Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH AGAMA KRISTEN

HAK ASASI MANUSIA DALAM KRISTEN


DOSEN PENGAMPUH:

EDWARDS, M. HUM

DISUSUN OLEH:

Wandelmuth fint fattu (2374201038)


Ketrin (2374201037)
Jihan yuliana harefa (2374201023)
Rifaldi samuel (2374201076)
Joy berkat nainNainggolan (2374201033)
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Tuhan Allah Bapa dan salam selalu tercurahkan kepada Yesus Kristus. Berkat
limpahan dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata
pelajaran Agama

Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut
pandang. Kristen sebagai agama yang telah lama berkembang menyimpan banyak masalah yang perlu
diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi
dan budaya.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan
bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kaitan ham dan demokrasi, yang
kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.Makalah ini
di susun oleh kami dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri kami maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah Bapa akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sumber dari Ide Dasar Hak Asasi Manusia Inti dari dokumen historis MAGNA
CHARTA dari 1215 pada sejarah Negeri Inggris ,berbunyi “Tiada seorangpun boleh
ditangkap atau dipenjarakan atau diusir dari negerinya atau dibinasakan tanpa sejarah
diadili oleh hakim-hakim yang sederajat dengannya atau menurut undang-undang
negerinya”.
Manin-society,individu dalam masyarakat dihadapan Allah Tuhannya adalah sama
derajatnya dan sifatnya : Anak Allah pencipta dan orang yang memberontak terhadap
Allah Raja–Nya serta orang yang sama pula mempunyai kesempatan untuk menerima
kasih Allah, yaitu penggampunan dan penebusan Allah .Ide persamaan ini melalui gereja
Kristen, seperti tadi sudah dikatakan,dituangkan kedalam Magna Charta, khususnya
dengan kata-kata diadili oleh hakim-hakim yang sederajat dengannya (judicium perium
suorum, Perrys idid). Prinsip ini bersama-sama dengan prinsip-prinsip lain,dari
due proses of low dan kemudian tentang kebebasan agama, kebebasan untuk
mempunyain pendapat, untuk berserikat dsb,akhirnya diperluas sampai jumlah hak-hak
dan kebebasan asasi yang tercamtum dalam Universal Declaration of Human Rights yang
diumumkan di Paris pada tanggal 10 Desember 1948.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian
2. Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Historis
3. Macam-Macam Hak Asasi Manusia
4. HAM dalam UUD 1945
5. HAM dalam Amandemen UUD 1945
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian
Upaya untuk merumuskan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Kristen secara definitif
memang sulit. Kesulitan tersebut karena setiap manusia (pakar) dengan latar belakang
ilmunya pasti akan mengemukakan pandangan yang berbeda berdasarkan ilmu disiplin
yang dimilikinya, misalnya ahli hukum, filsuf dan teologi. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa setiap orang akan memiliki pendapat yang berbeda mengenai pengertian
HAM. Namun, semua pandangan dan definisi itu pasti mengandung arti yang universal.

Secara universal, HAM dapat diartikan sebagai berikut: "Hak Asasi Manusia atau
disingkat HAM adalah hak yang dimilki oleh setiap manusia di manapun dan kapan pun
sejak manusia dilahirkan sebagai makhluk manusia, sebagai hak dasar yang melekat
secara kodrati sebagai anugerah Tuhan Allah". Berdasarkan definisi ini, HAM adalah hak
yang meliputi hak hidup, hak kebebasan dan hak untuk memiliki serta hak
kewarganegaraan. Manusia, sejak dilahirkan di bumi ini pasti mempunyai hak asasi
secara alamiah, khususnya hak untuk hidup, kebebasan, keamanan dan perlindungan
(lihat Todung Mulya Lubis 1993:23). Hal itu berarti HAM meliputi seluruh kehidupan
manusia secara total dan eksistensial, secara otomis dan holistik.

Dalam Kamus Baru Etika Kristen (A New Dictionary of Christian Ethics) dikatakan
bahwa human rights atau Hak Asasi Manusia timbul dari tuntutan mengenai legitimasi
atas manusia dengan segala situasinya. Undang-Undang Republik Indonesia No 33 tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia dalam pertimbangannya menyatakan bahwa manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mengemban tugas untuk memelihara dan mengelola
alam semesta dengan penuh ketaqwaan dan penuh tanggungjawab bagi kesejahteraan
manusia. Oleh Penciptanya, manusia dianugerahi hak asasi untuk menjamin keberadaan
harkat dan martabat kemuliaan dirinya serta keharmonisan lingkungan. Hak Asasi
Manusia itu sendiri merupakan hak dasar yang melekat secara universal pada diri
manusia dan bersifat langgeng. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Bab I Ketentuan
Umum, pasal 1 ayat 1 menyatakan: "Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada manusia dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta serta perlindungan
harkat dan martabat manusia”.
2. Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Historis
Istilah human rights atau hak-hak manusia pertama kali dipakai oleh Eleanor Roosevelt,
wakil ketua Komisi Hak Asasi Manusia pada Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam
menyusun draft tentang The Universal Declaration of Human Rights (bandingkan TM.
Lubis 1993:48). Dalam draft tersebut, istilah yang dipakai adalah human rights.
Sebetulnya secara historis, teori hak dan kebebasan dasar manusia dicetuskan dan
berkembang sejak hak dan kebebasan dasar manusia tersebut dicantumkan dalam Bill of
Rights oleh Parlemen Inggris pada tahun 1689. Kemudian hal tersebut tercamtum pula
dalam Deklarasi kemerdekaan Amerika tahun 1776 dan Deklarasi kemerdekaan Prancis
tahun1789. Perkembangan selanjutnya adalah sesudah perang dunia II, ketika hak dan
kebebasan dasar manusia dicantumkan dalam The Universal Declaration of Human
Rights yang draft nya disiapkan oleh Eleanor Roosevelt seperti yang telah disinggung di
atas dan kemudian diterima oleh General Asembly dari United Nation of Organisation
(UNO atau PBB) sejak tanggal 10 Desember 1948. Indonesia sendiri menerimanya
sebagai HAM sejak Indonesia menjadi anggota PBB pada tahun 1950.

Hak dan kebebasan dasar manusia yang tercantum dalam The Universal Declaration of
Human Rights atau disingkat dengan UDHR telah menjadi subjek diskusi di antara kaum
elit dan para pendiri bangsa Indonesia sejak pemerintah kolonial Belanda sampai dengan
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.Bahkan komisi kesejahteraan PBB menjadi
mediator dalam penyelesaian masalah perselisihan antara Indonesia dan Belanda
sekaligus mendukung upaya pengakuan hak dan kebebasan dasar manusia yang dimiliki
masyarakat Indonesia.

3. Macam-Macam Hak Asasi Manusia


a. HAM dalam UDHR
Hak dan kebebasan dasar manusia yang tercantum dalam Universal Declaration of
Human Rights atau UDHR yang telah diterima oleh General Asembly UNO (PBB)
sejak 10 Desember 1948 berisi:
a) Kebebasan Keinsafan Batin (Hati Nurani) dan Kebebasaan Agama Kebebasan ini
tercantum dalam pasal 18 yang berbunyi demikian: "Setiap orang berhak atas
kebebasan: berpikir, keinsafan batin (hati nurani-hati nurani) dan agama (agama).
Hak ini mencakup kebebasan untuk berpindah agama atau kepercayaannya dan
kebebasan untuk menyatakan (mewujudkan) agama atau kepercayaannya, baik
sendiri atau bersama-sama dengan orang lain, baik beramai-ramai maupun dalam
kehidupan pribadi, dalam pengajaran, amal, ibadah dan dalam menjalankan
aturan-aturannya.”

Kebebasan Mengeluarkan Pendapat


Kebebasan mengeluarkan pendapat mencakup kebebasan untuk melakukan penyelidikan
ilmiah dan kebebasan mengeluarkan pendapat dengan memakai peralatan komunikasi,
yalkni media elektronik (radio, televisi, internet), media cetak atau pers, dan
perpustakaan. Kebebasan ini tercantum dalam pasal 19 yang berbunyi: "Setiap orang
berhak untuk mempunyai pendapat sendiri dan melahirkan pikiran-pikirannya. Hak ini
mencakup kebebasan untuk mempunyai pendapat- pendapat dengan tidak boleh
dicampuri oleh orang lain serta kebebasan mencari, menerima, menyiarkan keterangan
dan pikiran-pikiran dengan perantaraan alat perantara apapun juga serta tidak usah
mengindahkan batas-batas Negara."

b) Kebebasan dalam Bidang Pengajaran/Pendidikan


Kebebasan dalam bidang pengajaran dan pendidikan ini tercantum dalam pasal 26
yang berbunyi: "Orangtua mempunyai hak istimewa untuk memilih jenis
pengajaran yang akan diberikan kepada anak-anaknya.”
c) Kebebasan dan Hak untuk Mendapatkan Pekerjaan
Kebebasan dan hak untuk mendapatkan pekerjaan ini tercantum dalam pasal 23
yang berbunyi: "Setiap orang berhak untuk mendapat pekerjaan, memilih
pekerjaan secara bebas, syarat-syarat upah yang adil dan perlindungan terhadap
pengangguran."
d) Hak Kepemilikan Bagi Setiap Orang
Hak Kepemilikan Bagi Setiap orang tercantum dalam pasal 17 yang berbunyi:
“Setiap orang berhak mempunyai milik,sendiri atau Bersama-sama dengan orang
lain.Tidak seorang pun boleh dicabut miliknya secara sewenang-wenang”

4. HAM dalam UUD 1945


Hak Asasi Manusia yang tercantum dalam UUD 1945 memang tidak dibuat secara
khusus dalam satu bab, tetapi terdapat di beberapa bab yang tersebar, antara lain:
a) Hak Atas Pekerjaan dan Kehidupan yang Layak
Hak atas pekerjaan dan kehidupan yang layak ini tercantum dalam Bab X tentang
Warga Negara, pasal 27 ayat 2 yang berbunyi: "Tiap-tiap Warga Negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan."

b) Hak untuk Beragama


Hak untuk beragama ini tercantum dalam Bab XI tentang Agama, pada pasal 29 ayat
2 yang berbunyi: "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk
agamanya masing-masing dan untuk berabadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu."
c) Hak untuk Memperoleh Pendidikan
Hak untuk memperoleh pendidikan ini tercantum dalam Bab XII tentang Pendidikan,
pasal 31 ayat 1 yang berbunyi: “Tiap-tiap Warga Negara berhak mendapat
pengajaran.”
Untuk selanjutnya, ada 3 konstitusi sejak kemerdekaan Indonesia yakni: Konstitusi
1945, Konstitusi 1949 (Republik Indonesia Serikat) dan Konstitusi 1950 yang
kemudian kembali lagi kepada Konstitusi 1945. Setiap Konstitusi tersebut, HAM
selalu dicantumkan (lihat Todung Mulya Lubis, 1993:60-61, 64-66, 68-69,83-84).

5. HAM dalam Amandemen UUD 1945


Dalam perkembangan selanjutnya, ketika diadakan Sidang Tahunan MPR RI khususnya
yang diselenggarakan pada tanggal 18 Agustus 2000, telah diputuskan Amandemen atas
UUD 1945. Secara khusus, HAM dicantumkan dalam Amandemen tersebut pada Bab X
A yang terdiri dari 10 pasal. Apabila diperhatikan, sebetulnya Undang-Undang RI Nomor
39 tahun 1999 tentang HAM telah dicantumkan semuanya dalam HAM yang ada dalam
Amandemen 1945. HAM tersebut meliputi hampir seluruh aspek kehidupan manusia,
antara lain:
a. Hak untuk hidup
b. Hak untuk membentuk keluarga
c. Hak atas kelangsungan hidup bagi anak
d. Hak untuk mengembangkan diri dan mendapatkan pendidikan
e. Hak untuk memajukan diri dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
f. Hak untuk pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
g. Hak untuk bekerja
h. Hak untuk memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan
i. Hak status kewarganegaraan
J. Hak beragam kebebasan dan beribadat, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih
pekerjaan, kewarganegaraan dan tempat tinggal
k. Hak berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pendapat.
1. Hak atas kebebasan meyakini kepercayaannya.
m. Hak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi.
n. Hak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan martabat, rasa aman.
o. Hak hidup sejahtera lahir batin, bertempat tinggal dan lingkungan hidup yang baik dan
kesehatan.
p. Hak untuk mendapatkan kemerdekaan untuk persamaan keadilan.
q. Hak jaminan sosial.
r. Hak memiliki secara pribadi.
s. Hak untuk hidup, tidak disiksa, kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama,
tidak diperbudak, diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut.
t. Hak untuk tidak diperlakukan secara diskriminatif dan sebagainya.
dicantumkan dalam Amandemen UUD 1945 itu jauh lebih luas dan lengkap apabila
dibandingkan dengan HAM yang ada dalam UUD 1945 yang asli, yang hanya mencantumkan
hak-hak dasar.

Perhatian kepada HAM sehingga terjadi pencantuman HAM dalam Amandemen 1945 itu
memang sangat menonjol pada masa pascakerusuhan dan memang sejak pemerintahan Orde
Baru, persoalan HAM hampir selalu. dikesampingkan. Memang betul, bahwa perhatian tersebut
didasarkan pada penghormatan kepada manusia sebagai makhluk yang unggul dan paling tinggi
derajat dan martabatnya, yang diciptakan oleh Tuhan Allah sebagai citra Allah ( Imago Dei-
gambar Allah dan Similitudo Dei-teladan Allah). Penghormatan manusia kepada sesamanya
berdasarkan pada cinta kasih dan status manusia sebagai makhluk monodualis (makhluk individu
sekaligus makhluk sosial). Manusia tidak dapat hidup sendiri, melainkan harus berkomunikasi
dengan sesama tanpa memandang warna kulit dan ras serta latar belakang kehidupan, yakni
agama, budaya, dan ideologi.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati
dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus di hormati,dijaga dan dilindungi oleh
setiap individu,masyarakat atau negara.

~TUHAN YESUS MEMBERKATI~

Anda mungkin juga menyukai