EDWARDS, M. HUM
DISUSUN OLEH:
Segala puji hanya milik Tuhan Allah Bapa dan salam selalu tercurahkan kepada Yesus Kristus. Berkat
limpahan dan rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata
pelajaran Agama
Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji melalui berbagai sudut
pandang. Kristen sebagai agama yang telah lama berkembang menyimpan banyak masalah yang perlu
diteliti, baik itu menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi
dan budaya.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami
menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan
bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kaitan ham dan demokrasi, yang
kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan berita.Makalah ini
di susun oleh kami dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri kami maupun yang datang
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah Bapa akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber dari Ide Dasar Hak Asasi Manusia Inti dari dokumen historis MAGNA
CHARTA dari 1215 pada sejarah Negeri Inggris ,berbunyi “Tiada seorangpun boleh
ditangkap atau dipenjarakan atau diusir dari negerinya atau dibinasakan tanpa sejarah
diadili oleh hakim-hakim yang sederajat dengannya atau menurut undang-undang
negerinya”.
Manin-society,individu dalam masyarakat dihadapan Allah Tuhannya adalah sama
derajatnya dan sifatnya : Anak Allah pencipta dan orang yang memberontak terhadap
Allah Raja–Nya serta orang yang sama pula mempunyai kesempatan untuk menerima
kasih Allah, yaitu penggampunan dan penebusan Allah .Ide persamaan ini melalui gereja
Kristen, seperti tadi sudah dikatakan,dituangkan kedalam Magna Charta, khususnya
dengan kata-kata diadili oleh hakim-hakim yang sederajat dengannya (judicium perium
suorum, Perrys idid). Prinsip ini bersama-sama dengan prinsip-prinsip lain,dari
due proses of low dan kemudian tentang kebebasan agama, kebebasan untuk
mempunyain pendapat, untuk berserikat dsb,akhirnya diperluas sampai jumlah hak-hak
dan kebebasan asasi yang tercamtum dalam Universal Declaration of Human Rights yang
diumumkan di Paris pada tanggal 10 Desember 1948.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian
2. Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Historis
3. Macam-Macam Hak Asasi Manusia
4. HAM dalam UUD 1945
5. HAM dalam Amandemen UUD 1945
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Upaya untuk merumuskan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Kristen secara definitif
memang sulit. Kesulitan tersebut karena setiap manusia (pakar) dengan latar belakang
ilmunya pasti akan mengemukakan pandangan yang berbeda berdasarkan ilmu disiplin
yang dimilikinya, misalnya ahli hukum, filsuf dan teologi. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa setiap orang akan memiliki pendapat yang berbeda mengenai pengertian
HAM. Namun, semua pandangan dan definisi itu pasti mengandung arti yang universal.
Secara universal, HAM dapat diartikan sebagai berikut: "Hak Asasi Manusia atau
disingkat HAM adalah hak yang dimilki oleh setiap manusia di manapun dan kapan pun
sejak manusia dilahirkan sebagai makhluk manusia, sebagai hak dasar yang melekat
secara kodrati sebagai anugerah Tuhan Allah". Berdasarkan definisi ini, HAM adalah hak
yang meliputi hak hidup, hak kebebasan dan hak untuk memiliki serta hak
kewarganegaraan. Manusia, sejak dilahirkan di bumi ini pasti mempunyai hak asasi
secara alamiah, khususnya hak untuk hidup, kebebasan, keamanan dan perlindungan
(lihat Todung Mulya Lubis 1993:23). Hal itu berarti HAM meliputi seluruh kehidupan
manusia secara total dan eksistensial, secara otomis dan holistik.
Dalam Kamus Baru Etika Kristen (A New Dictionary of Christian Ethics) dikatakan
bahwa human rights atau Hak Asasi Manusia timbul dari tuntutan mengenai legitimasi
atas manusia dengan segala situasinya. Undang-Undang Republik Indonesia No 33 tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia dalam pertimbangannya menyatakan bahwa manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang mengemban tugas untuk memelihara dan mengelola
alam semesta dengan penuh ketaqwaan dan penuh tanggungjawab bagi kesejahteraan
manusia. Oleh Penciptanya, manusia dianugerahi hak asasi untuk menjamin keberadaan
harkat dan martabat kemuliaan dirinya serta keharmonisan lingkungan. Hak Asasi
Manusia itu sendiri merupakan hak dasar yang melekat secara universal pada diri
manusia dan bersifat langgeng. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Bab I Ketentuan
Umum, pasal 1 ayat 1 menyatakan: "Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang
melekat pada manusia dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa
dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh
negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta serta perlindungan
harkat dan martabat manusia”.
2. Hak Asasi Manusia dalam Perspektif Historis
Istilah human rights atau hak-hak manusia pertama kali dipakai oleh Eleanor Roosevelt,
wakil ketua Komisi Hak Asasi Manusia pada Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam
menyusun draft tentang The Universal Declaration of Human Rights (bandingkan TM.
Lubis 1993:48). Dalam draft tersebut, istilah yang dipakai adalah human rights.
Sebetulnya secara historis, teori hak dan kebebasan dasar manusia dicetuskan dan
berkembang sejak hak dan kebebasan dasar manusia tersebut dicantumkan dalam Bill of
Rights oleh Parlemen Inggris pada tahun 1689. Kemudian hal tersebut tercamtum pula
dalam Deklarasi kemerdekaan Amerika tahun 1776 dan Deklarasi kemerdekaan Prancis
tahun1789. Perkembangan selanjutnya adalah sesudah perang dunia II, ketika hak dan
kebebasan dasar manusia dicantumkan dalam The Universal Declaration of Human
Rights yang draft nya disiapkan oleh Eleanor Roosevelt seperti yang telah disinggung di
atas dan kemudian diterima oleh General Asembly dari United Nation of Organisation
(UNO atau PBB) sejak tanggal 10 Desember 1948. Indonesia sendiri menerimanya
sebagai HAM sejak Indonesia menjadi anggota PBB pada tahun 1950.
Hak dan kebebasan dasar manusia yang tercantum dalam The Universal Declaration of
Human Rights atau disingkat dengan UDHR telah menjadi subjek diskusi di antara kaum
elit dan para pendiri bangsa Indonesia sejak pemerintah kolonial Belanda sampai dengan
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.Bahkan komisi kesejahteraan PBB menjadi
mediator dalam penyelesaian masalah perselisihan antara Indonesia dan Belanda
sekaligus mendukung upaya pengakuan hak dan kebebasan dasar manusia yang dimiliki
masyarakat Indonesia.
Perhatian kepada HAM sehingga terjadi pencantuman HAM dalam Amandemen 1945 itu
memang sangat menonjol pada masa pascakerusuhan dan memang sejak pemerintahan Orde
Baru, persoalan HAM hampir selalu. dikesampingkan. Memang betul, bahwa perhatian tersebut
didasarkan pada penghormatan kepada manusia sebagai makhluk yang unggul dan paling tinggi
derajat dan martabatnya, yang diciptakan oleh Tuhan Allah sebagai citra Allah ( Imago Dei-
gambar Allah dan Similitudo Dei-teladan Allah). Penghormatan manusia kepada sesamanya
berdasarkan pada cinta kasih dan status manusia sebagai makhluk monodualis (makhluk individu
sekaligus makhluk sosial). Manusia tidak dapat hidup sendiri, melainkan harus berkomunikasi
dengan sesama tanpa memandang warna kulit dan ras serta latar belakang kehidupan, yakni
agama, budaya, dan ideologi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati
dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus di hormati,dijaga dan dilindungi oleh
setiap individu,masyarakat atau negara.