Anda di halaman 1dari 5

Nama ; wahyu veronisa fatma

Nim ; 2101111432

Uts studi post kolonialisme (A)

Jawab

1. Kelompok post colonial ini berpendapat bahwa dalam studi hubungan internasional itu
seharus nya memasukan pengetahuan dari dunia ke 3 karena adanya pandangan barat
yang mana mendoninasi dalam studi hubungan internasional yang mana cenderung
mangabaikan pengalaman dan perspektif negara negara di dunia ke 3. Namun pandangan
ini dianggap tidak adil serta tidak akurat karena pandanagn barat cenderung memandang
negara negara di dunia ke 3sebagai inferior serta kurang berkembang. Oleh sebab itu
kelompok post colonial ini berpendapat bahwa pengetahuan dari dunia ke 3 harus di
masukan ke dalam studi hubungan internasional yang mana di maksudkan untuk
memperluas perspektif pandangan serta memperkaya pemahaman tentang ilmu kajian
hubungan internasional.
Selain itu post kolonialisme juga berusaha membuka praktik kolonialisme di balik
beberapa karya sastra superstruktur dari kekuasaan, kajian post kolonialisme juga
mencangkup banyak aspek yang berkaitan dengan: sosial dan budaya, politik, idielogi,
agama, Pendidikan, sejarah, antropologi, ekonomi, kesenian, etnisitas, Bahasa, serta
sastra serta ada pula tentang perbudakan, pendudukan, pemindahan, pemaksaan Bahasa,
serta berbagai bentuk invansi kultural yang lainnya.
2. Permasalahan ini pembangunan menjadi salah satu perhatian kelompok pascakolonial
karena:
- Pembangunan itu dipandang sebagai bentuk neo-kolonialisme yang bertujuan
mempertahankan dominasi Barat atas Dunia Ketiga melalui bantuan, utang, investasi,
serta intervensi politik.
- Pembangunan juga sering kali mengabaikan nilai-nilai, budaya, dan kepentingan lokal
masyarakat Dunia Ketiga yang beragam dan kompleks. juga cenderung mengorbankan
lingkungan hidup, hak asasi manusia dan demokrasi demi pertumbuhan ekonomi.
- Pembangunan memerlukan adnya kritik pasca-kolonial yang mampu menantang asumsi
Barat tentang kemajuan, modernitas, rasionalitas, dan universalitas. Kritik ini juga dapat
menawarkan pilihan-pilihan pembangunan yang lebih bermanfaat bagi masyarakat dunia
ketiga yang berdaulat, beradab, dan berkelanjutan.

3. karena teori utama seperti realisme, liberalism, serta marxisme itu berfokus pada
struktur system internasional yang mana struktur system internasional ini didominasi oleh negara
negara besar serta kuat. Dan isu ras, gender, serta budaya itu dianggap tidaklah relavan atau tidak
penting dalam menjelaskan perilaku serta kepentingan negaranegara tersebut.

Lalu teori utama HI juga bersifat universal serta etnosentris yang mana mereka beranggapan
pandangan barat sebagai suatu standar atau norma yang berlaku bagi semua negara serta
masyarakat. Dan mengangap isu isu tersebut seperti perbedaan lokal atau minoritas yang hal
tersebut tidaklah mempengaruhi dinamika global.

Teori utama HI juga mengabaikan perspektif serta pengalaman negara serta masyarakat di dunia
ke 3 yang mana sering kali menghadapi isu isu seperti itu serta teori utama HI ini menganggap
hal tersebut sebagai akibat atau dampak dari ketidak adilan atau ketidak setaraan global yang di
sebabkan oleh system internasional yang tidak adil.

4. Perdebatan hak asasi manusia pada Konferensi Afro-Asia tahun 1955 berfokus pada:

1. Menentang segala bentuk kolonialisme, rasisme dan diskriminasi yang melanggar hak
asasi manusia dan merusak perdamaian dunia.
Poin tersebut merupakan satu dari empat poin yang diungkapkan delegasi Indonesia pada
Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung. Poin ini menunjukkan sikap Indonesia:
- Menolak segala bentuk kolonialisme, baik politik, ekonomi atau budaya, yang
merampas hak asasi manusia seperti kebebasan, kesetaraan dan martabat.
- Menentang segala bentuk rasisme, baik individu maupun struktural, yang
mendiskriminasi orang berdasarkan warna kulit, etnis, agama atau asal usulnya.
- Mencela segala bentuk diskriminasi, baik hukum maupun sosial, yang membatasi hak
asasi manusia dan kebebasan seperti pendidikan, layanan kesehatan, pekerjaan atau
partisipasi politik.
- Mendukung perdamaian dunia berdasarkan penghormatan terhadap hak asasi manusia
dan prinsip-prinsip Piagam PBB.
2. Menghormati hak asasi manusia dan menghormati tujuan dan prinsip Piagam PBB.
Bagian “Penghormatan terhadap hak asasi manusia dan penghormatan terhadap tujuan
dan prinsip Piagam PBB 1955. Bagian ini mewakili komitmen masyarakat Asia dan
Afrika. negara-negara Afrika untuk:
- Menghargai hak asasi manusia sebagai hak universal yang melekat pada semua orang
tanpa kecuali. Hak Asasi Manusia mencakup hak atas kebebasan, kesetaraan, martabat
dan perlindungan dari segala bentuk diskriminasi dan penindasan.
- Menghormati tujuan dan prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang
menjadi dasar hukum internasional yang mengatur hubungan antar negara dan
melindungi hak asasi manusia. Tujuan PBB antara lain menjaga perdamaian dan
keamanan global, memperkuat hubungan baik antar negara berdasarkan persamaan hak,
dan mencapai kerja sama internasional untuk menyelesaikan masalah-masalah
internasional seperti ekonomi, sosial, budaya dan kemanusiaan. - Pengakuan atas
kesetaraan semua ras dan kesetaraan semua negara, besar dan kecil, merupakan prinsip
dasar hubungan internasional. Kesetaraan berarti semua bangsa dan masyarakat
mempunyai hak yang sama untuk menentukan nasibnya sendiri tanpa campur tangan
negara lain.

3. Mengakui kesetaraan semua ras dan kesetaraan semua negara, besar dan kecil.
Pandangan “Mengakui kesetaraan ras dan kesetaraan semua negara, besar dan kecil”
Poin ini mewakili komitmen negara-negara Asia dan Afrika. Memiliki:
- Mengakui bahwa semua ras dan kebangsaan mempunyai hak untuk hidup bermartabat
dan bebas, bebas dari diskriminasi atau penindasan.
- Mengakui bahwa semua negara, besar atau kecil, mempunyai hak yang sama untuk
menentukan nasibnya sendiri tanpa campur tangan negara lain.
- Penghormatan terhadap kedaulatan dan keutuhan wilayah semua negara merupakan
prinsip dasar hubungan internasional
- Menolak segala bentuk kolonialisme, rasisme dan diskriminasi yang melanggar hak
asasi manusia dan mengganggu perdamaian dunia.
4. Mengungkapkan aspirasi negara-negara Asia dan Afrika yang berjuang untuk
kemerdekaan dan pembangunan.
Sudut pandang “Menyampaikan aspirasi negara-negara Asia dan Afrika dalam
memperjuangkan kemerdekaan dan pembangunan”
Poin ini menunjukkan komitmen komitmen negara-negara Asia dan Afrika terhadap:
- Mendukung perjuangan negara-negara yang masih berada di bawah dominasi kolonial
dan asing untuk memperoleh kemerdekaan dan kedaulatan.
- Mendorong kerja sama ekonomi, sosial, budaya dan teknis antara negara-negara yang
baru merdeka dan negara-negara berkembang.
- Menyatakan solidaritas dan persahabatan antara negara-negara Asia dan Afrika yang
mempunyai sejarah, kepentingan dan aspirasi yang sama.
- Mengekspresikan kepentingan dan hak negara-negara Asia dan Afrika di forum
internasional dan menghadapi tantangan global.

5. BPUPKI, singkatan dari Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan


Indonesia, adalah sebuah badan yang terbentuk selama masa pendudukan Jepang di
Indonesia pada tahun 1945. Tujuan utamanya adalah untuk menyelidiki dan
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dengan merangkul beragam pandangan dan
aspirasi rakyat. Keanggotaan BPUPKI mencakup berbagai elemen masyarakat, seperti
pemimpin nasional, tokoh agama, cendekiawan, dan perwakilan daerah, sehingga
mencerminkan pluralitas masyarakat Indonesia pada saat itu.
Dalam diskusi BPUPKI, peran hak asasi manusia dalam pembentukan dasar negara dan
konstitusi sangat penting. BPUPKI dengan tegas mengakui bahwa setiap warga negara
memiliki hak yang sama untuk hidup dengan martabat dan kebebasan tanpa mengalami
diskriminasi atau penindasan. Ini mencakup hak-hak fundamental seperti kebebasan
berpendapat, kesetaraan di mata hukum, serta perlindungan dari segala bentuk
diskriminasi dan penindasan.
Pentingnya hak-hak ini dalam konteks perumusan dasar negara dan konstitusi adalah
sebagai landasan moral yang mendasari pembangunan negara yang adil dan demokratis.
BPUPKI secara tegas memandang hak asasi manusia sebagai prinsip inti yang harus
diakui dan dijunjung tinggi dalam perjuangan menuju kemerdekaan Indonesia. Hak-hak
ini bukan hanya sekadar kata-kata, tetapi prinsip yang akan membentuk landasan kuat
bagi negara yang sedang dalam proses lahirnya. Dengan pengakuan ini, BPUPKI
memastikan bahwa kemerdekaan yang mereka perjuangkan adalah kemerdekaan yang
diberikan kepada setiap warga negara Indonesia, tanpa terkecuali, dan didasarkan pada
prinsip-prinsip kemanusiaan yang universal.

Anda mungkin juga menyukai