Anda di halaman 1dari 6

PROBLEM PALESTINA DAN PROBLEM KEMERDEKAAN

Dosen Pengampu :
Dr. Surwandono

Nama Anggota:
1. Siti Aulia Nafiqoh (20230510009)
2. Nadya Keysia (20230510019)
3. Nabila Firnanda Nathaniela (20230510029)
4. Evania Dhera Prastiwi (20230510042)

Program Studi Hubungan Internasional


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2023
Program Studi Hubungan Internasional
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
2023
A. PENDAHULUAN
1. Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari pembuatan tugas ini adalah untuk mengidentifikasi
problematika antara palestina dan Israel yang sedang terjadi dengan menggunakan
kajian teori kebenaran. Kebenaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kebenaran
itu adalah
a). Keadaan (hal dan sebagainya) yang benar (cocok dengan hal atau keadaan yang
sesungguhnya.
b). Sesuatu yang benar (sugguh ada, betul-betul hal demikian halnya, dan sebagainya).
c). Kejujuran, kelurusan hati, misalnya tidak ada seorangpun sanksi akan kebaikan dan
kebenaran hatimu. Dalam filsafat, kebenaran tidak pernah mewujud dalam wacana
tunggal, melainkan selalu mewujud dalam berbagai bentuk bergantung pada perspektif
yang digunakan. Perspektif-perspektif tersebut kemudian melahirkan teori kebenaran,
mulai dari teori korespondensi, teori koherensi, teori pragmatisme, teori agreement,
dan teori konsensus. Dalam tugas ini kami akan mengkaitkan isu Palestina-Israel
dengan teori-teori kebenaran tersebut.

1. Masalah Palestina dan Kemerdekaannya.


Salah satu konflik yang paling kompleks dan berkelanjutan didunia saat ini adalah
konflik Israel-Palestina. Berawal dari Gerakan zionisme yang ingin mendirikan negara
yahudi di Palestina, yang saat itu masih menjadi wilayah kekuasaan Kesultanan
Utsmaniyah. Setelah perang dunia I berakhir, Inggris menduduki wilayah Palestina dan
mendukung Gerakan zionisme. Karena hal ini, muncul ketegangan antara penduduk
Palestina dengan imigran yahudi yang akhirnya memuncak dalam perang antara Arab
dan Yahudi pada tahun 1948. Sejak itu, konflik terus berlanjut dan memuncak dalam
serangkaian perang dan kekerasan yang terjadi hingga saat ini.

Masalah kemerdekaan palestina menjadi salah satu isu yang terus diperjuangkan
oleh masyarakat palestina dan negara diseluruh dunia. Palestina menjadi satu-satunya
negara peserta konfrensi Asia-Afrika pada tahun 1955 yang hingga sekarang belum
merdeka. Pendudukan Israel di Palestina menyebabkan penderitaan yang besar bagi
rakyat Palestina seperti diskriminasi, persekusi, dan kemiskinan. Meskipun telah ada
beberapa upaya untuk menyelesaikan konflik dan memberikan kemerdekaan bagi
Palestina, seperti Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 2334 tahun 2016, namun
hingga saat ini konflik dan masalah kemerdekaan Palestina masih terus berlanjut.

B. PEMBAHASAN
1. Teori Agreement
Teori Persetujuan (Agreement Theory) adalah sebuah teori yang mengemukakan
bahwa kesepakatan dan perjanjian internasional dapat menjadi dasar bagi
penyelesaian konflik antara kedua belah pihak. Dalam kasus Palestina, kesepakatan
bersama tersebut adalah berdirinya sebuah negara berdaulat yang dapat
memberikan keamanan dan kemakmuran bagi rakyatnya. Situasi di Palestina saat
ini, Israel terus menduduki dan menguasai wilayah Palestina yang telah
menyebabkan konflik dan kekerasan yang tak berujung.
Berikut ini adalah aspek-aspek hukum yang terkait dengan isu kemerdekaan
Palestina :
A. Hukum Internasional :
Hak untuk menentukan hak nasib negara sendiri adalah sebuah prinsip dasar
hukum internasional. Hak yang memungkinkan setiap orang untuk memilih
status politik mereka sendiri dan menentukan pembangunan ekonomi, sosial,
dan budaya mereka sendiri. PBB telah melakukan Langkah yang signifikan
demi menuju status kenegaraan penuh, yaitu dengan cara mengakui palestina
sebagai negara pengamat non-anggota.
B. Hak Asasi Manusia (HAM)
Israel yang telah melakukan banyak pelanggaran hak asasi manusia seperti
pembatasan kebebasan bergerak, penahanan yang sewenang-wenang, dan
penyalahgunaan kekuatan terhadap rakyat sipil. Pendirian negara Palestina yang
berdaulat akan membantu melindungi hak-hak asasi manusia warga Palestina
dan memastikan mereka diperlakukan secara bermartabat dan terhormat.
C. Perjanjian Perdamaian :
Terdapat sebuah perjanjian yang dimaksudkan untuk memberikan kerangka
kerja bagi perdamaian Israel-Palestina, yaitu perjanjian Oslo yang
ditandatangani tahun 1993. Namun perjanjian perdamaian tersebut tidak
berlangsung lama dan konflik antara kedua belah pihak terus berlanjut.
Pendirian negara Palestina yang berdaulat dapat membantu mewujudkan
perdamaian dan stabilitas di wilayah tersebut.

2. Teori Korespondensi
Teori Korespondensi adalah sebuah konsep dalam hubungan internasional yang
mencoba menjelaskan kaitan antara dunia nyata dan dalam hubungan internasional,
termasuk sejarah dan isu sosial seperti eksistensi Palestina dan etnis Arab di
Palestina.
Sejarah Palestina. Sejarah Palestina penuh dengan perubahan yang signifikan,
termasuk penjajahan oleh berbagai kekuatan, seperti Kekaisaran Ottoman dan
Inggris, yang memengaruhi struktur sosial dan politik di wilayah tersebut.
Pembagian Palestina oleh Liga Bangsa-Bangsa pada tahun 1947 menjadi dua
negara (Israel dan Palestina) menjadi titik awal konflik yang berlanjut hingga saat
ini. Ini mencerminkan bagaimana sejarah dapat memengaruhi eksistensi Palestina
dan etnis Arab di kawasan tersebut.

Isu Sosial:
Isu sosial termasuk identitas etnis dan budaya Arab Palestina. Identitas ini sering
menjadi fokus perjuangan politik dan hak asasi manusia, yang mencerminkan
korespondensi antara isu sosial dan hubungan internasional.
Diskriminasi dan ketidaksetaraan yang dialami oleh etnis Arab Palestina di
beberapa wilayah juga mencerminkan bagaimana faktor sosial berdampak pada
eksistensi mereka.
Dalam konteks ini, teori korespondensi mengaitkan sejarah dan isu sosial Palestina
dengan dinamika hubungan internasional, termasuk konflik Israel-Palestina dan
upaya-upaya diplomatik untuk mencapai solusi yang adil

3. Teori Koherensi
Argumen logis tentang relevansi Palestina Merdeka dalam konteks nilai
kemerdekaan dapat dibuat sebagai berikut:

a. Prinsip Kemerdekaan:
Kemerdekaan adalah hak dasar setiap individu dan kelompok untuk menentukan
nasib mereka sendiri tanpa campur tangan eksternal. Ini adalah nilai yang dihormati
di seluruh dunia.

b. Kasus Palestina:
Konflik Israel-Palestina telah berlangsung selama puluhan tahun. Banyak orang
Palestina menganggap diri mereka terjajah dan ingin merdeka, yaitu hak untuk
menentukan nasib mereka sendiri.

c. Kesamaan Nilai:
Nilai kemerdekaan yang dihormati secara global seharusnya juga berlaku untuk
rakyat Palestina. Mereka memiliki hak yang sama untuk kemerdekaan seperti yang
dimiliki oleh negara dan kelompok lain.
d. Relevansi:
Argumen logis adalah bahwa relevansi Palestina Merdeka dalam konteks nilai
kemerdekaan adalah penting karena mencerminkan prinsip-prinsip dasar hak asasi
manusia dan prinsip-prinsip kemerdekaan yang dihormati secara universal.

c. Solusi Damai:
Pemenuhan aspirasi kemerdekaan Palestina bisa menjadi langkah penting menuju
penyelesaian damai dalam konflik ini, yang akan menghormati hak dan nilai
kemerdekaan bagi semua pihak yang terlibat.
Ini adalah dasar dari argumen logis tentang relevansi Palestina Merdeka dalam
konteks nilai kemerdekaan. Tentu saja, isu ini sangat kompleks dan memiliki
banyak aspek yang perlu dipertimbangkan dalam konteks sejarah, politik, dan
hukum internasional.

4. Teori Pragmatisme
Teori Pragmatisme adalah pendekatan filosofis yang menekankan pentingnya
hasil dan manfaat praktis dalam pengambilan keputusan. Dalam konteks
kemerdekaan Palestina, argumen logis yang dapat dibangun berdasarkan teori
pragmatisme adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Sosial:
Kemerdekaan Palestina dapat menciptakan stabilitas sosial dengan mengakhiri
konflik panjang dan mengurangi ketegangan di wilayah tersebut. Hal ini dapat
memberikan masyarakat Palestina kesempatan untuk hidup dalam lingkungan yang
lebih aman dan damai, memungkinkan perkembangan sosial yang lebih baik.

b. Manfaat Ekonomi:
Kemerdekaan Palestina dapat membuka pintu bagi pengembangan ekonomi yang
lebih kuat. Palestina memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia
yang belum sepenuhnya dimanfaatkan. Kemerdekaan bisa membuka peluang
investasi dan perdagangan yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

c. Manfaat Politik:
Kemerdekaan Palestina akan memberikan warga Palestina kendali atas masa depan
politik mereka sendiri. Ini menciptakan peluang untuk membangun pemerintahan
yang lebih demokratis dan representatif, yang pada gilirannya dapat memenuhi
kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

d. Manfaat Budaya:
Kemerdekaan Palestina akan mendukung pelestarian dan perkembangan warisan
budaya Palestina. Ini termasuk bahasa, tradisi, seni, dan sejarah mereka yang dapat
terus berkembang dan diperkaya dalam lingkungan kemerdekaan.
Dalam pandangan pragmatis, kemerdekaan Palestina dapat menghasilkan manfaat
praktis yang signifikan bagi kesejahteraan sosial, ekonomi, politik, dan budaya
masyarakat Palestina dan kawasan sekitarnya, dengan menciptakan stabilitas,
pertumbuhan ekonomi, partisipasi politik, dan pelestarian budaya.

C. PENUTUP
Kesimpulan dari analisis ini adalah bahwa pembentukan negara Palestina yang
berdaulat dapat membantu mengatasi konflik yang sedang berlangsung antara Palestina
dan Israel. Kesimpulan ini didukung oleh identifikasi berbagai masalah, seperti
pelanggaran hak asasi manusia dan kegagalan perjanjian perdamaian, serta penerapan
berbagai teori kebenaran, termasuk teori korespondensi dan teori pragmatis.
Pembentukan negara Palestina dapat berkontribusi pada perlindungan hak asasi
manusia, promosi perdamaian dan stabilitas, serta peningkatan kesejahteraan sosial,
ekonomi, dan budaya bagi rakyat Palestina.

Anda mungkin juga menyukai