membuat pernyataan bahwa salah satu dokumen
MI

"X" sebagai warkah yang berlaku.


22. Sebelum diumumkan dalam lembaran negara atau melalui media surat kabar, terhadap
KO

dokumen warkah yang hilang atau tidak ketemukan harus membuat laporan kepada
Kepolisian dengan membuat surat keterangan.
23. Jika terhadap dokumen warkah yang hilang tidak diketemukan setelah diberikan
jangka waktu tertentu untuk melakukan pencarian, maka perlu diberikan keterangan
bahwa dokumen itu hilang dan harus segera diproses untuk membuat dokumen
16
warkah yang baru, karena pemilik hak atas sertifikat tanah harus memiliki kepastian
hukum terhadap haknya.
24. Bahwa terkait hilangnya warkah maka ada konsekuensi administratif dan konsekuensi
pidana yaitu perbuatan melawan hukum termasuk didalamnya sertifikat yang tumpang
tindih.
25. Bahwa Pemohon sengketa informasi sebagai pemilik sertifikat hak milik mempunyai

T
hak untuk memperoleh dokumen warkahnya yang dilindungi secara konstitusi.

SA
Keterangan Ahli yang Dihadirkan Pemohon

PU
[2.19] Menimbang bahwa Pemohon menghadirkan Ahli Dr.Ronsen Pasaribu, S.H., M.H.
yang memberikan keterangan sebagai berikut:
1. Bahwa salah satu tugas Kementerian ATR/BPN adalah melakukan pendaftaran tanah,

I
dasarnya adalah Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria sebagai penjabaran Udang-Undang Dasar 1945. Di dalam
peraturan PP No 24
AS
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah disebutkan bahwa
pendaftaran tanah adalah suatu bentuk pelayanan negara dalam memberikan kepastian
RM
dan perlindungan hukum hak atas tanah.
2. Bahwa dalam rangka memberikan perlindungan kepastian hukum, ada beberapa hal
FO

yang tercantum dalam Pasal 19 UU PA, yaitu pertama, pengukuran, kedua, penetapan
hukum hak atas tanah, dan ketiga menerbitkan bukti atas tanah berupa sertifikat.
IN

3. Pengukuran merupakan hal teknis, untuk tertib administrasi pengukuran ada beberapa
daftar-daftar isian/ form, ada daftar isian 201 yaitu lembar permohonan. Ada daftar
isian mengenai hasil lapangan, surat ukur itu sendiri, buku tanah, sertifikat, kwitansi
pembayaran sampai penyerahan sertifikat. Semua daftar isian tersebut merupakan
SI

satu-kasatuan arsip dari Kantor Pertanahan.


4. Bahwa terdapat azas dalam pendaftaran tanah yaitu, azas sederhana, terbuka, dan ada
MI

beberapa azas lainnya. Berkaitan dengan hak memperoleh informasi adalah asas
keterbukaan, di dalam salah satu pasal dikatakan bahwa setiap orang dapat mendapat
KO

akses informasi yang disimpan di Kantor Pertanahan.


5. Bahwa dokumen yang ada di Kantor Pertanahan itu setidaknya ada 3 kelompok.
Pertama, kelompok pendaftaran tanah untuk membentuk satu sertifikat. Sedangkan
ada arsip yang disebut arsip atas hak atas tanah yaitu mulai dari permohonan sampai
dengan pendaftaran.
17
6. Bahwa arsip pendaftaran melekat pada seksi pengukuran atau infrastruktur yang
menghasilkan informasi dinamis setiap harinya.
7. BPN selain memiliki tugas dan fungsi pendaftaran, juga memiliki tugas dan fungsi
pemeliharaan. Pada Bagian Pendaftaran, bertugas membuat dan menghasilkan
dokumen baru, sedangkan Bagian Pemeliharaan adalah melakukan pendokumentasian
terhadap dokumen yang dimiliki. BPN juga memiliki Bagian Pelayanan, salah satunya

T
pelayanan terhadap informasi SKPT dan hak agunan termasuk dalam pemeliharaan.

SA
Semua informasi dalam jobdesk seperti dalam PP no 54 tahun 2010, itu dikoordinir
oleh Tata Usaha.

PU
8. Bahwa informasi tentang hak atas tanah merupakan tanggung jawab Seksi Tata
Usaha. Seharusnya ada ketentuan terhadap orang yang dapat mengakses informasi
hak atas tanah. Tidak boleh sembarang orang boleh mengakses informasi tersebut,

I
haruslah orang yang berkepentingan. Yang dapat mengakses hal tersebut contohnya
atas perintah hakim, kepala kantor, atau kuasa yang berkaitan dengan sengketa
pertanahan.
AS
9. Bahwa jika ada pihak yang mendapatkan akses informasi tidak sesuai ketentuan yang
RM
berlaku maka akan ada sanksi administratif sesuai peraturan yang berlaku.
10. Terhadap perkara ini, ada dua permasalahan, yaitu tidak diketemukannya dokumen
FO

warkah/alat bukti perkara perdata dan adanya pemecahan sebidang tanah yang pada
akhirnya membuat sertifikat menjadi tumpang tindih. Hal ini merupakan persoalan
IN

serius di dalam pertanahan.


11. Bahwa tujuan dari adanya sertifikat salah satunya adalah menjamin kepastian hak dan
perlindungan hukum.
12. Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat, tidak ada batas waktu, yang diberikan
SI

kepada Warga Negara Indonesia.


13. Dalam kasus ini terdapat kesulitan formal dimana Pemohon telah digugat oleh
MI

lawannya secara perdata terhadap tumpang tindih sebidang tanah, sudah ada ketetapan
yang telah inkracht.
KO

14. Namun ada pernyataan berbeda dari Irjen Kementerian ATR/BPN yang menyatakan 2
sertifikat hak milik berada di dua tempat yang berbeda.

18
3. KESIMPULAN PARA PIHAK

Kesimpulan Pemohon
[3.1] Bahwa Pemohon menyampaikan kesimpulan tertulis tertanggal 17 Desember 2019
sebagai berikut:

T
SA
Bahwa berdasarkan Pasal 36 Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2013 Tentang
Prosedur Penyelesaian Sengketa Informasi Publik menyebutkan:
(1) Pada hari pertama sidang, Majelis Komisioner memeriksa:

PU
a. Kewenangan Komisi Informasi;
b. Kedudukan Hukum (legal standing) Pemohon dalam mengajukan permohonan
penyelesaian sengketa informasi;
c. Kedudukan hukum Termohon sebagai Badan Publik di dalam sengketa informasi;

I
d. Batas waktu pengajuan permohonan penyelesaian sengketa informasi.

A. Kewenangan AS
RM
Bahwa Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN RI adalah sebuah lembaga negara yang
memiliki struktural di setiap provinsi di Indonesia dan berada di Pusat Ibu Kota dan juga
menerima anggaran dari APBN.
FO

Pasal 6 ayat (1) PerKI PPSIP menyebutkan:


“ Komisi Informasi Pusat berwenang menyelesaikan Sengketa Informasi Publik yang
IN

menyangkut Badan Publik Pusat”

Penjelasan Pasal 6 ayat (1) PerKI PPSIP menyebutkan:


“Yang dimaksud dengan Badan Publik pusat adalah Badan Publik yang lingkup kerjanya
bersifat nasional atau lembaga tingkat pusat dari suatu lembaga hierarkis. Contoh:
SI

Kementerian, MPR, DPR, Mahkamah Agung, Markas Besar Kepolisian Negara Republik
Indonesia, Markas Besar Tentara Nasional Indonesia, Partai Politik tingkat pusat, organisasi
non pemerintah tingkat pusat, BUMN, atau lembaga negara lain di tingkat pusat,”
MI

Bahwa Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN RI adalah sebuah lembaga negara yang
tunduk dan patuh dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 39 Tahun 2008 Tentang
KO

Kementerian Negara.

Menurut Pemohon, Komisi Informasi Pusat berwenang memeriksa dan memutus perkara
aquo .

19
B. Legal Standing Pemohon

Pada Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan


Informasi Publik (UU KIP) menyebutkan “Pemohon Informasi Publik adalah Warga
Negara dan/atau Badan Hukum Indonesia yang mengajukan permintaan Informasi
Publik sebagai mana di atur dama Undang-Undang ini”. Pemohon dalam hal ini adalah
merupakan warga negara Indonesia yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk.Pemohon

T
juga sudah menempuh upaya hukum dari mulai mengajukan Permohonan informasi hingga
mengajukan Surat Keberatan sesuai dengan UU KIP. Pemohon memiliki syarat dan

SA
kedudukan hukum (legal standing) dalam mengajukan permohonan sengketa informasi di
Komisi Informasi.

PU
C. Legal Standing Termohon

Termohon Kementrian Agraria dan Tata Ruang/BPN RI adalah Badan Publik tingkat Pusat
yang menerima anggaran dari Pemerintah berupa APBN untuk memberikan pelayanan publik
kepada masyarakat. Maka Termohon memiliki kedudukan hukum sebagai Badan Publik

I
tingkat pusat didalam sengketa informasi

D. Batas Waktu. AS
RM
Pemohon telah melakukan Upaya mengajukan surat Permohonan Informasi Publik dan Surat
Keberatan sampai kepada Sengketa di Komisi Informasi Pusat telah memenuhi batas waktu
yang ditentukan dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi
FO

Publik.

Kronologis Sejarah Asal Tanah


IN

1. Tanah Milik Pemohon

1) Akta jual beli Nomor 390/ Agr/ JB/ 1984 tanggal 15 Maret 1984. Pemilik asalnya
adalah Maan Pentul. Kemudian Entong Bin Maan bertindak selaku ahli waris
SI

atau atas nama Maan Pentul, Girik No. C.317, berdasarkan Surat Keterangan
Waris No. / 82-F/ Ket.Ws/ 1983, bulan Juni 1983 dijual kepada Ir. Soekrisman
direktur PT. Bintaro Raya (sekarang PT. Jaya Real Property, Tbk) dengan luas
MI

tanah 2.656 M2, berasal dari tanah hak milik adat, Nomor Girik C.317 persil 63
D.I.
KO

2) Ir. Soekrisman melakukan pelepasan hak kepada E.F.H Samola S.H bertindak
untuk atas nama PT. Bintaro Raya, tanggal 28 November 1984, dengan
mendasarkan kepada AJB 390/ AGR/ JB/ 1983persil No. 63 D.I seluas 2.598 M2.

3) SK BKPMD No. 593.5/ SK.446-BKPMD tanggal 17 Juli 1985, seluas 403.222


M2 (Catatan: ditemukan adanya kejanggalan karena penggunaan font berbeda
20
dalam satu dokumen resmi/ otentik, dibuktikan dengan cara mengecek huruf g
dalam menulis nama kota Tangerang, diduga memuat keterangan palsu atau
dipalsukan). Lampiran No. Bekas pemilik Ir. Soekrisman halaman 2 tengah,
tertulis No. Girik C.317 luas tanah 2.598 M2 (tidak sesuai luas tanah dalam Akta
jual beli No. 390/ AGR/ JB/ 1984 tgl 15 Maret 1984, seluas 2.656 M2). (Bukti P.
30)

T
4) Terbit sertifikat No. 18/ Pondok Aren, Gambar Situasi 6282 luasnya : 11.557 M2,
tanggal 25 Juli 1985 (catatan: luas tanah berbeda dengan luas dalam SK BKPMD

SA
yaitu seluas 403.222 M2).(Bukti P. 31)

5) SHGB No. 18/ Pondok Aren, GS. 6282, luas : 11.557 M2, pada tanggal 21 Maret

PU
2000, Ganti Buku dan Ganti Desa Menjadi sertifikat HGB 121/ Pondok Jaya/ 2000
berdasarkan surat ukur 74/ Pondok Jaya/ 2000, petunjuk batas : Ir. Gatot Setyo
Waluyo, seluas : 11.557 M2 an. PT. Jaya Real Property, Tbk.

I
Bahwa sesuai dengan keterangan dibawah sumpah Saksi Sdr. Victor Simanjuntak,

AS
S.H (Kepala Seksi Sengketa Konflik dan Perkara Kantor Pertanahan Kabupaten
Tangerang) dalam perkara pidana No. 998/Pid.B/2014/PN.TNG halaman 42
menyatakan “bahwa SHGB No. 124 an. PT. Jaya Real Property diterbitkan pada
RM
tanggal 21 Maret 2000 berasal dari pemecahan SHGB No. 121 Pondok Jaya
WARKAHNYA BELUM ADA dikantor kami (Kantor Pertanahan Kabupaten
Tangerang)”.
FO

6) Selanjutnya pada tanggal 21 Maret 2000, SHGB No. Sertifikat HGB 121/ Pondok
Jaya, surat ukur 74/ Pondok Jaya/ 2000 seluas 11.557 M2 an. PT. Jaya Real
IN

Property tidak berlaku lagi karena dipecah menjadi 3 sesuai Surat Ukur No. 75 s/d
77/ Pondok Jaya/ 2000, selanjutnya pada tanggal 21 Maret 2000, BPN Kab.
Tangerang menerbitkan :
1) Sertifikat HGB 124/ Pondok Jaya, surat ukur No. 77/ Pondok Jaya/ 2000,
petunjuk batas : Carles, Luas : 6.210 M2.
SI

2) Sertifikat HGB 123/ Pondok Jaya, surat ukur No. 76/ Pondok Jaya/ 2000,
petunjuk batas : Carles, Luas : 4.249 M2.
3) Sertifikat HGB 122/ Pondok Jaya, surat ukur No. 75/ Pondok Jaya/ 2000,
MI

petunjuk batas : Carles, Luas : 1.098 M2.

7) Sertifikat HGB 124/ Pondok Jaya, surat ukur No. 77/ Pondok Jaya/ 2000, luas
KO

6.210 M2 dipecah menjadi 2 (dua) yaitu:


1) Sertifikat HGB 124/ Pondok Jaya, Surat Ukur No. 77/ Pondok Jaya/ 2000, luas
2.413 M2 (sisa). Petunjuk batasnya: Carles
2) Sertifikat HGB 707/ Pondok Jaya, Surat Ukur No. 20/ Pondok Jaya/ 2008, luas
3.797 M2. Petunjuk batasnya: PT. Jaya Real Property.

21
Bahwa Carles tidak pernah menjadi penunjuk batas SHGB 122, 123, dan
124/Pondok Jaya sesuai dengan akta pernyataan No. 2 Tanggal 6 Februari 2012
dihadapan Notaris & PPAT Wartiana, S.H..

8) Selanjutnya sertifikat HGB 124/ Pondok Jaya, surat ukur No. 77/ Pondok Jaya/
2000, luas 2.413 M2 (sisa) yang pemilik asal Maan Pentul, Nomor Girik C.317
persil 63 D.I oleh PT. Real Jaya Property, Tbk, dijadikan dasar untuk

T
mengajukan gugatan terhadap tergugat Ir. RM Punto Wibisono selaku pemilik
sah SHM Nomor 279/ Pondok Jaya (sebelumnya SHM Nomor 496/ Pondok

SA
Aren), luas tanah 2.080 M2, yang berasal dari No. Girik C.1848, Persil 65
D.II.

PU
2. Tanah Milik Tergugat

1) Berasal dari tanah adat, pemilik asalnya Salomo Lumban Tobing dengan bukti
No. Girik C.1848, persil 65 D.II. seluas 1.510 M2. Tanah tersebut tidak termasuk

I
dalam lampiran daftar tanah yang dibebaskan/ diperoleh PT. Bintaro Raya (saat ini

AS
PT. Jaya Real Property, Tbk) sesuai lampiran SK BKPMD No. 539.5/ 46-SK-
BKPMD, tanggal 17 Juli 1985, karena baik Salomo Lumban Tobing maupun
ahli warisnya tidak pernah menjual atau melepaskan hak atas tanahnya
RM
kepada PT. Bintaro Raya (saat ini PT. Jaya Real Property, Tbk).

2) Salomo Lumban Tobing meninggal pada tanggal 12 Februari 1980, sehingga


FO

tanah menjadi atas nama ahli waris Ny. Sumarni; Albert Lumban Tobing;
Tioria; Harry Mamonangan; Rodominggusinar; Meskia Kapanto; Teguh
Rahardjo, sesuai ketetapan Daft. No. : 241/ 80.P, tanggal 19 Februari 1980.
IN

3) Selanjutnya tanah tersebut menjadi atas nama Albert Tobing (Albert Lumban
Tobing) berdasarkan Akta Hibah No. 49/ Agr/ Hb/ 1985, tanggal 12 Juni 1985.

4) Albert Tobing kemudian mengajukan permohonan Sertifikat Konversi Tanah Hak


SI

Milik Adat atas nama SL Tobing, kemudian dibalik nama menjadi Albert Tobing
dengan hasil ukur BPN seluas 2.080 M2.
MI

5) Pada tanggal 17 Juli 1991 terbit Sertifikat Hak Milik (SHM) No. 496/ Pondok
Aren, luas : 2.080 M2 atas nama Albert Tobing.
KO

6) Pada tanggal 29 Desember 2006 Albert Tobing menjual tanahnya sesuai SHM No.
496/ Pondok Aren, luas : 2.080 M2 kepada Annie Sri Cahyani qq. Ir. RM. Punto
Wibisono, sesuai AJB No. 55/ 2006 yang ditanda tangani dihadapan PPAT
Wartianan S.H.

22
7) Kemudian berdasarkan AJB tersebut SHM No. 496/ Pondok Aren, luas : 2.080 M2
atas nama Albert Tobing dibalik nama atas nama Ir. RM. Punto Wibisono dan
Oleh Karena Telah Terjadi Pemekaran Desa, maka SHM No. 496/ Pondok
Aren berubah menjadi SHM No. 279/ Pondok Jaya an. Ir. RM. Punto Wibisono,
luas : 2.080 M2.

8) Tergugat adalah Ir. RM. Punto Wibisono pemilik sah SHM No. 279/ Pondok Jaya

T
(sebelumnya SHM No. 496/ Pondok Aren), Luas tanah : 2.080 M2, yang berasal
dari No. Girik C.1848, Persil 65 D.II, atas nama Salomo Lumban Tobing.

SA
Berdasarkan deskripsi sejarah perolehan tanah milik penggugat dengan tanah milik
tergugat sebagaimana diuraikan tersebut diatas, membuktikan sumber perolehan tanah

PU
yang berbeda (atau tidak sama) antara tanah yang dimiliki oleh penggugat dengan
tanah yang dimiliki oleh tergugat.

 Fakta Hukum Kedua: Bukti Legalitas Tanah

I
AS
1. Berdasarkan alat bukti kepemilikan tanah tersebut, tanah yang menjadi objek sengketa
dalam Putusan Pengadilan Negeri Tangerang No. 257/ Pdt.G/ 2008 PN.TNG tanggal
12 Agustus 2008 yang telah memiliki kekuatan hukum yang tetap adalah tidak
RM
terkait dan tidak ada hubungannya dengan kepemilikan tanah SHM an. Ir. RM
Punto Wibisono pemilik sah SHM No. 279/ Pondok Jaya (sebelumnya SHM No.
496/ Pondok Aren), Luas tanah : 2.080 M2, yang berasal dari No. Girik C.1848,
FO

Persil 65 D.II, atas nama Albert Tobing (asalnya milik orang tuanya bernama
SALOMO LUMBAN TOBING.
IN

2. Bahwa objek gugatan tanah dalam Putusan Pengadilan Negeri Tangerang No. 257/
Pdt.G/ 2008 PN.TNG tanggal 12 Agustus 2008 tersebut adalah sebidang tanah seluas
2.413 M2 yang terletak di Desa Pondok Jaya, Kecamatan Pondok Aren, Kabupaten
Tangerang, sebagaimana tertuang dalam Sertifikat HGB No. 124/ Pondok Jaya,
Surat Ukur No. 77/ Pondok Jaya/ 2000, luas 2.413 M2 (sisa) yang berasal dari
SI

No. Girik C.317 No. Persil 63 D.I, atas nama PT. Jaya Real Property, Tbk.

3. Berdasarkan bukti dan alat bukti tersebut dapat disimpulkan bahwa objek tanah sesuai
MI

SHBG No. 124/ Pondok Jaya, Surat Ukur No. 77/ Pondok Jaya/ 2000, luas 2.413
M2 (sisa) yang berasal dari No. Girik C.317 No. Persil 63 D.I (milik penggugat)
letaknya tidak sama/ berbeda dengan objek tanah sesuai SHM No. 279/ Pondok Jaya
KO

(sebelumnya SHM No. 496/ Pondok Aren), Luas tanah : 2.080 M2, yang berasal
dari No. Girik C.1848, Persil 65 D.II(milik tergugat). Maka putusan Pengadilan
Negeri Tangerang No. 257/ Pdt.G/ 2008 PN.TNG tanggal 12 Agustus 2008 adalah
benar-benar berbeda objek atau salah objek (error in objecto).

23
Berdasarkan landasan Hukum Perdata diatas, maka pemilik sah SHM No. 279/ Pondok
Jaya (sebelumnya SHM No. 496/ Pondok Aren), Luas tanah : 2.080 M2, yang
berasal dari No. Girik C.1848, Persil 65 D.II.Atas nama Ir. RM. Punto Wibisono,
layak dan diperbolehkan mendapatkan informasi bahkan memiliki Fotokopi legalisir
yang sah untuk informasi atas hak kebendaanya tersebut dalam hal “WARKAH” atas
tanah yang dimaksud.

T
A. Landasan Hukum Pidana

SA
1) Pada dasarnya, perkara ini sudah pernah digugat secara pidana, sampai akhirnya
diadili dan diputus oleh Pengadilan Negeri Tangerang, Berdasarkan Putusan
Pengadilan Negeri Tangerang Nomor 998/ Pid.B/ 2014/ PN.TNG tanggal 8

PU
September 2014(Bukti P. 27), telah membuktikan bahwa Surat Ukur Nomor 77/
Pondok Jaya/ 2000 yang menjadi dasar penerbitan SHGB No. 124/Pondok Jaya,
dinyatakan palsu dalam simpulan putusan pengadilan yang menyatakan:

I
“... Menimbang, bahwa karena seluruh unsur dari dakwaan primair telah terpenuhi,

AS
maka dakwaan selebihnya tidak perlu dibuktikan lagi, sehingga karenanya terdakwa
terbukti telah melakukan tindak pidana Membuat Surat Palsu”.
RM
Simpulan hukum yang dibuat oleh pengadilan tersebut adalah simpulan yang sah dan
memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Berdasarkan pertimbangan pengadilan
tersebut, maka konsekuensi hukumnya adalah:
FO

“segala bentuk produk hukum berupa sertifikat atau bentuk-bentuk produk hukum
lainnya yang mendasarkan kepada Surat Ukur Nomor 77/ Pondok Jaya/ 2000 harus
IN

dinyatakan tidak sah dan dinyatakan batal demi hukum dan tidak dapat
dijadikan alat bukti kepemilikan hak atas tanah”.

Dengan demikian sertifikat yang mendasarkan Surat Ukur Nomor 77/ Pondok Jaya/
2000 yakni:
SI

a. Sertifikat Nomor 124/ Pondok Jaya, tanggal 21 Maret 2000 seluas 6.210 M2, an.
PT. Jaya Real Property, Tbk.
b. Sertifikat HGB Nomor 707/ Pondok Jaya, Surat Ukur No. 20/ Pondok Jaya/ 2008,
MI

seluas 3.797 M2 an. PT. Jaya Real Property, Tbk, hasil pemisahan SHGB No. 124/
Pondok Jaya, SU No. 77/ Pondok Jaya/ 2000. dan
c. Sertifikat HGB Nomor 124/ Pondok Jaya, SU No. 77/ Pondok Jaya/ 2000, luas :
KO

2.413 M2 (sisa) an. PT. Jaya Real Property, Tbk.

Dinyatakan tidak sah dan dinyatakan cacat hukum dan oleh karenanya segala
hak atas tanah yang diperoleh karena menggunakan surat palsu tersebut,
dinyatakan cacat hukum dan tidak sah serta tidak memiliki kekuatan hukum
sebagai alat bukti untuk membuktikan kepemilikan hak atas tanah.
24
2) Terkait dengan pokok materi gugatan terhadap sertifikat hak atas tanah sebagai objek
gugatan, terdapat pendapat ahli H. Pidana bernama DR. Mudzakkir, S.H, M.H
(Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia) yang menjelaskan bahwa
Putusan Pengadilan Negeri Tangerang Nomor 998/ Pid.B/ 2014/ PN.TNG tanggal 8
September 2014 sertifikat milik penggugat (PT. Real Jaya Property, Tbk) diterbitkan
mendasarkan pada surat ukur palsu, maka sertifikat SHGB Nomor 124/ Pondok Jaya/

T
2000 tidak dapat dijadikan alat bukti untuk membuktikan kepemilikan hak atas
tanah. Sedangkan sertifikat SHM milik tergugat (Ir. RM Punto Wibisono) pemilik

SA
SHM No. 279/ Pondok Jaya (sebelumnya SHM No. 496/ Pondok Aren), Luas tanah :
2.080 M2, yang berasal dari No. Girik C.1848, Persil 65 D.II.Sebagai sertifikat SHM
yang sah dan berlaku sebagai alat bukti kepemilikan hak atas tanah.

PU
3) Berdasarkan fakta hukum yang dijadikan dasar pertimbangan dalam perkara pidana
(Putusan Pengadilan Negeri Tangerang Nomor 998/ Pid.B/ 2014/ PN.TNG tanggal 8
September 2014) terkait dengan objek sertifikat hak atas tanah yang sama, secara

I
hukum bahwa Surat Ukur Nomor 77/ Pondok Jaya/ 2000 yang dipergunakan untuk

AS
menerbitkan sertifikat hak atas tanah SHGB No. 124/ Pondok Jaya, SU No. 77/
Pondok Jaya, Luas : 6.210 M2 tersebut dipecah menjadi 2 (dua), yaitu SHGB No.
707/ Pondok Jaya, Surat Ukur No. 20/ Pondok Jaya/ 2008, seluas 3.797 M2 dan
RM
SHGB No. 124/ Pondok Jaya, SU No. 77/ Pondok Jaya/ 2000, luas : 2.413 M2 (sisa).
Surat Ukur No. 77/ Pondok Jaya/ 2000 adalah palsu atau dipalsukan (berdasarkan
Putusan Pengadilan Negeri Tangerang dalam perkara Pidana Nomor 998/ Pid.B/
FO

2014/ PN.TNG tanggal 8 September 2014), maka produk hukum dalam bentuk
sertifikat hak atas tanah atau sejenisnya yang menggunakan atau memakai surat ukur
palsu atau dipalsukan tersebut yakni: SHGB No. 124/ Pondok Jaya dan pecahannya
IN

yakni: SHGB No. 707/ Pondok Jaya harus dinyatakan sebagai sertifikat yang
memuat surat palsu atau dipalsukan sebagai sertifikat HGB yang tidak sah atau
batal demi hukum serta tidak dapat dijadikan alat bukti kepemilikan hak atas
tanah. Maka BPN memiliki wewenang hukum untuk membatalkan sertifikat SHGB
No. 124/ Pondok Jaya, SU No. 77/ Pondok Jaya/ 2000, luas : 2.413 M2 (sisa) dan
SI

SHGB No. 707/ Pondok Jaya, Surat Ukur No. 20/ Pondok Jaya/ 2008, seluas 3.797
M2 atau sertifikat lain yang menggunakan Surat Ukur palsu.
MI

4) Berdasarkan landasan Hukum Pidana diatas, maka pemilik sah SHM No. 279/
Pondok Jaya (sebelumnya SHM No. 496/ Pondok Aren), Luas tanah : 2.080 M2,
yang berasal dari No. Girik C.1848, Persil 65 D.II.Atas nama Ir. RM. Punto
KO

Wibisono, layak dan diperbolehkan mendapatkan informasi bahkan memiliki


Fotokopi legalisir yang sah untuk informasi atas hak kebendaanya tersebut dalam hal
“WARKAH” atas Tanah yang dimaksud.

25
B. Landasan Hukum Administrasi Negara

1) Dalam rangka meningkatkan kualitas penyelenggara pemerintahan serta mendukung


pelaksanaan reformasi birokrasi. maka sesuai amanat Undang-undang Administrasi
pemerintahan Nomor 30 Tahun 2014. Dimaksudkan untuk menciptakan hukum,
mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang, menjamin akuntabilitas badan
dan/atau pejabat pemerintah, memberikan perlindungan hukum kepada masyarakat

T
dan aparatur pemerintah serta menerapkan asas-asas umum pemerintahan yang baik.

SA
2) Asas-asas umum pemerintahan yang baik atau disingkat dengan AAUPB, merupakan
prinsip dasar yang digunakan sebagai acuan penggunaan wewenang bagi pejabat
pemerintahan dalam mengeluarkan keputusan dan/atau tindakan dalam

PU
penyelenggaraan pemerintahan. Sebagaimana di Belanda dikenal dengan Algemene
Beginselen Van Behoorllijke Bestuura (ABBB), di Inggris dikenal dengan The
Principal of Natural Justice, sedangkan di Indonesia dikenal dengan Asas-asas Umum
Pemerintahan yang Baik (AAUPB).

I
3) Asas UU Administrasi Pemerintahan

Legalitas
AS
Mengedepankan dasar hukum
B/PP yang menerbitkan Kpts/tindakan
RM
harus B/PP yg berwenang
B/PP yg menggunakan wajib
berdasarkan Perundang-undangan dan
FO

AAUPB
Asas B/PP dilarang menyalahgunakan
UU wewenang
Administrasi
IN

Pemerin Perlindungan
tahan HAM Tidak boleh melanggar hak-hak dasar
warga masyarakat
SI

AAUPB 1. Kepastian Hukum


2. Kemanfaatan
3. Ketidakberpihakan
MI

4. Kecermatan
5. Tidak menyalahgunakan kewenangan
6. Keterbukaan
KO

7. Kepentingan umum
8. Pelayanan yang baik, dan

26
 Asas Kepastian Hukum adalah asas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan ketentuan peraturan perundang-undangan, kepatutan, keajegan, dan keadilan
dalam setiap kebijakan penyelenggaraan pemerintahan.

 Asas Kemanfaatan adalah manfaat yang harus diperhatikan secara seimbang antara:
(1) kepentingan individu yang satu dengan kepentingan individu yang lain; (2)
kepentingan individu dengan masyarakat; (3) kepentingan warga masyarakat dan

T
masyarakat asing; (4) kepentingan kelompok masyarakat yang satu dan kepentingan
kelompok masyarakat yang lain; (5) kepentingan pemerintah dengan warga

SA
masyarakat; (6) kepentingan generasi yang sekarang dan kepentingan generasi
mendatang; (7) kepentingan manusia dan ekosistemnya; (8) kepentingan pria dan
wanita.

PU
 Asas Ketidakberpihakan adalah asas yang mewajibkan badan dan/atau pejabat
pemerintahan dalam menetapkan dan/atau melakukan keputusan dan/atau tindakan
dengan mempertimbangkan kepentingan para pihak secara keseluruhan dan tidak

I
diskriminatif.

AS
 Asas kecermatan adalah asas yang mengandung arti bahwa suatu keputusan dan/atau
tindakan harus didasarkan pada informasi dan dokumen yang lengkap untuk
RM
mendukung legalitas penetapan dan/atau pelaksanaan keputusan dan/atau tindakan
yang bersangkutan dipersiapkan dengan cermat sebelum keputusan dan/atau tindakan
tersebut ditetapkan dan/atau dilakukan.
FO

 Asas Tidak Menyalahgunakan Kewenangan adalah asas yang mewajibkan setiap


badan dan/atau pejabat pemerintahan tidak menggunakan kewenangannya untuk
IN

kepentingan pribadi atau kepentingan yang lain dan tidak sesuai dengan tujuan
pemberian kewenangan tersebut, tidak melampaui, tidak menyalahgunakan, dan/atau
tidak mencampuradukkan kewenangan.

 Asas Keterbukaan adalah asas yang melayani masyarakat untuk mendapatkan akses
SI

dan memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif dalam
penyelengggaraan pemerintahan dengan tetap memperhatikan perlindungan hak asasi
pribadi, golongan, dan rahasia negara.
MI

 Asas Kepentingan Umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan dan


kemanfaatan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, selektif, dan tidak
KO

diskriminatif.

 Asas Pelayanan Yang Baik adalah asas yang memberikan pelayanan yang tepat
waktu, prosedur dan biaya yang jelas, sesuai dengan standar pelayanan, dan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

27
Berdasarkan landasan Hukum Administrasi Negara diatas serta Asas-asas umum
pemerintahan yang baik (AAUPB), maka pemilik sah SHM No. 279/ Pondok Jaya
(sebelumnya SHM No. 496/ Pondok Aren), Luas tanah : 2.080 M2, yang berasal dari
No. Girik C.1848, Persil 65 D.II.Atas nama Ir. RM. Punto Wibisono, layak dan
diperbolehkan mendapatkan informasi bahkan memiliki Fotokopi legalisir yang sah untuk
informasi atas hak kebendaanya tersebut dalam hal “WARKAH” atas Tanah yang dimaksud.

T
Kesimpulan Akhir

SA
Adapun catatan penting menurut Pemohon agar dapat dijadikan pertimbangan hukum oleh
Majelis Komisioner pada perkara ini, yaitu:

PU
Bahwa Pemohon Informasi adalah Pemilik sebidang tanah seluas 2.080 M2, bersertifikat
SHM No. 279/Pondok Jaya (sebelumnya No. 496/Pondok Aren, A.N Albert Tobing. SHM
tersebut berasal dari tanah adat, Girik No. 1848 atas nama SL Tobing, Persil 65 D.II.
Sertifikat diterbitkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang pada tahun 1991.

I
Bahwa Pemohon membeli sebidang tanah yang sekelilingnya dipagar tembok, berpondasi

AS
batu kali tersebut sesuai prosedur dari Albert Tobing, pada tanggal 29 Desember 2006, sesuai
salinan Akta Jual Beli No. 55/2006, dibuat dihadapan Notaris & PPAT Wartiana, S.H.
RM
Bahwa Kemudian sebidang tanah tersebut melalui notaris Wartina, S.H Pemohon balik
nama menjadi atas nama Ir. RM. Punto Wibisono di Kantor Pertanahan Kabupaten
Tangerang pada tanggal 30 Januari 2007.
FO

A. Alasan penolakan karena tidak ditemukannya Informasi yang diminta Pemohon


IN

Bahwa menurut Pemohon, alasan-alasan Termohon adalah tidak beralasan menurut


hukum dan tidak patut dipertimbangkan karena:

Bahwa Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
SI

yang menyatakan “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
Kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum”.
MI

Bahwa Pasal 28F Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
menyatakan “Setiap warga negara berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak
KO

mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi


dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”.

Bahwa Pasal 28G ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang menyatakan “Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan HARTA BENDA YANG DIBAWAH KEKUASAANNYA, serta

28
berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak ASASI”.

Bahwa Pasal 2 UU KIP menyebutkan:


(1) Setiap Informasi Publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap Pengguna
Informasi Publik.
(2) Informasi Publik yang dikecualikan bersifat ketat dan terbatas.

T
(3) Setiap Informasi Publik harus dapat diperoleh setiap Pemohon Informasi Publik
dengan cepat dan tepat waktu, biaya ringan, dan cara sederhana.

SA
(4) Informasi Publik yang dikecualikan bersifat rahasia sesuai dengan Undang¬Undang,
kepatutan, dan kepentingan umum didasarkan pada pengujian tentang konsekuensi
yang timbul apabila suatu informasi diberikan kepada masyarakat serta setelah

PU
dipertimbangkan dengan saksama bahwa menutup Informasi Publik dapat melindungi
kepentingan yang lebih besar daripada membukanya atau sebaliknya.

Bahwa Pasal 4 UU KIP menyebutkan:

I
(1) Setiap Orang berhak memperoleh Informasi Publik sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang ini.
(2) Setiap Orang berhak:
a. melihat dan mengetahui Informasi Publik; AS
b. menghadiri pertemuan publik yang terbuka untuk umum untuk memperoleh
RM
Informasi Publik;
c. mendapatkan salinan Informasi Publik melalui permohonan sesuai dengan Undang-
Undang ini; dan/atau
FO

d. menyebarluaskan Informasi Publik sesuai dengan peraturan perundang¬undangan.


(3) Setiap Pemohon Informasi Publik berhak mengajukan permintaan Informasi Publik
disertai alasan permintaan tersebut.
IN

(4) Setiap Pemohon Informasi Publik berhak mengajukan gugatan ke pengadilan apabila
dalam memperoleh Informasi Publik mendapat hambatan atau kegagalan sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang ini.
SI

Bahwa Pasal 6 UU KIP menyebutkan:


(1) Badan Publik berhak menolak memberikan informasi yang dikecualikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
MI

(2) Badan Publik berhak menolak memberikan Informasi Publik apabila tidak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Informasi Publik yang tidak dapat diberikan oleh Badan Publik, sebagaimana
KO

dimaksud pada ayat (1) adalah:


a. informasi yang dapat membahayakan negara;
b. informasi yang berkaitan dengan kepentingan perlindungan usaha dari persaingan
usaha tidak sehat;
c. informasi yang berkaitan dengan hak-hak pribadi;
d. informasi yang berkaitan dengan rahasia jabatan; dan/atau

29
e. Informasi Publik yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan.

Bahwa Pasal 7 UU KIP menyebutkan:


(1) Badan Publik wajib menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan Informasi
Publik yang berada di bawah kewenangannya kepada Pemohon Informasi Publik,
selain informasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan.
(2) Badan Publik wajib menyediakan Informasi Publik yang akurat, benar, dan tidak

T
menyesatkan.
(3) Untuk melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan Publik

SA
harus membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk
mengelola Informasi Publik secara baik dan efisien sehingga dapat diakses dengan
mudah.

PU
(4) Badan Publik wajib membuat pertimbangan secara tertulis setiap kebijakan yang
diambil untuk memenuhi hak setiap Orang atas Informasi Publik.
(5) Pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) antara lain memuat pertimbangan
politik, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau pertahanan dan keamanan negara.

I
(6) Dalam rangka memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai

dan nonelektronik.

Bahwa Pasal 9 UU KIP menyebutkan:


AS
dengan ayat (4) Badan Publik dapat memanfaatkan sarana dan/atau media elektronik
RM
(1) Setiap Badan Publik wajib mengumumkan Informasi Publik secara berkala.
(2) Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. informasi yang berkaitan dengan Badan Publik;
FO

b. informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait;


c. informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau
IN

d. informasi lain yang diatur dalam peraturan perundang¬undangan.


(3) Kewajiban memberikan dan menyampaikan Informasi Publik sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan paling singkat 6 (enam) bulan sekali.
(4) Kewajiban menyebarluaskan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa
SI

yang mudah dipahami.


(5) Cara-cara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditentukan lebih lanjut oleh Pejabat
Pengelola Informasi dan Dokumentasi di Badan Publik terkait.
MI

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban Badan Publik memberikan dan
menyampaikan Informasi Publik secara berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Petunjuk Teknis Komisi Informasi.
KO

Bahwa Pasal 10 UU KIP menyebutkan:


(1) Badan Publik wajib mengumumkan secara serta¬merta suatu informasi yang dapat
mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum.

30
(2) Kewajiban menyebarluaskan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa
yang mudah dipahami.

Bahwa Pasal 11 UU KIP menyebutkan:


(1) Badan Publik wajib menyediakan Informasi Publik setiap saat yang meliputi:
a. daftar seluruh Informasi Publik yang berada di bawah penguasaannya, tidak

T
termasuk informasi yang dikecualikan;
b. hasil keputusan Badan Publik dan pertimbangannya;

SA
c. seluruh kebijakan yang ada berikut dokumen pendukungnya;
d. rencana kerja proyek termasuk di dalamnya perkiraan pengeluaran tahunan Badan
Publik;

PU
e. perjanjian Badan Publik dengan pihak ketiga;
f. informasi dan kebijakan yang disampaikan Pejabat Publik dalam pertemuan yang
terbuka untuk umum;
g. prosedur kerja pegawai Badan Publik yang berkaitan dengan pelayanan

I
masyarakat; dan/atau
h. laporan mengenai pelayanan akses Informasi Publik sebagaimana diatur dalam
Undang¬Undang ini.
AS
(2) Informasi Publik yang telah dinyatakan terbuka bagi masyarakat berdasarkan
mekanisme keberatan dan/atau penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam
RM
Pasal 48, Pasal 49, dan Pasal 50 dinyatakan sebagai Informasi Publik yang dapat
diakses oleh Pengguna Informasi Publik.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan kewajiban Badan Publik
FO

menyediakan Informasi Publik yang dapat diakses oleh Pengguna Informasi Publik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Petunjuk Teknis
IN

Komisi Informasi.

Bahwa Pasal 7 PERKI SLIP menyebutkan:


(1) PPID bertanggungjawab mengkoordinasikan penyimpanan dan pendokumentasian
seluruhInformasi Publik yang berada di Badan Publik.
SI

(2) Dalam rangka tanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPID bertugas
mengkoordinasikan pengumpulan seluruh Informasi Publik secara fisik dari setiap
unit/satuan kerja yang meliputi:
MI

a. informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala;


b. informasi yang wajib tersedia setiap saat;
c. informasi terbuka lainnya yang diminta Pemohon Informasi Publik.
KO

(3) Dalam rangka tanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPID bertugas
mengkoordinasikan pendataan Informasi Publik yang dikuasai oleh setiap unit/satuan
kerja di Badan Publik dalam rangka pembuatan dan pemutakhiran Daftar Informasi
Publik setelah dimutakhirkan oleh pimpinan masing-masing unit/satuan kerja
sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam sebulan.

31
(4) Penyimpanan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidang kearsipan.

Bahwa Penjelasan Pasal 7 ayat (1) PERKI SLIP menyebutkan:


“PPID bertanggungjawab terhadap penyimpanan dan pendokumentasian seluruh
informasi dari setiap unit/satuan kerja yang telah diserahkan kepadanya dan
memastikan pimpinan setiap unit/satuan kerja untuk menyimpan secara fisik seluruh

T
informasi yang berada di bawah penguasaannya”.

SA
Penjelasan Pasal 7 ayat (2) PERKI SLIP menyebutkan:
“yang dimaksud dengan pengumpulan informasi publik secara fisik adalah
pengumpulan dan penyimpanan informasi dalam bentuk salinan elektronik atau

PU
salinan tertulis”.

Pasal 9 huruf a PERKI SLIP menyebutkan:


“mengkoordinasikan setiap unit/satuan kerja di Badan Publik dalam melaksanakan

I
pelayanan publik”.

AS
Bahwa Pasal 1 angka 12 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 Tentang Pendaftaran Tanah menyebutkan:
RM
“Warkah adalah dokumen yang merupakan alat pembuktian data fisik dan data
yuridis bidang tanah yang telah dipergunakan sebagai dasar pendaftaran bidang tanah
FO

tersebut”.

Bahwa Pasal 60 ayat (6) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
IN

Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997 Tentang Pendaftaran Tanah menyebutkan:

“Pemegang hak atau kuasanya atau pihak lain yang berkepentingan yang menyerahkan
SI

bukti tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (5), bertanggung jawab secara hukum
pidana maupun perdata mengenai kebenaran bukti tertulis yang diserahkan dan Panitia
Ajudikasi bertanggung jawab untuk menyimpan dan mengamankan sebagai bahan
MI

penelitian dan pengumuman data yuridis bidang tanah yang bersangkutandan untuk
selanjutnya disimpan sebagai warkah di Kantor Pertanahan”.
KO

Bahwa Pasal 187 ayat (1) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah menyebutkan:
“Informasi tentang data fisik dan data yuridis yang ada pada peta pendaftaran, daftar
tanah, surat ukur dan buku tanah terbuka untuk umum dan dapat diberikan kepada
pihak yang ber-kepentingan secara visual atau secara tertulis”.
32
Bahwa Pasal 5 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2013 Tentang Pelayanan Informasi Publik di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional
RI menyatakan:
(1) Tim Pertimbangan Pelayanan Informasi diketuai oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia.
(2) Tim Pertimbangan Pelayanan Informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan

T
melalui Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.
(3) Tim Pertimbangan Pelayanan Informasi mempunyai tugas: a. memutuskan pengujian

SA
konsekuensi Informasi publik yang harus dikecualikan; dan b. mengembangkan kapasitas
pejabat fungsional dan/atau petugas informasi dalam rangka peningkatan kualitas layanan
Informasi Publik.”

PU
Bahwa Pasal 6 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2013 Tentang Pelayanan Informasi Publik di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional
RI menyatakan:

I
(1) Penanggung jawab di Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia dijabat oleh
Sekretaris Utama.

Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional. AS


(2) Penanggung jawab di Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dijabat oleh Kepala

(3) Penanggung jawab di Kantor Pertanahan dijabat oleh Kepala Kantor Pertanahan.
RM
(4) Penanggung jawab mempunyai tugas:
a. mengkoordinasikan, mengawasi, dan mengevaluasi pelaksanaan Peraturan ini;
b. mengkoordinasikan pengembangan sistem pengelolaan dan pelayanan Informasi
FO

Publik;
c. memberikan tanggapan atas keberatan yang diajukan oleh Pemohon Informasi Publik;
dan
d. membuat laporan layanan Informasi Publik kepada Kepala Badan Pertanahan
IN

Nasional Republik Indonesia secara periodik dan berjenjang.

Bahwa Pasal 7 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2013 Tentang Pelayanan Informasi Publik di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional
RI menyatakan:
SI

(1) PPID di Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia dijabat oleh Kepala Pusat Data
dan Informasi Pertanahan.
(2) PPID di Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dijabat oleh Kepala Bagian Tata
MI

Usaha.
(3) PPID di Kantor Pertanahan dijabat oleh Kepala Sub Bagian Tata Usaha.
(4) PPID bertugas:
a. mengkoordinasikan penyimpanan dan pendokumentasian Informasi Publik;
KO

b. mengkoordinasikan tugas-tugas Pejabat Informasi, Petugas Informasi, Staf Informasi


Publik dan Petugas Meja Informasi;
c. menyajikan Daftar Informasi Publik berdasarkan masukan dari Pejabat Informasi;
d. melaksanakan penyediaan dan pelayanan Informasi Publik baik melalui pengumuman
maupun permohonan Informasi Publik; dan
e. menyelenggarakan Meja Informasi.

33
(5) Dalam hal pengumuman Informasi Publik, PPID bertugas:
a. mengkoordinasikan pengumuman Informasi Publik melalui media yang secara efektif
dapat menjangkau seluruh pemangku kepentingan; dan
b. mengkoordinasikan penyampaian Informasi Publik dalam Bahasa Indonesia yang
sederhana dan mudah dipahami.
(6) Dalam hal pelayanan permohonan Informasi Publik, PPID bertugas:
a. mengkoordinasikan pemberian Informasi Publik yang dapat diakses oleh publik
dengan petugas informasi di berbagai unit pelayanan informasi untuk memenuhi

T
permohonan Informasi Publik;
b. menyertakan alasan tertulis pengecualian Informasi Publik secara jelas dan tegas,

SA
dalam hal permohonan Informasi Publik ditolak; dan
c. menghitamkan atau mengaburkan Informasi Publik yang dikecualikan beserta
alasannya.

PU
(7) Dalam melaksanakan tugasnya, PPID bertanggung jawab kepada Penanggung jawab di
masing-masing tingkatan.

Bahwa Pasal 12 ayat (4) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Pelayanan Informasi Publik di Lingkungan Badan Pertanahan

I
Nasional RI menyatakan:
(4) Informasi yang dikecualikan meliputi:
a. Surat Izin Perceraian;
b. Surat Penolakan Izin Pernikahan/Perceraian;
c. Surat Cerai;
AS
RM
d. Pemberhentian dalam Jabatan Struktural/Fungsional dengan tidak hormat;
e. Perselisihan/Sengketa Kepegawaian;
f. Hasil pengujian/pemeriksaan kesehatan;
g. SK Hukuman Jabatan/Hukuman Disiplin PNS;
FO

h. Penelitian di bidang pertanahan yang sedang dalam proses;


i. Buku tanah, surat ukur, dan warkahnya;
j. Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) dan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK);
IN

k. Berita Acara Gelar Perkara Internal, terbatas di lingkungan Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia;
l. Surat, memorandum, disposisi, dan nota dinas yang menurut sifatnya dirahasiakan; dan
m. Informasi Publik lainnya yang harus dikecualikan atau dirahasiakan berdasarkan
pengujian oleh Tim Pertimbangan Pelayanan Informasi.
SI

Bahwa alasan pengecualian Termohon dalam fakta persidangan sebagaimana


dimaksud pada pasal diatas, Majelis Komisioner menyatakan bahwa apabila
menyandingkan dan/atau melakukan uji konsekuensi harus di sandingkan dengan
MI

Undang-Undang bukan Peraturan dibawahnya. Karena Undang-Undang


kedudukannya lebih tinggi dari Peraturan Kepala Badan.
KO

Bahwa Pemohon meminta informasi Salinan warkah yang telah menjadi dasar
penerbitan SHM No. 279/Pondok Jaya, Luas 2.080 M2, atas nama Ir. RM. Punto
Wibisono, terletak di Jl. Raya Tegal Rotan, Kelurahan Pondok Jaya, Kecamatan
Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan. Pemohon meminta informasi tersebut karena
Pemohon merupakan memiliki kepentingan secara langsung dan memiliki dokumen

34
resmi yang menyatakan bahwa Pemohon adalah Pemilik langsung berdasarkan bukti-
bukti Pemohon yang diajukan.

Bahwa Termohon melalui PPID seharusnya dapat mengkoordinasikan penyimpanan dan


pendokumentasian seluruh informasi publik yang berada di Badan Publik dan dapat saling
berkomunikasi baik dengan Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Tangerang maupun Kantor
Badan Pertanahan Kota Tangerang Selatan sehingga jika terkoordinasi dengan baik dalam hal

T
pendokumentasian informasi publik maka dokumen seharusnya ada dalam keadaan utuh dan
tidak terpisah-pisah, Karena saat ini Pemohon sudah mencari dokumen warkah tersebut tidak

SA
pernah ditemukan.

Bahwa didalam uraian pasal-pasal tersebut diatas alasan penolakan untuk tidak memberikan

PU
informasi dikarenakan tidak ditemukannya informasi yang diminta Pemohon adalah tidak
beralasan menurut hukum. Menurut Pemohon, alasan penolakan tersebut tidak diatur
didalam peraturan perundang-undangan tentang keterbukaan informasi, di dalam UU
KIP juncto PerKI SLIP sendiri mengatur bahwa PPID bertanggungjawab terhadap

I
penyimpanan dan pendokumentasian seluruh informasi dari setiap unit/satuan kerja
yang telah diserahkan kepadanya dan memastikan pimpinan setiap unit/satuan kerja

AS
untuk menyimpan secara fisik seluruh informasi yang berada di bawah penguasaannya.

Bahwa berdasarkan fakta-fakta persidangan, Termohon saling melempar kewenangan


RM
terkait objek dari perkara sengketa informasi a quo .Menurut Pemohon, informasi
warkah merupakan informasi yang kewenangannya disimpan oleh instansi Kantor
Badan Pertanahan Nasional yang bertanggungjawab untuk menyimpan data fisik dan
FO

data yuridis yang didalamnya terdapat historis jual beli tanah yang tercatat. Maka dari
itu, Pemohon menilai Termohon dapat berkoordinasi antar PPID dalam hal pelayanan
informasi mengenai warkah tersebut.
IN

Bahwa Pemohon meminta informasi ini didapat dari bukti-bukti warkah yang disampaikan
dan dilampirkan oleh Kementerian Pertanahan Kabupaten Tangerang pada saat sidang
perkara perdata no: 257/Pdt.g/2008/PN.Tng. Menurut Pemohon, warkah tersebut seharusnya
SI

ada.

Bahwa berdasarkan keterangan Termohon yang mewakili Kantor Pertanahan Kota Tangerang
MI

Selatan yang menyatakan bahwa Kantor Pertanahan Kota Tangerang Selatan belum memiliki
tempat khusus dokumen atau arsip-arsip sehingga warkah-warkah tersebut sebagian besar ada
di Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang adalah tidak beralasan menurut hukum karena
KO

Pemohon sudah melayangkan surat nomor: 101/PW/VII/2018 perihal permohonan Fotokopi


legalisir Warkah penerbitan SHM No. 496/Pondok Aren (sekarang SHM No. 279/Pondok
Jaya) tertanggal 26 Juli 2018 kepada Kantor Pertanahan Kota Tangerang Selatan namun
juga tetap tidak mendapatkan tanggapan seharusnya Kantor Pertanahan Kota
Tangerang Selatan menanggapi itu dalam bentuk jawaban tertulis dan Pemohon juga sudah

35
meminta informasi kepada Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang tertanggal 3 Oktober
2018.

Bahwa Pemohon juga pernah melayangkan surat nomor: 102/PW/VII/2018 kepada Kepala
Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang perihal Permohonan Fotokopi Legalisir
Warkah Penerbitan SHM No. 496/Pondok Aren (sekarang SHM No. 279/Pondok Jaya), luas
2.080 M2 tertanggal 26 Juli 2018. Atas dasar surat tersebut Pemohon mendapatkan jawaban

T
dari Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang melalui surat nomor: 2102/7-
36.03.300/VII/2018 tertanggal 13 Agustus 2018 yang pada intinya adalah Kantor Pertanahan

SA
Kabupaten Tangerang tidak memenuhi permintaan Pemohon karena kewenangan berada pada
Kantor Pertanahan Kota Tangerang Selatan. Kemudian Pemohon kembali melayangkan surat
nomor: 106/PW/X/2018 tanggal 3 Oktober 2018 Perihal Surat Jawaban No. 2102/7-

PU
36.03.300/VII/2018 tanggal 13 Agustus 2018 yang pada intinya mempertanyakan tentang:
1. Mengapa kewenangan permohonan Pemohon tersebut berada pada Kantor Pertanahan
Kota Tangerang Selatan, padahal Sertifikat Hak Milik tersebut diproses dan
diterbitkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang?

I
2. Apakah warkah yang dimaksud telah diserahterimakan ke Kantor Pertanahan Kota
Tangerang Selatan?
3. Kapan dan dimana dilakukan penyerahannya?
AS
4. Siapa nama Pejabat yang menyerahkan dan yang menerima?
5. Mohon dibuatkan daftar dokumen apa saja yang diserahkan kepada Kantor
RM
Pertanahan Kota Tangerang Selatan.

Pemohon tidak mendapatkan tanggapan dari Kantor BPN Kabupaten Tangerang Setelah itu
FO

Pemohon kembali mengirimkan surat kedua nomor: 107/PW/X/2018 Perihal Surat Susulan
Permohonan Fotokopi Legalisir Warkah Penerbitan SHM No. 496/Pondok Aren (sekarang
SHM No. 279/Pondok Jaya) tertanggal 4 Oktober 2018 yang pada pokoknya meminta
IN

informasi tentang Warkah sebagaimana objek Permohonan dalam perkara aquo .

Pemohon mendapatkan informasi atau konfirmasi dari Kantor Pertanahan Kabupaten


Tangerang melalui surat no: 1327/36.03.HP.03.02/V/2019 tertanggal 27 Mei 2019. Yang
SI

pada intinya Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang menyampaikan:


a. Bahwa sesuai dengan surat Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang tanggal
13 Agustus 2018, Nomor: 2102/7-36.03.300/VIII/2018 terkait permohonan fotokopi
MI

legalisir warkah kewenangannya sudah berada di Kantor Pertanahan Kota


Tangerang Selatan, dan perlu dikatahui saat ini Sertifikat Hak Milik Nomor
279/Pondok Jaya Kecamatan Pondok Aren masuk Wilayah Kota Tangerang Selatan
KO

sejak bulan September 2014;


b. Bahwa Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang telah menyerahkan berkas
perkara dan mediasi antara Ir. RM. Punto Wibisono dengan PT. Jaya Real
Property berikut buku tanah dari Kepala Seksi Sengketa, Konflik dan perkara
Pertanahan Kabupaten Tangerang kepada Kepala Seksi Sengketa Konflik dan
Perkara Pertanahan Kota Tangerang Selatan pada tanggal 05 Februari 2015;

36
c. Bahwa terkait pelayanan pengiriman surat, Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang
menggunakan jasa pelayanan Pos dan Giro.

Bahwa Pemohon pernah melaporkan ke Bareskrim Mabes Polri dengan Nomor Polisi :
LP/1252/X/2017/Bareskrim, tanggal 22 Nopember 2017, dan penyidik menyatakan bahwa
dalam SP2HP No. B/830/IX/2018/Dittipidum tanggal 17 September 2018, (Bukti P.28) :

T
No. 2. (b) :
Penyidik telah melakukan koordinasi dengan Kantor Wilayah Pertanahan Propinsi

SA
Banten terkait permintaan Warkah dengan hasil bahwa warkah-warkah yang menjadi
objek perkara saat ini belum diketemukan.

PU
Sejak saat itu Pemohon mengetahui bahwa warkah SHM Pemohon belum diketemukan. Bagi
Pemohon, hal ini sangat menghambat proses penyelidikan untuk mendapatkan kepastian
hukum.

I
Untuk kepastian hukum penerbitan SHM Pemohon dan untuk mengetahui keberadaan
warkah dimaksud, Pemohon telah meminta secara tertulis fotokopi legalisir warkah

Kakanwil BPN Provinsi Banten; AS


penerbitan SHM Pemohon ke Kepala Kantor Pertanahan Kab. Tangerang ditembuskan ke
kepada Kepala Kantor Kota Tangerang Selatan
ditembuskan ke Kakanwil BPN Provinsi Banten, namun permohonan tersebut tidak pernah
RM
dipenuhi oleh para Pejabat Publik tersebut. Sehingga akhirnya Pemohon meminta informasi
publik berupa fotokopi warkah yang dilegalisir penerbitan SHM Pemohon ke PPID
Kementrian Agraria/BPN RI.
FO

B. Objek Permohonan Informasi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisah-
IN

pisahkan

Bahwa Termohon pada persidangan pada tanggal 16 Juli 2019 menyatakan bahwa objek yang
dimohonkan Pemohon dalam permohonan informasi tersebut ada diwilayah Kantor BPN
Kota Tangerang Selatan dan pihak dari Kementerian Agraria akan menunjukkan dokumen
SI

yang dapat diperlihatkan kepada Pemohon yaitu Akte Peralihan dari atas nama Albert Tobing
ke Bapak Ir. RM Punto Wibisono, namun yang selebihnya menurut Termohon merupakan
informasi yang dikecualikan karena menyangkut data pribadi dari pemilik sebelumnya.
MI

Menurut Pemohon bahwa Pemohon tetap menginginkan satu kesatuan berkas warkah
karena warkah tersebut tidak bisa dipisah-pisahkan karena didalamnya terdapat
KO

riwayat sejak penerbitan Sertifikat Hak Milik atas nama Albert Tobing dan tanah itu
sudah dibeli oleh Pemohon. Berkas sebelumnya dari Albert Tobing tersebut menurut
Pemohon seharusnya ada dokumen-dokumen mengenai Surat Keterangan tidak pernah
bersengketa dari Kelurahan, dan dokumen lain yang menurut Pemohon proses itu
harus ada dan tersimpan sebagai warkah.

37
C. Hasil Mediasi Pertama 26 Juli 2019 di Komisi Informasi Pusat

Bahwa Pemohon dan Termohon telah melaksanakan Mediasi tertanggal 26 Juli 2019 yang
pada pokoknya Mediasi pertama tersebut tercatat bahwa terhadap informasi yang diminta
Pemohon sejumlah 28 Poin, terhadap poin 24 sampai dengan poin 27 telah dikuasai oleh
Pemohon sehingga tidak menjadi pokok sengketa a quo .

T
Bahwa terhadap poin ke 28 terdapat keterangan tambahan yaitu informasi yang dimohonkan
berupa SKPT No. 511/KPT/P2T/KAB/X/1993 tanggal 4 Oktober 1993 untuk Albert Tobing

SA
dalam keperluan jual beli. Bahwa terhadap poin ke 28 tersebut, Termohon menyepakati atas
perubahan permohonan informasi dalam perkara a quo .

PU
D. Hasil Mediasi Kedua 5 Agustus 2019 di Komisi Informasi Pusat

Bahwa Pemohon dan Termohon telah melaksanakan Mediasi tertanggal 5 Agustus 2019 yang
pada pokoknya Mediasi pertama tersebut tercatat bahwa dalam proses Mediasi Kedua

I
Termohon memerlukan waktu untuk mengumpulkan dokumen a quo dengan cara
mengajukan permohonan kepada Pengadilan Negeri Tangerang terkait dokumen yang

AS
menjadi daftar alat bukti pada perkara No. 257/PDT.G/2008/PN.TNG yang diajukan oleh
Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang (dalam perkara No. 257 Kantor Pertanahan Kab
Tangerang sebagai Tergugat III).
RM
Bahwa terhadap informasi SKPT No. 511/KPT/P2T/KAB/X/1993 tanggal 4 Oktober 1993
untuk keperluan jual beli, Termohon akan mencari dokumen a quo .
FO

E. Hasil Mediasi Ketiga 27 Agustus 2019 di Komisi Informasi Pusat


IN

Bahwa Pemohon dan Termohon telah melaksanakan Mediasi tertanggal 27 Agustus 2019
yang pada pokoknya Mediasi pertama tersebut tercatat bahwa Upaya Termohon untuk
mencari dokumen dalam sengketa a quo ke Pengadilan Negeri Tangerang belum dapat
SI

diberikan kepastian jangka waktu proses pencariannya.

Bahwa Komisi Informasi Pusat telah mengupayakan para pihak Mediasi dalam penyelesaian
MI

perkara a quo . Namun hingga berakhirnya batas waktu yang ditentukan oleh peraturan
perundang-undangan para pihak belum mencapainya kesepakatan sehingga persidangan
dilanjutkan.
KO

F. Objek Permohonan Informasi dalam perkara a quo

Bahwa Pemohon hingga saat ini belum mendapatkan kepastian dimanakan dokumen
informasi yang Pemohon minta, dan Pemohon juga meyakini bahwa informasi yang
dimohonkan merupakan Informasi yang bersifat Terbuka dan dapat diberikan Termohon
kepada Pemohon
38
Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan

Pasal 9 UU KIP
(1) Setiap Badan Publik wajib mengumumkan Informasi Publik secara berkala.
(2) Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. informasi yang berkaitan dengan Badan Publik;
b. informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait;
c. informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau

T
d. informasi lain yang diatur dalam peraturan perundangundangan.

SA
(3) Kewajiban memberikan dan menyampaikan Informasi Publik sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan paling singkat 6 (enam) bulan sekali.
(4) Kewajiban menyebarluaskan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

PU
disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa
yang mudah dipahami.
(5) Cara-cara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditentukan lebih lanjut oleh Pejabat
Pengelola Informasi dan Dokumentasi di Badan Publik terkait.

I
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban Badan Publik memberikan dan
menyampaikan Informasi Publik secara berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

AS
ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Petunjuk Teknis Komisi Informasi.

Informasi Yang Wajib Diumumkan Secara Serta-Merta


RM
Pasal 10 UU KIP
(1) Badan Publik wajib mengumumkan secara serta merta suatu informasi yang dapat
mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum.
FO

(2) Kewajiban menyebarluaskan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan dengan cara yang mudah dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa
yang mudah dipahami.
IN

Informasi Yang Wajib Tersedia Setiap Saat

Pasal 11 UU KIP
SI

(1) Badan Publik wajib menyediakan Informasi Publik setiap saat yang meliputi:
a. daftar seluruh Informasi Publik yang berada di bawah penguasaannya, tidak
termasuk informasi yang dikecualikan;
MI

b. hasil keputusan Badan Publik dan pertimbangannya;


c. seluruh kebijakan yang ada berikut dokumen pendukungnya;
d. rencana kerja proyek termasuk di dalamnya perkiraan pengeluaran tahunan Badan
KO

Publik;
e. perjanjian Badan Publik dengan pihak ketiga;
f. informasi dan kebijakan yang disampaikan Pejabat Publik dalam pertemuan yang
terbuka untuk umum;
g. prosedur kerja pegawai Badan Publik yang berkaitan dengan pelayanan
masyarakat; dan/atau

39
h. laporan mengenai pelayanan akses Informasi Publik sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini.
(2) Informasi Publik yang telah dinyatakan terbuka bagi masyarakat berdasarkan
mekanisme keberatan dan/atau Penyelesaian Sengketa Informasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 48, Pasal 49, dan Pasal 50 dinyatakan sebagai Informasi Publik
yang dapat diakses oleh Pengguna Informasi Publik.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan kewajiban Badan Publik

T
menyediakan Informasi Publik yang dapat diakses oleh Pengguna Informasi Publik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Petunjuk Teknis

SA
Komisi Informasi.

Pasal 4 Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Standar Layanan

PU
Informasi Publik (PERKI SLIP)

Badan Publik wajib:


a. Menyediakan dan memberikan Informasi Publik sebagaimana diatur didalam

I
Peraturan ini;

AS
b. Membangun dan mengembangkan sistem informasi dan dokumentasi untuk
mengelola Informasi Publik secara baik dan efisien;
c. Menetapkan peraturan mengenai standar prosedur operasional layanan Informasi
RM
Publik sesuai dengan Peraturan ini;
d. Menetapkan dan memutakhirkan secara berkala Daftar Informasi Publik atas seluruh
Informasi Publik yang dikelola;
FO

e. Menunjuk dan mengangkat PPID untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab
serta wewenangnya;
f. Menyediakan sarana dan prasarana layanan Informasi Publik,termasuk papan
IN

pengumuman dan meja informasi di setiap kantor Badan Publik, serta situs resmi
bagi Badan Publik Negara;
g. Menetapkan standar biaya perolehan salinan Informasi Publik;
h. Menganggarkan pembiayaan secara memadai bagi layanan Informasi Publik sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
SI

i. Memberikan tanggapan atas keberatan yang diajukan oleh Pemohon Informasi


Publik yang mengajukan keberatan;
j. Membuat dan mengumumkan laporan tentang layanan Informasi Publik sesuai
MI

dengan Peraturan ini serta menyampaikan salinan laporan kepada Komisi


Informasi;dan
k. Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap pelaksanaan layanan Informasi Publik
KO

pada instansinya.

40
Informasi Yang Wajib Disediakan dan Diumumkan Secara Berkala

Pasal 11 PERKI SLIP


(1) Setiap Badan Publik wajib mengumumkan secara berkala Informasi Publik yang
sekurang- kurangnya terdiri atas:
a. Informasi tentang profil Badan Publik yang meliputi:
1. Informasi tentang kedudukan atau domisili beserta alamat lengkap,ruang

T
lingkup kegiatan, maksud dan tujuan, tugas dan fungsi Badan Publik beserta
kantor unit-unit di bawahnya

SA
2. Struktur organisasi, gambaran umum setiap satuan kerja, profil singkat pejabat
struktural
3. Laporan harta kekayaan bagi Pejabat Negara yang wajib melakukannya yang

PU
telah diperiksa, diverifikasi, dan telah dikirimkan oleh Komisi Pemberantasan
Korupsi ke Badan Publik untuk diumumkan.
b. Ringkasan informasi tentang program dan/ atau kegiatan yang sedang dijalankan
dalam lingkup Badan Publik yang sekurang-kurangnya terdiri atas:

I
1. Nama program dan kegiatan
2. Penanggungjawab, pelaksana program dan kegiatan serta nomor telepon
dan/atau alamat yang dapat dihubungi
AS
3. Target dan/atau capaian program dan kegiatan
4. Jadwal pelaksanaan program dan kegiatan
RM
5. Anggaran program dan kegiatan yang meliputi sumber dan jumlah
6. Agenda penting terkait pelaksanaan tugas Badan Publik
7. Informasi khusus lainnya yang berkaitan langsung dengan hak-hak masyarakat
FO

8. Informasi tentang penerimaan calon pegawai dan/atau pejabat Badan Publik


Negara
IN

9. informasi tentang penerimaan calon peserta didik pada Badan Publik yang
menyelenggarakan kegiatan pendidikan untuk umum;
c. Ringkasan informasi tentang kinerja dalam lingkup Badan Publik berupa narasi
tentang realisasi kegiatan yang telah maupun sedang dijalankan beserta capaiannya;
d. Ringkasan laporan keuangan yang sekurang-kurangnya terdiri atas:
SI

1. Rencana dan laporan realisasi anggaran


2. Neraca
3. Laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang disusunsesuai dengan
MI

standar akuntansi yang berlaku


4. Daftar aset dan investasi;
5. Ringkasan laporan akses Informasi Publik yang sekurang-kurangnya terdiri atas:
KO

6. Jumlah permohonan Informasi Publik yang diterima


7. Waktu yang diperlukan dalam memenuhi setiap permohonan Informasi Publik
8. jumlah permohonan Informasi Publik yang dikabulkan baik sebagian atau
seluruhnya dan permohonan Informasi Publik yang ditolak
9. Alasan penolakan permohonan Informasi Publik

41
f. Informasi tentang peraturan, keputusan, dan/atau kebijakan yang mengikat dan/atau
berdampak bagi publik yang dikeluarkan oleh Badan Publik yang sekurang-
kurangnya terdiriatas:
1. Daftar rancangan dan tahap pembentukan Peraturan Perundang-
undangan, Keputusan, dan/atau Kebijakan yang sedang dalam proses
pembuatan
2. Daftar Peraturan Perundang-undangan, Keputusan, dan/atau Kebijakan yang

T
telah disahkan atau ditetapkan;
g. Informasi tentang hak dan tata cara memperoleh Informasi Publik, serta tata cara

SA
pengajuan keberatan serta proses penyelesaian sengketa Informasi Publik berikut
pihak- pihak yang bertanggungjawab yang dapat dihubungi;
h. Informasi tentang tata cara pengaduan penyalahgunaan wewenang atau pelanggaran

PU
yang dilakukan baik oleh pejabat Badan Publik maupun pihak yang mendapatkan
izin atau perjanjian kerja dari Badan Publik yang bersangkutan;
i. Informasi tentang pengumuman pengadaan barang dan jasa sesuai dengan peraturan
perundang-undangan terkait;

I
j. Informasi tentang prosedur peringatan dini dan prosedur evakuasi keadaan darurat di
setiap kantor Badan Publik.

AS
(2) Pengumuman secara berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan selambat-
lambatnya 1(satu) kali dalam setahun.
RM
Informasi Yang Wajib Diumumkan Secara Serta Merta
FO

Pasal 12 PerKI SLIP


(1) Setiap Badan Publik yang memiliki kewenangan atas suatu informasi yang dapat
mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum dan/atau Badan Publik yang
IN

berwenang memberikan izin dan/atau melakukan perjanjian kerja dengan pihak lain
yang kegiatannya berpotensi mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban
umum wajib memiliki standar pengumuman informasi serta merta.
(2) Informasi yang dapat mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban umum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi antara lain:
SI

a. Informasi tentang bencana alam seperti kekeringan, kebakaran hutan karena


faktor alam, hama penyakit tanaman, epidemik, wabah, kejadian luar biasa,
kejadian antariksaa tau benda-benda angkasa;
MI

b. Informasi tentang keadaan bencana non-alam seperti kegagalan industri atau


teknologi, dampak industri, ledakan nuklir, pencemaran lingkungan dan kegiatan
keantariksaan;\
KO

c. Bencana sosial seperti kerusuhan sosial, konflik sosial antar kelompok atau antar
komunitas masyarakat dan teror;
d. Informasi tentang jenis, persebaran dan daerah yang menjadi sumber penyakit
yang berpotensi menular;
e. Informasi tentang racun pada bahan makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat;
dan/atau
42
f. Informasi tentang rencana gangguan terhadap utilitas publik.
(3) Standar pengumuman informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-
kurangnya meliputi:
a. potensi bahaya dan/atau besaran dampak yang dapat ditimbulkan;
b. pihak-pihak yang berpotensi terkena dampak baik masyarakat umum maupun
pegawai Badan Publik yang menerima izin atau perjanjian kerja dari Badan Publik
tersebut;

T
c. prosedur dan tempat evakuasi apabila keadaan darurat terjadi;
d. cara menghindari bahaya dan/atau dampak yang ditimbulkan;

SA
e. cara mendapatkan bantuan dari pihak yang berwenang;
f. pihak-pihak yang wajib mengumumkan informasi yang dapat mengancam hajat
hidup orang banyak dan ketertiban umum;

PU
g. tata cara pengumuman informasi apabila keadaan darurat terjadi;
h. upaya-upaya yang dilakukan oleh Badan Publik dan/atau pihak-pihak yang
berwenang dalam menanggulangi bahaya dan/atau dampak yang ditimbulkan.
(4) Badan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mematuhi pelaksanaan standar

I
pengumuman informasi serta merta serta sebagaimana dimaksud pada ayat (3) serta

AS
memastikan pelaksanaannya oleh pihak yang menerima izin dan/atau melakukan
perjanjian kerja.
RM
Informasi Yang Wajib Tersedia Setiap Saat

Pasal 13 Perki SLIP


FO

(1) Setiap Badan Publik wajib menyediakan Informasi Publik setiap saat yang sekurang-
kurangnya terdiri atas:
a. Daftar Informasi Publik yang sekurang-kurangnya memuat:
IN

1. nomor
2. ringkasan isi informasi
3. pejabatatau unit/satuan kerja yang menguasai informasi
4. penanggung jawab pembuatan atau penerbitan informasi
5. waktu dan tempat pembuatan informasi
SI

6. bentuk informasi yang tersedia


7. jangka waktu penyimpanan atau retensi arsip;
b. Informasi tentang peraturan, keputusan dan/atau atau kebijakan Badan Publik yang
MI

sekurang-kurangnya terdiri atas:


1. dokumen pendukung seperti naskah akademis, kajian atau pertimbangan yang
mendasari terbitnya peraturan, keputusan atau kebijakan tersebut
KO

2. masukan-masukan dari berbagai pihak atas peraturan, keputusan atau kebijakan


tersebut
3. risalah rapat dari proses pembentukan peraturan, keputusan atau kebijakan tersebut
4. rancangan peraturan, keputusan atau kebijakan tersebut
5. tahap perumusanperaturan, keputusan atau kebijakan tersebut
6. peraturan, keputusan dan/atau kebijakan yang telah diterbitkan;
43
c. Seluruh informasi lengkap yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala
sebagaimana dimaksud dalam Pasal11;
d. Informasi tentang organisasi, administrasi, kepegawaian, dan keuangan,antara lain:
1. pedoman pengelolaan organisasi, administrasi, personil dan keuangan
2. profil lengkap pimpinan dan pegawai yang meliputi nama, sejarah karir atau posisi,
sejarah pendidikan, penghargaan dan sanksi berat yang pernah diterima
3. anggaran Badan Publik secara umum maupun anggaran secara khusus unit

T
pelaksana teknis serta laporan keuangannya
4. data statistik yang dibuat dan dikelola oleh Badan Publik.

SA
e. Surat-surat perjanjian dengan pihak ketiga berikut dokumen pendukungnya;
f. Surat menyurat pimpinan atau pejabat Badan Publik dalam rangka pelaksanaan tugas
pokok dan fungsinya;

PU
g. Syarat-syarat perizinan, izin yang diterbitkan dan/atau dikeluarkan berikut dokumen
pendukungnya, dan laporan penaatan izin yang diberikan;
h. Data perbendaharaan atau inventaris;
i. Rencana strategis dan rencana kerja Badan Publik;

I
j. Agenda kerja pimpinan satuan kerja;

AS
k. Informasi mengenai kegiatan pelayanan Informasi Publik yang dilaksanakan, sarana
dan prasarana layanan Informasi Publik yang dimiliki beserta kondisinya, sumber
daya manusia yang menangani layanan Informasi Publik beserta kualifikasinya,
RM
anggaran layanan Informasi Publik serta laporan penggunaannya.
l. Jumlah, jenis, dan gambaran umum pelanggaran yang ditemukan dalam pengawasan
internal serta laporan penindakannya;
FO

m. Jumlah, jenis, dan gambaran umum pelanggaran yang dilaporkan oleh masyarakat serta
laporan penindakannya;
n. Daftarserta hasil-hasil penelitian yang dilakukan;
IN

o. Informasi Publik lain yang telah dinyatakan terbuka bagi masyarakat berdasarkan
mekanisme keberatan dan/atau penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik;
p. Informasi tentang standar pengumuman informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
12 bagi Badan Publik yang memberikan izin dan/atau melakukan perjanjian kerja
SI

dengan pihak lain yang kegiatannya berpotensi mengancam hajat hidup orang banyak
dan ketertiban umum;
q. informasi dan kebijakan yang disampaikan pejabat publik dalam pertemuan yang
MI

terbuka untuk umum.


(2) Daftar Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat pada Lampiran II
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini.
KO

Pendapat Pemohon

Bahwa Pemohon meminta informasi mengenai Salinan warkah yang telah menjadi dasar
penerbitan SHM No. 279/Pondok Jaya, Luas 2.080 M2, atas nama Ir. RM. Punto
Wibisono, terletak di Jl. Raya Tegal Rotan, Kelurahan Pondok Jaya, Kecamatan
44
Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan berikut dengan poin-poin pada pokok
permohonan dalam perkara a quo .

Bahwa berdasarkan fakta-fakta persidangan Pemohon telah menyampaikan bukti-bukti yang


relevan terhadap perkara a quo dimana Pemohon memiliki kepentingan secara langsung
dan hingga saat ini Pemohon belum juga mendapatkan kepastian hukum mengenai
keberadaan objek permohonan pada perkara a quo .

T
Bahwa menurut Pemohon UU KIP merupakan peraturan yang bersifat khusus (lex spesialis)

SA
yang mengatur tentang keterbukaan informasi publik yang didalamnya mengatur secara tegas
di dalam Pasal 2 UU KIP ayat (1) menyebutkan bahwa setiap informasi publik bersifat
terbuka dan dapat diakses oleh setiap pengguna informasi publik. Berdasarkan ayat (4)

PU
Pengecualian informasi publik bersifat ketat dan terbatas yang harus didasarkan pada undang-
undang, kepatuhan, dan kepentingan umum serta didasarkan pada pengujian konsekuensi.
Dari pasal tersebut menjelaskan bahwa sifat informasi tersebut adalah terbuka dan dapat
diakses oleh publik, namun apabila informasi tersebut dikategorikan sebagai informasi yang

I
dikecualikan harus bersifat ketat dan didasarkan pada undang-undang. Namun fakta-fakta

AS
persidangan pada perkara a quo , Termohon menyatakan bahwa informasi yang diminta
Pemohon merupakan informasi yang dikecualikan berdasarkan Pasal 17 huruf h UU KIP dan
Pasal 12 huruf i Peraturan Kepala BPN RI No. 6 Tahun 2013 yaitu menolak memberikan
RM
Informasi karena dapat mengungkap rahasia pribadi. Alasan-alasan pengecualian dengan
menggunakan 2 Pasal tersebut menurut Pemohon tidak beralasan menurut hukum
sehingga patut untuk tidak dipertimbangkan karena Pasal Pengecualian tersebut tidak
FO

didasari dengan uji konsekuensi yang dilakukan secara ketat tanpa melibatkan pihak-pihak
yang berkepentingan secara langsung. Selain itu, alasan pengecualian informasi juga didasari
dengan menggunakan Peraturan Kepala BPN RI yang menurut Pemohon alasan ini juga
IN

tidak beralasan menurut hukum karena didalam Pasal 2 ayat (4) tersebut sangat terang
menyebutkan bahwa Pengecualian informasi publik bersifat ketat dan terbatas yang harus
didasarkan pada undang-undang, hal ini tentu jelas jika dilihat kedudukan hierarki peraturan
perundang-undangan Peraturan Kepala BPN RI masih dibawah Undang-Undang. Dari 2
alasan penolakan terhadap pengecualian ini Pemohon meminta kepada Majelis untuk tidak
SI

mempertimbangkannya.

Bahwa fakta lain yang didapat adalah Termohon menolak memberikan informasi karena
MI

dokumen yang Pemohon minta tidak ditemukan dan objek perkara yang diminta Pemohon
merupakan kewenangan dari Kantor Pertanahan Kota Tangerang Selatan. Menurut Pemohon
alasan penolakan tersebut tidak beralasan menurut hukum karena berdasarkan Pasal 6
KO

UU KIP tidak ada satupun alasan Badan Publik berhak menolak informasi dengan
dasar tidak ditemukannya dokumen yang diminta oleh publik. Bahwa WARKAH
merupakan produk hasil BPN sehingga tidak mungkin tidak ada dan tidak dikuasai
oleh BPN.Untuk itu alasan tersebut patut untuk tidak dipertimbangkan. Selain itu alasan lain
yaitu objek permohonan informasi berada dibawah kewenangan Kantor Badan Pertanahan

45
Kota Tangerang Selatan dan/atau Kantor Badan Pertanahan Kabupaten Tangerang. Bahwa
alasan yang kedua ini berdasarkan Pasal 7 ayat (1) PerKI SLIP menyebutkan:
(1) PPID bertanggungjawab mengkoordinasikan penyimpanan dan pendokumentasian
seluruhInformasi Publik yang berada di Badan Publik.
(2) Dalam rangka tanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPID bertugas
mengkoordinasikan pengumpulan seluruh Informasi Publik secara fisik dari setiap
unit/satuan kerja yang meliputi:

T
a. informasi yang wajib disediakan dan diumumkan secara berkala;
b. informasi yang wajib tersedia setiap saat;

SA
c. informasi terbuka lainnya yang diminta Pemohon Informasi Publik.
(3) Dalam rangka tanggungjawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPID bertugas
mengkoordinasikan pendataan Informasi Publik yang dikuasai oleh setiap unit/satuan

PU
kerja di Badan Publik dalam rangka pembuatan dan pemutakhiran Daftar Informasi
Publik setelah dimutakhirkan oleh pimpinan masing-masing unit/satuan kerja sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali dalam sebulan.
(4) Penyimpanan Informasi Publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

I
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dibidang kearsipan.

AS
Bahwa Penjelasan Pasal 7 ayat (1) PerKI SLIP menyebutkan:
“PPID bertanggungjawab terhadap penyimpanan dan pendokumentasian seluruh
RM
informasi dari setiap unit/satuan kerja yang telah diserahkan kepadanya dan
memastikan pimpinan setiap unit/satuan kerja untuk menyimpan secara fisik seluruh
informasi yang berada di bawah penguasaannya”.
FO

Penjelasan Pasal 7 ayat (2) PerKI SLIP menyebutkan:“yang dimaksud dengan pengumpulan
informasi publik secara fisik adalah pengumpulan dan penyimpanan informasi dalam bentuk
IN

salinan elektronik atau salinan tertulis”.

Bahwa menurut Pemohon, Informasi mengenai warkah merupakan informasi publik dimana
Termohon dalam hal ini Kementerian Agraria dalam hal ini PPID juga ikut
bertanggungjawab dalam mengkoordinasikan penyimpanan dan pendokumentasian
SI

seluruh Informasi Publik yang berada di Badan Publik baik dari tingkat pusat maupun
tingkat Kabupaten/kota. Oleh karenanya, Termohon tidak ada alasan lagi mengenai
alasan kewenangan objek perkara yang menjadi alasan penolakan pemberian
MI

informasi.

Bahwa objek permohonan informasi terhadap poin 24 sampai dengan poin 27 telah dikuasai
KO

oleh Pemohon sehingga tidak menjadi pokok sengketa a quo .

Bahwa menurut Pemohon, objek permohonan informasi Pemohon yang diminta dari poin 1
sampai dengan 23 merupakan informasi yang bersifat terbuka dan wajib tersedia setiap saat
yang dapat diberikan oleh Termohon kepada Pemohon karena informasi mengenai Salinan
warkah yang telah menjadi dasar penerbitan SHM No. 279/Pondok Jaya, Luas 2.080
46
M2, atas nama Ir. RM. Punto Wibisono, terletak di Jl. Raya Tegal Rotan, Kelurahan
Pondok Jaya, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan berikut dengan poin-
poin pada pokok permohonan dalam perkara a quo merupakan produk Kebijakan
Badan Publik dalam bentuk dokumen yang merupakan alat pembuktian data fisik dan
data yuridis bidang tanah yang telah dipergunakan sebagai dasar pendaftaran bidang
tanah tersebut.Pemegang hak atau kuasanya atau pihak lain yang berkepentingan yang
menyerahkan bukti tertulis dan bertanggung jawab secara hukum pidana maupun

T
perdata mengenai kebenaran bukti tertulis yang diserahkan dan Panitia Ajudikasi
bertanggung jawab untuk menyimpan dan mengamankan sebagai bahan penelitian dan

SA
pengumuman data yuridis bidang tanah yang bersangkutan dan untuk selanjutnya
disimpan sebagai warkah di Kantor Pertanahan(Pasal 1 angka 12 dan Pasal 60 ayat (6)
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997

PU
Tentang Ketentuan Pelaksanaan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran
Tanah).

Bahwa untuk poin 28 terdapat perubahan penambahan permohonan informasi disepakati para

I
pihak yaitu meminta informasi mengenai Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT) No.

AS
511 / KPT / P2T / KAB /X/1993 tanggal 4 Oktober 1993 untuk Albert Tobing dalam
keperluan jual beli. Menurut Pemohon, informasi tersebut merupakan informasi yang bersifat
terbuka dan wajib tersedia setiap saat yang dapat diberikan oleh Termohon kepada Pemohon
RM
karena informasi tersebut merupakan Surat Keterangan yang menjadi bagian dari kebijakan
Badan Publik untuk pemilik tanah sebelumnya atas nama Albert Tobing.
FO

Bahwa maksud permohonan pada poin 28 terkait surat-surat lain penerbitan SHM No. 279
tersebut yang belum disebutkan adalah berupa dokumen pendukung lainnya yang menurut
Pemohon merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan dari warkah dalam perkara a
IN

quo .

G. KETERANGAN AHLI DR. ARTJE TEHUPERIORY, S.H., M.H.

Bahwa berdasarkan keterangan ahli menyatakan:


SI

1.1 Bahwa terdapat asas-asas hukum dalam proses pendaftaran tanah yaitu: Mudah,
Mutakhir, Informasi, Publikasi.
MI

1.2 Bahwa apabila terjadi tumpang tindih sertifikat karena terjadi permasalahan.
Berdasarkan peraturan pertanahan maka seharusnya BPN disini bisa melakukan
dengan membatalkan salah satu sertifikat yang DIANGGAP CACAT yaitu cacat
KO

administrasi.
1.3 Bahwa apakah hal tersebut sudah melewati asas publisitas, karena proses ketika mau
melakukan pendaftaran hak atas tanah membuat surat permohonan dan melampirkan
dokumen-dokumen yang ada.
1.4 Bahwa Kantor Pertanahan akan menunjuk Panitia Ajudikasi untuk melakukan
pengecekan apakah tanah tersebut terj adi tumpang tindih dan/atau sudah dimiliki
47
oleh orang lain. Kalau memang itu bermasalah maka tentu harus memberikan
rekomendasi kepada Kepala Kantor BPN bahwa tanah tersebut tidak bisa dilanjutkan,
namun apabila tanah tersebut tidak bermasalah maka dapat memberikan rekomendasi
bahwa tanah tersebut sudah bisa dilanjutkan. Selanjutnya maka Kepala BPN membuat
Surat Keputusan Hak Atas Tanah kepada si Pemohon hak atas tanah.
1.5 Bahwa Sertifikat adalah alat bukti yang kuat dan munculnya sertifikat itu tidak lepas
dari ada Warkahnya.

T
1.6 Warkah itu adalah kumpulan-kumpulan data yuridis maupun data fisik. Data yuridis
adalah siapa pemegang hak atas tanah, sedangkan data fisik adalah berupa luas,

SA
bersebelahan dimana, dan lokasinya. Atas dasar tersebut BPN mengeluarkan sertifikat
hak atas tanah.
1.7 Bahwa apabila terjadi tumpang tindih berarti di dalam aspek hukum pertanahan sesuai

PU
dengan ketentuan bahwa pelanggaran ini bisa terjadi bisa dikatakan PERBUATAN
MELAWAN HUKUM dan/atau CACAT ADMINISTRASI.
1.8 Bahwa hal tersebut dapat dilihat dari kronologi perolehan tanahnya bisa menjadi
tumpang tindih. Untuk itu perlu adanya pembuktian dari hak atas tanah karena

I
berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Yurisprudensi memberikan suatu pedoman

AS
kepada seluruh pengadilan bahwa yang berhubungan dengan pendaftaran tanah yang
namanya sertifikat harus dianggap Bukti Hak atas tanah karena orang tersebut
memiliki itikad baik, tetapi bagaimana cara dia mendapatkannya itu perlu pembuktian
RM
kembali ke dalam proses perolehan hak atas tanah.
1.9 Bahwa dari sisi informasi publik yang berhak melihat dokumen tersebut tentunya
adalah Kantor BPN karena dokumen ada di kantor tersebut dan Kepada Pemohon
FO

memiliki hak juga untuk bertanya dan BPN punya kewajiban untuk memberikan
informasi agar tidak dirugikan dikemudian hari.
1.10 Bahwa ketika memberikan sebuah informasi, tidak lepas dari prinsip good goverment
IN

dan prinsip kehati-hatian karena menyangkut dengan transparansi.


1.11 Jika kedua belah pihak saling memegang sertifikat maka salah satunya perlu
dikuburkan, sehingga perlu pembuktian pada saat perolehan atau kronologis
perolehan hak atas tanah awal mulanya seperti apa. Lalu prosesnya sesuai tidak
dengan ketentuan yang termuat dari peraturan pertanahan. Jika terjadi dua sertifikat
SI

maka salah satu HARUS DIBATALKAN.


1.12 Bahwa siapa yang pertama kali tercatat namanya itu harus melalui asas publikasi yang
terbuka untuk umum. Jadi jangan menutup informasi itu karena akan terjadi tumpang
MI

tindih kepemilikan sertifikat.


1.13 Bahwa Undang-Undang yang menyatakan bahwa dokumen itu dapat diberikan,
namun apabila dokumen tidak tahu keberadaannya maka penegakan hukum tidak
KO

dapat berjalan dengan baik salah satu unsurnya adalah mengakibatkan kelalaian yang
mengakibatkan kerugian buat orang lain.
1.14 Bahwa warkah seharusnya tidak boleh keluar atau jalan kemana-mana, apabila itu
terjadi maka sudah MELANGGAR UNDANG-UNDANG KEARSIPAN. Dimana
perlindungan dan kepastian hukum bagi mereka yang memiliki itikad baik terhadap
hak atas tanah, oleh karena itu jika dokumen itu hilang dan sebagainya seharusnya
48
koordinasi dengan pusat. Jika hilang bisa saja membuat pelaporan dilembar negara
bahwa dokumen itu hilang tentu ada jangka waktunya bisa sebulan atau dua bulan.
Jika memang benar hilang boleh untuk mengukur kembali, namun apabila dokumen
warkah tersebut muncul kembali salah satu harus di robek dan menyatakan bahwa
yang berlaku adalah yang “X” contohnya.
1.15 Bahwa harus dilakukan sapu bersih terhadap mafia-mafia tanah makanya perlu
adanya koordinasi antara lembaga-lembaga terkait seperti kepolisian, BPN, Kejaksaan

T
untuk memberikan kepastian kepada meraka yang memiliki itikad baik terhadap
tanah.

SA
1.16 Bahwa warkah tidak dapat keluar, apabila keluar apakah ada surat pernyataan atau
tanda terima dan jangka waktu untuk mengembalikannya karena itu peminjaman
karena warkah tidak bisa keluar kemana-mana.

PU
1.17 Kalau warkah asli tersebut sampai keluar maka di dalam persfektif hukum tanah
nasional maka sudah melanggar administrasi dan tentu ada konsekuensinya oleh
karena itu perlu koordinasi dengan pusat, lalu dibuat suatu pernyataan dan mungkin
bisa dilakukan pengukuran kembali.

I
1.18 Bahwa selain ada konsekuensi administratif ada konsekuensi pidana juga yang

1.19
melakukan perbuatan melawan hukum.

AS
Bahwa benar Pemohon masih berhak mendapatkan informasi karena itu bagian dari
Hak asasi manusia. Apabila berbicara kepemilikan itu berada diranah Pengadilan
RM
Negeri, Namun jika berbicara apabila ada pelanggaran administrasi itu dapat
dibuktikan di PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara). Berdasarkan yurisprudensi
Mahkamah Agung Tahun 1997 itu menyatakan ukurnya atau batalnya sertifikat tidak
FO

serta menghilangkan hak kepemilikan dari seseorang.


1.20 Bahwa Pemohon berhak mencari kebenaran dalam hal informasi publik, hak warga
negara yang dilindungi oleh negara.
IN

1.21 Bahwa terdapat perbedaan harus dilakukan dengan pengulangan kembali yaitu
pengecekan. Di dalam Peraturan Menteri Agraria Kepala BPN No. 9 Tahun 1999
juncto No. 3 Tahun 2011 dan No. 11 Tahun 2016 itu ada yang disebut CACAT
ADMINISTRASI itu bisa dilakukan dengan pembatalan, tetapi harus dibuktikan
terlebih dahulu baik dari sisi administrasinya maupun kepemilikannya.
SI

1.22 Apabila dari sisi keperdataan sudah didapatkan, harus dibuktikan juga secara
administrasi dalam hal ini adalah PTUN.
1.23 Bahwa terkait informasi publik, Termohon Kementerian Agraria dan strukturnya ada
MI

BPN Kabupaten/kota sehingga apakah bisa mengenai warkah yang tersimpan di BPN
Kabupaten/kota yang menerbitkan sertifikat informasi publiknya diminta ke
Kementrian yang sama sekali tidak menerbitkan warkah tersebut.Menurut ahli, di
KO

dalam birokrasi perlu adanya koordinasi walaupun itu pusatnya tidak ada dan terdapat
keanehan apabila warkah tersebut bisa dibawa keluar. Menurut ahli juga dalam hal
good governance dapat dikatakan lemah.

49
Pendapat Pemohon
1. Bahwa sertifikat adalah bukti yang kuat dan sebagai Pemohon yang memiliki relevansi
kepentingan secara langsung dalam perkara a quo yaitu Pemohon mempunyai bukti
Sertifikat SHM No. 279/Pondok Jaya, Luas 2.080 m2 atas nama Ir. RM. Punto Wibisono.
Sehingga Pemohon sebagai warga negara berhak mendapatkan informasi publik yang
Pemohon minta.
2. Berdasarkan keterangan ahli tersebut sangat jelas menjelaskan bahwa didalam peraturan

T
pertanahan apabila terjadi dokumen tumpang tindih sertifikat hak atas tanah maka dapat
dikatakan cacat administrasi. Maka dari itu Pemohon sudah memiliki bukti yang relevan

SA
yaitu berupa:
a. Pada tanggal 25 September 2019 Kementerian Agraria dan Tata Ruang Badan
Pertanahan Nasional Inspektorat Jenderal telah mengeluarkan surat nomor:

PU
221/900/IX/2019 Perihal Simpulan Hasil Pemeriksaan Khusus di Kantor
Pertanahan Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten Terkait Permasalahan Tanah
PT. Jaya Real Property. Dalam surat tersebut pada intinya menyatakan bahwa
TERDAPAT PERBEDAAN OBJEK TANAH ANTARA TANAH GIRIK C

I
1848 PERSIL 65 D II atas nama SALOMON L. TOBING yang kemudian

AS
menjadi atas nama Ir. Raden Mas Punto Wibisono dengan TANAH GIRIK
C 317 PERSIL 63 D I atas nama PT. JAYA REAL PROPERTY.
b. Bahwa terdapat Keputusan Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah
RM
A.n Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat tanggal 17 Juli 1985 Tentang
Pemberian Hak Guna Bangunan Kepada PT. Bintaro Raya berkedudukan di
Jakarta, Badan Hukum Indonesia, atas tanah seluas 403.222 m2, terletak di Desa
FO

Pondok Aren, Kecamatan Pondok Aren, Kabupaten Daerah Tingkat II Tangerang.


Bahwa pada intinya di dalam keputusan tersebut TIDAK terdapat TANAH
GIRIK C 1848 PERSIL 65 D II atas nama SALOMON L. TOBING yang
IN

kemudian menjadi atas nama Ir. Raden Mas Punto Wibisono.


c. Pada tanggal 24 September 2019 Pemerintah Kota Tangerang Selatan melalui
Badan Pendapatan Daerah telah mengeluarkan surat No: 973.1/1222-PD.I yang
pada intinya bahwa berdasarkan basis data Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) atas NOP. 36.76.070.011.009-0065.0 yang
SI

terbit sejak tahun 2001 TIDAK TUMPANG TINDIH dengan NOP lain.

Bahwa Pemohon sudah melunasi kewajiban membayar Pajak Bumi dan Bangunan
MI

sampai dengan tahun berjalan (tahun 2019)

3. Bahwa berdasarkan keterangan ahli, Pemohon berhak mendapatkan informasi, berhak


KO

untuk bertanya dan BPN punya kewajiban untuk memberikan informasi agar tidak
dirugikan dikemudian hari. Mendapatkan informasi merupakan hak asasi manusia dan
Undang-Undang yang menyatakan bahwa dokumen itu dapat diberikan, namun apabila
dokumen tidak tahu keberadaannya maka penegakan hukum tidak dapat berjalan dengan
baik salah satu unsurnya adalah mengakibatkan kelalaian yang mengakibatkan kerugian
buat orang lain.
50
4. Bahwa Pemohon meyakini dalam hal informasi publik Pemohon memiliki kepentingan
secara langsung dan relevan serta memiliki Hak atas informasi publik yang dilindungi
oleh UUD 1945 sehingga Pemohon memiliki LEGAL STANDING YANG JELAS
terhadap sengketa informasi publik.

H. KETERANGAN AHLI DR. RONSEN PASARIBU, S.H., M.M

T
1.1. Bahwa salah satu tugas BPN adalah pendaftaran tanah, dasar pendaftaran tanah adalah
UU No.5 Tahun 1960 sebagai penjabaran Pasal 33 UUD 1945 dan PP 24. Pendaftaran

SA
tanah itu adalah bentuk pelayanan negara yang dilakukan oleh pemerintah dalam
rangka memberikan kepastian dan perlindungan hukum hak atas tanah.
1.2. Bahwa untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum hak atas tanah didasari

PU
Pasal 19 UUPA yaitu Pengukuran, Penetapan Hukum Hak Atas Tanah dari Subyek
kepada objek, menerbitkan bukti Hak Atas Tanah berupa sertifikat hak atas tanah
yang akan diberikan kepada rakyat.
1.3. Pengukuran merupakan hal teknis, untuk tertib suatu pengukuran ada beberapa daftar

I
isian atau Form, yaitu Form 201 adalah Lembar Permohonan, daftar isian hasil

AS
lapangan, daftar isian surat ukur itu sendiri, daftar isian buku tanah, daftar isian
sertifikat, daftar isian kwitansi pembayaran sampai penyerahan sertifikat. Semua
daftar isian tersebut merupakan arsip dari pada Kantor Pertanahan.
RM
1.4. Bahwa terdapat asas pendaftaran tanah, sederhana, terbuka dan ada beberapa asas
lainnya. Dalam perkara ini yaitu asas keterbukaan. Di dalam salah satu Pasal di PP 24
dikatakan bahwa setiap orang dapat dibuka aksesnya untuk mendapatkan informasi
FO

yang disimpan diKantor Pertanahan.


1.5. Bahwa didalam dokumen pertanahan terdapat 3 kelompok yaitu, Kelompok
Pendaftaran tanah (daftar Isian) untuk membentuk sebuah sertifikat, arsip Hak Atas
IN

tanah yaitu mulai dari permohonannya, kepanitiannya, sampai kepada finishingnya,


Keputusannya, hingga sampai pada pendaftarannya. Hal tersebut semua ada Arsipnya.
1.6. Semua diberikan akses informasi kepada siapa saja yaitu kepada mereka yang
berkepentingan terhadap tanah itu. Yang berkepentingan tersebut tentunya tidak
sembarang bisa orangnya, pengacaranya, atau siapa saja diteliti diperbolehkan
SI

mendapatkan informasi tanah itu.


1.7. Atas perintah Hakim, didalam PP 24 jelas dikatakan, Kepala Kantor Pertanahan atau
kuasanya membawa dokumen yang diperlukan oleh didalam persidangan.
MI

1.8. Bahwa bilamana didalam PP tersebut Kepala Kantor tidak melaksanakan yang diatur
dalam PP itu maka ada sangsi yaitu sangsi administrasi.
1.9. Bahwa dalam kasus ini ada 2 masalah, pertama ketiadaan bahan dari kantor BPN
KO

tidak terhadirkan, kedua adanya pemecahan bidang tanah yang menimpa dalam kasus
ini, ini merupakan persoalan yang serius.
1.10. Bahwa definisi terkait Hak Milik yaitu, Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat,
terpenuh tidak ada batas waktu yang diberikan kepada seseorang warga negara
Indonesia. Negara memberikan definisi tersebut tapi ternyata dengan adanya sertifikat
itu menjadi Sah.
51
1.11. Bahwa ada kesulitan formal dimana pada akhirnya Pemohon informasi publik di
gugat oleh lawannya secara Perdata hingga sampai Inkrah. Sehingga Termohon
pendapatnya hanya sebatas putusan Hakim tentunya pendapatnya tidak bisa berubah-
ubah.
1.12. Bahwa apabila ada pemekaran desa maka semua dokumen akan diperbaharui, seperti
dari Tangerang ke Tangerang Selatan maka itu ada proses mutasi, proses mutasi ini
mesti ada berita acara serah terima sehingga betul-betul tercatat.

T
1.13. Bahwa di BPN dalam subseksi setiap peminjaman mesti ada kartu, dokumen di ambil
oleh siapa, untuk kepentingan apa. Apabila sudah selesai peminjaman maka langsung

SA
dikembalikan, inilah fungsi dari pada tugas kepada seseorang yang bertanggungjawab
terhadap arsip itu.
1.14. Bahwa apabila dokumen hilang harus ada laporan ke kepolisian untuk meletakan

PU
keterangan bahwa kapan dan dimana hilangnya barang dan/atau dokumen tersebut.
1.15. Bahwa apabila ada sertifikat tanah hilang, oleh pemilik untuk datang ke BPN
meminta Pengganti harus pertanyakan laporan ke kepolisiannya terlebih dahulu.
1.16. Bahwa tidak ada peraturan atau SOPP yang mengatur mekanisme mengenai siapa

I
yang berwenang dan/atau bertanggungjawab untuk menyatakan sebuah dokumen

AS
dinyatakan tidak ada. Namun hal ini harus disadari oleh BPN Pusat ternyata masih
ada pelayanan yang belum mengatur SOP hal tersebut. Menurut ahli ini harus segera
dibuat SOPP nya.
RM
Pendapat Pemohon
1. Bahwa menurut ahli, siapa saja dapat meminta informasi publik bagi mereka yang
FO

berkepentingan kepada tanah itu.


2. Bahwa perlu adanya sebuah produk peraturan baru yang mengikat bagi instansi BPN
tingkat pusat maupun daerah tentang SOP berskala nasional terkait wewenang,
IN

tanggungjawab, dan standar pelayanan publik bagi masyarakat yang tidak dirugikan hak
atas tanahnya dikarenakan dokumen warkah hilang sehingga peraturan tersebut dapat
digunakan landasan acuan bagi seluruh kementerian dan Kabupaten/kota. Tentu hal ini
menjadi informasi publik yang dapat dijadikan dasar bagi Pemohon secara khusus dan
bagi seluruh rakyat Indonesia pada umumnya.
SI

3. Bahwa terdapat putusan Perdatadengan Nomor 257/PDT.G/2008/PN.TNG yang dimana


Pemohon tidak mengerti mengapa Pemohon dijadikan sebagai Tergugat I. Kemudian
Kantor BPN Kabupaten Tangerang juga ikut sebagai Tergugat III. Pada saat penyerahan
MI

Bukti warkah ke Pengadilan ada 2 orang yaitu atas nama Rahma, S.H. dan M. Furqon,
S.IP pada tanggal 07 Januari 2009.
4. Bahwa informasi yang Pemohon minta dalam perkara sengketa informasi ini jelas yang
KO

membawa dokumen pada saat penyerahan barang bukti tambahan di pengadilan negeri
yaitu atas nama Rahma, S.H dengan M. Furqon, S.IP yaitu Bukti (fotokopi sesuai
bukti persidangan perdata perkara 257).
5. Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Tangerang dalam perkara perdata Nomor 257/
Pdt.G/ 2008/ PN. TNG tanggal 12 Agustus 2008 yang telah memiliki kekuatan hukum
tetap telah memenangkan Penggugat an. PT. Jaya Real Property. Ternyata tanah yang
52
dijadikan objek sengketa pada putusan tersebut diatas adalah berasal dari sumber
asal tanah yang berbeda.

Bahwa Pemohon sangat berharap kepada Majelis Komisioner untuk dapat


mempertimbangkan kesimpulan akhir ini karena Pemohon selaku pemilik tanah yang
beritikad baik yang sudah membeli dari Albert Tobing sesuai prosedur dan perundang-
undangan yang berlaku adalah merupakan Pemohon yang memiliki kepentingan secara

T
langsung dan Pemohon hingga saat ini tidak mengetahui dimana keberadaan warkah tersebut.
Untuk itu Pemohon meminta kepada Majelis Komisioner yang mulia untuk dapat

SA
menyatakan bahwa informasi yang diminta Pemohon pada perkara a quo merupakan
informasi yang bersifat terbuka dan dapat diberikan oleh Termohon kepada Pemohon.

PU
Bahwa sengketa ini murni sengketa informasi publik dimana Pemohon meminta informasi
mengenai warkah tidak mendapatkan informasi yang diminta dari Termohon. Pemohon
meyakini bahwa dalam perkara sengketa informasi publik ini adalah Pemohon memiliki
kepentingan secara langsung dan relevan serta memiliki Hak atas informasi publik yang

I
dilindungi oleh UUD 1945 sehingga Pemohon memiliki LEGAL STANDING YANG
JELAS terhadap sengketa informasi publik.

AS
Bahwa sampai dengan saat ini Pemohon, Sertipikat Hak Milik No. 279/Pondok Jaya, an. Ir.
RM. Punto Wibisono, belum dibatalkan/dicabut/dicoret oleh Termohon, sehingga Permohon
RM
punya hak untuk mendapatkan informasi publik berupa warkah yang dilegaisir penerbitan
SHM Pemohon untuk dapat dipergunakan memperjuangkan kepastian hukum hak atas
tanahnya yang telah dirampas oleh mafia tanah.
FO

Bahwa Pasal 12 ayat (4) huruf i Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
IN

Indonesia Nomor 6 Tahun 2013 Tentang Pelayanan Informasi Publik di Lingkungan Badan
Pertanahan Nasional RIyang menyebutkan Buku Tanah, Surat Ukur, dan Warkahnya adalah
bagian dari informasi yang dikecualikan. Pengecualiannya tidak didasari dengan penuh
ketelitian dan kehati-hatian karena pengecualian tersebut harus diberikan alasan secara
hukum dengan menyandingkan Undang-Undang bukan peraturan lain di bawah Undang-
SI

Undang sebagaimana amanat di dalam Pasal 2 ayat (4) UU KIP.Pasal tersebut menjadi
ruang bagi para Mafia-mafia pertanahan untuk kepentingannya sehingga merugikan
orang banyak dan/atau masyarakat yang mencari informasi.
MI

Bahwa berdasarkan uraian tersebut dan bukti-bukti yang telah Pemohon sampaikan kepada
Ketua Majelis Komisioner dan juga berdasarkan fakta-fakta persidangan dalam kasus
KO

sengketa informasi publik dengan perkara register nomor 042/X/KIP-PS/2018, bahwa


Pemohon meminta kepada Majelis Komisioner Komisi Informasi Pusat yang memeriksa dan
mengadili untuk memutus:

53
Petitum:
1. Mengabulkan Permohonan Informasi Pemohon seluruhnya.
2. Menyatakan seluruh Informasi yang Pemohon minta merupakan Informasi yang
bersifat Terbuka dan dapat diberikan kepada Pemohon.
3. Memerintahkan Termohon untuk membuat SOP berskala nasional terkait wewenang,
tanggungjawab, dan standar pelayanan publik bagi masyarakat agar tidak dirugikan
hak atas tanahnya dikarenakan dokumen warkah hilang sehingga peraturan tersebut

T
dapat digunakan landasan acuan bagi seluruh kementerian dan Kabupaten/kota di
Kantor Badan Pertanahan Nasional dan dapat bermanfaat bagi seluruh rakyat

SA
Indonesia.
4. Apabila Majelis Komisioner berpendapat lain maka mohon kiranya dapat memutus
seadil-adilnya (Ex Aequo et Bono).

PU
Kesimpulan Temohon
[3.2] Bahwa Termohon tidak menyampaikan kesimpulan apapun terhadap sengketa a quo .

I
4. PERTIMBANGAN HUKUM
AS
[4.1] Menimbang bahwa maksud dan tujuan permohonan sesungguhnya adalah mengenai
RM
permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik sebagaimana diatur dalam Pasal 1
angka 5,Pasal 35 ayat (1) huruf a, dan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008
FO

tentang Keterbukaan Informasi Publik (selanjutnya disebut UU KIP) juncto Pasal 5 huruf b,
dan Pasal 13 huruf b Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2013 tentang Prosedur
IN

Penyelesaian Sengketa Informasi Publik (selanjutnya disebut Perki PPSIP) yang pada
pokoknya mengatur tentang penyelesaian sengketa informasi publik yang didasarkan pada
tidak ditanggainya keberatan yang diajukan oleh Pemohon Informasi.
SI

[4.2] Menimbang bahwa sebelum memasuki pokok permohonan, berdasarkan Pasal 36 ayat
(1) Perki PPSIP Majelis Komisioner akan mempertimbangkan terlebih dahulu hal-hal sebagai
MI

berikut:
1. Kewenangan Komisi Informasi Pusat untuk memeriksa dan memutus permohonan a
KO

quo .
2. Kedudukan hukum (legal standing) Pemohon untuk mengajukan permohonan
penyelesaian sengketa informasi.
3. Kedudukan hukum (legal standing) Termohon sebagai Badan Publik dalam sengketa
informasi.
54
4. Batas waktu pengajuan permohonan penyelesaian sengketa informasi.

Terhadap keempat hal tersebut di atas, Majelis mempertimbangkan dan memberikan


pendapat sebagai berikut:

A. Kewenangan Komisi Informasi Pusat

T
[4.3] Menimbang bahwa Komisi Informasi Pusat mempunyai dua kewenangan, yaitu

SA
kewenangan absolut dan kewenangan relatif.

PU
Kewenangan Absolut
Syarat Formil
[4.4] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 4 UU KIP dinyatakan bahwa:

I
Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan UU KIP dan
peraturan pelaksanaannya, menetapkan petunjuk teknis standar layanan informasi

AS
publik dan menyelesaikan sengketa informasi publik melalui mediasi dan/atau ajudikasi
nonlitigasi.
RM
[4.5] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan:
Pasal 22 UU KIP:
FO

Ayat (1)
Setiap Pemohon Informasi Publik dapat mengajukan permintaan untuk memperoleh
Informasi Publik kepada Badan Publik terkait secara tertulis atau tidak tertulis.
IN

Ayat (7)
Paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya permintaan, Badan Publik
yang bersangkutan wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis yang berisikan :
SI

a. informasi yang diminta berada di bawah penguasaannya ataupun tidak;


b. Badan Publik wajib memberitahukan Badan Publik yang menguasai informasi yang
diminta apabila informasi yang diminta tidak berada dibawah penguasaannya dan
Badan Publik yang menerima permintaan mengetahui keberadaan informasi yang
MI

diminta;
c. penerimaan atau penolakan permintaan dengan alasan yang tercantum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17;
KO

d. dalam hal permintaan diterima seluruhnya atau sebagian dicantumkan materi


informasi yang akan diberikan;
e. dalam hal suatu dokumen mengandung materi yang dikecualikan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17, maka informasi yang dikecualikan tersebut dapat
dihitamkan dengan disertai alasan dan materinya;
f. alat penyampai dan format informasi yang akan diberikan; dan/ atau
g. biaya serta cara pembayaran untuk memperoleh informasi yang diminta.
55
Ayat (8)
Badan Publik yang bersangkutan dapat memperpanjang waktu untuk mengirimkan
pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7), paling lambat 7 (tujuh) hari
kerja berikutnya dengan memberikan alasan secara tertulis.

Pasal 26 ayat (1) huruf a UU KIP

T
Komisi Informasi bertugas: menerima, memeriksa, dan memutus permohonan

SA
penyelesaian Sengketa Informasi Publik melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi
nonlitigasi yang diajukan oleh setiap Pemohon Informasi Publik berdasarkan alasan
sebagaimana dimaksud dalam UU KIP.

PU
Pasal 36 UU KIP:
Ayat (1)
Keberatan diajukan oleh Pemohon Informasi Publik dalam jangka waktu paling

I
lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah ditemukannya alasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 ayat (1).

Ayat (2)
AS
RM
Atasan pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) memberikan
tanggapanatas keberatan yang diajukan oleh Pemohon Informasi Publik dalam jangka
waktu palinglambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya keberatan secara
FO

tertulis.

Pasal 37 ayat (2) UU KIP


IN

Upaya penyelesaian Sengketa Informasi Publik diajukan dalam waktu paling lambat
14 (empat belas) hari kerja setelah diterimanya tanggapan tertulis dari atasan pejabat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2).
SI

[4.6] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 5 Perki PPSIP dinyatakan bahwa:
Penyelesaian Sengketa Informasi Publik melalui Komisi Informasi dapat ditempuh
apabila:
MI

a. Pemohon tidak puas terhadap tanggapan atas keberatan yang diberikan oleh atasan
PPID; atau
b. Pemohon tidak mendapatkan tanggapan atas keberatan yang telah diajukan kepada
atasan PPID dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sejak keberatan diterima
KO

oleh atasan PPID.

56
Syarat Materiil
[4.7] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 2 UU KIP dinyatakan
bahwa:
Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim, dan/
atau diterima oleh suatu Badan Publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan
penyelenggaraan negara dan/ atau penyelenggara dan penyelenggaraan Badan Publik
lainnya yang sesuai dengan Undang-Undang ini serta informasi lain yang berkaitan

T
dengan kepentingan publik.

SA
[4.8] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 5 UU KIP juncto Pasal 1
angka 3 Perki PPSIP dinyatakan bahwa:

PU
Sengketa Informasi Publik adalah sengketa yang terjadi antara Badan Publik dengan
Pemohon Informasi Publik dan/atau Pengguna Informasi Publik yang berkaitan dengan
hak memperoleh dan/atau menggunakan Informasi Publik berdasarkan peraturan
perundang-undangan.”

I
[4.9] Menimbang bahwa berdasarkan uraian dalam paragraf [4.4] sampai dengan paragraf

AS
[4.8] Majelis Komisioner berpendapat sengketa a quo adalah sengketa informasi yang telah
memenuhi syarat formiil dan materiil karena telah melalui tahapan prosedur yang benar
RM
menurut UU KIP dan Perki PPSIP, yaitu melalui tahapan permohonan informasi, keberatan,
dan pengajuan permohonan penyelesaian Sengketa Informasi Publik ke Komisi Informasi
FO

Pusat serta materi yang disengketakan adalah berkaitan dengan hak memperoleh dan/atau
menggunakan Informasi Publik sehingga berada pada kewenangan absolut Komisi Informasi
IN

untuk menerima, memeriksa dan memutus sengketa a quo .

Kewenangan Relatif
[4.10] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat (2) UU KIP dinyatakan
SI

bahwa:
Kewenangan Komisi Informasi Pusat meliputi kewenangan penyelesaian Sengketa
MI

Informasi Publik yang menyangkut Badan Publik pusat dan Badan Publik tingkat
provinsi dan/atau Badan Publik tingkat Kabupaten/kota selama Komisi Informasi di
provinsi atau Komisi Informasi Kabupaten/kota tersebut belum terbentuk.
KO

[4.11] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Perki PPSIP dinyatakan bahwa:
Komisi Informasi Pusat berwenang menyelesaikan Sengketa Informasi Publik yang
menyangkut Badan Publik Pusat.

57
[4.12] Menimbang bahwa berdasarkan penjelasan Pasal 6 ayat (1)Perki PPSIP yang
dimaksud dengan Badan Publik Pusat adalah:
Badan Publik yang lingkup kerjanya bersifat nasional atau lembaga tingkat pusat dari
suatu lembaga yang hierarkis. Contoh: Kementerian, MPR, DPR, Mahkamah Agung,
Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia, Markas Besar Tentara Nasional
Indonesia, Partai Politik tingkat pusat, organisasi non pemerintah tingkat pusat, BUMN,
atau lembaga negara lain di tingkat pusat.

T
SA
[4.13] Menimbang bahwa Termohon dalam sengketa a quo adalah Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia , yang merupakan salah satu
kementerian sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008

PU
tentang Kementerian Negara.

[4.14] Menimbang bahwa berdasarkan uraian dalam paragraf [4.10] sampai dengan paragraf

I
[4.13] Majelis berpendapat Komisi Informasi Pusat mempunyai kewenangan relatif dalam
menerima, memeriksa dan memutus sengketa a quo .
AS
RM
B. Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon
[4.15] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan:
Pasal 1 angka 12 UU KIP
FO

Pemohon Informasi Publik adalah warga negara dan/atau badan hukum Indonesia
yang mengajukan permintaan informasi publik sebagaimana diatur dalam UU KIP.
IN

Pasal 1 angka 7 Perki PPSIP


Pemohon Penyelesaian Sengketa Informasi Publik yang selanjutnya disebut Pemohon
adalah Pemohon atau Pengguna Informasi Publik yang mengajukan Permohonan
kepada Komisi Informasi.
SI

Pasal 11 ayat (1) huruf a Perki PPSIP


MI

Pemohon wajib menyertakan dokumen kelengkapan permohonan sebagai berikut:


a. Identitas Pemohon yang sah, yaitu:
1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk, Paspor, atau identitas lain yang sah yang
dapat membuktikan Pemohon adalah Warga Negara Indonesia, atau
KO

2. Anggaran dasar yang telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia dan telah tercatat di Berita Negara Republik Indonesia dalam hal
Pemohon adalah Badan Hukum.
3. Surat kuasa dan fotokopi Kartu Tanda Penduduk pemberi kuasa dalam hal
Pemohon mewakili kelompok orang.”

58
[4.16] Menimbang bahwa permohonan yang diajukan oleh Warga Negara Indonesia, maka
berdasarkan uraian paragraf [4.15] Pemohon wajib melampirkan fotokopi Kartu Tanda
Penduduk, Paspor, atau identitas lain yang sah yang dapat membuktikan Pemohon adalah
Warga Negara Indonesia dalam hal Pemohon adalah Warga Negara Indonesia.

[4.17] Menimbang bahwa berdasarkan uraian pada paragraf [4.15] sampai dengan paragraf

T
[4.16] dan berdasarkan fakta persidangan, Majelis berpendapat bahwa Pemohon dalam

SA
mengajukan Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik telah menyertakan
fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Republik Indonesia (Vide Surat P-14). Berdasarkan

PU
fakta persidangan bahwa Pemohon telah menempuh mekanisme permohonan informasi,
keberatan dan Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik. Dengan demikian,
Majelis Komisioner berpendapat Pemohon memenuhi syarat kedudukan hukum (legal

I
standing) sebagai Pemohon Penyelesaian Sengketa Informasi Publik dalam sengketa a quo .

C. Kedudukan Hukum (Legal Standing) Termohon


AS
[4.18] Menimbang bahwa kedudukan hukum Kementerian Agaria dan Tata Ruang/ Badan
RM
Pertanahan Nasional Republik Indonesia sebagai Termohon Penyelesaian Sengketa Informasi
Publik dalam sengketa a quo sesungguhnya telah diuraikan dan dipertimbangkan pada
FO

bagian “Kewenangan Relatif” paragraf [4.7] sampai dengan paragraf [4.13]. Pertimbangan-
pertimbangan tersebut mutatis mutandis berlaku dalam menguraikan dan mempertimbangkan
IN

kedudukan hukum Termohon sebagaimana dimaksud pada bagian ini (Bagian C.


Kedudukan Hukum Termohon).

[4.19] Menimbang bahwa dalam persidangan, Termohon memberikan kuasa kepada Ketut
SI

Mangku, dkk, Berdasarkan Surat Kuasa Nomor 26/SKU-100.PN.05.01/011/2019 yang


ditandatangani oleh Himawan Arief Sugoto Sekretaris Jenderal Kementerian Agraria dan
MI

Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional (vide Surat T-1).


KO

[4.20] Menimbang bahwa berdasarkan uraian pada paragraf [4.18] sampai dengan paragraf
[4.19], Majelis berpendapat Termohon memenuhi syarat kedudukan hukum (legal standing)
sebagai Termohon Penyelesaian Sengketa Informasi Publik dalam sengketa a quo .

59
D. Batas Waktu Pengajuan Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi

[4.21] Menimbang bahwa berdasarkan fakta hukum yang tidak terbantahkan dalam
persidangan, Pemohon telah menempuh mekanisme permohonan informasi, keberatan, dan
pengajuan permohonan penyelesaian Sengketa Informasi Publik kepada Komisi Informasi
Pusat sebagaimana dimaksud pada bagian paragraf [2.2] sampai dengan paragraf [2. 6].

T
SA
[4.22] Menimbang ketentuan-ketentuan mengenai jangka waktu dalam Prosedur Penyelesaian
Sengketa Informasi Publik sebagai berikut:

PU
Pasal 22 ayat (1) UU KIP
Setiap Pemohon Informasi Publik dapat mengajukan permintaan untuk memperoleh
Informasi Publik kepada Badan Publik terkait secara tertulis atau tidak tertulis.

I
Pasal 22 ayat (7) UU KIP
Paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sejak diterimanya permintaan, Badan Publik

AS
yang bersangkutan wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis yang berisikan:
a. informasi yang diminta berada di bawah penguasaannya ataupun tidak;
b. Badan Publik wajib memberitahukan Badan Publik yang menguasai informasi
RM
yang diminta apabila informasi yang diminta tidak berada di bawah
penguasaannya dan Badan Publik yang menerima permintaan mengetahui
keberadaan informasi yang diminta;
c. penerimaan atau penolakan permintaan dengan alasan yang tercantum
FO

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17;


d. dalam hal permintaan diterima seluruhnya atau sebagian dicantumkan materi
informasi yang akan diberikan;
IN

e. dalam hal suatu dokumen mengandung materi yang dikecualikan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 17, maka informasi yang dikecualikan tersebut dapat
dihitamkan dengan disertai alasan dan materinya;
f. alat penyampai dan format informasi yang akan diberikan; dan/atau
g. biaya serta cara pembayaran untuk memperoleh informasi yang diminta.
SI

Pasal 22 Ayat (8) UU KIP


Badan Publik yang bersangkutan dapat memperpanjang waktu untuk mengirimkan
MI

pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (7), paling lambat 7 ( tujuh) hari
kerja berikutnya dengan memberikan alasan secara tertulis.
KO

Pasal 36 ayat (1) UU KIP


Keberatan diajukan oleh Pemohon Informasi Publik dalam jangka waktu paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah ditemukannya alasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 ayat (1).

60
Pasal 36 ayat (2) UU KIP
Atasan pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) memberikan
tanggapan atas keberatan yang diajukan oleh Pemohon Informasi Publik dalam jangka
waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak diterimanya keberatan secara
tertulis.

Pasal 37 ayat (2) UU KIP


Upaya penyelesaian Sengketa Informasi Publik diajukan dalam waktu paling lambat

T
14 (empat belas) hari kerja setelah diterimanya tanggapan tertulis dari atasan pejabat

SA
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (2).

[4.23] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 5 huruf b Perki No.1 Tahun 2013

PU
tentang PPSIP yang menyatakan:
Penyelesaian Sengketa Informasi Publik melalui Komisi Informasi dapat ditempuh
apabila:
b. Pemohon tidak mendapatkan tanggapan atas keberatan yang telah diajukan kepada

I
atasan PPID dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kerja sejak keberatan
diterima oleh atasan PPID.

AS
[4.24] Menimbang bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 13 huruf a Perki No. 1 Tahun 2013
RM
tentang PPSIP yang menyatakan:
Permohonan diajukan selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak:
a. tanggapan tertulis atas keberatan dari atasan PPID diterima oleh Pemohon;
FO

[4.25] Menimbang bahwa berdasarkan uraian paragraf [4.21] sampai dengan paragraf [4.24]
Majelis berpendapat bahwa permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi Publik yang
IN

diajukan Pemohon memenuhi jangka waktu yang ditentukan UU KIP juncto Perki No. 1
Tahun 2013 tentang PPSIP.
SI

[4.26] Menimbang bahwa Komisi Informasi Pusat memiliki kewenangan absolut dan relatif
untuk memeriksa dan memutus sengketa a quo, Pemohon dan Termohon memiliki
MI

kedudukan hukum, dan jangka waktu permohonan penyelesaian sengketa informasi telah
memenuhi ketentuan UU KIP dan Perki No. 1 Tahun 2013 tentang PPSIP sehingga
selanjutnya Majelis akan mempertimbangkan pokok permohonan.
KO

61
E. Pokok Permohonan

[4.27] Menimbang bahwa berdasarkan fakta yang diperoleh dalam persidangan sehingga
menjadi fakta hukum yang diakui oleh para pihak bahwa pokok sengketa informasi a quo
adalah sebagaimana diuraikan pada paragraf [2.12] angka 11 pada bagian keterangan
Pemohon yaitu;

T
1. Ketetapan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Daft No 241/80 P, Tanggal 19 Februari

SA
1980
2. Surat keterangan dan Pernyataan Zegel hilang, tanggal 12 Oktober 1988 dibuat oleh

PU
Ny Soeman Tobing yang diketahui kepala desa Pondok Aren dan Camat Pondok Aren
3. Surat dari Kepala Kantor Dinas Luar TK I IPEDA Tangerang tanggal 27 Oktober
1987 Nomor. S 6824/WPJ.04/KI.3113/1987

I
4. Lampiran surat 6824/WPJ.04/KI.3113/1987 tanggal 27 Oktober 1987 mengenai
Keterangan Objek Pajak, Pajak Bumi dan Bangunan yang terdaftar Nomor:
6823/WPJ.04/KI.3113/1987
AS
5. Surat Pernyataan terima lunas yang dibuat Albert Tobing tanggal 12 Juni 1985 yang
RM
diketahui Kepala Desa Pondok Aren dan diketahui Camat Pondok Aren
6. Surat Kuasa Khusus tanggal 17 September 1988
FO

7. Kartu Keluarga tanggal 1 Agustus 1983 Nomr 304318 (copy)


8. Surat Keterangan Lurah Petojo Utara tanggal 21 Maret 1989 Nomor 326/1.756.2/1989
IN

9. Surat Permohonan Sertifikat tanggal 12 Januari 1991 yang ditandatangani oleh


Pemohon (Albert Tobing)
10. Surat Pernyataan Tanah yang dipunyai Pemohon tanggal 12 Januari 1991
11. Surat Pernyataan yang dibuat oleh Pemohon tanggal 12 Juni 1985 dan diketahui
SI

Kepala Desa Pondok Aren


12. Surat Pernyataan yang dibuat oleh Pemohon tanggal 4 September 1990 diketahui
MI

Kepala Desa Pondok Aren tanggal 5 September 1990 No. 06/82f/SKTN/IX/90


13. Surat Keterangan yang dibuat Kepala Desa Pondok Aren tanggal 11 Februari 1991
KO

dan diketahui Camat Pondok Aren


14. Surat Keterangan tanah yang dibuat Kepala Desa Pondok Aren tanggal 11 Februari
1991 dan diketahui Camat Pondok Aren
15. Surat Keterangan yang dibuat oleh Kepala Desa Pondok Aren tanggal 4 September
1990 dan diketahui Camat Pondok Aren
62
16. Surat tanda terima STTS tahun 1990
17. Surat Ketetapan IPEDA yang disahkan oleh Kepala Desa Pondok Aren dan Diketahui
Camat Pondok Aren
18. Surat Pernyataan yang dibuat oleh Pemohon tanggal 28 Oktober 1991
19. Surat Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang Ub. kepala Seksi Pengukuran
Tanah perihal: Pengumuman tanah milik adat karena Pendaftaran dan balik nama a.n.

T
Salomon Lumban Tobing

SA
20. Gambar situasi tanggal 22 Juni 1991 No 6300, luas 2080 M2
21. Akta Hibah yang dibuat oleh PPAT Drs Endang Supriatna tanggal 12 Juni 1985 No.

PU
49/Agr/HB/1985
22. Pengumuman yang ditanda tangani oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten
Tangerang Ub. Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran tanah tanggal 23 Maret

I
1991 Nomor 736/KPK.PT/1991
23. Buku Tanah Hak Milik No.279/Pondok Jaya, Gambar Situasi Nomor 3600 tanggal 22

AS
Juni 1991 seluas 2080 M2, Terahir terdaftar atas nama insinyur Raden Mas Punto
24. SKPT NO. 511/KPT/P2T/KAB/X/1993 tanggal 4 Oktober 993 untuk keperluan jual
RM
beli
FO

F. Pendapat Majelis
IN

[4.28] Menimbang bahwa pokok sengketa informasi a quo sebagaimana diuraikan dalam
paragraf [4.27], selanjutnya Majelis Komisioner memberikan pertimbangan dan pendapat
pada bagian paragraf selanjutnya.
SI

[4.29] Menimbang bahwa Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan


Informasi Publik (UU KIP) telah mengatur secara jelas bahwa setiap informasi publik yang
MI

berada pada penguasaan Badan Publik pada dasarnya merupakan informasi publik yang
bersifat terbuka. Hal tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat (1) UU KIP yaitu:
KO

“Setiap Informasi Publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh setiap Pengguna
Informasi Publik”

63
[4.30] Menimbang bahwa terhadap informasi yang dikecualikan yang berada pada
penguasaan Badan Publik, berdasarkan ketentuan Pasal 2 ayat (2) dan ayat 4 UU KIP bersfiat
ketat dan terbatas serta dalam pengecualian informasi didasarkan pada Undang-
Undang,kepatutan, dan kepentingan umum didasarkan pada pengujian tentang konsekuensi
yang timbul apabila suatu informasi diberikan kepada masyarakat serta setelah
dipertimbangkan dengan saksama bahwa menutup Informasi Publik dapat melindungi

T
kepentingan yang lebih besar daripada membukanya atau sebaliknya.

SA
[4.31] Menimbang bahwa dalam pengelolaan informasi publik, UU KIP mengatur kewajiban

PU
kepada Badan Publik untuk menyebarluaskan dan menyediakan informasi publik
sebagaimana diatur dalam UU KIP yaitu:
Pasal 9 ayat (2) huruf
a. informasi yang berkaitan dengan Badan Publik;

I
b. informasi mengenai kegiatan dan kinerja Badan Publik terkait;
c. informasi mengenai laporan keuangan; dan/atau

AS
d. informasi lain yang diatur dalam peraturan perundangundangan.

Pasal 11 ayat (1)


RM
Badan Publik wajib menyediakan Informasi Publik setiap saat yang meliputi:
a. daftar seluruh Informasi Publik yang berada di bawah penguasaannya, tidak
termasuk informasi yang dikecualikan;
FO

b. hasil keputusan Badan Publik dan pertimbangannya;


c. seluruh kebijakan yang ada berikut dokumen pendukungnya;
d. rencana kerja proyek termasuk di dalamnya perkiraan pengeluaran tahunan Badan
IN

Publik;
e. perjanjian Badan Publik dengan pihak ketiga;
f. informasi dan kebijakan yang disampaikan Pejabat Publik dalam pertemuan yang
terbuka untuk umum;
g. prosedur kerja pegawai Badan Publik yang berkaitan dengan pelayanan
masyarakat; dan/atau
SI

h. laporan mengenai pelayanan akses Informasi Publik sebagaimana diatur dalam


Undang-Undang ini.
MI

[4.32] Menimbang bahwa terhadap informasi yang dikecualikan sebagaimana dimaksud pada
paragraf [4.30] yaitu informasi-informasi sebagaimana diatur dalam UU KIP yaitu:
KO

Pasal 6 ayat (3)


Informasi Publik yang tidak dapat diberikan oleh Badan Publik, sebagaimana
dimaksudpada ayat (1) adalah:
a. informasi yang dapat membahayakan negara;
b. informasi yang berkaitan dengan kepentingan perlindungan usaha dari
persainganusaha tidak sehat;
c. informasi yang berkaitan dengan hakhak pribadi;
64
d. informasi yang berkaitan dengan rahasia jabatan; dan/atau
e. Informasi Publik yang diminta belum dikuasai atau didokumentasikan.

[4.33] Menimbang bahwa informasi yang tidak dapat diberikan oleh badan sebagaimana
diuraikan pada paragraf [4.32] secara detail diatur dalam Pasal 17 huruf a sampai huruf j UU
KIP.

T
[4.34] Menimbang bahwa terhadap permohonan informasi yang menjadi sengketa a quo,

SA
yang didalilkan Termohon pada pokoknya informasi a quo tidak dalam penguasaannya
sebagaimana keterangan Termohon dalam paragraf [2.14] angka 3. Majelis Komisioner

PU
memberikan pertimbangan dan pendapat sebagai berikut:

1. bahwa informasi yang menjadi obyek sengketa a quo sesungguhnya adalah


sebagaimana telah disebutkan dalam bagian E. Pokok Permohonan paragraf [4.27]

I
yang berdasarkan fakta yang diperoleh di dalam persidangan sehingga menjadi fakta
hukum bahwa informasi a quo
AS
dinyatakan Termohon sebagai informasi yang
dihasilkan dan dikelola oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang namum
RM
informasi a quo belum diketemukan.

2. bahwa terhadap fakta yang diperoleh didalam persidangan sehingga menjadi fakta
FO

hukum sebagaimana dimaksud pada angka 1, Majelis Komisioner telah melakukan


pemeriksaan setempat dan diperoleh fakta bahwa sesungguhnya informasi yang
IN

menjadi obyek sengketa informasi a quo dihasilkan, disimpan dan dikelola oleh
Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang – sehingga sesuai dengan fakta pemeriksaan
setempat informasi yang menjadi sengketa a quo meskipun dihasilkan, dan dikelola
SI

Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang – bukan berarti Termohon dalam hal ini
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
MI

tidak memiliki kewajiban dalam pelaksanaan dan pelayanan informasi publik


terhadap Pemohon dalam sengketa a quo . Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 22
ayat (7) huruf b UU KIP, yang menyatakan:
KO

“Badan Publik wajib memberitahukan Badan Publik yang menguasai


informasi yangdiminta apabila informasi yang diminta tidak berada di bawah
penguasaannya danBadan Publik yang menerima permintaan mengetahui
keberadaan informasi yangdiminta”

65
3. Bahwa Kantor Pertanahan Kabupaten Tangerang merupakan instansi vertikal dari
Termohon sehingga Majelis Komisioner berpendapat bahwa Termohon memiliki
kewajiban dalam tata kelola informasi dan layanan informasi publik kepada Pemohon
– meskipun informasi yang menjadi obyek dalam sengketa informasi a quo berada
pada instansi vertikal dari Termohon.

T
4. Bahwa terhadap obyek sengketa informasi a quo yang dinyatakan Termoho belum

SA
diketemukan dokumen aslinya, Majelis Komisioner berpendapat bahwa dalil
Termohon tidak dapat dibenarkan secara hukum bahwa dengan dalil tersebut dapat

PU
menggugurkan kewajiban Termohon dalam memberikan layanan informasi. Hal ini
berdasarkan fakta yang diperoleh di dalam persidangan sehingga menjadi fakta
hukum, bahwa Pemohon meminta informasi sebagaimana disebutkan pada bagian (E.

I
Pokok Permohonan) dalam bentuk salinan dokumen sesuai aslinya yang telah
dilegalisir, sebagaimana keterangan Pemohon dalam paragraf [2.12] angka 12.

AS
5. Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagaimana disebut pada angka 1
RM
sampai dengan angka 4, Majelis Komisioner berpendapat bahwa Termohon memiliki
kewajiban untuk memberikan pelayanan informasi publik kepada Pemohon.
FO

[4.35] Menimbang bahwa terhadap permohonan informasi yang menjadi sengketa a quo,
apakah merupakan informasi publik yang dikategorikan sebagai informasi yang dikecualikan
IN

sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (3) dan Pasal 17 huruf a sampai dengan huruf j UU
KIP, Majelis Komisioner memberikan pertimbangan dan pendapat sebagai berikut;
SI

1. Bahwa berdasarkan fakta yang diperoleh di dalam persidangan sehingga menjadi


fakta hukum bahwa informasi yang menjadi pokok permohonan dalam sengketa
informasi a quo didalilkan Termohon sebagai informasi yang dikecualikan
MI

berdasarkan Pasal 17 huruf h UU KIP dan Pasal 12 Huruf i Peraturan Kepala BPN RI
nomor 6 Tahun 2013 (Vide T-2) dan apabila dibuka dapat mengungkap rahasia
KO

pribadi.

2. Bahwa berdasarkan dalil Termohon sebagaimana dimaksud pada angka 1, Majelis


Komisioner berpendapat bahwa informasi dalam sengketa a quo sesungguhnya
informasi berkaitan dengan proses kepemilikan tanah yang dihasilkan, disimpan dan
66
dikelola Badan Publik berdasarkan pelaksanaan tugas, fungsi dan kewenangan yang
diberikan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

3. Bahwa informasi yang menjadi pokok permohonan dalam sengketa a quo merupakan
informasi yang dihasilkan Badan Publik atas dasar permohonan alas hak kepemilikan
tanah yang kemudian dikeluarkan oleh Badan Publik yang memiliki tugas, fungsi dan

T
kewenangan untuk itu dalam bentuk suatu kebijakan, sehingga Majelis Komisioner

SA
berpendapat bahwa informasi-informasi yang dimohonkan dalam sengketa informasi
a quo mengandung informasi-informasi yang berkaitan dengan data pribadi berupa

PU
pengungkapan aset seseorang sebagaimana dimaksud pada Pasal 17 huruf h angka 3
UU KIP.

4. Bahwa terhadap informasi dalam pokok permohonan sengketa informasi a quo

I
terdapat informasi yang dapat mengungkap rahasia pribadi berupa pengungkapan aset

AS
seseorang, Majelis Komisioner berpendapat bahwa pengungkapan rahasia pribadi
seseorang tersebut perlu dilihat secara komprehensif dalam hal ini berkaitan dengan
RM
informasi permohonan alas hak kepemilikan tanah.

5. Bahwa informasi yang menjadi pokok permohonan sengketa informasi a quo ,


FO

sesungguhnya merupakan informasi yang berkaitan dengan informasi yang dapat


mengungkap rahasia pribadi seseorang berupa pengungkapan aset sebagaimana
IN

dimaksud dalam Pasal 17 huruf h angka 3 UU KIP, namun Majelis Komisioner


berpendapat sesuai fakta yang diperoleh di dalam persidangan sehinggga menjadi
fakta hukum bahwa, informasi yang dimohonkan Pemohon ini bermula dari adanya
SI

sengketa keperdataan dengan Nomor Register 257/PDT.G/2008 PN.TNG atas alas


hak kepemilikan tanah yang dalam hal ini, Pemohon menjadi pihak Tergugat I dalam
MI

perkara tersebut sedangkan Termohon menjadi Tergugat III. Sedangkan informasi


yang menjadi Pokok Permohonan dalam sengketa informasi a quo berasal dari
informasi yang diperoleh Pemohon pada Daftar Alat Bukti yang disampaikan
KO

Termohon di dalam persidangan perkara perdata sebagaimana dimaksud.

6. Bahwa berdasarkan fakta yang diperoleh didalam persidangan sengketa informasi a


quo sebagaimana disebutkan pada angka 5, Majelis Komisioner berpendapat,
informasi yang menjadi pokok permohonan dalam sengketa informasi a quo,
67
sesungguhnya secara umum terungkap di dalam persidangan perdata dalam perkara
Nomor Register 257/PDT.G/2008 PN.TNG, yang diketahui oleh Pemohon sehingga
apabila informasi tersebut diberikan kepada Pemohon, maka dalil Termohon yang
menyatakan bahwa informasi a quo apabila diberikan dapat mengungkap rahasia
pribadi seseorang berupa pengungkapan aset, menjadi tidak relevan.

T
7. Bahwa informasi yang dimohonkan Pemohon sebagaimana dalam pokok permohonan

SA
informasi, sesungguhnya terdapat beberapa informasi yang memiliki historikal atas
permohonan alas hak kepemilikan tanah yang diajukan oleh Pemohon, sehingga

PU
Majelis Komisioner berpendapat bahwa Pemohon juga memiliki kepentingan secara
hukum atas informasi-informasi yang dihasilkan Termohon berupa kebijakan-
kebijakan yang dihasilkan dalam proses pendaftaran kepemilikan tanah. Hal ini
merujuk pada fakta yang diperoleh di dalam persidangan sebagai berikut:

I
“Pemohon menunjukan kepada Majelis Komisioner sebagai orang yang

AS
berkepentingan atas warkah dengan menunjukan alat bukti Sertifikat Hak
Milik No. 279/Pondok Jaya (Vide P-15), Salinan Akte Jual Beli No. 55/2006
RM
PPAT Wartiana SH, antara Albert Tobing dengan Annie Sri Cahyanni (Vide
P-16), Kwitansi pembelian dari Albert Tobing (Vide P-17), Akta Pemberian
FO

Hak Tanggungan No. 50/2008 (Vide P-18), Bukti Pelunasan Pajak Bumi dan
Bangunan Tahun 2019 sesuai NOP 36.76.070.011.009-0065.0 atas objek pajak
seluas 2.080 M2 atas nama wajib pajak Ir. RM. Punto Wibisono (Vide P-19),
IN

dan keterangan Kelurahan Pondok Jaya Nomor: 594/689-Pem yang


menerangkan SHM Nomor 279 tercatat atas nama Ir. RM. Punto Wibisono
yang berasal dari bekas tanah milik adat letter C No 1848 persil no 65.D.II
SI

(Vide P-20).
MI

8. Bahwa berdasarkan uraian sebagaimana dimaksud pada angka 7, Majelis Komisioner


berpendapat bahwa Pemohon memiliki kepentingan secara hukum atas informasi-
informasi yang dihasilkan Termohon dalam hal ini berkaitan dengan kebijakan-
KO

kebijakan tentang penerbitan alas hak kepemilikan tanah sebagaimana dimaksud


dalam pokok permohonan sengketa informasi a quo.

68
[4.36] Menimbang bahwa berdasarkan fakta yang diperoleh didalam persidangan sehingga
menjadi fakta hukum bahwa informasi yang menjadi pokok permohonan sengketa informasi
a quo, didalilkan Termohon belum ditemukan, tidak dapat dijadikan dasar untuk
menggugurkan kewajiban Termohon dalam memberikan layanan informasi publik. Hal ini
berdasarkan pertimbangan dan pendapat Majelis Komisioner sebagai berikut:
1. Bahwa berdasarkan fakta di dalam persidangan, informasi yang dimohonkan

T
Pemohon dalam sengketa informasi a quo berupa salinan informasi yang dilegalisir

SA
bukan informasi berupa dokumen asli. Sehingga Majelis Komisioner berpendapat
bahwa sesuai fakta yang diperoleh di dalam persidangan bahwa, sesungguhnya

PU
informasi yang dimohonkan Pemohon berupa salinan informasi sebagaimana pokok
permohonan sengketa informasi a quo dikuasai oleh Termohon dan pernah
diperlihatkan di dalam persidangan oleh Termohon, dan secara faktual pernah

I
dijadikan alat bukti dalam persidangan dalam perkara nomor 257/PDT.G/2008
PN.TNG di pengadilan.

AS
2. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada angka 1, Majelis
Komisioner berpendapat informasi a quo secara nyata dikuasasi oleh Termohon
RM
dalam bentuk salinan informasi sehingga sudah sepatutnya informasi a quo diberkan
kepada Pemohon.
FO

3. Bahwa salinan informasi a quo yang dikuasai oleh Termohon yang diminta Pemohon
dalam bentuk legalisir. Majelis berpendapat bahwa sesuai fakta yang diperoleh
IN

persidangan sehingga menjadi fakta hukum bahwa Termohon tidak dapat memberikan
legalisir terhadap informasi dalam sengketa a quo yang tidak dihasilkan oleh
Termohon namun informasi yang dihasilkan oleh Termohon dapat diberikan legalisir.
Bahwa dalam konteks perolehan informasi berdasarkan UU KIP yang mengatur
SI

mekanisme permintaan informasi sebagaimana diatur dalam Pasal 22 UU KIP, serta


berdasarkan Putusan Komisi Informasi mengenai perintah pemberiaan suatu informasi
MI

kepada Pemohon, maka secara hukum bahwa diperolehnya informasi dari suatu
Badan Publik memiliki legitimasi yuridis berdasarkan UU KIP.
KO

4. Bahwa terhadap informasi dalam pokok permohonan sengketa a quo yang belum
ditemukan oleh Termohon, Majelis Komisioner berpendapat bahwa Termohon selaku
lembaga yang diberikan fungsi dalam penyusunan, penetapan, dan pelaksanaan
dibidang pertanahan seyogyanya melakukan pengelolaan dokumen-dokumen yang
dihasilkannya secara baik sesuai tata kelola kearsipan yang diatur dalam UU Nomor
69
43 Tahun 2009 tentang Kearsipan. Meka mendasarkan hal ini, sudah sepatutnya
Termohon melakukan dan berupaya secara aktif dan responsif terhadap persoalan
tersebut.
5. Bahwa berdasarkan hal sebagaimana dimaksud pada angka 4, Majelis Komisioner
berpendapat, bawa Termohon seharusnya dapat memberikan kepastian hukum kepada
masyarakat dalam hal adanya persoalan seperti dokumen belum diketemukan, hilang

T
atau hal lain dengan cara menerbitkan dokumen yang hilang atau melakukan

SA
tindakan-tindakan yang dibenarkan secara hukum berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

PU
[4.37] Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagaimana diuraikan
pada paragraf [4.34] sampai dengan paragraf [4.36] Majelis Komisioner berpendapat bahwa

I
sesugguhnya salinan informasi dalam pokok permohonan a quo dikuasai Termohon, yang
dihasilkan dalam proses kebijakan pemberian alas hak kepemilikan tanah yang mengandung

AS
informasi yang dikecualikan berkaitan dengan rahasia pribadi yang apabila diungkap dapat
mengungkap aset seseorang sebagaimana ketentuan Pasal 17 huruf h angka 3 UU KIP.
RM
Sehingga informasi a quo dapat dinyatakan sebagai informasi yang dikecualikan, namum
karena Pemohon memiliki hubungan historikal dalam proses permohonan alas hak atas tanah
FO

Sertifikat Hak Milik No. 279/Pondok Jaya, maka pengecualian informasi a quo tidak belaku
untuk Pemohon. Hal ini juga didasarkan bahwa informasi a quo juga sudah diketahui
IN

Pemohon dalam persidangan perdata nomor register 257/PDT.G/2008 PN.TNG, sehingga


pengecualian informasi kepada Pemohon, tidak relevan.
SI
MI
KO

70
5. KESIMPULAN

[5.1] Berdasarkan seluruh uraian dan fakta hukum di atas, Majelis Komisioner
berkesimpulan:

1. Komisi Informasi Pusat berwenang untuk menerima, memeriksa dan memutus

T
permohonan a quo .

SA
2. Pemohon memiliki kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan permohonan
dalam sengketa a quo .
3. Termohon memiliki kedudukanhukum (legal standing) sebagai Termohon dalam

PU
sengketa a quo .
4. Batas waktu pengajuan permohonan penyelesaian Sengketa Informasi Publik telah
memenuhi jangka waktu yang ditentukan UU KIP dan Perki PPSIP.

I
6. AMAR PUTUSAN
AS
RM
Memutuskan,
[6.1] Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya.
FO

[6.2] Menyatakan informasi sebagaimana dimaksud dalam paragraf [4.27] sebagai informasi
yang dikecualikan, namun Terbuka untuk Pemohon.
IN

[6.3] Memerintahkan Termohon untuk:


1. Memberikan informasi sebagaimana dimaksud pada paragraf [4.27] dalam bentuk
SI

salinan yang dilegalisir sesuai dengan kewenangan Termohon kepada Pemohon.


2. Melakukan tindakan-tindakan yang dibenarkan secara hukum berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku untuk tujuan memulihkan dokumen sebagaimana
MI

dimaksud pada paragraf [4.27] yang belum diketemukan atau menerbitkan ulang
dokumen tersebut.
KO

[6.4] Melaksanakan amar putusan sebagaimana dimaksud pada paragraf, [6.3] sejak putusan
ini berkekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde).

71
KO
KO MI
MI SI
SI I
N
IN FO
FO RM
RM AS
AS I
I PU
PU S
SA AT
T
KO
KO MI
MI SI
SI I
N
IN FO
FO RM
RM AS
AS I
I PU
PU S
SA AT
T

Anda mungkin juga menyukai