Anda di halaman 1dari 11

Perlindungan Hak Asasi Manusia melalui Prinsip Negara Hukum

dan Demokrasi Pancasila

Oleh:

M. Gifari Raihan Fidiananta (10214360)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN


TEKNOLOGI UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI
FAKULTAS HUKUM 2024

i
DAFTAR ISI

1. PENDAHULUAN....................................................................1
a. Latar Belakang.....................................................................1
b. Rumusan Masalah................................................................2
c. Tujuan Penulisan..................................................................2
2. PEMBAHASAN.......................................................................3
a. Konsepsi Negara Hukum Pancasila
dalam Kaitannya dengan HAM...........................................3
b. Konsepsi Negara Demokrasi
Pancasila Dalam Kaitannya dengan HAM..........................5
3. PENUTUP.................................................................................8
a. Kesimpulan..........................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

ii
1. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Pancasila sebagai sumber nilai hak asasi manusia memiliki tiga
nilai utama: nilai ideal, nilai instrumental, dan nilai praktis. Nilai-nilai
ini menjadi panduan dalam mempertahankan hak asasi manusia
dalam kehidupan sehari-hari. Setiap individu dilahirkan dengan hak
yang tidak dapat dicabut oleh orang lain dan harus dihormati. Hak-
hak ini dikenal sebagai Hak Asasi Manusia (HAM), melibatkan hak
sipil dan politik, serta hak sosial, budaya, dan ekonomi.
Doktrin hak asasi manusia diakui secara universal sebagai
kerangka moral, politik, dan hukum untuk membangun dunia yang
damai dan bebas dari penindasan. Dalam konteks hukum negara,
Indonesia, melalui Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, menetapkan dirinya sebagai negara hukum.
Perlindungan HAM dianggap sebagai ciri negara hukum atau
"rechtstaat."
Perkembangan selanjutnya menunjukkan perlunya jaminan hak
asasi manusia secara eksplisit dalam konstitusi negara demokrasi
konstitusional. Bagi Indonesia, perlindungan HAM merupakan
prinsip yang dipegang teguh, terutama karena pengalaman sejarah
penjajahan.
Demokrasi dan HAM dianggap saling terkait, di mana negara
demokratis diharapkan menghormati dan melindungi hak asasi
manusia. Namun, ada tantangan di berbagai negara, termasuk
Amerika Serikat, yang dikecam oleh Human Rights Watch (HRW)
atas pelanggaran HAM seperti penahanan, diskriminasi rasial, dan
kebijakan luar negeri.
Di Indonesia, penegakan hukum dan HAM merupakan
tantangan berkelanjutan sejak reformasi 1998. Beberapa kejadian
tragis, seperti Tragedi Trisakti dan konflik di Maluku dan Poso,
mencatat pelanggaran HAM yang memerlukan penanganan serius.

1
Pentingnya memahami hubungan antara demokrasi dan HAM
menjadi kunci untuk membangun negara yang mengakui,
menghormati, dan melindungi hak asasi manusia sebagai bagian
integral dari hukum nasional.
b. Rumusan Masalah
i. Bagaimana konsepsi negara hukum Pancasila dalam kaitannya
dengan HAM?
ii. Bagaimana konsepsi negara demokrasi Pancasila dalam kaitannya
dengan HAM?
c. Tujuan Penulisan
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana negara
hukum dan bagaimana kaitannya dengan Hak Asasi Manusia (HAM)

2
2. PEMBAHASAN
a. Konsepsi Negara Hukum Pancasila dalam Kaitannya dengan HAM
Konsep negara hukum di Indonesia memang memiliki
perbedaan dengan konsep negara hukum di Eropa, Anglo-Saxon, dan
sosialis. Sementara konsep-konsep tersebut berakar pada paham
liberal dengan pandangan individualis dan sosialis, Indonesia
mengadopsi konsep negara hukum Pancasila. Di Indonesia, negara
hukum yang diatur oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 bersifat aktif dan dinamis, bertujuan untuk
mewujudkan serta menegakkan kesejahteraan rakyat sesuai dengan
asas Welvaarstaat.
Prinsip utama negara hukum di Indonesia adalah bahwa semua
tindakan penyelenggara negara dan warga negara harus sesuai dengan
hukum yang berlaku, dengan hukum sebagai hierarki norma yang
berpuncak pada konstitusi, yaitu Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Selain itu, eksekutif juga diharapkan
mencerminkan kehendak rakyat, menjamin partisipasi warga negara
dalam proses pengambilan keputusan negara.
Menurut Hans Kelsen, negara hukum yang demokratis harus
memenuhi empat syarat, termasuk hidup sesuai dengan konstitusi dan
hukum, mengatur mekanisme pertanggungjawaban, menjamin
independensi peradilan, dan melindungi hak asasi manusia. Hak asasi
manusia dianggap tak terpisahkan dari keberadaan negara hukum
yang secara alamiah melindungi dan memajukan hak tersebut.
Meskipun konsep negara hukum di Indonesia telah menjadi
fokus selama 60 tahun, terlepas dari terminologi yang digunakan—
bervariasi antara tradisi Eropa kontinental (civil law) atau tradisi
Anglo-Saxon (common law)—penegakan hukum dan perlindungan
hak asasi manusia harus menjadi pilar utama penyelenggaraan negara.
Indonesia, sesuai dengan Pasal 1 ayat (3) Undang Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945, diakui sebagai negara hukum.

3
Meskipun ada pandangan bahwa Indonesia tidak sepenuhnya
mengadopsi konsep negara hukum atau rule of law, karena aslinya
berasal dari barat dan dipaksakan dari luar, tetapi negara hukum
Pancasila tetap dianggap sebagai suatu konsepsi baru yang dilandasi
oleh falsafah hidup bangsa Indonesia. Dalam hal ini, negara hukum
Pancasila menekankan nilai-nilai Pancasila sebagai landasan budaya,
politik, dan sosial Indonesia.
Konsep negara hukum di Indonesia, sejak proklamasi
kemerdekaan hingga saat ini, mengusung suatu konsepsi baru yang
tidak dapat dikategorikan sebagai rechtsstaat atau the rule of law.
Sebaliknya, Indonesia membentuk konsep negara hukum yang unik,
didasarkan pada pandangan luhur dan falsafah hidup bangsa
Indonesia, yaitu negara hukum Pancasila (Kiemas, 2013). Negara
hukum Pancasila ini berakar pada nilai-nilai Pancasila.
Salah satu ciri utama negara hukum Pancasila, seperti yang
disebutkan oleh M. Tahir Azharry, adalah adanya asas negara
kekeluargaan. Dalam negara yang berwawasan kekeluargaan, hak-hak
individu diakui, termasuk hak milik atau hak fundamental. Namun,
kepentingan nasional atau masyarakat tetap diutamakan di atas
kepentingan individu. Ini mencerminkan prinsip kebersamaan dan
kekeluargaan dalam negara hukum Pancasila.
Negara hukum Pancasila memiliki prinsip-prinsip yang
mencakup perlindungan hak asasi manusia dengan jaminan hukum
untuk penegakan tuntutan melalui peradilan yang adil. Penghormatan
terhadap perlindungan hak asasi manusia dianggap sebagai ciri
penting dari negara hukum yang demokratis.
Oemar Seno, Adji (2015), yang dikutip dari Wijaya,
menekankan bahwa negara hukum di Indonesia memiliki
karakteristik khas. Salah satu ciri utamanya adalah jaminan
kebebasan beragama sebagai pengakuan hak asasi manusia. Namun,
kebebasan ini memiliki dimensi positif, dan tidak ada tempat bagi

4
ateisme atau propaganda anti-agama di tanah Indonesia. Ciri-ciri lain
dari negara hukum Pancasila adalah hubungan erat antara agama dan
negara, kebebasan beragama dalam arti positif, larangan atas ateisme,
larangan terhadap komunisme, serta asas kekeluargaan dan
kerukunan.
Contoh perlindungan hak asasi manusia di beberapa negara
hukum, seperti Amerika dan Belanda, menunjukkan keragaman
pandangan dan pendekatan dalam menghormati dan melindungi hak-
hak individu. Meskipun konsep dan implementasinya berbeda, negara
hukum di Indonesia, dengan landasan ideologi Pancasila, berusaha
menjaga keharmonisan antara hak individu dan kepentingan nasional.
b. Konsepsi Negara Demokrasi Pancasila Dalam Kaitannya dengan
HAM
Demokrasi berasal dari kata Yunani kuno, "demos" yang berarti
rakyat, dan "cratos/cratein" yang berarti pemerintahan, sehingga
diartikan sebagai pemerintahan yang berasal dari, oleh, dan untuk
rakyat. Secara etimologis, demokrasi Yunani kuno dapat diartikan
sebagai pemerintahan dari rakyat. Negara demokrasi mengikuti
berbagai bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan yang
memperkuat kedaulatan rakyat.
Demokrasi tidak dapat dipisahkan dari hak asasi manusia
(HAM). Perjuangan mempertahankan demokrasi merupakan upaya
untuk menjamin dan melindungi hak asasi manusia. Bagi Indonesia,
demokrasi dan penghormatan terhadap hak asasi manusia telah
menjadi pilihan sejak proklamasi kemerdekaan. Meskipun demikian,
negara demokrasi tidak selalu menjamin penghormatan terhadap hak
asasi manusia.
Gaffar (2012) menyatakan bahwa demokrasi dan hak asasi
manusia adalah dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.
Perlindungan hak asasi manusia menjadi tujuan dan prasyarat bagi
berfungsinya demokrasi. Praktik demokrasi selama era Orde Baru di

5
Indonesia seringkali terlihat demokratis secara formal tetapi otoriter
dalam praktiknya. Perlindungan hak asasi manusia diabaikan demi
stabilitas politik dan pembangunan ekonomi.
Reformasi yang dimulai setelah tumbangnya Orde Baru pada
tahun 1998 mencerminkan komitmen Indonesia untuk mewujudkan
nilai-nilai inti demokrasi. Demokrasi Pancasila, yang diakui dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
memiliki prinsip-prinsip seperti persamaan, keseimbangan, keadilan
sosial, dan pelaksanaan kebebasan.
Dalam konteks Pancasila, hak asasi manusia diakui sebagai
bagian integral dari sistem hukum dan demokrasi. Reformasi hukum
dan pengembangan lembaga penegak hukum yang handal dianggap
penting untuk mencapai efektivitas hukum. Pancasila ditempatkan
pada tingkatan tertinggi sebagai pandangan hidup, ideologi, dan
"sumber dari segala sumber hukum" bagi rakyat Indonesia.
Pancasila, sebagai landasan konstitusional, mencakup
pengakuan hak asasi manusia yang diperkuat oleh prinsip-prinsip
moral dan kultural. Dengan demikian, hak asasi manusia terintegrasi
dalam demokrasi Pancasila sebagai landasan yang mendasari
pembangunan hukum dan sistem pemerintahan di Indonesia.
Pandangan hidup dan nilai-nilai yang terkandung dalam
pembentukan masyarakat Indonesia mencakup pelestarian diri,
perlindungan kelangsungan hidup, dan keadilan sosial. Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia (1945) tidak hanya
mencantumkan Pancasila, tetapi juga mengatur hak asasi manusia
(HAM) dengan lebih komprehensif setelah amandemen. Perubahan
tersebut menunjukkan peningkatan perhatian terhadap pemajuan dan
pembelaan HAM di Indonesia.
Reformasi UUD 1945 memicu perubahan signifikan dalam
perlindungan dan pemajuan HAM di Indonesia. Lembaga-lembaga
seperti Komnas HAM, KPAI, Komnas Perempuan, dan Komisi

6
Kebenaran dan Rekonsiliasi diwujudkan sebagai otoritas HAM. Di
samping itu, lembaga peradilan, termasuk Pengadilan HAM dan
Mahkamah Konstitusi, berperan sebagai penegak HAM.
Masyarakat Indonesia, yang berkembang dari masyarakat
kekeluargaan, memahami pranata sosial dan hak-kewajiban sebagai
anggota masyarakat. Pranata keagamaan, keluarga, ekonomi,
pendidikan, dan informasi diakui sebagai elemen-elemen penting
dalam kehidupan masyarakat. Kesadaran akan hak asasi manusia
tidak hanya ditanamkan melalui lembaga-lembaga pemerintah tetapi
juga melalui lembaga swadaya masyarakat, seperti YLBHI, LBH,
BKBH, dan KONTRAS.
Kesadaran akan pentingnya melindungi dan memajukan hak
asasi manusia tercermin dalam peran lembaga swadaya masyarakat.
LSM tersebut menjadi bagian mapan dalam upaya meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang hak asasi manusia dan kepatuhan
terhadap hukum di Indonesia.

7
3. PENUTUP
a. Kesimpulan
Indonesia adalah negara hukum yang tertuang dalam Pasal 1(3)
UUD 1945. Meskipun Penjelasan UUD 1945 menggunakan istilah
rechtsstaat, negara yang dianut oleh Indonesia bukanlah rechtsstaat
atau konsep rule of law. Sebagai negara berdasarkan Pancasila,
konsep negara hukum Indonesia adalah konsep negara berdasarkan
hukum Pancasila.
Dalam membicarakan perlindungan HAM dalam konsep negara
hukum, rechtsstaat, rule of law dan negara hukum pancasila sama-
sama mengakui jaminan dan perlindungan HAM. Dalam hukum
negara Pancasila, HAM terkandung dalam Pancasila itu sendiri.
Perlindungan HAM merupakan tujuan dan prasyarat berjalannya
demokrasi. Ketika prinsip persamaan bagi seluruh rakyat Indonesia,
keseimbangan hak dan kewajiban, kebebasan yang bertanggung
jawab dan perwujudan keadilan bagi seluruh rakyat merupakan
bentuk pengakuan dan penghormatan terhadap HAM dalam konsep
demokrasi Pancasila.

8
DAFTAR PUSTAKA

Asshidiqie Jimly, (2011), Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta : Rajawali
Press

Bisri Ilhami . (2014). Sistem Hukum Indonesia, Prinsip-Prinsip & Implementasi


Hukum Di Indonesia (Cetakan Ke-9). Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Fukuyama, F. d. (2010). Democracy’s Past and Future, Journal of Democracy .


Vol 21,(No. 1), 1-5.

G, Y. I. (2009). Lembaga Praperadilan Dalam Persfektif Kini dan Masa


Mendatang Dalam Hubungannya Dengan Hak Asasi Manusia,. Jurnal Law
Reform, 1-24.

Jailani. (2015). Sistem Demokrasi Di Indonesia di tinjau Dari Sudut Hukum


Kekatatnegaraan. 134-147.

Marbun. (2014). Grand Design Politik Hukum Pidana dan Sistem Hukum Pidana
Indonesia Berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945. Padjadjaran Jurnal Ilmu Hukum, 558-577.

Neta, Y. (2011). Demokrasi dan Hak Asasi Manusia Dalam Konsep Negara
Hukum (Qua Vadis Demokrasi dan HAM di Indonesia di Era Globalisasi. 1-
9.

Rosana, E. (2016). Negara Demokrasi dan Hak Asasi. Jurnal TAPIs, Vol.12,
(No.1). pp, 38- 52.

Wiratraman, R. H. (2007). Hak-Hak Konstitusi Warga Negara Setelah


Amandemen UUD 1945: Konsep, Pengaturan dan Dinamika
Implementasinya. Jurnal Hukum panta Rei, 1-19.

Anda mungkin juga menyukai